Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

MANAJEMEN KEPERAWATAN
SUPERVISI DAN NASKAH ROLEPLAY

Disusun Oleh Kelompok 3:


1. Vitria Kris Herawati (201803065)
2. Wahyu Dwi Anggraini (201803086)
3. Siti Aminah (201803087)
4. Diana Tri Setia Puji A (201803088)
5. Vivi Irmayunita (201803089)
6. Chandy Riqi Nurabib (201803090)
7. Isnanda Ary Kurnia (201803091)
8. Sovi Aprilia (201803092)
9. Rizqiana Eka C (201803093)
10. Ti Wahyu Ningtyas P (201803094)
11. Septi Vita K (201803095)
12. M. Riski Hidayat (201803096)

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
melimpahkan Rahmat, Taufik, tuntunan serta hidayahNya kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan dan menyajikan makalah yang berjudul SUPERVISI
dengan sebaik-baiknya.
Penyusunan makalah ini dimaksudkan agar pembaca dapat memperoleh informasi
tentang Manajemen Keperawatan. Selain itu juga makalah ini untuk memenuhi tugas
Praprofesi Managemen.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Keberhasilan penulisan makalah ini semata-mata bukan hasil jerih
payah penulis sendiri, namun juga karena adanya dorongan dan bantuan dari pihak lain.
Oleh Karena itu, penulis mengungkapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang
turut serta menyumbangkan materi, tenaga, pikiran serta ide - ide yang dapat penulis
gunakan untuk menyelesaikan makalah ini. Adapun pihak yang terlibat dalam penulisan
karya tulis ini, antara lain kepada
1. Windu Santoso, M.Kep selaku pembimbing kami dalam menyelesaikan
tugas ini
2. Semua teman-teman yang membantu untuk penyelesaian makalah ini.
3. Petugas perpustakaan yang membantu kami dalam penyediaan literatur
Penulis sangat mengharap adanya kritik dan saran yang bersifat konstruktif,
mengingat penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan.

Mojokerto, Agustus 2018

Kelompok 03

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................... ii
BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................... 1
1.2 Tujuan................................................................................................................. 1
BAB 2 : LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Supervisi............................................................................................ 2
2.2 Manfaat dan Tujuan Supervisi............................................................................ 2
2.3 Frekuensi Pelaksanaan Supervisi........................................................................ 3
2.4 Kegiatan Rutin Supervisor.................................................................................. 3
2.5 Prinsip-Prinsip Pokok Dalam Supervisi.............................................................. 4
2.6 Pelaksana Supervisi............................................................................................. 5
2.7 Teknik Supervisi................................................................................................. 6
2.8 Supervisi Keperawatan........................................................................................ 7
2.9 Pelaksana Supervisi Keperawatan....................................................................... 7
2.10 Sasaran Supervisi Keperawatan.......................................................................... 8
2.11 Kompetensi Supervisor Keperawatan................................................................. 9
2.12 Tehnik Supervisi keperawatan............................................................................ 9
2.13 Prinsip Supervisi Keperawatan........................................................................... 11
2.14 Kegiatan Rutin Supervisor.................................................................................. 12
2.15 Model-model Supervisi Keperawatan................................................................. 13
2.16 Defenisi Kinerja.................................................................................................. 14
2.17 Sistem Penilaian Kinerja..................................................................................... 14
2.18 Kinerja Perawat................................................................................................... 15
2.19 Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Perawat.................................................... 16
2.20 Penilaian Kinerja Perawat................................................................................... 16
2.21 Cara Penilaian Kinerja Perawat.......................................................................... 18
BAB 3 : PENUTUP
3.1 Kesimpulan......................................................................................................... 21
3.2 Saran.................................................................................................................... 21

iii
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan yang
berkesinambungan selama 24 jam terus-menerus, untuk memberikan
pelayanan yang bermutu perlu dukungan sumber-sumber antara lain Sumber
Daya Manusia, standar pelayanan dan fasilitas yang memadai.
Perawat mempunyai peran sentral dalam upaya mencapai tujuan pelayanan
kesehatan di rumah sakit untuk memberikan pelayanan keehatan yang
bermutu pada klien dan keluarga melalui supervisi.
Supervisi adalah salah satu fungsi pokok yang harus dilaksanakan oleh
pengelola manajer dari yang terendah, menengah dan atas. Supervisi
merupakan bagian yang penting dalam manajemen keperawatan. Melalui
supervisi, SDM keperawatan akan mempertahankan kemampuan dan
perilaku dalam melaksanakan asuhan keperawatan sehingga kualitas asuhan
yang diterima klien selalu sama pada setiap orang. Oleh karena itu sebagai
seorang perawat professional diharapkan mempunyai kemampuan dalam
melaksanakan supervisi.
1.2 Tujuan
Mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan pengertian supervisi
2. Menyebutkan tujuan supervisi
3. Menjelaskan manfaat supervisi
4. Menjelaskan peran dan fungsi supervisi
5. Menjelaskan prinsip-prinsip supervisi
6. Menjelaskan model-model supervisi
7. Melaksanakan fungsi supervisi

1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Supervisi


Sebagai salah satu dari fungsi manajemen, pengertian supervisi telah
berkembang secara khusus. Secara umum yang dimaksud dengan supervisi
adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan
terhadap pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan untuk kemudian
apabila ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan yang
bersifat langsung guna mengatasinya (Azwar, 1996).
Muninjaya (1999) menyatakan bahwa supervisi adalah salah satu
bagian proses atau kegiatan dari fungsi pengawasan dan pengendalian
(controlling). Swanburg (1990) melihat dimensi supervisi sebagai suatu
proses kemudahan sumber-sumber yang diperlukan untuk penyelesaian
suatu tugas ataupun sekumpulan kegiatan pengambilan keputusan yang
berkaitan erat dengan perencanaan dan pengorganisasian kegiatan dan
informasi dari kepemimpinan dan pengevaluasian setiap kinerja karyawan.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan
supervisi adalah kegiatan-kegiatan yang terencana seorang manajer melalui
aktifitas bimbingan, pengarahan, observasi, motivasi dan evaluasi pada
stafnya dalam melaksanakan kegiatan atau tugas sehari-hari (Arwani, 2006).
2.2 Manfaat dan Tujuan Supervisi
Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak
manfaat. Manfaat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut (Suarli &
Bachtiar, 2009) :
1. Supervisi dapat meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan efektifitas
kerja ini erat hubungannya dengan peningkatan pengetahuan dan
keterampilan bawahan, serta makin terbinanya hubungan dan suasana
kerja yang lebih harmonis antara atasan dan bawahan.
2. Supervisi dapat lebih meningkatkan efesiensi kerja. Peningkatan
efesiensi kerja ini erat kaitannya dengan makin berkurangnya kesalahan

2
yang dilakukan bawahan, sehingga pemakaian sumber daya (tenaga,
harta dan sarana) yang sia-sia akan dapat dicegah.
Apabila kedua peningkatan ini dapat diwujudkan, sama artinya
dengan telah tercapainya tujuan suatu organisasi. Tujuan pokok dari
supervisi ialah menjamin pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah
direncanakan secara benar dan tepat, dalam arti lebih efektif dan efesien,
sehingga tujuan yang telah ditetapkan organisasi dapat dicapai dengan
memuaskan (Suarli & Bachtiar, 2008).
2.3 Frekuensi Pelaksanaan Supervisi
Supervisi harus dilakukan dengan frekuensi yang berkala. Supervisi
yang dilakukan hanya sekali bisa dikatakan bukan supervisi yang baik,
karena organisasi/lingkungan selalu berkembang. Oleh sebab itu agar
organisasi selalu dapat mengikuti berbagai perkembangan dan perubahan,
perlu dilakukan berbagai penyesuaian. Supervisi dapat membantu
penyesuaian tersebut yaitu melalui peningkatan pengetahuan dan
keterampilan bawahan.
Tidak ada pedoman yang pasti mengenai berapa kali supervisi harus
dilakukan. Yang digunakan sebagai pegangan umum, supervisi biasanya
bergantung dari derajat kesulitan pekerjaan yang dilakukan, serta sifat
penyesuaian yang akan dilakukan. Jika derajat kesulitannya tinggi serta sifat
penyesuaiannya mendasar, maka supervisi harus lebih sering dilakukan.
2.4 Kegiatan Rutin Supervisor
Tugas-tugas rutin yang harus dilakukan oleh supervisor setiap hari
(Bittel,1987), sbb:
1. (15-30’) sebelum pertukaran Shift
a. Mengecek kecukupan fasilitas/peralatan/sarana untuk hari itu
b. Mengecek jadwal kerja
2. (15-30’) pada waktu mulai Shift
a. Mengecek personil yang ada
b. Menganalisa keseimbangan tenaga
c. Mengatur pekerjaan

3
d. Mengidentifikasikan kendala yang muncul
e. Mencari alternatif penyelesaian masalah supaya dapat diselesaikan
3. (6-7 jam ) sepanjang hari.
a. Mengecek pekerjaan setiap perawat, mengarahkan, mengintruksi,
mengoreksi atau memberi latihan sesuai kebutuhan
b. Mengecek kemajuan pekerjaan
c. Mengecek pekerjaan rumah tangga
d. Mengecek personil, kenyamanan kerja terutama personil baru
e. Berjaga di tempat bila ada pertanyaan, permintaan bantuan lain-lain
f. Mengatur jam istirahat perawat
g. Mendeteksi dan mencatat problem yang muncul pada saat itu dan
mencari cara memecahkannya
h. Mengecek kembali kecukupan alat/fasilitas/sarana sesuai kondisi
operasional
i. Mencatat fasilitas/sarana yang rusak kemudian melaporkannya
j. Mengecek kecelakaan kerja
k. Menyiapkan laporan mengenai pekerjaan secara rutin
4. (15-30’) sekali dalam sehari
a. Mengobservasi satu personil atau aneka kerja secara kontinyu untuk
15’
b. Melihat dengan seksama hal-hal yang mungkin terjadi, seperti
keterlambatan pekerjaan, lamanya mengambil barang, kesulitan
pekerjaan, dll
5. Sebelum pulang
a. Membuat daftar masalah yang belum terpecahkan dan berusaha
untuk memecahkan keesokan harinya
b. Pikirkan pekerjaan yang telah dilakukan sepanjang hari dengan
mengecek hasilnya, kecukupan material dan peralatannya
c. Melengkapi laporan harian
d. Membuat daftar pekerjaan untuk keesokan harinya

4
2.5 Prinsip-Prinsip Pokok Dalam Supervisi
Kegiatan supervisi mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja
yang kondusif dan nyaman yang mencakup lingkungan fisik, atmosfer kerja,
dan jumlah sumber sumber yang dibutuhkan untuk memudahkan
pelaksanaan tugas. Untuk itu diperlukan beberapa prinsip pokok
pelaksanaan supervisi. Prinsip pokok supervisi secara sederhana dapat
diuraikan sebagai berikut (Suarli dan Bahtiar, 2009):
1. Tujuan utama supervisi ialah untuk lebih meningkatakan kinerja
bawahan, bukan untuk mencari kesalahan. Peningkatan kinerja ini
dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung terhadap pekerjaan
bawahan, untuk kemudian apabila ditemukan masalah, segera diberikan
petunjuk atau bantuan untuk mengatasinya.
2. Sejalan dengan tujuan utama yang ingin dicapai, sifat supervisi harus
edukatif dan suportif, bukan otoriter.
3. Supervisi harus dilakukan secara teratur atau berkala. Supervisi yang
hanya dilakukan sekali bukan supervisi yang baik.
4. Supervisi harus dapat dilaksanakan sedemikan rupa sehingga terjalin
kerja sama yang baik antara atasan dan bawahan, terutama pada saat
proses penyelesaian masalah, dan untuk lebih mengutamakan
kepentingan bawahan.
5. Strategi dan tata cara supervisi yang akan dilakukan harus sesuai
dengan kebutuhan masing-masing bawahan secara individu. Penerapan
strategi dan tata cara yang sama untuk semua kategori bawahan, bukan
merupakan supervisi yang baik.
6. Supervisi harus dilaksanakan secara fleksibel dan selalu disesuaikan
dengan perkembangan.
2.6 Pelaksana Supervisi
Menurut Bactiar dan Suarly, (2009) yang bertanggung jawab dalam
melaksanakan supervisi adalah atasan yang memiliki kelebihan dalam
organisasi. Idealnya kelebihan tersebut tidak hanya aspek status dan
kedudukan, tetapi juga pengetahuan dan keterampilan. Berdasarkan hal

5
tersebut serta prinsip-prinsip pokok supervisi maka untuk dapat
melaksanakan supervisi dengan baik ada beberapa syarat atau karasteristik
yang harus dimilki oleh pelaksana supervisi (supervisor). Karasteristik yang
dimaksud adalah:
1. Sebaiknya pelaksana supervisi adalah atasan langsung dari yang
disupervisi. Atau apabila hal ini tidak mungkin, dapat ditunjuk staf
khusus dengan batas-batas wewenang dan tanggung jawab yang jelas.
2. Pelaksana supervisi harus memilki pengetahuan dan keterampilan yang
cukup untuk jenis pekerjaan yang akan disupervisi.
3. Pelaksana supervisi harus memiliki keterampilam melakukan supervisi
artinya memahami prinsip-prinsip pokok serta tehnik supervisi.
4. Pelaksana supervisi harus memilki sifat edukatif dan suportif, bukan
otoriter.
5. Pelaksana supervisi harus mempunyai waktu yang cukup, sabar dan
selalu berupaya meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku
bawahan yang disupervisi.
2.7 Teknik Supervisi
Tehnik pokok supervisi pada dasarnya identik dengan tehnik
penyelesaian masalah. Bedanya pada supervisi tehnik pengumpulan data
untuk menyelesaikan masalah dan penyebab masalah menggunakan tehnik
pengamatan langsung oleh pelaksana supervisi terhadap sasaran supervisi,
serta pelaksanaan jalan keluar. Dalam mengatasi masalah tindakan dapat
dilakukan oleh pelaksana supervisi, bersama-sama dengan sasaran supervisi
secara langsung di tempat . Dengan perbedaan seperti ini, jelaslah bahwa
untuk dapat melaksanakan supervisi yang baik ada dua hal yang perlu
diperhatikan (Bachtiar dan Suarli, 2009):
1. Pengamatan Langsung
Pengamatan langsung harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Untuk itu ada beberapa hal lain yang harus diperhatikan.

6
a. Sasaran pengamatan
Pengamatan langsung yang tidak jelas sasarannya dapat
menimbulkan kebingungan, karena pelaksana supervisi dapat
terperangkap pada sesuatu yang bersifat detail. Untuk mencegah
keadaan yang seperti ini, maka pada pengamatan langsung perlu
ditetapkan sasaran pengamatan, yakni hanya ditujukan pada sesuatu
yang bersifat pokok dan strategis saja (selective supervision).
b. Objektivitas pengamatan
Pengamatan langsung yang tidak terstandardisasi dapat menggangu
objektivitas. Untuk mencegah keadaan yang seperti ini, maka
pengamatan langsung perlu dibantu dengan dengan suatu daftar isi
yang telah dipersiapkan. Daftar tersebut dipersiapkan untuk setiap
pengamatan secara lengkap dan apa adanya.
c. Pendekatan pengamatan
Pengamatan langsung sering menimbulkan berbagai dampak dan
kesan negatif, misalnya rasa takut dan tidak senang, atau kesan
menggangagu kelancaran pekerjaan. Untuk mengecek keadaan ini
pengamatan langsung harus dilakukan sedemikian rupa sehingga
berbagai dampak atau kesan negatif tersebut tidak sampai muncul.
Sangat dianjurkan pengamatan tersebut dapat dilakukan secara
edukatif dan suportif, bukan menunjukkan kekuasaan atau otoritas.
2. Kerja sama
Agar komunonikasi yang baik dan rasa memiliki ini dapat muncul,
pelaksana supervisi dan yang disupervisi perlu bekerja sama dalam
penyelesaian masalah, sehingga prinsip-prinsip kerja sama kelompok
dapat diterapkan. Masalah, penyebab masalah serta upaya alternatif
penyelesaian masalah harus dibahas secara bersama-sama. Kemudian
upaya penyelesaian masalah tersebut dilaksanakan secara bersama-sama
pula.

7
2.8 Supervisi Keperawatan
Dalam bidang keperawatan supervisi mempunyai pengertian yang
sangat luas, yaitu meliputi segala bantuan dari pemimpin/penanggung jawab
kepada perawat yang ditujukan untuk perkembangan para perawat dan staf
lainnya dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan kegiatan supervisi
semacam ini merupakan dorongan bimbingan dan kesempatan bagi
pertumbuhan dan perkembangan keahlian dan kecakapan para perawat
(Suyanto, 2008). Supervisi terhadap kinerja perawat pelaksana dalam
pendokumentasian asuhan keperawatan dapat dilakukan dengan
memberikan bimbingan, pengarahan, observasi dan pemberian motivasi
serta evaluasi terhadap pendokumentasian tiap-tiap tahap proses
keperawatan. Kelengkapan dan kesesuaian dengan standar merupakan
variabel yang harus disupervisi (wiyana, 2008).
2.9 Pelaksana Supervisi Keperawatan
Materi supervisi atau pengawasan disesuaikan dengan uraian tugas
dari masing – masing staf perawat pelaksana yang disupervisi terkait dengan
kemampuan asuhan keperawatan yang dilaksanakan. Supervisi keperawatan
dilaksanakan oleh personil atau bagian yang bertangguung jawab antara lain
(Suyanto,2008):
1. Kepala ruangan
Bertanggung jawab untuk melakukan supervisi pelayanan keperawatan
yang diberikan pada pasien di ruang perawatan yang dipimpinnya.
Kepala ruangan mengawasi perawat pelaksana dalam memberikan
asuhan keperawatan baik secara langsung maupun tidak langsung
disesuaikan dengan metode penugasan yang diterapkan di ruang
perawatan tersebut. Sebagai contoh ruang perawatan yang menerapkan
metode TIM, maka kepala ruangan dapat melakukan supervisi secara
tidak langsung melalui ketua tim masing-masing (Suarli dan Bahtiar ,
2009).

8
2. Pengawas perawatan (supervisor)
Ruang perawatan dan unit pelayanan yang berada di bawah unit
pelaksana fungisional (UPF) mempunyai pengawas yang bertanggung
jawab mengawasi jalannya pelayanan keperawatan.
3. Kepala bidang keperawatan
Sebagai top manager dalam keperawatan, kepala bidang keperawatan,
kepala bidang keperawatan bertanggung jawab melakukan supervisi
baik secara langsung atau tidak langsung melalui para pengawas
keperawatan. Mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang
aman dan nyaman, efektif dan efesien. Oleh karena itu tugas dari
seorang supervisor adalah mengorientasikan staf dan pelaksana
keperawatan terutama pegawai baru, melatih staf dan pelaksana staf
keperawatan, memberikan pengarahan dalam pelaksanaan tugas agar
menyadari, mengerti terhadap peran, fungsi sebagai staf dan pelaksana
asuhan keperawatan, memberikan pelayanan bimbingan pada pelaksana
keperawatan dalam memberikan asuahan keperawatan.
2.10 Sasaran Supervisi Keperawatan
Setiap sasaran dan target dilaksanakan sesuai dengan pola yang
disepakati berdasarkan struktur dan hirearki tugas. Sasaran atau objek dari
supervisi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan, serta bawahan
yang melakukan pekerjaan. Jika supervisi mempunyai sasaran berupa
pekerjaan yang dilakukan, maka disebut supervisi langsung, sedangkan jika
sasaran berupa bawahan yang melakukan pekerjaan disebut supervisi tidak
langsung. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kinerja pekerjaan
yang dilakukan oleh bawahan (Suarli dan Bachtiar, 2009)
Sasaran yang harus dicapai dalam pelaksanaan supervisi antara lain:
pelaksanaan tugas keperawatan, penggunaan alat yang efektif dan ekonomis,
system dan prosedur yang tidak menyimpang, pembagian tugas dan
wewenang, penyimpangan/penyeleengan kekuasaan, kedudukan dan
keuangan (Suyanto, 2008).

9
2.11 Kompetensi Supervisor Keperawatan
Tanggung jawab utama seorang supervisor adalah mencapai hasil
sebaik mungkin dengan mengkoordinasikan system kerjanya. Para
supervisor mengkoordinasikan pekerjaan karyawan dengan mengarahkan,
melancarkan, membimbingan, memotivasi, dan mengendalikan (Dharma,
2003). Seorang keperawatan dalam menjalankan tugasnya sehari-hari harus
memiliki kemampuan dalam (Suyanto, 2008):
a. Memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas, sehingga dapat
dimengerti oleh staf dan pelaksana keperawatan.
b. Memberikan saran, nasehat dan bantuan kepada staf dan pelaksanan
keperawatan.
c. Memberikan motivasi untuk meningkatkan semangat kerja kepada staf
dan pelaksanan keperawatan.
d. Mampu memahami proses kelompok (dinamika kelompok).
e. Memberikan latihan dan bimbingan yang diperlukan oleh staf dan
pelaksana keperawatan.
f. Melakukan penilaian terhadap penampilan kinerja perawat.
g. Mengadakan pengawasan agar asuhan keperawatan yang diberikan
lebih baik.
2.12 Tehnik Supervisi keperawatan
Supervisi keperawatan merupakan suatu proses pemberian sumber-
sumber yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaiakan tugas dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dengan supervisi memungkinkan
seorang manajer keperawatan dapat menemukan berbagai kendala yang
dihadapi dalam pelaksanaan asuahan keperawatan di ruang yang
bersangkutan melalui analisis secara komprehensif bersama-sama dengan
anggota perawat secara efektif dan efesien. Melalui kegiatan supervisi
seharusnya kualitas dan mutu pelayanan keperawatan menjadi fokus dan
menjadi tujuan utama, bukan malah menyibukkan diri mencari kesalahan
atau penyimpangan (Arwani, 2006).

10
Teknik supervisi dibedakan menjadi dua, supervisi langsung dan tak
langsung.
1. Teknik Supervisi Secara Langsung.
Supervisi yang dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang
dilaksanakan. Pada waktu supervisi diharapkan supervisor terlibat
dalam kegiatan agar pengarahan dan pemberian petunjuk tidak
dirasakan sebagai perintah Bittel, 1987 (dalam Wiyana, 2008). Cara
memberikan supervisi efektif adalah :1) pengarahan harus lengkap dan
mudah dipahami; 2) menggunakan kata-kata yang tepat; 3) berbicara
dengan jelas dan lambat; 4) berikan arahan yang logis; 5) Hindari
banyak memberikan arahan pada satu waktu; 7) pastikan arahan yang
diberikan dapat dipahami; 8) Pastikan bahwa arahan yang diberikan
dilaksanakn atau perlu tindak lanjut Supervisi lansung dilakukan pada
saat perawat sedang melaksanakan pengisian formulir dokumentasi
asuhan keperawatan. Supervisi dilakukan pada kinerja
pendokumentasian dengan mendampingi perawat dalam pengisian
setiap komponen dalam proses keperawatan mulai dari pengkajian
sampai dengan evaluasi.
Langkah-langkah yang digunakan dalam supervisi langsung (Wiyana,
2008):
a. Informasikan kepada perawat yang akan disupervisi bahwa
pendokumentasiannya akan disupervisi.
b. Lakukan supervisi asuhan keperawatan pada saat perawat
melakukan pendokumentasian. Supervisor melihat hasil
pendokumentasian secara langsung dihadapan perawat yang
mendokumentasikan.
c. Supervisor menilai setiap dokumentasi sesuai standar dengan
asuhan keperawatan pakai yaitu menggunakan form A Depkes
2005.
d. Supervisor menjelaskan, mengarahkan dan membimbing perawat
yang disupervisi komponen pendokumentasian mulai dari

11
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi kepada perawat yang sedang menjalankan pencacatan
dokumentasi asuhan keperawatan sesuai form A dari Depkes.
e. Mencatat hasil supervisi dan menyimpan dalam dokumen supervisi.
2. Secara Tidak Langsung.
Supervisi tidak langsung adalah supervisi yang dilakukan melalui
laporan baik tertulis maupun lisan. Perawat supervisor tidak melihat
langsung apa yang terjadi di lapangan sehingga memungkinkan
terjadinya kesenjangan fakta. Umpan balik dapat diberikan secara
tertulis (Bittel, 1987) dalam Wiyana, 2008.
Langkah-langkah Supervisi tak langsung.
a. Lakukan supervisi secara tak langsung dengan melihat hasil
dokumentasi pada buku rekam medik perawat.
b. Pilih salah satu dokumen asuhan keperawatan.
c. Periksa kelengkapan dokumentasi sesuai dengan standar
dokumentasi asuhan keperawatan yang ditetapkan rumah sakit
yaitu form A dari Depkes.
d. Memberikan penilaian atas dokumentasi yang di supervisi dengan
memberikan tanda bila ada yang masih kurang dan berikan cacatan
tertulis pada perawat yang mendokumentasikan.
e. Memberikan catatan pada lembar dokumentasi yang tidak lengkap
atau sesuai standar.
2.13 Prinsip Supervisi Keperawatan
Agar seorang manajer keperawatan mampu melakukan kegiatan
supervisi secara benar, harus mengetahui dasar dan prinsip-prinsip
supervisi. Prinsip - prinsip tersebut harus memenuhi syarat antara lain
didasarkan atas hubungan
professional dan bukan hubungan pribadi, kegiatan harus direncanakan
secara matang, bersifat edukatif, memberikan perasaan aman pada perawat
pelaksana dan harus mampu membentuk suasana kerja yang demokratis.
Prinsip lain yang harus dipenuhi dalam kegiatan supervisi adalah harus

12
dilakukan secara objektif dan mampu memacu terjadinya penilaian diri (self
evaluation), bersifat progresif, inovatif, fleksibel, dapat mengembangkan
potensi atau kelebihan masing-masing orang yang terlibat, bersifat kreatif
dan konstruktif dalam mengembangkan diri disesuaikan dengan kebutuhan,
dan supervisi harus dapat meningkatkan kinerja bawahan dalam upaya
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan ( Arwani, 2006).
Ada beberapa prinsip supervisi yang dilakukan di bidang keperawatan
(Nursallam, 2007) antara lain: 1) Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur
organisasi, 2) Supervisi menggunakan pengetahuan dasar manajemen,
keterampilan hubungan antar manusia dan kemempuan menerapkan prinsip
manajemen dan kepemimpinan, 3) Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas,
terorganisasi dan dinyatakan melalui petunjuk, peraturan urian tugas dan
standard, 4) Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokratis antara
supervisor dan perawat pelaksana. 5) Supervisi merupakan visi, misi,
falsafah, tujuan dan rencana yang spesifik, 6) Supervisi menciptakan
lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif, kreatifitas dan motivasi, 7)
Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna dalam
pelayanan keperawatan yang memberi kepuasan klien, perawat dan manajer.
2.14 Kegiatan Rutin Supervisor
Untuk dapat mengkoordinasikan system kerja secara efektif, para
supervisor harus melakukan dua jenis kegiatan, yaitu kegiatan tugas dan
kegiatan supervisi. Kegiatan tugas adalah kegiatan yang melibatkan
supervisor dalam pelaksanaan lansung suatu pekerjaan. Kegiatan supervisi
adalah kegiatan yang mengkoodinasikan pekerjaan yang dilkukan orang
lain. Supervisor yang efektif menekankan kegiatan supervisi (Dharma,
2003). Kegiatan dalam supervisi adalah sebagai berikut (Wiyana, 2008) :
1. Persiapan.
Kegiatan Kepala Ruangan (supervisor) meliputi: 1) Menyusun jadwal
supervisi, 2) Menyiapkan materi supervisi (format supervisi, pedoman
pendokumentasian). 3) Mensosialisasikan rencana supervisi kepada
perawat pelaksana

13
2. Pelaksanaan supervisi.
Kegiatan kepala ruangan (supervisor) pada tahap pelaksanaan supervisi
meliputi : 1) Mengucapkan salam pada perawat yang disupervisi, 2)
Membuat kontrak waktu supervisi pendokumentasian dilaksanakan. 3)
Bersama perawat mengidentifikasi kelengkapan pendokumentasian
untuk masing-masing tahap, 4) Mendiskusikan pencapaian yang telah
diperoleh perawat dalam pedokumentasian asuhan keperawatan, 4)
Mendiskusikan pencapaian yang harus ditingkatkan pada masing-
masing tahap, 5) Memberikan bimbingan / arahan pendokumentasian
asuhan keperawatan, 6) Mencatat hasil supervisi.
3. Evaluasi.
Kegiatan kepala ruangan (supervisor) pada tahap evaluasi meliputi: 1)
Menilai respon perawat terhadap pendokumentasian yang baru saja di
arahkan, 2) Memberikan reinforcement pada perawat, 3)
Menyampaikan rencana tindak lanjut supervisi
2.15 Model-model Supervisi Keperawatan
Selain cara supervisi yang telah diuraikan, beberapa model supervisi
dapat diterapkan dalam kegiatan supervisi antara lain (Suyanto, 2008):
1. Model konvensional
Model supervisi dilakukan melalui inspeksi langsung untuk
menemukan masalah dan kesalahan dalam pemberian asuahan
keperawatan. Supervisi dilakukan untuk mengoreksi kesalahan dan
memata-matai staf dalam mengerjakan tugas. Model ini sering tidak
adil karena hanya melihat sisi negatif dari pelaksanaan pekerjaan yang
dilakukan para perawat pelaksana sehingga sulit terungkap sisi positif,
hal-hal yang baik ataupun keberhasilan yang telah dilakukan
2. Model ilmiah
Supervisi dilakukan dengan pendekatan yang sudah direncanakan
sehingga tidak hanya mencari kealahan atau masalah saja. Oleh karena
itu supervisi yang dilakukan dengan model ini memilki karasteristik
sebagai berikut yaitu, dilakukan secara berkesinambungan, dilakukan

14
dengan prosedur, instrument dan standar supervisi yang baku,
menggunakan data yang objektif sehingga dapat diberikan umpan balik
dan bimbingan.
3. Model klinis
Supervisi model klinis bertujuan untuk membantu perawat pelaksana
dalam mengembangkan profesionalisme sehingga penampilan dan
kinerjanya dalam pemberian asuahn keperawatan meningkat. Supervisi
dilakukan secara sistematis melalui pengamatan pelayanan keperawatan
yang diberikan oleh seorang perawat selanjutnya dibandingkan dengan
standar keperawatan.
4. Model artistic
Supervisi model artistic dilakukan dengan pendekatan personal untuk
menciptakan rasa aman sehingga supervisor dapat diterima oleh
perawat pelaksana yang disupervisi. Dengan demikian akan tercipta
hubungan saling percaya sehingga hubungna antara perawat dan
supervisor akan terbuka dam mempermudah proses supervisi.
2.16 Defenisi Kinerja
Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan
karyawan. Kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa banyak
pekerja memberi kontribusi kepada perusahaan yang antara lain termasuk
kuantitas, output, kualitas output, kehadiran di tempat kerja dan sikap
kooperatif (Mathis & Jackson, 2002). Menurut Prawirosentono, (1999)
bahwa kinerja merupakan hasil karya yang dapat dicapai seseorang atau
kelompok dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawab masing-masing untuk mencapai tujuan
organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai
dengan moral dan etika.
2.17 Sistem Penilaian Kinerja
Setiap pimpinan harus dapat melakukan penilaian objektif terhadap
kinerja karyawan sehingga perlu dikembangkan instrument penilaian
kinerja. Penilaian kinerja dalam organisasi adalah proses organisasi

15
mengevaluasi hasil kerja atau prestasi kerja para pemegang jabatan. Ada
beberapa alasan dan pertimbangan mengapa kinerja harus dinilai yaitu: 1)
penilaian kinerja memberikan informasi bagi pertimbangan pemberian
promosi dan penetapan gaji; 2) Penilaian kinerja memberikan umpan balik
bagi para manajer maupun karyawan untuk elkukan instrospeksi dan
meninjau kembali perilakuk selama ini, baik yang positif maupun yang
negatif untuk kemudian dirumuskan kembali sebagai perilaku yang
mendukung tumbuh kembangnya budaya organisasi secara keseluruhan; 3)
Penilaian kinerja diperlukan untuk pertimbangan pelatiahan dan pelatiahn
kembali (retraining) serta pengembangan (Soeroso, 2003).
Nicholls (2000) menggambarkan dampak negatif penilaian kinerja sebagai
efek sisipus. Ada beberapa efek negatif yang ditimbulkan penilaian kinerja
diantaranya:
1. Penurunan tingkat produktivitas yang biasanya terjadi dalam waktu
penurunan 1-6 bulan pertama setelah evaluasi kinerja dilakukan.
Penurunan tingkat produktivitas dalam skala besar dapat menimbulkan
kerugian yang bermakna.
2. Penurunan kinerja jangka panjang terjadi apabila standard kinerja yang
dibuat hanya yang realistis dan mudah dicapai sehinnga dalam jangka
panjang yang terjadi justru kemerosotan kinerja.
3. Setiap penilaian menimbulkan dampak emosional seperti stress,
depresi, kegelisahan dan lain-lain.
4. Apabila sistem penilaian dianggap tidak adil, dapat merusak moral dan
motivasi.
5. Hanya menekankan pada kinerja individu dan bukan kinerja tim.
6. Mendorong pandangan jangka pendek dan berfokus pada kinerja jangka
pendek. Hal ini terjadi apabila penilaian kinerja yang dilakukan adalah
untuk kinerja jangka pendek sehingga karyawan kurang mementingkan
kinerja jangka panjang.

16
7. Melembagakan budaya dan gaya kepemimpinan paternalistik. Hal ini
kuarang menguntungkan terutama apabila system manajemen kinerja
justru digunakan untuk mempertahankan status quo.
8. Hasil penilaian kinerja dapat menjadi hukuman seumur hidup.
9. Biaya penerapan system manajemen kinerja cukup mahal
2.18 Kinerja Perawat
Kinerja perawat adalah tindakan yang dilakukan oleh seorang perawat
dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya
masing-masing, tidak melanggar hukum, aturan serta sesuai moral dan etika,
dimana kinerja yang baik dapat memberikan kepuasan pada pengguna jasa.
Untuk aktifitas seorang perawat adalah mengumpulkan data kesehatan
mengenai pasien, membuat diagnosis menurut ilmu keperawatan,
menetapkan tujuan keperawatan, melaksanakan keperawatan, serta evaluasi
terhadap perawatan. Selain aktivitas perawat tersebut terkait dengan kinerja
perawat dapat dilihat dari pelayanan kesehatan yang diberikan perawat
kepada pasiennya (Tanjary, 2009).
Indikator kinerja perawat adalah variabel untuk mengukur prestasi suatu
pelaksanaan kegiatan dalam waku tertentu. Indikator yang berfokus pada
hasil asuhan keperawatan kepada pasien dan proses pelayanannya disebut
indikator kinerja (Prajawanto,2009). Kinerja perawat dapat dilihat sesuai
dengan peran fungsi perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan.
2.19 Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Perawat
Menurut Asa’ad (2000) dalam Tanjary, 2009 faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja perawat adalah karakteristik, motivasi, kemampuan,
keterampilan, persepsi, sikap serta lingkungan kerja. Adapun yang termasuk
dalam karakteristik perawat meliputi umur, pendidikan, tingkat
pengetahuan, masa kerja, serta status. Umur berpengaruh terhadap kinerja
perawat karena semakin berumur seorang perawat memiliki tanggung jawab
moral dan loyal terhadap pekerjaan serta lebih terampil karena lama bekerja
menjadi perawat.

