Anda di halaman 1dari 19

MANAGEMENT MUTU : PSBH DAN KONSEP

PLANNING OF ACTION (POA)

KELOMPOK 7

DASRIZAL

FAUZAN HAMID

NOVIANDA IRFAN

PUTRA IBNU SINA

SUN FREDRICK

S1 KEPERAWATAN

STIKES PAYUNG NEGERI

PEKANBARU

2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap warga negara. Menurut Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang standar pelayanan minimal rumah sakit
menyatakan bahwa rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran strategis dalam mempercepat
peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang bermutu (Depkes RI, 2008).

Peningkatan mutu pelayanan kesehatan secara sistem perlu dilakukan, sehingga


diharapkan seluruh lingkup pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan di
rumah sakit memiliki karakter mutu pelayanan prima yang sesuai dengan harapan pasien
(Wiyono, 2012).

Pelayanan keperawatan merupakan indikator mutu rumah sakit yang menjadi


suatu konsekuensi terhadap profesionalisme dalam bidang keperawatan yang berkualitas
dan mengaktualisasikannya sehingga pemenuhan dimensi mutu pelayanan keperawatan
tercapai (Kemenkes RI, 2013).

Mutu asuhan keperawatan dapat tergambar dari dokumentasi proses keperawatan.


Dokumentasi dalam keperawatan memegang peranan penting terhadap segala macam
tuntutan masyarakat yang semakin kritis dan mempengaruhi kesadaran masyarakat akan
hak-haknya dari suatu unit kesehatan (Warsito, 2013).

Pendokumentasian merupakan suatu kegiatan pencatatan, pelaporan atau


merekam suatu kejadian serta aktivitas yang dilakukan dalam bentuk pemberian
pelayanan yang dianggap penting dan berharga. Pendokumentasian yang tidak dilakukan
dengan lengkap dapat menurunkan mutu pelayanan keperawatan karena tidak dapat
mengidentifikasi sejauh mana tingkat keberhasilan asuhan keperawatan yang telah
diberikan (Dalami,
2011).
Lestari (2014) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa jika dokumentasi tidak
dilakukan maka akan berdampak pada tindakan keperawatan yang tidak akurat sehingga
nilai pelayanan menurun. Dalam penelitiannya tersebut terdapat 26 dokumentasi askep
dengan kategori tidak lengkap. Menurut Nursalam (2011), dalam upaya peningkatan
mutu pelayanan keperawatan dan perbaikan status kesehatan pasien di rumah sakit, tanpa
dokumentasi yang benar dan jelas, kegiatan pelayanan keperawatan yang telah
dilaksanakan oleh seseorang perawat profesional tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan merupakan bagian dari
kualitas pelayanan keperawatan di rumah sakit. Menurut Prakosa (2016)
dalam penelitiannya menyatakan bahwa pendokumentasian yang tidak ditulis

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana manajmen mutu keperawatan?
2. Apa konsep tentang PSBH?
3. Apa konsep dari POA dalam manajemen keperawatan?
4. Bagaimana rancangan POA manajemen keperawatan?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui manajmen mutu keperawatan : PSBH dan konsep POA
dalam manajemen keperawatan.
2. Tujuan Khusus
1. Mampu memahami manajmen mutu keperawatan.
2. Mampu memahami konsep tentang PSBH.
3. Mampu memahami konsep dari POA dalam manajemen keperawatan.
4. Mampu memahami rancangan POA manajemen keperawatan.
BAB II

