Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MENGAPLIKASIKAN KEGIATAN MANAJER RUANG RAWAT


PADA FUNGSI PENGARAHAN

DISUSUN

OLEH:

Kelompok 1:

1. RISCA MANULLANG (032016035)


2. SIMANJUNTAK JESHICA ADELINA (032016037)
3. DELTHA SIMBOLON (032016007)
4. MARIA MAGDALENA LUMBAN GAOL (032016069)
5. AVELINA SIMANJUNTAK (032016050)
6. MARTHA PATRICIA KARO-KARO (032016035)
7. JUSTIFIKAT GEA (032016018)
8. TUTI MARKASIH HULU (032016089)
9. JESIS NATALIA CH (0320160 )
10. KEVIN ARTA SIBARANI (032016019)
11. YANTI YOVITA GINTING (0320160 )
12. ARISA MEILANI LUMBAN GAOL (032016049)
13. JHOSUA FELIX MANALU (032016063)

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH
MEDAN 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia yang diberikan pada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Mengaplikasikan Kegiatan Manajer Ruang Rawat Pada Fungsi
Pengarahan” ini tepat waktu. Dalam penyusunan makalah ini kami tidak lupa untuk
mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak yang telah membantu kami dalam
menyusun makalah ini.

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna baik dari teknik penulisan maupun materi. Oleh karena itu kami
mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar kami dapat memperbaikinya.
Akhir kata, kami mengucapkan banyak terimakasih dan semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Maret 2020

Kelompok 1
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN........................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.1. Latar Belakang........................................................................... 1
1.2. Tujuan.......................................................................................... 1
1.2.1 Tujuan umum................................................................... 1
1.2.2 Tujuan khusus................................................................. 2
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS................................................................. 3
2.1.Konsep Dasar dan Tujuan Pengarahan......................................... 3
2.2.Kegiatan Manajer Keperawatan Pada Fungsi Pengarahan........... 3
2.3.Indikator Pengarahan Yang Baik.................................................. 7
BAB 3 PENUTUP....................................................................................... 9
3.1. Kesimpulan.................................................................................. 9
3.2. Saran.......................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 10
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang lain


(Gillies,1989). Menurut Siagian (1999), manajemen berfungsi untuk melakukan
semua kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka mencapai tujuan dalam batas –
batas yang telah ditentukan pada tingkat administrasi. Sedangkan Liang Lie
mengatakan bahwa manajemen adalah suatu ilmu dan seni perencanaan, pengarahan,
pengorganisasian dan pengontrolan dari benda dan manusia untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya. Selanjutnya Swanburg (2001) mendefinisikan
manajemen sebagai ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya
secara efisien, efektif dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan sebelumnya.

Manajemen juga dapat diartikan sebagai suatu organisasi bisnis yang


memfokuskan pada produksi dan dalam banyak hal lain yang menghasilkan suatu
keuntungan (Nursalam, 2013). Manajer adalah seseorang yang bekerja melalui orang
lain dengan mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan mereka guna mencapai sasaran
pengorganisasian mereka. Menurut Wijono (2000), mengartikan supervisi sebagai
kegiatan yang merencanakan, mengarahkan, membimbing, mengajar,
mengobservasi, mendorong, memperbaiki, mempercayai, dan mengevaluasi secara
berkesinambungan anggota secara menyeluruh sesuai dengan kemampuan dan
keterbatasan yang dimiliki oleh anggota.

Sumber daya manusia menjadi modal utama dalam terselenggaranya roda


organisasi pelayanan kesehatan. Seorang manajer keperawatan harus dapat
mengelola SDM agar dapat bekerja efektif dan efisien dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan melalui fungsi penggerakan. Henry Fayol dalam Siagian (2007)
menyebut penggerakan sebagai commanding atau directing, sedangkan George R
Terry, menggunakan istilah actuating yaitu sebaga upaya atasan untuk menggerakkan
bawahan. Pengarahan merupakan hubungan manusia dalam kepemimpinan yang
mengikat. Para bawahan digerakkan supaya mereka bersedia menyumbangkan
tenaganya untuk secara bersama-sama mencapai tujuan suatu organisasi. Pengarahn
dalam organisasi bersifat sangat kompleks karena menyangkut manusia dengan
berbagai tingkah lakunya yang berbeda-beda.

Suatu organisasi apabila tidak melakukan fungsi dari pengarahan akan


menimbulkan beberapa masalah seperti ketidak disiplinan karyawana, karyawan
melakukan tindakan tidak sesuai dengan standar operasional prosedur yang berlaku,
atau bahkan karyawan kurang kurang menghargai peran dan fungsi dari pimpinannya
sendiri.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan umum

Mahasiswa mampu mengetahui konsep dasar dan manajemen keperawatan


pengarahan.

1.2.3 Tujuan khusus

a. mahasiswa mampu mengetahui konsep dasar dan tujuan dari pengarahan


b. mahasiswa mampu mengetahui apa saja tugas manjer keperawatan dalam
melaksanakan fungsi keperawatan.
c. Mahasiswa mampu mengetahui apa saja indikator pengarahan yang baik
dalam manajemen keperawatan.
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar dan Tujuan Pengarahan

Pengarahan adalah suatu proses pembimbingan, pemberi petunjuk, dan


instruksi kepada bawahan agar mereka bekerja sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan. Pengarahan mencakup beberapa proses operasi standar, pedoman dan
buku panduan, bahkan manajemen berdasarkan sasaran.

Pengarahan atau directing merupakan unsur yang penting dari keseluruhan


fungsi administrasi dan manajemen. Selain itu, fungsi pengarahan sangat penting
karena secara langsung berhubungan dengan manusia, segala jenis kepentingan, dan
kebutuhannya. Tanpa adanya pengarahan, karyawan cenderung melakukan pekerjaan
menurut cara pandang mereka sendiri tentang tugas-tugas apa yang seharusnya
dilakukan, bagaimana melakukan dan apa manfaatnya (Hunger & Wheelen, 2003
dalam Warouw, 2009).

Jadi pengarahan adalah bagaimana pimpinan menggerakkan bawahan,


melaksanakan kegiatan dan mengkoordinasinya agar tujuan yang akan dicapai
organisasi dapat terealisasi.

Tujuan pengarahan, yaitu :

1. Menjamin kontinuitas perencanaan


2. Membudayakan prosedur standart
3. Menghindari kemungkinan yang tidak berarti
4. Membina motivasi yang terarah

2.2 Kegiatan Manajer Keperawatan Pada Fungsi Pengarahan

Pengarahan adalah fase kerja manajemen, dimana manajer berusaha


memotivasi, membina komunikasi, menangani konflik, kerja sama, dan negosiasi
(Marquis dan Huston, 2010). Pengarahan adalah fungsi manajemen yang memantau
dan menyesuaikan perencanaan, proses, dan sumber yang efektif dan efisien
mencapai tujuan (Huber, 2000). Pengarahan yang efektif akan meningkatkan
dukungan perawat untuk mencapai tujuan manajemen keperawatan dan tujuan
asuhan keperawatan (Swanburg, 2000). Motivasi sering disertakan dengan kegiatan
orang lain mengarahkan, bersamaan dengan komunikasi dan kepemimpinan (Huber,
2006).

Fungsi pengarahan selalu berkaitan erat dengan perencanaan kegiatan


keperawatan di ruang rawat inap dalam rangka menugaskan perawat untuk
melaksanakan mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kepala ruangan dalam
melakukan kegiatan pengarahan melalui: saling memberi motivasi, membantu
pemecahan masalah, melakukan pendelegasian, menggunakan komunikasi yang
efektif, melakukan kolaborasi dan koordinasi (Swanburg, 2000).

Manajer memegang peran penting dalam memotivasi staf untuk mencapai


tujuan organisasi. Untuk melaksanakan tugas tersebut, manajer harus
mempertimbangkan keunikan/karakteristik stafnya dan berusaha untuk memberikan
tugas sebagai suatu strategi dalam memotivasi staf (Nursalam, 2016).

