Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PENGELOLAAN KUALITAS UDARA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


Pengelolaan Lingkungan Hidup
Dosen Pembimbing : Sarinah Basri K., S.KM., M.Kes.

Disusun oleh :

Mohammad Luthfil ‘Ulum (882030115026)


Siska Nurhasanah (882030115036)
Uniyah (882030115043)

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS WIRALODRA
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Pengelolaan Lingkungan Hidup yang berjudul “Pengelolaan Kualitas Udara”
ini tepat pada waktunya.

Shalawat beriring salam tak lupa kami sampaikan kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah menerangi semua umat di muka bumi ini dengan cahaya
kebenaran.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah ikut
membantu dalam penyelesaian penyusunan makalah ini. Khususnya kepada dosen
pembimbing yaitu Sarinah Basri K., S.KM. M.Kes. yang telah membimbing dan
membagi pengalamannya kepada kami.

Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat berbagai


kekurangan dan kesalahan, baik dari segi isi maupun dari segi bahasa. Untuk itu,
kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat konstruktif untuk
penyempurnaan makalah ini.

Kami berharap agar makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
pembaca. Amin.

Indramayu, 27 April 2016

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................... iii

BAB I : PENDAHULUAN ....................................................... 1

1. Latar Belakang Masalah ....................................... 1


2. Rumusan Masalah ................................................ 2
3. Tujuan ................................................................... 2
4. Manfaat ................................................................ 3

BAB II : PEMBAHASAN .......................................................... 4

1. Kondisi Berbagai Aspek di Indonesia ................. 4


2. Prinsip-Prinsip Kebijakan Pengelolaan Kualitas
Udara ................................................................... 5
3. Pencemaran Udara ............................................... 7
A. Sumber Pencemar Udara ............................ 7
B. Jenis dan Karakteristik Pencemar Udara .... 8
C. Dampak Pencemaran Udara ........................ 9
4. Pengelolaan Kualitas Udara .................................. 11
A. Baku Mutu Kualitas Udara .......................... 11
B. Pengendalian Emisi ..................................... 13
1) Alat-Alat Pengendali Emisi ............... 13
2) Pengendalian Khusus ......................... 17

BAB III : PENUTUP ................................................................... 20

1. Simpulan .............................................................. 20
2. Saran .................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Udara diperlukan manusia setiap saat dalam kehidupannya. Untuk itu


kualitas udara yang layak harus tersedia untuk mendukung terciptanya kesehatan
masyarakat.
Pencemaran Udara merupakan salah satu dari berbagai permasalahan
yang dihadapi oleh dunia umumnya dan Indonesia pada khususnya. Kebutuhan
transportasi dan energi meningkat sejalan dengan bertambahnya penduduk,
perkembangan kota, dan berubahnya gaya hidup karena meningkatnya
pendapatan. Peningkatan konsumsi energi ini meningkatkan pencemaran udara
yang pada akhirnya menimbulkan kerugian ekonomi dan meningkatnya biaya
kesehatan. Kegiatan pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat akan sangat ironis apabila ternyata semakin merusak
kualitas lingkungan khususnya udara yang semakin kotor dan tidak sehat.
Ketentuan mengenai kualitas udara di Indonesia diatur dengan Undang-
undang dan peraturan-peraturan terkait lainnya. Standard tentang batas-batas
pencemar udara secara kuantitatif daiatur dalam Baku Mutu Udara yakni Baku
Mutu Ambien dan Baku Mutu Emisi, di Indonesia emisi yang dikeluarkan masih
banyak yang tidak sesuai dengan Baku Mutu Emisi. Oleh karena itu, pengendalian
terhadap emisi tersebut masih perlu dilakukan. Berbagai alat pengendali emisi
sudah banyak tersedia, pemilihan dilakukan atas dasar efisiensi dan penyisihan
emisi yang dikehendaki, sifat-sifat fisis-kimiawi pencemar, dan lainnya. Selain itu
ada pengendalian khusus untuk beberapa bahan pencemar dengan metode yang
lebih spesifik.

