Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN CA. TULANG

DISUSUN OLEH : KEL 6

KARTIN (1901110550)
KATARINA KARTINI DOLO (1901110551)
KRISTINA ANA PURWIYANTININGTIAS (1901110552)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG

2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumor tulang merupakan kelainan pada system musculoskeletal yang bersifat
neoplastik.Tumor dalam arti yang sempit berarti benjolan, sedangkan setiap pertumbuhan yang
baru adalah abnormal disebut neoplasma.Tumor dapat bersifat jinak atau ganas. Tumor ganas
tulang dapat bersifat primer yang berasal dari unsur – unsur tulang sendiri atau sekunder dari
metastasis (infiltrasi) tumor – tumor ganas organ lain kedalam tulang.
Tubuh anda terbentuk dari banyak struktur-struktur kecil yang disebut sel-sel. Ada
banyak tipe-tipe yang berbeda dari sel-sel yang tumbuh untuk membentuk bagian-bagian yang
berbeda dari tubuh anda.Selama pertumbuhan dan perkembangan yang normal, sel-sel ini secara
terus menerus tumbuh, membelah, dan membuat sel-sel baru. Proses ini berlanjut di seluruh
kehidupan bahkan setelah anda tidak lagi tumbuh. Sel-sel berlanjut membelah dan membuat sel-
sel baru untuk menggantikan sel-sel yang tua dan rusak.Pada seorang yang sehat, tubuh mampu
untuk mengontrol pertumbuhan dan pembelahan dari sel-sel menurut keperluan-keperluan dari
tubuh.Kanker adalah ketika kontrol yang normal ini dari sel-sel hilang dan sel-sel mulai tumbuh
dan membelah diluar kontrol.Sel-sel juga menjadi abnormal dan telah merubah fungsi-fungsi
pada pasien-pasien dengan kanker.
Ada banyak tipe-tipe yang berbeda dari kanker.Kanker biasanya dinamakan berdasarkan
pada tipe dari sel yang dipengaruhi.Contohnya, kanker paru disebabkan oleh sel-sel yang diluar
kontrol yang membentuk paru-paru, dan kanker payudara oleh sel-sel yang membentuk
payudara.Suatu tumor adalah suatu kumpulan (koleksi) dari sel-sel abnormal yang mengumpul
bersama.Bagaimanapun, tidak semua tumor-tumor adalah bersifat kanker.Suatu tumor dapat
jinak (tidak bersifat kanker) atau ganas (bersifat kanker).Tumor-tumor jinak biasanya kurang
berbahaya dan tidak mampu untuk menyebar ke bagian-bagian lain tubuh.Tumor-tumor ganas
biasanya lebih serius dan dapat menyebar ke area-area lain dalam tubuh.
Kemampuan sel-sel kanker untuk meninggalkan lokasi awal mereka dan bergerak ke
lokasi lain didalam tubuh disebut metastasis. Metastasis dapat terjadi dengan sel-sel kanker
memasuki aliran darah tubuh atau sistim getah bening (lymphatic system) untuk berjalan ke
tempat-tempat lain didalam tubuh.Ketika sel-sel kanker bermetastasis ke bagian-bagian lain
tubuh, mereka tetap dinamakan dengan tipe asal dari sel yang abnormal. Contohnya, jika suatu
kelompok dari sel-sel payudara menjadi berpenyakit kanker dan bermetastasis ke tulang-tulang,
ia disebut kanker payudra yang bermetastasis. Banyak tipe-tipe berbeda dari kanker mampu
untuk bermetastasis ke tulang-tulang. Tipe-tipe kanker yang paling umum yang menyebar ke
tulang-tulang adalah paru, payudara, prostate, tiroid, dan ginjal. Kebanyakan waktu, ketika
orang-orang mempunyai kanker di tulang mereka, ia disebabkan oleh kanker yang telah
menyebar dari tempat lain didalam tubuh ke tulang-tulang. Adalah lebih tidak umum untuk
mempunyai suatu kanker tulang yang asli, suatu kanker yang timbul dari sel-sel yang
membentuk tulang. Adalah penting untuk menentukan apakah kanker didalam tulang adalah dari
tempat lain atau dari suatu kanker dari sel-sel tulang. Perawatan-perawatan untuk kanker-kanker
yang telah bermetastasis ke tulang didasarkan pada tipe awal dari kanker.
Dari seluruh tumor tulang primer, 65,8 % bersifat jinak dan 34,2 % bersifat ganas. Ini
berarti dari setiap tiga tumor tulang terdapat satu yang bersifat ganas. Perbandingan insidens
tumor tulang pada pria dan wanita adalah sama. Tumor jinak primer tulang yang paling sering
ditemukan adalah osteoma (39,3 %), osteokondroma (32,5 %), kondroma (9,8 %), dan sisanya
adalah tumor tulang jinak yang lain.

B. Tujuan penulisan
1. Untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata dalam melakukan Asuhan
Keperawatan pada pasien dengan kanker tulang
2. Diharapkan mahasiswa mampu memberikan gambaran asuhan keperawatan meliputi:
a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan kanker tulang
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan kanker tulang tulang
c. Mampu membuat rencana keparawatan pada klien dengan kanker tulang
d. Mampumelaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan kanker tulang
e. Mampu mengevaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan kanker
tulang
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Kanker Tulang
Kanker tulang adalah jenis kanker yang bisa terjadi pada anak-anak dan orang dewasa,
meskipun kecenderungannya lebih sering terjadi pada anak-anak dan remaja. Kanker tulang
dikelompokkan berdasarkan pada sumber kankernya, dikatakan primer jika sumber asalnya dari
tulang itu sendiri dan dikatakan sekunder jika kanker yang terjadi merupakan hasil penyebaran
dari kanker lain ke tulang. Kanker tulang sekunder bisa saja bersumber dari sel kanker payudara
atau sel kanker lain yang menyebar ke tulang, jenis ini lebih umum dibanding kanker tulang
primer. Sehingga pada kenyataannya kanker tulang primer relatif lebih jarang terjadi. Pada
bahasan kali ini kita akan lebih memfokuskan pada kanker tulang primer.
Angka harapan hidup penderita kanker tulang mencapai 60% jika belum terjadi penyebaran
ke paru-paru.Sekitar 75% penderita bertahan hidup sampai 5 tahun setelah penyakitnya
terdiagnosis. Sayangnya penderita kanker tulang kerap datang dalam keadaan sudah lanjut
sehingga penanganannya menjadi lebih sulit. Jika tidak segera ditangani maka tumor dapat
menyebar ke organ lain, sementara penyembuhannya sangat menyakitkan karena terkadang
memerlukan pembedahan radikal diikuti kemotherapy.

B. Etiologi
Meskipun tidak diketahui penyebab yang pasti tentang terjadinya kanker tulang, para
peneliti menemukan bahwa faktor genetik dapat meningkatkan resiko kanker tulang. Contoh
faktor genetika yang dapat meningkatkan resiko kanker tulang adalah:
a. Multiple exostoses
b. Rothmund-Thomson sindrom
c. Retinoblastoma genetik
d. Li-Fraumeni sindrom
Orang dewasa yang mengalami penyakit paget’s memiliki resiko tinggi bagi
berkembangnya kanker tulang. Pengobatan radiasi yang pernah dilakukan sebelumnya bisa
berhubungan dengan kanker tulang. Korelasi ini paling kuat jika terapi radiasi yang diberikan
saat semasa kecil. Namun bukan berarti terapi radiasi yang digunakan pada pengobatan kanker
menjadi sesuatu yang berbahaya atau tidak aman. Bagi orang yang mengidap kanker, manfaat
terapi radiasi lebih besar dibanding resiko yang muncul. Resiko ini tidak termasuk dalam
paparan radiasi yang terus-menerus dengan sinar-x.

C. Tipe-Tipe Kanker Tulang


Ada banyak tipe-tipe yang berbeda dari kanker tulang. Tumor-tumor tulang yang paling
umum termasuk osteosarcoma, ewing’s sarcoma, chondrosarcoma, malignant fibrous
histiocytoma, fibrosarcoma, dan chordoma.
a. Osteosarcoma adalah kanker tulang ganas utama yang paling umum. Ia paling umum
mempengaruhi laki-laki yang berumur antara 10 dan 25 tahun, namun dapat lebih kurang
umum mempengaruhi dewasa-dewasa yang lebih tua. Ia seringkali terjadi di tulang-
tulang yang panjang dari lengan-lengan dan kaki-kaki pada area-area dari pertumbuhan
yang cepat sekitar lutut-lutut dan bahu-bahu (pundak) dari anak-anak. Tipe kanker ini
seringkali adalah sangat agresif dengan risiko penyebaran ke paru-paru. Angka
kelangsungan hidup dari lima tahun adalah kira-kira 65%.
b. Ewing’s sarcoma adalah tumor tulang yang paling agresif dan mempengaruhi orang-
orang yang lebih muda yang berumur antara 4-15 tahun. Ia adalah lebih umum pada laki-
laki dan adalah sangat jarang pada orang-orang yang berumur lebih dari 30 tahun. Ia
paling umum terjadi pada pertegahan dari tulang-tulang panjang dari lengan-lengan dan
kaki-kaki. Angka kelangsungan hidup tiga tahun adalah kira-kira 65%, namun angka ini
adalah jauh lebih rendah apabila telah menyebar ke paru-paru atau jaringan-jaringan lain
dari tubuh.
c. Chondrosarcoma adalah tumor tulang yang paling umum kedua dan bertanggung jawab
pada kira-kira 25% dari semua tumor-tumor tulang yang ganas. Tumor-tumor ini timbul
dari sel-sel tulang rawan (cartilage cells) dan dapat tumbuh dengan sangat agresif atau
relatif perlahan. Tidak seperti banyak tumor-tumor tulang lain, chondrosarcoma adalah
paling umum pada orang-orang berumur diatas 40 tahun. Ia adalah sedikit lebih umum
pada laki-laki dan dapat secara potensial menyebar ke paru-paru dan simpul-simpul getah
bening. Chondrosracoma paling umum mempengaruhi tulang-tulang dari pelvis dan
pinggul-pinggul. Kelangsungan hidup lima tahun untuk bentuk yang agresif adalah kira-
kira 30%, namun angka kelangsungan hidup untuk tumor-tumor yang tumbuhnya
perlahan adalah 90%.
d. Malignant fibrous histiocytoma (MFH) mempengaruhi jaringan-jaringan lunak temasuk
otot-otot, ligamen-ligamen, tendon-tendon, dan lemak. Ia adalah keganasan jaringan
lunak yang paling umum pada kehidupan kemudian dari dewasa, biasanya terjadi pada
orang-orang berumur 50-60 tahun. Ia paling umum mempengaruhi anggota-anggota
tubuh (kaki dan tangan) dan adalah kira-kira dua kali lebih umum pada laki-laki daripada
wanita-wanita. MFH juga mempunyai suatu batasan yang lebar dari keparahan. Angka
kelangsungan hidup keseluruhan adalah kira-kira 35%-60%.
e. Fibrosarcoma adalah jauh lebih jarang dari pada tumor-tumor tulang lainnya. Ia adalah
paling umum pada orang-orang yang berumur 35-55 tahun. Ia paling umum
mempengaruhi jaringan-jaringan lunak dari kaki dibelakang lutut. Ia adalah sedikit lebih
umum pada laki-laki daripada wanita-wanita.
f. Chordoma adalah suatu tumor yang sangat jarang dengan suatu kelangsungan hidup rata-
rata dari kira-kira enam tahun setelah diagnosis. Ia terjadi pada dewasa-dewasa yang
berumur diatas 30 tahun dan kira-kira dua kali lebih umum pada laki-laki daripada
wanita-wanita. Ia paling umum mempengaruhi kolom tulang belakang (spinal column)
ujung bawah atau ujung atas.
Sebagai tambahan pada kanker tulang, ada beragam tipe-tipe dari tumor-tumor tulang yang
jinak.Ini termasuk osteoid osteoma, osteoblastoma, osteochondroma, enchondroma,
chondromyxoid fibroma, dan giant cell tumor (yang mempunyai potensi untuk menjadi ganas).
Seperti dengan tipe-tipe lain dari tumor-tumor jinak, ini tidak bersifat kanker.
Ada dua tipe lain dari kanker yang relatif umum yang berkembang didalam tulang-tulang:
lymphoma dan multiple myeloma. Lymphoma, suatu kanker yang timbul dari sel-sel sistim
imun, biasanya mulai di simpul-simpul getah bening namun dapat mulai di tulang. Multiple
myeloma mulai di tulang-tulang, namun ia biasanya tidak dipertimbangkan sebagai suatu tumor
tulang karena ia adalah suatu tumor dari sel-sel sumsum tulang dan bukan dari sel-sel tulang.
D. Patofisiologi
E. Manifestasi Klinis
a. Nyeri atau pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi semakin parah
pada malam hari dan meningkat sesuai dengan progresivitas penyakit)
b. Fraktur patologik
c. Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas
d. Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran
vena
e. Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat badan
menurun dan malaise. (Smeltzer., 2001)
Gejala yang muncul bisa bervariasi tergantung pada jenis kanker tulangnya, namun yang
paling umum adalah nyeri. Kanker tulang lebih umum terjadi pada tulang yang bentuknya
panjang (lengan dan kaki), sehingga tempat-tempat tersebut merupakan tempat yang paling
sering merasakan nyeri. Tidak semua tumor tulang bersifat kanker, melainkan ada juga yang
jinak. Nyeri tulang umumnya menunjukkan bahwa tumor tersebut adalah jinak. Beberapa gejala
kanker tulang antara lain:
 Persendian yang bengkak dan inflamasi
 Patah tulang yang disebabkan karena tulang yang rapuh
Gejala yang tidak spesifik seperti demam, menurunnya berat badan, kelelahan yang hebat, dan
anemia juga bisa menjadi gejala kanker tulang, tapi bisa juga merupakan indikator penyakit lain.

F. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis didasarkan pada riwayat, pemeriksaan fisik, dan penunjang diagnosis seperti CT,
mielogram, asteriografi, MRI, biopsi, dan pemeriksaan biokimia darah dan urine.Pemeriksaan
foto toraks dilakukan sebagai prosedur rutin serta untuk follow-up adanya stasis pada paru-paru.
Fosfatase alkali biasanya meningkat pada sarkoma osteogenik. Hiperkalsemia terjadi pada
kanker tulang metastasis dari payudara, paru, dan ginjal.Gejala hiperkalsemia meliputi
kelemahan otot, keletihan, anoreksia, mual, muntah, poliuria, kejang dan koma. Hiperkalsemia
harus diidentifikasi dan ditangani segera. Biopsi bedah dilakukan untuk identifikasi histologik.
Biopsi harus dilakukan untuk mencegah terjadinya penyebaran dan kekambuhan yang terjadi
setelah eksesi tumor., (Rasjad, 2003).
G. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat didiagnosis. Tujuan
penatalaksanaan secara umum meliputi pengangkatan tumor, pencegahan amputasi jika
memungkinkan dan pemeliharaan fungsi secara maksimal dari anggota tubuh atau ekstremitas
yang sakit.Penatalaksanaan meliputi pembedahan, kemoterapi, radioterapi, atau terapi
kombinasi.
Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan dan / atau radiasi dan kemoterapi.
Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya meliputi adriamycin (doksorubisin) cytoksan
dosis tinggi (siklofosfamid) atau metrotexate dosis tinggi (MTX) dengan leukovorin. Agen ini
mungkin digunakan secara tersendiri atau dalam kombinasi.
Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan pemberian cairan normal
intravena dan obat-obatan seperti fosfat, mitramisin, kalsitonin atau kortikosteroid, (Gale, 1999).
2) Tindakan keperawatan
a. Manajemen nyeri
Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam, visualisasi,
dan bimbingan imajinasi ) dan farmakologi ( pemberian analgetika ).
b. Mengajarkan mekanisme koping yang efektif
Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan berikan
dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke ahli psikologi
atau rohaniawan.
c. Memberikan nutrisi yang adekuat
Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek samping
kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang adekuat. Antiemetik
dan teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi gastrointestinal. Pemberian nutrisi
parenteral dapat dilakukan sesuai dengan indikasi dokter.
d. Pendidikan kesehatan
Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan terjadinya
komplikasi, program terapi, dan teknik perawatan luka di rumah.(Smeltzer. 2001)
H. Prognosa
Prognosa jelek, hanya kira-kira seperlima atau kurang dari 10 persen yang kasus yang
mempunyai harapan hidup/bertahan sampai/lebih dari 5 tahun.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
1) Data Biografi: Data biografi biasanya mencakup nama, umur, alamat, pekerjaan, No.
MR, agama dan lain-lain yang dianggap perlu.
2) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Jika klien mengalami manifestasi klinis tumor benigna, nyeri adalah keluhan yang
umum. Nyeri dapat mempunyai rentang dari ringan sampai moderat, seperti yang terlihat
pada chondroma, atau nyeri tak terputus yang kuat pada osteoma osteoid. Nyeri dapat
disebabkan oleh invasi tumor langsung pada jaringan lunak, menekan saraf perifer, atau
disebakan karena fraktur patologik.
Sebagai tambahan untuk mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan
sifat nyeri klien, perawat mengobservsi dan mempalpasi area yang diduga terkena.Bila
tumor menyerang ekstremitas bawah atau tulang-tulang kecil pada tangan dan kaki,
pembengkakan lokal dapat dideteksi sebagai pembesaran neoplasma. Pada beberapa
kasus, atropi otot atau spasmus otot dapat terjadi. Perawat mempalpasi tulang dan otot
untuk mendeteksi perubahan dan mengurangi nyeri.
Untuk tumor tulang ganas, data dikumpulkan serupa dengan riwayat pada tumor
tulang benigna. Sebagai tambahan perawat menanyakan apakah dia mempunyai riwayat
terapi radasi untuk pengobartan kanker.

3) Pengkajian Psikososial.
Seringkali klien dengan tumor maligna adalah dewasa muda yang produktif secara sosial.
Klien membutuhkan sistem dukungan untuk membantunya mengatasi kondisi ini. Keluarga,
orang-orang terdekat, serta profesi kesehatan merupakan komponen utama dalam sistem
dukungan.
Klien seringkali mengalami kehilangan kontrol selama kehidupannya ketika diagnosis
keganasan ditentukan. Sebagai akibatnya mereka menjadi cemas dan takut akan hasil
penyakit mereka. Koping terhadapnya meupakan tantangan berat. Klien mengalami proses
berduka, awalnya mereka menolak. Perawat perlu mengkaji tingkat kecemasan dan mengkaji
tingkat proses berduka yang dialami klien. Perawat juga mengidentifikasi perilaku
maladaptif, yang mengindikasikan mekanisme koping inefektif.

4) Pemeriksaan diagnostik.
Radiografi rutin dan tomografi konvensional sangat bermanfaat dalam melokalisasi dan
memvisualisasi neoplasma. Tumor benigna dikarakterisasi oleh: batas jelas, korteks intak,
dan tulang yang halus, dengan periosteal tulang yang seragam. Computed Tomografi (CT)
kurang berguna, kecuali dalam area anatomik yang kompleks seperti pada kolumna
vertebralis dan sakrum. Uji ini sangat membantu dalam mengevaluasi penyebaran ke jaringan
lunak.
Ketika diagnosis tumor benigna meragukan, biopsi jarum/biopsi terbuka perlu dilakukan.
Metoda pembedahan terbuka dilakukan untuk mendapatkan jumlah jaringan yang
mencukupi. Pindai tulang tidak spesifik dalam membedakan tumor tulang benigna dan
maligna, tapi memungkinkan visualsisasi yang lebih baik pada penyebarn lesi dibandingkan
dengan kebanyakan pemeriksaan radiografik. MRI mungkin membantu dalam melihat
masalah pada kolumna spinalis.
Pada tumor maligna semua prosedur diatas juga dapat digunakan. Meskipun setiap tipe
tumor mempunyai karakteristik pola radigrafik, temuan tertentu tampak serupa pada semua
tumor maligna.Tumor maligna pada umumnya mempunyai tampilan berbatas tidak jelas,
perusakan tulang, periosteal irregular pada tulang baru dan penembusan kortikal.
Lesi metastatik mungkin meningkat atau menurunkan densitas tulang, tergantung pada
jumlah aktivitas osteoblastik. CT juga berguna dalam menentukan perluasan kerusakan
jaringan lunak. Klien dengan tumor maligna umumnya menunjukkan peningkatan serum
alkalin fosfatase (ALP), mengindikasikan tubuh sedang berusaha untuk membentuk tulang
baru dengan meningkatkan aktivitas osteoblastik.
Klien dengan sarkoma Ewing atau lesi tulang metastatik sering menampakkan anemia
normositik. Sebagai tambahan lekositosis umum pada sarkoma Ewing. Pada beberapa klien
dengan metastatis tulang dari payudara, ginjal dan paru, kadar kalsium serum meningkat.
Destruksi tulang massif menstimulasi pelepasan mineral ke aliran darah. Klien dengan
sarkoma Ewing dan metastasis tulang sering mengalami peningkatan laju edap darah
(ESD/LED), mungkin berkontribusi ada inflamsi jairngan sekunder.
Pengkajian Diagnostik Lainnya.
a. Biopsi tulang dapat dilakukan untuk menentukan tipe tumor tulang. Biopsi jarum bisanya
dilakukan ketika diduga ada metasatis. Metoda terbuka melalu insisi bedah lebih disukai
pada lesi primer. Ahli bedah berusaha untuk membuat insisi sekecil mungkin. Carut biopsi
dibuang selama pembedahan kanker tulang untuk mengeliminasi sebaran tunas kanker.
Setelah biopsy, kanker dikelompokkan berdasarkan derajat tumor. Metoda yang populer
adalah sistem TNM, yang digunakan untuk menentukan ukuran tumor, keterlibatan nodus,
dan adanya metastasis.
b. Pindai tulang sangat membantu dalam menentukan tipe tumor dan juga memungkinkan
visualisasi sebaran kanker. Pindai hampir selau dilakukan bila diduga ada metastatis.
DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI MENURUT SDKI SLKI SIKI

INTERVENSI
TGl /
DIAGNOSA KEPERAWATAN LUARAN INTERVENSI
JAM TINDAKAN (OBSERVASI, TERAPEUTIK EDUKASI KOLABORASI)
UTAMA

No Dx : D. 0078 Setelah dilakukan tindakan Managemen nyeri Observasi :


Nyeri Kronis keperawatan dalam waktu . 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas dan intensitas
…... jam tingkat nyeri nyeri
Penyebab menurun dengan kriteria
1. Kondisi musculosceletal kronis hasil : 2. Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri……….
2. Infiltarasi tumor 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
2. Meringis……………
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Gejala dan Tanda Mayor 3. Sikap protektip …….
Subyektif : 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakianan tentang nyeri
1. Mengeluh nyeri 4. Gelisah……………
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
2. Merasa depresi ( tertekan) 5. Kesulitan tidur ……..
7. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup
Obyektif : 6. Menarik diri………….
1. Tampak meringis 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan.
7. Diaforesis………..
2. Gelisah 9. Monitor efek saming penggunaaan analgetik
8. Frekuensi nadi………
3. Tidak mampu menuntaskan
aktifitas 9. Pola nafas…….. Terapeutik ;
1. Berikan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri
10. Nafsu makan ………
Gejala dan Tanda Minor 2. Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri
Subyektif : 11. Pola tidur………….
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
1. Merasa takut mengalami
12. Proses berpikir ……..
cedera berulang 4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri.
Obyektif :
1. Bersikap protektif (posisi
menghindari nyeri) Edukasi :
Terapi Relaksasi 1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
2. Waspada
3. Pola tidur berubah 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri

4. Anoreksia 3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

5. Fokus menyempit 4. Ajarkan menggunakan analgetika yang tepat

6. Berfokus pada diri sendiri 5. Ajarkan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri

Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian analgetika, jika perlu

Observasi :
1. Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau gejala lain yang mengganggu kemampuan
kognitif
2. Identifikasi tehnik relaksasi yang pernah efektif digunakan
3. Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan tehnik
sebelumnya
4. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu
sebelum dan sesudah latihan.
5. Monitor respon terhadap terapi relaksasi

Terapeutik :
1. Ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang nyaman , jika memungkinkan
2. Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur tehnik
relaksasi
3. Gunakan pakaian longgar
4. Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
Perawatan 5. Gunakan relaksasi sebagai stategi penunjang dengan analgetik atau
Kenyamanan tindakan medis lain, jika sesuai

Edukasi :
1. Jelaskan tujuan, manfaat , batasan, dan jenis relaksasi yang tersedia
( mis. Musik, meditasi, nafas dalam, relaksasi otot progesif )
2. Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
3. Anjurkan mengambil posisi nyaman
4. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
5. Anjurkan sering mengulangi atau melatih tehnik yang dipilih
6. Demonstrasikan dan latih tehnik relaksasi ( mis. Nafas dalam,
peregangan, atau imajinasi terbimbing)

Observasi :
1. Identifikasi gejala yang tidak menyenan gkan ( misal : mual, nyeri,
gatal, sesak )
2. Identifikasi pemahaman tentang kondisi, situasi dan perasaan
3. Identifikasi masalah emosional dan spiritual

Terapeutik ;
1. Berikan posisi yang nyaman
2. Berikan kompres dingin atau hangat
3. Ciptakan lingkungan yang nyaman
4. Berikan terapi hipnotis
5. Dukung keluarga dan pengasuh terlibat dalam terapi/pengobatan
6. Diskusikan mengenai situasi dan pilihan terapi/pengobatan yang
diinginkan

Edukasi :
1. Jelaskan mengenai kondisi dan pilihan terapi/pengobatan
2. Ajarkan terapi relaksasi
3. Ajarkan latihan pernafasan
4. Ajarkan tehnik distraksi dan imajinasi terbimbing

Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgesik, anti pruritus, anti histamin jika perlu

No Dx : D. 0080 Setelah dilakukan asuhan Reduksi Ansietas Observasi :


Ansietas keperawatan dalam waktu ..… 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
jam, tingkat ansietas menurun, 2. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
Penyebab dengan kriteria hasil : 3. Monitor tanda tanda ansietas.
1. Krisis situational 1. Verbalisasi
2. Ancaman terhadap kematian kebingungan…. Terapeutik ;
3. Kurang terpapar informasi 1. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan.
2. Verbalisasi khawatir 2. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan , jika memungkinkan.
Gejala dan Tanda Mayor akibat kondisi yang 3. Pahami situasi yang membuat ansietas , dengarkan dengan penuh
Subyektif : dihadapi…. perhatian.
1. Merasa bingung 3. Perilaku gelisah….. 4. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
2. Merasa khawatir dengan akibat 4. Perilaku tegang… 5. Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan.
kondisi yang dihadapi 5. Keluhan pusing… 6. Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
3. Sulit berkonsentrasi 6. Anoreksia… 7. Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang
Obyektif : 7. Palpitasi…
1. Tampak gelisah Edukasi :
8. Frekuensi nafas…
2. Tampak tegang 1. Jelaskan prosedur , teramasuk sensasi yang mungkin dialami
9. Frekuensi nadi…
3. Sulit tidur 2. Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan dan
10. Tekanan darah….
prognosis
11. Diaforesis..
Gejala dan Tanda Minor 3. Anjurkan keluarga umtuk tetap bersama pasian, jika perlu
12. Tremor..
Subyektif : 4. Anurkan melakukan tindakan yang tidak kompetitif, sesuai kebutuhan.
13. Pucat…
1. Mengeluh pusing 5. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
14. Konsentrasi..
2. Anoreksia 6. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
15. Pola tidur..
3. Palpitasi 7. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat.
16. Perasaan tidak
4. Merasa tidak berdaya
berdaya…………. 8. Latih tehnik relaksasi
Obyektif :
17. Kontak mata.. Kolaborasi :
1. Frekuensi nafas meningkat
18. Pola berkemih.. 1. Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu
2. Frekuensi nadi meningkat
19. Orientasi ….
3. Tekanan darah meningkat
4. Diaforesis Observasi :
5. Tremor 1. Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan
6. Muka tampak pucat berkonsentrasi, atau gejala lain yang mengganggu kemampuan
7. Suara bergetar kognitif
8. Kontak mata buruk 2. Identifikasi tehnik relaksasi yang pernah efektif digunakan
9. Sering berkemih Terapi Relaksasi 3. Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan tehnik
10. Berorientasi pada masa lalu sebelumnya
4. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu
sebelum dan sesudah latihan.
5. Monitor respon terhadap terapi relaksasi

Terapeutik :
1. Ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang nyaman , jika memungkinkan
2. Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur tehnik
relaksasi
3. Gunakan pakaian longgar
4. Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
5. Gunakan relaksasi sebagai stategi penunjang dengan analgetik atau
tindakan medis lain, jika sesuai

Edukasi :
1. Jelaskan tujuan, manfaat , batasan, dan jenis relaksasi yang tersedia
( mis. Musik, meditasi, nafas dalam, relaksasi otot progesif )
2. Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
3. Anjurkan mengambil posisi nyaman
4. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
5. Anjurkan sering mengulangi atau melatih tehnik yang dipilih
6. Demonstrasikan dan latih tehnik relaksasi ( mis. Nafas dalam,
peregangan, atau imajinasi terbimbing)

No Dx : D. 0083 Setelah dilakukan asuhan Promosi Citra Tubuh Observasi :


Gangguan citra tubuh keperawatan dalam waktu 1. Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap perkembangan
…… jam , citra tubuh 2. Identifikasi budaya , agama, jens kelamin, dan umur terkait citra tubuh
Penyebab meningkat, dengan kriteria 3. Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakbatkan isolasi sosial
1. Perubahan fungsi tubuh hasil : 4. Monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri
2. Efek tindakan ( pembedahan 1. Melihat bagian tubuh … 5. Monitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh yang berubah
kemoterapi, radiasi) 2. Menyentuh bagian tubuh..
Gejala dan Tanda Mayor 3. Verbalisasi kecacatan
Subyektif : bagian tubuh.. Terapeutik ;
1. Mengungkapkan kecacatan / 4. Verbalisasi kehilangan 1. Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
kehilangan bagian tubuh bagian tubuh.. 2. Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri
Obyektif : 5. Verbalisasi perasaan 3. Diskusikan kondisi stress yang mepengaruhi citra tubuh ( mis. Luka,
1. Kehilangan bagian tubuh negatif tentang perubahan penyakit, pembedahan )
2. Fungsi atau struktur tubuh tubuh… 4. Diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh secara realistis
berubah atu hilang 6. Verbalisasi kekhawatiran 5. Diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang perubahan citra tubuh
pada penolakn atau reaksi
Tanda dan gejala Minor oranglain… Edukasi :
Subyektif ; 7. Verbalisasi perubahan 1. Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan perubahan citra tubuh
1. Tidak mau mengungkapkan gaya hidup…. 2. Anjurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap citra tubuh
kecacatan / kehilangan bagian 8. Menyembunyikan bagian 3. Anjurkan menggunakan alat bantu ( mis. pakaian, wig, kosmetik)
tubuh tubuh berlebihan… 4. Anjurkan mengikuti kelompok pendukung ( mis. Kelompok sebaya)
2. Mengungkapkan perasaan 9. Menunjukkan bagian 5. Latih fungsi tubuh yang dimiliki
negatif tentang perubahan tubuh tubuh berebihan… 6. Latih peningkatan penampilan diri ( mis. dandan )
3. Mengungkapkan ke-khawatiran 10. Fokus pada bagian 7. Latih pengungkapan kemampuan diri kepada orang lain maupun
pada penolakan/ reaksi orang tubuh… kelompok
lain 11. Fokus pada penampilan
4. Mengungkpkan perubahan gaya masalalu.. Observasi :
hidup 12. Fokus pada kekuatan 1. Identifikasi kegiatan jangka pendek dan panjang sesuai kebutuhan
Obyektif : masalalu… 2. Identifikasi kemampuan yang dimiliki
1. Menyembunyikan atau 13. Respon nonverbal pada 3. Identifikasi sumberdaya yang tersedia untuk memenuhi tujuan
menunjukkan bagian tubuh perubahan tubuh… 4. Identifikasi pemahaman proses penyakit
secara berlebihan 14. Hubungan sosial…. 5. Identifikasi dampak situasi terhadap peran dan hubungan
2. Menghindari melihat dan atau 6. Identifikasi metode penyelesaian masalah
menyentuh bagian tubuh 7. Identifikasi kebutuhan dan keinginan terhadap dukungan sosial
3. Fokus berlebihan pada
perubahan tubuh Terapeutik :
4. Respon nonverbal pada Promosi Koping 1. Diskusikan perubahan peran yang dialami
perubahan dan persepsi tubuh 2. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
5. Fokus pada penampilan dan 3. Diskusikan alasan mengkritik diri sendiri
kekuatan masa lalu 4. Diskusikan untuk mengklarifikasi kesalahpahaman dan mengevaluasi
6. Hubungan sosial berubah prilaku sendiri
5. Diskusikan konsekuensi tidak menggunakan rasa bersalah dan rasa
malu
6. Diskusika resiko yang menimbulkan bahaya pada diri sendiri
7. Fasilitasi dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan
8. Berikan pilihan realistis mengenai aspek aspek dalam perwatan
9. Motivasi untuk menentukan harapan yang realistis

Edukasi :
1. Anjurkan menjalin hubungan yang memiliki kepentingan dan tujuan
yang sama
2. Anjurkan penggunaan sumber spiritual, jika perlu
3. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
4. Anjurkan keluarga terlibat
5. Anjurkan membuat tujuan yang lebih spesifik
6. Latih pengunan tehnik relaksasi

No DX : D. 0019 Setelah dilakukan asuhan Managemen nutrisi Observasi :


Defisit Nutrisi keperawatan dalam waktu 1. Identifikasi status nutrisi
…… jam , status nutrisi 2. Identifikasi alergi makanan
Penyebab membaik, dengan kriteria 3. Identifikasi makanan yang disukai
1. Kurangnya asupan makanan hasil : 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
2. Ketidakmampuan menelan 1. Porsi makan yang 5. Identifikasi perlunya pengguanan selang NGT
makanan dihabiskan… 6. Monitor asupan makanan
3. Faktor psikologis ( ke-enggan 2. Kekuatan otot pengunyah.. 7. Monitor BB
-an untuk makan) 3. Kekuatan otot menelan.. 8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
4. Serum albumin….
Gejala dan Tanda Mayor 5. Verbalisasi keinginan Terapeutik :
Subyektif : tidak tersedia untuk meningkatkan 1. Lakukan oral higiene sebelum makan, jika perlu
Obyektif : nutrisi…. 2. Fasilitasi menentukan pedoman diet
1. Berat badan menurun min 10% 6. Pengetahuan tentang 3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
di bawah rentang ideal pilihan minuman dan 4. Berikan makan tinggi serat
makanan yang sehat…. 5. Berikan makanan TKTP
Gejala dan Tanda Minor 7. Perasaan cepat kenyang… 6. Berikan suplemen makanan jika perlu
Subyektif : 8. Nyeri abdomen….
1. Cepat kenyang setelah makan 9. Sariawan… Edukasi :
2. Kram atau nyeri abdomen 3. 10. Rambut rontok.. 1. Anjurkan posisi duduk saat makan, jika pasien mampu
Nafsu makan menurun 11. Diare… 2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Obyektif : 12. Frekuensi makan..
1. Bising usus hiperaktif 13. Bising usus…. Kolaborasi :
2. Otot pengunyah lemah 14. Membran mukosa… 1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
3. Otot menelan lemah
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
4. Membran mukosa pucat
5. Sariawan
6. Serum albumin turun Promosi Berat Badan Observasi :
7. Rambut rontok berlebihan 1. Identifikasi kemungkinan BB kurang
8. Diare 2. Monitor adanya mual muntah
3. Monitor BB
4. Monitor albumin, limposit dan SE

Terapeutik :
1. Berikan perawatan mulut sebelum makan
2. Sediakan makan yang tepat sesuai kondisi pasien
3. Hidangkan makanan secara menarik
4. Berikan suplemen jika perlu
5. Beri pujian pada pasien atau keluarga untuk peningkatan yang dicapai

Edukasi :
1. Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi
2. Jelaskan asupan kalori yang dibutuhkan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akhir kata penulis menyimpulkan bahwa tumor tulang merupakan penyakit yang
pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif dimana sel-selnya tidak pernah menjadi dewasa.dan
juga dengan Osteomilitis infeksi tulang yang penyebab terseringnya adalah : staphylococcus
aureus, dan tulang yang sering terkena adalah tulang panjang dan tersering femur, tibia, humerus,
radius, ulna dan fibula. Bagian tulang yang yang terkena adalah metafisis. Dari definisi yang
telah disimpulkan di atas kelompok menyimpulkan osteomilitis dapat menyebabkan tumor tulang
dimana karena adanya infeksi akibat etiology baik bakteri maupun fraktur yang tak tertangani
menyebabkan sel-sel tumor berkembang biak di tulang yang terkena.

B. Saran
Semoga tulisan yang telah dibuat oleh kelompok dapat bermanfaat bagi mahasiswa calon
perawat sehingga dapat mencegah dan mengobati tumor tulang dengan penatalaksanaan yang
tepat dan benar. Namun mahasiswa tidak hanya terpaku dalam makalah ini melainkan mencari
referensi lain untuk menambah wawasan baru.
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marylin E, et. al. (2000).Penerapan Proses Keperawatan Dan Diagnosa


Keperawatan. Jakarta. EGC.
Otto, Shirley E.2003.Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi.Jakarta :EGC.
Sjamjuhidayat &Wim de Jong. 2005. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makasar :
BintangLamimpatue.
Ramali & Pamoentjak. (1999). Kamus kedokteran Ed. revisi Penerbit : Buku Kedokteran. EGC
Muttaqin, Arif. Ns. S.kep, 2000. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Dengan Klien Gangguan
System Muskuluskeletal. Jakarta:EGC
http://nursingbegin.com/asuhan-keperawatan-kanker/
http://tentangkanker.com/2011/kanker-tulang/

Anda mungkin juga menyukai