OLEH:
KELOMPOK 5
CRISTIAN ADIWINATA
SRI MULYANI
TITI DAMYATI
NAWANG WULAN
PUJI ASTUTI
GATI RETNANING TYAS S
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Kualitas pelayanan keperawatan sangat dipengaruhi oleh proses, peran dan fungsi
dari manajemen pelayanan keperawatan, karena manajemen keperawatan adalah suatu
tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh manajer/ pengelola keperawatan yang
meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan serta mengawasi sumber-sumber
yang ada, baik sumber daya maupun sumber dana sehingga dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang efektif dan efisien baik kepada klien, keluarga dan masyarakat.
(Donny, 2014).
Tujuan keperawatan merupakan hal yang harus direncanakan secara optimal oleh
perawat. Tujuan keperawatan menurut Gillies cit Asmuji (2012) menyebutkan:
BAB 2
PEMBAHASAN
b. Proses (Process)
Donabedian (1987, dalam Wijono 2000) menjelaskan bahwa pendekatan ini
merupakan proses yang mentransformasi struktur (input) ke dalam hasil (outcome).
Proses adalah kegiatan yang dilaksanakan secara profesional oleh tenaga kesehatan
(perawat) dan interaksinya dengan pasien. Dalam kegiatan ini mencakup
diagnosa, rencana perawatan, indikasi tindakan, prosedur dan penanganan kasus.
Dengan kata lain penilaian dilakukan terhadap perawat dalam merawat pasien. Dan
baik tidaknya proses dapat diukur dari relevan tidaknya proses bagi pasien,
fleksibelitas/efektifitas, mutu proses itu sendiri sesuai dengan standar pelayanan
yang semestinya, dan kewajaran (tidak kurang dan tidak berlebihan).
6
c. Hasil (Outcome)
Pendekatan ini adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan perawat terhadap pasien.
Dapat berarti adanya perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik positif
maupun negatif. Sehingga baik tidaknya hasil dapat diukur dari derajat kesehatan
pasien dan kepuasan pasien terhadap pelayanan perawatan yang telah diberikan
(Donabedian, 1987 dalam Wijono 2000). Sedangkan Tappen (1995) menjelaskan
bahwa outcome berkaitan dengan hasil dari aktivitas yang diberikan oleh petugas
kesehatan. Hasil ini dapat dinilai dari efektifitas dari aktivitas pelayanan
keperawatan yang ditentukan dengan tingkat kesembuhan dan kemandirian.
Sehingga dapat dikatakan bahwa fokus pendekatan ini yaitu pada hasil dari
pelayanan keperawatan, dimana hasilnya adalah peningkatan derajat kesehatan
pasien dan kepuasan pasien. Sehingga kedua hal tersebut dapat dijadikan indikator
dalam menilai mutu pelayanan keperawatan.
2. Reliability (keandalan)
Keandalan dalam pelayanan keperawatan merupakan kemampuan untuk
memberikan ‘pelayanan keperawatan yang tepat dan dapat dipercaya’, dimana ‘dapat
dipercaya’ dalam hal ini didefinisikan sebagai pelayanan keperawatan yang ‘konsisten’.
Oleh karena itu, penjabaran keandalan dalam pelayanan keperawatan adalah : prosedur
penerimaan pasien yang cepat dan tepat; pemberian perawatan yang cepat dan tepat;
jadwal pelayanan perawatan dijalankan dengan tepat dan konsisten (pemberian makan,
obat, istirahat, dan lain-lain); dan prosedur perawatan tidak berbelat belit.
3. Responsiveness (ketanggapan) :
Perawat yang tanggap adalah yang ‘bersedia atau mau membantu pelanggan’ dan
memberikan’pelayanan yang cepat/tanggap’. Ketanggapan juga didasarkan pada persepsi
pasien sehingga faktor komunikasi dan situasi fisik disekitar pasien merupakan hal yang
penting untuk diperhatikan. Oleh karena itu ketanggapan dalam pelayanan keperawatan
dapat dijabarkan sebagai berikut : perawat memberikan informasi yang jelas dan mudah
dimengerti oleh pasien; kesediaan perawat membantu pasien dalam hal beribadah;
kemampuan perawat untuk cepat tanggap menyelesaikan keluhan pasien; dan tindakan
perawat cepat pada saat pasien membutuhkan.
