Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
Kelompok 6
- Aulia Azizah
- Bunga Sri Agus Putri
- Chairun nisa
- Muhammad Hafidh
- Ribka Rezeki Marahatini
Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha kuasa karena telah memberikan
kesempatan kepada pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Congestive Heart
Failure (CHF) tepat waktu. Makalah “Congestive Heart Failure (CHF)” di susun
guna memenuhi tugas mata kuliah Patofisiologi di Poltekkes Kemenkes
Banjarmasin. Selain itu, kami juga berharap makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca tentang apa itu Congestive Heart Failure (CHF).
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................2
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Kesimpulan.................................................................................................24
B. Saran............................................................................................................24
Daftar Pustaka...................................................................................................25-26
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
gangguan fungsi jantung adalah emosi yang berlebihan, infark miokard,
emboli paru, anemia, tirotoksikosis, kehamilan, hipertensi, miokarditis dan
endokarditis infektif.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Congestive Heart Failure (CHF) atau yang biasa dikenal dengan gagal
jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang
kuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi yang cukup
sehingga menyebabkan curah jantung yang seharusnya normal mengalami
penurunan dan menimbulkan nyeri dada. Gagal jantung menyebabkan curah
jantung menurun, menyebabkan hipertrofi ventrikel, pemendekan miokard
pengisian LV menurun, aliran tidak adekuat ke jantung dan otak, menyebabkan
risiko tinggi penurun curah jantung, kemudian penurunan suplai O2 ke miokard,
terjadi peningkatan hipoksia jaringan miokardium, dan menyebabkan perubahan
metabolisme miokardium sehingga menimbulkan nyeri dada. Nyeri dada
seringkali dikeluhkan pasien Congestive Heart Failure (Purba, 2016).
Dampak yang dialami klien gagal jantung kongestif atau Congestive Heart
Failure adalah mengalami kelelahan dan dyspnea yang berkontribusi
memperburuk kualitas hidupnya (Akhmad, 2018). Selain itu apabila nyeri pada
pasien congestive heart failure tidak segera di tangani akan mengakibatkan pasien
mengalami gelisah, imobilisasi, menghindari penurunan rentang tentang
perhatian, stress dan ketegangan yang akan menimbulkan respon fisik dan psikis
(Pratintya, 2014).
3
ditandai dengan manifestasi klinik berupa kongesti sirkulasi, sesak, fatigue
dan kelemahan. Gagal jantung masih merupakan masalah utama dalam negara
industri (Kasper et al., 2004). Baru-baru ini didapatkan bahwa Congestive Heart
Failure terkait dengan penurunan kardiak output dan vasokonstriksi perifer yang
berlebihan (Haji dan Mohaved, 2000).
1. Klas I
Tidak ada keterbatasan dalam melakukan aktifitas apapun, tidak muncul gejala
dalam aktivitas apapun.
2. Klas II
Mulai ada keterbatasan dalam aktivitas, pasien masih bisa melakukan aktivitas
ringan dan keluhan berkurang saat istirahat
3. Klas III
4. Klas IV
Keluhan muncul dalam berbagai aktivitas, dan tidak berkurang meskipun dengan
istirahat.
4
Sedangkan pada tahun 2001, the American College of
Cardiology/American Heart Association working group membagi kegagalan
jantung ini menjadi empat stage (Figueroa dan Peters, 2006):
1. Stage A
Memiliki resiko tinggi untuk terkena CHF tapi belum ditemukan adanya kelainan
struktural pada jantung
2. Stage B
Sudah terdapat kelainan struktural pada jantung, akan tetapi belum menimbulkan
gejala.
3. Stage C
Adanya kelainan struktural pada jantung, dan sudah muncul manifestasi gejala
awal jantung, masih dapat diterapi dengan pengobatan standard.
4. Stage D
Pasien dengan gejala tahap akhir jantung, dan sulit diterapi dengan pengobatan
standard.
5
Mekanisme fisiologis yang menjadi penyebab gagal jantung dapat berupa :
Gagal jantung adalah sindrom klinis yang ditandai oleh gejala dan tanda
fisik yang khas akibat kelainan struktural dan fungsional jantung. Kelainan pada
jantung tersebut berujung pada penurunan curah jantung serta peningkatan
tekanan dalam jantung saat posisi istirahat maupun aktivitas. Patogenesis gagal
jantung cukup rumit dan melibatkan respons neurohormonal serta remodelisasi
ventrikel akibat jejas pada jantung dan di luar jantung. Gagal jantung dapat
disebabkan berbagai penyakit dasar pada jantung maupun di luar jantung.
Hipertensi dan penyakit jantung koroner merupakan penyebab utama gagal
jantung, sedangkan obesitas dan diabetes mellitus juga diketahui meningkatkan
risiko kejadian gagal jantung.
6
Jantung adalah organ berupa otot,berbentuk kerucut, berongga dan dengan
basisnya di atas dan puncaknya di bawah.Apexnya (puncak) miring ke sebelah
bawahkiri. Berat jantung kira-kira 300 gram. Agar jantung dapat berfungsi
sebagai pompa yang efisien, otot-otot jantung di bagian atas dan bawah akan
berkrontraksi secara bergantian. Laju denyut jantung atau kerja pompa ini
dikendalikan secara alami oleh suatu pengatur irama (pace maker) yang di sebut
nodussinoarterial. Nodus sinoarterial ini terletak didalam dinding serambi kanan.
Sebuah impuls listrik yang ditransmisikan dari nodussinoarterial ke kedua serambi
membuat keduanya berkontraksi secara serentak. Arus listrik ini selanjutnya di
teruskan ke dindingdinding bilik, yang pada gilirannya membuat bilik-bilik
berkontraksi secara serentak. Periode kontraksi ini disebut sistol. Selanjutnya
periode ini diikuti dengan sebuah periode rilaksasi pendek – kira-kira 0.4 detik –
yang disebut diastole, sebelum impuls berikutnya datang. Nodus sinoarterial
menghasilkan antara 60-72 impuls seperti ini setiap menit ketika jantungsedang
santai. Produksi impuls-impuls ini juga dikendalikan oleh satu bagian sistim
syaraf yang disebut sistim syaraf otonom, yang bekerja di luar keinginan kita.
Sistim listrik built up inilah yang menghasilkan kontraksikontraksi otot jantung
berirama yang disebut denyut jantung.
7
adanya peningkatan daya kontraksi jantung yang lebih kuat, sehingga curah
jantung meningkat.Pembebanan jantung yang lebih besar meningkatkan simpatis,
sehingga kadar katekolamin dalam darah meningkat dan terjadi takikardi dengan
tujuan meningkatkan curah jantung. Pembebanan jantung yang berlebihan dapat
mengakibatkan curah jantung menurun, maka akan terjadi redistribusi cairan dan
elektrolit (Na) melalui pengaturan cairan oleh ginjal dan vasokontriksi perifer
dengan tujuan untuk memperbesar aliran balik vena (venous return) ke dalam
ventrikel sehingga meningkatkan tekanan akhir diastolic dan menaikkan kembali
curah jantung (Soeparman, 2001).
Gagal jantung kiri atau gagal jantung ventrikel kiri terjadi karena adanya
gangguan pemompaan darah oleh ventrikel kiri sehingga curah jantung kiri
menurun dengan akibat tekanan akhir diastole dalam ventrikel kiri dan volume
akhir diastole dalam ventrikel kiri meningkat.Keadaan ini merupakan beban
atrium kiri dalam kerjanya untuk mengisi ventrikel kiri pada waktu diastolic,
dengan akibat terjadinya kenaikan tekanan rata-rata dalam atrium kiri. Tekanan
dalam atrium kiri yang meninggi ini menyebabkan hambatan aliran masuknya
darah dari vena-vena pulmonal. Bila keadaan ini terus berlanjut, maka bendungan
akan terjadi juga dalam paruparu dengan akibat terjadinya edema paru dengan
segala keluhan dan tanda-tanda akibat adanya tekanan dalam sirkulasi yang
meninggi. Keadaan yang terakhir ini merupakan hambatan bagi ventrikel kanan
yang menjadi pompa darah untuk sirkuit paru (sirkulasi kecil). Bila beban pada
ventrikel kanan itu terus bertambah, maka akan meransang ventrikel kanan untuk
melakukan kompensasi dengan mengalami hipertropi dan dilatasi sampai batas
kemempuannya, dan bila beban tersebut tetap meninggi maka dapat terjadi gagal
8
jantung kanan, sehingga pada akhirnya terjadi akhirnya terjadi gagal jantung kiri-
kanan. Gagal jantung kanan dapat pula terjadi karena gangguan atau hambatan
pada daya pompa ventrikel kanan sehingga isi sekuncup ventrikel kanan tanpa
didahului oleh gagal jantung kiri. Dengan menurunnya isi sekuncup ventrikel
kanan, tekanan dan volume akhir diastole ventrikel kanan akan meningkat dan ini
menjadi beban atrium kanan dalam kerjanya mengisi ventrikel kanan pada waktu
diastole, dengan akibat terjadinya kenaikan tekanan dalam atrium kanan. Tekanan
dalam atrium kanan yang meninggi akan menyebabkan hambatan aliran masuknya
darah dalam vena kava superior dan inferior ke dalam jantung sehingga
mengakibatkan kenaikan dan adanya bendungan pada vena-vena sistemik tersebut
(bendungan pada vena jugularis dan bendungan hepar) dengan segala akibatnya
(tekanan vena jugularis yang meninggi dan hepatomegali). Bila keadaan ini terus
berlanjut, maka terjadi bendungan sistemik yang lebih berat dengan akibat
timbulnya edema tumit atau tungkai bawah dan asites (Osama Gusbi, 2002).
9
Gambar 1. Bagan determinan kardiak output (Storrow, 2007)
Preload dapat dilihat dari jumlah volume darah yang harus dipompa oleh
jantung, kontraktilitas merupakan kemampuan memompa jamtung, sedangkan
afterload merupakan kekuatan yang harus dikeluarkan oleh jantung untuk
memompa darah. Preload tidak hanya dipengaruhi oleh volume intravaskuler, tapi
juga dipengaruhi oleh keadaan restriksi saat pengisian ventrikel. Fungsi diastolic
ditentukan oleh dua factor yaitu elastisitas dari ventrikel kiri, yang mana
merupakan fenomena yang pasif, dan relaksasi myocardial yang mana proses ini
merupakan proses yang aktif dan membutuhkan energi.Ketidaknormalan ventrikel
kiri untuk relaksasi atau elastisitasnya baik itu karena structural (contoh:
hypertropi ventrikel kiri) atau perubahan pada fungsional (contoh: iskemia)
mempengaruhi juga pengisian ventrikel (preload).
10
baik, hal ini dikarenakan jantung tidak dapat berkontraksi dengan baik. Jaringan
yang infark dapat diperbaiki dengan pembedahan atau dengan terapi obat-obatan.
Beberapa hal yang juga mempengaruhi kontraktilitas jantung adalah agent
farmakologik (calcium-channel blocker), hipoksemia, dan asidosis yang parah.
11
secara bertahap dalam waktu yang lama. Sedangkan pada gagal jantung akut,
gejala berkembang secara cepat. Gejala utama dari gagal jantung, yaitu:
Setidaknya ada tiga tahapan gejala yang bisa dilihat pada seorang
penderita gagal jantung kongestif. Yang pertama adalah gejala tahap awal. Pada
tahap ini, pasien mengalami:
12
Sulit beraktivitas karena setiap kali melakukan aktivitas fisik ringan, tubuh
akan merasa lelah.
12
Selanjutnya, gagal jantung kongestif bisa dikatakan parah, apabila
penderita sudah mengalami gejala berupa:
Menjalarnya rasa nyeri di dada melalui tubuh bagian atas, kondisi ini bisa
juga menandakan adanya serangan jantung.
Kulit menjadi kebiru-biruan, karena paru-paru mengalami kekurangan
oksigen.
Tarikan napas yang pendek dan cepat.
Pingsan.
Pada kondisi gagal jantung kongestif berat, gejala akan dirasakan bahkan
ketika tubuh sedang beristirahat. Pada tahap ini, penderita gagal jantung kongestif
akan mengalami kesulitan dalam menjalani aktivitas sehari-hari.
Ketika jantung kiri gagal, aliran darah ke paru-paru akan menjadi stagnan.
Ini bisa menyebabkan kelelahan, sesak napas (terutama malam hari saat
berbaring), dan batuk. Sementara ketika jantung kanan gagal, darah stagnan dalam
jaringan.
Akibatnya, hati menjadi bengkak dan bisa menyebabkan sakit perut. Kaki
dan telapak kaki Anda juga bisa bengkak akibat jantung kanan tidak berfungsi
dengan baik.
13
penyebab dari kegagalan jantung, faktor yang memperberat, dan keparahan dari
penyakit. Gejala gagal jantung dapat dihubungkan dengan penurunan cardiac
output (mudah lelah, dan kelemahan) atau retensi cairan (dyspnea, orthopnea,
dan ”cardiac wheezing”). Pada kasus dengan kegagalan pada jantung kanan dapat
menyebabkan terjadinya kongetif hepar. Retensi cairan juga menyebabkan
edema perifer dan asites. Kegagalan pada jantung kiri dapt menyebabkan gejala
berupa munculnya dyspnea on effort. Pulmonary congestion (dengan crackles
dan wheezing) dominan muncul terutama pada keadaan akut maupun subakut
(Osama, 2002).
Pemeriksaan Fisik
14
tidak khas dalam membedakan gagal jantung dengan fraksi ejeksi menurun atau
normal. Evaluasi tanda fisik yang penting dalam mengungkap keparahan gagal
jantung mencakup keadaan umum, pemeriksaan tanda vital pada posisi duduk dan
berdiri, pemeriksaan fisis jantung dan pembuluh darah, pemeriksaan organ lain
yang terkait dengan kongesti dan hipoperfusi serta komorbiditas lainnya.
1. Keadaan Umum
Keadaan umum pasien yang perlu dinilai antara lain tingkat kesadaran,
perawakan tubuh, serta ekspresi pasien yang mungkin menunjukkan kesulitan saat
bernapas, menahan nyeri, dan batuk.
2. Pemeriksaan Kulit
3. Tekanan Darah
4. Pola Pernapasan
15
pemeriksaan fisis paru juga dapat menunjukkan adanya pekak saat perkusi paru
serta penurunan bunyi napas pada salah satu atau kedua bagian basal paru yang
mengindikasikan suatu efusi pleura. Kebocoran cairan dari kapiler pulmoner ke
dalam alveoli dapat menimbulkan ronki basah halus sedangkan bronkokonstriksi
reaktif bermanifestasi sebagai mengi. Namun, ronki basah halus mungkin tidak
ditemukan pada gagal jantung berat akibat adanya peningkatan drainase limfatik
lokal.
5. Bunyi Jantung
Adanya bunyi jantung ketiga (S3 gallop) merupakan temuan yang penting
sebab hal tersebut berkaitan dengan peningkatan volume pengisian ventrikel.
Selain itu, bunyi jantung ketiga sangat spesifik dalam memprediksi diagnosis
gagal jantung dan mempunyai nilai prognostik khusus. Pasien gagal jantung
dengan distensi vena jugularis dan S3 gallop berisiko lebih tinggi untuk
memerlukan perawatan di RS serta kematian akibat gagal jantung.
7. Edema
16
edema ekstremitas bawah lebih menggambarkan volume ekstravaskuler
dibandingkan intravaskuler serta dapat ditemukan pada kondisi lain seperti
insufisiensi vena, obesitas, limfedema, sindrom nefrotik, dan sirosis. Adanya
kombinasi distensi vena jugularis dan edema pedis meningkatkan kemungkinan
diagnosis gagal jantung dibandingkan diagnosis banding lainnya.
Pemeriksaan Penunjang
1. EKG
2. Radiologi
3. Echocardiografi
4. Pemeriksaan Laboratorium
17
lipid, thyroid-stimulating hormone (TSH), asam urat, dan urinalisis. Apabila
pasien tertentu memiliki faktor risiko terhadap infeksi human immunodeficiency
virus (HIV), skrining infeksi HIV dapat dipertimbangkan.
Hasil pemeriksaan fungsi hati yang abnormal pada pasien dengan gagal
jantung akut dapat berkaitan peningkatan risiko kematian total. Secara spesifik,
peningkatan kadar transaminase serta penurunan albumin pada hari ketiga sejak
perawatan merupakan prediktor independen luaran mortalitas buruk 6 bulan pada
pasien gagal jantung akut. Parameter enzim kolestatik alih-alih kadar
18
transaminase lebih berkaitan dengan keparahan gagal jantung kronik. Sementara
itu, peningkatan transaminase lebih jelas terlihat pada pasien gagal jantung akut
dan syok kardiogenik meskipun enzim kolestatik juga dapat sedikit meningkat
Pemeriksaan profil lipid puasa amat penting pada pasien gagal jantung
dengan berbagai stadium keparahan. Pada pasien gagal jantung stadium A, terapi
hiperlipidemia pada pasien yang berisiko tinggi dapat membantu menekan risiko
gagal jantung di masa yang akan datang. Pemeriksaan fungsi tiroid terutama
penting pada pasien yang memiliki riwayat penyakit tiroid atau pernah mengalami
aritmia ventrikuler akibat tirotoksikosis. Di sisi lain, peningkatan TSH disertai
kadar hormon tiroid yang rendah dapat mengindikasikan suatu hipotiroidisme.
Hipotiroidisme dapat berpengaruh terhadap luaran pada pasien gagal jantung yang
mendapat terapi resinkronisasi jantung maupun pasien gagal jantung secara
umum.
19
1. Meringankan gejala gagal jantung.
2. Meningkatkan kekuatan jantung.
3. Mencegah terjadinya henti jantung mendadak.
Penanganan gagal jantung dapat berupa pemberian obat, operasi, atau pemasangan
(implan) alat.
1. Obat-obatan
20
b. Penghambat beta, seperti carvedilol dan bisoprolol.
20
c. ACE inhibitor, seperti lisinopril, ramipril, dan perindopril.
d. ARB, seperti candesartan, valsartan, dan telmisartan.
e. Digoxin.
f. Ivabradine.
2. Operasi
Beberapa prosedur operasi yang dapat dilakukan untuk menangani gagal jantung,
yaitu:
21
d. digunakan pada pasien yang sedang menunggu donor untuk transplantasi
jantung.
a. Gagal ginjal.
b. Gangguan fungsi hati.
c. Pembengkakan limpa.
d. Paru-paru terendam air (edema paru).
e. Stroke.
f. Gagalnya banyak organ untuk berfungsi (kegagalan multiorgan).
g. Kematian mendadak.
Langkah pencegahan utamanya adalah menjalani gaya hidup sehat, yaitu dengan:
22
Jika menderita diabetes atau tekanan darah tinggi, segera berobat dan
lakukan pemeriksaan jantung secara berkala, sesuai saran dokter. Karena
kedua penyakit tersebut berisiko menyebabkan gagal jantung.
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Melalui makalah ini dapat diketahui bahwa menjaga kesehatan itu sangat penting
agar dapat terhindar dari berbagai macam penyakit. Caranya dengan menerapkan
pola hidup sehat (tidak merokok, minum-minuman keras, narkoba, dll.) ; menjaga
kesehatan jantung dengan rajin berolahraga dan mengonsumsi makanan yang
bergizi seimbang.
24
DAFTAR PUSTAKA
dr. Rizal Fadli. Diperbarui pada 22 Januari 2021. Gagal Jantung Kongestif.
Dikutip dari https://www.halodoc.com/kesehatan/gagal-jantung-kongestif.
Diakses pada 23 April 2021.
25
dr. Rizal Fadli. 2021. Gagal Jantung Kongestif. Dikutip dari
https://www.halodoc.com/kesehatan/gagal-jantung-kongestif. Diakses pada
25 April 2021.
Redaksi Halodoc. 2019. 5 Tanda dan Gejala Gagal Jantung Kongestif. Dikutip
dari https://www.halodoc.com/artikel/5-tanda-dan-gejala-gagal-jantung-
kongestif. Diakses pada 27 April 2021.
dr. Kevin Adrian. 2019. Gagal Jantung Kongestif: Pembunuh Diam-diam. Dikutip
dari https://www.alodokter.com/gagal-jantung-kongestif-pembunuh-diam-
diam. Diakses pada 27 April 2021.
26