Nama: Giovani
Nim: 042020008
Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat gangguan
emosional yang hebat (Brooker, 2001). Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang
disebabkan oleh benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-
paru,diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yangdapat
menyebabkan gangguan sistem pernapasan (Suzanne & Smetzler, 2001). Trauma thoraks
adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang dapat menyebabkan kerusakan
pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau
benda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan gawat thorax akut. Trauma thoraks di klasifi
kasikan dengan tumpul dan tembus. Trauma tumpul merupakan luka atau cedera pada rongga
thorax yang disebabkan oleh benda tumpul yang sulit diidentifikasi keluasan kerusakannya
karena gejala-gejala umum dan rancu (Brunner &Suddarth, 2002). Perubahan bentuk pada
thorax akibat trauma dapat menyebabkan gangguan fungsi atau cedera pada organ bagian
dalam rongga thorax seperti jantung dan paru-paru, sehingga dapat terjadi beberapa kondisi
patologis traumatik seperti Haematothorax, Pneumothorax, Tamponade Jantung.
B. ETIOLOGI
b.Pneumothorak tertutup-tusukan pada paru oleh patahan tulang iga, ruptur oleh vesikel
flaksid yang seterjadi sebagai sequele dari PPOM.
d.Kontusio paru-cedera tumpul dada akibat kecelakaan kendaraan atau tertimpa benda berat.
1.Trauma tajam
a. Pneumothoraks terbuka
b.Hemothoraks
c.Trauma tracheobronkial
d.Contusio Paru
e.Ruptur diafragma
f. Trauma Mediastinal
2. Trauma tumpul
a.Tension pneumothoraks
b.Trauma tracheobronkhial
c.Flail Chest
d.Ruptur diafragma
e.Trauma mediastinal
f.Fraktur kosta
E.MANIFESTASI KLINIS
1.Tamponade jantung :
b.Gelisah.
2.Hematotoraks :
3.Pneumothoraks :
c.Kolaps sirkulasi.
d.Dada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara napasyang terdengar jauh
atau tidak terdengar sama sekali.
F.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
4.CT-Scan
5.Echokardiografi
6.EKG (Elektrokardiografi)
7.Angiografi
Gold Standard’ untuk pemeriksaan aorta torakalis dengan dugaan adanya cedera aorta pada
trauma tumpul toraks.
8.Hb (Hemoglobin)
G.PENATALAKSANAAN
Klien yang diberikan pertolongan pertama dilokasi kejadian maupun di unit gawat
darurat (UGD) pelayanan rumah sakit harus mendapatkan tindakan yang tanggap darurat
dengan memperhatikan prinsip kegawatdaruratan. Penanganan yang diberikan sistematis
sesuai dengan keadaan masing-masing klien secara spesifik. Bantuan oksigenisasi penting
dilakukan untuk mempertahankan saturasi oksigen klien. Jika ditemui dengan kondisi
kesadaran yang mengalami penurunan / tidak sadar maka tindakan tanggap darurat yang
dapat dilakukan yaitu dengan memperhatikan :
d.Tindakan Kolaboratif
2.Konservatif
a)Pemberian Analgetik
d)Fisiotherapy
3.Invasif / Operatif
b.Ventilator
H.KOMPLIKASI
2.Cedera Vaskuler
3.Pneumothorak
4.Pleura Effusion
5.Plail Chest
a.Pengkajian Primer
1.AIRWAY
Trauma laring dapat bersamaan dengan trauma thorax walaupun gejala kinis yang ada kadang
tidak jelas, sumbatan airway karena trauma laring merupakan cidera laring yang mengancam
nyawa. Trauma pada dada bagian atas, dapat menyebabkan dislokasi ke area posterior atau
fraktur dislokasi dari sendi sternoclavicular. Penanganan trauma ini dapat menyebabkan
sumbatan airway atas. Trauma ini diketahui apabila ada sumbatan napas atas (stridor), adanya
tanda perubahan kualitas suara dan trauma yang luas pada daerah leher akan menyebabkan
terabanya defek pada regio sendi sternoclavikula. Penanganan trauma ini paling baik dengan
reposisi tertutup fraktur dan jika perlu dengan intubasi endotracheal.
2.BREATHING
Dada dan leher penderita harus terbuka selama dilakukan penilaian breathing dan vena-vena
leher. Pergerakan pernapasan dan kualitas pernapasan dinilai dengan diobservasi, palpasi dan
didengarkan. Gejala terpenting dari trauma thorax adalah hipoksia termasuk peningkatan
frekuensi dan perubahan pada pola pernapasan, terutama pernapasan yang dengan lambat
memburuk. Sianosis adalah gejala hipoksia yang lanjut pada penderita. Jenis trauma yang
mempengaruhi breathing harus dikenal dan diketahui selama primary survey.
3.CIRCULATION
Denyut nadi penderita harus dinilai kualitas, frekuensi dan keteraturannya. Tekanan darah
dan tekanan nadi harus diukur dan sirkulasi perifer dinilai melalui inspeksi dan palpasi kulit
untuk warna dan temperatur. Adnya tanda-tanda syok dapat disebebkan oleh hematothorax
masif maupun tension pneumothorax. Penderita traumathorax didaerah sternum yang
menunjukkan adanya disritmia harus dicurigai adanya trauma miokard.
4.Open Pneumothorak
Usaha pertama jika open pneumothorax adalah menutup lubang pada dinding dada sehingga
open pneumothorax menjadi closed pneumothrax (tertutup). Prinsip penutupan bersih. Harus
segera ditambahkan bahwa apabila selain lubang pada dinding dada, juga ada lubang pada
paru, maka usaha menutup lubang ini secara total(occlusive dressing) dapat mengkibatkan
terjadinya tension pneumothorax. Dengan demikian maka yang harus dilakukan adalah :
a)Menutup dengan kasa 3 sisi. Kasa ditutup dengan plaster pada 3 sisinya, sedangkan pada
sisi yang atas dibiarkan terbuka (kasa harus dilapisi zalf/soffratule pada sisi dalamnya supaya
kedap udara).
b)Menutup dengan kasa kedap udara. Apabila dilakukan cara ini harus sering dievaluasi paru.
Apabila ternyata timbul tension pneumothorax maka kasa harus dibuka.
c)Pada luka yang besar dapat dipakai plastik infus yang digunting sesuai ukuran.
5.Tension Pneumothorax
6.Hemathorax Masif
Jika klien mengalami hematothorax masif harus segera dibawa ke rumah sakit dilakukan
tindakan operatif. Terapi awal yang harus dilakukan adalah penggantian volume darah yang
dilakukan bersama dengan dekompresi rongga pleura dan kebutuhan thorakotomi diambil di
dapatkan kehilangan darah awal lebih dari 1500 ml atau kehilangan darah terus menerus 200
cc/jam dalam waktu 2-4 jam.
7.Flaill Chest
Terapi awal meliputi pemberian oksigen yang adekuat, pemberian analgesik untuk
mengurangi nyeri resusitasi cairan. Sesak nafas berat akibat kerusakan perenkim paru
mungkin harus dilakukan ventilasi tambahan. Di rumah sakit akan dipasang respirator apabila
analisis gas darah menujukkan pO2 yang rendah atau pCO2 yang tinggi.
8.Tamponade Jantung
Pemasangan CVP dan USG abdomen dapat dilakukan pada penderita temponade jantung
tetapi tidak boleh menghambat untuk dilakukannya resusitasi. Metode yang cepat untuk
menyelamatkan penderita ini adalah dilakukan pericardio sintesis (penusukan rongga
perikardium) dengan jarum besar untuk mengeluarkan darah tersebut. Tindakan definitif
adalah dilakukan perikardiotomi yang dilakukan oleh ahli bedah.
b.Pengkajian Sekunder
1.Aktivitas istirahat
2.Sirkulasi
Tanda : Takikardia ; disritmia ; irama jantunng gallops, nadi apical berpindah, tanda
Homman ; TD : hipotensi/hipertensi ; DVJ.
3.Integritas ego
5.Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : nyeri uni lateral, timbul tiba-tiba selama batuk atau regangan,tajam dan nyeri,
menusuk-nusuk yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinan menyebar ke leher, bahu
dan abdomen.
Tanda : berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, mengkerutkan wajah.
6. Keamanan
7.Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat factor risiko keluarga, TBC, kanker ; adanya bedah intra torakal/biopsy paru.
B.DIAGNOSA KEPERAWATAN
3.Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi sekret dan
penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.
4.Perubahan kenyamanan : Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan danreflek spasme otot
sekunder.
6.Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang bullow drainage