Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN EFUSI


PLEURA”

DISUSUN OLEH:

Kelompok 1
1. Anis Imtichan (2018.22.036)
2. Kartini (2018.22.006)
3. Ramadhayani Putri (2018.22.046)
4. Widyawati (2018.22.014)
5. Yuni Hersa (2018.22.039)
6. Linda (2018.22.015)
7. Thaufiqoh (2018.22.048)
8. Sri Hartatik (2018.22.050)
9. Surya Jannati (2018.22.040)
10. Karyanti (2018.22.041)
11. Fuji Astuti (2018.22.037)
12. Ahmad Arif (2018.22.047)
13. RD Hari Periza (2018.22.033)
14. Andi Farisa (2018.22.051)
15. Meika (2018.22.035)
16. Chossy (2018.22.055)

Dosen : Ns. Dwi Yunita S.Kep., M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN REGULER B

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM JAMBI

2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Berkat rahmat dan
karunianya lah kami dapat menyelesaikan makalah Manajemen Keperawatan ini
tepat pada waktunya.

Harapan kami sebagai penyusun agar para pembaca dapat memahami


tentang Asuhan Keperawatan Anemia Dalam Kehamilan. Kami juga
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi tersusunnya makalah ini
menjadi lebih baik lagi.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi penyusun dan pembacanya.

Hormat Kami,

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kinerja (performance) menjadi isu dunia saat ini. Hal tersebut terjadi
sebagai konsekuensi tuntutan masyarakat terhadap kebutuhan akan pelayanan
prima atau pelayanan yang bermutu tinggi. Mutu tidak terpisahkan dari
standar, karena kinerja diukur berdasarkan standar. Melalui kinerja klinis
perawat dan bidan, diharapkan dapat menunjukkan kontribusi profesionalnya
secara nyata dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan
kebidanan, yang berdampak terhadap pelayanan kesehatan secara umum pada
organisasi tempatnya bekerja, dan dampak akhir bermuara pada kualitas
hidup dan kesejahteraan masyarakat.
Evaluasi merupakan bagian penting dari administrasi yang efektif
dalam suatu organisasi. Hal ini suatu proses bantuan kepada staf untuk
mencapai tujuan organisasi. Hasil yang diharapkan dikaitkan dengan standar
yang digunakan dalam pelayanan kesehatan akan bermakna apabila tujuan
dapat dicapai dengan hasil yang baik. Hasil tersebut sangat tergantung pada
kualitas kinerja yang ditampilkan oleh klinisi, termasuk perawat dan bidan.
Oleh sebab itu salah satu bagian yang penting dalam proses manajemen
adalah melakukan monitoring untuk mengetahui bagaimana perawat dan
bidan melakukan pekerjaannya.
Dalam melakukan monitoring kinerja perawat dan bidan, perlu ada
seorang koordinator untuk perawat dan koordinator untuk bidan. Dengan
demikian diharapkan kinerja perawat dan bidan dapat
dipertanggungjawabkan dan segera diketahui bila terjadi penyimpangan,
namun keputusan harus dibuat berdasarkan informasi yang lengkap. Hasil
monitoring ini harus dilaporkan dan bila terdapat penyimpangan segera
ditindaklanjuti tetapi sebaliknya bila terdapat peningkatan kinerja perlu
diberikan penghargaan. Monitoring merupakan bagian dari evaluasi yang
dilakukan dalam proses kegiatan/evaluasi formatif. Sedangkan evaluasi
selain berisi monitoring juga melihat kembali kegiatan yang dilakukan secara
keseluruhan/evaluasi sumatif.
Perubahan yang begitu cepat dalam pelayanan kesehatan, peningkatan
kebutuhan masyarakat akan pelayanan dan keterbatasan sumber daya, telah
mendorong kearah tersedianya pelayanan yang berkualitas dengan
melaksanakan sesuatu yang benar pada saat yang tepat dengan upaya
yang sesuai. Prinsip ini perlu diterapkan sehingga diperlukan
adanya jaminan mutu, standar, indikator kinerja, uraian tugas serta sistem
monitoring dan evaluasi yang berdasarkan standar dan kebutuhan pelayanan.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai konsep evaluasi kinerja.

