Anda di halaman 1dari 16

KASUS MATERNITAS TGL 16 mei 2020

Nama : Wahyu nawangwulan

NIM : 19130

Kasus Ca cerviks

Seorang perempuan berusia 48 tahun dirawat disebuah rumah sakit dengan Ca Serviks. Klien mengeluh
banyak mengeluarkan darah pervaginam, klien mengatakan ini adalah perkawinan yang keempat. TD
130/90 mmHg, nadi 104 x/mnt, Suhu 36oC, RR 18x/mnt, Hb 7 gram%, Ht: leukosit 6000/mm3,
trombosit 230.000/mm3., klien menikah pada usia 20 tahun karena dijodohkan oleh kedua orang
tuanya, klien memiliki 12 orang anak dan semua anaknya hidup. TD 130/90 mmHg, nadi 104 x/mnt,
Suhu 36oC, RR 18x/mnt, Hb 7 gram%, Ht: leukosit 6000/mm3, trombosit 230.000/mm3

Pertanyaan :

1.Apa faktor pencetus dari kasus diatas

Jawab :

1. Perkawinan yang ke empat


2. Klien memiliki 12 orang anak dan semua anaknya hidup.

2. Dilihat dari keluhan ibu, ibu telah menderita ca cerviks stadium apa, dan sebu tkan tanda tanda

lainnya ?

Jawab : Kanker Serviks Stadium 3

Gejala kanker serviks stadium 3 sudah sangat jelas, yaitu berupa pendarahan

abnormal keputihan yang tidak biasa, dan nyeri panggul .


3. Bagaimana proses terjadinya ca cerviks pada kasus diatas?

Jawab:

Patofisiologi : Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi

yang tinggi . Waktuyang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu (KIS)

berkisar antara 1- 7 tahun sedangkan waktu yang diperlukan dari karsinoma insitu

menjadi invasif adalah 3 – 20tahun(TIM FKUI, 1992).Proses perkembangan kanker

serviks berlangsung lambat, diawali adanya

Perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia ini dapat muncul

bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat trauma mekanik

atau kimiawi, infeksi virusatau bakteri dan gangguan keseimbangan hormon. Dalam

jangka waktu 7 – 10 tahun perkembangan tersebut menjadi bentuk preinvasif

berkembang menjadi invasif pada

stromaserviks dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat

menimbulkan luka, pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis

serviks. Lesi dapat meluas keforniks, jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya

dapat menginvasi ke rektum dan atauvesika urinaria. Virus DNA ini menyerang epitel

permukaan serviks pada sel basal zonatransformasi, dibantu oleh faktor risiko lain

mengakibatkan perubahan gen pada molekul vitaly ang tidak dapat diperbaiki,menetap

dan kehilangan sifat serta kontrol pertumbuhan

sel normalsehingga terjadi keganasan.


4.Apa komplikasi yang akan timbul pada kasus diatas?

Jawab :

1 . Nyeri yang hebat akibat dari metastase

2 .Gagal ginjal

3. Pengumpalan darah
4. Perdarahan hebat
5. Keputihan abnormal
6. Fistula
7. Penyempitan vagina
8. Menapause dini

a. Menstruasi berhenti atau tidak teratur.


b.Kehilangan nafsu seksual.
c.Sensasi rasa panas dan berkeringat.
d .Berkeringat berlebihan di malam hari
e.Kehilangan kemampuan menahan buang air kecil (inkontinensia urin)
f .Penipisan tulang yang bisa menyebabkan osteoporosis atau tulang rapuh.

5. Buatlah asuhan keperawatan biopsikososial ?

Jawab :

1)      Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi

2)      Keletihan berhubungan dengan anemia dan pemberian kemoterapi.

3)      Gangguan citra tubuh berhubungan dengan keputihan, bau busuk, dampak

diagnosis kanker terhadap peran pasien dalam keluarga.

1)      Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi


Tujuan:
Potensial infeksi menurun dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
Intervensi :

1.  Pantau tanda vital setiap 4 jam atau lebih sering bila diperlukan.

2.  Tempatkan pasien pada lokasi yang tersedia.

3.  Bantu pasien dalam menjaga hygiene perorangan

4.  Anjurkan pasien beristirahat sesuai kebutuhan.

5.  Kolaborasi dalam pemeriksaan kultur dan pemberian antibiotika.

2) Keletihan berhubungan dengan anemia dan pemberian kemoterapi.

Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.

Intervensi:

1.  Kaji pola istirahat serta adanya keletihan pasien.

2.  Anjurkan kepada pasien untuk mempertahan pola istirahat atau tidur sebanyak

mungkin dengan diimbangi aktifitas.

3  Bantu pasien merencanakanaktifitas berdasarkan pola istirahat atau keletihan

yang dialami

4 . Anjurkan kepada klien untuk melakukan latihan ringan

5. Observasi kemampuan pasien dalam malakukan aktifitas.

3)  Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan keputihan, bau busuk, diagnosis kanker terhadap peran
pasien dalam keluarga.

Tujuan :
Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap perannya dan
mendemontrasikan kemampuan untuk menghadapi perubahan peran.

Intervensi :

1. Kontak dengan klien sering dan perlakukan klien dengan hangat dan sikap positif.

2. Berikan dorongan pada klien untuk mengekpresikan perasaan dan pikian tentang

kondisi, kemajuan, prognose, sisem pendukung dan pengobatan.

3. Berikan informasi yang dapat dipercaya dan klarifikasi setiap mispersepsi tentang

penyakitnya.

4.Bantu klien mengidentifikasi potensial kesempatan untuk hidup mandiri melewati hidup

dengan kanker, meliputi hubungan interpersonal, peningkatan pengetahuan, kekuatan

pribadi dan pengertian serta perkembangan spiritual dan moral.

5.Kaji respon negatif terhadap perubahan penampilan (menyangkal perubahan,

penurunan kemampuan merawat diri, isolasi sosial, penolakan untuk mendiskusikan

masa depan.

6 .Kolaborasi dengan tim kesehatan lain yang terkait untuk tindakan konseling secara

profesional.

     4) .Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.

4.  Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan
muntah.
Tujuan:
Masukan yang adekuat serta kalori yang mencukupi kebutuhan tubuh.
Intervensi:
1.Kaji adanya pantangan atau adanya alergi terhadap makanan tertentu.

2 .Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian menu yang sesuai dengan diet yang

ditentukan.

4. Pantau masukan makanan oleh klien.

5. Anjurkan agar membawa makanan dari rumah jika dipelukan dan sesuai dengan diet.

6. Lakukan perawatan mulut sebelum makan sesuai ketentuan.

Kasus Endometrososis

Seorang perempuan berusi 43 tahun terdiagnosa endometriosis, datang ke RS dengan keluhan nyeri
pada area perinium senjalar ke simpisis pubis dan pinggang, riwayat sudah menikah 8 tahun belum
punya anak, saatmenstruasi ibu sempat pingsan

Pertanyaan :

1. Apa faktor resiko timbulnya endometriosis?

Jawab :

 Tidak pernah melahirkan.


 Menstruasi terjadi pada usia dini.
 Menopause terjadi pada usia yang lebih lanjut.
 Mengalami siklus menstruasi yang pendek (yaitu kurang dari 27 hari)

 Memiliki kadar estrogen yang tinggi di dalam tubuh.paparan terhadap diethylstilbestrol di dalam
uterus,

 paparan berkepanjangan dengan estrogen endogen (misalnya, karena menarche dini, terlambat
menopause, atau obesitas),

 siklus menstruasi pendek,

 paparan terhadap bahan kimia yang mengganggu endokrin. 


2. Bagaiman proses terjadinya endometriosis?

Jawab :

Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu atau saudara
perempuan penderita endometriosis memiliki resiko lebih besar terkena penyakit seperti ini,
karena adanya gen abnormal yang diturunkan dalam tubuh wanita tersebut.

Gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan menoragia dapat mempengaruhi sistem hormonal
tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa gangguan seksresi estrogen dan progresteron
menyebabkan gangguan pertumbuhan sel endometrium. Sama halnya dengan pertumbuhan sel
endometrium biasa, sel-sel endometriosis seperti ini akan tumbuh seiring dengan peningkatan
kadar estrogen dan progresteron dalam tubuh.

Faktor penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan menyebabkan microorganism
masuk ke dalam tubuh. Mikroorganisme tersebut akan menghasilkan makrofag dan menyebabkan
respon imun tubuh menurun, dan menyebabkan faktor pertumbuhan sel-sel abnormal meningkat
seiring dengan peningkatan perkembangan sel abnormal. Jaringan endometrium tumbuh di luar
uterus, terdiri dari fragmen endometrial. Fragmen endometrial tersebut dilemparkan dari
infundibulum tuba falopii menuju ke ovarium yang akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena
itu, ovarium adalah bagian pertama dalam rongga pelvis yang dikenal dalam endometriosis.

Sel endometrial seperti ini dapat memasuki peredaran darah dan limpa, sehingga sel endometrial
seperti ini memiliki kesempatan buat mengikuti aliran regional tubuh dan menuju ke bagian tubuh
lainnya.

Dimanapun lokasi terdapatnya, endometrial ekstra uterin seperti ini dapat dipengaruhi oleh siklus
endokrin normal. Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin, maka pada saat estrogen dan
progresteron meningkat, jaringan endometrial seperti ini juga mengalami perkembangbiakan.
Pada saat terjadi perubahan, kadar estrogen dan progresteron lebih rendah atau berkurang.
Jaringan endometrial seperti ini akan menjadi nekrosis dan terjadi perdarahan di daerah pelvic.

Perdarahan di daerah pelvic seperti ini disebabkan karena iritasi peritoneum dan menyebabkan
nyeri saat menstruasi (dysmenorea). Setelah perdarahan, penggumpalan darah di pelvis akan
menyebabkan adhesi atau perlekatan di dinding dan permukaan pelvis. Hal seperti ini akan
menyebabkan nyeri, tidak hanya di pelvis tapi juga nyeri pada daerah permukaan terkait, nyeri
saat latihan, defekasi, BAK dan saat melakukan hubungan seks.

Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba falopii. Adhesi di uterus menyebabkan uterus
mengalami retroversi, sedangkan adhesi di tuba falopii menyebabkan gerakan spontan ujung-
ujung fimbriae buat membawa ovum ke uterus menjadi terhambat. Hal-hal inilah yang
menyebabkan terjadinya infertilisasi pada endometriosis.

Pada intinya, endometriosis berespon seperti endometrium normal, jadi ikut menebal, melepaskan
diri, dan sebagainya seperti selama siklus haid biasa, termasuk perdarahan. Pada ovarium, beruba
endometrium (kista yang dilapisi endometrium yang berfungsi). Bila berdarah ke dalam, isi kista
tampak berwarna coklat disebut kista coklat. Bila perdarahan ke luar akan timbul perlengketan-
perlengketan dalam rongga peritoneum.

Penyebab kondisi ini belum jelas, namun ada 2 teori yaitu menstruasi retrograd dan metaplasia.
Teori menstruasi retrograd mengatakan bahwa selama menstruasi ada endometrium yang
memasuki tuba uterine dan akhirnya masuk ke rongga pelvis. Teori metaplasia mengatakan
bahwa terdapat sisa epitel ambrional yang belum berdiferensiasi sampai menarke. Jaringan inilah
yang berespon terhadap estrogen dan progresteron sebagaimana endometrium.

 
3. Apa alasan kasus diatas melakukan hal tersebut ( pengkajian biopsikosoasial kutural)?

Jawab :

Karena ibu sudah menikah selama 8 thn ,dan belum di karuniani anak ,tapi di vonis menderita

Endometriosis ya tentunya akan menjadi beban psikologi bagi seorang istri ( seorang ibu )karena

Kemungkinan besar tidak ada harapan untuk mempunyai keturunan ,dan kecemasan bertambah

karena nyeri yang sangat hebat

4. Buat diagona prioritas dan tindakan yang perawat lakukan?

Jawab :

 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Prioritas

1. Nyeri akut berhubungan dengan peluruhan endometrium dan endometriosis saat


menstruasi.di tandai dengan nyeri pada area perinium senjalar ke simpisis pubis dan
pinggang,

2. Syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan massif pervaginam saat menstruasi.( di


tandai sering pingsan saat haid)

3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan infertile (sudah 8 thn menikah blum punya

anak)

Tindakan perawat adalah:

 Intervensi

1 .Nyeri akut berhubungan dengan peluruhan endometrium dan endometriosis saat menstruasi.di
tandai dengan nyeri pada area perinium senjalar ke simpisis pubis dan pinggang,
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan nyeri klien akan berkurang.
Kriteria evaluasi:

a .Klien mengatakan nyeri berkurang

b .Klien tidak memegang punggung, kepala atau daerah lainnya yang sakit, keringat

berkurang.

Intervensi :

1. Bantu pasien menemukan posisi nyaman.

2. Bantu untuk melakukan tindakan relaksasi, distraksi, massage.

3. Pantau/ catat karakteristik nyeri ( respon verbal, non verbal, dan respon

hemodinamik) klien.