1
2

2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana gambaran kondisi berbagai aspek di Indonesia dalam


menentukan prinsip kebijakan pengelolaan kualitas udara?
2. Apa saja prinsip kebijakan pengelolaan kualitas udara?
3. Jelaskan apa yang dimaksud Pencemaran Udara?
4. Bagaimanakah Pengelolaan Kualitas Udara?

3. Tujuan

Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu


tugas mata kuliah Pengelolaan Lingkungan Hidup dan menjawab
pertanyaan yang ada pada rumusan masalah, yaitu :

1. Menjelaskan prinsip-prinsip kebijakan pengelolaan kualitas udara


2. Menjelaskan pengertian pencemaran udara
3. Menjelaskan sumber-sumber pencemar udara
4. Menjelaskan jenis dan karakteristik pencemar udara
5. Menjelaskan dampak-dampak pencemaran udara
6. Menjelaskan Baku Mutu Ambien dan Baku Mutu Emisi
7. Menjelaskan pengendalian emisi menggunakan alat pengendali emisi
8. Menjelaskan pengendalian emisi khusus
3

4. Manfaat

1. Mahasiswa dapat memahami prinsip-prinsip kebijakan kualitas udara


2. Mahasiswa dapat mengetahui sumber-sumber pencemaran udara
3. Mahasiswa dapat mengetahui jenis dan karakteristik pencemar udara
4. Mahasiswa dapat mengetahui dampak-dampak pencemaran udara
5. Mahasiswa mengetahui Buku Mutu Ambien dan Baku Mutu Emisi
6. Mahasiswa dapat memahami cara kerja alat pengendali emisi
7. Mahasiswa dapat mengetahui bahan-bahan pencemar udara yang
berbahaya
8. Mahasiswa dapat memahami pengendalian emisi khusus dan menjaga
kualitas udara
BAB II
PEMBAHASAN

1. Kondisi di Berbagai Aspek di Indonesia


Beberapa gambaran mengenai kondisi di berbagai aspek di Indonesia saat
ini dalam menentukan prinsip kebijakan pengelolaan kualitas udara.
A. Perundang-undangan
Saat ini, Indonesia telah memiliki beberapa peraturan yang berkaitan
dengan pengelolaan kualitas udara baik yang menyangkut standar baku
mutu maupun konsep manajemen lingkungan serta penerapan teknologi.
Peraturan yang ada ini sebagaian besar merupakan adopsi standar nilai
dari negara maju, walaupun sebagian telah disesuaikan dengan kondisi
lokal atau daerah.
B. Pemahaman/Budaya
Tidak meratanya pendidikan, pembangunan menyebabkan
masyarakat Indonesia selalu memiliki persepsi yang berbeda mengenai
level apakah suatu udara tersebut tercemar atau belum tercemar.
Pandangan ini akan sangat berbeda untuk tingkatan level pendidikan dan
lokasi / wilayah tertentu. Hal ini terkadang menjadi kendala apabila ingin
melakukan sosialisasi mengenai peraturan maupun kebijakan lingkungan
terhadap masyarakat. Untuk itu selain instrumen kebijakan yang ada,
upaya yang dapat dilakukan adalah menyesuaikan objek penelitian
terhadap nilai sensitivitas pada masyarakat.
C. Sensitivitas masyarakat
Merupakan suatu kondisi yang menggambarkan tingkat penerimaan
masyarakat terhadap objek tertentu. Beberapa nilai yang sangat sensitif
bagi masyarakat tentang penerapan prinsip pengelolaan kualitas udara
adalah ekonomi dan kesehatan. Kondisi perekonomian bangsa Indonesia
yang masih labil menyebabkan fokus pemerintah dan masyarakat lebih

4
5

kepada pemenuhan kebutuhan standar (pekerjaan, kemiskinan,


pendidikan, bencana alam, makanan dan lain sebagainya) dibandingkan
upaya pengelolaan lingkungan. Hampir di semua negara berkembang,
sektor lingkungan menempati prioritas yang mendekati akhir bila ditinjau
dari sisi ekonomi. Tetapi bukan berarti ekonomi menjadi kendala dalam
menarik simpati masyarakat dalam penerapan kebijakan lingkungan.
Terdapat harga atau nilai pengganti tertentu dari masyarakat yang dapat
disepakati sebagai penalti untuk perusakan lingkungan. Kecenderungan
yang ada harga pengganti saat ini justru dianggap merugikan.
Nilai sensitif kedua yang berlaku dimasyarakat adalah kesehatan. Selama
suatu kondisi belum menimbulkan gangguan terhadap kesehatan yang
ekstrem, sebagaian besar masyarakat beranggapan bahwa kondisi
teresebut belumlah berbahaya. Pertimbangan yang digunakan adalah
apakah pencemran udara tersebut membuat tubuh menjadi sakit, apakah
pencemran tersebut dapat dilihat dan lain sebagainya.

2. Prinsip-Prinsip Kebijakan Pengelolaan Kualitas Udara

Dari beberapa prinsip kebijakan yang berlaku secara global, Indonesia


memiliki kemampuan untuk mengadopsi prinsip-prinsip tersebut dalam upaya
pengelolaan lingkungan, antara lain :

A. Sustainablitiy
Mendorong penggunaan teknologi, perilaku dan penggunaan sumber
daya yang menjamin kelangsungan (aktivitas). Prinsip keberlanjutan ini
terdapat pada Undang-Undang Lingkungan Hidup Tahun 1997 yang
berarti segala sesuatu aktivitas yang berhubungan dengan pengendalian
dan pengelolaan lingkungan (tanah, air dan udara) harus berfokus pada
masa depan.
B. Risk Assessment
Risk Assessment merupakan suatu prinsip yang mengkaitakan
hubungan antara exposure level dengan effect.. Konsep ini digunakan
6

untuk mengevaluasi kemungkinan atau telah terjadinya efek-efek baik


ekologis maupun kesehatan. Terdapat dua jenis risk assessment yaitu :
Environmental Risk Assessment (ERA) dan Human Health Risk
Assessment. ERA lebih menekankan pada efek terhadap komponen
lingkungan yang lain, sedangkan HRA lebih kepada efek terhadap
kesehatan manusia.
Saat ini prinsip pengelolaan kualitas uadara dengan pendekatan
paparan dan efek masih sangat sedikit. Walaupun semua standar nilai
yang digunakan dalam pengelolaan kualitas udara didasarkan kepada
kesehatan manusia, akan tetapi kaitan antara paparan dan efek terhadap
kesehatan manusia belum banyak diteliti.. Hal ini perlu menjadi perhatian
dikarenakan kesehatan merupakan salah satu nilai sensitif yang berlaku
bagi masyarakat Indonesia saat ini. Permasalahannya adalah tidak semua
efek dapat dideteksi dengan cepat. Oleh karena itu prinsip ini lebih
efektif kepada proyek jangka panjang. Baku mutu merupakan standar
sementara yang dapat digunakan sbelum penelitian risk assessment ini
selesai.
C. Proportionality : measures should be proportionate to the objective (ex
cost-benefit analysis)
Prinsip kebijakan dengan pendekatan proporsional ini perlu
dilakukan sehingga solusi penanganan pencemaran udara ditawarkan
tidak hanya terfokus pada teknologi yang nota bene berkualitas dan
mahal, tetapi juga mempertimbangkan aspek lain seperti kemampuan
masyarakat dalam mengkonsumsi alternatif solusi tersebut sehingga
fokus penanganan menjadi tepat sasaran.
D. Polluters Pay Principle
Prinsip ini terdapat dalam UU pengelolaan lingkungan hidup pasal
34 yang berisi bahwa setiap perbuatan yang melanggar hukum dan
menimbulkan kerugian terhadap lingkungan dan manusia, maka
pencemar harus membayar kerugian atau melakukan tindakan tertentu.
7

Di Indonesia prinsip ini belum berlaku untuk semua kasus


pencemaran lingkungan. Bahkan untuk permasalahan udara prinsip ini
belum menyentuh sektor transportasi yang nota bene merupakan
konstributor pencemaran udara terbesar. Kendala yang sering tampak
adalah menentukan nilai pengganti dari suatu kerusakan yang dapat
diterima oleh masyarakat. Walaupun kondisi perekonomian sedang tidak
stabil, tetapi pendekatan ekonomi ini masih dianggap dapat menarik
simpati dari masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan.

3. Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukannya zat, energy,
dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia,
sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan udara ambient tidak dapat memenuhi fungsinya. (Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999 tentang Pengendalian
pencemaran udara). Susunan (komposisi) udara bersih dan kering adalah
terdiri dari :
Tabel 3.1 Susunan (Komposisi) udara bersih dan kering

No Unsur Volume
1 Nitrogen (N2) 78, 09%

2 Oksigen (O2) 20,94%


3 Argon (Ar) 0,93%
4 Karbon dioksida (CO2) 0,032%
5 Gas-gas lainnya (Neon, Helium, Hidrogen, dll) 0,008%

A. Sumber Pencemar Udara


Sumber pencemar udara bersumber dari :
1) Sumber alamiah, misalnya letusan gunung berapi, meletusnya
gunung berapi, kebakaran hutan, gas dari proses pembusukan
sampah organik. Gunung berapi mengeluarkan emisi SO2, H2S, CH4,
8

dan partikulat. Kebakaran hutan mengeluarkan emisi HC (hidro


karbon), CO, dan partikulat berupa asap. Proses pembusukan sampah
organic menghasilkan gas CO, H2S, CH4. Sumber ini memiliki sifat
timbul dengan sendirinya tanpa ada pengaruh dari aktivitas manusia
dan tidak dapat dikendalikan tapi tidak sering terjadi.
2) Kegiatan manusia (Sumber Anthropogenik)
Sumber pencemar udara dari kegiatan manusia dapat bersumber
dari :
a) Sumber tidak bergerak (stationary sources), contohnya
cerobong industri kimia, pengolahan minyak dan gas, PLTU,
dll.
b) Sumber bergerak (mobile sources), contohnya pembakaran
bahan bakar fosil dalam transportasi.
Sumber pencemar udara dari kegiatan manusia tersebut yang
paling besar menyumbang pencemaran udara adalah
pembakaran bahan bakar fosil dari transportasi di 5 kota besar
Indonesia tranportasi memberikan CO 98,8%; NOx 73,4%;
Hydrocarbon 88,9%. Sedangkan di Amerika transportasi
memberikan pencemaran udara sebesar 50,4%; Power plant
23,7%; Proses industri 13,8% dan solid waste burning = 2,5%
dan lainnya sebesar 9,6%.
B. Jenis dan Karakteristik Pencemar Udara
Jenis dan karakteristik pencemar udara berdasarkan kondisi fisiknya
adalah sebagai berikut :
9

Tabel 3.2 Jenis dan karakteristik pencemar udara berdasarkan


kondisi fisiknya

Klasifikasi Subklasifikasi Pencemar


Partikulat Solid (Padat) Debu, Smoke, Fumes, Fly Ash

Liquid (Cair) Mist, Spray, Fog

Gas :

Organik Hidrokarbon Heksana, benzena, metana, dll.

Aldehide , keton Formaldehyde, acetone

Organic lainnya Alkohol, dll.

Anorganik Oksida Karbon CO, CO


2

Oksida Sulfur SO , SO
2 3

Oksida Nitrogen NO, NO , N O


2 2

Anorganik lainnya H S, HF, NH


2 4

Sedangkan jenis dan karakteristik pencemar udara berdasarkan


reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

1) Pencemar primer (primary pollutans), yaitu pencemar yang terbentuk


secara langsung dari sumbernya contoh : partikulat, NOx, CO, SO2,
dll.
2) Pencemar sekunder (Secondery pollutans), yaitu pencemar yang
terbentuk oleh interaksi kimiawi antara pencemar yang primer dan
senyawa-senyawa penyusun atmosfer alamiah. Contoh : NO2, Ozon-
O3, Asam sulfat (H2SO4), asam nitrat (HNO3) dll.
C. Dampak Pencemaran Udara
Pencemaran udara ini berdampak pada lingkungan dan kesehatan.
1) Dampak pada lingkungan, yaitu Pemanasan Global (Global
Warming), efek rumah kaca, penipisan lapisan ozon dan hujan asam.
2) Dampak pada kesehatan manusia
a) Dampak pencemaran Karbon monoksida (CO)
Kabon monoksida (CO) adalah gas yang tidak berbau, tidak
berasa dan tidak berwarna. Gas ini berbau, tidak berasa dan
10