17
Pendidikan perawat berpengaruh terhadap kinerja perawat karena
semakin tinggi pendidikan yang ditempuh semakin banyak ilmu
pengetahuan serta ketrampilan yang dimiliki oleh perawat sehingga akan
dapat membantu dalam meningkatkan kinerjanya (Tanjary, 2009). Perawat
pelaksana yang berpendidikan D3 keperawatan memiliki kinerja yang lebih
baik daripada perawat pelaksana berpendidikan SPK (Sekolah Pendidikan
Kesehatan).
Tingkat pengetahuan seorang perawat berpengaruh terhadap kinerja
karena semakin tinggi tingkat pengetahuan yang diperoleh perawat akan
dapat membantu perawat dalam menyelesaikan pekerjaannya sehingga
dapat meningkatkan kinerjanya. Masa kerja berpengaruh terhadap kinerja
perawat karena semakin lama masa kerja seorang perawat semakin banyak
pengalaman yang diperolehnya dalam menyelesaikan pekerjaannya
sehingga dapat meningkatkan kinerjanya. Status pekerjaan berpengaruh
terhadap kinerja perawat karena semakin tinggi jabatan yang diembannya
maka semakin tinggi motivasi dalam pekerjaannya sehingga akan dapat
meningkatkan kinerja perawat (Tanjary,2009).
Motivasi juga mempengaruhi kinerja seseorang. Motivasi seseorang akan
timbul apabila mereka diberi kesempatan untuk mencoba cara baru dan
mendapat umpan balik dari hasil yang diberikan. Oleh karena itu
penghargaan psikis dalam hal ini sangat diperlukan agar seseorang merasa
dihargai dan diperhatikan serta dibimbing manakala melakukan suatu
kesalahan (Bactiar & Suarly, 2009).
2.20 Penilaian Kinerja Perawat
Penilaian kinerja merupakan suatu komponen dari system manajemen
kinerja yang digunakan organisasi untuk memotivasi pekerja. Tujuan utama
penilaian kinerja adalah untuk memperbaiki kinerja. Penilaian kinerja
perawat adalah pengukuran efesiensi, kompetensi dan efektifitas proses
keperawatan dan aktivitas yang digunakan oleh perawat dalam merawat
klien guna untuk mempertahankan, memperbaiki dan memotivasi perawat
(Huber, 2000).

18
Penilaian kinerja merupakan alat yang paling dapat dipercaya oleh
manajer perawat dalam mengontrol sumber daya manusia dan produktivitas.
Proses penilaian kinerja dapat digunakan secara efektif dalam mengarahkan
perilaku pegawai dalam rangka menghasilkan jasa keperawatan dalam
kualitas dan volume yang tinggi.perawat manajer dapat menggunakan
proses aprasial kinerja untuk mengatur arah kerja dalam memilih, melatih,
bimbingan perencanaan karir, serta pemberian penghargaan kepada perawat
yang berkompeten (Nursalam, 2002).
Ada beberapa manfaat dari penilaian kerja tersebut, dapat dijabarkan
menjadi 6 yaitu (Nursallam, 2002):
a. Meningkatkan prestasi kerja staf baik secara individu atau kelompok
dengan memberikan kesempatan pada mereka untuk memenuhi
kebutuhan aktualisasi di dalam kerangka pencapaian tujuan pelayanan
RS.
b. Peningkatan yang terjadi pada prestasi staf secara perorangan pada
gilirannya akan mempengaruhi atau mendorong SDM secara
keseluruhannya.
c. Merangsang minat dalam pengembangan pribadi dengan tujuan
meningkatkan hasil karya dan prestasi dengan cara memberikan umpan
balik kepada mereka tentang prestasinya.
d. Membantu RS untuk dapat menyusun program pengembangan dan
pelatihan staf yang lebih tepat guna. Sehingga RS akan mempunyai
tenaga yang cakap dan tampil untuk pengembangan pelayanan
perawatan dimasa depan.
e. Menyediakan alat dan sarana untuk membandingkan prestasi kerja
meningkastkan gajinya atu system imbalan yang baik.
f. Memberikan kesempatan kepada pegawai atau staf untuk mengeluarkan
perasaannya tentang pekerjaannya atau hal lain yang ada kaitannya
melalui jalur komunikasi dan dialog, sehingga dapat mempererat
hubungan antara atasan dan bawahan.

19
Dengan manfaat diatas maka dapat diidentifikasi siapa saja staf yang
mempunyai potensi untuk dikembangkan karirnya dapat dicalonkan untuk
menduduki jabatan serta tanggung jawab yang lebih besar pada masa yang
akan datang atau mendapatkan imbalan yang lebih baik. Sedangkan
karyawan yang terhambat disebabkan karena kemauannya serta motivasi
dan sikap yang kurang baik maka perlu dilakukan pembinaan yang berupa
teguran atau konseling oleh atasannya langsung (Nursalam, 2002).
2.21 Cara Penilaian Kinerja Perawat
Dalam hal peningkatan tenaga keperawatan, Carpetino 1999 (dalam
Nursalam, 2002) mengemukakan bahwa perkembangan pelayanan
keperawatan saat ini telah melahirkan paradigma keperawatan yang
menuntut adanya pelayanan keperawatan yang bermutu. Hal ini dapat
dilihat dari adanya dua fenomena sistem pelayanan keperawatan yakni
perubahan sifat pelayanan dari fokasional menjadi profesional dan
terjadinya pergeseran fokus pelayanan asuhan keperawatan. Fokus asuhan
keperawatan berubah dari peran kuratif dan promotif menjadi peran
promotif, pereventif, kuratif dan rehabilitatif.
Untuk menilai atau mengukur kualitas pelayanan keperawatan kepada
klien digunakan standar praktik keperawatan yang merupakan pedoman
bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Standar
keperawatan dapat digunakan sebagai instrumen penilaian kerja perawat
dalam melaksanakan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, implementasi keperawatan sampai evaluasi keperawatan
(Nursallam, 2002).
A. Standar I: Pengkajian Keperawatan
Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara
sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan. Kriteria
pengkajian keperawatan meliputi:
1. Pengimpulan data dilakukan dengan cara anamnesa, observasi,
pemeriksaan fisisk serta dari pemeriksaan penunjang.

20
2. Sumber data adalah klien, keluarga atau orang yang terkait, tim
kesehatan rekam medis dan catatan lain.
3. Data yang dikumpulkan difokuskan untuk mengidentifikasi status
kesehatan klien masa lalu, status kesehatan klien saat ini, status
biologis- psikologis-sosial-spiritual, respon terhadap terapi,
harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal, resiko-resiko
tinggi.
B. Standar II: Diagnosis Keperawatan
Perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan diagnosa
keperawatan. Adapun kriteria dalam proses ini adalah:
1. Proses diagnosa terdiri dari analisa, interpretasi data, identifikasi
masalah klien, dan perumusan diagnosa masalah keperawatan.
2. Diagnosa keperawatan terdiri dari: masalah (p), penyebab (E), dan
tanda atau gejala (S), atau terdiri dari masalh dan penyebab (PE).
3. Bekerja dengan klien, dan petugas kesehatan lain untuk
memvalidasi diagnosa keperawatan.
4. Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan
data terbaru.
C. Standar III: Perencanaan Keperawatan
Perawat membuat rencana tindakan untuk mengatasi masalah dan
meningkatkan kesehatan klien. Kriteria prosesnya meliputi:
1. Perncanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan
rencana tindakan perawatan.
2. Bekerja sama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan
keperawatan.
3. Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau
kebutuhan klien.
4. Mendokumentasikan rencana keperawatan
D. Standar IV : Implementasi keperawatan
Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam
rencana asuahan keperawatan. Kriteria dalam proses ini meliputi:

21
1. Bekerja sama dengan klien dalam tindakan rencana keperawatan.
2. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
3. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan klien.
4. Memberikan pendidikan kepada klien dan keluarga mengenai
konsep, keterampilan asuahan diri serat membantu klien
memodifikasi lingkungan yang digunakan.
5. Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawtan
berdasarkan respon klien
E. Standar V : Evaluasi Keperawatan
Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan keperawatan
dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan.
Adapun kriteria prosesnya adalah:
1. Menyusun rencana evaluasi dari intervensi secara komprehensif,
tepat waktu dan terus menerus.
2. Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur
perkembanagn ke arah pencapaian tujuan.
3. Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan teman sejawat.
4. Bekerja sama dengan klien dan keluarga untuk memodifikasi
rencana asuahan keperawatan.
5. Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi hasil
perencanaan.
Standard tersebut adalah pernyataan deskriptif mengenai tingkat
penampilan yang diinginkan ada kulaitas struktur, proses atau hasil
yang dapat dinilai (Nursallam, 2002). Tujuan pendokumentasikan
asuhan keperawatan adalah untuk memudahkan menentukan kualitas
perawat, klien, menjamin pendokumentasian kemajuan dan hubungan
dengan hasil yang berfokus pada klien dan memudahkan konsistensi
antar disiplin dan mengkomunikasikan tujuan tindakan dan kemajuan.
Sumber penilaian adalah dokumentasi keperawatan yang merupakan
bukti tindakan keperawatan yang sudah dilakukan dan disimpan pada

22
masing-masing status atau pada tempat khusus, sebagai bukti tanggung
jawab dan tanggung gugat (Doenges, 2000)

23
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Supervisi keperawatan diperlukan untuk mencapai tujuan pelayanan
keperawatan di rumah sakit, supervisi bukan berarti menghukum tetapi
memberikan pengarahan dan petunjuk agar perawat dapat menyelesaikan
tugasnya secara efektif dan efisien.
Supervisor diharapkan mempunyai hubungan interpersonal yang
memuaskan dengan staf agar tujuan supervisi dapat tercapai untuk
meningkatkan motivasi, kreativitas dan kemampuan perawat yang pada
akhirnya akan berdampak pada peningkatan kualitas pelayanan
keperawatan.
3.2 Saran
1. Institusi :
a. Dapat melakukan proses supervisi dari proses pembelajaran
b. Dapat melakukan proses supervisi yang bersifat subyektif
2. Mahasiswa
a. Diharapkan mampu menerapkan manajement supervisi dalam
peningkatan prestasi.
b. Diharapkan mampu mengimplementasikan manajemen supervisi
dalam proses belajar.
3. Profesi
a. Diharapkan mampu menerapkan manajement supervisi pelayanan
dan asuhan keperawatan di klinik yang bersifat subyektifitas.

24
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam, 2002. Manajemen Keperawatan : Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Jakarta : Salemba Medika.

Nursalam, 2007. Manajemen Keperawatan : Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.

Gillies, 19VIII9. Managemen Keperawatan Suatu pendekatan Sistem, Edisi


Terjemahan. Alih Bahasa Dika Sukmana dkk. Jakarta.

FKp, 2009. Buku Panduan Manajemen Keperawatan : Program Pendidikan Ners.


Surabaya.

Swansburg.(2000). Kepemimpinan dan manajemen keperawatan untuk perawat


klinis.EGC. Jakarta.

25
KASUS
Di salah satu rumah sakit yang ada di Mojokerto (Rs.H) di ruang Minah ada
seorang pasien laki-laki bernama Tn.T berumur 22th. Pasien ini masuk interna
jam 13.30 WIB dari pindahan ruangan operasi (post op appendicitis). Pasien ini
mengeluh nyeri bagian perut kanan bawah dan dilakukan TTV diketahui hasil
Nadi : 92 x/mnt, TD : 130/80 mmHg, RR : 20x/mnt, Suhu : 37,8 C , pasien ini
diantar oleh keluarganya. Maka salah satu perawat (perawat D) untuk melakukan
manajemen nyeri.

NASKAH ROLE PLAY


SUPERVISI DALAM MANAJEMEN KEPERAWATAN

Kepala Ruangan : Diah Novalia S


Perawat A : Widya Citra S ( TIM I)
Perawat B : Erika Desy A.D (TIM II)
Perawat C : Putri Lestari
Perawat D : Putri Wahyuningsih
Perawat E : Iid Dahlia
Pasien : Rendy Setyo M
Keluarga Pasien : Siti Nursholikhatin dan Praditya Ery Nugroho
Narator : Ria Agustin

Di sebuah Rumah Sakit H di ruang penyakit dalam para perawat di pagi


hari melakukan operan shift pada pukul 07.00 WIB di ruang perawat.
Kepala Ruangan : Assalamualaikum wr wb . . . . Selamat pagi, alhamdulillah
kita masih diberi kesehatan. Sehingga bisa bertemu lagi
seperti hari biasanya, baik langsung saja laporan dari masing-
masing TIM.
Perawat A : Dari TIM I jumlah pasien ada 7, Tn. A mengeluh sesak dan
sudah diberikan oksigen, Ny. B tambahan infus 500cc karena
mengalami diare, Ny. C hari ini sudah boleh pulang.

26
Perawat B : Dari TIM II jumlah pasien 5, Ny. A tadi sudah dilakukan
transfusi, Ny. B pasien baru masuk dengan keluhan sesak,
batuk lebih dari 2 minggu, dan Tn. R tadi mengeluh nyeri
post op appendicitis dan sulit untuk tidur.
Kepala Ruangan : Baik terima kasih atas laporannya, sekarang mari kita berdoa
sesuai kepercayaan masing-masing.
Setelah selesai operan para perawat melakukan verbed dan TTV lalu
perawat beserta kepala ruangan mengecek pasien satu per satu hingga
sampailah pada Tn. R
Kepala Ruangan : Selamat pagi Mas ... bagaimana tidurnya tadi malam?
Nyenyak atau tidak?
Pasien : Tidak bu,
Kepala Ruangan : Kenapa???
Pasien : Ini bu, kaki saya rasanya sakit, nyeri jadi saya tidak bisa
tidur.
Kepala Ruangan : ya sudah sekarang istirahat dulu nanti ada perawat yang akan
mengajari ibu teknik relaksasi agar ibu tidak merasa nyeri
lagi.
Pasien : Baik bu,
Setelah mengecek satu per satu pasien perawat dan kepala ruangan kembali
ke ruangan untuk melakukan tindakan lebih lanjut kepada pasien.
Kepala Ruangan : sus, nanti pasien Tn. R tolong di ajarkan relaksasi ya? Supaya
nyeri yang dia rasakan bisa berkurang.
Perawat D : baik bu. Saya akan lakukan.
Setelah itu perawat menuju ruang Tn. R untuk melakukan relaksasi.
Perawat D : selamat pagi mas?
Pasien : Pagi sus.
Perawat D : Mas, saya hari ini akan mengajarkan teknik relaksasi supaya
nyeri yang mas rasakan sedikit berkurang, jadi mas bisa tidur
nyenyak. Mas bersedia kan?
Pasien : Iya saya mau.

27
Perawat D : Iya, baiklah mas berhubung bapak dan ibu mas ada disini
juga, jadi dapat melihat teknik relaksasi yang saya ajarkan,
supaya bapak dan ibu mas nantinya bisa mengingatkan cara
relaksasinya nanti kalau mas merasakan nyeri.
Keluarga Pasien : iya sus,.. nanti saya ingatkan caranya kalau anak saya
merasakan nyeri.
Perawat D : Mas bisa melihat saya terlebih dahulu setelah itu mas sendiri
sambil saya ajari.
Pasien : (mengangguk) Iya sus.
Perawat D : Pertama mas tarik napas melalui hidung, tahan 3 detik lalu
hembuskan pelan-pelan lewat mulut (sambil
mempraktikkan). Ini diulang beberapa kali sampai nyeri
berkurang. Mas sekarang sudah mengerti? Sekarang coba
ganti mas yang mempraktikkan?
Pasien : (Melakukan relaksasi) seperti ini ya sus?
Perawat D : Iya , mas. Bagus. Sekali lagi mas. Nanti kalau mas sudah
capek, mas bisa istirahat dulu.
Pasien : Iya sus.
Perawat D : Bapak dan Ibu bisa dipahami teknik relaksasi tadi.
Keluarga pasien : bisa diulang lagi sus..
Perawat D : Pertama, tarik napas melalui hidung, tahan 3 detik lalu
hembuskan pelan-pelan lewat mulut (sambil
mempraktikkan). sekarang sudah mengerti? Coba mbak
praktikkan?
Keluarga pasien : (Mempraktikkan teknik relaksasi), jadi kalau saya nyeri juga
bisa saya lakukan cara ini suster supaya nyeri saya berkurang
suster.
Perawat D : Iya, bisa mbak, jadi cara ini di ulang beberapa kali sampai
nyerinya berkurang.
Keluarga Pasien : iya sus, terima kasih..

28
Perawat D : Ya sudah mas. Sekarang saya sudah selesai, mas silahkan
istirahat dulu saya mau kembali ke ruangan dulu. Kalau mas
perlu bantuan ibu bisa panggil saya.
Pasien : Baik sus.
Setelah selesai melakukan teknik relaksasi perawat melapor pada Kepala
Ruangan.
Perawat D : tok ,,, tok,,, permisi Bu
Kepala ruangan : oh ... iya silahkan masuk, silahkan duduk
Perawat D : maaf bu, saya mau melapor bahwa saya sudah mengajarkan
teknik relaksasi kepada Tn R.
Kepala ruangan : Baik sus. Bagaimana respon dari pasien? Apakah pasien bisa
melakukan sendiri dan apakah nyerinya berkurang sekarang?
Perawat D : Pasien sudah bisa melakukannya sendiri dan nyeri yang
pasien rasakan juga telah berkurang.
Kepala Ruangan : Baik sus, terima kasih. Nanti saya akan mengeceknya.
Silahkan melanjutkan pekerjaan.
Perawat D : Baik bu.

Setelah Kepala Ruangan menyelesaikan pekerjaannya, Kepala Ruangan


mengunjungi Ny. R.
Kepala Ruangan : Selamat pagi mas?
Pasien : Pagi bu.
Kepala Ruangan : Bagaimana mas keadaannya? Tadi kan sudah diajarkan teknik
relaksasi, apakah nyerinya sudah berkurang?
Pasien : Anu bu. Nyerinya sudah berkurang tapi sedikit. Saya masih
merasa nyeri walau saya sudah lakukan teknik relaksasi. Ini
bagaimana bu?
Kepala Ruangan : Baik mas. Saya akan berusaha membantu mas untuk
mengatasi masalah mas. Saya mencari cara untuk
mengurangi rasa nyeri yang mas rasakan.
Pasien : Iya pak. Terima kasih.

29
Setelah itu Kepala Ruangan dan semua perawat berdiskusi.
Perawat C : Permisi bu?
Kepala Ruangan : Ya silahkan.
Perawat C : Ada keperluan apa ibu memanggil kita semua?
Kepala Ruangan : Begini, tadi kan saya sudah mengecek keadaan pasien Tn. R
yang mengeluh nyeri. Dia tadi sudah mendapatkan teknik
relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri tapi setelah saya kaji
Tn. R masih merasa nyeri. Dia berkata bahwa nyerinya hanya
berkurang sedikit. Saya merasa bahwa pelayanan kita di
manajemen nyeri masih kurang sehingga perlu tingkatkan.
Perawat D : Iya saya rasa juga begitu. Karena Ny. H juga mengeluh masih
merasa nyeri juga.
Perawat E : Iya. Bagaimana kalau kita juga melakukan distraksi dalam
manajemen nyeri.
Perawat C : Iya ya. Betul tuch.
Kepala Ruangan : Saya rasa itu ide yang baik. Apakah kalian semua setuju?
Atau ada yang mempunya ide lain?
Perawat E : Begini bu, saya juga setuju jika kita juga melakukan distraksi.
Tapi saya mau menambahkan bagaimana kalau beberapa dari
kita mengikuti pelatihan manajemen nyeri agar kita bisa
mempunyai banyak referensi dari manajemen nyeri dan kita
juga bisa meningkatkan pelayanan dibidang manajemen
nyeri. Bagaimana bu?
Kepala Ruangan : Wah idemu bagus sekali. Bagaimana pendapat yang lain?
Kalian semua setuju?
Perawat C : Iya bu. Itu ide yang bagus, saya setuju.
Perawat D & E : Iya bu setuju. (sambil mengangguk-angguk)
Kepala Ruangan : Baik kalau begitu saya akan mengirim beberapa dari kalian
untuk mengikuti pelatihan manajemen nyeri. Saya akan
memberitahukannya secepatnya. Sekarang diskusi ini saya
akhiri, terima kasih atas partisipasinya. Semoga nanti

30
hasilnya memuaskan. Amin. Sekarang kalian bisa kembali
melaksanakan pekerjaan yang tadi tertunda.
Semua Perawat : Iya bu. Permisi.

Setelah 2 hari beberapa perawat mengikuti pelatihan manajemen nyeri


kemudian perawat menerapkan ilmu yang mereka dapat pada pelatihan
tersebut. Setelah beberapa hari cara ini diterapkan ada peningkatan dalam
pelayanan di ruangan tersebut, dan pasien merasa puas dengan pelayanan di
ruangan itu.

31

Anda mungkin juga menyukai