Anda di halaman 1dari 23

TUGAS MAKALAH

BASIC SKILL NURSING


ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6


1. JULIANNA Br MUNTHE
2. PRATIWI
3. PURWOHADI SANTOSO
4. RAHMALIA KOMARA
5. SRI YANI

AKADEMI KEPERAWATAN HERMINA MANGGALA HUSADA

2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa, kami dapat


menyelesaikan makalah asuhan keperawatan pada klien dengan kasus Congestive
Heart Failure (CHF). Makalah ini dibuat sebagai persyaratan bagi mahasiswa RPL
angkatan ke-Tiga dalam mata ajar Basic Skill Nursing. Besar harapan kami
kiranya asuhan keperawatan pada klien dengan kasus Congestive Heart Failure
(CHF) ini, walaupun masih jauh dari sempurna, baik secara kerangka penyusunan
maupun materi yang diangkat, dapat menjadi nilai tambah baik pengetahuan dan
wawasan tentang Congestive Heart Failure (CHF). Kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan, hingga dikemudian hari semakin sempurna
dalam menyusun asuhan keperawatan pada klien dengan kasus Congestive Heart
Failure (CHF) dan makalah seperti ini.

Jakarta Oktober 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………... 2
Daftar isi …………………………………………………………………… 3
Bab I Pendahuluan
1. Latar belakang …………………………………………………………. 4
2. Tujuan penulisan ………………………………………………………. 5
3. Manfaat penulisan ……………………………………………………... 6

Bab 2 Tinjauan Teori

Konsep Dasar Congestive Heart Failure (CHF)

A. Definisi …………………………………………………....................... 7
B. Etiologi ………………………………………………………………... 8
C. Patofisiologi …………………………………………………………… 10
D. Tanda dan gejala ………………………………………………………. 11
E. Komplikasi gagal jantung ……………………………………………... 14
F. Pemeriksaan diagnostik ………………………………………………... 14
G. Penatalaksanaan …………………………………………………………15

Bab 3 Pembahasan

Konsep dasar Asuhan Keperawatan klien dengan Gagal Jantung Kongestive


(GJK/CHF)

A. Asuhan Keperawatan Menurut Teori…………………………………… 16


B. Diagnosa Keperawatan …………………………………........................ 17
C. Perencanaan Keperawatan ……………………………………………... 18
D. Pelaksanaan Keperawatan ……………………...………......................... 19
E. Evaluasi Keperawatan …………………...……………………………... 19

Bab 4 Penutup
A. Kesimpulan ……………………………………………………………. 21
B. Saran …………………………………………………………………… 21

Daftar Pustaka ……………………………………………………………… 23

3
Bab 1
Pendahuluan
1. Latar Belakang

Masalah kesehatan yang berpengaruh terhadap sistem kardiovaskuler yang


menuntut asuhan keperawatan dapat dialami oleh orang pada berbagai tingkat
usia. Sistem kardivaskuler mencakup jantung, sikulasi / peredaran darah dan
keadaan darah, yang merupakan bagian tubuh yang sangat penting karena
merupakan pengatur dan yang menyalurkan O2 serta nutrisi ke seluruh tubuh, bila
salah satu organ tersebut mengalami gangguan terutama jantung, maka akan
mengganggu semua sistem tubuh. sampai saat ini gangguan jantung / pembuluh
darah terutama disebabkan infeksi, dan kesalahan dalam pola hidup sehari-hari
masih merupakan angka tertinggi. (hallonurse.com)

CHF adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh


tubuh (Ebbersole, Hess, 1998). Risiko CHF akan meningkat pada orang lanjut
usia(lansia) karena penurunan fungsi ventrikel akibat penuaan. CHF ini dapat
menjadi kronik apabila disertai dengan penyakit-penyakit seperti: hipertensi,
penyakit katub jantung, kardiomiopati, dan lain-lain. CHF juga dapat menjadi
kondisi akut dan berkembang secara tiba-tiba pada miokard infark.
(imapsikunja1.blogspot.com)