tidak berwarna. Gas ini sangat berbahaya dan memiliki berat


jenis sedikit lebih ringan dari udara (menguap secara perlahan
ke udara), CO tidak stabil dan membentuk CO2 untuk mencapai
kestabilan phasa gasnya. CO berbahaya jika terhisap masuk ke
paru-paru akan ikut peredaran darah dan akan menghalangi
masuknya oksigen. Hal ini terjadi karena CO bersifat racun
metabolis dan beraksi dengan haemoglobin darah membentuk
Carboxy haemoglobin (CO-Hb). Akibatnya fungsi Hb
membawa oksigen ke sel-sel tubuh terhalangi, sehingga gejala
keracunan sesak nafas dan penderita pucat, penurunan kesadaran
sehingga terjadi banyak kecelakaan, fungsi sistem kontrol saraf
turun serta fungsi jantung dan paru-paru menurunkan bahkan
dapat menyebabkan kematian.
b) Dampak pencemaran Nitrogen Oksiden (NOx)
Gas Nitrogen oksida ada 2 macam, yaitu Nitrogen monoksida
(NO) dan Nitrogen dioksida (NO2). Nitrogen monoksida (NO)
merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau, sedangkan
Nitrogen dioksida (NO2) berwarna coklat kemerahan dan bau
yang menyengat. Dari sifat racunnya Nitrogen dioksida (NO2)
empat kali lebih kuat dari pada Nitrogen monoksida (NO). Paru-
paru merupakan organ tubuh yang yang paling peka terhadap
NO2, jika terkontaminasi paru-paru akan membengkak sehingga
penderita mengalami kesulitan bernapas dan dapat
mengakibatkan kematian. Gas NO akan lebih berbahaya jika
teroksidasi membentuk NO2. Pencemaran udara oleh NOx juga
dapat timbulnya Peroxy Acetil Nitrates (PAN) yang dapat
menyebabkan iritasi pada mata, mata terasa pendih dan berair.
(Wisnu Arya Wardhana, 2001)
c) Dampak pencemaran Sulfur Oksida (SOx)
Sulfur Oksida mempunyai ciri bau yang tajam, bersifat korosif
(penyebab karat), beracun karena selalu mengikat oksigen untuk
11

mencapai kestabilan phasa gasnya. Karena mempunyai sifat


asam, maka SOx menimbulkan gangguan sistem pernapasan
dengan menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan
juga akan menyebabkan iritasi pada bagian tubuh yang terkena.
d) Dampak pencemaran partikulat
Dampak dari pencemar partikulat dapat menyebabkan berbagai
penyakit pneumokoniosi, yaitu penyakit saluran pernapasan
yang disebakan oleh partikulat yang masuk atau mengendap di
dalam paru-paru, seperti silikosis (debu silika), asbestosis (debu
asbes), bisionosis (debu/ serat kapas), antrakosis (debu batubara)
dan Beriliosis (debu logam berilium)

4. Pengelolaan Kualitas Udara


Udara diperlukan manusia setiap saat dalam kehidupannya. Untuk itu
kualitas udara yang layak harus tersedia untuk mendukung terciptanya
kesehatan masyarakat. Ketentuan mengenai kualitas udara di Indonesia diatur
dengan undang-undang dan peraturan-peraturan terkait lainnya.
Standar tentang batas-batas pencemar udara secara kuantitatif diatur
dalam Baku mutu udara ambien dna Baku mutu emisi. Baku mutu udara
ambien mengatur batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan
pencemar terdapat di udara namun tidak menimbulkan gangguan makhluk
hidup, tumbuh-tumbuhan dan atau benda.
A. Baku Mutu Kualitas Udara
1) Baku Mutu Kualitas Udara Ambien
12

Tabel 4.1 Baku Mutu Kualitas Udara Ambien

Waktu Baku Metode


Parameter Peralatan
Pengukuran Mutu Analisis
SO 24 jam 0,01 ppm Pararosanilin Spektrophotometer
2

CO 8 jam 20,00 ppm NIDR NIDR Analyzer

NO 24 jam 0,05 ppm Saltzman Spektrophotometer


x

O 1 jam 0,10 ppm Chem.lum. Spektrophotometer


x

3
Debu 24 jam 0,26 mg/m Gravimetrik Hi-volume sampler
3
Pb 24 jam 0,06 mg/m Gravimetrik Hi-vol, AAS

HS 30 menit 0,03 ppm Hgthiocyanat Spektrophotometer


2

NH 24 jam 2,00 ppm Nessler Spektrophotometer


3

Flame- Gas
HC 3 jam 0,24 ppm
ionization Chromatography

2) Baku Mutu Emisi


Di samping baku mutu udara ambien, juga diatur batas kadar
yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar untuk dikeluarkan
dari sumber pencemaran ke udara sehingga tidak mengakibatkan
dilampuinya baku mutu udara ambien. Standar ini disebut dengan
baku mutu emisi. Contoh Baku mutu udara emisi adalah sebagai
berikut :
Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup R.I
No.KEP.13/MENLH/3/1995
Tentang : Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak
Jenis Kegiatan : Pembangkit Listrik Tenaga Uap Berbahan bakar
batubara
13

3
Batas Maksimum (mg/m )
No Parameter
A B
1 Total Partikel 300 150
2 Sulfur Dioksida (SO2) 1500 750

3 Nitrogen Dioksida (NO2) 1700 850


4 Opasitas 40% 20%

Catatan :
a) Berlaku efektif tahun 1995
b) Berlaku efektif tahun 2000

Untuk memenuhi standar ini, perusahaan yang mengeluarkan


emisi tentu akan berusaha menjaganya agar sesuai dengan standar
emisi yang berlaku. Hal ini mendorong adanya upaya untuk
mengendalikan bahan yang mengakibatkan pencemaran udara.

B. Pengendalian Emisi
Bila emisi yang dikeluarkan dari suatu aktivitas tidak sesuai dengan
Baku Mutu Emisi, perlu dilakukan pengendalian terhadap emisi
tersebut. Satu cara yang masih banyak digunakan adalah dengan
pemakaian alat pengendali emisi. Berbagai alat pengendali emisi
sudah banyak tersedia, pemilihan dilakukan atas dasar efisiensi
penyisihan emisi yang dikehendaki, sifat fisis-kimiawi pencemar,
dan lainnya.
1) Alat-alat pengendali emisi
Beberapa jenis alat pengendali emisi antara lain :
14

a) Filter Udara

Gambar 4.1 Filter Udara (Kartika, 2013)

Filter udara dimaksudkan untuk menyaring partikel yang


ikut keluar pada cerobong (stack), agar tidak ikut terlepas
ke lingkungan sehingga hanya udara bersih saja yang keluar
dari cerobong. Pemilihan jenis filter terutama tergantung
kepada jenis dan ukutan partikel yang terdapat pada emisi.
Filter udara yang dipasang ini harus secara tetap diamati,
kalau sudah jenuh harus diganti dengan yang lain.
b) Pengendap Siklon

Gambar 4.2 Pengendap Siklon (Kartika, 2013)


15

Pengendap Siklon adalah pengendap partikel yang ikut


dalam emisi dengan pemanfaatan gaya sentrifugal dari
partikel yang sengaja diembuskan melalui tepi dinding
tabung siklon sehingga partikel yang lebih berat akan jatuh
ke bawah. Makin besar ukuran debu, semakin cepat partikel
tersebut diendapkan.
c) Pengendap Sistem Gravitasi

Gambar 4.3 Pengendap Sistem Gravitasi (Kartika, 2013)

Alat pengendap ini berupa ruang panjang sedemikian rupa


yang dialiri dengan udara kotor yang mengandung partikel
secara perlahan sehingga memungkinkan terjadinya
pengendapan partikel ke bawah akibat gaya beratnya
sendiri.
d) Pengendap Elektrostatik

Gambar 4.4 Pengendap Elektrosatik (Britannica, 2000)


16

Untuk pengendap dengan diameter dibawah 5μm


(mikrometer), pemisahan dengan pengendap siklon dan
pengendapan sistem gravitasi kurang efektif. Pemisahan
partikel dengan diameter di bawah 5μm lebih efektif dengan
menggunakan pengendapan elekstrostatik (Gambar 4.4).
Alat pengendapan elekstrostatik digunakan untuk
membersihkan udara yang kotor dalam jumlah (volume)
yang relatif besar. Alat pengendapan ini berupa tabung
silinder yang di tengahnya dipasang kawat yang dialiri arus
listrik. Akibatnya adanya perbedaan tegangan akan
menimbukan corona discharge didaerah sekitar pusat
silender. Hal ini menyebabkan udara kotor seoalah-olah
mengalami ionisasi. Kotoran udara menjadi ion negatif dan
akan ditarik oleh dinding tabung sedangkan udara bersih
akan berada di tengah-tengah silender dan kemudian
terhembus keluar.
e) Filter Basah

Gambar 4.5 Filter Basah/Scrubber (Alamsyah029, 2011)


17

Nama lain filter basah adalah scrubber atau wet collectors.


Untuk pencemar yang non-partikel (misalnya gas dan uap)
tidak dapat dipisahkan dengan filter biasa atau pengendap
siklon. Umumnya, pencemar non-partikel dapat dipisahkan
dari udara bersih dengan menggunakan scrubber. Prinsip
kerja scrubber adalah melewatkan bahan pencemar melalui
larutan penyerap. Sebagai akibat terjadinya kontak antara
bahan pencemar dengan larutan penyerap, akan tejadi
penyerapan bahan pencemar di dalam larutan penyerap
tersebut.
2) Pengendalian khusus
Di samping penggunaa alat pengendali udara, beberapa
pencemar dapat dikelola dengan metode lebih spesifik.
a) Pengendalian Sulfur Dioksida (SO2)
Pengendalian Sulfur Dioksida terutama dilakukan dengan
mengurangi penggunaan bahan bakar bersulfur tinggi atau
menukarnya dengan bahan bakar yang lebih bersih
lingkungan. Sebagai contoh penggunaan batubara yang
mengandung kosnsentrasi sulfur tinggi diganti dengan
menggunakan gas alam yang lebih bersih lingkungan.

Gambar 4.6 Absorber and Stripper (Walas – Stanley, 2005)


18

Namun tidak selamanya pengurangan bahan bakar


mengandung Sulfur dapat dilakukan. Bila hal ini terjadi,
harus dilakukan pemisahan Sulfur dioksida dari gas buang.
Absorber & stripper merupakan contoh unit yang
memisahkan SO2 dari gas buang. Gas buang dilewatkan
melalui absorber, yang merupakan tabung vertikal dimana
gas lewat dari bawah ke atas sedangkan cairan penyerap
(absorbent) lewat dari atas ke bawah. Untuk menjamin
kontak antara gas buang dan absorbent, di dalam absorber
dilengkapi dengan packing . Setelah terjadi kontak antara
absorbent dan gas buang, SO2 dalam gas buang akan
terikat di absorbent dan dibawa ke bawah sedangkan gas
yang sudah bersih akan keluar melalui puncak absorber.
Selanjutnya absorbent yang sudah mengandung SO2,
dimasukan ke dalam stripper untuk pengelolaan selanjutnya.
Selain itu, pemisahan gas SO2 dari gas buang dapat juga
dilakukan dengan menggunakan scrubber.
b) Pengendalian Oksida Nitrogen (NOx)
Umumnya NOx dihasilkan dari pembakaran bahan bakar
fosil seperti gas alam. Tidak dapat dipungkiri bahwa cara
terbaik untuk mencegah pencemaran NOx adalah dengan
menghindari terjadinya. Apabila hal tersebut tidak dapat
dilakukan, ada 2 pendekatan utama dalam pengelolaan NOx
1) Modifikasi proses pembakaran untuk mencegah
pembentukan NOx
2) Memperlakukan gas buang secara kimia, untuk
mengkonversi NOx menjadi N2

Kebanyakan modifikasi dari pembakaran melibatkan bagian


pencampuran udara dan bahan bakar, pembakaran bahan
19

bakar sebanyak mungkin sebagaimana jumlah udara


terbakar juga sebanyak mungkin, pemindahan panas dari
pembakaran, dan penambahan udara dan mengakhiri
pembakaran. Hal ini yang disebut two-stage combustion
(pembakaran 2 tingkat) atau re-burning (pembakaran
kembali).
Pada tingkat pertama, temperatur maksimum diturunkan
sebab tidak semua bahan bakar ikut terbakar, sehingga tidak
cukup oksigen untuk membentuk NO. Pada tingkat kedua
panas yang cukup yang dilepaskan dari tingkat pertama
dipakai untuk mencapai temperatur maksimum dengan
kehadiran oksigen berlebih- cukup rendah sehingga
pembentukan NO menjadi rendah. Pada beberapa tahap re-
burning sejumlah kecil bahan bakar ditambahkan pada
tingkat kedua, sering bahan bakar be-Nitrogen rendah
seperti Methane jika bahan bakar utama mengandung kadar
Nitrogen yang tinggi.

c) Pengendalian Volatile Organic Compounds (VOCs)


Ada beberapa alternatif dalam pengelolaan VOCs:
1) Subtitusi dengan bahan yang tidak mengandung VOCs
2) Isolasi proses, sehingga VOCs tidak terbawa ke udara
luar
3) Adsorbsi dengan bahan adsorbent
4) Membakar gas buang yang mengandung VOCs
sehingga dihasilkan bahan yang kurang berbahaya
5) Melakukan kondensasi terhadap gas buang
6) Modifikasi dari proses mengeliminasi keluarnya VOCs

Alternatif yang digunakan tidak terlepas dari jenis dan


komposisi VOCs yang ada.
BAB III
PENUTUP

1. Simpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Beberapa gambaran mengenai kondisi di berbagai aspek di Indonesia saat
ini dalam menentukan prinsip kebijakan pengelolaan kualitas udara yaitu
berdasarkan perundang-undangan, pemahaman budaya, dan sensitivitas
masyarakat.
2. Prinsip-Prinsip Kebijakan Pengelolaan Kualitas Udara di Indonesia yaitu
: Sustainablitiy, Risk Assessment, Proportionality : measures should be
proportionate to the objective (ex cost-benefit analysis), dan Polluters
Pay Principle.
3. Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukannya zat, energi,
dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia,
sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan udara ambient tidak dapat memenuhi fungsinya.
4. Pengelolaan Kualitas Udara disesuaikan dengan Standard batas-batas
pencemar udara yang secara kuantitatif diatur dalam Baku mutu udara
ambien dan Baku mutu emisi.

2. Saran
Untuk mencegah terjadinya pencemaran udara yang lebih lanjut
hendaknya kita semua ikut menjaga kebersihan udara dan meminimalkan
pencemaran udara, misalnya dengan tidak memakai kendaraan bermotor yang
mengeluarkan banyak asap, tidak membuang gas yang berbahaya secara
sembarangan terutama bagi kegiatan industri, dan lain sebagainya agar
kebersihan udara tetap terjaga.

20
DAFTAR PUSTAKA

Mulia, Ricky M., 2005, Kesehatan Lingkungan, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Abdulgani, Hamdani, ST., M.Si. 2016. Pengelolaan Lingkungan Hidup.


Yogyakarta: K-Media.

21

Anda mungkin juga menyukai