Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KONSEP DASAR PENGENDALIAN DAN MUTU ASUHAN


KEPERAWATAN

DISUSUN

Oleh:
Kelompok 3:

1. Agustina Pane (032016047)


2. Filia Monita Tampubolon (032016012)
3. Ira Widya Utari (032016062)
4. Kartika Elena (032016064)
5. Kristiana Sitorus (032016020)
6. Martalena Samosir (032016025)
7. Melati Sitorus (032016026)
8. Meliantina Manik (032016072)
9. Putri Desi R Dachi (032016034)
10. Risda Halawa (032016082)
11. Sehat Halawa (032016085)
12. Tiara Tarigan (032016039)
13. Tisep Telaumbanua (032016088)

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH

MEDAN 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia
yang diberikan pada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep
Dasar Pengendalian Dan Mutu Asuhan Keperawatan” ini tepat waktu. Dalam penyusunan
makalah ini kami tidak lupa untuk mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak yang telah
membantu kami dalam menyusun makalah ini.

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari
teknik penulisan maupun materi. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang
membangun agar kami dapat memperbaikinya. Akhir kata, kami mengucapkan banyak
terimakasih dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Maret 2020

Kelompok 3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sistem pengendalian manajemen tidak hanya menyangkut aspek manufaktur saja. Sistem
pengendalian manajemen juga berfungsi pada sektor jasa. Dalam proses pengendaliannya, sektor
jasa mempunyai karakteristik yang relatif berbeda dibanding sektor manufaktur. Sistem
pengendalian manajemen yang akan dibahas adalah dikhususkan pada organisasi jasa profesional
(konsultan hukum, pengacara, akuntansi dan profesi sejenis), rumah sakit, nirlaba (yayasan),
pemerintah dan organisasi dagang (agen, distributor, pengecer).
Mengendalikan adalah suatu usaha untuk meneliti kegiatan-kegiatan yang telah dan akan
dilaksanakan. Pengendalian berorientasi pada objek yang dituju dan merupakan alat untuk
mengajak orang-orang bekerja menuju sasaran yang ingin dicapai. Pengendalian merupakan
suatu proses dasar untuk mendapatkan sesuatu yang identik dan apa saja yang akan dikendalikan.
Pengendalian yang baik membantu memperlancar hubungan antar manusia. Responsi
manusianya terhadap langkah-langkah pengendalian merupakan kunci dari sebuah pertimbangan.
Usaha-usaha pengendalian dapat dan harus digunakan untuk mendorong hubungan yang baik
diantara para anggota. Pengendalian harus merupakan kegiatan positif dan membantu. Manajer-
manajer yang efektif akan menggunakan usaha pengendalian untuk membantu mereka yang
memerlukannya dan menentukan jenis kebutuhan mereka.
Mutu pelayanan keperawatan sebagai indikator kualitas pelayanan kesehatan menjadi salah
satu faktor penentu citra institusi pelayanan kesehatan di mata masyarakat. Hal ini terjadi karena
keperawatan merupakan kelompok profesi dengan jumlah terbanyak, paling depan dan terdekat
dengan penderitaan, kesakitan, serta kesengsaraan yang dialami pasien dan keluarganya. Salah
satu indikator dari mutu pelayanan keperawatan itu adalah apakah pelayanan keperawatan yang
diberikan itu memuaskan pasien atau tidak.
Baku mutu atau penelitian praktik terbaik (best practice research) adalah kegiatan mengkaji
kelemahan tertentu dari suatu institusi dan kemudian mengidentifikasi institusi lain yang
memiliki keunggulan dalam aspek yang sama. Kegiatan dilanjutkan dengan berkomunikasi
dalam menetapkan kesepakatan kerja sama untuk mendukung dan meningkatkan kelemahan
tersebut (Marquis dan Huston, 1998).
Pelaksanaan kegiatan jaminan mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit dapat pula
dilakukan dalam bentuk kegiatan pengendalian mutu. Kegiatannya dapat dilaksanakan dalam dua
tingkat yaitu tingkat rumah sakit dan tingkat ruang rawat. Tingkat rumah sakit dapat
dilaksanakan dengan cara mengembangkan tim gugus kendali mutu yang memiliki program baik
jangka pendek maupun jangka panjang. Kegiatan menilai mutu pada tingkat rumah sakit akan
diawali dengan penetapan kriteria pengendalian, mengidentifikasi informasi yang relevan dengan
kriteria, menetapkan cara mengumpulkan informasi/data.

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui konsep dasar pengendalian dan mutu keperawatan
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengetahui konsep dasar dan tujuan dari pengendalian
2. Mahasiswa mampu mengetahui mutu asuhan keperawatan
3. Mahasiswa mampu mengetahui apa saja indikator mutu asuhan keperawatan
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Konsep Dasar dan Tujuan Pengendalian

Pengendalian (pengawasan) atau controlling adalah bagian terakhir dari fungsi


manajemen. Fungsi ini sangat penting dan sangat menentukan pelaksanaan proses
manajemen, karena itu harus dilaksanakan sebaik-baiknya. Fungsi manajemen yang
dikendalikan adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian itu
sendiri. Kasus-kasus yang banyak terjadi dalam organisasi adalah akibat masih lemahnya
pengendalian sehingga terjadilah berbagai penyimpangan antara yang direncanakan dengan
yang dilaksanakan.
Pengendalian adalah proses pemantauan, penilaian dan pelaporan rencana atas
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan untuk tindakan korektif guna penyempurnaan lebih
lanjut. Beda pengawasan dengan pengendalian adalah pada wewenang dari pengembang
kedua istilah tersebut. Pengendalian memiliki wewenang turun tangan yang tidak dimiliki
oleh pengawas. Pengawas hanya sebatas memberi saran, sedangkan tindak lanjutnya
dilakukan oleh pengendali.
Pengendalian harus dikaitkan dengan pola organisasinya, sehingga memudahkan  pembagian
tanggung jawab untuk mengendalikan orang-orang yang diberi tugas untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang bersangkutan dan menyediakan data pengendalian untuk anggota-anggota
manajemen. Pengendalian biasanya diaplikasikan pada fungsi-fungsi utama dari suatu organisasi, yakni
bidang produksi, penjualan, keuangan dan kepegawaian serta faktor-faktor utama seperti:
kuantitas, kualitas, penggunaan waktu dan biaya. Fungsi dari faktor-faktor tersebut saling  berhubungan
dalam sebuah organisasi yang menjalankan pengendalian.
Pengendalian manajemen bersifat menyeluruh dan terpadu, artinya lebih mengarah ke berbagai upaya
yang dilakukan manajemen agar tujuan organisasi terpenuhi. Jadi sitem  pengendalian manajemen dapat
diterapkan pada berbagai bentuk organisasi, sebab hakikatnya setiap organisasi mempunyai
komponen yang sama.
Menurut Mockler ( 1984 ), pengendalian dalam manajemen adalah usaha sistematis untuk
menetapkan standar prestasi kerja agar sesuai dengan tujuan perencanaan, untuk mendesain
sistem umpan balik informasi, untuk membandingkan prestasi yang sesungguhnya dengan
standar yang telah ditetapkan, untuk menetapkan apakah ada deviasi dan untuk mengukur
signifikansinya, serta mengambil tindakan yang diperlukan untuk memastikan  bahwa
sumber daya digunakan dengan cara yang efektif dan efisien mungkin untuk mencapai
tujuan. Pengendalian adalah proses untuk memastikan bahwa aktivitas yang dilakukan adalah
sesuai dengan aktivitas yang direncanakan dan berfungsi untuk menjamin mutu serta evaluasi
kinerja.
Berdasarkan pengertian yang telah disebutkan di atas, maka dapat diketahui bahwa
Tujuan sistem pengendalian manajemen antara lain sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui kegiatan program yang sudah dilaksanakan oleh staf dalam kurun
waktu tertentu,
2. Dapat mengetahui adanya penyimpangan pada pemahaman staf yang melaksanakan
tugas,
3. Dapat mengetahui apakah waktu dan sumber daya organisasi sudah digunakan
dengan tepat dan efisien
4. Dapat mengetahui faktor penyebab terjadinya penyimpangan
5. Dapat mengetahui staf yang perlu diberikan penghargaan (reward)