CHF (Congestive Heart Failure) merupakan salah satu masalah kesehatan


dalam system kardiovaskular, yang angka kejadiannya terus meningkat. Menurut
data dari WHO dilaporkan bahwa ada sekitar 3000 warga Amerika menderita
CHF. Menurut American Heart Association (AHA) tahun 2012 dilaporkan bahwa
ada 5,7 juta penduduk Amerika Serikat yang menderita gagal jantung (Padila,
2012). Penderita gagal jantung atau CHF di Indonesia pada tahun 2012 menurut
data dari Departemen Kesehatan mencapai 14.449 jiwa penderita yang menjalani
rawat inap di rumah sakit. Pada tahun 2012 di Jawa Tengah terdapat 520 penderita
CHF dan menjalani rawat inap. Selain itu, penyakit yang paling sering
memerlukan perawatan ulang di rumah sakit adalah gagal jantung (readmission),
walaupun pengobatan dengan rawat jalan telah diberikan secara optimal. Hal

4
serupa juga dibenarkan oleh Rubeinstein (2007) bahwa sekitar 44 % pasien
Medicare yang dirawat dengan diagnosis CHF akan dirawat kembali pada 6 bulan
kemudian. (imapsikunja1.blogspot.com)

Pada umumnya CHF diderita lansia yang berusia lebih dari 50 tahun, CHF
merupakan alasan yang paling umum bagi lansia untuk dirawat di rumah sakit
(usia 65 – 75 tahun mencapai persentase sekitar 75.2 % pasien yang dirawat
dengan CHF). Resiko kematian yang diakibatkan oleh CHF adalah sekitar 5-10
% per tahun pada kasus gagal jantung ringan, dan meningkat menjadi 30-40%
pada gagal jantung berat. Menurut penelitian, sebagian besar lansia yang
didiagnosis menderita CHF tidak dapat hidup lebih dari 5 tahun (Kowalak, 2011).

Data WHO menunjukkan 17 juta orang meninggal setiap tahunnya karena


penyakit jantung dan pembuluh darah di seluruh dunia. Terdapat 36 juta penduduk
atau sekitar 18% total penduduk Indonesia 80% diantaranya meninggal secara
mendadak setiap tahunnya dan 50% tidak menunjukkan gejala. Data di RS
Jantung dan Pembuluh Darah pasien penyakit jantung koroner baik rawat jalan
maupun rawat inap mengalami peningkatan 10% setiap tahunnya dan di AS 1,5
juta orang mengalami serangan jantung dan 478.000 orang meninggal karena
jantung koroner setiap tahunnya (Hediyani, 2012).

2. Tujuan Penulisan
 Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas Asuhan Keperawatan pada CHF mata ajar Basic Skill
Nursing.
 Tujuan Khusus

Yaitu agar pembaca mengetahui dan memahami tentang anatomi dan fisiologi
jantung, definisi CHF, etiologi CHF, Patofisiologi CHF, manifestasi klinik CHF,
Penatalaksanaan Medis, serta Asuhan Keperawatan yang harus di berikan kepada
klien dengan CHF.

5
3. Manfaat Penulisan
Kami berharap dari adanya penulisan makalah ini dapat memberikan manfaat
kebanyak pihak diantaranya:

1. Bagi penulis, memberikan gambaran mengenai Congestive Heart Failure


(CHF) secara umum maupun terperinci.
2. Bagi mahasiswa, dapat dimanfaatkan dan digunakan oleh teman-teman
sebagai bahan referensi terkait Congestive Heart Failure (CHF).
3. Pihak umum, sebagai bahan bacaan dan sebagai sumber informasi mengenai
Congestive Heart Failure (CHF).

6
Bab 2
Tinjauan Teori
KONSEP DASAR CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)

A. Definisi
Gagal jantung Kongsetif adalah ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
jaringan terhadap oksigen dan nutrient dikarenakan adanya kelainan fungsi
jantung yang berakibat jantung gagal memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau
disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri (Smeltzer & Bare, 2001)

Kegagalan jantung kongestif adalah suatu kegagalan dalam pemompaan


dimana cardiac output tidak mencukupi kebutuhan tresse tubuh, hal ini
mungkin terjadi sebagai akibat akhir dari gangguan jantung, pembuluh darah
atau kapasitas oksigen yang terbawa dalam darah yang mengakibatkan
jantung tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen pada berbagai organ (Ni
Luh Gede Yasmin, 1993).

Gagal jantung kongestif merupakan kondisi terminal pada banyak jenis


penyakit jantung, keadaan ini merupakan kondisi patologik ketika fungsi
jantung yang terganggu itu membuat jantung tidak mampu mempertahankan
curah jantung yang cukup untuk memenui kebutuhan metabolik tubuh. Gagal
jantung kongestif ditandai oleh berkurangnya curah jantung (forward failure),
penumpukan darah dalam sistem vena (backward failure) atau keduanya
(Mitchell, 2009. Buku Kedokteran: Jakarta)

Gagal jantung kongestif adalah gagal serambi kiri dan kanan dari jantung
yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk memberikan keluaran yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan dan menyebabkan terjadinya
kongestif pulmonal dan sistemik (Marilynn E Doenges, Hal 52)

7
B. Etiologi

Kelainan otot jantung Mekanisme yang mendasari terjadinya gagal


jantung kongestif meliputi gangguan kemampuan kontraktilitas jantung, yang
menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung normal. Tetapi
pada gagal jantung dengan masalah yang utama terjadi adalah kerusakan
serabut otot jantung, volume sekuncup berkurang dan curah jantung normal
masih dapat dipertahankan. Volume sekuncup adalah jumlah darah yang
dipompa pada setiap kontraksi tergantung pada tiga faktor (Brunner and
Suddarth, 2002) yaitu:

1. Preload adalah jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung


dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut otot
jantung.
2. Kontraktilitas mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi
padatingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut
jantung dan kadar kalsium.
3. Afterload mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan
untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan
oleh tekanan arteriol. Pada gagal jantung, jika salah satu atau lebih faktor
ini terganggu, maka curah jantung berkurang (Brunner and Suddarth
2002).

Gagal jantung kongestif juga dapat disebabkan oleh (nandanurse, 2013):

Kelainan otot jantung: gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan
otot jantung, disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang
mendasari penyebab kelainan fungsi otot mencakup ateriosklerosis koroner,
hipertensi arterial, dan penyakit degeneratif atau inflamasi (nandanurse, 2013)

1. Aterosklerosis coroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah
ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam
laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului
terjadinya gagal jantung. Peradangan dan penyakit miokardium

8
degeneratif berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi yang secara
langsung merusak serabut jantung menyebabkan kontraktilitas menurun
(nandanurse 2013).
2. Hipertensi Sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload)
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan
hipertrofi serabut otot jantung (nandanurse, 2013).
3. Peradangan dan penyakit myocardium degenerative
Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung
merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun
(nandanurse, 2013).
4. Penyakit jantung lain
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang
sebenarnya, yang secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme
biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung
(stenosis katup semiluner), ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah
(tamponade, pericardium, perikarditif konstriktif atau stenosis AV),
peningkatan mendadak after load (nandanurse, 2013).
5. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar factor yang berperan dalam perkembangan dan
beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme (misal: demam,
tirotoksikosis). Hipoksia dan anemi juga dapat menurunkan suplai oksigen
ke jantung. Asidosis respiratorik atau metabolic dan abnormalita
elektronik dapat menurunkan kontraktilitas jantung (nandanurse, 2013).