4 .Kaji intensitas nyeri dengan menggunakan skala 0-10.

5 .Kolaborasi pemberian analgetik ( ibuprofen, naproksen, ponstan) dan Midol.

6 .Tunjukan sikap penerimaan respon nyeri klien dan akui nyeri yang klien rasakan

2 .Syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan massif per vaginam

saat menstruasi (di tandai sering pingsan saat haid)

Tujuan: Perdarahan tidak menyebabkan syok hipovolemik


Kriteria hasil:

a . Menunjukan perfusi yang adekuat

b .Sesuai dengan bukti tanda vital stabil

c .Pengisian kapiler baik

Intervensi:

1 .Anjurkan pada klien untuk bedrest

2 .Tinggikan kaki pasien (posisi shyok)

3 .Pantau tanda vital, palpasi nadi perifer


4 .Awasi pemeriksaan laboratorium, misalnya Hb/Ht dan jumlah SDM, GD

3 .Gangguan citra tubuh berhubungan dengan infertil (sudah 8 thn menikah blum punya

anak)

Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan citra diri klien akan meningkat.
Kriteria evaluasi:

1. Klien mengatakan tidak malu, merasa berguna, penampilan klien rapi,

2. Klien menunjukkan sikap menerima apa yang sedang terjadi.

Intervensi :

1 .Bina hubungan saling percaya dengan klien.

2 .Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan, pikiran, dan pandangan

tentang dirinya.

3 .Diskusikan dengan system pendukung klien tentang perlunya

menyampaikan nilai dan arti klien bagi mereka.

4 .Gali kekuatan dan sumber-sumber yang ada pada klien dan dukung

kekuatan tersebut sebagai aspek positif.

5 . Informasikan dan diskusikan dengan jujur dan terbuka tentang pilihan penanganan

gangguan menstruasi seperti ke klinik kewanitaan, dokter ahli kebidanan

Kasus mioma uteri

Seorang perempuan, umur 45 tahun, dirawat 2 hari di RS , diagnosa medis Myoma uteri. Pasien
mengeluh sakit di bagian abdomen bawah, nyeri seperti di tusuk-tusuk dan berlangsung 5 menit. Hasil
USG didapatkan mioma sudah mencapai 12 cm, hasil pengkajian pasien mengeluh masih keluar darah
dan nyeri pada abdomen kanan bawah, TD 110/60 mmHg, N : 100x/. saat ini ibu belum memiliki anak
setelah menikah 3 tahun. Klien mengeluh sering keluar bercak-bercak perdarahan di luar waktu
menstruasi.

Pertanyaan

1. Apa faktor pencetus dari kasus diatas ?

Jawab :

Faktor Risiko Mioma Uteri

Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko seseorang terserang mioma, antara lain:

1. Sudah berusia lebih dari 40 tahun.


2. Riwayat keluarga mengidap mioma.
3. Menstruasi pertama sebelum usia 10 tahun.
4. Belum pernah hamil sebelumnya (wanita yang sudah pernah memiliki anak cenderung lebih jarang

mengalami mioma).

5. Berat badan berlebih atau obesitas.


6. Diet tinggi konsumsi daging merah, tetapi rendah sayuran hijau.
7. Kebiasaan konsumsi minuman beralkohol.
8. Kebiasaan merokok.
9. Penggunaan alat kontrasepsi hormonal yang tinggi estrogen. 
10.Keturunan Afrika-Amerika mempunyai kemungkinan 2,9 kali lebih tinggi dibandingkan ras

Kaukasia.

2. Apa pemeriksaan fisik yang dilakukan perawat sebagai data obyektif?

A. Palpasi abdomen di dapatka massa atau tumor di abdomen bagian bawah

B. Pemeriksaan luar Teraba adanya ,massa tumordi abdomen bagian bawah serta pergerakan tumor

dapat terbatas atau bebas


3. Bagaimana proses terjadinya mioma uteri pada kasus diatas ?

Jawab :

