Anda di halaman 1dari 10

Prinsip Biomekanika dan Biolistrik dalam Keperawatan

A.    Biomekanika dalam Keperawatan


1.      Pengertian Biomekanika
Menurut Frankel dan Nordin pada tahun 1980: Biomekanika merupakan ilmu mekanika
teknik untuk analisa sistem kerangka otot manusia. (Chaffin, 1991) secara umum mendefinisikan
biomekanika, yaitu: Biomekanika menggunakan konsep fisika dan teknik untuk menjelaskan
gerakan pada bermacam-macam bagian tubuh dan gaya yang bekerja pada bagian tubuh pada
aktivitas sehari-hari. Kajian biomekanik dapat dilihat dalam dua perspektif, yaitu kinematika
yang lebih menjurus pada karakteristik gerakan yaitu meneliti gerakan dari segi ruangan yang
digunakan dalam waktu yang bersifat sementara tanpa melihat gaya yang menyebabkan gerakan.
Biomekanika adalah disiplin sumber ilmu yang mengintegrasikan faktor-faktor yang
mempengaruhi gerakan manusia, yang diambil dari pengetahuan dasar fisika, matematika, kimia,
fisiologi, anatomi dan konsep rekayasa untuk menganalisa gaya yang terjadi pada tubuh.

2.      Hukum Dasar Biomekanika


a.       Hukum Newton
Hubungan fundamental pada mekanika klasik tercakup dalam hukum tentang gerak yang
dikemukakan oleh Isaac Newton, seorang ilmuwan Inggris.
Ada 3 hukum dasar biomekanika,yaitu:
1)      Hukum I Newton
“Sebuah benda terus berada pada keadaan awalnya yang diam atau bergerak dengan
kecepatan konstan kecuali benda itu dipengaruhi oleh gaya yang tak seimbang, atau gaya luar
neto”. Jika F=0 maka status benda adalah inersia (selalu ingin mempertahankan kedudukannya).
F= Gaya yaitu penyebab terjadinya gerakan. Semua objek atau benda akan bergerak apabila ada
gaya yang mengakibatkan pergerakab itu (sifat kelembaman). Contoh: Tubuh yang diam akan
tetap diam, dan tubuh yang bergerak akan tetap bergerak dalam kecepatan yang konstan, kecuali
dipengaruhi oleh gaya yang tidak seimbang.
2)      Hokum II Newton
“Apabila ada gaya yang bekerja pada suatu benda maka benda akan mengatur percepatan
yang arahnya sama dengan arah gaya “. Newton I digunakan untuk mengukur suatu pengamatan.
percepatan sebuah benda (a) berbanding terbalik dengan massanya (m) dan sebanding dengan
gaya neto (F) yang bekerja padanya.
Maka hubungan gaya (F) dan percepatan oleh Newton dirumuskan:

F=m.a v = s/t
= P/t a = v/t
=m . v/t
Keterangan:
m : massa benda (kg)
a : percepatan (m/s2)
F : gaya (Newton)
3)      Hukum III Newton
Gaya-gaya selalu terjadi berpasangan. Jika benda A, mengerjakan sebuah gaya pada
benda B, gaya yang sama besar dan berlawanan arah dikerjakan oleh benda B pada benda A.
Rumusnya F aksi = F reaksi
Keterangan: F aksi = gaya yang bekerja pada benda.
F reaksi = gaya reaksi benda akibat gaya aksi.

      Hukum ketiga menyatakan bahwa “tidak ada gaya timbul di alam semesta ini, tanpa
keberadaan gaya lain yang sama dan berlawanan dengan gaya itu”.
Jika sebuah gaya bekerja pada sebuah benda (aksi) maka benda itu akan mengerjakan gaya yang
sama besar namun berlawanan arah (reaksi). Dengan kata lain gaya selalu muncul berpasangan.
Tidak pernah ada gaya yang muncul sendirian. Contoh: Saat berjalan, hentakan kaki atau sepatu
ke permukaan lantai biasanya mengartikan bahwa orang tersebut menekankan kakinya ke
permukaan lantai dengan gaya reaksi bumi yang sama melalui lantai pada kaki tersebut.
3.      Torka (Torsis)
Torka adalah perkalian gaya (F) dengan lengan gaya (L) yang menyebabkan gerak rotasi. Torsis
= F L sin teta
4.      Jenis-jenis Gaya
a.       Gaya Berat
Berat sebuah benda adalah gaya tarikan gravitasi antara benda dan bumi. Gaya ini
sebanding dengan massa m benda itu dan medan gravitasi yang juga sama dengan percepatan
gravitasi jatuh bebas: Berat benda sifat intrinsik benda.Berat bergantung pada lokasi benda,
karena g bergantung pada lokasi. Gaya berat selalu tegak lurus kebawah dimana pun posisi
benda diletakkan, apakah dibidang horisontal, vertikal ataupun bidang miring.
b.      Gaya Normal
Gaya normal adalah gaya yang bekerja pada bidang sentuh antara dua prmukaan yang
bersentuhan dan arahnya selalu tegak lurus bidang sentuh.
c.       Gaya Gesek
“Bila dua benda dalam keadaan bersentuhan, maka keduanya dapat saling mengerjakan
gaya gesekan”. Gaya-gaya gesekan itu sejajar dengan permukaan benda-benda di titik
persentuhan.
5.      Gaya-gaya pada Tubuh Manusia
a.       Gaya pada tubuh merupakan sebuah permukaan dan dapat kita ketahui. Contohnya saat kita
menabrak objek, kita merasakan adanya gaya yang bekerja pada tubuh kita.
b.      Gaya dalam tubuh yaitu gaya yang tidak diketahui. Contoh: gaya otot yang menyebabkan
mengalirnya darrah dan paru-paru yang memperoleh udara.
Gaya pada tubuh ada 2 tipe, yaitu:
1.      Gaya Pada Tubuh Dalam Keadaan Statis
“Bila gaya selama domain waktu tertentu bisa (magnitude) dan arah vektornya tetap
konstan adalah gaya statis” Gaya statis terjadi memang beban yang dikenakan besarnya tetap
sepanjang waktu. Dalam hal ini massa konstan, dan percepatan adalah merupakan gradien
percepatan terhadap waktu. Untuk kondisi statis berarti diam atau kecepatan Nol (0).
Statis: Tubuh dalam keadaan setimbang, jumlah gaya dan momen gaya yang ada sama
dengan nol.
Ada 3 kelas sistem pengumpil:

a)      Kelas pertama (Titik tumpuan terletak diantara gaya berat dan otot). Contoh: kepala dan leher.
b)      Kelas kedua (Gaya berat diantara titik tumpu dan gaya otot). Contoh: tumit menjinjit.
c)      Kelas ketiga (Gaya otot terletak diantara titik tumpuan dan gaya berat). Contoh: otot lengan.

2.      Gaya Pada Tubuh Dalam Keadaan Dinamis


“Bila gaya besar atau arah vektornya berubah terhadap waktu merupakan gaya-gaya
dinamis”. Gaya pada tubuh dalam keadaan dinamis adalah kemampuan untuk mempertahankan
kesetimbangan ketika bergerak. Untuk harga yang konstan, maka gaya saat akhir domain waktu:
gaya adalah aksi atau agen yang menyebabkan benda bermassa bergerak dipercepat.
Kesetimbangan merupakan interaksi yang kompleks dari integrasi/interaksi sistem sensorik
(vestibular, visual, dan somatosensorik termasuk proprioceptor) dan muskuloskeletal (otot, sendi,
dan jar lunak lain) yang dimodifikasi/ diatur dalam otak (kontrol motorik, sensorik, basal
ganglia, cerebellum, area asosiasi) sebagai respon terhadap perubahan kondisi internal dan
eksternal. Dipengaruhi oleh beberapa faktor lain seperti, usia, motivasi, kognisi, lingkungan,
kelelahan, pengaruh obat dan pengalaman terdahulu.
B.     Biolistrik pada Tubuh Manusia
1.      Pengertian Biolistrik
Biolistrik adalah daya listrik hidup yang terdiri dari pancaran elektron-elektron yang
keluar dari setiap titik tubuh (titik energi) dan muncul akibat adanya rangsangan penginderaan.

2.      Hukum-hukum dalam Biolistrik


a.       Hukum Ohm
Hukum Ohm menyatakan bahwa :
“Perbedaan potensial antara ujung konduktor berbanding langsung dengan arus yang melewati,
dan berbanding terbalik dengan tahanan dari konduktor”.
R ꞊ V/I
Keterangan:
R : hambatan (Ω)
I : kuat arus (ampere)
V : tegangan (Volt)
b.      Hukum Joule
Hukum joule menyatakan bahwa :
“Arus listrik yang melewati konduktor dengan beda potensial (V), dalam waktu tertentu akan
menimbulkan panas”.
W =V I t (untuk satuan Joule)
H = 0,24. V. I. t (untuk satuan Kalori)
Keterangan:
W : energi panas yang ditimbulkan (joule)
V : tegangan (Volt)
I : arus (A)
t : waktu lamanya arus mengalir (second).

3.      Kelistrikan dan Kemagnetan dalam Tubuh


Kelistrikan dan kemagnetan yang ada dalam tubuh:
a.       Sistem syaraf dan neuron
System syaraf terbagi dua bagian yaitu system saraf pusat dan otonom. Sistem syaraf
pusat terdiri dari otak, medulla spinalis dan perifer.saraf perifer ini adalah saraf yang mengirim
informasi ke sensoris ke otak atau medulla spinalis di sebut saraf efferen sedangkan saraf yang
menghantarkan dari otak atau medulla spinalis ke otot serta kalenjar di sebut system saraf efferen
sedangkan saraf otonom mengatur organ tubuh seperti jantung usus dan kalenjar sehingga
pengontrolan system ini di lakukan dengan tidak sadar yakni bekerja sendiri.
b.      Kelistrikan saraf
Dalam bidang neurotami akan dibicarakan kecepatan implus serta saraf,serta yang
berdiameter besar mempunyai kemampuan menghantarkan implus lebih cepat daripada serta
saraf yang mempunyai diameter lebih kecil.Serat dapat di kelompokan menjadi tiga bagian
diantarannya A,B dan C. Dengan mikrskop electron serat saraf dibagi menjadi dua tipe serta
saraf yang bermenyalim dan serat saraf yang tidak bermenyalim
c.       Perambatan potensial aksi
Potensial aksi dapat terjadi bila apabila suatu membrane saraf atau otot mendapat
ransangan nilai ambang potensial aksi itu sendiri mempunyai kemampuan untuk merangsang
daerah sel sekitar membrane untuk mencapai nilai ambang. Dengan demikian dapat terjadi
potensial aksi ke segala jurusan sel membran, keadaan ini di sebut perambatan potensial aksi
atau gelombang depolarisasi.
Setelah timbul potensial aksi, sel membrane akan mengalami repolerasasi. Proses
repolerasasi sel membran di sebut sebagai suatu tingkat refrakter. Tingkat refakter ada dua fase
yaitu periode refakter absulot yakni selama peride ini tidak ada ransangan, tidak ada unsur
kekuatan yang menghasilkan potensi aksi yang lain sedangkan periode refakter relaktif yakni
setelah membran mendekati repolerasasi seluruhnya maka dari periode refakter terabslut akan 
menjadi periode refakter relaktif dan apabila stimulus yang kuat secara normal akan
menghasilkan potensi aksi yang baru.

Potensial Listrik pada Berbagai Keadaan Sel


A.    Transduksi Sinyal
1.      Pengertian Tranduksi Sinyal
Tranduksi sinyal terjadi ketika sinyal yang dibawa antara sel dan sel menimbulkan
sebuah respons. Respons yang dihasilan dari proses tranduksi sinya tersebut dapat berupa
respons metabolism, ekspresi gen, pembelahan sel, maupun motilitas dari sel dan organisme
tersebut. Hal ini terjadi dengan tujuan agar sel dapat beradaptasi.

Dua komponen yang plaing penting dari proses transduksi sinyal adalah sinyal dan
resptor. Sinyal yang dimaksud merupakan molekul kimia yang di eksresikan oleh sel dan
membawa infomasi. Reseptor sendiri berperan dalam penerimaan sinyal tersebut dan pengolahan
respon dari sel ke sel lainnya maupun ke dalam sel itu sendiri.

Sinyal emmbawa pesan dari luar sel menuju ke dalam el, resptor berada di mebran sel
dan di dalam sel tergantung dari siyal yang menuju sel tersebut. Respetor yang berada pada
permukaan bersifat bersifat hidrofilik sedangakan resptor yang berada di dalm sel bersifat
hidrofobik. Hal ini tergntung dari permeabilitas molekul sinyal. Semakin permeable sinya
tersbut, maka resptor yang dibuthkan umumnya adlah resptor yang hidrofobik, berbeda dengan
sinyal yang kurang permeable, umumnya perlu ditungkap oleh reseptor hidrofilik yang terdapat
pada membrane sel yang dituju oleh resptor tersebut.
Reseptor mebran sel sallah satunya adalah:
a.       G protein coupled reseptor (GPCR) → terikat dengan protein G
b.      Tyrosine kinase/ histidline kinase/ serin kinase/threonine kinase (histidine kinase itu ada di
prokariot, sedangkan yang lainnya di eukariot)
c.       Ion Channel

2.      Potensial aksi sel


Urutan tahap potensial aksi adalah sebagai berikut:
a.       Tahap Istirahat (Resting Membrane Potential)
Tahap ini adalah tahap potensial membran istirahat, sebelum terjadinya potensial aksi.
b.      Tahap Depolarisasi
Membran tiba-tiba menjadi permeable terhadap ion NA sehingga banyak sekali ion NA
mengalir ke dalam akson. Keadaan polarisasi normal sebesar -90mV akan hilang dan potensial
meningkat dengan arah positif. Keadaan ini disebut depolarisasi.
c.       Potensial Membran Istirahat
Dalam keadaan istirahat, antara sisi dalam dan luar mebran sel terdapat suatu benda beda
potensial yang disebut dengan potensial istirahat sel. Potensial ini berpolaritas negative di sisi
dalam dan positif di sisi luar membrane sel.
d.      Repolarisasi
Tahap ini berlangsung setelah tahap depolarisasi berakhir, dan membrane menjadi
permeable terhadap ion kalium. Berakhirmya tahap depolarisasi adalah ketika kanal ion natrium
tertutup secara lambat.
e.       Hiperpolarisasi
Setelah tahap repolarisasi berakhir, dikenal suatu kondisi yang disebut positive after
potential. Keadaan ini merupakan kondiris potensial membrane yang lebih negative dari kondisi
istrahat. Terjadi beberapa milidetik setelah berkahirnya potensial aksi.
f.       Potensial Aksi
Potensial aksi bisa terjadi apabila suatu daerah membrane saraf atau otot mendapat
rangsangan mencapai nilai ambang. Potensial aksi itu sendiri mepunyai kemampuan untuk
merangsang daerah sekital sel membrane untuk mencapai nilai ambang. Dengan demikian dapat
terjadi perambatan potensial aksi ke segal jurusan sel membrane. Keadaan ini disebut
perambatan potensial aksi atau gelombang depolarisasi.
Periode Refakter Absoult: selama periode ini tidak ada rangsangan, tidak ada unsur
kekuatan untuk mengahsilkan potensial aksi yang lain. Periode Refrakter Relatif: setelah sel
membrane mendekati repolarisasi seluruhnya maka dari periode refekter absolut akan menjadi
periode refekter relative dan apabila ada stimulus/rangsangan yang kuar secara normal akan
mengahsilkan potensail aksi yang baru.

Isyarat Listrik Tubuh


Isyarat listrik (electrical signal) tubuh merupakan hasil perlakuan kimia dari tipe-tipe sel
tertentu. Dengan mengukur isyarat listrik tubuh secara selektif sangat berguna untuk memperoleh
informasi klinik tentang fungsi tubuh. Yang termasuk dalam isyarat listrik tubuh, yaitu:
1)        ENG (Elektroneurogram) yaitu miastenis gravis (saraf).
2)        ERG (Elektroretinogram) yaitu perubahan pigmen (retina).
3)        EOG (Elektrookulogram) yaitu suatu pengukuran /pencatatan berbagai potensial pada kornea-
retina sebagai akibat perubahan posisi dan gerakan mata.
4)        EGG (Elektrogastrogram) merupakan gerakan peristaltic (lambung).
5)        EEG (Elektroensefalogram) yaitu epilepsy (otak).
6)        Elektrokardiogram (EKG, ECG) yaitu aktivitas kelistrikan jantung.

Pengantaran Impuls di dalam Tubuh dan Transmisi Sinaps


A.    Pengantaran Impuls di dalam Tubuh dan Transmisi Sinaps
Dalam tubuh ada banyak sekali impuls yang di hantarkan impuls-impuls tersebut di
transfer dari satu neuron ke neuron yang lain, setiap neuron berhubungan dengan beribu neuron
yang lain. Di dalam tubuh ada sekitar 100 miliar neuron.
Sinapsis merupakan titik pertemuan antar neuron atau istilah awamnya penghubung
antara satu neuron dengan neuron lainnya.

B.     Mekanisme Penghantar impuls


Dalam mekanisme penghantaran impuls ini ada dua istilah lagi yang perlu kamu ketahui.
Yaitu prasinapsis dan postsinapsis (atau bisa juga disebut pascasinapsis). Prasinapsis adalah
akson dari neuron “sebelumnya” sedangkan postsinapsis adalah dendrit dari neuron
“berikutnya.” Logikanya begini, impuls yang diterima dendrit diteruskan melalui badan sel dan
diteruskan lagi ke bagian akson. Akson akan menghantarkan impuls ke neuron berikutnya.
Neuron tersebut (neuron berikutnya) memanfaatkan dendritnya untuk menerima impuls,
kemudian meneruskan impuls ke badan sel lalu ke akson, hingga akson pun siap untuk
mengirimkan impuls ke neuron berikutnya.

C.     Jenis-jenis sinapsis


Struktur sinapsis adalah tempat bertemunya akson dari neuron pre-sinapsis dengan suatu
bagian dari neuron post-sinapsis. Akson pre-sinapsis bisa berhubungan dengan bagian manapun
dari neuron post-sinapsis. Karenanya, sinapsis bisa dibedakan atas:
a.       Dendritik sinapsis (dendritic synapse) yaitu Sinapsis jenis ini terbentuk akibat bertemunya akson
dari neuron pre-sinapsis dengan dendrit dari neuron post-sinapsis.
b.      Somatik sinapsis (somatic synapse) yaitu Sinapsis jenis terbentuk akibat bertemunya akson dari
neuron pre-sinapsis dengan badan sel dari neuron post-sinapsis.
c.       Akson sinapsis (axonal synapse ) yaitu Sinapsis jenis ini terbentuk akibat bertemunya akson dari
neuron pre-sinapsis dengan akson dari neuron post-sinapsis.

D.    Transmisi Sinaps


Transmisi (peleburan atau pelepasan neurontransmiter) sinaps terjadi pada neuron guna
menghantarkan senyawa-senyawa kimia. Penghantaran zat-zat yang terkandung dalam
neurontransmiter dengan reseptornya bergantung pada permeabilitas di neuron pascasinaps.
Proses transmisi sinaps terjadi melalui beberapa cara, antara lain:
1.      Potensial End Plate
Didalam suatu sel saraf terdapat unit motor. Unit motor adalah motoneuron bersama
dengan axon dan seluruh serabut otot yang diinervasinya. Pada saat sebuah motoneuron beraksi,
seluruh serabut otot yang diinervasinya berkontraksi. Karena satu motoneuron mungkin
menginervasi dari sangat sedikit sampai seribu atau lebih serabut otot, maka ukuran unit motor
sangat bervariasi yaitu unit motor yang kecil dan besar.
Ujung cabang-cabang motoneuron bersama dengan membran otot yang diinervasinya
membentuk motor-end plate (junctio neuromuscularis). Motor end plate terdiri atas dua bagian,
yaitu saraf dan otot yang saling dipisahkan oleh celah. Substansi transmiter di end plate adalah
asetilkholin. Satu impuls saraf menghasilkan suatu potensial end plate, dan apabila potensial ini
mecapai ambang maka terjadilah potensial aksi yang disebarkan ke sepanjang serabut otot dan
menimbulkan kontraksi. Asetilkholin yang dilepaskan pada saat datangnya aksi potensial saraf
akan segara dipecah oleh asetilkholinesterase. Transmisi impuls di junctio neuromuscularis dapat
dipengaruhi melalui beberapa cara Curare, misalnya, mengurangi potensial end plate, dengan
demikian mencegah timbulnya potensial aksi akibatnya terjadi paralisis otot.
Kerusakan yang terjadi pada miastenia gravis adalah adalah kerusakan pada transmisi di
end plate. Potensial yang direkam pada EMG adalah aksi potensial serabut otot tersebut di atas.
Apabila serabut saraf dipotong, maka motor end plate dan serabut saraf mengalami degenerasi.
Pada umumnya satu serabut otot diinervasi oleh satu axon dan mempunyai satu motor end plate.
Setelah lahir ukuran motor unit mengecil, mungkin karena pada mulanya satu serabut
otot diinervasi oleh lebih dari satu motoneuron. Setelah tercapai bentuk dewasa yaitu satu serabut
otot diinervasi oleh satu motoneuron, maka ukuran unit motor menjadi konstan.

2.      Excitatory Post Synaptic Potential (EPSP) & Inhibitor Past Synaptic Potential (IPSP)
Adanya perbedaan potensial pada membran yang menyebabkan terjadinya peristiwa
Excitatory Post Synaptic Potential (EPSP) dan Inhibitor Past Synaptic Potential (IPST). Potensial
pascasinaps eksitatorik (EPSP) adalah perubahan potensial pascasinaps yang terjadi di sinaps
eksitatorik (terbukanya saluran-saluran gerbang perantara kimia apabila saluran Na dan Ka
terbuka) dimana fluks-fluks ion menyebabkan timbulnya depolarisasi kecil yang membawa sel
pascasinaps mendekati ambang.
Potensial pascasinaps Inhibitor terjadi apabila saluaran-saluran gerbang perantara kimia
yang terbuka adalah saluran Ka dan Cl, akibatnya akan terjadi hiperpolarisasi kecil sehingga
neuron pascasinaps akan mencapai ambang lenyap. Jalur-jalur sinaps yang menghubungkan
berbagai neuron sangatlah rumit akibat adanya konvergensi masukan neuron dan divergensi
keluarannya. Biasanya banyak masukan para sinaps berkonvergensi ke sebuah neuron dan secara
bersama-sama mengontrol tingkat eksitabilitas neuro tersebut. Suatu neuron dapat bereaksi
melalui beberapa cara antara lain: Melepaskan potensial aksi di sepanjang akson.¬ Tetap¬ berada
dalam keadaan istirahat dan tidak meneruskan sinyal. Dengan cara¬ menurunkan tingkat
eksitabilitasnya.

Frekuensi potensial aksi pada sinaps eksitatorik dan sinaps inhibitor mencerminkan
keadaan sinaps yang mempengaruhi kerja membran apakah sedang melakukan tansmisi impuls
atau sedang dalam keadaan istirahat. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kerja sinaps dan
efektivitas sinaps, antara lain: Modifikasi jumlah transmiter pada neuron.
Perubahan mekanisme sinaps yang dipengaruhi oleh pengaruh obat-obatan yang di
konsumsi oleh individu. Ada dua kemingkinan yang terjadi yaitu:
a.       penghantaran impuls semakin cepat atau semakin lambat.
b.      Faktor ketidaksengajaan.
c.       Dipengaruhi dan rentan terhadap sejumlah proses penyakit dan racun yang ada di dalam tubuh.

Anda mungkin juga menyukai