Grade gagal jantung menurut New York Heart Association, terbagi dalam
4 kelainan fungsional:
a. Timbul sesak pada aktifitas fisik berat
b. Timbul sesak pada aktifitas fisik sedang
c. Timbul sesak pada aktifitas fisik ringan
d. Timbul sesak pada aktifitas fisik sangat ringan / istirahat

9
C. Patofisiologi (Smeltzer, 2002)
1. Proses Perjalanan penyakit
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan
kontraktilitas jantung, yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari
curah jantung normal. Secara konsep curah jantung adalah fungsi frekuensi
jantung dan volume sekuncup.
Frekuensi jantung adalah fungsi system saraf otonom. Bila curah jantung
berkurang, system saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk
mempertahankan curah jantung.
Bila mekanisme kompensasi ini gagal untuk mempertahankan perfusi
jaringan yang memadai, maka volume sekuncup jantunglah yang harus
menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung.
Tetapi pada gagal jantung dengan masalah utama kerusakan dan kekakuan
serabut otot jantung, volume sekuncup berkurang dan curah jantung normal
masih dapat dipertahankan (Smeltzer, 2002)
Jantung yang normal dapat berespon terhadap peningkatan kebutuhan
metabolisme dengan menggunakan mekanisme kompensasi yang bervariasi
untuk mempertahankan kardiak output, yaitu meliputi:
a. Respon system saraf simpatis terhadap barroreseptor atau kemoreseptor
b. Pengencangan dan pelebaran otot jantung untuk menyesuaikan terhadap
peningkatan volume
c. Vaskontriksi arterirenal dan aktivasi system renninangiotensin
d. Respon terhadap serum sodium dan regulasi ADH dan reabsorbsi terhadap
cairan.
Kegagalan mekanisme kompensasi dapat dipercepat oleh adanya volume
darah sirkulasi yang dipompakan untuk melawan peningkatan resistensi
vaskuler oleh pengencangan jantung. Kecepatan jantung memperpendek
waktu pengisian ventrikel dari arteri coronaria. Menurunnya COP dan
menyebabkan oksigenasi yang tidak adekuat ke miokardium. Peningkatan
dinding akibat dilatasi menyebabkan peningkatan tuntutan oksigen dan
pembesaran jantung (hipertrophi) terutama pada jantung iskemik atau

10
kerusakan yang menyebabkan kegagalan mekanisme pemompaan (Muttaqin
arif, 2009).

D. Tanda dan Gejala (Smeltzer, 2002).


a. Gagal jantung kiri

Kongesti paru menonjol pada gagal Ventrikel kiri, karena ventrikel kiri
tidak mampu memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan tekanan
dalam sirkulasi menyebabkan cairan terdorong ke jaringan paru.
Manifestasi klinis yang dapat terjadi meliputi: Dyspnoe, ortopnea, batuk,
mudah lelah, takikardia, insomnia (Smeltzer, 2002)

1. Dyspnoe
Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli yang mengganggu
pertukaran gas. Dyspnoe bahkan dapat terjadi saat istirahat atau
dicetuskan oleh gerakan yang minimal atau sedang (Smeltzer, 2002).

2. Ortopnea
Kesulitan bernafas saat berbaring, beberapa pasien hanya mengalami
ortopnea pada malam hari, hali ini terjadi bila pasien, yang sebelumnya
duduk lama dengan posisi kaki dan tangan di bawah, pergi berbaring ke
tempat tidur.
Setelah beberapa jam cairan yang tertimbun diekstremitas yang
sebelumnya berada di bawah mulai diabsorbsi, dan ventrikel kiri yang
sudah terganggu, tidak mampu mengosongkan peningkatan volume
dengan adekuat. Akibatnya tekanan dalam sirkulasi paru meningkat dan
lebih lanjut, cairan berpindah ke alveoli (Smeltzer, 2002).

3) Batuk

Yang berhubungan dengan gagal ventrikel kiri bisa kering dan tidak
produktif, tetapi yang tersering adalah batuk basah, yaitu batuk yang
menghasilkan sputum yang berbusa dalam jumlah banyak, yang kadang
disertai bercak darah (Smeltzer, 2002).

11
4) Mudah lelah

Terjadi akibat curah jantung yang kurang menghambat jaringan dari


sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil
katabolisme. Juga terjadi akibat meningkatnya energi yang digunakan
untuk bernafas dan insomnia yang terjadia akibat distres pernafasan dan
batuk (Smeltzer, 2002).

5) Kegelisahan dan kecemasan

Terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan, stres akibat kesakitan


bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik.
Begitu terjadi kecemasan, terjadi juga dyspnoe, yang pada gilirannya
mempeberat kecemasan, menciptakan lingkaran setan (Smeltzer, 2002).

b. Gagal jantung kanan


bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti visera dan
jaringan perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu
mengosongkan volume darah dengan adekuat sehingga tidak dapat
mengakomodasi semua darah yang secara normal kembali dari sirkulasi
vena. Manifestasi klinis yang tampak dapat meliputi: Edeme ekstremitas
bawah, peningkatan berat badan, hepatomegaly, distensi vena leher,
asites, anoreksia, mual dan nokturia (Smeltzer, 2002).
1. Edema
Dimulai pada kaki dan tumit juga secara bertahap bertambah ke tungkai,
paha, dan akhirnya ke genetalia eksterna serta tubuh bagian bawah. Pitting
edema, adalah edema yang akan tetapi cekung bahkan setelah penekanan
ringan dengan ujung jari, baru jelas terlihat setelah terjadi retensi cairan
paling tidak sebanyak 4,5 kg (10 lb) (Smeltzer, 2002).
2. Hepatomegali
Serta adanya nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat
pembesaran vena di hepar. Bila proses ini berkembang maka tekanan
dalam pembuluh portal meningkat sehingga cairan terdorong keluar
rongga abdomen, suatu kondisi yang dinamakan asites. Pengumpulan

12
cairan dalam rongga abdomen ini dapat menyebabkan tekanan pada
diafragma dan disstres pernafasan (Smeltzer, 2002).
3. Anoreksia (hilangnya selera makan) dan mual
Terjadi akibat pembesaran vena dan stasis vena di dalam rongga abdomen
(Smeltzer, 2002).
4. Nokturia (rasa ingin kencing pada malam hari)
Terjadi karena perfusi renal didukung oleh posisi penderita pada saat
berbaring. Diuresis terjadi paling sering pada malam hari karena curah
jantung akan membaik dengan istirahat (Smeltzer, 2002).
5. Kelemahan yang menyertai gagal jantung sisi kanan
Disebabkan karena menurunnya curah jantung, gangguan sirkulasi, dan

pembuangan produk sampah katabolisme yang tidak adekuat dari jaringan

(Smeltzer, 2002).

c. Gagal jantung sisi kiri dan kanan

Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah.


Gagal ventrikel kiri paling paling sering mendahului gagal ventrikel
kanan. Gagal ventrikel kiri murni sinonim dengan edema paru paru akut.
Karena curah ventrikel berpasangan atau sikrom, maka kegagalan salah
satu ventrikel dapat mengakibatkan penurunan perfusi jaringan. Tetapi
manifestasi kongesti dapat berbeda tergantung pada kegagalan ventrikel
mana yang terjadi (Smeltzer, 2002).

d. Kegagalan ventrikel kanan versus ventrikel kiri

Kegagalan ventrikel kiri merupakan frekuensi tersering dari dua contoh


kegagalan jantung di mana hanya satu sisi jantung yang dipengaruhi.
Secara tipikal disebabkan oleh penyakit hipertensi, coronary artery disease
(CAD), dan penyakit katup jantung sisi kiri (mitral dan aorta) (Soeparman,
Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta,1999).

Kongesti pulmoner dan edema paru biasanya merupakan gejala segera


(onset) dari gagal jantung kiri. Gagal jantung kanan sering disebabkan

13
oleh gagal jantung kiri, gangguan katup trikuspidalis, atau pulmonal.
Hipertensi pulmoner juga mendukung berkembangnya gagal jantung
kanan, peningkatan kongesti atau bendungan vena sistemik, dan edema
perifer (Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI,
Jakarta,1999).

E. Komplikasi Gagal Jantung (hallonurse.com)


a. Efusi pleura: krn peningkatan tekanan kapiler pleura
b. Arritmia: pembesaran ruang jantung menyebabkan gangguan jalur
elektrik normal
c. Trombus ventrikel kiri: pembesaran ventrikel kiri dan penurunan curah
jantung meningkatkan kemungkinan pembentukan trombus
d. Hepatomegali: pada gagal ventrikel kanan, kongesti vena merusak sel
hepar, terjadi fibrosis dan sirhosis hepar.

F. Pemeriksaan Diagnostik (Muttaqin, Arif, 2009)

1. Foto toraks
Dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung, oedema atau efusi
pleura yang menegaskan diagnosa CHF.

2. EKG

Dapat mengungkapkan adanya tachicardi, hipertrofi bilikjantung dan


iskemi (jika disebabkan AMI), Ekokardiogram.

3. Pemeriksaan Laboratorium

Meliputi pemeriksaan Elektrolit serum yang mengungkapkan kadar


natrium yang rendah sehingga hasil hemodelusi darah dari adanya
kelebihan retensi air, K, Na, Cl, Ureum, gula darah.

4. Katerisasi jantung
Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal
jantung sisi kanan versus sisi kiri, dan stenosis katup atau insufiensi juga
mengkaji potensi arteri coroner.

14
5. Scan Jantung
Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan dinding.
6. Enzim Hepar
Meningkatakan dalam gagal/ kongesti hepar.

G. Penatalaksanaan (Muttaqin, Arif, 2009)


1. Terapi Non Farmakologis.
 Istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.
 Oksigenasi.
 Dukungan diit. Pembatasan natrium untuk mencegah, mengontrol atau
menghilangkan oedema.
2. Terapi Farmakologis:
 Glikosida jantung

 Digitalis
Meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantungdan memperlambat
frekuensi jantung. Efek yang dihasillkan: peningkatan curah jantung,
penurunan tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diurisi dan
mengurangi oedema.

 Terapi diuretic
Diberikan untuk memacu ekskresi natrium dan air melaluiginjal.
Penggunaan harus hati-hati karena efek samping hiponatremia dan
hipokalemia.
 Terapi vasodilator
Obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadasi tekanan
terhadap penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki
pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena sehingga
tekanan pengisian ventrikel kiri dapat diturunkan.

15
Bab 3

Pembahasan

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN

DENGAN GAGAL JANTUNG KONGESTIF (CHF)

A. Asuhan Keperawatan Menurut Teori


1. Pengkajian Primer. (Muttaqin, Arif, 2009)
a. Airway :
Batuk dengan atau tanpa sputum, penggunaan bantuan otot
pernafasan, oksigen, dll.
b. Breathing :
Dispnea saat aktifitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa
bantal.
c. Circulation :
Riwayat HT IM akut, GJK sebelumnya, penyakit katub jantung,
anemia, syok dll. Tekanan darah, nadi, frekuensi jantung, irama
jantung, nadi apical, bunyi jantung S3, gallop, nadi perifer berkurang,
perubahan dalam denyutan nadijuguralis, warna kulit, kebiruan
punggung, kuku pucat atau sianosis, hepar ada pembesaran, bunyi
nafas krakles atauronchi, oedema.