Patofisiologi Mioma uteri Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil di dalam miometrium
dan lambat laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium terdesak menyusun semacam
pseudekapsula atau simpai semu yang mengelilingi tumor di dalam uterus mungkin terdapat satu
mioma, akan tetapi mioma biasanya banyak. Jika ada satu mioma yang tumbuh intramural dalam
korpus uteri maka korpus ini tampak bundar dan konstipasi padat. Bila terletak pada dinding depan
uterus, uterus mioma dapat menonjol ke depan sehingga menekan dan mendorong kandung kencing ke
atas sehingga sering menimbulkan keluhan ingin kencing atau miksi. Tetapi masalah akan timbul jika
terjadi: berkurangnya pemberian darah pada mioma uteri yang menyebabkan tumor membesar,
sehingga menimbulkan rasa nyeri dan mual. Selain itu masalah dapat timbul lagi jika terjadi perdarahan
abnormal pada uterus yang berlebihan sehingga terjadi anemia. Anemia ini bisa mengakibatkan
kelemahan fisik, kondisi tubuh lemah, sehingga kebutuhan perawatan diri tidak dapat terpenuhi. Selain
itu dengan perdarahan yang banyak bisa mengakibatkan seseorang mengalami kekurangan volume
cairan dan timbulnya resiko infeksi. Dan jika dilakukan operasi atau pembedahan maka akan terjadi
perlukaan sehingga dapat menimbulkan kerusakan jaringan integritas kulit.(Price, 2006)

4.Apa komplikasi yang akan timbul pada kasus diatas ?

Jawab :

 Anemia
Perdarahan berlebih yang diakibatkan oleh miom bisa menyebabkan seorang wanita menjadi
kurang darah atau anemi
 Mandul
Miom berukuran besar berpotensi menghalangi sel telur yang telah dibuahi untuk menempel
pada dinding rahim, atau menghalangi sel sperma untuk mencapai sel telur,
sehingga menyebabkan infertil  atau kemandulan.
 Masalah saat hamil
Miom, terutama yang berukuran besar, bisa mengganggu perkembangan janin dan menyulitkan
persalinan. Selain itu, janin juga rentan mengalami kelahiran prematur.
5Buat asuhan keperawatan biopsikososial ?

1.Nyeri akut berhubungan dengan nekrosis atau trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder
akibat tumor :

Tujuan : Klien dapat mengontrol nyeri

Intervensi:

1) Mengenali kapan nyeri terjadi

2) Menggambarkan faktor penyebab nyeri

3) Menggunakan tindakan pencegahan nyeri

4) Menggunakan tindakan pengurangan nyeri (nyeri) tanpa analgesik

5) Menggunakan analgesik yang direkomendasikan

6) Melaporkan perubahan terhadap

Gejala nyeri pada profesional kesehatan

7) Melaporkan gejalah yang tidak terkontrol pada profesional kesehatan

8) Menggunakan sumber daya yang tersedia untuk menangani nyeri

9 )Mengenali apa yang terkait dengan gejala nyeri

10) Melaporkan nyeri yang terkontrol

2..Resiko syok berhubungan dengan perdarahan

Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik dengan kriteria:

Intervensi:

1)Tanda vital dalam batas normal.

2) Tugor kulit baik.

3) Tidak ada sianosis.


4) Suhu kulit hangat.

5) Tidak ada diaporesis.

6) Membran mukosa kemerahan.

3.Resiko Infeksi berhubungan dengan penurunan imun tubuh sekunder akibat gangguan hematologis

Tujuan : mampu melakukan pencegahan infeksi secara mandiri, ditandai dengan kriteria hasil:

1) Kemerahan tidak ditemukan pada tubuh

2) Vesikel yang tidak mengeras permukaannya

3) Cairan tidak berbauk busuk

4) Piuria/nanah tidak ada dalam urin

5) Demam berkurang

6) Nyeri berkurang

7) Nafsu makan meningkat

4..Retensi urine berhubungan dengan penekanan oleh massa jaringan neoplasma pada organ sekitarnya,
gangguan sensorik motorik.

Tujuan :Eliminasi urine kembali normal

1) Pola eliminasi kembali normal

2) Bau urin tidak ada

3) Jumlah urin dalam batas normal

4) Warna urin normal

5) Intake cairan dalam batas normal

6) Nyeri saat kencing tidak ditemukan

4. Ancietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit


Tujuan : klien mengatakan cemas berkurang setelah mendapat edukasi

Intervensi:

1 Tenangkan kepada dan tingkat kecemasan klien

2.Bantu pasien untuk mengungkapkan hal-hal yg membuat cemas

3.Jelaskan prosedur dan tindakan yg akan di lakukan kepada klien yang muncul pada saat melakukan

tindakan

Anda mungkin juga menyukai