B. TUJUAN
Agar mahasiswa dapat memahami masalah kinerja perawat, faktor-
faktor yang mempengaruhi kinerja, cara penilaian perawat, manfaat penilaian
kinerja, dan alat ukur yang dipakai dalam menilai kinerja perawat.

C. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud definisi kinerja perawat?
2. Apa itu kinerja perawat?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perawat?
4. Bagaimana cara melakukan penilaian perawat?
5. Apa manfaat dari penilaian kinerja perawat?
6. Alat ukur apa yang dipakai untuk menilai kinerja perawat?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Kinerja
Kinerja adalah penampilan hasil karya personil baik kuantitas maupun
kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja merupakan hasil kerja secara kualitas
dan kuantitas yang dicapai sumber daya manusia persatuan periode waktu
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya.

B. Kinerja Perawat
Perawat adalah tenaga yang mempunyai kemampuan baik intelektual,
teknikal, interpersonal dan moral, bertanggungjawab serta berwenang
melaksanakan asuhan keperawatan. Keperawatan menurut Lokakarya
Nasional Keperawatan tahun 1983 adalah suatu bentuk pelayanan profesional
yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu
keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang
komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit
maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Kinerja perawat adalah prestasi kerja yang ditunjukan oleh perawat
pelaksana dalam melaksanakan tugasnya sehingga menghasilkan output yang
baik kepada organisasi, perawat dan pasien dalam kurun waktu tertentu. Ada
tiga komponen penting dalam kinerja yaitu: memberikan arahan dan
mempengaruhi perilaku kerja yang diharapkan dari setiap personil, mengukur
seorang personil telah mencapai kinerja yang diharapkan dan penilaian
kinerja secara regular yang dikaitkan dengan proses pencapaian tujuan kinerja
personal.
Indikator kinerja perawat adalah variabel untuk mengukur prestasi suatu
pelaksanaan kegiatan dalam waku tertentu. Indikator yang berfokus pada
hasil asuhan keperawatan kepada pasien dan proses pelayanannya disebut
indicator kinerja. Indikator kinerja perawat baik adalah tingkat kepuasan
pasien dan perawat tinggi serta zero complain dari pelanggan. Keperawatan
sebagai profesi merupakan salah satu pekerjaan didasarkan pada ilmu
pengetahuan dan perwat memiliki keterampilan dalam keahliannya, sebagai
profesi keperawatan otonomi dalam kewenangan dan tanggungjawab dalam
memberikan tindakan disertai dengan kode etik dalam implementasinya yang
berorientasi pada pelayanan melalui pemberian asuhan keperawatan kepada
individu, kelompok atau masyarakat (Hidayat, 2009).
Menurut Nursalam (2011), indikator kinerja perawat dapat dilihat dari
pelaksanaan standar praktik keperawatan yang merupakan pedoman bagi
perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Standar pelayanan
keperawatan berfungsi untuk mengevaluasi pelayanan keperawatan yang
telah diberikan kepada pasien sehingga menjadi lebih terarah. Standar praktik
keperawatan meliputi: 1) Pengkajian perawatan: data di anamnesa, untuk
menegakkan diagnosa keperawatan, 2) Diagnosa keperawatan: respon pasien
yang dirumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien, 3) Perencanaan
keperawatan: disusun sebelum melaksanakan tindakan, 4) Implementasi atau
pelaksanaan tindakan keperawatan: ditentukan dengan maksud agar
kebutuhan pasien dipenuhi secara maksimal, 5) Evaluasi perawat: dilakukan
secara periodik dari semua tindakan dan rencana tindakan yang tidak
terlaksana.

C. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Perawat


Kinerja dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor, yakni faktor internal individu
dan faktor eksternal individu. Faktor internal yaitu faktor yang dihubungkan
dengan sifat-sifat seseorang, misalnya seseorang yang kinerja baik
disebabkan seseorang tersebut mempunyai kemampuan tinggi sedangkan
seseorang yang kinerja tidak baik disebabkan karena kemampuan yang
rendah. Faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
seseorang yang berasal dari lingkungan, seperti perilaku, sikap, tindakan
rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja dan iklim organisasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku dan kinerja seseorang
adalah faktor individu (kemampuan, latar belakang dan demografi), faktor
organisasi (sumber daya, imbalan, struktur, desain pekerjaan serta gaya
kepemimpinan) dan faktor psikologis (persepsi, sikap, kepribadian dan
motivasi).
Ada tiga kelompok variabel yang mempunyai perilaku kerja dan kinerja
yaitu variabel individu, variabel organisasi dan variabel psikologis. Ketiga
kelompok variabel tersebut mempengaruhi perilaku kerja yang pada akhirnya
berpengaruh pada kerja personel. Variabel tersebut meliputi:
a. variabel individu dikelompokkan pada subvariabel kemampuan,
keterampilan dan latar belakang demografi
b. variabel organisasi dikelompokkan pada subvariabel sumber daya,
kepemimpinan, imbalan dan struktur desain pekerjaan
c. variabel psikologi dikelo mpokkan pada subvariabel persepsi, sikap,
kepribadian, belajar dan motivasi.

