Anda di halaman 1dari 24

Dewi pujiana, M.

Bmd
Distribusi cairan tubuh di dalam
kompartemen-kompartemen

CIS = 2/3 TBW


40% BB

TBW C I = ¾ CES
15% BB
60% BB CES = 1/3 TBW
20% BB
Plasma
5% BB
Cairan Intraselular (ICF atau CIS)
Berada dalam sel-sel tubuh
Terdapat 2/3 dari total cairan tubuh (adults)
 Kation utama potassium (kalium, K) •

Cairan Ekstraselular (ECF atau CES)


– Berada diluar sel
– Merupakan 1/3 dari total cairan tubuh
– Kation utama sodium (natrium, Na)
Perpindahan Cairan antara
Kompartemen
DINDING
KAPILER
MEMBRAN
SEL
Kapiler
Ruang
interstitium
Kapiler
Sel

Ruang
intravaskuler
Konsentrasi  Banyak suatu senyawa terlarut
(solute) per satuan volume larutan (solution)

Gula
Air gula (solute)
(Solution)
Air
(solvent)
Osmolaritas & Osmolalitas

Osmolaritas  mOsm/liter larutan (volume


solvent + solute).
Osmolalitas  mOsmol/kg.H2O (massa
solvent).

Pada konsentrasi rendah, antara


OSMOLARITAS dan OSMOLALITAS
tidak ada perbedaan berarti.
Mengukur Osmolaritas
Dasar  sifat colligative larutan; sifat-
sifat larutan yang hanya tergantung
pada banyak partikel senyawa
terlarutnya, tidak oleh jenis senyawa
tersebut.
• Penurunan titik beku.
• Peningkatan titik didih.
• Tekanan osmotik.
Penurunan titik beku 1,8600C/osm
Titik beku plasma – 0,5210C
Osmolalitas plasma =
0,521
X 1000 mOsm/Kg.H2 O
1,860
280,107 mOsm/Kg.H2O

Osmolalitas plasma 285 ± 10 mOsm/Kg.H2O*

Posm (mmHg) = 19,3 x Osmolalitas (mOsm/kg.H2O)

* Cecil Textbook of Med, 19th ed.


Konversi mol  Osm

Nondissosiable Dissosiable
substances : substances :

11 mol
mol == 11 Osm
Osm 11 mol
mol == nn Osm
Osm
Contoh : Glukosa, 1 mmol/l n  banyak partikel hasil
penguraian 1 mol.
= 1mOsm/l
Contoh : Larutan 1 mmol/l
NaCl

NaCl  Na+ + Cl-


0,25 0,75 0,75

Maka 1 mmol/l = 1,75 mOsm/l


Hubungan
Hubungan Konsentrasi
Konsentrasi Na+
Na+ &
&
Osmolaritas
Osmolaritas Plasma
Plasma (Posm)
(Posm)

Posm =  (Solutes) mOsm/l

Garam Na+ + lain (K+, Mg++, Ca)


Solute
Glukosa
Senyawa organik
Urea + N lain (BUN)

Posm = (NaCl) + Garam lain + (Glukosa) + BUN


75%
NaCl Na+ + Cl –
0,25 0,75 0,75 n = 1,75

(NaCl) = 1,75 (Na+) mOsm/l


= 1,75/0,93 (Na+) mOsm/Kg.H2O
= 1,88 (Na+) mOsm/Kg.H2O

(Garam lain) = 0,21 (Na+) mOsm/Kg.H2O

(Glukosa) mg/dl x 10
(Glukosa) =
BM BM glukosa = 180

(Glukosa)
(Glukosa) = 18
(BUN) x 10 BUN : Blood urea (BUN)
BUN = BM nitrogen, BM = 28
BUN = 2,8

(Glukosa) (BUN)
Posm = 1,88 (Na+) + 0,12 (Na+) + +
18 2,8

(Glukosa) (BUN)
Posm = 2 (Na ) ++
+
18 2,8

Urea osmotik tidak efektif.


Posm
Posmefektif
efektif==22(Na
(Na+))
+
Glukosa, normal, osmotik
tidak efektif.
Osmosis adalah proses pergerakan dari air yang
melewati membran semipermeabel yang disebabakan
oleh perbedaan konsentrasi. Proses pergerakan air ini
dari yang konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi.

Tekanan osmotik adalah daya dorong air yang


dihasilkan oleh partikel-partikel zat terlarut
didalamnya. Tekanan osmotik tergantung dari jumlah
zat yang tak terlarut didalamnya.
TONICITY/ TONISITAS
Membandingkan osmolaritas efektif suatu
larutan terhadap osmolaritas plasma normal.

Isotonik  osmolaritas = plasma

Larutan Hipertonik  osmolaritas > plasma

Hipotonik  osmolaritas < plasma


Apa yang terjadi pada sel
?

Di dalam larutan
hipertonik

Di dalam larutan
hipotonik
Membran sel tidak permeabel terhadap natrium dan
kalium tetapi memiliki permeabilitas yang bebas
terhadap air. Dengan demikian CIS dan CES
mempunyai osmolalitas yang sama walapun kedua
cairan tersebut berbeda komposisi ionnya
Keadaan hipertonis menghasilkan perpindahan air
keluar dari cairan intrasel (CIS) untuk masuk ke
dalam cairan ekstrasel (CES) yaitu vol. CES, vol
CIS,

sedangkan pada keadaan Hipotonik menghasilkan


pergerakan air keluar dari CES untuk masuk ke CIS,
yaitu : vol. CES dan vol. CIS
Larutan : zat pelarut (air) (x) + zat terlarut (y)
y (ex : garam)
1. Hipertonis : ?
2. Hipotonis : ?
3. Isotonis : ? Sekat diangkat

hipertonis hip0tonis
X
x= 100 ml x= 100 ml Bejana

y= 70 gr y= 30 gr
y
ISOTONIS
1. Hipertonis : larutan yang memiliki konsentrasi zat
terlarut (y) tinggi
2. Hipotonis : larutan yang memiliki konsentrasi zat
terlarut (y) rendah
3. Isotonis : x = y
Keadaan Hipertonik Dehidrasi Seluler
Keadaan Hipotonik Over Hidrasi Seluler

Keseimbangan natrium akan mengatur volume CES


sedangkan keseimbangan air akan mengatur CIS
Cairan hipotonik:
 osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi
ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut
dalam serum, dan menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan
“ditarik” dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan
sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke
osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju.
 Digunakan pada keadaan sel “mengalami” dehidrasi, misalnya
pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga
pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan
ketoasidosis diabetik.
 Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba
cairan dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps
kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial (dalam
otak) pada beberapa orang.
 Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.
Cairan Isotonik:
 osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati
serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga terus
berada di dalam pembuluh darah.
 Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi
(kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus
menurun).
 Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan),
khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan
hipertensi.
 Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal
saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).
Cairan hipertonik:
osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum,
sehingga “menarik” cairan dan elektrolit dari jaringan
dan sel ke dalam pembuluh darah.
Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan
produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak).
Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik.
Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik,
Dextrose 5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl
0,9%, produk darah (darah), dan albumin
Kristaloid:
bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi
sejumlah volume cairan (volume expanders) ke dalam
pembuluh darah dalam waktu yang singkat, dan
berguna pada pasien yang memerlukan cairan segera.
Misalnya Ringer-Laktat dan garam fisiologis.
Koloid:
ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar
sehingga tidak akan keluar dari membran kapiler, dan
tetap berada dalam pembuluh darah, maka sifatnya
hipertonik, dan dapat menarik cairan dari luar
pembuluh darah.
Contohnya adalah cairan albumin dan steroid.

Anda mungkin juga menyukai