Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH BIOMEKANIK SENDI LUMABAL

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Terapi Manual

Dosen pengampu,

Di susun oleh : KELOMPOK 1 RPS 13 MANUAL TERAPI

1. AHMAD SIDIK MUTAQIN


2. AHMAD SOPIAN SYORI
3. ANDRI MUSTOPA
4. TEGUH SUSANTO

PROGRAM STUDI ALIH JENJANG DIPLOMA IV FISIOTERAPI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA III

TAHUN AJARAN 2020/2021


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nyeri punggung bawah atau low back pain adalah nyeri pada punggung bagian bawah
yang biasanya disebabkan karena cedera pada otot (tegang) atau ligamen (keseleo).  Low back
pain (LBP) merupakan kasus yang sering ditemukan di rehabilitasi medis. Gejala low back pain
(LBP) sering menimbulkan gangguan kesehatan dan produktivitas. Salah satu kelainan yang
terjadi pada struktur tulang belakang adalah low back pain.

Salah satu gangguan yang sering dialami saat bekerja adalah nyeri punggung bawah.
Nyeri punggung bawah atau low back pain merupakan keluhan yang sering dijumpai. Penduduk
di Negara maju maupun berkembang 80% pernah menderita nyeri punggung bawah. Sebanyak
45% setiap tahunnya orang dewasa menderita nyeri punggung bawah. Di Jawa Tengah
diperkirakan 40% penduduk berusia di atas 65 tahun pernah menderita nyeri punggung dan
prevalensinya pada laki-laki 18,2% dan pada wanita sebanyak 13,6%. (2009)

Low bak pain (LBP) dapat menimbulkan gangguan berupa Impairment, seperti nyeri
tekan, nyeri gerak, stiffness, keterbatasan lingkup gerak sendi, serta paresthesia yang terasa
sampai ke kaki. Functional limitation seperti membungkuk, bangun dari tidur, berdiri dan
berjalan. Partisipation Restriction yaitu keterbatasan dalam aktivitas sehari-hari, keterbatasan
dalam pekerjaan, keterbatasan dalam berolahraga dan keterbatasan rekreasi. Pada kondisi seperti
ini dapat ditangani dengan melakukan fisioterapi.

Dalam Permenkes No. 65 pasal 1 tahun 2015 menyatakan bahwa fisioterapi adalah
bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan/atau kelompok untuk
mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentang
kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik,
elektroterapeutis, dan mekanis) pelatihan fungsi, dan komunikasi. Dalam hal ini, fisioterapis
berperan untuk memulihkan keadaan seseorang pada kondisi low back pain.
Intervensi fisioterapi yang diterapkan pada kondisi spondyloarthrosis adalah dengan
terapi manipulasi tulang belang. Dalam jurnal “Cost Analysis Related To Dose-Response Of
Spinal Manipulative Therapy For Chronic Low Back Pain: Outcomes From A Randomized
Controlled Trial”. Dijelaskan bahwa terjadi perbedaan signifikan dalam penurunan nyeri, dan
perubahan peningkatan fungsional, sehingga bisa menjadi referensi evidence based dalam
menerapkan intervensi terapi manipulasi cervical.

BIOMEKANIKA

Menurut Frankel dan Nordin pada tahun 1980 Biomekanika merupakan ilmu mekanika
teknik untuk analisa sistem kerangka otot manusia. (Chaffin, 1991) secara umum mendefinisikan
biomekanika, yaitu: Biomekanika menggunakan konsep fisika dan teknik untuk menjelaskan
gerakan pada bermacam-macam bagian tubuh dan gaya yang bekerja pada bagian tubuh pada
aktivitas sehari-hari. Kajian biomekanik dapat dilihat dalam dua perspektif, yaitu kinematika
yang lebih menjurus pada karakteristik gerakan yaitu meneliti gerakan dari segi ruangan yang
digunakan dalam waktu yang bersifat sementara tanpa melihat gaya yang menyebabkan gerakan.
Studi kinematika menjelaskan gerakan yang menyebabkan berapa cepat obyek bergerak, berapa
ketinggiannya atau berapa jauh obyek menjangkau jarak. Posisi, kecepatan dan percepatan
tersebut merupakan studi kinematika. Kajian kinetika menjelaskan tentang gaya yang bekerja
pada satu sistem, misalnya tubuh manusia. Kajian gerakan kinetika menjelaskan gaya yang
menyebabkan gerakan. Dibandingkan dengan kajian kinematika, kajian kinetika lebih sulit untuk
diamati, pada kajian kinetik yang terlihat adalah akibat dari gaya. Jadi, Biomekanika adalah
disiplin sumber ilmu yang mengintegrasikan faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan manusia,
yang diambil dari pengetahuan dasar fisika, matematika, kimia, fisiologi, anatomi dan konsep
rekayasa untuk menganalisa gaya yang terjadi pada tubuh. Hukum Newton Hubungan
fundamental pada mekanika klasik tercakup dalam hukum tentang gerak yang dikemukakan oleh
Isaac Newton, seorang ilmuwan Inggris.
Ada 3 hukum dasar biomekanika,yaitu :