D. Penilaian Kinerja Perawat


Penilaian kinerja merupakan suatu komponen dari sistem manajemen
kinerja yang digunakan organisasi untuk memotivasi pekerja. Tujuan utama
penilaian kinerja adalah untuk memperbaiki kinerja. Penilaian kinerja perawat
adalah pengukuran efesiensi, kompetensi dan efektifitas proses keperawatan
dan aktivitas yang digunakan oleh perawat dalam merawat klien guna untuk
mempertahankan, memperbaiki dan memotivasi perawat. Proses penilaian
kinerja dapat digunakan secara efektif dalam mengarahkan perilaku pegawai
dalam rangka menghasilkan jasa keperawatan dalam kualitas dan volume
yang tinggi. Perawat manajer dapat menggunakan proses aprasial kinerja
untuk mengatur arah kerja dalam memilih, melatih, bimbingan perencanaan
karir, serta pemberian penghargaan kepada perawat yang berkompeten.
Penilaian kinerja adalah tanggung jawab utama dalam mengendalikan
fungsi manajemen. Kemampuan melakukan penilaian kinerja yang bermakna
dan efektif membutuhkan investasi waktu, upaya dan praktik dari pihak
manajer. Meskipun penilaian kinerja tidak pernah menjadi hal yang mudah,
jika digunakan dengan tepat maka penilaian ini akan menghasilkan
pertumbuhan pegawai dan meningkatkan produktivitas dalam organisasi.
Hasil proses penilaian harus memberikan informasi kepada manajer untuk
melakukan pelatihan dan memenuhi kebutuhan pegawai terhadap pendidikan.
Penilaian kinerja perawat berdasarkan Standar Asuhan Keperawatan mengacu
kepada tahapan proses keperawatan yang meliputi: pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Berdasarkan standar I yaitu pengkajian keperawatan, dimana perawat
mengumpulkan data tentang status kesehatan pasien secara sistematis,
menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan. Pengkajian keperawatan
meliputi: (1) pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesis, observasi,
pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang, (2) sumber data adalah
pasien, keluarga atau orang yang terkait, tim kesehatan, rekam medis dan
catatan lain, (3) data yang dikumpulkan, difokuskan untuk mengidentifikasi
status kesehatan pasien masa lalu, status kesehatan pasien saat ini, status
biologis-psikologis-sosio spiritual dan risiko-risiko tinggi masalah
keperawatan, (4) kelengkapan data dasar mengandung unsur lengkap, akurat,
relevan dan baru.
Berdasarkan standar II yaitu diagnosa keperawatan, dimana perawat
menganalisa data pengkajian untuk merumuskan diagnosa keperawatan.
Proses diagnosa keperawatan meliputi: proses diagnosa terdiri atas analisis,
interprestasi data, identifikasi masalah pasien dan perumusan diagnosa
keperawatan. Diagnosa keperawatan terdiri atas masalah, penyebab, dan
tanda atau gejala, atau terdiri atas masalah dan penyebab, bekerjasama
dengan klien dan petugas kesehatan lain untuk memvalidasi diagnosa
keperawatan dan melakukan pengkajian ulang.
Berdasarkan standar III yaitu perencanaan keperawatan, perawat
membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan
meningkatkan kesehatan pasien. Perencanaan keperawatan meliputi:
perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan rencana
tindakan keperawatan serta bekerjasama dengan pasien dalam menyusun
rencana tindakan keperawatan.
Berdasarkan standar IV yaitu implementasi, perawat
mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam rencana
asuhan keperawatan. Kriteria proses tindakan implementasi meliputi:
bekerjasama dengan pasien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan,
kolaborasi dengan tim kesehatan lain, melakukan tindakan keperawatan untuk
mengatasi kesehatan lain, memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan
keluarga mengenai konsep, keterampilan asuhan diri serta membantu
memodifikasi lingkungan yang digunakan. Mengkaji ulang dan merevisi
pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan respon pasien.
Berdasarkan standar V yaitu evaluasi keperawatan dimana perawat
mengevaluasi kemajuan pasien terhadap tindakan keperawatan dalam
pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan. Kriteria proses
evaluasi keperawatan meliputi: menyusun perencanaan evaluasi hasil dari
intervensi secara komprehensif, tepat waktu dan terus menerus, menggunakan
data dasar dan respons pasien dalam mengukur perkembangan ke arah
pencapaian tujuan, memvalidasi dan menganalisis data baru dengan teman
sejawat, bekerjasama dengan pasien dan keluarga untuk memodifikasi
rencana asuhan keperawatan, mendokumentasikan hasil evaluasi dan
memodifikasi perencanaan.
Standar asuhan keperawatan tersebut untuk pelayanan keperawatan
menjadi lebih terarah. Standar adalah pernyataan deskritif mengenai tingkat
penampilan yang diinginkan, kualitas struktur, proses, atau hasil yang dapat
dinilai dalam rangka untuk mengevaluasi pelayanan keperawatan yang telah
diberikan pada pasien.
Menurut Nursalam (2011), tujuan dan manfaat standar asuhan
keperawatan untuk mengukur kualitas asuhan kinerja perawat dan efektifitas
manajemen organisasi. Pengembangan standar menggunakan pendekatan dan
kerangka kerja yang lazim sehingga dapat ditata seseorang yang
bertanggungjawab mengembangkan standar dan proses pengembangaan
tersebut. Standar asuhan keperawatan berfokus pada hasil pasien, standar
praktik berorientasi pada kinerja perawat profesional untuk memberdayakan
proses keperawatan.
Dalam melakukan penilaian kinerja terdapat empat dimensi kinerja
yang dapat dijadikan tolak ukur dalam menilai kinerja yaitu: a) kualitas, b)
kuantitas, c) penggunaan waktu dalam kerja, d) kerjasama. Kualitas kerja
merupakan suatu standar hasil yang berkaitan dengan mutu dari suatu produk
yang dihasilkan oleh karyawan dalam hal ini merupakan suatu kemampuan
karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan secara teknis dengan perbandingan
standar yang ditetapkan oleh perusahaan. Perbandingan pelaksanaan antara
satu unit (perorangan tugas, seksi, proses) dengan lainnya. Pengukuran seperti
itu menunjukkan pencapaian relatif. Kualitas pelayanan keperawatan adalah
sikap profesional perawat yang memberikan perasaan nyaman, terlindungi
pada diri setiap pasien yang sedang menjalani proses penyembuhan dimana
sikap ini merupakan kompensasi sebagai pemberi layanan dan diharapkan
menimbulkan perasaan puas pada diri pasien. Adapun kualitas tersebut dapat
dilihat dari sub indikator sebagai berikut: a) menghasilkan suatu pekerjaan
yang menunjukkan hasil yang lebih sempurna atau memuaskan sesuai dengan
harapan pasien dan b) pekerjaan yang memenuhi standar yang ditetapkan oleh
instansi.
Kuantitas kerja adalah merupakan suatu hasil yang dicapai oleh
karyawan dalam jumlah tertentu dengan perbandingan standar ada atau yang
telah ditetapkan oleh perusahan, perbandingan-perbandingan antara
pelaksanaan yang sedang berlangsung atau dengan pelaksanaan secara
historis. Kuantitas tidak hanya menunjukan apakah pelaksanaan sekarang ini
memuaskan, namun juga dapat melihat apakah meningkat atau berkurang.
Penggunaan waktu dalam kerja yaitu tingkat ketidakhadiran, keterlambatan,
waktu kerja efektif/jam kerja hilang, ketepatan waktu merupakan tingkat
suatu aktivitas diselesaikan pada awal waktu yang ditentukan, dilihat dari
sudut koordinasi dengan hasil output serta memaksimalkan waktu yang
tersedia untuk aktivitas lain. Ketepatan waktu diukur dari persepsi karyawan
terhadap suatu aktivitas yang disediakan diawal waktu sampai menjadi
output.
Kerjasama dengan orang lain dalam bekerja. Kerjasama adalah
kemampuan seorang tenaga kerja untuk bekerjasama dengan orang lain dalam
menyelesaikan suatu tugas dan pekerjaan yang telah ditetapkan, sehingga
mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya. Kerjasama adalah
sebuah sistem pekerjaan yang dikerjakan oleh dua orang atau lebih untuk
mendapatkan tujuan yang direncanakan bersama. Kerjasama dalam tim kerja
menjadi sebuah kebutuhan dalam mewujudkan keberhasilan kinerja dan
prestasi kerja. Komunikasi akan berjalan baik dengan dilandasi kesadaran
tanggung jawab tiap anggota. Kerjasama dilakukan oleh sebuah tim lebih
efektif daripada kerja secara individual.
Kerjasama secara berkelompok mengarah pada efisiensi dan efektivitas
yang lebih baik. Hal ini sangat berbeda dengan kerja yang dilaksanakan oleh
perorangan. Setiap tim maupun individu sangat berhubungan erat dengan
kerjasama yang dibangun dengan kesadaran pencapaian prestasi dan kinerja.
Keunggulan yang dapat diandalkan dalam kerjasama pada kerja tim adalah
munculnya berbagai penyelesaian secara sinergi dari berbagai individu yang
tergabung dalam kerja tim. Kontribusi tiap-tiap individu dapat menjadi
sebuah kekuatan yang terintegrasi. Individu dikatakan bekerjasama jika
upaya-upaya dari setiap individu tersebut secara sistematis terintegrasi untuk
mencapai tujuan bersama. Dalam mencapai tujuan bersama, kerjasama
memberikan manfaat yang besar bagi kerja tim. Biasanya organisasi berbasis
kerja tim memiliki struktur yang ramping. Organisasi akan bisa merespon
dengan cepat dan efektif lingkungan yang cepat berubah.
Empat dimensi kinerja diatas, dua hal terkait dengan aspek keluaran
atau hasil pekerjaan, yaitu: kualitas hasil, kuantitas keluaran dan dua hal
terkait aspek perilaku individu, yaitu: penggunaan waktu dalam kerja (tingkat
kepatuhan terhadap jam kerja, disiplin) dan kerjasama. Penilaian kinerja
adalah suatu proses menilai tentang hasil asuhan keperawatan pada pasien
untuk mengevaluasi kelayakan dan keefektifan tindakan. Penilaian kinerja
(Performance Appraisal) adalah sistem formal untuk menilai dan
mengevaluasi kenerja tugas individu atau tim. Penilaian kinerja merupakan
hal yang penting demi mencapai suksesnya manajemen kerja. Penilaian
kinerja merupakan alat manajemen kunci untuk mengevaluasi produktivitas
pekerja. Tujuan penilaian kinerja mencakup kompensasi, konseling, pelatihan
dan pengembangan, promosi, perencanaan staf, penerapan, pengeluaran,
validasi teknik pilihan, motivasi melalui umpan balik dan dokumentasi untuk
perlindungan legal.
E. Manfaat Penilaian Kinerja
Manfaat dari penilaian kerja yaitu: 1) meningkatkan prestasi kerja staf
baik secara individu atau kelompok dengan memberikan kesempatan pada
mereka untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi di dalam kerangka pencapaian
tujuan pelayanan rumah sakit, 2) peningkatan yang terjadi pada prestasi staf
secara perorangan pada gilirannya akan mempengaruhi atau mendorong SDM
secara keseluruhannya, 3) merangsang minat dalam pengembangan pribadi
dengan tujuan meningkatkan hasil karya dan prestasi dengan cara
memberikan umpan balik kepada mereka tentang prestasinya, 4) membantu
rumah sakit untuk dapat menyusun program pengembangan dan pelatihan staf
yang lebih tepat guna sehingga rumah sakit akan mempunyai tenaga yang
cakap dan tampil untuk pengembangan pelayanan perawatan dimasa depan,
5) menyediakan alat dan sarana untuk membandingkan prestasi kerja
meningkastkan gajinya atau sistem imbalan yang baik dan 6) memberikan
kesempatan kepada pegawai atau staf untuk mengeluarkan perasaannya
tentang pekerjaannya atau hal lain yang ada kaitannya melalui jalur
komunikasi dan dialog, sehingga dapat mempererat hubungan antara atasan
dan bawahan.

F. Alat Penilaian Kinerja


Tentang alat yang dapat digunakan untuk menilai kinerja perawat yaitu:
1) Daftar tilik, daftar ini terdiri atas berbagai pernyataan prilaku yang
mewakili perilaku kerja yang ditentukan. Setiap pernyataan perilaku mewakili
skor berat yang menyertainya atau sering disebut dengan poin yang dapat
dikumpulkan oleh pegawai, 2) Essai yaitu penilaian ini berbentuk narasi yang
dituliskan berdasarkan kekuatan pegawai dan area yang membutuhkan
perkembangan serta pertumbuhan. Teknik penilaian ini memiliki kekuatan
karena dapat memaksa penilai untuk berfokus pada aspek positif kinerja
pegawai, dan 3) Penilaian diri. Penilaian ini berbentuk fortofolio yang
berisikan tentang narasi cara pegawai mengimplementasikan pedoman klinis
dan kriteria hasil pasien yang dicapai, tujuan pegawai serta rencana kerja
untuk mencapai tujuan.
Jenis alat evaluasi pelaksanaan kerja perawat yang umum digunakan
ada lima yaitu laporan bebas, pengurutan yang sederhana, checklist
pelaksanaan kerja, penilaian grafik dan perbandingan pilihan yang dibuat.
Laporan tanggapan bebas yaitu pemimpin atau atasan diminta memberikan
komentar tentang kualitas pelaksanaan kerja bawahan dalam jangka waktu
tertentu, sedangkan checklist pelaksanaan kerja yaitu checklist yang terdiri
atas daftar kriteria pelaksanaan kerja untuk tugas yang paling penting dalam
deskripsi kerja karyawan dengan lampiran formulir dimana penilai dapat
menyatakan bahwa bawahan dapat memperlihatkan tingkah laku yang
diinginkan atau tidak.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Mengukur kinerja perawat dengan menggunakan indikator kinerja
klinis merupakan suatu langkah yang mempunyai keuntungan ganda.
Pertama, cara ini akan memberikan kesempatan bagi staf perawat dan bidan
untuk melakukan "self assessment“ sehingga dapat mengetahui tingkat
kemampuannya, dan berusaha untuk memperbaikinya. Peningkatan
kemampuan dan produktifitas individu-individu akan memberikan kontribusi
peningkatan mutu pelayanan pada organisasinya yang bermuara. pada
kepuasan pasen dan staf. Sistem penilaian kinerja dengan indikator kunci
akan memberikan kesempatan kepada manager dan staf untuk melakukan
komunikasi interpersonal yang efektif, sehingga secara bersama.-sama dapat
dilakukan evaluasi dan perbaikan yang mengarah pada perbaikan kinerja dan
bermuara pada peningkatan mutu pelayanan.
Evaluasi merupakan bagian penting dalam manajemen kinerja klinis
perawat dan bidan dalam rangka meningkatkan dan mempertahankan mutu
pelayanan keperawatan dan kebidanan dan disisi lain meningkatkan kualitas
kesehatan pasen. Temuan monitoring di"feedback"kan kepada staf untuk
diketahui seberapa jauh pencapaian kinerjanya. Manajer menggali penyebab
masalah dan merencanakan monitoring sebagai tindak lanjut untuk
perbaikan. Hasil monitoring dilaporkan kepada pimpinan untuk dipergunakan
sebagai informasi dalam pengambilan keputusan.

B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas, penilaian kinerja perawatat dan
evaluasi secara berkala dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
sehingga menjadi lebih terarah.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, S.R. (2013). Sistem Manajemen Kinerja. Jakarta: Gramedia


Nursalam. (2014). Manajemen keperawatan: Aplikasi dalam praktek keperawatan
profesional. (Edisi IV). Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai