Anda di halaman 1dari 44

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Gagal ginjal akut merupakan istilah untuk kondisi di mana ginjal seseorang mengalami kerusakan secara
mendadak, sehingga tidak bisa berfungsi. Gagal ginjal akut terjadi ketika ginjal tiba-tiba tidak bisa menyaring
limbah kimiawi dari darah yang bisa memicu penumpukan atau penimbunan limbah tersebut di dalam tubuh.
Penumpukan limbah kimia dan garam dalam tubuh bisa menghentikan organ lain untuk berfungsi dengan benar.
Di Amerika Serikat, kejadian tahunan gagal ginjal akut terjadi 100 kasus / 1 juta orang.. Gagal ginjal akut
di rumah sakit terjadi pada 4% dari semua pasien yang dirawat. (nurseslabs.com)
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan RI tahun 2013 menunjukkan bahwa
penduduk Indoensia kurang aktifitas fisik (26,1%); penduduk usia > 15 tahun merupakan perokok aktif (36,3%);
penduduk > 10 tahun kurang mengonsumsi buah dan sayur (93%); serta penduduk >10 tahun memiliki kebiasaan
minum minuman beralkohol (4,6%). Dari data ini orang dewasa dan anak-anak mempunyai risiko terkena penyakit
ginjal. (depkes.go.id)
Akhir tahun 2013 tercatat jumlah pasien gagal ginjal di dunia mencapai 3.200.000 dengan tingkat
pertumbuhan 6% . Sekitar 78,8% dari pasien gagal ginjal di dunia menggunakan terapi dialisis untuk kelangsungan
hidupnya. Peningkatan jumlah pasien gagal ginjal terjadi di negara maju dan negara berkembang. Berdasarkan
data US Renal Data System Annual Data Report, jumlah penderita gagal ginjal di Amerika Serikat tahun 2013
lebih dari 660.000 orang dengan jumlah penderita baru mencapai 117.000 orang. 88,2% pasien gagal ginjal di
Amerika Serikat menggunakan terapi hemodialisis dan mortality rate pada pasien hemodialisis adalah 172 per
1000 pasien. Penyakit yang tercatat sebagai penyebab gagal ginjal adalah diabetes melitus (37,47%), hipertensi
(25,1%) dan glomerulonefritis (16,34%).
Berdasarkan data yang dirilis PT Askes jumlah penderita gagal ginjal tahun 2010, 2011 dan 2012 adalah
15.507 orang, 23.261 orang dan 24.141 orang. Laporan Indonesian Renal Registry (IRR) menunjukkan 82,4%
pasien gagal ginjal di Indonesia menjalani hemodialisis pada tahun 2014 dan jumlah pasien hemodialisis
mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Tahun 2013 jumlah pasien hemodialisis yaitu 24.524 dan tahun
2014 adalah 28.882. Laporan IRR mencatat bahwa penyebab gagal ginjal pada pasien yang menjalani
hemodialisis adalah hipertensi (37%), diabetes melitus (27%) dan glomerulopati primer (10%). Jumlah pasien
hemodialisis yang meninggal tahun 2014 adalah 2.779.(8)

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan Acut Kidney Injury
(gagal ginjal akut).
2

1.2.2 Tujuan Khusus


Mahasiswa mampu mengaplikasikan hasil penelitian dalam makalah ini.

1.3 Rumusan Masalah


Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan RI tahun 2013 menunjukkan bahwa
penduduk Indoensia kurang aktifitas fisik (26,1%); penduduk usia > 15 tahun merupakan perokok aktif (36,3%);
penduduk > 10 tahun kurang mengonsumsi buah dan sayur (93%); serta penduduk >10 tahun memiliki kebiasaan
minum minuman beralkohol (4,6%). Dari data ini orang dewasa dan anak-anak mempunyai risiko terkena penyakit
ginjal. (depkes.go.id)
Dari data di atas adapun rumusan masalah yang kami buat , sebagai berikut :
1) Bagaimana pengkajian pada klien dengan GGA pada anak?
2) Bagaimana diagnosa yang tepat pada klien dengan GGA pada anak?
3) Bagaimana intervensi pada klien dengan GGA pada anak?
4) Bagaimana implementasi pada klien dengan GGA pada anak?
5) Bagaimana evaluasi pada klien dengan GGA pada anak?

1.4 Metode Penulisan


Metode yang digunakan dalam penulisan malakah ini kelompok memakai studi pustaka dan sumber-
sumber dari jurnal.

1.5 Manfaat Penulisan


1.5.1 Bagi masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan mengenai faktor yang
berhubungan dengan ketahanan hidup pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis sehingga
masyarakat dapat menerapkan perilaku dan pola hidup sehat
1.5.2 Bagi penulis
Penelitian ini berguna untuk menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman dalam
melakukan penelitian mengenai hubungan status diabetes melitus dengan ketahanan hidup pasien gagal
ginjal yang menjalani hemodialisis
3

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.2 Konsep Kasus
2.2.1 Definisi
Gagal Ginjal Akut adalah hilangnya fungsi secara mendadak dan hamper lengkap akibat
kegagalan sirkulasi renal atau fungsi tubular dan glomerular.
(brunner and suddarth.2002.KMB.jakarta: EGC)
Gagal ginjal terjadi ketika ginjal tidak mampu mengangkat sampah metabolic tubuh atau
melakukan fungsi regulernya. Suatu bahan yang biasanya dieleminasi di urin menumpuk dalam airan tubuh
akibat gangguan ekskresi renal dan menyebabkan gangguan fungsi endokrin metabolic, cairan, elektrolit,
serta asam basa. (Saifudin:2010)

2.2.2 Etiologi
1. Parental (hipoperfusi ginjal) akibat masalah aliran darah hipoperfusi ginjal dan turunnya laju filtrasi
glomerulus. Kondisi klinis yang umumnya adalah penipisan volume (hemoragi atau kehilangan cairan
melalui saluran gastrointestinal), vasodilatasi (sepsis atau anafilaksis) gagal jantung kongestif atau syok
kardiogenik)
2. Intrarenal (kerusakan actual jaringan ginjal) akibat dari kerusakan struktur glomerulus atau tubulus ginjal.
Kondisi ini seperti : rasa terbakar, cedera akibat benturan dan infeksi serta agens nefrotoksik dapat
menyebabkan nekrosis tubulus akut( ATN) dan berhentinya fungsi renal.
3. Pasca renal (obstruksi aliran urin) yang menyebabkan gagal ginjal akut biasanya akibat dari obstruksi
dibagian distal ginjal. Tekanan di tubulus ginjal menigkat akhirnya laju filtrasi glomerulus meningkat.
(brunner and suddarth.2002.KMB.jakarta: EGC)
2.2.3 Tanda dan Gejala
1. Dapat terjadi oliguria, terutama apabila kegagalan disebabkan oleh iskemia atau obstruksi. Oliguria
terjadi karena penurunan GPR.
2. Nekrosis tubulus toksik dapat berupa non-oliguria (haluaran urine banyak) dan terkait dengan
dihasilkannya volume urine encer yang adekuat
3. Tampak peningkatan BUN dan nilai kreatinin serum menetap
4. Hiperkalemia berat dapat mengarah pada disritmia dan henti jantung
5. Asidosis progresif, peningkatan konsentrasi fosfat serum, dan kadar kalsium serum rendah
6. Anemia, karena kehilangan darah akibat lesi uremik gastrointestinal, penurunan masa hidup sel-sel
darah merah, dan penurunan pembentukan eritropoetin
(Corwin, Elizabeth J. 2009)
4

2.2.4 Anatomi Fisiologi Terkait Kasus


Ginjal adalah organ ekskresi yang berperan penting dalam mempertahankan keseimbangan
internal dengan jalan menjaga komposisi cairan tubuh/ekstraselular. Ginjal merupakan dua buah organ
berbentuk seperti kacang polong, berwarna merah kebiruan.
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen., terutama di daerah lumbal disebelah kanan dan
kiri tulang belakang, dibungkus oleh lapisan lemak yang tebal di belakang peritoneum atau di luar rongga
peritoneum. Ketinggian ginjal dapat diperkirakan dari belakang dimulai dari ketinggian vertebra torakalis
sampai vertebra lumbalis ketiga. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri karena letak hati yang
menduduki ruang lebih banyak di sebelah kanan. Masing-masing ginjal memiliki panjang 11,25 cm, lebar 5-
7 cm dan tebal 2,5 cm.. Berat ginjal pada pria dewasa 150-170 gram dan wanita dewasa 115-155 gram.
Ginjal ditutupi oleh kapsul tunika fibrosa yang kuat, apabila kapsul di buka terlihat permukaan ginjal
yang licin dengan warna merah tua.
Ginjal terdiri dari bagian dalam, medula, dan bagian luar, korteks.
1. Bagian dalam (interna) medula. Substansia medularis terdiri dari piramid renalis yang jumlahnya antara
8-16 buah yang mempunyai basis sepanjang ginjal, sedangkan apeksnya menghadap ke sinus renalis.
Mengandung bagian tubulus yang lurus, ansa henle, vasa rekta dan duktus koligens terminal.
2. Bagian luar (eksternal) korteks. Subtansia kortekalis berwarna coklat merah, konsistensi lunak dan
bergranula. Substansia ini tepat dibawah tunika fibrosa, melengkung sepanjang basis piramid yang
berdekatan dengan sinus renalis, dan bagian dalam di antara piramid dinamakan kolumna renalis.
Mengandung glomerulus, tubulus proksimal dan distal yang berkelok-kelok dan duktus koligens.
Struktur halus ginjal terdiri atas banyak nefron yang merupakan satuan fungsional ginjal.Kedua
ginjal bersama-sama mengandung kira-kira 2.400.000 nefron. Setiap nefron bisa membentuk urin sendiri.
Karena itu fungsi dari satu nefron dapat menerangkan fungsi dari ginjal.
Nefron terdiri dari bagian-bagian berikut :
a. Glomerulus. Bagian ini merupakan gulungan atau anyaman kapiler yang terletak di dalam kapsul
Bowman dan menerima darah arteriolaferen dan meneruskan darah ke sistem vena melalui arteriol
eferen. Glomerulus berdiameter 200µm, mempunyai dua lapisan Bowman dan mempunyai dua
lapisan selular yang memisahkan darah dari dalam kapiler glomerulus dan filtrat dalam kapsula
Bowman
b. Tubulus proksimal konvulta. Tubulus ginjal yang langsung berhubungan dengan kapsula Bowman
dengan panjang 15 mm dan diameter 55µm.
c. Gelung henle (ansa henle). Bentuknya lurus dan tebal diteruskan ke segmen tipis, selanjutnya ke
segmen tebal panjangnya 12 mm, total panjang ansa henle 2-14 mm.
5

d. Tubulus distal konvulta. Bagian ini adalah bagian tubulus ginjal yang berkelokkelok dan letaknya jauh
dari kapsula Bowman, panjangnya 5 mm. Tubulus distal dari masing-masing nefron bermuara ke
duktus koligens yang panjangnya 20 mm.
e. Duktus koligen medula. Ini saluran yang secara metabolik tidak aktif. Pengaturan secara halus dari
ekskresi natrium urine terjadi di sini. Duktus ini memiliki kemampuan mereabsorbsi dan mensekresi
kalsium.

2.3. Fungsi Ginjal 17


Gambar 2.1 Anatomi Ginjal
Fungsi ginjal secara keseluruhan di bagi dalam dua golongan yaitu :4
2.3.1. Fungsi ekskresi
a. Mengekskresi sisa metabolisme protein, yaitu ureum, kalium, fosfat, sulfat anorganik, dan asam
urat.
b. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
c. Menjaga keseimbangan asam dan basa.
2.3.2. Fungsi Endokrin
a. Partisipasi dalam eritropoesis. Menghasilkan eritropoetin yang berperan dalam pembentukan
sel darah merah.
b. Menghasilan renin yang berperan penting dalam pengaturan tekanan darah.
c. Merubah vitamin D menjadi metabolit yang aktif yang membantu penyerapan kalsium.
d. Memproduksi hormon prostaglandin, yang mempengaruhi pengaturan garam dan air serta
mempengaruhi tekanan vaskuler.

2.2.5 Patofisiologi
1) GGA prarenal
Karena berbagai sebab pra-renal, volume sirkulasi darah total atau efektif menurun, curah
6

jantung menurun, dengan akibat darah ke korteks ginjal menurun dan laju filtrasi glomerulus menurun.
Tetapi fungsi reabsorbsi tubulus terhadap air dan garam terus berlangsung. Oleh karena itu pada GGA
prarenal ditemukan hasil pemeriksaan osmolalitas urin yang tinggi >300 mOsm/kg dan konsentrasi
natrium urin yang rendah <20 mmol/L serta fraksi ekskresi natrium (FENa) yang rendah (<1%).
Sebaliknya bila telah terjadi nekrosis tubulus (GGA renal) maka daya reabsorbsi tubulus tidak berfungsi
lagi. Ditemukan kadar osmolalitas urin yang rendah <300 mOsm/kg sedangkan kadar natrium urin tinggi
>20 mmol/L dan FENa urin juga tinggi (>1%). Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk membedakan
apakah pasien GGA prarenal yang terjadi sudah menjadi renal. GGA renal terjadi apabila hipoperfusi
prarenal tidak cepat ditanggulangi sehingga terjadi kerusakan parenkim ginjal.
Beberapa mekanisme terjadi pada hipoperfusi. Peningkatan pelepasan renin dari aparatus
jukstaglomerularis menyebabkan peningkatan produksi aldosteron, dimana terjadi peningkatan resorbsi
natrium di tubulus kolektivus. Sebagai tambahan, penurunan volume cairan ekstraseluler menstimulasi
pelepasan hormon antidiuretik (ADH), terjadilah peningkatan absorbsi air di medulla. Hasil akhirnya
adalah penurunan volume urin, penurunan kadar natrium urin, dimana semua ini adalah karakteristik
dari GGA prarenal.
Pembedaan ini penting karena GGA prarenal memberi respons diuresis pada pemberian cairan
adekuat dengan atau tanpa diuretika. Sedangkan pada GGA renal tidak. Penyebab tersering pada anak
adalah dehidrasi berat karena muntah dan diare, perdarahan, luka bakar, syok septik, sindrom nefrotik,
pembedahan jantung, dan gagal jantung.
2) GGA renal
Berdasarkan etiologi penyakit, penyebab GGA renal dapat dibagi menjadi beberapa kelompok;
kelainan vaskular, glomerulus, tubulus, interstisial, dan anomali kongenital. Tubulus ginjal karena
merupakan tempat utama penggunaan energi pada ginjal, mudah mengalami kerusakan bila terjadi
iskemia atau oleh obat nefrotoksik oleh karena itu kelainan tubulus berupa nekrosis tubular akut adalah
penyebab tersering dari GGA renal.
3) GGA pasca renal
Hambatan aliran urin dapat terjadi pada berbagai tingkat, dari pelvis renalis hingga uretra dan
dapat merupakan manifestasi dari malformasi kongenital, obstruksi intrinsik atau kompresi ekstrinsik dari
traktus urinarius, dan neurogenic bladder. GGA pasca renal terjadi ketika obstruksi melibatkan kedua
ginjal atau satu ginjal pada orang dengan satu ginjal. Patofisiologi GGA pasca renal adalah multifaktor,
melibatkan peningkatan tekanan hidrostatik pada ruang bowman, diikuti oleh perubahan aliran darah
kapiler. Hasil akhir adalah penurunan filtrasi glomerulus. Mirip dengan GGA prarenal, kerusakan
parenkim ginjal dapat minimal, dan tergantung dari lamanya obstruksi berlangsung serta sifat
kepenuhan obstruksi. GGA pasca renal biasanya reversibel apabila dikenali dan dikoreksi secara dini.
7

Adaptasi fungsional ginjal terhadap obstruksi terjadi sejalan dengan waktu. Pada stadium awal,
aliran darah ginjal biasanya meningkat walaupun GFR dan volume urin menurun. Osmolalitas urin dapat
tinggi dengan konsentrasi natrium urin yang rendah seperti yang terlihat pada GGA prarenal. Stadium
ini berlangsung cepat dan sering tidak dikenali. Stadium akhir ditandai dengan penurunan aliran darah
ke ginjal dan disfungsi tubular sehingga menghasilkan urin yang encer dengan peningkatan konsentrasi
natrium. Hilangnya obstruksi pada fase awal GGA dapat mengakibatkan diuresis yang berlebihan, disini
berperan faktor intrinsik dalam ginjal dan juga akibat penumpukan cairan pada saat oligo/anuria. Makin
lama obstruksi makin sedikit kemungkinan GFR untuk pulih kembali. Obstruksi kurang dari 7 hari sangat
mungkin dapat mengalami perbaikan GFR secara penuh, tetapi lebih lama kemungkinan ini bertambah
sedikit. Bukti yang ada saat ini menunjukkan bahwa obstruksi jagka pendek (72 jam) ternyata sudah
menimbulkan kerusakan permanen pada nefron, dan pulihnya GFR kembali normal adalah akibat dari
hiperfiltrasi nefron yang masih sehat. Tergantung pada derajat dan durasi obstruksi, pengeluaran urin
dapat bervariasi dari tidak sama sekali sampai beberapa liter per hari. Tetapi pengeluaran urin saja tidak
dapat dipakai untuk membedakan GGA pascarenal dari GGA prarenal dan renal/intrinsik.
Di Indonesia GGA pascarenal didapat biasanya adalah akibat dari kristal jengkol (intoksikasi
jengkol).
8