Hukum Newton I

“Sebuah benda terus berada pada keadaan awalnya yang diam atau bergerak dengan kecepatan
konstan kecuali benda itu dipengaruhi oleh gaya yang tak seimbang, atau gaya luar neto”.

Secara sederhana Hukum Newton I mengatakan bahwa perecepatan benda nol jika gaya total
(gaya resultan) yang bekerja pada benda sama dengan nol.
Secara matematis dapat ditulis :

F neto = 0

Tubuh yang diam akan tetap diam, dan tubuh yang bergerak akan tetap bergerak dalam
kecepatan yang konstan, kecuali dipengaruhi oleh gaya yang tidak seimbang.

Contoh I : Jika seseorang berada dalam bus yang berjalan dan tiba-tiba mengerem, mungkin
orang tersebut bisa terpelanting, padahal itu adalah inersia yang menyebabkan ke depan berlanjut
walau bus telah berhanti.

Cedera benturan disebabkan kecenderungan kepala manusia untuk mematuhi hukum tersebut.
Jika ada gaya sentakan dari belakang, badan akan tersentak keras ke depan karena ia berkontak
dengan tempat duduknya. Namun kepala cenderung tidak bergerak dan tersentak dalam posisi
yang menjulur (ekstensi). Karena kepala melekat pada badan, maka kepala akan terbentur
dengan keras ke depan menyebabkan kerusakan pada vertebra serviks.

Contoh II :Cedera dalam tinju atau football yang mengakibatkan kerusakan otak terjadi dalam
proses serupa.
Hukum Newton II

“Apabila ada gaya yang bekerja pada suatu benda maka benda akan mengatur percepatan yang
arahnya sama dengan arah gaya “.
Newton I digunakan untuk mengukur suatu pengamatan.
percepatan sebuah benda (a) berbanding terbalik dengan massanya (m) dan sebanding dengan
gaya neto (F) yang bekerja padanya.
Maka hubungan gaya (F) dan percepatan oleh Newton dirumuskan :
F = m. a
Ket :
m : massa benda atau massa inisial (m : 1 kg massa )
a : percepatan 1 mS-2
F : 1 kg mS-2 = 1 N

Percobaan I :

Bayangkan anda mendorong sebuah benda yang gaya F dilantai yang licin sekali sehingga benda
itu bergerak dengan percepatan a. Menurut hasil percobaan, jika gayanya diperbesar 2 kali
ternyata percepatannya menjadi 2 kali lebih besar. Demikian juga jika gaya diperbesar 3 kali
percepatannya menjadi 3 kali lebih besar.
Kesimpulan : bahwa percepatan sebanding dengan resultan gaya yang bekerja.

Percobaan II :

Kali ini massa bendanya divariasi tetapi gayanya dipertahankan tetap sama. Jika massa benda
diperbesar 2 kali, ternyata percepatannya menjadi ½ kali. Kita bisa simpulkan bahwa percepatan
suatu benda berbanding terbalik dengan massa benda itu.

Massa adalah sifat intrinsik dari sebuah benda yang menyatakan resistensinya terhadap
percepatan. Massa sebuah benda dapat dibandingkan dengan massa benda lain dengan
menggunakan gaya yang sama pada masing-masing benda dan dengan mengukur percepatannya.
Dengan demikian rasio massa benda-benda itu sama dengan kebalikan rasio percepatan benda-
benda itu yang dihasilkan oleh gaya yang sama :

m = F/m

Massa sebuah benda tidak tergantung pada lokasi benda.


Contoh :
Seorang tenaga medis yang kesulitan memindahkan troli yang berat, mungkin akan meminta
bantuan teman sejawatnya, untuk menghasilkan gaya yang lebih besar, sehingga pergerakan troli
dari keadaan diam menjadi bergerak (percepatan) yang dihasilkannya lebih besar atau troli lebih
mudah dipindahkan.

Hukum Newton III

Gaya-gaya selalu terjadi berpasangan. Jika benda A, mengerjakan sebuah gaya pada benda B,
gaya yang sama besar dan berlawanan arah dikerjakan oleh benda B pada benda A.

F aksi = F reaksi
F aksi = gaya yang bekerja pada benda
F reaksi = gaya reaksi benda akibat gaya aksi
Hukum ketiga menyatakan bahwa “tidak ada gaya timbul di alam semesta ini, tanpa keberadaan
gaya lain yang sama dan berlawanan dengan gaya itu” .
Jika sebuah gaya bekerja pada sebuah benda (aksi) maka benda itu akan mengerjakan gaya yang
sama besar namun berlawanan arah (reaksi). Dengan kata lain gaya selalu muncul berpasangan.
Tidak pernah ada gaya yang muncul sendirian.

Contoh :
Saat berjalan, hentakan kaki atau sepatu ke permukaan lantai biasanya mengartikan bahwa orang
tersebut menekankan kakinya ke permukaan lantai dengan gaya reaksi bumi yang sama melalui
lantai pada kaki tersebut.

Jenis-jenis Gaya :

1. Gaya Berat

Berat sebuah benda adalah gaya tarikan gravitasi antara benda dan bumi. Gaya ini sebanding
dengan massa m benda itu dan medan gravitasi yang juga sama dengan percepatan gravitasi jatuh
bebas :
Berat benda sifat intrinsik benda.Berat bergantung pada lokasi benda, karena g bergantung pada
lokasi. Gaya berat selalu tegak lurus kebawah dimana pun posisi benda diletakkan, apakah
dibidang horisontal, vertikal ataupun bidang miring.
2. Gaya Normal

Gaya normal adalah gaya yang bekerja pada bidang sentuh antara dua prmukaan yang
bersentuhan dan arahnya selalu tegak lurus bidang sentuh.

3. Gaya Gesek

“Bila dua benda dalam keadaan bersentuhan, maka keduanya dapat saling mengerjakan gaya
gesekan”.
Gaya-gaya gesekan itu sejajar dengan permukaan benda-benda di titik persentuhan.
Gaya gesek (friksi) sangat penting dalam kehidupan keseharian terutama tubuh.
Salah satu fungsi yang sangat penting dari kantong perikardial yang menyelubungi jantung :

• untuk menampung cairan perikardial yang menjaga agar membran tetap terpisah dan tidak
saling bergesekan akibat friksi yang berasal dari dentuman jantung.
• Cairan sinovial mengurangi friksi dengan cara bertindak sebagai pelumas atau penurun friksi
antara ujung-ujung tulang yang dilapisi kartilago pada sendi sinovial, mis: sendi lutut.

GAYA-GAYA PADA TUBUH MANUSIA

Gaya adalah tarikan atau dorongan yang menyebabkan terjadinya perubahan suatu benda.
Gaya juga dapat di definisikan, bahwa apapun yang dapat menyebabkan sebuah benda bermassa
mengalami percepatan. Pergerakan pada tubuh terjadi karena adanya gaya yang bekerja. Ada
gaya yang bekerja pada tubuh dan gaya yang bekerja di dalam tubuh.Gaya pada tubuh
Contohnya : gaya berat tubuh.Gaya dalam tubuh seringkali tidak disadari ,contohnya : Gaya otot
jantung, gaya otot paru-paru.

Gaya pada tubuh ada 2 tipe :


1. Gaya pada tubuh dalam keadaan statis
2. Gaya pada tubuh dalam keadaan dinamis
1. Gaya Pada Tubuh Dalam Keadaan Statis
Gaya-gaya yang di kenakan kepada batang-batang mekanisme mesin selalu di kalikan dengan
operasional mesin. Berarti gaya tersebut berada dalam domain operasional spesifik yaitu doman
waktu.
“Bila gaya selama domain waktu tertentu bisa (magnitude) dan arah vektornya tetap konstan
adalah gaya statis”
Gaya statis terjadi memang beban yang dikenakan besarnya tetap sepanjang waktu. Dalam hal ini
massa konstan, dan percepatan adalah merupakan gradien percepatan terhadap waktu. Untuk
kondisi statis berarti diam atau kecepatan Nol (0).
Statis :
Tubuh dalam keadaan setimbang, jumlah gaya dan momen gaya yang ada sama dengan nol.

Ada 3 kelas sistem pengumpil :

a. Kelas pertama
Titik tumpuan terletak diantara gaya berat dan otot
Contoh : kepala dan leher
b. Kelas kedua
Gaya berat diantara titik tumpu dan gaya otot.
Contoh : tumit menjinjit
c. Kelas ketiga
Gaya otot terletak diantara titik tumpuan dan gaya berat.
Contoh : otot lengan

2. Gaya Pada Tubuh Dalam Keadaan Dinamis


“Bila gaya besar atau arah vektornya berubah terhadap waktu merupakan gaya-gaya dinamis”.
Gaya pada tubuh dalam keadaan dinamis adalah kemampuan untuk mempertahankan
kesetimbangan ketika bergerak. Untuk harga yang konstan, maka gaya saat akhir domain waktu :
gaya adalah aksi atau agen yang menyebabkan benda bermassa bergerak dipercepat.
Kesetimbangan merupakan interaksi yang kompleks dari integrasi/interaksi sistem sensorik
(vestibular, visual, dan somatosensorik termasuk proprioceptor) dan muskuloskeletal (otot, sendi,
dan jar lunak lain) yang dimodifikasi/ diatur dalam otak (kontrol motorik, sensorik, basal
ganglia, cerebellum, area asosiasi) sebagai respon terhadap perubahan kondisi internal dan
eksternal. Dipengaruhi oleh beberapa faktor lain seperti, usia, motivasi, kognisi, lingkungan,
kelelahan, pengaruh obat dan pengalaman terdahulu.

BIOMEKANIK SPINE

Sistem muskuloskeletal batang tubuh terdiri dari spine (tulang belakang), tulang iga, pelvis dan
fasia serta otot-otot yang terkait. Spine terdiri dari 24 semirigid presacral vertebra yang
dipisahkan oleh diskus interveretebra yang relatif fleksibel, bersama 7 ligamen intervertebra
yang  terbentang pada setiap set vertebra, dan 2 sendi sinovial pada setiap vertebra yang disebut
sebagai zygapofiseal atau sendi facet. Spine dibagi menjadi 4 regio : servikal, thoraks, lumbal
dan sakral. Sakral-coccyx  dibentuk oleh 9 vertebra yang terfusi menjadi satu tulang yang
berartikulasi dengan dua tulang ilium (innominate bones) untuk membentuk pelvis.

Tulang dan Sendi

Vertebra

Segmen atas vetebra Cervikalis


Struktur C-1 dan C-2 sangat spesial karena memfasilitasi ruang gerakan yang luas bagi
kepala. Vertebra C-1 yang menopang kepala adalah tulang yang berbentuk cincin yang memiliki
sendi facet superior yang baik. Dens merupakan sentrum C-2, memanjang secara vertikal dan
membentuk aksis longitudinal dengan C-1 dan rotasi kepala. Gerakan sekitar aksis ini ditopang
oleh ligamen transversus dan ligamen odontoid yang kuat dan sendi facet occiput-C1 dan C1-2.

Diskus Intervetebralis

Diskus intervertebralis merupakan struktur avaskukar terbesar di tubuh manusia, berperan


sebagai pembatas yang fleksibel antar vertebra dan menahan beban kompresi yang disebabkan
oleh gravitasi dan kekuatan otot. Diskus normal bersifat seperti sebuah dinding yang tebal yang
dibentuk oleh anulus berisi cairan bertekanan. Diskus terdiri dari dua regio yakni nukleus
pulposus bagian dalam dan anulus fibrosus. Ketika beban aksial melewati diskus, kekuatan
eksternal tersebut akan ditahan oleh beberapa mekanisme antara lain peningkatan tekanan
nukleus. Ketika diskus dalam keadaan steady state hidrasi, tekanan osmotik dibangun oleh
hydrated proteoglikan yang ada di dalam nukleus dan membuat keseimbangan dengan stres yang
terjadi. Jika intensitas stres semakin meningkat, air akan didorong keluar dari diskus sampai
steady state tercapai. Jika stres menurun maka diskus akan mengalami rehidrasi kembali. Nutrisi
diskus berasal dari difusi pembuluh darah yang ada di sekitar anulus dan melalui kapiler dasar
yang berdekatan dengan kartilago end plate. 

Vertebra Lumbal

Vertebra lumbal merupakan struktur yang paling banyak menerima beban pada sistem
skeletal. Vertebra lumbal adalah vertebra yang memiliki ukuran yang besar, prosesus spinosus
yang lebar dan prosesus transversus kecil yang mengarah ke posterior atas dan lateral. Memiliki
diskus yang tebal seperti pada regio servikal diskus vertebra lumbal lebih tebal pada bagian
ventral dibandingkan bagian dorsal
Gambar Vertebra lumbal (A) tampak dari lateral (B) tampak dari atas (Magee, 2006)

Sendi facet pada regio lumbal berada pada bidang sagital, sendi facet berada pada sudut
90⁰ bidang transversal pada 45⁰ terhadap bidang frontal (Gambar ). Facet superior menghadap
ke medial dan facet inferior menghadap lateral. Hal tersebut berubah pada sambungan
lumbosakral, dimana sendi facet bergerak ke bidang frontal dan facet inferior pada L5
menghadap ke depan. Perubahan orientasi ini menjaga vertebra agar tidak slide pada sakrum.
Gambar Ligamen pada vertebra (A) Nampak dari lateral (B) Nampak dari atas (Lippert, 2011)

Regio lumbal didukung oleh ligamen-ligamen yang berada di sepanjang tulang belakang
dan oleh ligamen iliolumbal. Struktur penting yang lain adalah fasia torakolumbal, yang berada
pada sakrum dan puncak iliaka sampai pada toraks. Fasia ini memberikan tahanan dan dukungan
pada gerakan fleksi penuh vertebra. Tegangan elastis pada fasia ini juga dapat membantu ketika
mengawali gerakan ekstensi vertebra. Lingkup gerak sendi pada regio lumbal adalah paling luas
pada gerakan fleksi dan ekstensi, mempunyai rentang dari 8⁰ sampai 20⁰ pada beberapa bagian
vertebra. Fleksi lateral memiliki keterbatasan pada beberapa bagian tulang belakang mempunyai
rentang 3⁰ sampai 6⁰, dan vertebra lumbal memilik rentang rotasi yang sangat kecil (1⁰ sampai
2⁰) pada setiap bagian vertebra lumbal . Namun lingkup gerak sendi pada seluruh regio vertebra
lumbal mempunyai rentang 52⁰ sampai 59⁰ pada fleksi, 15⁰ sampai 37⁰ untuk ekstensi, 14⁰
sampai 26⁰ untuk fleksi lateral, dan 9⁰ sampai 18⁰ pada gerakan rotasi.
Sendi lumbosakral merupakan sendi yang memiliki mobilitas paling tinggi pada sendi-sensi
lumbal, terhitung untuk proporsi yang luas dari fleksi dan ekstensi pada regio ini. Dari fleksi dan
ekstensi pada vertebra lumbal, 75% muncul pada sendi ini, dengan 20% dari sisa gerakan fleksi
terjadi pada L4-L5 dan 5% pada level lumbar yang lain.

Sendi Facet

Sendi facet khususnya pada kapsul sendinya kaya akan inervasi saraf sehingga bisa
menjadi sember dari beberapa nyeri. Sendi facet secara serangkai menopang gerakan lekukan
lateral dan torsi aksial. Permukaan sendi facet sendiri sangat kompleks dan nonplanar. Sebagai
contoh, pada vertebra lumbalis bagian atas, permukaan sendi facet yang berlawanan cenderung
pada bidang sagital sehingga aksial rotasi akan terbatas. Semakin ke kaudal, permukaan sendinya
cenderung pada bidang frontal.

Berdasarkan pengukuran dengan menggunakan CT scan, rata-rata sudut antara


permukaan facet kanan dan kiri pada bidang melintang meningkat dari 74o pada L3-4 menjadi
96o pada L4-5 dan 106o pada L5-S1. Meskipun demikian, terjadi variabilitas yang besar pada
level L5-S1, dimana nilainya berkisar antara 36o – 180o. Luas area sendi facet pada vertebra
lumbalis berkisar antara 100 sampai 350 mm2. Kedua sendi facet (kanan dan kiri) tidak selalu
simetris. Ketidaksimetrisan ini disebut sebagai facet tropism. Pada beberapa studi tentang sifat
mekanikal sendi facet menunjukkan bahwa sendi facet mampu menahan 10% - 20% beban
kompresi spinal pada posisi berdiri dan lebih dari 50% terhadap beban anterior shear pada posisi
fleksi ke depan. Tekanan kontak sendi facet juga bisa diukur dimana pada posisi torsi sendi facet
menahan beban kompresi yang berat. Hasil pengukurannya berkisar antara 4 – 26 Nm/kPa.
Tekanan facet yang tertinggi tercatat pada posisi torsi, fleksi dan kompresi. Tekanan sendi facet
juga meningkat jika terjadi penurunan tinggi diskus, dimana rata-rata tekanan akan meningkat
menjadi 36% untuk kehilangan setiap 1 mm ketinggian diskus dan 61% untuk kehilangan 4 mm
ketinggian diskus. 

Gerakan Kekakuan Segmen

Pengetahuan tentang sifat pemindahan beban (load-displacement  behaviour) dari spine


dan komponennya, diperlukan analisis biomekanikal fungsi spine.  Uji mekanikal spine biasanya
menggunakan 2 vertebra dan jaringan lunak yang terkait yang disebut sebagai gerak segmen
spine atau unit fungsional spine. Menentukan kemampuan pemindahan beban didapatkan dengan
cara memegang vertebra yang di bawah dan memberikan tekanan pada vertebra di atasnya, maka
bisa diukur secara langsung hasil pemindahannya. Dengan cara ini bisa ditentukan koefisien
fleksibilitas matriks. 

Vetebra Servikalis

Kemampuan kompleks occiput-C1-2 terhadap tes moment 0.3 Nm menghasilkan skala


rotasi dari 3o pada lengkungkan lateral sampai 14.5o pada torsi aksial di C1-2, dan 16o pada
ekstensi di occiput-C1.

Vetebra Thorakalis

Rata-rata nilai kekakuan vertebra thorakalis berkisar dari 100 N/mm pada lateral shear
sampai 900 N/mm pada anterior atau posterior shear, dan 1250 N/mm pada kompresi. Kekakuan
rotasional sekitar 2 -3 Nm/deg pada fleksi, ekstensi, lengkungan lateral dan torsi aksial.

Vetebra Lumbalis

Kekakuan gerak segmen lumbalis berkisar dari 600 – 700 N/mm pada kompresi aksial,
dan 100 – 200 N/mm pada anterior, posterior atau lateral shear. Kekakuan rotasional berkisar
dari 1 – 2 Nm/deg pada fleksi, ektensi, dan lengkungan lateral, dan 6.8 Nm/deg pada torsi aksial.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dirumuskan yaitu
Penerapan Teknik hydro terapi, Tens, dan Latihan dengan menggunakan William flexi pada
kasus LBP.

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah penanganan fisioterapi pada kasus LBP dengan
Teknik Hydro terapi Tens dan latiham William flexi
D. Manfaat Penulisan

Meningkatkan pemahaman tentang kasus low back pain dan manual terapi,Bagi profesi
Fisioterapi, ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan dalam upaya memberikan pelayanan
fisioterapi yang lebih optimal, khususnya pada low back pain dengan menggunakan Teknik
hydro terapi tens dan Latihan William flexi

Daftar Pustaka

Referensi

Schultz AB, Miller AA. Biomechanics of the Human Spine. In Mow VC, Hayes WC, editors.
Basic Orthopaedic Biomechanics. New York : Raven Press,Ltd. 1991. pp. 337-68.

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Anda mungkin juga menyukai