2. Pengkajian Sekunder (Muttaqin, Arif, 2009).


a. Aktivitas atau Istirahat

Gejala: Keletihan atau kelelahan terus menerus sepanjang hari,


insomnia, nyeri dada dengan aktivitas, dispnea pada istirahat atau
pada pengarahan tanaga

Tanda: Gelisah, perubahan status mental, misalnya tanda vital


berubah pada saat aktivitas

16
b. Integritas Ego

Gejala: Ansietas, khawatir, takut, stres yang berhubungan dengan


penyakit atau keprihatinan financial (pekerjaan, biaya perawat
medis)

Tanda: Berbagai manifestasi perilaku, misalnya ansiietas,


ketakutan dan mudah tersingung

c. Eliminasi

Gejala: Penurunan berkemih, urine berwarna gelap, berkemih


malam hari (nokturia), diare atau konstipasi

d. Makanan atau cairan

Gejala: Kehilangan nafsu makan, mual atau muntah, penambahan


berat badan signifikan, pembengkakakn pada ekstremitas bawah,
pakaian atau sepatu terasa sesak, diet tinggi garam atau makanan
yang telah dip roses, lemak, gula, dan kafein, penggunaan diuretic.

Tanda: Penambahan berat badan cepat, distensi abdomen (asites)


edema

e. Hygiene

Gejala: Keletihan atau kelemahan, kelelahan selama aktivitas


perawatan diri

Tanda: Penampilan menandakan kelainan personal

B. Diagnosa Keperawatan (Muttaqin, Arif, 2009).


a. Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan menurunnya curah
jantung, hipoksemiajaringan, asidosis, thrombus atauemboli.
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan
secret.

17
c. Kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan dengan
penurunan perfusi ginjal, peningkatan natrium / retensi air.
d. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan volume paru,
hepatomegali, splenomegali.

C. Perencanaan Keperawatan (Muttaqin, Arif, 2009)


a. Diagnosa: Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan
menurunnya curah jantung, hipoksemiajaringan, asidosis, thrombus
atau emboli.
Intervensi:
 Monitor frekuensi dan irama jantung
 Observasi perubahan status mental
 Observasi warna dan suhu kulit/membran mukosa
 Ukur keluaran urin dan catat berat jenisnya
 Kolaborasi: berikan cairan IV sesuai indikasi
 Pantau pemeriksaan diagnostik dan lab. Missal EKG, elektrolit,
GDA (PaO2, PaCO2 dan saturasi O2), dan pemeriksaan oksigen.
b. Diagnosa: Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
penumpukan secret.
Intervensi:
 Catat frekuensi & kedalaman pernafasan, penggunaan ototBantu
pernafasan.
 Auskultasi paru untuk mengetahui penurunan/tidak adanya bunyi
nafas dan adanya bunyi tambahan missal krakles, ronchi
 Lakukan tindakan untuk memperbaiki/mempertahankan jalan
nafas misal batuk, penghisapan lender
 Tinggikan kepala / tempat tidur sesuai kebutuhan / toleransi pasien
c. Diagnosa: Kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan
dengan penurunan perfusi ginjal, peningkatan natrium / retensi air,
peningkatan tekanan hidrostatik atau penurunan protein
Intervensi:

18
 Masukan/keluaran, catat penurunan, pengeluaran, sifat
konsentrasi, hitung keseimbangan cairan
 Observasi adanya oedema dependen
 Timbang BB tiap hari
 Pertahankan masukan cairan 2000 ml/24 jam dalam toleransi
kardiovaskuler
 Kolaborasi: pemberian diit rendah natrium, berikan diuretic
d. Diagnosa: Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan
volume paru
Intervensi:
 Monitor kedalaman pernafasan, frekuensi dan kespansi dada
 Catat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot Bantu nafas
 Auskultasi bunyi nafas dan catat bila ada bunyi nafas tambahan
 Tinggikan kepala dan Bantu untuk mencapai posisi yang
senyaman mungkin
 Kolaborasi pemberian oksigen dan pemeriksaan GDA

D. Pelaksanaan Keperawatan (Muttaqin, Arif, 2009).

Pelaksanaan keperawatan adalah tindakan keperawatan yang disesuaikan


dengan rencana tindakan keperawatan yang telah disusun dan disesuaikan
dengan kondisi klien. Pelaksanaan pada klien dengan CHF antara lain
meningkatkan cardiac output, memandirikan klien untuk melakukan
aktifitas, mengotrol keseimbangan cairan, mencegah terjadinya gangguan
pertukaran gas, mencegah terjadinya kerusakan integritas kulit,
memberikan informasi tentang kondisi dan program pengobatan.

E. Evaluasi Keperawatan (Muttaqin, Arif, 2009).

Evaluasi keperawatan adalah proses membandingkan efek atau hasil suatu


tindakan keperawatan dengan normal atau kriteria tujuan yang sudah
dibuat merupakan tahap akhir dari proses keperawatan evaluasi terdiri
dari:

19
a) Evaluasi Formatif: Hasil observasi dan analisa perawat terhadap
respon segera pada saat dan setelah dilakukan tindakan keperawatan.
b) Evaluasi Sumatif: Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan
analisa status kesehatan sesuai waktu pada tujuan ditulis pada catatan
perkembangan.

Sedangkan evaluasi keperawatan yang diharapkan pada klien dengan


CHF yaitu :

a) Tidak terjadi penurunan cardiac output


b) Mampu melakukan aktifitas secara mandiri
c) Tidak terjadi gangguan keseimbangan cairan
d) Tidak terjadi gangguan pertukaran gas
e) Tidak terjadi kerusakan integritas kulit
f) Memahami tentang kondisi dan program pengobatan

20
Bab 4

Penutup

A. Kesimpulan

CHF adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh


(Ebbersole, Hess, 1998). Risiko CHF akan meningkat pada orang lanjut
usia(lansia) karena penurunan fungsi ventrikel akibat penuaan. CHF ini dapat
menjadi kronik apabila disertai dengan penyakit-penyakit seperti: hipertensi,
penyakit katub jantung, kardiomiopati, dan lain-lain. CHF juga dapat menjadi
kondisi akut dan berkembang secara tiba-tiba pada miokard infark.

Diagnosa yang muncul menurut teori, yaitu:

a. Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan menurunnya curah jantung,


hipoksemiajaringan, asidosis, thrombus atauemboli.
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret.
c. Kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan dengan penurunan
perfusi ginjal, peningkatan natrium / retensi air.
d. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan volume paru,
hepatomegali, splenomegali.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Pada perawat

Diharapkan dapat meningkatkan penetahuan dalam pelaksanaan asuhan


keperawatan pada klien dengan gagal jantung kongestif sehingga asuhan
keperwatan yang diberikan dapat lebih baik.

2. Pada mahasiswa

21
Diharapkan dapat melaksanakan tehnik komunikasi terapeutik agar kualitas
pengumpulan data dapat lebih baik sehingga dapat melaksanakan asuhan
keperawatan dengan baik.

22
DAFTAR PUSTAKA

 Doenges, Marilyn C, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedomanuntuk


perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3 Jakarta:
EGC, 1999.
 Hudak, Gallo, Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Edisi IV, Jakarta,
EGC: 1997.
 Price, Sylvia, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses–Proses Penyakit, Edisi
4, Jakarta: EGC, 1999.
 Smeltzer, Bare, Buku Ajar keperawatan Medical Bedah, Bruner
&Suddart, Edisi 8, Jakarta, EGC, 2001.
 http://academia.edu/9481663/AS_KEP_PASIEN_DENGAN_CHF
 Muttaqin, Arif. (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika
 Smeltzer, Bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Bruner &
Suddart. Edisi 8. Jakarta: EGC, 2002.
 Soeparman. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I dan II, Balai Penerbit FKUI,
Jakarta, 1999
 http://academia.edu/9997690/GADAR_KLIEN_DENGAN_CHF
 http://hallonurse.com/asuhan-keperawatan-pada-pasien-chf

23

Anda mungkin juga menyukai