Anda di halaman 1dari 17

FISIKA KESEHATAN

2.1 Pengertian Fisika Kesehatan


Ilmu fisika kesehatan atau disebut dengan medical physics adalah ilmu yang
menggabungkan dua bidang kajian yang sangat luas, yaitu ilmu fisika dan ilmu kesehatan
serta keterkaitannya. Fisika kesehatan mengacu pada dua bidang kajian utama, yaitu :
1. Pertama , penerapan fungsi ilmu fisika pada tubuh manusia dan penerapannya untuk
mengatasi penyakit yang dialami oleh tubuh.
2. Kedua, penerapanilmufisika pada kegiatan teknik pemeriksaaan medis.

Bagian yang utama sering disebut physics of physiology, sementara yang kedua melibatkan
seluruh pemahaman tentang konsep dasar dan cara kerja instrumen-instrumen (peralatan)
kedokteran yang digunakan mendiagnosa para pasien. Kedua bidang kajian tersebut menjadi
sangat penting untuk menjaga (bagian yang kedua) untuk mengatasi dan menyembuhkan
tubuh bila telah terserang penyakit.

Bidang ilmu fisika kesehatan terdiri dari beberapa sub-divisi. Di Amerika Serikat fisika
kesehatan lebih difokuskan pada bidang kajian radiologi. Ilmu fisika digunakan menganalisis
secara sempurna tentang proses fisis peristiwa radiasi dan memberikan solusi lengkap
tentang cara mengatasi permsalahan-permasalahan yang mungkin terjadi pada tubuh manusia
dari berbagai penyakit dengan cara radiasi dengan demikian dapat dilakukan dengan baik dan
sempurna.

Fisika kesehatan adalah ilmu yang menggabungkan 2 bidang kajian yaitu ilmu fisika dan
ilmu kesehatan. Penerapan konsep dasar pada ilmu fisika untuk ilmu kesehatan yaitu:

1. Aplikasi pengukuran dan besaran pada ilmu kesehatan

 Mengukur : temperatur tubuh, tinggi badan, detalk jantung,denyut aliran darah .


 Slkal pengukur terkecil yautu skal terkecil yang ditunjukkan pada lat ukur.
 Batas toleransi pengukuranàketidak pastian

2. Aplikasi Besaran Vektor pada Ilmu Kesehatan

 Besaran Vektor : Suatu besaran yang memiliki besar dan arah

Ex: Mendorong teman terjatuh dan terhempas ; luka

 Penanganan besaran vektor beda dengan besaran scalar


 Penjumlahan besaran scalar cukup dengan menjumlahkan angka –angka dari besaran
tersebut
3. Aplikasi  Besaran Fisika Pada Ilmu Kesehatan

 Dunia kesehatan :
 kg (berat badan)
 °C ( temperatur tubuh)
 cm³(volume cairan yang akan disuntikkan kedalam tubuh)

Contoh besaran Scalar : Pengukuran volume darah

Bila dalam PMI terdapt 3 bungkus darah dg volume masing – masing 200 ml, maka
jumlah total vo darah adalah

200ml + 200 ml+200ml =600ml

Perawat mendorong stretcher (untuk memindahkan pasien dari kamar1 ke 2)àbutuh gaya


yang besar yang dilakukan 2 orang perawat. Agar dorongan besar àke-2 perawat
mendorong strecher kearah yang sama

4. Konsep Tekanan Untuk menjelaskan Tekanan Pada Tubuh manusia

 Tekanan dalam dunia medis : milimeter mercuri atau disingkat dengan mmHg
 Tekanan atmosfir lingkungan kita = 760 mmHg
 Atmosfir mempunyai tekanan sebesar 1 atm. Jadi 1 atm=760 mmHg.
 Ada keadaan tertentu dimana tubuh memiliki tekanan relatif lebih kecil dari tekanan
atmosfir (bernilai negatif)
 Bernafas(menarik nafas): tekanan di dalam paru –paru <tekanan udara luar (atmosfir)à
udara dapat mengalir kedalam paru –paru
 Minum dengan sedotan : tekanan dalam mulut <tekanan atmosfir di sekitar gelas à air
mengalir ke mulut
 Aliran darah dari jantung keseluruh tubuh

5. Konsep Tekanan Dalam Kandung Kemih

 Akibat adanya akumulasi (pertambahan terus menerus) volume air kencing (urine).
 Orang dewasa vol maks 500 ml dengan tekanan rata-rata 30 cmH2O, jika konsentrasi
terjadi à tekanan bisa sampai 150 cmH2O
 Tekanan dalam kandung kemih dapat diukur dengan catheter yang dilengkapi dengan
sensor
 Tekanan kandung kemih dapat bertambah saat : batuk,duduk dan dalam keadaan
tegang.
 Khusus wanita hamil tekanan bertambah dengan bertambahnya berat janin yg
dikandungàsering buang air kecil.

2.2 Biomekanika
Menurut Frankel dan Nordin pada tahun 1980 :
Biomekanika merupakan ilmu mekanika teknik untuk analisa sistem kerangka otot manusia.
(Chaffin, 1991) secara umum mendefinisikan biomekanika, yaitu: Biomekanika
menggunakan konsep fisika dan teknik untuk menjelaskan gerakan pada bermacam-macam
bagian tubuh dan gaya yang bekerja pada bagian tubuh pada aktivitas sehari-hari. Kajian
biomekanik dapat dilihat dalam dua perspektif, yaitu kinematika yang lebih menjurus pada
karakteristik gerakan yaitu meneliti gerakan dari segi ruangan yang digunakan dalam waktu
yang bersifat sementara tanpa melihat gaya yang menyebabkan gerakan.
o Studi kinematika: menjelaskan gerakan yang menyebabkan berapa cepat obyek
bergerak, berapa ketinggiannya atau berapa jauh obyek menjangkau jarak. Posisi,
kecepatan dan percepatan tersebut merupakan studi kinematika.
o Kajian kinetika : menjelaskan tentang gaya yang bekerja pada satu sistem, misalnya
tubuh manusia. Kajian gerakan kinetika menjelaskan gaya yang menyebabkan
gerakan. Dibandingkan dengan kajian kinematika, kajian kinetika lebih sulit untuk
diamati, pada kajian kinetik yang terlihat adalah akibat dari gaya.

Jadi, Biomekanika adalah disiplin sumber ilmu yang mengintegrasikan faktor-faktor yang
mempengaruhi gerakan manusia, yang diambil dari pengetahuan dasar fisika, matematika,
kimia, fisiologi, anatomi dan konsep rekayasa untuk menganalisa gaya yang terjadi pada
tubuh.

Hukum Newton
Hubungan fundamental pada mekanika klasik tercakup dalam hukum tentang gerak yang
dikemukakan oleh Isaac Newton, seorang ilmuwan Inggris.
Ada 3 hukum dasar biomekanika,yaitu:

 Hukum Newton I
“Sebuah benda terus berada pada keadaan awalnya yang diam atau bergerak dengan
kecepatan konstan kecuali benda itu dipengaruhi oleh gaya yang tak seimbang, atau gaya luar
neto”.
Secara sederhana Hukum Newton I mengatakan bahwa perecepatan benda nol jika gaya total
(gaya resultan) yang bekerja pada benda sama dengan nol.
Secara matematis dapat ditulis :

F neto = 0
Tubuh yang diam akan tetap diam, dan tubuh yang bergerak akan tetap bergerak dalam
kecepatan yang konstan, kecuali dipengaruhi oleh gaya yang tidak seimbang.
Contoh : Jika seseorang berada dalam bus yang berjalan dan tiba-tiba mengerem, mungkin
orang tersebut bisa terpelanting, padahal itu adalah inersia yang menyebabkan ke depan
berlanjut walau bus telah berhanti.
Cedera benturan disebabkan kecenderungan kepala manusia untuk mematuhi hukum
tersebut. Jika ada gaya sentakan dari belakang, badan akan tersentak keras ke depan karena ia
berkontak dengan tempat duduknya. Namun kepala cenderung tidak bergerak dan tersentak
dalam posisi yang menjulur (ekstensi). Karena kepala melekat pada badan, maka kepala akan
terbentur dengan keras ke depan menyebabkan kerusakan pada vertebra serviks.

 Hukum Newton II

“Apabila ada gaya yang bekerja pada suatu benda maka benda akan mengatur percepatan
yang arahnya sama dengan arah gaya “.

Newton I digunakan untuk mengukur suatu pengamatan. Percepatan sebuah benda (a)
berbanding terbalik dengan massanya (m) dan sebanding dengan gaya neto (F) yang bekerja
padanya.

Maka hubungan gaya (F) dan percepatan oleh Newton dirumuskan :

F = m. a

Ket :

m : massa benda atau massa inisial (m : 1 kg massa )

a : percepatan 1 mS-2

F : 1 kg mS-2 = 1 N

Percobaan I :

Bayangkan anda mendorong sebuah benda yang gaya F dilantai yang licin sekali sehingga
benda itu bergerak dengan percepatan a. Menurut hasil percobaan, jika gayanya diperbesar 2
kali ternyata percepatannya menjadi 2 kali lebih besar. Demikian juga jika gaya diperbesar 3
kali percepatannya menjadi 3 kali lebih besar.

 Hukum Newton III


Gaya-gaya selalu terjadi berpasangan. Jika benda A, mengerjakan sebuah gaya pada benda B,
gaya yang sama besar dan berlawanan arah dikerjakan oleh benda B pada benda A.

F aksi = F reaksi

F aksi = gaya yang bekerja pada benda

F reaksi = gaya reaksi benda akibat gaya aksi

Hukum ketiga menyatakan bahwa “tidak ada gaya timbul di alam semesta ini, tanpa
keberadaan gaya lain yang sama dan berlawanan dengan gaya itu” .

Jika sebuah gaya bekerja pada sebuah benda (aksi) maka benda itu akan mengerjakan gaya
yang sama besar namun berlawanan arah (reaksi). Dengan kata lain gaya selalu muncul
berpasangan. Tidak pernah ada gaya yang muncul sendirian.

Jenis-jenis Gaya :

1. Gaya Berat

Berat sebuah benda adalah gaya tarikan gravitasi antara benda dan bumi. Gaya ini
sebanding dengan massa m benda itu dan medan gravitasi yang juga sama dengan percepatan
gravitasi jatuh bebas : Keterangan:

W = Berat benda

m = Massa benda

g = Percepatan gravitasi bumi

Berat benda sifat intrinsik benda. Berat bergantung pada lokasi benda, karena (g)
bergantung pada lokasi. Gaya berat selalu tegak lurus kebawah dimana pun posisi benda
diletakkan, apakah dibidang horisontal, vertikal ataupun bidang miring.

2. Gaya Normal

Gaya normal adalah gaya yang bekerja pada bidang sentuh antara dua prmukaan yang
bersentuhan dan arahnya selalu tegak lurus bidang sentuh.

3. Gaya Gesek

Bila dua benda dalam keadaan bersentuhan, maka keduanya dapat saling mengerjakan
gaya gesekan”.

Gaya-gaya gesekan itu sejajar dengan permukaan benda-benda di titik persentuhan.


Gaya gesek (friksi) sangat penting dalam kehidupan keseharian terutama tubuh.

Salah satu fungsi yang sangat penting dari kantong perikardial yang menyelubungi jantung :

• untuk menampung cairan perikardial yang menjaga agar membran tetap terpisah dan tidak
saling bergesekan akibat friksi yang berasal dari dentuman jantung.

• Cairan sinovial mengurangi friksi dengan cara bertindak sebagai pelumas atau penurun
friksi antara ujung-ujung tulang yang dilapisi kartilago pada sendi sinovial, mis: sendi lutut.

2.3 Biolistrik

Biolistrik adalah ilmu yang mempelajari tentang potensial listrik pada organ tubuh. Pada
biolistrik ada dua aspek yang memegang peranan penting yaitu : Kelistrikan dan Kemagnetan
yang timbul pada tubuh manusia, serta penggunaan listrik dan magnet pada permukaan tubuh
manusia. Aktivitas organ dan berbagai sistem didalam tubuh manusia tidak hanya
berhubungan erat satu sama lain tetapi juga bekerjasama dalam menanggapi perubahan
lingkungan, baik lingkungan dalam maupun lingkungan luar tubuh. Didalam tubuh manusia
terdapat sistem koordinasi yang meliputi sistem saraf yang berfungsi mengendalikan aktivitas
dan keserasian kerja antara sistem organ.

Sejarah perkembangan biolistrik yaitu Luigi Galavani (1780) mulai mempelajari kelistrikan
pada tubuh hewan kemudian pada tahun (1786) Luigi Galvani melaporkan hasil eksperimennya
bahwa kedua kaki katak terangkat ketika diberi aliran listrik lewat suatu konduktor. Pada tahun
(1856)Caldani menunjukkan kelistrikan pada otot katak yang telah mati, dan pada tahun (1928)
melaporkan tentang pengobatan penderita dengan menggunakan short wave.

Ada beberapa rumus atau hukum yang berkaitan dengan biolistrik antara lain:

1. Hukum Ohm

Perbedaan potensial antara ujung konduktor berbanding langsung dengan arus yang
melewati, berbanding berbalik dengan tahanan dari konduktor. Hukum ini dapat dinyatakan
dengan rumus:

R= V/I I= V/R V= I.R

Keterangan :

R = Hambatan (Ohm)

I = Kuat Arus (Ampere)

V= Tegangan (Volt)
2. Hukum Joule

Arus listrik melewati konduktor dengan perbedaan tegangan (V) dalam waktu tertentu
akan menimbulkan panas. Hukum ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Q=W=P.t=VI.t

Keterangan :

V = Tegangan dalam Voltage

I = Arus dalam Ampere

T = Waktu dalam detik

J = Joule = 0.239 Kal

Q = Energi Panas

 Listrik Eksternal yang dikenal:


- Listrik PLN (arus AC = alternating current)
- PLTA,PLTD,PLTMH,PLTS
- Listrik Baterei (arus DC =direct Current)
- Manfaat Listrik dalam Medis
 Listrik frekuensi rendah:

20-500.000 Hz à efek merangsang saraf dan otot sehingga kontraksi otot 50Hz à
merangsang saraf sensorik, motorik dan kontraksi otot

• Listrik Frekuensi Tinggi:

Berfungsi memanaskan, untuk diatermia .

A. Resiko Listrik Eksternal


1. Tubuh manusia adalah penghantar listrik yang baik. Kontak langsung dengan arus listrik
bisa berakibat fatal.

2. jika arus listrik mengalir ke dalam tubuh manusia dan membakar jaringan ataupun
menyebabkan terganggunya fungsi suatu organ dalam à cedera Listrik

3. Rasa Nyeri pada saraf sensoris akibat arus listrik à syok Listrik

4. Meskipun luka bakar listrik tampak ringan, tetapi mungkin saja telah terjadi kerusakan
organ dalam yang serius, terutama pada jantung, otot atau otak.

B. Tingkatan arus & resiko

1. 1 mA : geli (50% pria), wanita < 1/3 mA

2. 8mA : sensasi syok, kontraksi otot baik, belum nyeri

3. 8-15mA : rangsangan saraf & otot nyeri, letih

4. sukar menarik tangan & kontraksi otot tak

5. sadar menetap

6. 18-22mA : penafasan tertahan jika aliran terus berlangsung

7. 20-50mA : otot kontraksi kuat & nafas sulit

8. 100mA : arus melewati jantung menyebabkan fibrilasi ventrikel à kematian jika

tidak dikoreksi

9. 1-6A : kontraksi miokardium menetap, kelumpuhan pernafasan

10. 10 mA : dalam waktu singkat: kebakaran kulit, disfungsi otak & saraf

C. Ketahanan tubuh terhadap arus listrik

Resistensi adalah kemampuan tubuh untuk menghentikan atau memperlambat aliran arus
listrik.
1. Kebanyakan resistensi tubuh terpusat pada kulit dan secara langsung tergantung kepada
keadaan kulit. Resistensi kulit yang kering dan sehat rata-rata adalah 40 kali lebih besar dari
resistensi kulit yang tipis dan lembab.

2. Resistensi dari kulit telapak tangan atau telapak kaki yang tebal adalah 100 kali lebih
besar dari kulit yang lebih tipis.

 Arus yang melewati kepala bisa menyebabkan:

1. kejang

2. perdarahan otak

3. kelumpuhan pernafasan

4. perubahan psikis (misalnya gangguan ingatan jangka pendek, perubahan kepribadian,


mudah tersinggung dan gangguan tidur)

5. irama jantung yang tidak beraturan

6. kerusakan pada mata bisa katarak.

 Lamanya terkena arus listrik.

1. Semakin lama terkena listrik maka semakin banyak jumlah jaringan yang mengalami

kerusakan.

2.Seseorang yang terkena arus listrik bisa mengalami luka bakar yang berat. Tetapi, jika
seseorang tersambar petir, jarang mengalami luka bakar yang berat (luar maupun dalam)
karena kejadiannya berlangsung sangat cepat

3. Meskipun demikian, sambaran petir bisa menimbulkan konslet pada jantung dan paru-
paru dan melumpuhkannya serta bisa menyebabkan kerusakan pada saraf atau otak.

 Pertolongan:

1. menjauhkan/memisahkan korban dari sumber listrik

2. memulihkan denyut jantung dan fungsi pernafasan melalui resusitasi jantung paru (jika
diperlukan)

3. mengobati luka bakar dan cedera lainnya.

 Cara paling aman untuk memisahkan korban dari sumber listrik adalah
1. segera mematikan sumber arus listrik. Sebelum sumber listrik dimatikan, penolong
sebaiknya jangan dulu menyentuh korban, apalagi jika sumber listrik memiliki tegangan
tinggi.

2. Jika sumber arus tidak dapat dimatikan, gunakan benda-benda non-konduktor (tidak
bersifat menghantarkan listrik; misalnya sapu, kursi, karpet atau keset yang terbuat dari
karet) untuk mendorong korban dari sumber listrik.

3. Jangan menggunakan benda-benda yang basah atau terbuat dari logam.

4. Jika memungkinkan, berdirilah di atas sesuatu yang kering dan bersifat non-konduktor
(misalnya keset atau kertas koran yang dilipat). Jangan coba-coba menolong korban yang
berada dekat arus listrik bertegangan tinggi.

5. Jika korban mengalami luka bakar, buka semua pakaian yang mudah dilepaskan dan
siram bagian yang terbakar dengan air dingin yang mengalir untuk mengurangi nyeri.

6. Jika korban pingsan, tampak pucat atau menunjukkan tanda-tanda syok, korban
dibaringkan dengan kepala pada posisi yang lebih rendah dari badan dan kedua tungkainya
terangkat.

7. Cedera listrik seringkali disertai dengan terlontarnya atau terjatuhnya korban sehingga
terjadi cedera traumatik tambahan, baik berupa luka luar yang tampak nyata maupun luka
dalam yang tersembunyi. Jangan memindahkan kepala atau leher korban jika diduga telah
terjadi cedera tulang belakang.

8. Setelah aman dari sumber listrik, segera dilakukan pemeriksaan terhadap fungsi
pernafasan dan denyut nadi.

9. Jika terjadi gangguan fungsi pernafasan dan nadinya tidak teraba, segera lakukan
resusitasi. Sebaiknya dicari tanda-tanda patah tulang, dislokasi dan cedera tumpul maupun
cedera tulang belakang.

10. Jika terjadi kerusakan otot yang luas, mungkin akan diikuti dengan kerusakan ginjal,
karena itu untuk mencegah kerusakan ginjal, berikan banyak cairan kepada korban.

D. Penggunaan Listrik dan Magnet pada Tubuh

Pada tahun 1890 Jacques A.D. Arsonval telah menggunakan listrik berfrekwensi rendah
untuk menimbulkan efek panas. Tahun 1992 telah pula menggunakan listrik dengan
frekwensi 30 MHz untuk memanaskan yang disebut “Short Wave Diaththermy”. Pada 1950
sudah diperkenalkan penggunaan gelombang mikro dengan frekwensi 2.450 MHz untuk
keperluan diathermi dan pemakain radar.

Sesuai dengan efek yang ditimbulkan oleh listrik, maka arus listrik di bagi dalam 2 bentuk:
1. Listrik Berfrekwensi Rendah

Batas frekuensi antara 20 Hz sampai dengan 500.000 z frekuensi rendah ini mempunyai
efek merangsang saraf dan otot sehingga terjadi kontraksi otot. Untuk pemakain dalam
jantung waktu singkat dan bersifat merangsang persarafan otot, maka dipakai arus faradic.
Sedangkan untuk jangka waktu lama dan bertujuan merangsang otot yang telah kehilangan
persarafan maka dipakai arus listrik yang intereptur/terputus-putus atau arus DC yang telah
dimodifikasi.

Selain arus DC ada pula menggunakan arus AC dengan frekuensi 50 Hz arus AC ini
serupa dengan arus DC, mempunyai kemkampuan antara lain: merangsang saraf sensorik,
merangsang saraf motoris, dan berefk kontraksi otot.

2. Listrik Berfrekuensi Tinggi

Yang tergolong berfrekuensi tinggi adalah frekuensi arus listrik diatas 500.000 siklus
perdetik (500.000 Hz). Listrik berfrekuensi tidak mempunyai sifat merangsang saraf motoris
atau saraf sensoris, kecuali dilakukan rangsangan dengan pengulangan yang lama. Frekuensi
sifat ini maka frekuensi tinggi digunakan dalam bidang kedokteran di bagi menjadi 2 bagian
yaitu:

a. Short Wave Diathermy ( Diatermi Gelombang Pendek)

b. Mikro Wave Diathermy ( Diatermi Gelombang Mkro)

SISTEM INTEGUMEN

Pengertian Sistem Integumen

Sistem Integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan, melindungi dan,
menginformasikan manusia terhadap lingkungan sekitarnya. Sistem ini seringkali merupakan bagian
sistem organ yang terbesar yang mencakup kulit, rambut, bulu, kuku, kelenjar, dan produknya (keringat
atau lendirnya). Kata ini berasal dari bahasa latin “Integumentum”, yang berarti “penutup”.

Sistem Integumen pada manusia terdiri dari kulit, kuku, rambut, kelenjar keringat, kelenjar minyak, dan
kelenjar susu. Sistem Integumen mampu memperbaiki sendiri apabila terjadi kerusakan yang tidak
terlalu parah (self-repairing) dan mekanisme pertahanan tubuh pertama (pembatas antara lingkungan
luar tubuh dengan dalam tubuh).
Jadi, Sistem Integumen adalah bagian tubuh yang berfungsi sebagai pembatas dan pelindung antara
organ tubuh manusia dengan lingkungan sekitar manusia. Sistem Integumen terdiri dari kulit, rambut,
kuku, dan kelenjar keringat

Kulit merupakan organ tubuh yang paling luas yang berkontribusi terhadap total berat tubuh sebanyak
7 %. Keberadaan kulit memegang peranan penting dalam mencegah terjadinya kehilangan cairan yang
berlebihan, dan mencegah masuknya agen-agen yang ada di lingkungan seperti bakteri, kimia dan
radiasi ultraviolet. Kulit juga akan menahan bila terjadi kekuatankekuatan mekanik seperti gesekan
(friction), getaran (vibration) dan mendeteksi perubahanperubahan fisik di lingkungan luar, sehingga
memungkinkan seseorang untuk menghindari stimuli-stimuli yang tidak nyaman. Kulit membangun
sebuah barier yang memisahkan organorgan internal dengan lingkungan luar, dan turut berpartisipasi
dalam berbagai fungsi tubuh vital.

2.2. Struktur Kulit pada sistem Integumen Kulit terdiri atas 2 lapisan utama yaitu epidermis dan dermis.
Epidermis merupakan jaringan epitel yang berasal dari ektoderm, sedangkan dermis berupa jaringan ikat
agak padat yang berasal dari mesoderm. Di bawah dermis terdapat selapis jaringan ikat longgar yaitu
hipodermis, yang pada beberapa tempat terutama terdiri dari jaringan lemak.

Epidermis

Epidermis merupakan lapisan paling luar kulit dan terdiri atas epitel berlapis gepeng dengan lapisan
tanduk. Epidermis hanya terdiri dari jaringan epitel, tidak mempunyai pembuluh darah maupun limf;
oleh karenaitu semua nutrien dan oksigen diperoleh dari kapiler pada lapisan dermis. Epitel berlapis
gepeng pada epidermis ini tersusun oleh banyak lapis sel yang disebut keratinosit. Sel-sel ini secara
tetap diperbarui melalui mitosis sel-sel dalam lapis basal yang secara berangsur digeser ke
permukaan epitel. Selama perjalanannya, sel-sel ini berdiferensiasi, membesar, dan mengumpulkan
filamen keratin dalam sitoplasmanya. Mendekati permukaan, selsel ini mati dan secara tetap dilepaskan
(terkelupas). Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai permukaan adalah 20 sampai 30 hari. Modifikasi
struktur selama perjalanan ini disebut sitomorfosis dari sel-sel epidermis. Bentuknya yang berubah pada
tingkat berbeda dalam epitel memungkinkan pembagian dalam potongan histologik tegak lurus
terhadap permukaan kulit. Epidermis terdiri atas 5 lapisan yaitu, dari dalam ke luar, stratum basal,
stratum spinosum, stratum granulosum, stratum lusidum, dan stratum korneum.

Stratum basal (lapis basal, lapis benih) Lapisan ini terletak paling dalam dan terdiri atas satu lapis sel
yang tersusun berderet-deret di atas membran basal dan melekat pada dermis di bawahnya. Selselnya
kuboid atau silindris. Intinya besar, jika dibanding ukuran selnya, dan sitoplasmanya basofilik. Pada
lapisan ini biasanya terlihat gambaran mitotik sel, proliferasi selnya berfungsi untuk regenerasi epitel.
Sel-sel pada lapisan ini bermigrasi ke arah permukaan untuk memasok sel-sel pada lapisan yang lebih
superfisial. Pergerakan ini dipercepat oleh adalah luka, dan regenerasinya dalam keadaan normal cepat.
Stratum spinosum (lapis taju) Lapisan ini terdiri atas beberapa lapis sel yang besarbesar berbentuk
poligonal dengan inti lonjong. Sitoplasmanya kebiruan. Bila dilakukan pengamatan dengan pembesaran
obyektif 45x, maka pada dinding sel yang berbatasan dengan sel di sebelahnya akan terlihat taju-taju
yang seolah-olah menghubungkan sel yang satu dengan yang lainnya. Pada taju inilah terletak
desmosom yang melekatkan sel-sel satu sama lain pada lapisan ini. Semakin ke atas bentuk sel semakin
gepeng.

Stratum granulosum (lapis berbutir) Lapisan ini terdiri atas 2-4 lapis sel gepeng yang mengandung
banyak granula basofilik yang disebut granula keratohialin, yang dengan mikroskop elektron ternyata
merupakan partikel amorf tanpa membran tetapi dikelilingi ribosom. Mikrofilamen melekat pada
permukaan granula.

Stratum lusidum (lapis bening) Lapisan ini dibentuk oleh 2-3 lapisan sel gepeng yang tembus cahaya,
dan agak eosinofilik. Tak ada inti maupun organel pada sel-sel lapisan ini. Walaupun ada sedikit
desmosom, tetapi pada lapisan ini adhesi kurang sehingga pada sajian seringkali tampak garis celah yang
memisahkan stratum korneum dari lapisan lain di bawahnya.

Stratum korneum (lapis tanduk) Lapisan ini terdiri atas banyak lapisan sel-sel mati, pipih dan tidak
berinti serta sitoplasmanya digantikan oleh keratin. Selsel yang paling permukaan merupa-kan sisik zat
tanduk yang terdehidrasi yang selalu terkelupas.

Sel-sel epidermis, Terdapat empat jenis sel epidermis, yaitu: keratinosit, melanosit, sel Langerhans, dan
sel Merkel.

Keratinosit merupakan sel terbanyak (85-95%), berasal dari ektoderm permukaan. Merupakan sel epitel
yang mengalami keratinisasi, menghasilkan lapisan kedap air dan perisai pelidung tubuh. Proses
keratinisasi berlangsung 2-3 minggu mulai dari proliferasi mitosis, diferensiasi, kematian sel, dan
pengelupasan (deskuamasi). Pada tahap akhir diferensiasi terjadi proses penuaan sel diikuti penebalan
membran sel, kehilangan inti organel lainnya. Keratinosit merupakan sel induk bagi sel epitel di atasnya
dan derivat kulit lain.

Melanosit meliputi 7-10% sel epidermis, merupakan sel kecil dengan cabang dendritik panjang tipis dan
berakhir pada keratinosit di stratum basal dan spinosum. Terletak di antara sel pada stratum basal,
folikel rambut dan sedikit dalam dermis. Dengan pewarnaan rutin sulit dikenali. Pembentukan melanin
terjadi dalam melanosom, salah satu organel sel melanosit yang mengandung asam amino tirosin dan
enzim tirosinase. Melalui serentetan reaksi, tirosin akan diubah menjadi melanin yang berfungsi sebagai
tirai penahan radiasi ultraviolet yang berbahaya.

Sel Langerhans merupakan sel dendritik yang bentuknya ireguler, ditemukan terutama di antara
keratinosit dalam stratum spinosum. Tidak berwarna baik dengan HE. Sel ini berperan dalam respon
imun kulit, merupakan sel pembawa-antigen yang merangsang reaksi hipersensitivitas tipe lambat pada
kulit.

Sel Merkel,Jumlah sel jenis ini paling sedikit, berasal dari krista neuralis dan ditemukan pada lapisan
basal kulit tebal, folikel rambut, dan membran mukosa mulut. Merupakan sel besar dengan cabang
sitoplasma pendek. Serat saraf tak bermielin menembus membran basal, melebar seperti cakram dan
berakhir pada bagian bawah sel Merkel. Kemungkinan badan Merkel ini merupakan mekanoreseptor
atau reseptor rasa sentuh.

Dermis

Dermis terdiri atas stratum papilaris dan stratum retikularis, batas antara kedua lapisan tidak tegas,
serat antaranya saling menjalin.

Stratum papilaris, Lapisan ini tersusun lebih longgar, ditandai oleh adanya papila dermis yang jumlahnya
bervariasi antara 50 – 250/mm2. Jumlahnya terbanyak dan lebih dalam pada daerah di mana tekanan
paling besar, seperti pada telapak kaki. Sebagian besar papila mengandung pembuluh-pembuluh kapiler
yang memberi nutrisi pada epitel di atasnya. Papila lainnya mengandung badan akhir saraf sensoris yaitu
badan Meissner. Tepat di bawah epidermis serat-serat kolagen tersusun rapat.

Stratum retikularis, Lapisan ini lebih tebal dan dalam. Berkas-berkas kolagen kasar dan sejumlah kecil
serat elastin membentuk jalinan yang padat ireguler. Pada bagian lebih dalam, jalinan lebih terbuka,
rongga-rongga di antaranya terisi jaringan lemak, kelenjar keringat dan sebasea, serta folikel rambut.
Serat otot polos juga ditemukan pada tempat-tempat tertentu, seperti folikel rambut, skrotum,
preputium, dan puting payudara. Pada kulit wajah dan leher, serat otot skelet menyusupi jaringan ikat
pada dermis. Otot-otot ini berperan untuk ekspresi wajah. Lapisan retikular menyatu dengan
hipodermis/fasia superfisialis di bawahnya yaitu jaringan ikat longgar yang banyak mengandung sel
lemak.

Sel-sel dermis

Jumlah sel dalam dermis relatif sedikit. Sel-sel dermis merupakan sel-sel jaringan ikat seperti fibroblas,
sel lemak, sedikit makrofag dan sel mast.

Hipodermis

Sebuah lapisan subkutan di bawah retikularis dermis disebut hipodermis. Ia berupa jaringan ikat lebih
longgar dengan serat kolagen halus terorientasi terutama sejajar terhadap permukaan kulit, dengan
beberapa di antaranya menyatu dengan yang dari dermis. Pada daerah tertentu, seperti punggung
tangan, lapis ini meungkinkan gerakan kulit di atas struktur di bawahnya. Di daerah lain, serat-serat yang
masuk ke dermis lebih banyak dan kulit relatif sukar digerakkan. Sel-sel lemak lebih banyak daripada
dalam dermis. Jumlahnya tergantung jenis kelamin dan keadaan gizinya. Lemak subkutan cenderung
mengumpul di daerah tertentu. Tidak ada atau sedikit lemak ditemukan dalam jaringan subkutan
kelopak mata atau penis, namun di abdomen, paha, dan bokong, dapat mencapai ketebalan 3 cm atau
lebih. Lapisan lemak ini disebut pannikulus adiposus.

Hipodermis Terdiri dari :

1. Lapisan atau jaringan lemak sebagai lapisan lemak, hipodermis memiliki fungsi untuk menjaga panas
(mengatur suhu) tubuh. Ketebalan dan kedalaman jaringan lemak bervariasi sepanjang kontur tubuh,
paling tebal di daerah pantat dan paling tipis terdapat di kelopak mata.

2. Jaringan ikat sebagai Jaringan ikat bawah kulit, hipodermis berfungsi sebagai bantalan atau
penyangga benturan bagi organ-organ tubuh bagian dalam, membentuk kontur tubuh, dan
bertanggungjawab sebagai cadangan makanan. Pada saat pertambahan usia pada manusia, kinerja
liposit dalam jaringan ikat bawah kulit juga menurun.Bagian tubuh yang sebelumnya berisi banyak
lemak, lemaknya berkurang sehingga kulit akan mengendur.Perubahan kondisi hipodermis inilah yang
membuat kulit menjadi keriput, kendur, serta makin kehilangan kontur idealnya.

3. Fibroblast.Hipodermis juga menjadi rumah bagi fibroblast, yang bertanggungjawab memproduksi


kolagen.Serat-serat yang terdapat pada kolagen tersebut kemudian dialirkan ke dermis untuk
menguatkan kulit.

4. Pembuluh darah dan limfe, saraf-saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit. 2.3. Fungsi
Jaringan Kulit

Jaringan Kulit memliki fungsi yang bermacam-macam. Fungsi Jaringan Kulit terdiri dari :

• Menciptakan sel-sel baru untuk menggantikan kulit-kulit yang telah mati, rusak, atau cedera melalui
proses yang disebut homeostasis jaringan. Homeostasis jaringan adalah kemampuan tubuh dalam
memproduksi jumlah sel yang tetap untuk memperbaharui organ.

• Memperbaiki dan memelihara jaringan epidermis di kulit, seperti folikel rambut, epidermis
interfolikular, dan kelenjar sebasea, atau kelenjar kulit yang mengeluarkan minyak (sebum).

• Sebagai organ penerima rangsangan, pelindung terhadap kerusakan fisik, penyinaran dan bibit
penyakit.

• Sebagai penahan terhadap benturan ke organ tubuh bagian dalam, memberi bentuk pada tubuh,
mempertahankan suhu tubuh dan sebagai tempat penyimpan cadangan makanan.
2.4. Fungsi Kulit dalam Pengaturan Cairan

Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit, paruparu, dan
gastrointestinal. Selain itu, pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui sistem atau mekanisme rasa
haus yang harus dikontrol oleh sistem hormonal, yakni ADH (Anti Diuretik Hormon), sistem aldosteron,
Prostaglandin, dan glukokortikoid.

Kulit merupakan bagian penting dalam pengaturan cairan yang terkait dengan proses pengaturan
panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik dengan kemampuan
mengendalikan arteriol kutan dengan cara vasodilatasi dan vasouonstriksi. Proses pelepasan panas
dapat dilakukan dengan cara penguapan. Jumlah keringat yang dikeluarkan tergantung pada banyaknya
darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit. Proses pelepasan panas lainnya dilakukan
melalui cara pemanasan yaitu dengan melepaskan panas ke udara disekitarnya. Cara tersebut berupa
cara konduksi, yaitu pengalihan panas ke benda yang disentuh dan cara konveksi, yaitu dengan
mengalirkan udara yang telah panas ke permukaan yang lebih dingin.

Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah pengendalian saraf simpatis. Melalui
kelenjar keringat ini, suhu, dapat diturunkan dengan cara pelepasan air yang jumlah nya kurang lebih
setengah liter sehari. Pengeluaran cairan melalui kulit biasa disebut dengan istilah insensible water loss
(IWL). Sementara itu, pengeluaran cairan melalui kulit berkisar 15-20 ml/24 jam. 2.5. Fungsi Kulit dalam
Pengaturan Temperatur/Suhu.

Kulit berkontribusi terhadap pengaturan temperatur/suhu tubuh (termoregulasi) melalui dua cara :

• Pengeluaran keringat. • Menyesuaikan aliran darah di pembuluh kapiler.

Pada saat suhu tubuh tinggi, tubuh akan mengeluarkan keringat dalam jumlah banyak serta
memperlebar pembuluh darah (vasodilatasi) sehingga panas akan terbawa keluar dari tubuh.
Sebaliknya, pada saat suhu tubuh rendah. Tubuh akan mengeluarkan keringat dalam jumlah lebih
rendah dan mempersempit pembuluh darah darah (vasokonstriksi) sehingga mengurangi pengeluaran
panas oleh tubuh.Tubuh kita diperlengkapi dengan berbagai mekanisme pengaturan yang canggih
termasuk perihal suhu. Pusat pengaturan suhu tubuh adalah Hipotalamus (termostat). Suatu bagian
kecil di otak kita, dan pusat pengaturan suhu tubuh dsisebut dengan SET POINT. Mekanisme pengaturan
pertama ini mempertahankan subuh tubuh kita agar senantiasa konstan, berkisar pada suhu 37 C
(homoternal) .

Suhu tubuh dapat dibagi menjadi 2, yaitu Suhu Inti dan Suhu Kulit bisa dipertahankan sangat konstan
dari hari ke hari, kecuali bila mengalami demam. Berbeda dengan suhu kulit yaitu dapat naik dan turun
sesuai dengan suhu lingkungan. Suhu kulit merupakan suhu yang penting apabila kita merujuk pada
kemampuan kulit untuk melepaskan panas ke lingkungan. (Fisiologi Kedokteran karangan Guyton & Hall
hal 936).

Suhu tubuh meningkat selama olahraga dan bervariasi pada suhu lingkungan yang ekstrim, karena
mekanisme pengaturan suhu tidaklah sempurna. Bila dibentuk panas yang berlebihan di dalam tubuh
karena kerja fisik yang melelahkan, suhu tubuh akan meningkatkan sementara. Sebaliknya, karena tubuh
terpajan dengan suhu yang dingin, suhu dapat turun. (Fisiologi Manusia karangan Sherwood hal. 596-
597).

Anda mungkin juga menyukai