2.2. Mutu Asuhan Keperawatan


Peningkatan mutu pelayanan adalah derajat memberikan pelayanan secara efisien dan
efektif sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan yang dilaksanakan secara
menyeluruh sesuai dengan kebutuhan pasien, memnafaatkan teknologi tepat guna dan hasil
penelitian pengembangan pelayanan kesehatan keperawatan sehingga tercapai derajat
kesehatan yang optimal.
1. Pengukuran Mutu Pelayanan
Menurut Donabedian, mutu pelayanan dapat diukur dengan menggunakan 3 variabel
yaitu input, proses, dan output/outcome.
a. Input adalah segala sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan
seperti tenaga, dana, obat, fasilitas peralatan, teknologi, organisasi, dan informasi
b. Proses adalah interaksi professional antara pemberi pelayanan dengan konseumen
(pasien dan masyarakat). Setiap tindakan medis harus selalu mempertimbangkan nilai
yang dianut pada diri pasien. Program keselamatan pasien bertujuan untuk
meningkatkan keselamatan pasien dan mutu rumah sakit dengan indicator pemenuhan
standar pelayanan yang ditetapkan kementerian kesehatan. Interaksi professional
selalu memperhatikan asas etika terhadap pasien yaitu, beneficience, nonmaleficience,
recpect for persons, dan justice
c. Output/outcome adalah hasil pelayanan kesehatan atau pelayanan keperawatan, yaitu
berupa perubahan yang terjadi pada konsumen termasuk kepuasan dari konsumen.
Tanpa mengukur hasil kinerja rumah sakit/keperawatan tidak dapat diketahui apakah
input dan proses yang baik telah menghasilkan ouput yang baik pula.

2. Konsep Mutu Berdasar SERVQUAL (Service Quality)


Bentuk aplikasi kualitas layanan dengan menerapkan konsep “RATER” yang
dikembangkan oleh Parasuraman (2001:32) SEBAGAI BERIKUT
a. Daya Tanggap (Responsive)
Kesediaan untuk membantu pelanggan, respon dalam memberikan pelayanan yang
cepat yang meliputi kecepatan karyawan dalam menangani keluhan pelanggan dan
kecepatan dalam melayani pelanggan.
b. Jaminan (Assurance)
Suatu kegiatan dalam menjamin kepastian terhadap pelayanan yang akan diberikan.
Hal ini meliputi kemampuan petugas atas pengetahuan erhadap jasa secara tepat,
ketrampilan dalam memberikan pelayanan sehingga dapat meberikan rasa aman
kepada orang yang dilayani.
c. Bukti Fisik (Tangible)
Bentuk aktualisasi nyata secara fisik dapat terlihat atau digunakan oleh pegawai
sesuai dengan penggunaan dan pemanfaatannya yang dapat dirasakan membantu
pelayanan yang diterima oleh orang yang mengiginkan pelayanan. Bentuk pelayanan
fisik berupa sarana dan prasarana pelayanan yang tersedia, teknologi pelayanan yang
digunakan, performance pemberi pelayanan yang sesuai dengan karakteristik
pelayanan yang diberikan dalam menunjukan prestasi kerja yang dapat diberikan
dalam bentuk pelaynan fisik yang dapat dilihat.
d. Epati (Empahty)
Empati dalam suatu pelayanan adalah adanya suatu perhatian, keseriusan, simpati,
pengertian, dan keterlibatann pihak-pihak yang berkepentingan dengan pelayanan
untuk mengembangkan dan melakukan aktivitas pelayanan sesuai dengan tingkat
pengertian dan pemahaman dari masing-masing pihak tersebut
e. Keandalan (Relibiality)
Setiap pelayanan memerlukan bentuk pelayanan yang andal, artinya dalam
memberikan pelayanan setiap pegawai diharapkan memiliki kemampuan dalam
pengetahuan, keahlian, kemandirian, penguasaan, dan profesionalisme kerja yang
tinggi sehingga aktivitas kerja yang dikerjakan menghasilkan bentuk pelayanan yang
memuaskan.