PENDAHULUAN

A. Mutu Pelayanan Keperawatan


1. Pengertian Mutu Pelayanan Keperawatan
Mutu adalah nilai kepatutan yang sebenarnya (proper value) terhadap unit
pelayanan tertentu, baik dari aspek technical(ilmu, ketrampilan, dan teknologi medis
atau kesehatan) dan interpersonal (tata hubungan perawat – pasien, dokter – pasien:
komunikasi, empati dan kepuasan pasien) (Widayat, 2009). Mutu yang baik adalah
tersedia dan terjangkau, tepat kebutuhan, tepat sumber daya, tepat standar profesi atau
etika profesi, wajar dan aman, mutu memuaskan bagi pasien yang dilayani
(Sabarguna, 2006).
Mutu Pelayanan keperawatan adalah suatu proses kegiatan yang
dilakukan oleh profesi keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan pasien
dalam mempertahankan keadaan dari segi biologis, psikologis, sosial,
dan spiritual pasien (Suarli dan Bahtiar, 2012).
Mutu pelayanan keperawatan adalah asuhan keperawatan professional
yang mengacu pada 5 dimensi kualitas pelayanan yaitu, (reability,
tangibles, assurance, responsiveness, dan empathy) (Bauket al, 2013).
Mutu pelayanan keperawatan merupakan suatu pelayanan yang
menggambarkan produk dari pelayanan keperawatan itu sendiri yang
meliputi secara biologis, psikologis, sosial, dan spiritual pada
individu sakit maupun yang sehat dan dilakukan sesuai standar
keperawatan (Asmuji, 2012).
Berdasarkan pernyataan ketiga teori diatas dapat disimpulkan bahwa
pelayanan keperawatan merupakan kegiatan atau upaya pelayanan yang
dapat dilakukan secara mandiri atau bersama-sama dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan pasien secara holistik.
2. Tujuan Mutu Pelayanan Keperawatan
Menurut Nursamalamcit Triwibowo (2013) tujuan mutu pelayanan
keperawatan terdapat 5 tahap yaitu:
a. Tahap pertama adalah penyusunan standar atau kriteria.
Dimaksudkan agar asuhan keperawatan lebih terstruktur dan
terencana berdasarkan standar criteria masing-masing perawat.
b. Tahap kedua adalah mengidentifikasi informasi yang sesuai dengan
kriteria. Informasi disini diharapkan untuk lebih mendukung dalam
proses asuhan keperawatan dan sebagai pengukuran kualitas
pelayanan keperawatan.
c. Tahap ketiga adalah identifikasi sumber informasi. Dalam memilih
informasi yang akurat diharuskan penyeleksian yang ketat dan
berkesinambungan. Beberapa informasi juga didapatkan dari pasien
itu sendiri.
d. Tahap keempat adalah mengumpulkan dan menganalisa data. Perawat
dapat menyeleksi data dari pasien dan kemudian menganalisa satu -
persatu.
e. Tahap kelima adalah evaluasi ulang. Dihahapin berfungsi untuk
meminimkan kekeliruan dalam pengambilan keputusan pada asuhan dan
tidak anak keperawatan.

Tujuan keperawatan merupakan hal yang harus direncanakan secara optimal


oleh perawat. Tujuan keperawatan menurut Gilliescit Asmuji (2012)
menyebutkan:

a. Tujuan keperawatan harus jelas, sehingga tercipta output


keberhasilan yang optimal. Dari hasil yang optimal maka akan
mendukung kinerja dan meningkatkan kerja perawat.
b. Tujuan yang memiliki criteria sulit dan menantang harus
dikolaborasikan dengan tim sejawat lain maupun tim medislainnya.
Disini perawat tidak diperkenankan untuk melakukan tindakan secara
persepsi tetapi secara rasional berdasarkan hasil diskusi.
c. Tujuan keperawatan diharuskan dapat diukur, berisi ketentuan
kuantitatif sehingga akan lebih mudah membandingkan seberapa besar
pencapaian keberhasilan tersebut.
d. Tujuan keperawatan harus berdasarkan waktu yang ditentukan, agar
pencapaian target lebih baik lagi. Waktu yang optimal dilaksanakan
dengan target dan tidak mengesampingkan kolaborasi dengan pasien.
3. Faktor Mutu Pelayanan Keperawatan
Menurut Nursalam (2013) kualitas mutu pelayanan keperawatan terdiri
atas beberapa factor yaitu:
a. Komunakasi dari mulut kemulut (word of mouth communication),
biasanya komunikasi dari mulut kemulut sering dilakukan oleh
masyarakat awam yang telah mendapatkan perawatan dari sebuah
instansi. Yang nantinya akan menyebarkan berita positif apabila
mereka mendapatkan perlakuan yang baik selama di rawat atau
menyampaikan berita negative tentang mutu pelayanan keperawatan
berdasarkan pengalaman yang tidak mengenakkan.
b. Kebutuhan pribadi (personal need), kebutuhan dari masing-masing
pasien bervariasi maka mutu pelayanan keperawatan juga harus
menyesuaikan berdasarkan kebutuhan pribadi pasien.
c. Pengalaman masa lalu (past experience), seorang pasien akan
cenderung menilai sesuatu berdasarkan pengalaman yang pernah
mereka alami. Didalam mutu pelayanan keperawatan yang baik akan
memberikan pengalaman yang baik kepada setiap pasien, namun
sebaliknya jika seseorang pernah mengalami hal kurang baik
terhadap mutu pelayanan keperawatan maka akan melekat sampai dia
mendapatkan perawatan kembali di suatu instansi.
d. Komunikasi eksternal (company’s external communication), sebagai
pemberi mutu pelayanan keperawatan juga dapat melakukan promosi
sehingga pasien akan mempercayai penuh terhadap mutu pelayanan
keperawatan di instansi tersebut.
Sedangkan menurut Triwibowo (2013), faktor-faktor yang mempengaruhi mutu
pelayanan keperawatan itu sendiri meliputi 7 kriteria diantaranya:

a. Mengenal kemampuan diri, seorang perawat sebelum melakukan sebuah


tindakan keperawatan kepada pasien harus mengetahui kelemahan dan
kekuatan yang ada pada diri perawat sendiri. Karena intropeksi
diri yang baik akan menghasilkan atau meminimalisir kejadian yang
tidak di inginkan.
b. Meningkatkan kerjasama, perawat harus berkerja sama dalam
melakukan asuhan keperawatan baik dengan tim medis, teman sejawat
perawat, pasien dan keluarga pasien.
c. Pengetahuan keterampilan masa kini, dimaksudkan agar perawat lebih
memiliki pengetahuan yang luas dan berfungsi dalam penyelesaian
keluhan pasien dengan cermat dan baik.
d. Penyelesaian tugas, perawat merupakan anggota tim medis yang
paling dekat dengan pasien. Oleh Karena itu, perawat dituntut
untuk mengetahui keluhan pasien dengan mendetail dan melakukan
pendokumentasian teliti setelah melakukan asuhan.
e. Pertimbangan prioritas keperawatan, seorang perawat harus mampu
melakukan penilaian dan tindakan keperawatan sesuai dengan
prioritas utama pasien.
f. Evaluasi berkelanjutan, setelah melakukan perencanaan perawat juga
harusmelakukanevaluasipasien agar
tindakanperawatanberjalandenganbaik, dan perawat mampu melakukan
pemantauan evaluasi secara berkelanjutan.
4. Indikator Mutu Pelayanan Keperawatan
Setiap instansi kesehatan akan lebih mengedepankan mutu pelayanan
dibandingkan dengan hal lainnya. Mutu pelayanan itu sendiri dapat
terwujud apabila didalam setiap instasi memiliki peranan dan tugas
sesuai dengan profesi. Setiap profesi kesehatan juga harus
mengedepankan mutu dengan memberikan pelayanan yang optimal kepada
semua pasien. Suatu pelayanan keperawatan dapat dikatakan baik
apabila dalampemenuhankebutuhanpasienberjalandengansesuai. Dari
pelayanan yang baik tersebut maka akan menimbulkan budaya penanganan
yang baik kepada semua pasien. Dan akan tercapainya tingkat kepuasan
pasien pada standar yang setinggi-tingginya. Mutu pelayanan
keperawatan sebagai alat ukur dari kualitas pelayanan kesehatan dan
mejadi salah satu factor penentu citra instansi pelayanan kesehatan
di masyarakat. Di karenakan keperawatan merupakan salah satu profesi
dengan jumlah terbanyak dan yang paling dekat dengan pasien. Mutu
pelayanan keperawatannya sendiri dilihat dari kepuasan pasien
terhadap pelayanan yang diberikan puas atau tidakpuas (Nursalam,
2011).
Menurut Nursalam (2013) suatu pelayanan keperawatan harus memiliki
mutu yang baik dalam pelaksanaanya. Diantaranya adalah:
a. Caring adalah sikap perduli yang ditunjukkan oleh perawat kepada
pasiennya. Perawat akan senantiasa memberikan asuhan dengan
sikap yang siap tanggap dan perawatmu dah dihubungi pada saat
pasien membutuhkan perawatan.
b. Kolaborasi adalah tindakan kerjasama antara perawat dengan
anggota medis lain, pasien, keluarga pasien, dan tim sejawat
keperawatan dalam menyelesaikan prioritas perencanaan pasien.
Disini perawat juga bertanggung jawab penuh dalam kesembuhan dan
memotivasi pasien.
c. Kecepatan, suatu sikap perawat yang cepat dan tepat dalam
memberikan asuhan keperawatan. Di mana perawat menunjukkan sikap
yang tidak acuh tak acuh, tetapi akan memberikan sikap baik
kepada pasien.
d. Empati adalah sikap yang harus ada pada semua perawat. Perawat
akan selalu memperhatikan dan mendengarkan keluh kesah yang
dialami pasien. Tetapi perawat tidak bersikap simpati, sehingga
perawat dapat membimbing kepercayaan pasien.
e. Courtesy adalah sopan santun yang ada pada diri perawat sendiri.
Perawat tidak akan cenderung membela satu pihak, tetapi perawat
akan bersikap netral kepada siapa pun pasien mereka. Perawat
juga akan menghargai pendapat pasien, keluarga pasien, dan tim
medis lain dalam hal kebaikan dan kemajuan pasien.
f. Sincerity adalah kejujuran dalam diri perawat. Jujur juga
merupkan salah satu kunci keberhasilan perawat dalam hal
perawatan kepada pasien. Perawat akan bertanggung jawab atas
kesembuhan dan keluhan yang dialami pasien.
g. Komunikasi teraupetik merupakan salah satu cara yang paling
mudah untuk dilakukan perawat dalam memberikan asuhan. Karena
komunikasi teraupetik sendiri merupakan cara efektif agar pasien
merasa nyaman dan lebih terbuka dengan perawat.

Mutu pelayanan keperawatan yang baik merupakan ujung tombak


pelayanan di rumah sakit. Agar terwujudnya pelayanan keperawatan
yang berkualitas perawat professional harus memiliki kemampuan
intelektual yang cukup, teknikal dan interpersonal, melaksanakan
asuhan berdasarkan standar praktik dan berdasarkan etik legal
(Syahrudinet al, 2014).

B. Menjelasakan Tentang PSBH


1. Pengertian PHSB
Problem Solving for Better Hospitals (PSBHospitals) adalah suatu
pendekatan untuk mengatasi berbagai masalah di rumahsakit dengan cara
yang mudah, menarik, dan dilakukan dengan suka hati (Smith, 1993).
Pendekatan PSBH ini mengarahkan agar supaya untuk suatu masalah
para problem solvers mampu :
a) menggunakan ide dan inovasi baru untuk mengatasi masalah-
masalah yang sudah lama ada di rumahsakit dan selama ini tidak
dapat diatasi.
b)  mengunakan sumber daya(biaya) yang dimiliki dan tidak
meminta tambahan sumber daya untuk mengatasi suatu masalah.
c) mengupayakan agar supaya masalah yang sudah dapat diatasi
tidak timbul lagi dengan mensinambungkan kegiatan untuk
mengatasi masalah tersebut.
2. Misi dan falsafah
Misi PSBH adalah untuk membantu karyawan dalam melaksanakan upaya
problem solving skala kecil yang secara langsung dapat memberi
manfaat bagi banyak orang, adapun falsafah PSBH adalah bahwa meskipun
terjadi kekurangan dana diseluruh dunia, para tenaga kesehatan yang
paling depan dan mereka mempunyai kepedulian dan minat, dapat
menggunakan sumber daya yang ada untuk mencapai dampak yang lebih
besar dalam mengatasi masalah kesehatan setempat dibanding dengan
yang secara umum telah dicapai.
Proses Problem Solving for Better Hospitals (PSBH) 
Proses PSBH bila dilaksanakan dengan sungguh-sungguh oleh karyawan
rumah sakit, seperti pepatah Ethiopia.
“ Apabila Sarang Laba-laba bersatu, Ia dapat mengikat seekor
Singa”.
Proses PSBH ini terdiri dari 5 (lima) langkah yaitu :
a) Definisikan Masalah
Langkah pertama dalam melaksanakan pendekatan PSBH, karyawan
untuk bisa mendefinisikan masalah dengan menulis sebuah masalah
ditempat kerja secara jelas demi kepentingan diri sendiri dan
orang lain dimana masalah itu benar-banar ada. Sering sekali
orang tertipu didalam mendefinisikan masalah sehingga sumber
daya yang berharga terbuang sia-sia dalam melaksanakan kegiatan
yang salah karena dalam mendefisinikan masalah terjadi
kesalahan. Masalah yang disampaikan harus riil (nyata) dan
benar-benar ada dan terjadi ditempat kerja. Sebagai prinsip
dalam mendefisinikan masalah,”Jangan menciptakan suatu masalah
(yang tidak ada) karena mereka tidak mungkin dapat mengatasi
masalah maya (virtual) yang mereka ciptakan”.
b) Tentukan Bagian Realistik dari Masalah.
Langkah kedua dalam PSBH, masalah yang ada untuk dikaji
kembali dan mendifinisikan kembali masalahnya sehingga masalah
tersebut bisa diatasi. Dan dengan mendefinisikan masalahnya
secara jelas, maka prioritas masalah yang dihadapi dapat
ditentukan pula. Dalam langkah kedua ini prinsipnya yaitu
mengatasi masalah bagian demi bagian. Adapun caranya adalah
dengan mengambil bagian yang kecil dari masalah, bagian yang
realistik dapat dikelola, kemudian mengatasi setiap bagian
kecil tersebut sebelum mengatasi bagian yang lain.
c) Definisikan Suatu Solusi.
Setelah mendefinisikan masalah dengan jelas dan menentukan
apakah masalah tersebut diatasi, langkah berikutnya untuk
mendefinisikan solusinya, yang kemudian mempertimbangkan
beberapa jenis solusi. Jenis-jenis solusinya dapat berupa
pendidikan, biomedis, psikologi, ekonomi, usaha mikro, hokum,
pelatihan mapun lingkungan,     kemudian tulis solusinya
dalam bentuk Pertanyaan yang Baik (Good Qoestion), relevan,
didefinisikan dengan baik, dan dapat dijawab. Pertanyaan
tersebut harus mencakup semua elemen dibawah ini dan mengikuti
format sebagai berikut :
Apakah dengan :
Melakukan Kegiatan apa ?
Dengan Siapa atau untuk Siapa ?
Dimana ?
Untuk berpapa lama ?
Mencapai tujuan yang diinginkan ?
d) Menyusun rencana kerja yang baik (Plan of Action)
Pada langkah ke-empat ini yaitu membuat rencana tentang
bagaimana cara mengatasi masalah yang telah dipilih, definisi
yang telah ditulis dan pertanyaan yang baik sehingga perlu
mengatur pikiran, merinci solusi, membuat gambaran dari
langkah-langkah yang akan diambil dan membuat daftar dari
sumber daya yang akan diperlukan untuk melaksanakan solusi yang
telah dipilih,  menyusun biaya yang diperlukan selanjutnya
menyusun jadual kegiatan kapan berbagai langkah upaya akan
dilaksanakan, waktu realistis dari setiap langkah, dan
berfikiran positif. Kapan berbagai langkah akan dilaksanakan.
e) Kesinambungan
Untuk merencanakan kesinambungan perlu disusun suatu plant
of action (POA) baru untuk merencanakan upaya kesinambungan
yang disampaikan kepada pihak-pihak yang terkait.
C. Konsep POA dalam Manajemen Keperawatan
1. Pengertian Plan of Action (PoA)

Perencanaan adalah menetapkan hal-hal yang akan datang dan tidak akan
dilakukan pada menit, jam atau waktu yang akan datang. Perencanaan merupakan
jembatan antara dimana kita sekarang dengan dimana kita saat yang akan datang.
Perencanaan merupakan proses intelektual yang didasarkan pada fakta dan
informasi, bukan emosi dan harapan (Douglas, 1992; Gillies, 1994).

Perencanaan adalah proses penyusunan rencana yang digunakan untuk


mengatasi masalah kesehatan di suatu wilayah tertentu. Suatu perencanaan
kegiatan perlu dilakukan setelah suatu organisasi melakukan analisis situasi,
menetapkan prioritas masalah, merumuskan masalah, mencari penyebab masalah
dengan salah satunya memakai metode fishbone, baru setelah itu melakukan plan
of action.

Planning of Action (PoA) atau disebut juga Rencana Usulan Kegiatan


(RUK) merupakan sebuah proses yang ditempuh untuk mencapai sasaran
kegiatan. Rencana kegiatan dapat memiliki beberapa bentuk, antara lain:

a) Rangkaian sasaran yang lebih spesifik dengan jangka waktu lebih


pendek
b) Rangkaian kegiatan yang saling terkait akibat dipilihnya
alternatif pemecahan masalah
c) Rencana kegiatan yang memiliki jangka waktu spesifik, kebutuhan
sumber daya yang spesifik, dan akuntabilitas untuk setiap
tahapannya.
Menurut Supriyanto dan Nyoman (2007), Perlu beberapa hal yang
dipertimbangkan sebelum menyusun Plan of Action (PoA), yaitu
dengan memperhatikan kemampuan sumber daya organisasi atau
komponen masukan (input), seperti: Informasi, Organisasi atau
mekanisme, Teknologi atau Cara, dan Sumber Daya Manusia (SDM).
2. Tujuan Plan of Action (PoA)
Tujuan dari Plan of Action (PoA), antara lain:
a) Mengidentifikasi apa saja yang harus dilakukan
b) Menguji dan membuktikan bahwa:
1) Sasaran dapat tercapai sesuai dengan waktu yang telah
dijadualkan
2) Adanya kemampuan untuk mencapai sasaran
3) Sumber daya yang dibutuhkan dapat diperoleh
4) Semua informasi yang diperlukan untuk mencapai sasaran
dapat diperoleh
5) Adanya beberapa alternatif yang harus diperhatikan.
c) Berperan sebagai media komunikasi
1) Hal ini menjadi lebih penting apabila berbagai unit dalam
organisasi memiliki peran yang berbeda dalam pencapaian.
2) Dapat memotivasi pihak yang berkepentingan dalam pencapaian
sasaran.
3. Kriteria Plan of Action (PoA) yang Baik
Dalam penerapannya, Plan of Acton (PoA) harus baik dan efektif
agar kegiatan program yang direncanakan dapat dijalankan sesuai
dengan tujuan. Berikut ini beberapa kriteria Plan of Acton (PoA)
dikatakan baik, antara lain:
a) Spesific (spesifik)
Rencana kegiatan harus spesifik dan berkaitan dengan keadaan
yang ingin dirubah. Rencana kegiatan perlu penjelasan secara
pasti berapa Sumber Daya Manusia (SDM) yang dibutuhkan, siapa
saja mereka, bagaimana dan kapan mengkomunikasikannya.
b) Measurable (terukur)
Rencana kegiatan harus dapat menunjukkan apa yang sesungguhnya
telah dicapai.
c) Attainable/achievable (dapat dicapai)
Rencana kegiatan harus dapat dicapai dengan biaya yang masuk
akal. Ini berarti bahwa rencana tersebut harus sederhana tetapi
efektif, tidak harus membutuhkan anggaran yang besar. Selain
itu teknik dan metode yang digunakan juga harus yang sesuai
untuk bisa dilakukan.