Pathway GGA

Pre Renal Renal Post Renal

GAGAL GINJAL AKUT

Gangguan Filtrasi Gangguan rearbsorbsi Disfungsi ekskresi amonia


Penurunan
sekresi
Hipofiltrasi Hipernatremia bikarbonat Retensi amonia

Penurunan ekskresi urine Kadar H2O meningkat pH turun


Pemeabilitas kapiler
terganggu
Oliguria, Anuria Oedema Asidosi metabolik

Penurunan oksigenasi
MK : GANGGUAN MK : KELEBIHAN Mekanisme
sirkuasi
ELIMINASI URINE VOLUME CAIRAN kompensasi

hipoksemia
hiperventalisasi
Akumulasi residual urine

Hipoksia sel
MK :
Timbunan zat sisa metabolisme
KETIDAKEFEK

MK : KETIDAKEFEKTIVAN PERFUSI
TIFAN POLA

JARINGAN PERIFER NAFAS


Intoksikasi

Kerja otot meningkat Keseimbang O2


Sirkulasi dan CO2
Timbunan asam laktat
meningkat
Kulit kering, gatal , pucat , purpura MK : GG.
PERTUKARAN
keletihan
GAS
9

MK : KERUSAKAN MK : INTOLERANSI
INTEGRITAS KULIT Keseimbangan energi AKTIVITAS

2.2.6 Pemeriksaan penunjang


Pemeriksaan klinis yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnose gagal ginjal akut adalah
(Anymous, 2010) :
1. Kadar kimia darah
Meliputi natrium, kalium, uerum, kretinin dan bikarbonat. Biasanya natrium mengalami penurunan (<
20 mmol / I). sedangkan urea akan mengalami peningkatan (> 8) yang akan mempengaruhi system
RAA (Renin Angiotension Aldosteron).
2. Urinalis
Pemeriksaan analisaa kimia pada urine untuk melihat fungsi ginjal
3. Ultarsonografi (USG)
Hal ini untuk mendapatkan data pendukung tentng ukuran ginjal, adanya obstruksi pada tract urinary,
hidronephoris, dan penyakit pada saluran kemih bagian bawah. USG juga diperuntukkn adanya
kmplikasi darain gagal ginjal, misalnya adanya kardiomengali dan edema pulmonal
4. Darah lengkap
Adapun hasil yang spesifik drai hasil pemeriksaan darah lengkap pada klien gagal ginjal akut adalah:
a. Peningkatan kadar BUN (Blood Urea Nitrogen)
b. Peningkatan kadar serum kreatinin
c. Peningkatan kadar kalium
d. Penurunan PH darah
e. Penurunan kadar bikarbonat
f. Penurunan kadar hematokrit dan kadar hemoglobin
Pada gagal ginjal akut ajarang terjadi enemia normokrom. Namun, pada gagal ginjal kronik
sering terjadi. Biasanya sering didapatkan trombositopenia, fragmentasi sel adarh merah dan
hemolitik uremic syndrome.
5. ECG (electrocardiography)
Biasanya menunjukkan adanya ischemia jantung dengan gejala bradikardia dan peebaran kompek
QRS.
10

2.2.7 Penatalaksanaan Medis


1. GGA pra-renal
Pada GGA pra-renal terapi tergantung etiologinya. Pada keadaan tertentu perlu dilakukan
pengukuran tekanan vena sentral (CVP=Central Venous Pressure) untuk evaluasi hipovolemia.
CVP normal = 6-20 cmH2O. Bila CVP <5cmH2O menunjukkan adanya hipovolemia. CVP juga
dipakai untuk memantau hasil pengobatan, apakah cairan yang telah diberikan telah mencukupi.
Jenis cairan tergantung etiologi hipovolemia. Pada gastroenteritis diberikan Ringer Laktat atau
Darrew glukosa sesuai protokol. Pada syok hemoragik diberikan transfusi darah.
Pada syok yang terjadi pada sindrom nefrotik akibat hipoalbuminemia diberikan infus albumin
atau plasma. Pada dehidrasi yang tidak jelas sebabnya sebaiknya diberikan Ringer Laktat 20 ml/kgBB
dalam waktu 1 jam. Biasanya terjadi diuresis setelah 2-4 jam pemberian terapi rehidrasi.
2. GGA pasca renal
Bila ditemukan GGA pasca renal pada USG maka perlu ditentukan lokalisasi obstruksi dengan
pielografi antegrad atau retrograd. Tindakan bedah tergantung pada situasi, dapat bertahap dengan
melakukan nefrostomi dulu untuk mengeluarkan urin dan memperbaiki keadaan umum atau segera
melakukan pembedahan definitif dengan menghilangkan obstruksinya.
3. GGA renal
Tujuan pengobatan pada GGA renal adalah mempertahankan homeostasis tubuh sambil
menunggu ginjal berfungsi kembali.
Pemantauan yang perlu dilakukan adalah:
a) Tanda-tanda vital: tensi, nadi, pernafasan, ritme jantung
b) pemeriksaan darah; Hb, Ht, trombosit
c) darah ureum dan kreatinin
d) elektrolit : K, Na, Cl, Ca, P dan asam urat
e) analisis gas darah
f) pengukuran diuresis
Terapi GGA renal dapat dibagi dua yaitu:
A. Terapi konservatif
1) Terapi cairan dan kalori
Pemberian cairan diperhitungkan berdasarkan insensible water loss (IWL)+ jumlah urin 1
hari sebelumnya ditambah dengan cairan yang keluar bersama muntah, feses, selang nasogastrik,
dll. dan dikoreksi dengan kenaikan suhu tubuh setiap 1oC sebanyak 12% berat badan.
Perhitungan IWL didasarkan pada caloric expenditure yaitu sebagai berikut;
Berat badan
11

0-10 kg: 100 kal/kgBB/hari


12-20kg: 1000 kal + 50 kal/kgBB/hari diatas 10 kgBB
20 kg : 1500 kal + 20 kal/kgBB/hari diatas 20 kgBB Jumlah IWL = 25 ml per 100 kal
Secara praktis dapat dipakai perkiraan perhitungan sebagai berikut: Neonatus = 50 ml/kgBB/hari
Bayi <1 tahun = 40 ml/kgBB/hari
Anak <5 tahun = 30 ml/kgBB/hari
Anak >5 tahun = 20 ml/kgBB/hari
Cairan sebaiknya diberikan per oral kecuali bila penderita sering muntah diberikan infus.
Jenis cairan yang dipakai ialah:
Pada penderita anuria glukosa 10-20%
Pada penderita oligouria glukosa (10%)-NaCl = 3:1
Bila dipakai vena sentral dapat diberikan larutan glukosa 30-40%. Jumlah kalori minimal
yang harus diberikan untuk mencegah katabolisme ialah 400 kal/m2/hari.

2) Asidosis
Bila hasil pemeriksaan analisis gas darah menunjukkan hasil asidosis metabolik, dikoreksi
dengan cairan natrium bikarbonat sesuai dengan hasil analisis gas darah yaitu:
BE x BB x 0,3 (mEq)
Atau kalau hal ini tidak memungkinkan maka dapat diberikan koreksi buta 2- 3
mEq/kgBB/hari. Bila terapi konservatif tetap berlangsung lebih dari 3 hari harus dipertimbangkan
pemberian emulsi lemak dan protein 0,5-1 g/kgBB/hari. Pemberian protein kemudian dinaikkan
sesuai dengan jumlah diuresis.

3) Hiperkalemia
Hiperkalemia perlu segera ditanggulangi karena bisa membahayakan jiwa penderita.
Bila kadar K serum 5,5-7,0 mEq/L perlu diberi kayexalat yaitu suatu kation exchange resin
(Resonium A) 1 g/kgBB per oral atau per rektal 4x sehari. Bila kadar K >7 mg/L atau ada kelainan
EKG (berupa gelombang T yang meruncing, pemanjangan interval PR dan pelebaran kompleks
QRS),atau aritmia jantung perlu diberikan:
• Glukonas kalsikus 10% 0,5 ml/kgBB i.v. dalam 5-10 menit
• Natrium bikarbonat 7,5% 2,5 mEq/kgBB i.v. dalam 10-15 menit
Bila hiperkalemia tetap ada diberi glukosa 20% per infus ditambah insulin 0,5 unit/gram
glukosa sambil menyiapkan dialisis.
12

4) Hiponatremia
Hiponatremia <130 mEq/L sering ditemukan karena pemberian cairan yang berlebihan
sebelumnya dan cukup dikoreksi dengan restriksi cairan. Bila disertai dengan gejala serebral maka
perlu dikoreksi dengan cairan NaCl hipertonik 3% (0,5 mmol/ml). Pemberian Natrium dihitung
dengan rumus;
Na (mmol) = (140 – Na) x 0,6 x BB
Diberikan hanya separuhnya untuk mencegah terjadinya hipertensi dan overload cairan.
Pendapat lain menganjurkan koreksi natrium cuku sampai natrium serum 125 mEq/L sehingga
pemberian Na = (125 – Na serum) x 0,6 x BB.
5) Tetani
Bila timbul gejala tetani akibat hipokalsemia perlu diberikan glukonas kalsikus 10% i.v. 0,5
ml/kgBB pelan-pelan 5-10 menit, dilanjutkan dengan dosis rumat kalsium oral 1-4 gram/hari. Untuk
mencegah terjadinya tetani akibat koreksi asidosis dengan bikarbonas natrikus, maka sebaiknya
diberikan glukonas kalsikus i.v. segera sebelum diberikan pemberian alkali.

6) Kejang
Bila terjadi kejang dapat diberikan Diazepam 0,3-0,5 mg/kgBB i.v. dan dilanjutkan dengan
dosis rumat luminal 4-8 mg/kgBB/hari atau difenilhidantoin 8 mg/kgBB. Kejang pada GGA dapat
disebabkan oleh gangguan elektrolit hipokalemia, hipomagnesemia, hiponatremia atau karena
hipertensi/uremia.

7) Anemia
Transfusi dilakukan bila kadar Hb < 6 g/dL atau Ht < 20%, sebaiknya diberikan packed
red cell (10 ml/kgBB) untuk mengurangi penambahan volume darah dengan tetesan lambat 4-6
jam (lebih kurang 10 tetes/menit). Pemberian transfusi darah yang terlalu cepat dapat menambah
beban volume dengan cepat dan menimbulkan hipertensi, gagal jantung kongestif, dan edema
paru.

8) Hipertensi
Hipertensi ditanggulangi dengan diuretika, bila perlu dikombinasi dengan kaptopril 0,3
mg/kgBB/kali. Pada hipertensi krisis dapat diberikan klonidin drip atau nifedipin sublingual (0,3
mg/kgBB/kali) atau nitroprusid natrium 0,5 mg/kgBB/menit.
9) Edema paru
Edema paru merupakan hal yang sangat berbahaya dan dapat menimbulkan kematian
13

dalam waktu singkat, sebagai tindakan percobaan dapat diberikan furosemid i.v. 1 mg/kgBB
disertai dengan torniket dan flebotomi. Disamping itu dapat diberikan morfin 0,1 mg/kgBB.
Bila tindakan tersebut tidak memberi hasil yang efektif, dalam waktu 20 menit, maka dialisis harus
segera dilakukan.

10) Asam urat serum


Asam urat serum dapat meningkat sampai 10-25 mg%, kadang-kadang sampai 50 mg%,
untuk itu perlu diberi alupurinol dengan dosis 100-200 mg/hari pada anak umur <8 tahun dan 200-
300 mg/hari diatas 8 tahun.

B. Tindakan dialisis
Indikasi dialisis pada anak dengan GGA ialah:
1) Kadar ureum darah >200 mg%
2) Hiperkalemia >7,5 mEq/L
3) Bikarbonas serum <12 mEq/L
4) Adanya gejala-gejala overhidrasi: edema paru, dekompensasi jantung dan hipertensi yang tidak
dapat diatasi dengan obat-obatan.
5) Perburukan keadaan umum dengan gejala uremia berat: perdarahan, kesadaran menurun sampai
koma.
Dialisis dapat dilakukan dengan dialisis peritoneal atau hemodialisis. Dialisis Peritoneal (DP)
mudah dilakukan pada anak terutama bayi kecil, tidak memerlukan alat yang canggih dan dapat
dilakukan didaerah terpencil. Karena itu DP lebih banyak dipakai pada anak. Hemodialisis (HD)
mempunyai keuntungan dapat lebih cepat memperbaiki kelainan biokimia dalam darah. Pada pasien
yang baru saja mengalami operasi intra abdomen, HD dapat dipakai sedangkan PD tidak.

2.2.8 Komplikasi
1. Retensi cairan akibat kegagalan fungsi ginjal dapat menyebabkan edema atau gagal jantung kongestif
2. Gangguan elektrolit dan pH dapat menimbulkan ensefalopati
3. Apabila hiperkalemia parah (≥ 6,5 miliekuivalen per liter) dapat terjadi disritmia dan kelemahan otot
(Corwin, Elizabeth J. 2009)
14

2.2.9 Pencegahan primer, sekunder dan tersier


2.2.9.1 Pencegahan Primer
Pencegahan Primer adalah langkah yang harus dilakukan untuk menghindari diri dari
berbagai faktor resiko. Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
GGA, antara lain :
a. Setiap orang harus memiliki gaya hidup sehat dengan menjaga pola makan dan olahraga
teratur.
b. Membiasakan meminum air dalam jumlah yang cukup merupakan hal yang harus dilakukan
setiap orang sehingga faktor resiko untuk mengalami gangguan ginjal dapat dikurangi.
c. Rehidrasi cairan elektrolit yang adekuat pada penderita-penderita gastroenteritis akut.
d. Transfusi darah atau pemberian cairan yang adekuat selama pembedahan, dan pada trauma-
trauma kecelakaan atau luka bakar.
e. Mengusahakan hidrasi yang cukup pada penderita-penderita diabetes melitus yang akan
dilakukan pemeriksaan dengan zat kontras radiografik.
f. Pengelolaan yang optimal untuk mengatasi syok kardiogenik maupun septik.
g. Hindari pemakaian obat-obat atau zat-zat yang bersifat nefrotoksik. Monitoring fungsi ginjal
yang teliti pada saat pemakaian obat-obat yang diketahui nefrotoksik.
h. Cegah hipotensi dalam jangka panjang.
i. Penyebab hipoperfusi ginjal hendaknya dihindari dan bila sudah terjadi harus segera diperbaiki.
2.2.9.2 Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah langkah yang dilakukan untuk mendeteksi secara dini
suatu penyakit. Pencegahan dimulai dengan mengidentifikasi pasien yang berisiko GGA.
Mengatasi penyakit yang menjadi penyebab timbulnya penyakit GGA. Jika ditemukan pasien yang
menderita penyakit yang dapat menimbulkan GGA seperti glomerulonefritis akut maka harus
mendapat perhatian khusus dan harus segera diatasi.
GGA prarenal jika tidak diatasi sampai sembuh akan memacu timbulnya GGA renal untuk
itu jika sudah dipastikan bahwa penderita menderita GGA prarenal, maka sebaiknya harus segera
diatasi sampai benar-benar sembuh, untuk mencegah kejadian yang lebih parah atau mencegah
kecenderingan GGA renal.

2.2.9.3 Pencegahan Tersier


Pencegahan tersier adalah langkah yang biasa dilakukan untuk mencegah terjadinya
komplikasi yang lebih berat, kecacatan dan kematian. Pada kasus GGA yang sangat parah timbul
anuria lengkap. Pasien akan meninggal dalam waktu 8 sampai 14 hari. Maka untuk mencegah
15

terjadinya kematian maka fungsi ginjal harus segera diperbaiki atau dapat digunakan ginjal buatan
untuk membersihkan tubuh dari kelebihan air, elektrolit, dan produk buangan metabolisme yang
bertahan dalam jumlah berlebihan.
Hindari atau cegah terjadinya infeksi. Semua tindakan yang memberikan risiko infeksi
harus dihindari dan pemeriksaan untuk menemukan adanya infeksi harus dilakukan sedini
mungkin. Hal ini perlu diperhatikan karena infeksi merupakan komplikasi dan penyebab kematian
paling sering pada gagal ginjal oligurik.
Penyakit GGA jika segera diatasi kemungkinan sembuhnya besar, tetapi penderita yang
sudah sembuh juga harus tetap memperhatikan kesehatannya dan memiliki gaya hidup sehat
dengan menjaga pola makan, olahraga teratur, dan tetap melakukan pemeriksaan kesehatan
(medical check-up) setiap tahunnya, sehingga jika ditemukan kelainan pada ginjal dapat segera
diketahui dan diobati.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Terkait Kasus (Berbasis NANDA NIC NOC)
2.2.1 Pengkajian
1. Aktifitas dan istirahat :
a. Gejala : Kelitihan kelemahan malaese
b. Tanda : Kelemahan otot dan kehilangan tonus.
2. Sirkulasi.
Tanda :
a. hipotensi/hipertensi (termasuk hipertensi maligna,eklampsia, hipertensi akibat kehamilan).
b. Disritmia jantung.
c. Nadi lemah/halus hipotensi ortostatik(hipovalemia).
d. DVI, nadi kuat,Hipervolemia).
e. Edema jaringan umum (termasuk area periorbital mata kaki sakrum).
f. Pucat, kecenderungan perdarahan.
3. Eliminasi
Gejala :
a. Perubahan pola berkemih,
b. peningkatan frekuensi,
c. poliuria (kegagalan dini), atau
d. penurunan frekuensi/oliguria (fase akhir)
e. Disuria, ragu-ragu, dorongan, dan
f. retensi (inflamasi/obstruksi, infeksi).
16

g. Abdomen kembung diare atau konstipasi


h. Riwayat HPB,
i. batu/kalkuli
Tanda :
a. Perubahan warna urine contoh kuning pekat,merah, coklat, berawan.
b. Oliguri (biasanya 12-21 hari) poliuri (2-6 liter/hari).
4. Makanan/Cairan
Gejala :
a. Peningkatan berat badan (edema) ,
b. penurunan berat badan (dehidrasi).
c. Mual , muntah,
d. anoreksia,
e. nyeri uluhati.
f. Penggunaan diuretik
Tanda :
a. Perubahan turgor kulit/kelembaban.
5. Neurosensori
Gejala :
a. Sakit kepala
b. penglihatan kabur.
c. Kram otot/kejang,
d. sindrom “kaki Gelisah”.
Tanda :
a. Gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi,
kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran (azotemia, ketidak seimbangan elektrolit/
asama basa.
b. Kejang,
c. faskikulasi otot,
d. aktifitas kejang.
6. Nyeri/Kenyamanan
Gejala :
a. Nyeri tubuh ,
b. sakit kepala
Tanda :
17

a. Perilaku berhati-hati/distrkasi,
b. gelisah.
7. Pernafasan
Gejala :
a. nafas pendek
Tanda :
a. Takipnoe,
b. dispnoe,
c. peningkatan frekuensi,
d. kusmaul,
e. nafas amonia,
f. batuk produktif dengan sputum kental merah muda( edema paru ).
8. Keamanan
Gejala :
a. adanya reaksi transfusi
Tanda :
a. demam,
b. sepsis(dehidrasi),
c. ptekie atau kulit ekimosis,
d. pruritus,
e. kulit kering.
9. Penyuluhan/Pembelajaran:
Gejala :
a. riwayat penyakit polikistik keluarga,
b. nefritis herediter,
c. batu urianrius,
d. malignansi.,
e. riwayat terpapar toksin,(obat, racun lingkungan), Obat nefrotik penggunaan berulang Contoh :
aminoglikosida, amfoterisisn, B,anestetik vasodilator,
f. Tes diagnostik dengan media kontras radiografik,
g. kondisi yang terjadi bersamaan tumor di saluran perkemihan,
h. sepsis gram negatif,
i. trauma/cedera kekerasan ,
j. perdarahan,
18

k. cedra listrik,
l. autoimunDM,
m. gagal jantung/hati.

2.2.2 Perumusan Diagnosa Keperawatan


1. Perubahan kelebihan volume cairan b/d gagal ginjal dengan kelebihan air.
2. Resiko tinggi terhadap menurunnya curah jantung berhubungan denganketidakseimbangan cairandan
elektrolit, gangguan frekuensi, irama, konduksi jantung, akumulasi/penumpukan urea toksin, kalsifikasi
jaringan lunak.
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan katabolisme protein
4. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik/pembatasan diet, anemia.
5. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d depresi pertahanan imunologi.
6. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan berlebihan.
7. Kurang pengetahuan tentang kondisi,prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang mengingat.

2.2.3 Perencenaan Keperawatan


1. Peningkatan volume cairan tubuh bd penurunan fungsi ginjal
Intervensi :
a. Kaji keadaan udema
Rasional :
Edema menunjukan perpindahan cairan krena peningkatan permebilitas sehingga mudah ditensi
oleh akumulasi cxairan walaupun minimal, sehingga berat badan dapat meningkat 4,5 kg
b. Kontrol intake danout put per 24 jam.
Rasional :
Untuk mengetahui fungsi ginjal, kebutuhan penggantian cairan dan penurunan kelebihan resiko
cairan.
c. Timbang berat badan tiap hari
Rasional :
Penimbangan berat badan setiap hari membantu menentukan keseimbangan dan masukan cairan
yang tepat.
• Penimbangan
Lebih dari 0.5 kg/hari dapat menunjukan perpindahan kesimbangan cairan
d. Beritahu keluarga agar klien dapat membatasi minum
Rasional :
19

Manajemen cairan diukur untuk menggantikan pengeluaran dari semua sember ditambah perkiraan
yang tidak nampak. Pasien dengan kelebihan cairan yang tidak responsif terhadap pembatasan
caiaran dan diuretic membutuhkan dialysis.
e. Penatalaksanaan pemberian obat anti diuretik.
Rasional :
Obat anti diuretic dat melebarkan lumen tubular dari debris, menurunkan hiperkalemia dan
meningkatkan volume urine adekuat. Misalnya : Furosemide.
f. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium fungsi ginjal.
Rasional :
Hasil dari pemeriksaan fungsi ginjal dapat memberikan gambaran sejauh mana terjadi kegagalan
ginjal.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, vomitus, nausea.
a. Observasi status klien dan keefektifan diet.
Rasional :
Membantu dalam mengidentifikasi dan kebutuhan diet, kondisi fisik umum, gejala uremik dan
pembatasan diet mempengaruhi asupan makanan.
b. Berikan dorongan hygiene oral yang baik sebelum dan setelah makan.
Rasional :
Higiene oral yang tepat mencegah bau mulut dan rasa tidak enak akibat mikroorganisme, membantu
mencegah stomatitis.
c. Berikan makanan TKRGR
Rasional :
Lemak dan protein tidak digunakan sebagai sumber protein utama, sehingga tidak terjadi
penumpukan yang bersifat asam, serta diet rendah garam memungkinkan retensi air kedalam intra
vaskuler.
d. Berikan makanan dalam porsi kecil tetapi sering.
Rasional :
Meminimalkan anoreksia, mual sehubungan dengan status uremik.
e. Kolaborasi pemberian obat anti emetic.
Rasional :
Antiemetik dapat menghilangkan mual dan muntah dan dapat meningkatkan pemasukan oral.
3. Aktivity intolerans b/d kelemahan.
Intervensi:
a. Kaji kebutuhan pasien dalam beraktifitas dan penuhi kebutuhan ADL
20

Rasional :
Memberi panduan dalam penentuan pemberian bantuan dalam pemenuhan ADL.
b. Kaji tingkat kelelahan.
Rasional :
Menentukan derajat dan efek ketidakmampun.
c. Identifikasi factor stess/psikologis yang dapat memperberat.
Rasional :
Mempunyai efek akumulasi (sepanjang factor psykologis) yang dapat diturunkan bila ada masalah
dan takut untuk diketahui.
d. Ciptakan lingkungan tengan dan periode istirahat tanpa gangguan.
Rasional :
Menghemat energi untuk aktifitas perawatan diri yang diperlukan.
e. Bantu aktifitas perawatan diri yang diperlukan.
Rasional :
Memungkinkan berlanjutnya aktifitas yang dibutuhkan memberika rasa aman bagi klien.
f. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium darah.
Rasional :
Ketidak seimbangan Ca, Mg, K, dan Na, dapat menggangu fungsi neuromuscular yang
memerlukan peningkatan penggunaan energi Ht dan Hb yang menurun adalah menunjukan salah
satu indikasi teerjadinya gangguan eritopoetin.

2.2.4 Implementasi
Pelaksanaan adalah pengobatan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang meliputi tindakan
yang direncanakan oleh perawat, melaksanakan anjuran dokter dan menjalankan ketentuan dari rumah
sakit. Sebelum pelaksanaan terlebih dahulu harus mengecek kembali data yang ada, karena kemungkinan
ada perubahan data bila terjadi demikian kemungkinan rencana harus direvisi sesuai kebutuhan pasien.

2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah pengukuran dari keberhasilan rencana perawatan dalam memenuhi kebutuhan
pasien. Tahap evaluasi merupakan kunci keberhasilan dalam menggunakan proses perawatan.
Hasil evaluasi yang diharapkan / criteria : evaluasi pada klien dengan gagal ginjal akut adalah
sebagai berikut :
a. mengatakan pemahaman situasi / factor risiko dan program pengobatan individu
b. menunjukkan teknik / prilaku yang memampukan kembali melakukan aktivitas
21

c. melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas menyatakan pemahaman proses


penyakit dan pengobatan
d. mengidentifikasi hubungan tanda / gejala penyebab
e. melakukan perubahan prilaku dan berpartisipasi pada pengobatan.
f. menyatakan penerimaan diri dan lamanya penyembuhan
g. menyukai diri sebagai orang yang berguna
h. menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk meningkatkan / mempertahankan berat badan yang
sesuai dengan kriteria.
22

BAB III
PEMBAHASAN
Kasus
Seorang anak perempuan berusia 10 tahun dirawat diruang anak sebuah RS. Hasil wawancara didapatkan ibu
pasien mengatakan anaknya jarang BAK, mual muntah 2x/hari dan nafsu makan menurun. Ibu pasien juga
mengatakan anaknya nyeri pinggang. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan pasien mengalami bengkak pada kaki,
pasien tampak lemas dan pucat, pasien tampak kesakitan di area pinggang.seperti tertekan dengan skala 3.
Pemeriksaan TTV didapatkan : TD: 100/60 mmhg, N: 85x/menit, RR: 26x/menit BB Awal 33kg,BB sekarang 30 kg.
Hasil pemeriksaan lab diperoleh kreatinin 2mg/dl, BUN 45mg/dl, dan Albumin 3gram%. Urine output 10cc/30
kg/30jam. Tterpasang infus Dextrose 15 tpm.
I. Idetitas
1. Nama : An. B
2. Tgl lahir : Kuningan, 29 Oktober 2009
3. Usia : 10 Tahun
4. Pendidikan : SD
5. Alamat : Kuningan
6. Nama Ayah/Ibu : Tn D / Ny. A
7. Pekerjaan Ayah/ Ibu : Wiraswasta / IRT
8. Agama : Islam
9. Suku/ bangsa : Sunda/ Indonesia
10. Tgl masuk RS : 1 November 2019
11. Tgl pengkajian : 1 November 2019
II. Keluhan Utama
Ibu pasien mengatakan anaknya mual muntah 2x/hari
III. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke rumah sakit pada hari jumat 1 november 2019 dengan keluhan jarang BAK disertai
dengan nyeri pinggang yang seperti tertekan dengan skala 3, ibu pasien juga mengatakan anaknya mual
muntah 2x/hari dan nafsu makan berkurang Hasil pemeriksaan fisik didapatkan pasien mengalami
bengkak pada kaki,pasien tampak lemas dan pucat,pasien tampak meringis kesakitan di area pinggang.
Pemeriksaan TTV didapatkan : TD: 100/60 mmhg, N: 85x/menit, RR: 26x/menit. Hasil pemeriksaan lab
diperoleh kreatinin 2mg/dl, BUN 45mg/dl,dan Albumin 3gram%.. BB Awal 33kg BB Sekarang 30kg. Urine
output 10cc/30 kg/30jam. Tterpasang infus Dextrose 15 tpm.
23

IV. Riwayat Masa Lampau


a. Pra natal
Ibu mengatakan selama kehamilan ibu sehat, nafsu makan baik, selalu memperiksakan
kesehatan kandungan dan melakukan imunisasi, melakukan nya ke bidan Desa.
b. Natal (untuk bayi/ anak yang masih kecil)
Tidak ada data
c. Post natal (untuk bayi/ anak yang masih kecil)
Tidak ada data
d. Penyakit waktu kecil ( gejala dan penangan nya )
Ibu mengatakan waktu kecil anaknya pernah mengalami Demam dan hanya dikompres.
e. Pernah dirawat di RS
Tidak pernah dirawat di RS
f. Obat-obatan yang digunakan
Tidak ada obat-obatan yang digunakan.
g. Riwayat alergi
Tidak mempunyai riwayat alergi.
h. Riwayat imunisasi
Lengkap

V. Riwayat Keluarga
a. Penyakit yang pernah/ sedang diderita oleh keluarga
Tidak ada yang menderita penyakit seperti yang di derita pasien, tidak ada yang menderita
penyakit keturunan atau penyakit menular.
24

b. Gambar genogram

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: An. B
: Ny. A
: Tn D

VI. Riwayat Sosial


a. Yang mengasuh anak dan alasan nya
An. B diasuh oleh ibunya sendiri, anggota keluarganya saling berinteraksi dan mencurahkan
satu sama lain.
b. Pembawaan secara umum
An. B apabila dirumah bermain dan periang
c. Lingkungan rumah
An. B tinggal dilingkungan yang baik dan suka berinteraksi dengan anak-anak yang lain.
d. Pemenuhan kebutuhan bermain dirumah
An. B bermain dirumah dengan mainan nya dan bermain diluar bersama teman-teman nya

VII. Keadaan kesehatan saat ini


1. Diagnosa Medik
Gagal Ginjal Akut
2. Tindakan Operasi
Tidak ada tindakan rencana Operasi
3. Obat-obatan
25

No Nama obat Dosis Rute Waktu Indikasi


pemberian

- - - - -

4. Tindakan Keperawatan
- Monitor Vital Sign
- Kaji lokasi dan luas edema
- Monitor tanda dan gejala dari edema
- Anjurkan pasien untuk meningkatan intake Fe
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
- Ajarkan tentang teknik non farmakologi nyeri
- Tingkatkan istirahat

5. Hasil laboratorium
No Jenis Hasil Nilai normal Interpretasi naik/
Pemeriksaan turun/ normal
1 Kreatinin 2 mg/dl 0,5-1,5 mg/dl Naik
2 BUN 45 mg/dl 15-40 mg/dl Naik
3 Albumin 3 gr % 3,8-5 gr % Turun

6. Hasil pemeriksaan penunjang lain


Tidak ada

VIII. Pemeriksaan Fisik


a. Keadaan umum
Kesadaran : GCS 15 ( compos metis )
Postur tubuh : Tegap
b. TTV
Nadi :85x/menit
RR :26x/menit
Tekanan Darah : 110/60 mmhg
BB Awal : 33kg
26

BB Sekarang : 30kg
c. Mata : mata simetris, tidak ada benjolan
d. Hidung : bersih, tidak ada kelainan
e. Mulut : bersih, tidak ada bau mulut
f. Telinga : bersih, bentuk simetrsis, fungsi pendengaran baik
g. Leher : tidak ada benjolan, pergerakan leher baik
h. Dada : bentuk dada simetris, tidak ada retrataksi dinding
i. Abdomen : abdomen simetris, tidak ada kelainan
j. Punggung : bentuk simetris, tulang belakang tegap
k. Genetalia : tampak bersih, tidak terpasang kateter
l. Ekstremitas atas : Tidak ada edema, nyeri dibagian pinggang
m. Ekstremitas Bawah : adanya edema pada kaki
n. Kulit : turgor kulit baik, tidak ada lesi, tidak ada kelainan

IX. Aktifitas Sehari-hari

No Jenis Aktivitas Sebelum sakit Setelah sakit


1 Oksigenasi
a. Pola napas Normal Normal
b. Frekuensi - 26x/menit
c. Keluhan sesak Tidak Ada Sesak Tidak Ada
d. Batuk pilek Tidak Ada Batuk pilek Tidak Ada Batuk pilek
e. Terpasang alat bantu (oksigen) Tidak Tidak
2 Cairan (Minum)
a. Frekuensi 3L 4L
b. Jenis Air putih Air Putih
c. Riwayat alergi Tidak Ada Tidak Ada
d. Keluhan Tidak Ada Tidak Ada
e. Terpasang alat bantu ( pemasangan Tidak Ada Tidak Ada
infus/transfusi )
3 Nutrisi ( Makanan )
a. Frekuensi 3x sehari 2x sehari
27

b. Jenis Nasi dan lauk pauk Nasi dan lauk pauk


c. Riwayat alergi Tidak Ada Tidak Ada
d. Keluhan Tidak Ada Ada yaitu mual muntah
e. Terpasang alat bantu ( NGT/OGT ) Tidak Ada Tidak Ada
4 Eliminasi ( BAK )
a. Frekuensi 2xsehari 1xsehari
b. Konsistensi Cair Cair
c. Warna Warna khas Warna khas
d. Bau Bau Khas Bau Khas
e. Keluhan Tidak Ada Jarang BAK

5 Aktifitas Bermain
a. Frekuensi Fleksibel Terbaring lemah
b. Jenis Mainan perempuan Tidak bermain
c. Keluhan Tidak Ada Lemas
6 Istirahat tidur
a. Frekuensi 2x sehari 2x sehari
b. Kebiasaan siang,malam siang,malam
c. Waktu / lama tidur / hari 8 jam 6 jam
d. Keluhan Tidak Ada Tidur terganggu

7 Personal Higiene
a. Oral Care Bersih Kurang bersih
b. Mandi 2x sehari Diseka
c. Keramas 1x sehari Diseka
d. Penampilan umum Bersih Kurang bersih
28

X. Analisa data ( Data fokus pengkajian )


No Dx Etiologi Masalah
1 Ds: Kelainan Ginjal Ketidakseimbangan
- Ibu pasien mengatakan nutrisi kurang dari
anaknya mual muntah Hipoperfusi kebutuhan tubuh
2x/hari dan nafsu makan
menurun. Hipovolemik
Do:
- Pasien tampak lemas Dehhidrasi
- BB: 30kg
Mual muntah

Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh
2 Ds: Mual muntah Nyeri Akut
- Ibu pasien mengatakan
anaknya nyeri pinggang Dehidrasi
Do:
- Tampak kesakitan di area Hipovolemik
pinggang seperti tertekan dengan
skala 3 Hipoperfusi
(Berkurangnya Supply Darah)