Menurut MC Murray A.J. & Williams l. (2004) ada enam faktor yang
berpotensi memengaruhi kemampuan seorang manajer perawat untuk menjadi
inovatif yaitu mempunyai ide-ide baru, komunikasi manajemen, struktur dan
efektivitas gaya manajemen, dan kemampuan yang inovatif. Komunikasi telah
dicatat sebagai faktor kunci dalam keberhasilan pengembangan perubahan budaya
yang mengarah ke hasil inovatif di mana staf harus diyakinkan bahwa mereka bebas
mengajukan pertanyaan dan menyampaikan gagasan dan dengan dukungan dan
dorongan manajer.

Menurut Kodam Y. & Fukahori H. (2017) proses perubahan yang dipimpin


oleh perawat manajer digambarkan sebagai proses dalam 4 fase, yaitu:
1. Memiliki perspektif mikro dan makro

Manajer perawat melakukan upaya untuk mengumpulkan informasi


terperinci tentang bangsal seperti jumlah insiden, karakteristik staf perawat,
dan hubungan antara perawat dan dokter. Perawat manajer menganalisis
informasi ini, dan kemudian mereka menafsirkan konteks peristiwa dan
menyimpulkan penyebab potensial yang mendasari. Perawat Manajer
memahami situasi mengenai seluruh bangsal. Perspektif ini berguna bagi
Perawat Manajer untuk mengidentifikasi masalah, mengembangkan strategi
dan mengevaluasi hasil untuk perubahan.

2. Menghargai Kepercayaan dan standar eksternal mereka sendiri.


Ketika perawat manajer menilai apa yang ada di bangsal mereka atau
mereka mengevaluasi hasil perubahan, mereka melakukan beberapa
penilaian, berdasarkan keyakinan mereka tentang keperawatan atau
kepemimpinan dan standar seperti misi rumah sakit atau kebijakan asosiasi
keperawatan. Keyakinan manajer perawat dihasilkan dari pengalaman mereka
sepagai perawat atau manajer
3. Menjadi Proaktif.
Perawat manajer memprediksi bahwa situasi klinis munkin menjadi
lebih buruk, jika tidak mengubah masalah. Atribut ini memungkinkan
perawat manajer untuk memprioritaskan perubahan dan memiliki visi
longitudinal di bangsal mereka terlepas dari masalah yang dihadapi pada
waktu itu. Selain itu, manajer perawat harus mengembangkan strategi untuk
mencegah resistensi staf perawat terhadap perubahan.
4. Memiliki kepercayaan dan berempati dengan staf perawat.
Perawat manajer berusaha memahami perasaan staf perawat dan
menghargai pengalaman dan kebanggaan mereka dalam perawatan melalui
seluruh proses perubahan. Manajer perawat menyadari bahwa empati
terhadap staf perawat diperlukan untuk perubahan yang berhasil. Manajer
perawat berpikir bahwa mereka memiliki sudut pandang yang berbeda dari
perawat staf karena mereka memiliki tanggung jawab yang berbeda. Peran
utama manajer perawat adalah mengelola bangsal; di sisi lain, staf perawat
mengambil peran menyediakan perawatan pasien. Manajer perawat
memahami bahwa perbedaan ini menyebabkan ketidaksepakatan antara
mereka dan staf perawat tentang perubahan. Seorang manajer perawat wanita
mengatakan bahwa ketika dia ingin menghentikan pengukuran berat rutin
yang tidak perlu, dia berkomunikasi dengan hati-hati sehingga dia tidak akan
menyakiti kesombongan staf perawat atau menyangkal upaya mereka dalam
pekerjaan rutin

Menurut Nursalam (2016), manajer keperawatan harus memiliki


keterampilan komunikasi interpersonal yang baik. Kepala ruangan setiap hari
berkomunikasi dengan pasien, staf, dan atasan setiap hari. Prinsip komunikasi
manajer keperawatan, yaitu:

1. Manajer harus mengerti struktur organisasi, siapa yang terkena dampak dari
keputusan yang dibuat. Jaringan komunikasi formal dan informal perlu
dibangun antara manajer dan staf.
2. Komunikasi bukan hanya sebagai perantara, tetapi sebagai proses yang tak
terpisahkan dalam kebijaksanaan organisasi.
3. Komunikasi harus jelas, sederhana, dan tepat.
4. Perawat profesional adalah mampu berkomunikasi dengan secara adekuat,
lengkap dan cepat.
5. Manajer harus meminta umpan balik apakah komunikasi dapat diterima
6. Menjadi pendengar yang baik adalah komponen penting dalam komunikasi.

Douglas dalam Swansburg (2000) mengatakan bahwa ada dua belas aktivitas
teknis yang berhubungan dengan pengarahan pada manajemen, yaitu:

1. Merumuskan tujuan perawatan yang realistis untuk pelayanan keperawatan,


pasien dan perawat pelaksana
2. Memberikan prioritas utama untuk kebutuhan klien sehubungan dengan
tugas-tugas perawat pelaksana
3. Melaksanakan koordinasi untuk efisiensi pelayanan
4. Mengidentifikasi tanggung jawab dari perawat pelaksana
5. Memberikan perawatan yang berkesinambungan
6. Mempertimbangkan kebutuhan terhadap tugas-tugas dari perawat pelaksana
7. Memberikan kepemimpinan untuk perawat dalam hal pengajaran, konsultasi,
dan evaluasi
8. Mempercayai anggota
9. Menginterpretasikan protokol
10. Menjelaskan prosedur yang harus diikuti
11. Memberikan laporan ringkas dan jelas
12. Menggunakan proses kontrol manajemen.

Seseorang dikatakan sebagai pemimpin yang baik jika mampu dalam


melakukan komunikasi yang baik kepada anggota timnya. Komunikasi yang baik
diperlukan untuk mengelola tim ditempat kerja atau untuk mengelola suatu
organisasi secara efisien. Komunikasi kepemimpinan bertujuan untuk menginspirasi
dan mendorong seorang individu atau kelompok secara sistematis dengan
menggunakan keterampilan komunikasi yang baik (Anchal & Dahiya R., 2015).

Menurut Luthra, Anchal & Dahiya R. (2015) sikap kepemimpinan yang baik

1. Kepemimpinan yang mampu membaca situasi


2. Kepemimpinan yang berorientasi pada tujuan
Seorang pemimpin harus mengkomunikasikan visi dan tujuan pada
anggota timnya sehingga dapat memotivasi mereka untuk mencapai suatu
tujuan.
3. Kepemimpinan dalam memberikan arahan
Seorang pemimpin dalam memberikan arahan dengan tujuan
tercapainya suatu target pekerjaan yang telah ditentukan sebelumnya. Arahan
yang diberikan akan memberikan pemahaman dan memberikan gambaran
tentang apa yang harus dikerjakan. Arahan yang diberikan harus
menggunakan komunikasi yang baik sehingga apa yang disampaikan oleh
seorang pemimpin dapat diterima dan dilaksanakan oleh setiap anggota tim.
Komunikasi yang efektif akan membantu tercapainya tujuan yang telah
ditetapkan.

2.3 Indikator Pengarahan Yang Baik

Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pengarahan Arni (2009) dalam


Windyastuti (2015) menyatakan bahwa arus komunikasi melalui media pengarahan
dipengaruhi oleh struktur hierarki dalam organisasi. Namun arus komunikasi ini
tidaklah berjalan lancar, tetapi dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain sebagai
berikut :

a. Keterbukaan. Kurangnya sifat terbuka diantara pimpinan dan pegawai akan


menyebabkan pemblokan atau tidak mau menyampaikan pesan atau
gangguan dalam pesan. Umumnya para pimpinan tidak begitu
memperhatikan arus komunikasi kebawah. Pimpinan mau memberikan
informasi kebawah bila mereka merasa bahwa pesan itu penting bagi
penyelesaian tugas. Tetapi apabila suatu pesan tidak relevan dengan tugas,
pesan tersebut tetap dipegangnya. Misalnya seorang pimpinan akan
mengirimkan pesan untuk memotivasi pegawai guna penyempurnaan hasil
kerja, tetapi tidak mau mendiskusikan kebijaksanaan baru dalam mengatasi
masalah-masalah organisasi.
b. Kepercayaan Pada Pesan. Tulisan Kebanyakan para pimpinan lebih percaya
pesan tulisan dan metode diskusi yang menggunakan alat-alat elektronik dari
pada pesan yang disampaikan secara lisan dan tatap muka. Hal ini
menjadikan pimpinan lebih banyak menyampaikan pesan secara tertulis
berupa bulletin, manual yang mahal, buklet dan film sebagai pengganti
kontak personal secara tatap muka antara pimpinan dan bawahan.
c. Pesan Yang Tidak Berlebihan. Karena banyaknya pesan-pesan yang dikirim
secara tertulis, maka pegawai dibebani dengan memo-memo, bulletin, surat-
surat pengumuman, majalah, dan pernyataan kebijaksanaan sehingga banyak
sekali pesan-pesan yang harus dibaca oleh pegawai. Reaksi pegawai terhadap
pesan tersebut biasanya cenderung untuk tidak membacanya. Banyak
karyawan hanya membaca pesan-pesan tertentu yang dianggap penting bagi
dirinya dan yang lain diberikan saja tidak dibaca.
d. Timing atau ketepatan waktu pengiriman pesan mempengaruhi komunikasi
ke bawah. Pimpinan hendaklah mempertimbangkan saat yang tepat bagi
pengiriman pesan dan tampak yang potensial kepada tingkah laku karyawan.
Pesan seharusnya dikirim kebawah pada saat saling menguntungkan kepada
kedua belah pihak yaitu pimpinan dan karyawan. Tetapi bila pesan yang
dikirimkan tersebut tidak pada saat dibutuhkan oleh karyawan maka mungkin
akan mempengaruhi kepada efektifitasnya.
e. Penyaringan Pesan-pesan yang dikirimkan kepada bawahan hendaklah
semuanya diterima mereka, tetapi mereka saring mana yang mereka perlukan.
Penyaringan pesan ini dapat disebabkan oleh bermacam-macam faktor
diantaranya perbedaan persepsi diantara pegawai, jumlah mata rantai dalam
jaringan komunikasi dan perasaan kurang percaya kepada pimpinan.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengarahan adalah suatu proses pembimbingan, pemberi petunjuk, dan


instruksi kepada bawahan agar mereka bekerja sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan. Pengarahan mencakup beberapa proses operasi standar, pedoman dan
buku panduan, bahkan manajemen berdasarkan sasaran.

Jadi pengarahan adalah bagaimana pimpinan menggerakkan bawahan,


melaksanakan kegiatan dan mengkoordinasinya agar tujuan yang akan dicapai
organisasi dapat terealisasi yang dimana tujuan pengarahan tersebut yaitu, menjamin
kontinuitas perencanaan, membudayakan prosedur standart, menghindari
kemungkinan yang tidak berarti dan membina motivasi yang terarah. Dimana salah
satu untuk memberikan pengarahan yang baik kepada staf yaitu dengan memotivasi
dan komunikasi yang baik dan bijaksana.

3.2 Saran

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kesalahan.


Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
makalalah untuk berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Anchal & Dahiya R. (2015). Effective Leadership is all About Communicating


Effectively: Connecting Leadership and Communication. Vol. 5, Issue 3,
July - Sept 2015.Diakses Pada Tanggal 22 Maret 2020.

Kodam Y. & Fukahori H. (2017). Nurse managers’ attributes to promote change in


their wards: a qualitative study. DOI: 10.1002/nop2.87. Diakses Pada
tanggal 22 Maret 2020.

MC. Murray A.J. & Williams l. (2004) Journal of Nursing Management 12, 348–353
Factors impacting on nurse managers' ability to be innovative in a
decentralized management structur. Diakses Pada tanggal 22 Maret
2020.

Nursalam. (2013). Manajemen Keperawatan : Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.

Nursalam. (2016). Manajemen Keperawatan; Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika.

Swamburg, Russel C. (2000). Pengantar kepemimpinan dan manajemen


keperawatan. Jakarta: EGC
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39138/4/Chapter
%20ll.pdf. Diakses Pada tanggal 22 Maret 2020.

Warouw, J. H. (2009). Tesis Hubungan Pengarahan Kepala Ruangan Dengan


Kinerja Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rsud Budhi Asih
Jakarta. Diakses Pada tanggal 22 Maret 2020.

Windyastuti, Dkk (2015). Modul Keperawatan Manajemen Dan Kepemimpinan.


Diakses Pada Tanggal 25 Februari 2020.

Anda mungkin juga menyukai