3. Upaya Peningkatan Mutu


a. Mengembangkan akreditasi dalam meningkatkan mutu rumah sakit dengan indikator
pemenuhan standar pelayanan yang ditetapkan kementerian kesehatan RI
b. ISO 9001:2000 suatu standar internasonal untuk system manajemen kualitas yang
bertujuan menjamin kesesuaian proses pelayanan terhadap kebutuhan persyaratan
yang dispesifisikan oleh pelanggan rumah sakit
c. Memperbarui keilmuan untuk menjamin bahwa tindakan medis/keperawatan yang
dilakukan telah didukung oleh bukti ilmiah yang mutakhir
d. Good corpotare governance
e. Clinical Governance
f. Membangun aliansi strategis dengan rumah sakit lain baik didalam maupun diluar
negeri
g. Melakukan evaluasi terhadap strategis pembiayaan, sehingga tarif pelayanan bisa
bersaing secara global
h. Orientasi pelayanan
2.3. Indikator Mutu Asuhan Keperawatan
Mutu asuhan kesehatan sebuah rumah sakit akan selalu terkait dengan struktur, proses,
dan outcome, system pelayanan RS tersebut. Mutu asuhan pelayanan RS juga dapat dikaji
dari tingkat pemanfaatan sarana pelayanan oleh masyarakat, mutu pelayanan dan tingkat
efisiensi RS, secara umujm aspek penilaian meliputi evaluasi, dokumen, instrument, audit
(EDIA).
1. Aspek struktur (input)
Struktur adalah semua input untuk system pelayanan sebuah RS yang meliputi M1
(tenaga) M2 (sarana prasarana) M3 (metode asuhan keperawatan) M4 (dan) M5
(pemasaran) dan lainnya.
2. Proses
Proses adalah semua kegiatan dokter, perawat, dan tenaga profesi, lain yang mengadakan
interkasi secara professional dengan pasien.
3. Outcome
Outcome adalah hasil akhir keguatan dokter, perawat dan tenaga profesi yang lainnya.
a. Indicator-indikator mutu yang mengacu pada aspek pelayanan meliputi:
1) Angka infeksi nosocomial: 1-2%
2) Angka kematian: 3-4%
3) Angka pascabedah:1-2%
4) Kematian ibu melahirkan:1-2%
b. Indicator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efisiensi RS
1) Biaya per unit untuk rawat jalan
2) Jumlah penderita yang mengalami decubitus
3) Jumlah penderita yang jatuh dari tempat tidur
c. Indicator mutu yang berkaitan dengan kepuasan pasien dapat diukur dengan jumlah
keluhan dari pasien/ keluarganya, srat pembaca dikoran, surat kaleng, surat masuk
dikotak saran, dan lainnya.
d. Indicator cakupan pelayanan sebuah RS terdiri atas
1) Jumlah dan presentasi kunjungan rawat jalan/inap
e. Indikator mutu yang mengacu pada keselamatan pasien
1) Pasien terjatuh dari tempat tidur/kamar mandi
2) Pasien diberi obat salah
3) Tidak ada oksigen
4) Tidak ada obat/emergensi
5) Tidak ada suction
6) Tidak tersedia alat pemadam kebakaran
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pengendalian adalah proses pemantauan, penilaian dan pelaporan rencana atas
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan untuk tindakan korektif guna penyempurnaan
lebih lanjut. Beda pengawasan dengan pengendalian adalah pada wewenang dari
pengembang kedua istilah tersebut. Pengendalian memiliki wewenang turun tangan yang
tidak dimiliki oleh pengawas. Pengawas hanya sebatas memberi saran, sedangkan tindak
lanjutnya dilakukan oleh pengendali.
Mutu pelayanan keperawatan sebagai indikator kualitas pelayanan kesehatan
menjadi salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan kesehatan di mata masyarakat.
Hal ini terjadi karena keperawatan merupakan kelompok profesi dengan jumlah
terbanyak, paling depan dan terdekat dengan penderitaan, kesakitan, serta kesengsaraan
yang dialami pasien dan keluarganya.

3.2. Saran
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kesalahan. Oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk makalalah untuk
berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai