Daftar isi
Tabel 1 – Syarat keberterimaan uji kinerja sensor berbiaya rendah parameter partikulat ....... 6
i
RSNI2
Prakata
Standar Nasional Indonesia SNI XXXX:202X Udara ambien – Bagian...: Uji kinerja alat
pemantauan kualitas udara yang menggunakan sensor berbiaya rendah dalam bahasa inggris
berjudul Ambient Air - Part…: Performance testing for air quality monitoring instrument based
on low-cost sensor merupakan SNI Baru.
Standar ini disusun oleh Komite Teknis 13-03 Kualitas Lingkungan. Standar ini telah dibahas
dan disetujui dalam rapat konsensus nasional di Jakarta, pada tanggal ................ . Konsensus
ini dihadiri oleh para pemangku kepentingan (stakeholders) terkait, yaitu: perwakilan dari
pemerintah, pelaku usaha, konsumen, dan pakar.
Standar ini telah melalui tahap jajak pendapat pada tanggal XX XXXX .... sampai dengan XX
XXXX ..... dengan hasil akhir disetujui menjadi Standar Nasional Indonesia (SNI).
ii
RSNI2
Perlu diperhatikan bahwa kemungkinan beberapa unsur dari dokumen standar ini dapat
berupa hak paten. Badan Standardisasi Nasional tidak bertanggung jawab untuk
pengidentifikasian salah satu atau seluruh hak paten yang ada.
iii
RSNI2
Pendahuluan
Kualitas udara ambien di Indonesia menghadapi tantangan serius akibat polusi udara dan
perubahan iklim. Informasi yang akurat dan valid tentang kualitas udara sangat penting dalam
pengambilan keputusan terkait pengelolaan lingkungan hidup. Namun, ketersediaan informasi
tersebut masih terbatas, terutama di daerah yang jauh dari pusat pemerintahan, karena biaya
yang tinggi untuk memperoleh alat ukur dan keterbatasan sumber daya manusia yang dapat
mengoperasikannya.
Sensor berbiaya rendah saat ini menjadi alternatif alat ukur indikatif atau peringatan dini untuk
mendapatkan informasi awal sebelum menggunakan alat ukur referensi yang lebih mahal.
Sensor berbiaya rendah berbeda dengan alat ukur referensi yang dirancang untuk memenuhi
persyaratan uji kinerja yang ketat dan digunakan dalam penaatan regulasi. Akan tetapi sensor
berbiaya rendah mempunyai kelebihan memberikan informasi konsentrasi polutan udara yang
relatif cepat atau instan dan memungkinkan pengukuran kualitas udara di lebih banyak lokasi.
Namun, saat ini variasi rentang kinerja sensor berbiaya rendah yang beredar di Indonesia
cukup besar sehingga menimbulkan kekhawatiran mengenai validitas data yang dihasilkan.
Untuk memastikan kinerja sensor berbiaya rendah dalam pemantauan kualitas udara ambien
secara indikatif dan menghasilkan data yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan,
diperlukan panduan/standar yang jelas, yang dalam perkembangannya diharapkan akan
ditangani dalam suatu Lembaga Sertifikasi produk. Bila SNI ini digunakan menjadi persyaratan
dalam pengadaan barang dan jasa, maka penyedia dan/atau produsen perlu memastikan
jaminan keberlanjutan konsistensi kualitas data pada saat implementasi di lapangan.
Standar ini mengatur persyaratan dan pelaksanaan uji kinerja alat pemantauan kualitas udara
ambien aktif kontinyu yang menggunakan sensor berbiaya rendah melalui kalibrasi, kolokasi
di lapangan, dan validasi data.
Standar ini diharapkan dapat memberikan jaminan kualitas data pemantauan udara ambien
yang dihasilkan oleh sensor berbiaya rendah dan dapat diandalkan dalam arahan kebijakan
terkait pengelolaan lingkungan hidup. Selain itu, standar ini juga akan mengatasi kekhawatiran
terkait penggunaan sensor berbiaya rendah yang belum terstandarisasi di Indonesia; sehingga
informasi yang tersedia lebih dapat diandalkan dan bermanfaat bagi masyarakat.
iv
RSNI2
1 Ruang lingkup
Standar ini mengatur persyaratan dan pelaksanaan uji kinerja alat pemantauan kualitas udara
ambien aktif kontinyu yang menggunakan sensor berbiaya rendah melalui kalibrasi, kolokasi
di lapangan, dan validasi data.
2 Acuan normatif
Dokumen acuan berikut sangat diperlukan untuk penerapan dokumen Standar ini. Untuk
acuan bertanggal, hanya edisi yang disebutkan yang berlaku. Untuk acuan tidak bertanggal,
berlaku edisi terakhir dari dokumen acuan tersebut (termasuk seluruh perubahan/
amendemennya)
SNI 7119.6 Udara ambien – Bagian 6 Penentuan lokasi pengambilan contoh uji pemantauan
kualitas udara ambien
3.1
akuisisi data
proses pengumpulan, pengolahan, dan transfer data yang dihasilkan oleh sensor berbiaya
rendah ke pusat data secara nirkabel, serta penyimpanan data melalui penggunaan alat
penyimpan data lokal
3.2
alat ukur ekuivalen
alat ukur konsentrasi partikulat atau gas di udara ambien yang memiliki tingkat akurasi yang
disetarakan dengan alat ukur referensi
3.3
alat ukur referensi
alat ukur konsentrasi partikulat atau gas di udara ambien yang memiliki tingkat akurasi yang
tertinggi
3.4
kalibrasi
perbandingan standar pengukuran, instrumen, atau barang dengan standar atau instrumen
dengan akurasi lebih tinggi untuk mendeteksi dan mengukur ketidaktepatan
3.5
kolokasi
pengujian kinerja alat pemantauan kualitas udara yang menggunakan sensor berbiaya rendah
dengan cara mengoperasikan alat tersebut dan alat ukur referensi atau ekuivalen yang
1 dari 18
RSNI2
terkalibrasi dan tertelusur secara bersamaan pada waktu dan tempat yang sama pada kondisi
lingkungan lapangan yang sesungguhnya kemudian membandingkan hasilnya
3.6
partikulat
partikel-partikel padat dan/atau cair yang tersuspensi di udara yang berukuran mikro
3.7
polutan gas
gas yang terkandung dalam atmosfer, baik alami maupun antropogenik, yang dapat
mencemari dan memiliki potensi membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan
3.8
sensor berbiaya rendah (low-cost sensor)
perangkat pengukuran kualitas udara indikatif dengan biaya pengadaan yang rendah, masa
pakai yang pendek, dan pemeliharaan yang mudah
3.9
sistem pemantauan kualitas udara ambien/Air Quality Monitoring System (AQMS)
sistem yang terdiri atas sensor-sensor untuk mengukur konsentrasi pencemar udara partikulat
dan gas serta parameter meteorologi seperti kecepatan angin, arah angin, temperatur udara,
kelembapan, intensitas matahari dan curah hujan, unit kontrol, alat penyimpan data lokal (data
logger), dan alat komunikasi data yang datanya dapat dipantau secara real-time dan aktif
kontinyu
3.10
udara ambien
udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfer yang dibutuhkan dan berpengaruh
terhadap kesehatan manusia, makhluk hidup, dan unsur lingkungan hidup lainnya
3.11
uji kinerja
proses yang dilakukan untuk mengevaluasi dan menguji kemampuan serta kualitas kinerja
sensor berbiaya rendah dalam mengukur parameter kualitas udara secara akurat dan
konsisten
3.12
validasi data
pengesahan, pengujian kebenaran atas sistem pemantauan kualitas udara
AQMS ada yang menggunakan alat ukur referensi dan/atau ekuivalen yang terkalibrasi dan
tertelusur. Tersedia pula AQMS yang menggunakan sensor berbiaya rendah. Alat ukur
referensi dan/atau ekuivalen dirancang untuk memenuhi persyaratan uji kinerja yang ketat dan
dapat digunakan dalam penaatan regulasi. Sedangkan sensor berbiaya rendah memiliki
tingkat keakuratan, masa pakai, dan kinerja yang bervariasi, sehingga hanya dapat digunakan
sebagai alat pemantauan kualitas udara ambien secara indikatif untuk melengkapi kebutuhan
data di wilayah-wilayah yang belum terpasang AQMS referensi. Persyaratan komponen
AQMS menggunakan sensor berbiaya rendah dapat dilihat pada subpasal 4.1
Alat pemantauan kualitas udara ambien yang menggunakan sensor berbiaya rendah harus
melalui tahapan uji kinerja yang salah satunya melakukan pembandingan di lokasi yang sama
2 dari 18
RSNI2
(kolokasi) terhadap alat AQMS referensi. Persyaratan uji kinerja tersebut dapat dilihat pada
subpasal 4.2.
1) sensor berbiaya rendah parameter partikulat (a) dan gas (b) yang memiliki kinerja yang
memenuhi kriteria uji;
2) alat ukur meteorologi (c) yang mengukur temperatur udara, kelembapan udara,
kecepatan angin, arah angin, tekanan atmosfer, radiasi sinar matahari, dan curah
hujan;
3) unit kontrol (d) harus memiliki kemampuan akuisisi dan pengolahan data yang
memadai untuk memastikan keandalan pengukuran dan pengolahan data dari sensor
berbiaya rendah;
4) alat penyimpan data lokal (data logger) (e) yang dapat menyimpan data mentah
pengukuran dengan kapasitas yang memadai dan dilengkapi dengan real-time clock
(RTC);
5) alat komunikasi data (f) yang memungkinkan pengiriman data hasil pengukuran ke
pusat data dengan mempertimbangkan ketersediaan dan keandalan jaringan
komunikasi yang digunakan;
6) sumber listrik (g) yang memenuhi persyaratan untuk memberikan daya yang stabil dan
aktif kontinu kepada unit AQMS; dan
7) pusat data (h) sebagai media penyimpanan data mentah pengukuran secara daring.
3 dari 18
RSNI2
Keterangan:
(a) adalah sensor berbiaya rendah parameter partikulat; (e) adalah alat penyimpanan data lokal;
(b) adalah sensor berbiaya rendah parameter gas (f) adalah alat komunikasi data;
(c) adalah alat ukur meteorologi; (g) adalah sumber listrik
(d) adalah unit kontrol (h) adalah pusat data
AQMS yang menggunakan sensor berbiaya rendah memiliki alur yang terstruktur seperti pada
Gambar 2. Pada langkah pertama, sensor berbiaya rendah partikulat (a) dan gas (b) serta alat
ukur meteorologi (c) melakukan pengukuran dan menghasilkan data yang dikirim ke unit
kontrol (d). Selanjutnya, data tersebut disimpan di alat penyimpanan data lokal (e) untuk tujuan
referensi dan analisis lebih lanjut. Unit kontrol kemudian meneruskan data ke pusat data (h)
melalui alat komunikasi data (f). Pusat data (h) bertugas mengumpulkan dan mengelola
informasi dari berbagai unit AQMS di lebih dari satu lokasi pemantauan. Proses pengiriman
data ini memungkinkan pemantauan kualitas udara secara real-time dan memungkinkan
analisis lebih lanjut untuk pemantauan jangka panjang.
Untuk menjaga AQMS tetap dapat beroperasi dengan baik, unit tersebut didukung oleh
sumber listrik (g) yang menyediakan daya yang dibutuhkan. Dengan demikian, alur ini
memungkinkan pengumpulan data yang terus-menerus, transmisi, dan pengolahan data untuk
pemantauan kualitas udara ambien.
4 dari 18
RSNI2
4.2 Persyaratan uji kinerja alat pemantauan kualitas udara yang menggunakan
sensor berbiaya rendah
Sebelum dan setelah dipasang di lokasi yang telah ditentukan, alat pemantauan kualitas udara
ambien yang menggunakan sensor berbiaya rendah harus melalui tahapan uji kinerja yaitu:
1. kalibrasi dan dibuktikan dengan menunjukkan sertifikat hasil kalibrasi; dan
2. uji kinerja kolokasi di lapangan yang dibuktikan dengan menunjukkan laporan hasil uji
kinerja kolokasi di lapangan.
CATATAN Kalibrasi alat pemantauan kualitas udara yang menggunakan sensor berbiaya rendah
untuk parameter partikulat hanya bisa dilakukan dalam ruang simulasi yang saat ini belum tersedia di
Indonesia.
Uji kinerja harus dilakukan pada minimal 3 alat pemantauan kualitas udara yang menggunakan
sensor berbiaya rendah identik, untuk pengukuran parameter yang sama. Kriteria uji kinerja
alat pemantauan kualitas udara yang menggunakan sensor berbiaya rendah meliputi jumlah
minimal sensor berbiaya rendah, presisi, bias, linearitas, dan error. Syarat keberterimaan
untuk parameter partikulat dapat dilihat pada Tabel 1. Sedangkan untuk parameter gas hanya
wajib untuk melaporkan hasilnya.
5 dari 18
RSNI2
Tabel 1 – Syarat keberterimaan uji kinerja sensor berbiaya rendah parameter partikulat
5 Uji kinerja alat pemantauan kualitas udara yang menggunakan sensor berbiaya
rendah
Lakukan uji kinerja alat pemantauan kualitas udara yang menggunakan sensor berbiaya
rendah sesuai subpasal 5.1 dan 5.2 dan laporkan hasilnya sesuai dengan yang tercantum
pada Lampiran E (normatif).
5.1 Kalibrasi
Alat pemantauan kualitas udara yang menggunakan sensor berbiaya rendah harus diperiksa
untuk memastikan peralatan berada dalam performa maksimal dan menjaga ketertelusuran
metrologi. Setiap alat pemantauan kualitas udara yang menggunakan sensor berbiaya rendah
harus dikalibrasi sesuai petunjuk pengoperasian atau instruksi manual. Secara umum kalibrasi
dilakukan dengan membandingkan pembacaan konsentrasi alat kalibrator dengan
pembacaan konsentrasi peralatan yang diuji. Kalibrasi hanya dapat dilakukan pada alat
pemantauan kualitas udara yang menggunakan sensor berbiaya rendah parameter gas.
Prosedur kalibrasi tersebut dapat dilihat pada Lampiran A (normatif).
CATATAN Kalibrasi alat pemantauan kualitas udara yang menggunakan sensor berbiaya rendah
untuk parameter partikulat hanya bisa dilakukan dalam ruang simulasi yang saat ini belum tersedia di
Indonesia. Metodenya dapat dilihat pada Lampiran B (informatif).
Uji kinerja kolokasi di lapangan dilakukan paling sedikit selama 14 hari pada kondisi
meteorologi dan polusi yang sesungguhnya. Penentuan lokasi uji kinerja kolokasi di lapangan
mengacu kepada ketentuan dalam SNI 7119.6 Udara ambien – Bagian 6 Penentuan lokasi
pengambilan contoh uji pemantauan kualitas udara ambien. Data pengukuran yang dihasilkan
oleh sensor berbiaya rendah selama proses pengujian harus disimpan di dalam alat
penyimpanan data lokal. Jika metode pengumpulan data dan pemrosesan data menggunakan
jaringan komunikasi, data harus dimungkinkan untuk disimpan di luar alat pemantauan kualitas
6 dari 18
RSNI2
udara yang menggunakan sensor berbiaya rendah. Lakukan prosedur uji kinerja kolokasi di
lapangan sebagaimana tercantum pada Lampiran C (normatif).
6 Validasi data
Validasi data dilakukan dengan mengolah data mentah sebelum dan sesudah alat
pemantauan kualitas udara yang menggunakan sensor berbiaya rendah dipasang di lokasi
pemantauan. Validasi data juga mencakup skrining data kosong, data error, atau data yang
dianggap abnormal. Cantumkan metode skrining data yang digunakan dalam validasi pada
laporan hasil uji kinerja. Jika hasil validasi data menunjukkan penurunan kinerja alat
pemantauan kualitas udara yang menggunakan sensor berbiaya rendah, lakukan perawatan
sesuai dengan petunjuk alat.
7 dari 18
RSNI2
Lampiran A
(normatif)
Metode kalibrasi alat pemantauan kualitas udara yang menggunakan sensor
berbiaya rendah parameter gas
Contoh skema kalibrasi alat pemantauan kualitas udara yang menggunakan sensor berbiaya
rendah parameter gas dapat dilihat pada Gambar A.1 berikut.
Keterangan:
(a) adalah zero gas generator; (e) adalah inlet alat yang dikalibrasi;
(b) adalah gas standar tertelusur; (f) adalah alat yang dikalibrasi;
(c) adalah kalibrator multigas/gas diluter standard; (g) adalah selang untuk mengalirkan gas.
(d) outlet gas kalibrasi;
a. Kalibrator Multi Gas Standard / Gas Diluter Standard, kalibrator ozon standar (STD);
b. Tabung gas bersertifikat yang tertelusur ke standar nasional dan/atau internasional;
c. Zero air generator;
d. Unit sensor berbiaya rendah yang diuji (UUT);
e. Peralatan pengukuran kondisi lingkungan (suhu, kelembapan, dan tekanan udara);
f. Regulator tekanan gas;
g. Selang berbahan baja tahan karat (stainless steel);
h. Selang berbahan politetrafluoroetilena (PTFE).
8 dari 18
RSNI2
9 dari 18
RSNI2
Lampiran B
(informatif)
Metode kalibrasi alat pemantauan kualitas udara yang menggunakan sensor
berbiaya rendah parameter partikulat dalam ruang simulasi
Diagram contoh ruang simulasi ditunjukkan pada Gambar B.1. Proses untuk mencapai dan
menjaga konsentrasi partikulat standar yang ditentukan dilakukan dengan memasukkan
partikulat standar ke dalam ruang simulasi kemudian cek apakah konsentrasi partikulat target
telah tercapai dengan membaca nilai hasil pengukuran alat ukur referensi atau ekuivalen
terkalibrasi dan tertelusur yang terpasang pada ruang simulasi. Kondisi pengukuran sesuai
dengan instruksi manual alat pemantauan kualitas udara yang menggunakan sensor berbiaya
rendah.
Keterangan:
(a) adalah ruang simulasi untuk uji kinerja
(b) adalah sumber udara bersih (dilengkapi dengan filter HEPA)
(c) adalah pengatur suhu dan kelembapan
(d) adalah saluran pembuangan udara dan partikulat
(e) adalah kipas pengaduk
(f) adalah nozzle sumber partikulat/gas polutan standar
(g) adalah sumber partikulat/gas polutan standar
(h) adalah bipolar aerosol charger, hanya untuk parameter partikulat (opsional)
(i) adalah pompa penghasil aliran udara
Gambar B.1 - Contoh diagram ruang simulasi untuk kalibrasi alat pemantauan kualitas
udara yang menggunakan sensor berbiaya rendah parameter partikulat.
1. Gunakan kalium klorida (KCL), natrium klorida (NaCl), polystyrene sphere liquid (PSL),
atau senyawa lain yang memenuhi ISO 12103-1 A1 Fine Test Dust atau standar sejenis
lainnya sebagai partikulat standar;
10 dari 18
RSNI2
2. Pasang alat penetralisir muatan untuk menghindari partikulat standar yang dihasilkan
menjadi bermuatan;
3. Pastikan distribusi ukuran standar uji partikulat yang dihasilkan harus masuk dalam
rentang 0,3 µm sampai dengan 2,5 µm, dengan standar deviasi geometri berada dalam
rentang 1,4 sampai dengan 2,0.
1. Atur sensor berbiaya rendah partikulat yang akan diuji kinerja sehingga dapat
menunjukkan satuan pengukuran konsentrasi partikulat yang sama dengan alat ukur
referensi yang digunakan sebagai pembanding;
2. Aliri bagian dalam ruang simulasi dengan udara bersih yang telah melalui filter HEPA
sampai konsentrasi partikulat di dalam ruang simulasi kurang dari 5 µg/m3;
3. Masukkan standar uji partikulat ke dalam ruang simulasi dan atur hingga konsentrasi target
tercapai, namun konsentrasi awal tidak boleh melebihi 200 µg/m3;
4. Lakukan uji kinerja pada 5 titik konsentrasi dengan interval yang sama yaitu:
a) 100 µg/m3 ± 5 µg/m3;
b) 75 µg/m3 ± 5 µg/m3;
c) 50 µg/m3 ± 5 µg/m3;
d) 25 µg/m3 ± 5 µg/m3; dan
e) kurang dari 5 µg/m3.
5. Lakukan pengukuran hingga didapatkan minimal 20 sampai dengan 30 pasang data hasil
pengukuran sensor berbiaya rendah dan alat ukur referensi dalam waktu yang sama atau
selama 3 jam berturut-turut pada setiap titik konsentrasi;
6. Lakukan perhitungan Presisi, Bias, Linearitas, dan Error menggunakan persamaan pada
Lampiran D (normatif).
11 dari 18
RSNI2
Lampiran C
(normatif)
Metode uji kinerja kolokasi di lapangan
1. Lakukan persiapan awal dengan memasang sensor berbiaya rendah di lokasi pengujian
kolokasi yang telah ditentukan dan melakukan operasional pendahuluan (conditioning).
Pemeliharaan, inspeksi, kalibrasi internal dan kalibrasi aliran udaranya dapat dilakukan
sebelum pengujian dimulai. Persiapan awal sekurang-kurangnya dilakukan 3 hari sebelum
dilakukan uji kinerja;
2. Lakukan pengukuran awal, setelah persiapan awal selama 3 hari selesai dilaksanakan,
dengan mengoperasikan alat ukur referensi atau ekuivalen partikulat yang terkalibrasi dan
tertelusur secara bersamaan dengan alat pemantauan kualitas udara yang menggunakan
sensor berbiaya rendah parameter partikulat yang akan dievaluasi. Pengukuran awal
bertujuan untuk mengkalibrasi parameter kalibrasi massa (faktor-k) yang dapat
mempengaruhi hasil pengukuran alat pemantauan kualitas udara yang menggunakan
sensor berbiaya rendah parameter partikulat;
3. Setelah pengukuran awal selesai, lakukan uji kinerja kolokasi di lapangan dengan
mengoperasikan 1 alat ukur referensi atau ekuivalen partikulat yang terkalibrasi dan
tertelusur serta minimal 3 alat pemantauan kualitas udara yang menggunakan sensor
berbiaya rendah identik parameter partikulat secara bersamaan di lokasi yang sama;
4. Operasikan alat ukur referensi atau ekuivalen dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Jika alat ukur referensi yang digunakan berbasis filter gravimetri, alat ukur harus
dioperasikan secara terus menerus selama 23 jam sehari dan penggantian filter serta
pemeriksaan alat ukur harus dilakukan dalam waktu 1 jam;
CATATAN Selama masa penggantian filter dan pemeriksaan alat ukur referensi partikulat,
akuisisi hasil pengukuran sensor berbiaya rendah partikulat yang diuji dan penggantian bahan
habis pakai dilakukan oleh lembaga uji kinerja.
b. Jika alat ukur ekuivalen yang digunakan, alat ukur harus dioperasikan secara terus
menerus selama 24 jam sehari.
CATATAN Penggantian bahan habis pakai dari alat ukur yang menjalani uji kinerja dapat dilakukan
atas permintaan lembaga uji kinerja jika diperlukan.
12 dari 18
RSNI2
5. Lakukan pengujian paling sedikit selama 14 hari. 14 data rata-rata harian (23 jam untuk alat
ukur referensi berbasis filter gravimetri) dari alat ukur referensi partikulat atau 322 data rata-
rata per jam (23 jam × 14 hari) dari alat ukur ekuivalen partikulat harus dikumpulkan selama
14 hari. Data rata-rata per jam dari setiap alat pemantauan kualitas udara yang
menggunakan sensor berbiaya rendah parameter partikulat juga harus dikumpulkan, tetapi
jika alat tersebut gagal menghasilkan data rata-rata per jam, penyedia dan/atau produsen
alat pemantauan kualitas udara yang menggunakan sensor berbiaya rendah parameter
partikulat harus memberikan metode untuk menghasilkan data rata-rata per jam kepada
lembaga inspeksi;
6. Minimal harus ada 16 data hasil pengukuran konsentrasi tinggi dengan konsentrasi
melebihi 60 µg/m3 di antara 322 hasil pengukuran dari alat ukur referensi atau ekuivalen
partikulat yang terkalibrasi dan tertelusur. Jika 16 atau lebih data konsentrasi 60 µg/m3 tidak
diperoleh selama periode pengujian 14 hari, periode pengujian harus diperpanjang kembali
selama satu periode (14 hari), dan jika setidaknya 8 konsentrasi melebihi 60 µg/m 3 sudah
diperoleh selama seluruh periode pengujian, pengujian harus diakhiri. Jika konsentrasi rata-
rata hasil pengukuran alat ukur referensi partikulat kurang dari 3 µg/m3 dan konsentrasi
rata-rata alat ukur ekuivalen partikulat kurang dari 5 µg/m3, evaluasi dapat dilakukan tanpa
menggunakan data tersebut, tetapi jumlah hari pengujian harus tetap memenuhi
persyaratan minimal 14 hari;
7. Lakukan perhitungan Presisi, Bias, Linearitas, dan Error menggunakan persamaan pada
Lampiran D (normatif).
1. Lakukan proses uji kinerja kolokasi di lapangan dengan mengoperasikan 1 alat ukur
referensi atau ekuivalen parameter gas yang terkalibrasi dan tertelusur secara bersamaan
dengan minimal 3 alat pemantauan kualitas udara yang menggunakan sensor berbiaya
rendah identik parameter gas yang sama di lokasi yang sama;
2. Operasikan alat ukur referensi atau ekuivalen gas terus menerus selama 24 jam sehari.
3. Lakukan proses uji kinerja kolokasi di lapangan paling sedikit selama 14 hari;
4. Kumpulkan sebanyak minimal 336 data rata-rata per jam (24 jam × 14 hari) dari alat ukur
referensi atau ekuivalen parameter gas yang terkalibrasi dan tertelusur dan setiap alat
pemantauan kualitas udara yang menggunakan sensor berbiaya rendah parameter gas
yang diuji secara bersamaan;
5. Lakukan perhitungan Presisi, Bias, Linearitas, dan Error menggunakan persamaan pada
Lampiran D (normatif).
13 dari 18
RSNI2
Lampiran D
(normatif)
Rumus perhitungan
Keterangan:
𝑖 adalah nomor alat ukur (1, 2, 3)
𝐽𝑐,𝑖 adalah jumlah data yang terekam pada data logger alat ukur selama interval waktu 𝑡;
𝐽𝑅 adalah jumlah data yang seharusnya dihasilkan oleh alat ukur selama interval waktu 𝑡.
D.2 Rata-rata
1
𝑥𝑘𝑡𝑗 = 𝑛 ∑𝑛𝑖=1 𝐶𝑖𝑗
(2)
Keterangan:
𝑥𝑘𝑡𝑗 adalah rata-rata pengukuran 𝑘 untuk interval waktu 𝑡 oleh alat ukur 𝑗;
𝑛 adalah jumlah pengukuran selama interval waktu 𝑡;
𝐶𝑖𝑗 adalah hasil pengukuran dari alat ukur 𝑗 pada waktu 𝑖 selama interval waktu 𝑡.
1 1 𝑁
𝑋̅𝑘𝑡 = 𝑀 ∑𝑀
𝑖=1 [𝑁 ∑𝑡=1 𝑥𝑘𝑡𝑗 ]
(3)
Keterangan:
𝑋̅𝑘𝑡 adalah rata-rata hasil pengukuran seluruh alat ukur identik yang valid pada interval waktu 𝑡;
𝑀 adalah jumlah alat ukur identik yang diuji secara bersamaan;
𝑁 adalah jumlah waktu saat seluruh alat ukur identik yang diuji menghasilkan nilai rata-rata yang
valid selama seluruh periode pengujian;
𝑥𝑘𝑡𝑗 adalah rata-rata hasil pengukuran yang valid pada interval waktu 𝑡 dari dari alat ukur 𝑗.
D.1.4 Presisi
1 2
𝑆𝐷 = √(𝑁×𝑀)−1 ∑𝑀 𝑁 ̅
𝑗=1 [∑𝑡=1(𝑥𝑘𝑡𝑗 − 𝑋𝑘𝑡 ) ]
(4)
Keterangan:
𝑆𝐷 adalah standar deviasi dari rata-rata hasil pengukuran alat ukur;
𝑀 adalah jumlah alat ukur identik yang diuji secara bersamaan;
𝑁 adalah jumlah data rata-rata valid dari seluruh alat ukur identik yang diuji;
𝑋𝑘𝑡 𝑗 adalah rata-rata hasil pengukuran yang valid pada interval waktu 𝑡 dari alat ukur 𝑗;
𝑋̅𝑘𝑡 adalah rata-rata hasil pengukuran seluruh alat ukur identik yang valid pada interval waktu 𝑡.
14 dari 18
RSNI2
𝑆𝐷
𝐶𝑉 = 𝑋̅ × 100
𝑘𝑡
(5)
Keterangan:
𝐶𝑉 adalah koefisien variasi (%);
𝑆𝐷 adalah standar deviasi dari rata-rata pengujian;
̅
𝑋𝑘𝑡 adalah rata-rata hasil pengukuran seluruh alat ukur identik yang valid pada interval waktu 𝑡.
𝑦 = 𝑚𝑥 + 𝑏
(6)
Keterangan:
𝑦 adalah hasil pengukuran alat ukur pemantauan kualitas udara yang menggunakan sensor
berbiaya rendah (variabel terikat);
𝑥 adalah hasil pengukuran alat ukur referensi atau ekuivalen yang terkalibrasi dan tertelusur;
𝑚 adalah slope;
𝑏 adalah intercept.
(7)
Keterangan:
𝑅̅ adalah rata-rata pengujian alat ukur referensi atau ekuivalen yang terkalibrasi dan tertelusur
selama proses pengujian;
𝐶 ̅ adalah rata-rata pengujian alat pemantauan kualitas udara yang menggunakan sensor berbiaya
rendah selama proses pengujian;
𝑟 koefisien korelasi.
𝑟2 = 𝑟 × 𝑟
(8)
Keterangan:
𝑟2 koefisien determinasi;
𝑟 koefisien korelasi.
D.1.6 Error
1 2
𝑅𝑀𝑆𝐸 = √ ∑𝑀 𝑁
𝑗=1 [∑𝑡=1(𝑥𝑘𝑡𝑗 − 𝑅𝑡 ) ]
𝑁×𝑀
(9)
Keterangan:
𝑅𝑀𝑆𝐸 adalah root mean square error;
𝑀 adalah jumlah alat ukur pemantauan kualitas udara yang menggunakan sensor berbiaya
rendah identik yang diuji secara bersamaan;
𝑁 adalah jumlah waktu saat seluruh alat ukur pemantauan kualitas udara yang menggunakan
sensor berbiaya rendah identik yang diuji menghasilkan nilai rata-rata yang valid selama
periode pengujian;
𝑥𝑘𝑡𝑗 adalah rata-rata pengukuran 𝑘 untuk interval waktu 𝑡 oleh alat ukur pemantauan kualitas udara
yang menggunakan sensor berbiaya rendah 𝑗;
𝑅𝑘𝑡 adalah rata-rata pengukuran 𝑘 untuk interval waktu 𝑡 oleh alat ukur referensi atau ekuivalen
yang terkalibrasi dan tertelusur.
15 dari 18
RSNI2
𝑅𝑀𝑆𝐸
𝑁𝑅𝑀𝑆𝐸 =
𝑅̅𝑡
(10)
Keterangan:
𝑁𝑅𝑀𝑆𝐸 adalah normalized root mean square error (%);
𝑅𝑀𝑆𝐸 adalah root mean square error;
𝑅̅𝑡 adalah rata-rata hasil pengukuran alat ukur referensi atau ekuivalen yang terkalibrasi dan
tertelusur yang valid selama periode pengujian.
16 dari 18
RSNI2
Lampiran E
(normatif)
Pelaporan hasil uji kinerja alat pemantauan kualitas udara yang menggunakan
sensor berbiaya rendah
Pelaporan hasil uji kinerja alat pemantauan kualitas udara yang menggunakan sensor
berbiaya rendah minimal harus mencantumkan informasi:
17 dari 18
RSNI2
Bibliografi
[1] EN 12341:1999 Air quality – Determination of the PM10 fraction of suspended particulate
matter - Reference method and field test procedure to demonstrate reference
equivalence of measurement methods.
[2] EN 14907:2005 Ambient air quality – Reference gravimetric measurement method for
the determination of the PM2.5 mass fraction of suspended particulate matter.
[3] EN ISO 14956, Evaluation of the Suitability of a Measurement Method by Comparison
with a Stated Measurement Uncertainty.
[4] ENV 13005-1999, CEN Guide to the Expression of Uncertainty in Measurement, Geneva,
Switzerland.
[5] Directive 2008/50/EC of the European Parliament and of the Council of 21 May 2008 on
ambient air quality and cleaner air for Europe.
[6] Guide to the demonstration of equivalence of ambient air monitoring methods-Report by
an EC Working Group on Guidance for the Demonstration of Equivalence, January 2010
[7] Notification on Performance Certification, etc. of Low-cost Particulate Matter (PM)
Sensors. NIER Notification No. 2022-29 amended on July 25, 2022
[8] Notification on Performance Certification, etc. of Low-cost Environmental Sensors. NIER
Notification No. 2022-46 enacted on August 18, 2022
[9] EPA/600/R-20/279. Performance Testing Protocols, Metrics, and Target Values for
Ozone Air Sensors. Use in Ambient, Outdoor, Fixed Site, Non-Regulatory Supplemental
and Informational Monitoring Applications. US EPA. 2021.
[10] EPA/600/R-20/280. Performance Testing Protocols, Metrics, and Target Values for Fine
Particulate Matter Air Sensors. Use in Ambient, Outdoor, Fixed Site, Non-Regulatory
Supplemental and Informational Monitoring Applications. US EPA. 2021.
[11] List of designated reference and equivalent methods”, CENTER FOR
ENVIRONMENTAL MEASUREMENTS & MODELING, AIR METHODS &
CHARACTERIZATION DIVISION, US EPA.
18 dari 18
RSNI2
19 dari 18