Kelainan Fungsi Ginjal

Ginjal tidak mampu menyaring zat-zat


metaboolisme dari dalam darah

GGA

Ketidakmampuan ginjal untuk


mengeksresikan urine
29

Penumpukan asam organik

Peningkatan asam organik

Peningkatan muatan asam

PH darah menurun

Asidosis metabolik

Nyeri Akut
3 Ds: Mual muntah Kelebihan Volume Cairan
- Ibu pasien mengatakan
anaknya jarang BAK Dehidrasi
Do:
- Pasien mengalami bengkak Hipovolemik
pada kaki
- Kreatinin 2mg/dl Hipoperfusi
- BUN 45mg/dl (Berkurangnya Supply Darah)
- Albumin 3gr%
Output Urine 10 cc/30kg
/30jam Kelainan Fungsi Ginjal

Ginjal tidak mampu menyaring zat-zat


metaboolisme dari dalam darah

Edema

Kelebihan Volume Cairan


30

XI. Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia mual dan muntah
ditandai dengan nafsu makan berkurang dan BB: 30 kg.
2. Nyeri Akut b.d agen cedera biologi ditandai dengan nyeri pinggang, Tampak kesakitan di area
pinggang seperti tertekan dengan skala 3
3. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urine ditandai dengan ibu pasien mengatakan
anaknya jarang BAK dan terdapat edema di kaki. Kreatinin 2mg/dl ,BUN 45mg/dl, Albumin 3gr%.
Output Urine 10cc/30kg /30jam..

XII. Intervensi Keperawatan


N Diagnosa Tujuan jangka Tujuan jangka Intervensi Rasional
o pendek panjang
1 Ketidakseimb Setelah dilakukan Nutrisi pasien Nutrition Management
angan nutrisi tindakan seimbang  Kaji ada nya alergi  Untuk
kurang dari keperawatan makanan mengetahui
kebutuhan selama 3 X 24 jam adanya
tubuh diharapkan berat alergi
badan dalam  Ajarkan pasien  Untuk
rentang normal untuk mrenambah
dengan kriteria meningkatkan kadar Fe
hasil : tingkat Fe dalam tubuh
 Adanya  Anjurkan pasien  Untuk
peninhkat untuk mempercep
an berat meningkatkan vit C at
badan penyembuh
 Tidak ada an
tanda-
tanda mal  Berikan makanan  Makanan
nutrisi yang terpilih (yang yang
 Mampu sudah diberikan
mengiden dikonsultasikan sesuai
tifikasi dengan ahli gizi) dengan
Kebutuha kebutuhan
n nutsis
31

 Menunjuk Nutrition Monitoring pasien


an
peningkat  Monitor adanya  Untuk
an fungsi penurunan berat mengetahui
pengecap badan asupan
an dan makan
menelan pasien
 Monitor Kulit kering  Untuk
dan perubahan mengetahui
pigmentasi ada nya
dehidrasi
atau tidak
 Monitor turgor kulit  Untuk
mengetahui
adanya
dehidrasi
 Monitor mual dan  Untuk
muntah mengetahui
jumlah
nutrisi yang
keluar
2 Nyeri akut Setelah dilakukan tidak ada nyeri Pain management
tindakan dan meyatakan  Lakukan  Untuk
keperawatan rasa nyaman pengkajian nyeri mengetahui
selama 3 X 24 jam secara lokasi
diharapkan nyeri kompherensif karakteristik,
berkurang dengan durasi,
kriteria hasil : frekuensi,
 Mampu kualitas dan
mengontr faktor nyeri
ol nyeri  Kaji kultur yang  Untuk
mempengaruhi mengetahui
nyeri faktor yang
32

 Mampu mempengar
mengenal uhi nyeri
i nyeri  Kurangi faktor  Untuk
prepitasi nyeri mengurangi
rasa nyeri
pasien
 Pilih dan lakukan  Untuk
penanganan nyeri mengurangi
( farmakologi dan rasa nyeri
nonfarmakologi )
 Kaji tipe dan  Untuk
sumber nyeri menentukan
intervensi
 Ajarkan teknik non  Untuk
farmokologi mengurangi
rasa nyeri
Seperti
distraksi dan
relaksasi
 Kolaborasikan  Untuk
dengan dokter jika menentukan
ada keluhan dan tindakan
tindakan nyeri yang akan
tidak berhasil. dilakukan
selanjutnya

3 Kelebihan Setelah dilakukan Terbebas dari Fluid management


volume cairan tindakan edema  Monitor  Untuk
keperawatan BUN,kreatinin mengetahui
selama 3 X 24 jam hasilnya
diharapkan edema dalam
rentang
33

berkurang dengan normal atau


kriteria hasil : tidak
 Edema  Untuk
berkuran  Monitor indikasi menentukan
g retensi/kelebihan jumlah
 TTV cairan cairan yang
dalam masuk
rentan supaya tidak
normal memperoleh
edema
 Untuk
 Kaji lokasi dan mengetahui
luas edem output urine
 Untuk
 Monitor elektrolit menentukan
urine lokasi dan
luas edema
 Untuk
 Kolaborasi dokter menentukan
jika tanda cairan tindakan
berlebih muncul selajutnya
memburuk  Untuk
 Berikan diet menurunkan
rendah protein insufesiensi
dan tinggi kalori renal dan
retensi
nitrogen
yang akan
meningkat
BUN. Diet
tinggi kalori
untuk
cadangan
34

energi dan
mengurangi
katabolisme
protein
Untuk
menurunkan
volume
plassma dan
menurunkan
retensi
cairan
 Kolaborasi  Untuk
dengan dokter mengeluarka
dalam pemberian n cairan
deuretik ( yang
furosemide, ) berlebih

XIII. Implementasi Keperawatan


No Dx Tanggal dan Implementasi Keperawatan Respon Pasien
Waktu
1 Ketidaksei 1-11-19
mbangan 10.45  Mengkaji ada nya alergi makanan  Pasien tidak
nutrisi memiliki alergi
kurang 11.00 makanan
dari  Mengajarkan pasien untuk  Pasien mengikuti
kebutuhan meningkatkan intake Fe arahan yang
tubuh 11.15 diberikan
 Menganjurkan pasien untuk  Keluarga pasien
meningkatkan vit C memberikan
35

makanan yang
mengandung vit C

11.30  Memonitor adanya penurunan berat  BB turun 3kg


badan
11. 45  Memonitor Kulit kering dan perubahan  Tidak ada
pigmentasi perubahan
pigmentasi
12.00  Memonitor turgor kulit  Turgor kulit lembab

12.15  Memonitor mual dan muntah  Adanya mual


muntah

2 Nyeri 1-11-19
13.00  Melakukan pengkajian nyeri secara  Nyeri terasa
kompherensif tertekan dengan
skala 3
13.15  Mengkaji kultur yang mempengaruhi  Ketidak mampuan
nyeri ginjal
mengeksresikan
urine
13.30  Melakukan penanganan nyeri ( non  Pasien melakukan
farmakologi) teknik napas dalam
13.45  Berkolaborasi dengan dokter jika ada  Tidak ada keluhan
keluhan dan tindakan nyeri tidak lagi
berhasil
3 Kelebihan 1-11-19
volume 09.00  Memonitor hasil BUN, kreatinin  BUN : 45 mg/dl
cairan 09.15  Memonitor indikasi retensi/kelebihan Kreatinin : 2mg/d
cairan  Retensi cairan
09. 30  Mengkaji lokasi dan luas edema menumpuk
 Adanya edema di
 Memonitor elektrolit urine kaki
36

09.45  Berkolaborasi dengan dokter jika  Tidak ada tanda


10. 00 tanda cairan berlebih muncul cairan yang muncul
memburuk memburuk
 memberikan diet rendah protein dan  Pasien diet rendah
10.15 tinggi kalori protein dan tinggi
 Kolaborasi dengan dokter dalam kalori
10.30 pemberian deuretik ( furosemide, )  Pasien minum obat
furosemide

XIV. Evaluasi Keperawatan


No Dx Tanggal dan Waktu Evaluasi i Keperawatan Paraf
1 I 1-11-2019 S : Ibu pasien mengatakan anaknya mual muntah dan nafsu
makan menurun.
O : - Pasien tampak lemas
- BB: 30kg
A : masalah belum teratasi
P : intervensi di lanjutkan
 Kaji ada nya alergi makanan
 Ajarkan pasien untuk meningkatkan tingkat Fe
 Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vit
C
 Berikan makanan yang terpilih (yang sudah
dikonsultasikan dengan ahli gizi)
 Monitor adanya penurunan berat badan
 Monitor Kulit kering dan perubahan pigmentasi
 Monitor turgor kulit
 Monitor mual dan muntah
I:
 Mengkaji ada nya alergi makanan
 Mengajarkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
 Menganjurkan pasien untuk meningkatkan protein
dan vit C
37

 Memonitor adanya penurunan berat badan


 Memonitor Kulit kering dan perubahan pigmentasi
 Memonitor turgor kulit
 Memonitor mual dan muntah
E:
 Pasien tidak memiliki alergi makanan
 Pasien mengikuti arahan yang diberikan
 Keluarga pasien memberikan makanan yang
mengandung protein dan vit C
 BB turun 3kg

2-11-2019 S: Ibu pasien mengatakan mual muntah anaknya berkurang


dan anak mau makan walau sedikit
O : - Pasien masih tampak lemah
- BB: 30kg
A : masalah teratasi sebagian
P : Intervensi di lanjutkan
 Kaji ada nya alergi makanan
 Ajarkan pasien untuk meningkatkan tingkat Fe
 Anjurkan pasien untuk meningkatkan vit C
 Berikan makanan yang terpilih (yang sudah
dikonsultasikan dengan ahli gizi)
 Monitor adanya penurunan berat badan
 Monitor Kulit kering dan perubahan pigmentasi
 Monitor turgor kulit
 Monitor mual dan muntah
I:
 Mengkaji ada nya alergi makanan
 Mengajarkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
 Menganjurkan pasien untuk meningkatkan protein
dan vit C
 Memonitor adanya penurunan berat badan
 Memonitor Kulit kering dan perubahan pigmentasi
38

 Memonitor turgor kulit


 Memonitor mual dan muntah
E:
 Pasien tidak memiliki alergi makanan
 Pasien mengikuti arahan yang diberikan
 Keluarga pasien memberikan makanan yang
mengandung protein dan vit C
3-11-2019 S: ibu mengatakan anaknya sudah tidak mual muntah
O : - pasien sudah tidak tampak lemah
- BB 31 kg
A : masalah teratasi
P : intervensi di hentikan
2 II 1-11-2019 S : Ibu pasien mengatakan anaknya nyeri pinggang
O : pasien tampak kesakitan di area pinggang seperti
tertekan dengan skala 3
A : masalah belum teratasi
P : intervensi di lanjutkan
 Lakukan pengkajian nyeri secara kompherensif
 Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
 Kurangi faktor prepitasi nyeri
 Pilih dan lakukan penanganan nyeri ( farmakologi
dan nonfarmakologi )
 Kaji tipe dan sumber nyeri
 Ajarkan teknik non farmokologi
 Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
I:
 Melakukan pengkajian nyeri secara kompherensif
 Mengkaji kultur yang mempengaruhi nyeri
 Melakukan penanganan nyeri ( non farmakologi)
 Berkolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
E:
39

 Nyeri terasa tertekan dengan skala 3


 Ketidak mampuan ginjal mengeksresikan urine
 Pasien melakukan teknik napas dalam
 Tidak ada keluhan lagi
2-11-2019 S : ibu mengatakan nyeri pinggang anak nya berkurang
O : skala nyeri berkurang 2
P : intervensi di lanjutkan
 Lakukan pengkajian nyeri secara kompherensif
 Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
 Kurangi faktor prepitasi nyeri
 Pilih dan lakukan penanganan nyeri ( farmakologi
dan nonfarmakologi )
 Kaji tipe dan sumber nyeri
 Ajarkan teknik non farmokologi
 Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
I:
 Melakukan pengkajian nyeri secara kompherensif
 Mengkaji kultur yang mempengaruhi nyeri
 Melakukan penanganan nyeri ( non farmakologi)
 Berkolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
E:
 Nyeri terasa tertekan dengan skala 3
 Ketidak mampuan ginjal mengeksresikan urine
 Pasien melakukan teknik napas dalam
 Tidak ada keluhan lagi
3-11-2019 S: ibu mengatak anak nya sudah tidak nyeri pinggang
O: pasien tidak tampak kesakitan
A : masalah teratasi
P : intervensi di hentikan

3 III 1-11-2019 S : Ibu pasien mengatakan anaknya jarang BAK


40

O: - Pasien mengalami bengkak pada kaki


- Kreatinin 2mg/dl
- BUN 45mg/dl
- Albumin 3gr%
Output Urine 10cc/30kg/30jam
Terpasang Infus Rl 15 tpm
A : masalah belum teratasi
P: intervensi di lanjutkan
 Monitor hasil hb yang sesuai dengan retensi
cairan (BUN, hmt , osmolalitas urin )
 Monitor indikasi retensi/kelebihan cairan
 Kaji lokasi dan luas edema
 Monitor status nutrisi
 Tentukan kemungkinan faktor resiko dari
ketidakseimbangan nutrisi
 Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul
memburuk
 berikan diet rendah protein dan tinggi kalori
 berikan deuretik ( furosemide, spironolakton,
hidronolakton )
I:
 Memonitor hasil BUN, kreatinin
 Memonitor indikasi retensi/kelebihan cairan
 Mengkaji lokasi dan luas edema
 Memonitor elektrolit urine
 Berkolaborasi dengan dokter jika tanda cairan
berlebih muncul memburuk
 memberikan diet rendah protein dan tinggi kalori
 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
deuretik ( furosemide, )
E:
 BUN : 45 mg/dl
 Kreatinin : 2mg/d
41

 Retensi cairan menumpuk


 Adanya edema di kaki
 Tidak ada tanda cairan yang muncul memburuk
2-11-2019 S : Ibu mengatakan anak nya sudah bisa BAK
O: - bengkak pada kaki berkurang
- Kreatinin 1,8 mg/dl
- BUN 43 mg/dl
- Albumin 3,5 gr%
- Urine output 14cc/30 kg/30jam.
- Tterpasang infus Dextrose 15 tpm.

A : masalah teratasi sebagian


P : intervensi di lanjutkan
 Monitor hasil hb yang sesuai dengan retensi
cairan (BUN, hmt , osmolalitas urin )
 Monitor indikasi retensi/kelebihan cairan
 Kaji lokasi dan luas edema
 Monitor status nutrisi
 Tentukan kemungkinan faktor resiko dari
ketidakseimbangan nutrisi
 Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul
memburuk
 berikan diet rendah protein dan tinggi kalori
 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
deuretik ( furosemide, )
I:
 Memonitor hasil BUN, kreatinin
 Memonitor indikasi retensi/kelebihan cairan
 Mengkaji lokasi dan luas edema
 Memonitor elektrolit urine
 Berkolaborasi dengan dokter jika tanda cairan
berlebih muncul memburuk
 memberikan diet rendah protein dan tinggi kalori
42

 memberikan deuretik ( furosemide, spironolakton,


hidronolakton )
E:
 BUN : 43 mg/dl
 Kreatinin : 1,8 mg/d
 Retensi cairan berkurang
 Adanya edema di kaki
 Tidak ada tanda cairan yang muncul memburuk

3-11-2019 S : Ibu nya mengatakan anak nya sudah bisa BAK


O : - bengkak tidak ada
- Kreatinin 1,3 mg/dl
- BUN 36 mg/dl
- Albumin 4 gr%
- Urine output 25cc/31 /31jam.

A : Masalah teratasi
P: intervensi di hentikan
43

BAB IV
PENUTUP

1.1 Simpulan
Gagal Ginjal Akut adalah hilangnya fungsi mendadak dan hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi
renal atau fungsi tubular dan glomerular.
Factor yang menyebabkan pengurangan aliran darah renal dan gangguan fungsi ginjal, yaitu:
1. Obstruksi tubulus
2. Kebocoran cairan tubulus
3. Penurunan permeabilitas glomerulus
4. Disfungsi vasomotor
5. Glomerulus feedback
Tanda dan Gejala
1. Nekrosis tubulus toksik dapat berupa non-oliguria (haluaran urine banyak) dan terkait dengan dihasilkannya
volume urine encer yang adekuat
2. Peningkatan BUN dan nilai kreatinin serum menetap
3. Hiperkalemia berat
4. Asidosis progresif, peningkatan konsentrasi fosfat serum, dan kadar kalsium serum rendah
5. Anemia, karena kehilangan darah akibat lesi uremik gastrointestinal.
Komplikasi
1. Retensi cairan dapat menyebabkan edema atau gagal jantung kongestif
2. Gangguan elektrolit dan pH dapat menimbulkan ensefalopati
3. Apabila hiperkalemia parah (≥ 6,5 miliekuivalen per liter) dapat terjadi disritmia dan kelemahan otot

1.2 Saran
Di dalam makalah ini penyusun menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesmpurnaan. Maka dari itu penyususn mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan di dalam makalah
ini.
44

DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif., Kumala Sari. 2014. Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Prabowo, Eko. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan. Yogyakarta : Nuha Medika
Abdul. Sila, Hj. Andi Intang, Saipuddin. “ FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA
GAGAL GINJAL AKUT PADA PASIEN DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR.” Jurnal Ilmiah Kesehatan
Diagnosisi Volume 4 Nomor 5 (2014) ISSN : 2302-1721

Anda mungkin juga menyukai