5. Emphaty (empati)
Empati lebih merupakan ’perhatian dari perawat yang diberikan kepada pasien
secara individual’. Sehingga dalam pelayanan keperawatan, dimensi empati dapat
diaplikasikan melalui cara berikut, yaitu : memberikan perhatian khusus kepada setiap
pasien; perhatian terhadap keluhan pasien dan keluarganya; perawatan diberikan kepada
semua pasien tanpa memandang status sosial dan lain-lain.
Uraian mengenai dimensi mutu di atas akan membantu kita untuk menentukan
mutu pelayanan keperawatan. Mutu pelayanan keperawatan jika dipandang sebagai suatu
sistem yang terdiri dari input, proses dan outcome, maka mutu pelayanan keperawatan
merupakan interaksi dan ketergantungan antara berbagai aspek, komponen atau unsur
pelayanan keperawatan. Dan untuk menjaga mutu pelayanan keperawatan perlu
dilakukan penilaian sebagai evaluasi dari mutu pelayanan tersebut. Oleh karena itu perlu
dipahami mengenai penilaian mutu yang akan dibahas pada sub bab berikut ini.
4) BOR: 70-85%
5) BTO (Bed Turn Over): 5-45 hari atau 40-50 kali per satu tempat
tidur/tahun
c. Indikator mutu yang berkaitan dengan kepuasan pasien dapat diukur dengan
jumlah keluhan pasien/keluarganya, surat pembaca dikoran, surat kaleng, surat
masuk di kotak saran, dan lainnya.
d. Indikator cakupan pelayanan sebuah RS terdiri atas:
1) Jumlah dan presentase kunjungan rawat jalan/inap menurut jarak RS
dengan asal pasien.
7) Pemakaian obat
Menurut Nursalam (2014), ada enam indikator utama kualitas pelayanan kesehatan
di rumah sakit:
1) Keselamatan pasien (patient safety), yang meliputi: angka infeksi
nosokomial, angka kejadian pasien jatuh/kecelakaan, dekubitus, kesalahan
dalam pemberian obat, dan tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan
kesehatan
4) Perawatan diri
5) Kecemasan pasien
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Penilaian Mutu Pelayanan Keperawatan berupa Audit Struktur (Input, Proses
(Process), Hasil (Outcome). Dalam Manajemen Mutu dalam Pelayanan Keperawatan
terdapat Strategi Mutu Pelayanan Keperawatan, diantaranya Quality Assurance (Jaminan
Mutu), Total quality manajemen (TQM). Peran sebagai seorang pemimpin dalam
pelayanan kesehatan adalah menjadi model kepemimpinan yang berpusat pada prinsip
(principle centered leadership).
Dari permasalahan tersebut dapat dirumuskan yang menjadi penyebab dari
permasalahan tersebut adalah Perawat tidak bersikap baik terhadap pasien dan Kondisi
ruang rawat yang buruk. Maka dari itu untuk mengatasi penyebab permaslaahan tersebut
harus dilakukan penyelesaian alternatif, diantaranya untuk perawat tidak bersikap baik
terhadap pasien dapat dilakukan penyelesaian alternatif yaitu memberikan surat
peringatan dan dilakukan coaching oleh kepala ruangan, tapi dengan catatan tetap dalam
pengawasan, agar tidak terulang kembali. Sedangkan untuk Kondisi ruang rawat yang
buruk yang dapat dijadikan alternatife penyelesaiaan masalah adalah adalah
berkoordinasi dengan kepala ruangan agar menyampaikan keluhan pasien kepada pihak
manajemen rumah sakit terkait dengan terganggunya kenyamanan pasien berhubungan
dengan fasilitas yang kurang memadai.
3.2. Saran
Adapun saran yang diharapkan penulis kepada pembaca agar pembaca dapat mulai
menerapkan manajemen mutu di kehidupan sehari-hari. Mulai meningkatkan manajemen
mutu dan dapat menjaga kualitas mutu dengan sebaik mungkin. Terutama manajemen
mutu dalam pelayanan keperawatan yang diberikan kepada klien maupun pasien sehingga
dapat menjadi perawat yang professional.
DAFTAR PUSTAKA