d) Relevant (sesuai)
Rencana kegiatan harus sesuai dan bisa diterapkan di suatu
organisasi atau di suatu wilayah yang ingin di intervensi.
Harus sesuai dengan pegawai atau masyarakat di wilayah
tersebut.
e) Timely (sesuai waktu)
Rencana kegiatan harus merupakan sesuatu yang dibutuhkan
sekarang atau sesuatu yang segera dibutuhkan. Jadi waktu yang
sesuai sangat diperlukan dalam rencana kegiatan agar kegiatan
dapat berjalan efektif.
D. Rancangan POA Manajemen Keperawatan
1. Langkah Plan of Action (POA)
a) Mengidentifikasi masalah dengan pernyataan masalah (Diagram 6
kata:
What, Who, When, Where, Why, How), sebagai berikut:
1) Masalah apa yang terjadi?
2) Dimana masalah tersebut terjadi?
3) Siapa yang mengalami masalah tersebut?
4) Mengepa msalah tersebut terjadi?
5) Bagaimana cara mengatasi masalah tersebut?
b) Setelah masalah diidentifikasi, tentukan solusi apa yang bisa
dilakukan.
c) Menyusun Rencana Usulan Kegiatan (RUK).
Menurut Supriyanto dan Nyoman (2007), beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam menyusun Plan of Action atau Rencana Usulan
Kegiatan (RUK), antara lain:
1) Pembahasan Ulang Masalah
Setelah menentukan masalah dan melakukan analisis penyebab
masalah, dapat dilihat keadaan atau situasi yang ada saat ini
dan mencoba menggambarkan keadaan tersebut nantinya sesuai
dengan yang diharapkan.
2) Perumusan Tujuan Umum
Dengan melihat situasi yang ada saat ini dengan gambaran
situasi yang diharapkan nantinya dan juga atas dasar tujan umum
pembangunan kesehatan, maka dapat dirumuskan tujuan umum
program atau kegiatan yang akan dilaksanakan. Tujuan umum
adalah suatu pernyataan yang bersifat umum dan luas yang
menggambarkan hasil akhir (outcome atau dampak) yang
diharapkan.
3) Perumusan Tujuan Khusus
Tujuan khusus merupakan pernyataan yang bersifat spesifik,
dapat diukur (kuantitatif) dengan batas waktu pencapaian untuk
mencapai tujuan umum. Bentuk pernyataan dalam tujuan khusus
sifatnya positif, merupakan keadaan yang diinginkan. Penentuan
indikator tujuan khusus program dapat menggunakan kriteria
SMARTS (Smart, Measurable, Attainable, Realistic, Time-bound,
Sustainable)
4) Penentuan Kriteria Keberhasilan
Penentuan kriteria keberhasilan atau biasa disebut indikator
keberhasilan dari suatu rencana kegiatan, perlu dilakukan agar
organisasi tahu seberapa jauh program atau kegiatan yang
direncanakan tersebut berhasil atau tercapai. Menentukan
kriteria atau indikator keberhasilan disesuaikan dengan tujuan
khusus yang telah ditentukan.
Pada program kegiatan yang diusulkan harus mengandung unsur
5W+1H, yaitu:
1) Who : Siapa yang harus bertanggung jawab untuk melaksanakan
rencana kegiatan
2) What : Pelayanan atau spesifik kegiatan yang akan
dilaksanakan
3) How Much : Berapa banyak jumlah pelayanan atau kegiatan
yang spesifik?
4) Whom : Siapa target sasaran atau populasi apa yang terkena
program?
5) Where : Dimana lokasi atau daerah dimana aktivitas atau
program dilaksanakan?
6) When : Kapan waktu pelaksanaan kegiatan atau program?

Rencana Usulan Kegiatan (RUK) disusun dalam bentuk matriks


(Gantt Chart) yang berisikan rincian kegiatan, tujuan, sasaran,
target, waktu, besaran kegiatan (volume), dan hasil yang
diharapkan. Berikut ini bentuk matriks Gantt Chart Usulan
Kegiatan (RUK):

Tabel : Gantt Chart Usulan Kegiatan (RUK)

No Upaya Keg. Tujuan Sasara Target Waktu Volume Hasil


Kesehata n Keg. Diharapka
n n

4. Langkah keempat, Bersama-sama dengan pihak yang berkepentingan


menguji dan melakukan validasi rencana kegiatan untuk mendapatkam
kesepakatan dan dukungan.
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Mutu Pelayanan keperawatan adalah suatu proses kegiatan yang
dilakukan oleh profesi keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan pasien
dalam mempertahankan keadaan dari segi biologis, psikologis, sosial, dan
spiritual pasien

B. Saran

Kita sebagai mahasiswa keperawatan sebaiknya mampu mengaplikasikan


manajemen mutu , PSBH dan konsep planning of action (POA) dalam
dunia kerja nanti.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. Kurikulum Pelatihan Manajemen Puskesmas Terintegrasi HIV-AIDS. Diakses


Tanggal 22 Oktober 2016. Dari http://buk.depkes.go.id/index.php?
option=com_docman&task=doc_download&gid=931&Itemid=142
Supriyanto, Stefanus dan Damayanti, Nyoman Anita. 2007. Perencanaan dan Evaluasi.
Surabaya: Airlangga University Press
World Health Organization (WHO). 2003. Materi Pelatihan Plan of Action. Pelatihan
Ketrampilan Manajerial SPMK.
http://buk.depkes.go.id/index.php?
option=com_docman&task=doc_download&gid=931&Itemid=148
Nursalam, (2011). Manajemen Keperawatan, Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional, Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai