Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

SUPERVISI KEPERAWATAN

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keperawatan

Disusun Oleh Kelompok 1 :

1. Ailul Ikmah (173210001) 8. Nisa Nurul (173210025)


2. Danu Setiawan (173210005) 9. Nurul Fitria (173210028)
3. Dionisius Panji Eka P. (173210008) 10.Prastika Agustina D. (173210031)
4. Ernia Putri Setiawati (173210012) 11. Riska Agustin (173210035)
5. Fidia Nova (173210013) 12. Siti Aisyah (173210038)
6. Lulus Indra Susila (173210019) 13. Desi Tisna Dinda (173210041)
7. Naila Widatul Mayasiroh (173210023) 14. Agustina Ditubun (173210104)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG

TAHUN AKADEMIK

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang SUPERVISI KEPERAWATAN .
Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak sekali menemukan kesulitan
dan hambatan, namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak ,akhirnya
kami dapat menyelesaikan makalah ini .
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan.Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya.Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................1

A. LATAR BELAKANG.......................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH...................................................................................2

C. TUJUAN............................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................3

A. Supervisi.............................................................................................................3

1. Pengertian Supervisi.........................................................................................3

B. Supervisi Keperawatan.....................................................................................4

C. Pelaksanaan Supervisi Keperawatan..............................................................7

BAB III ANALISA JURNAL..................................................................................13

A. Jurnal 1 “HUBUNGAN SUPERVISI KEPALA RUANGAN DENGAN


PERILAKU PERAWAT DALAM PENDOKUMENTASIAN ASUHAN
KEPERAWATAN DIRUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT PREMIER
JATINEGARA JAKARTA TIMUR, 2015”............................................................13

B. Jurnal 2 “HUBUNGAN STRATEGI SUPERVISI KEPALA RUANG


DENGAN MOTIVASI PERAWAT DALAM PELAKSANAAN
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT
INAP RUMAH SAKIT DAERAH PARIAMAN”..................................................14
C. Jurnal 3 “PENGARUH SUPERVISI METODE KLINIS TERHADAP
KELENGKAPAN DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN DI RSUD
H.SOEWONDO KENDAL”.....................................................................................15

BAB IV PEMBAHASAN..........................................................................................17

BAB V PENUTUP.....................................................................................................20

A. KESIMPULAN................................................................................................20

B. SARAN.............................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................21
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Supervisi dan evaluasi merupakan bagian yang penting dalam manajemen
serta keseluruhan tanggung jawab pemimpin. Pemahaman ini juga ada dalam
manajemen keperawatan. Untuk mengelola asuhan keperawatan dibutuhkan
kemampuan manajemen dari perawat profesional diharapkan mempunyai
kemampuan dalam supervisi dan evaluasi. Pendelegasian merupakan elemen yang
esensial pada fase pengarahan dalam proses manajemen karena sebagian besar
tugas yang diselesaikan oleh manajer ( tingkat bawah, menengah dan atas ) bukan
hanya hasil usaha mereka sendiri, tetapi juga hasil usaha pegawai. Ada banyak
tugas yang sering kali harus diselesaikan oleh satu orang. Dalam situasi ini,
pendelegasian sering terkait erat dengan produktivitas. Ada banyak alasan yang
tepat untuk melakukan pendelegasian. Kadang kala manajer harus
mendelegasikan tugas rutin sehingga mereka dapat menangani masalah yang lebih
kompleks atau yang membutuhkan keahlian dengan tingkat yang lebih tinggi.
Supervisi merupakan bagian dari fungsi directing pengarahan ( dalam fungsi
manajemen yang berperan untuk mempertahankan agar segala kegiatan yang telah
diprogram dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar. Supervisi secara langsung
memungkinkan manajer keperawatan menemukan berbagai hambatan atau
permasalahan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di ruangan dengan
mencoba memandang secara menyeluruh faktor-faktor yang mempengaruhi dan
bersama dengan staf keperawatan untuk mencari jalan pemecahannya. Sukar
seorang manajer keperawatan untuk mempertahankan mutu asuhan keperawatan
tanpa melakukan supervisi, karena masalah – masalah yang terjadi dapat
diketahui oleh manajer keperawatan melalui informasi yang diberikan oleh staff
keperawatan yang mungkin sangat terbatas tanpa melakukan supervisi
keperawatan.

A. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini, yaitu:
1. Apa yang di maksud supervisi keperawatan?
2. Bagaimana manfaat dan tujuan dari supervisi?
3. Bagaimanapelaksana dan pelaksanaan supervisi keperawatan?
4. Bagaimanaprisip dan model supervisi keperawatan?

B. TUJUAN
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini, yaitu:
1. Mengetahui supervisi keperawatan.
2. Mengetahui manfaat dan tujuan dari supervisi.
3. Mengetahuipelaksana dan pelaksanaan supervisi keperawatan.
4. Mengetahuiprisip dan model supervisi keperawatan.
5. Dapat menganalisis jurnal tentang supervisi keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Supervisi
1. Pengertian Supervisi
Sebagai salah satu dari fungsi manajemen, pengertian supervisi telah
berkembang secara khusus. Secara umum yang dimaksud dengan supervise
adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan
terhadap pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan untuk kemudian apabila
ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan yang bersifat
langsung guna mengatasinya (Azwar, 1996).
Muninjaya (1999) menyatakan bahwa supervisi adalah salah satu
bagian proses atau kegiatan dari fungsi pengawasan dan pengendalian
(controlling).
Swanburg (1990) melihat dimensi supervisi sebagai suatu proses
kemudahan sumber-sumber yang diperlukan untuk penyelesaian suatu tugas
ataupun sekumpulan kegiatan pengambilan keputusan yang berkaitan erat
dengan perencanaan dan pengorganisasian kegiatan dan informasi dari
kepemimpinan dan pengevaluasian setiap kinerja karyawan.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan
supervisi adalah kegiatan-kegiatan yang terencana seorang manajer melalui
aktifitas bimbingan, pengarahan, observasi, motivasi dan evaluasi pada
stafnya dalam melaksanakan kegiatan atau tugas sehari-hari (Arwani, 2006).
2. Manfaat dan Tujuan Supervisi
Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak
manfaat. Manfaat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut (Suarli
&Bachtiar, 2009):
a. Supervisi dapat meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan efektifitas
kerja ini erat hubungannya dengan peningkatan pengetahuan dan
keterampilan bawahan, serta makin terbinanya hubungan dan suasana
kerja yang lebih harmonis antara atasan dan bawahan.
b. Supervisi dapat lebih meningkatkan efesiensi kerja. Peningkatan efesiensi
kerja ini erat kaitannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang
dilakukan bawahan, sehingga pemakaian sumber daya (tenaga, harta dan
sarana) yang sia-sia akan dapat dicegah.

Apabila kedua peningkatan ini dapat diwujudkan, sama artinya dengan telah
tercapainya tujuan suatu organisasi. Tujuan pokok dari supervisi ialah
menjamin pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah direncanakan secara
benar dan tepat, dalam arti lebih efektif dan efesien, sehingga tujuan yang
telah ditetapkan organisasi dapat dicapai dengan memuaskan (Suarli &
Bachtiar, 2008).

B. Supervisi Keperawatan
Dalam bidang keperawatan supervisi mempunyai pengertian yang sangat luas,
yaitu meliputi segala bantuan dari pemimpin/penanggung jawab kepada perawat
yang ditujukan untuk perkembangan para perawat dan staf lainnya dalam
mencapai tujuan asuhan keperawatan kegiatan supervisi semacam ini merupakan
dorongan bimbingan dan kesempatan bagi pertumbuhan dan perkembangan
keahlian dan kecakapan para perawat (Suyanto, 2008).
Supervisi terhadap kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian
asuhan keperawatan dapat dilakukan dengan memberikan bimbingan, pengarahan,
observasi dan pemberian motivasi serta evaluasi terhadap pendokumentasian tiap-
tiap tahap proses keperawatan. Kelengkapan dan kesesuaian dengan standar
merupakan variabel yang harus disupervisi (wiyana, 2008).
1. Pelaksana Supervisi Keperawatan
Materi supervisi atau pengawasan disesuaikan dengan uraian tugas dari
masing-masing staf perawat pelaksana yang disupervisi terkait dengan
kemampuan asuhan keperawatan yang dilaksanakan. Supervisi keperawatan
dilaksanakan oleh personil atau bagian yang bertangguung jawab antara lain
(Suyanto,2008):
1. Kepala ruangan
Bertanggung jawab untuk melakukan supervisi pelayanan keperawatan
yang diberikan pada pasien di ruang perawatan yang dipimpinnya.
Kepala ruangan mengawasi perawat pelaksana dalam memberikan
asuhan keperawatan baik secara langsung maupun tidak langsung
disesuaikan dengan metode penugasan yang diterapkan di ruang
perawatan tersebut. Sebagai contoh ruang perawatan yang menerapkan
metode TIM, maka kepala ruangan dapat melakukan supervisi secara
tidak langsung melalui ketua tim masing-masing (Suarli dan Bahtiar ,
2009).
2. Pengawas perawatan (supervisor)
Ruang perawatan dan unit pelayanan yang berada di bawah unit
pelaksana fungisional (UPF) mempunyai pengawas yang bertanggung
jawab mengawasi jalannya pelayanan keperawatan.
3. Kepala bidang keperawatan
Sebagai top manager dalam keperawatan, kepala bidang keperawatan,
kepala bidang keperawatan bertanggung jawab melakukan supervisi baik
secara langsung atau tidak langsung melalui para pengawas keperawatan.
Mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang aman dan nyaman,
efektif dan efesien. Oleh karena itu tugas dari seorang supervisor adalah
mengorientasikan staf dan pelaksana keperawatan terutama pegawai
baru, melatih staf dan pelaksana staf keperawatan, memberikan
pengarahan dalam pelaksanaan tugas agar menyadari, mengerti terhadap
peran, fungsi sebagai staf dan pelaksana asuhan keperawatan,
memberikan pelayanan bimbingan pada pelaksana keperawatan dalam
memberikan asuahan keperawatan.
2. Sasaran Supervisi Keperawatan
Setiap sasaran dan target dilaksanakan sesuai dengan pola yang
disepakati berdasarkan struktur dan hirearki tugas. Sasaran atau objek dari
supervisi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan, serta bawahan yang
melakukan pekerjaan. Jika supervisi mempunyai sasaran berupa pekerjaan
yang dilakukan, maka disebut supervisi langsung, sedangkan jika sasaran
berupa bawahan yang melakukan pekerjaan disebut supervisi tidak langsung.
Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kinerja pekerjaan yang
dilakukan oleh bawahan (Suarli dan Bachtiar, 2009)
Sasaran yang harus dicapai dalam pelaksanaan supervisi antara lain:
pelaksanaan tugas keperawatan, penggunaan alat yang efektif dan ekonomis,
system dan prosedur yang tidak menyimpang, pembagian tugas dan
wewenang, penyimpangan/penyeleengan kekuasaan, kedudukan dan
keuangan (Suyanto, 2008).
3. Kompetensi Supervisor Keperawatan
Tanggung jawab utama seorang supervisor adalah mencapai hasil
sebaik mungkin dengan mengkoordinasikan system kerjanya. Para supervisor
mengkoordinasikan pekerjaan karyawan dengan mengarahkan, melancarkan,
membimbingan, memotivasi, dan mengendalikan (Dharma, 2003). Seorang
keperawatan dalam menjalankan tugasnya sehari-hari harus memiliki
kemampuan dalam (Suyanto, 2008):
a. Memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas, sehingga dapat
dimengerti oleh staf dan pelaksana keperawatan.
b. Memberikan saran, nasehat dan bantuan kepada staf dan pelaksanan
keperawatan.
c. Memberikan motivasi untuk meningkatkan semangat kerja kepada staf
dan pelaksanan keperawatan.
d. Mampu memahami proses kelompok (dinamika kelompok).
e. Memberikan latihan dan bimbingan yang diperlukan oleh staf dan
pelaksana keperawatan.
f. Melakukan penilaian terhadap penampilan kinerja perawat.
g. Mengadakan pengawasan agar asuhan keperawatan yang diberikan lebih
baik.
C. Pelaksanaan Supervisi Keperawatan
1. Tehnik Supervisi keperawatan
Supervisi keperawatan merupakan suatu proses pemberian sumber-
sumber yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaiakan tugas dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dengan supervisi memungkinkan
seorang manajer keperawatan dapat menemukan berbagai kendala yang
dihadapi dalam pelaksanaan asuahan keperawatan di ruang yang bersangkutan
melalui analisis secara komprehensif bersama-sama dengan anggota perawat
secara efektif dan efesien. Melalui kegiatan supervisi seharusnya kualitas dan
mutu pelayanan keperawatan menjadi fokus dan menjadi tujuan utama, bukan
malah menyibukkan diri mencari kesalahan atau penyimpangan (Arwani,
2006).
Teknik supervisi dibedakan menjadi dua, supervisi langsung dan tak
langsung.
a. Teknik Supervisi Secara Langsung
Supervisi yang dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang
dilaksanakan. Pada waktu supervisi diharapkan supervisor terlibat dalam
kegiatan agar pengarahan dan pemberian petunjuk tidak dirasakan sebagai
perintah Bittel, 1987 (dalam Wiyana, 2008). Cara memberikan supervisi
efektif adalah :
1) Pengarahan harus lengkap dan mudah dipahami
2) Menggunakan kata-kata yang tepat
3) Berbicara dengan jelas dan lambat
4) Berikan arahan yang logis
5) Hindari banyak memberikan arahan pada satu waktu
6) Pastikan arahan yang diberikan dapat dipahami
7) Pastikanbahwa arahan yang diberikan dilaksanakan atau perlu tindak
lanjut.
Supervisi lansung dilakukan pada saat perawat sedang melaksanakan
pengisian formulir dokumentasi asuhan keperawatan. Supervisi dilakukan
pada kinerja pendokumentasian dengan mendampingi perawat dalam
pengisian setiap komponen dalam proses keperawatan mulai dari
pengkajian sampai dengan evaluasi.
Langkah-langkah yang digunakan dalam supervisi langsung (Wiyana,
2008):
1) Informasikan kepada perawat yang akan disupervisi bahwa
pendokumentasiannya akan disupervisi.
2) Lakukan supervisi asuhan keperawatan pada saat perawat melakukan
pendokumentasian. Supervisor melihat hasil pendokumentasian
secara langsung dihadapan perawat yang mendokumentasikan.
3) Supervisor menilai setiap dokumentasi sesuai standar dengan asuhan
keperawatan pakai yaitu menggunakan form A Depkes 2005.
4) Supervisor menjelaskan, mengarahkan dan membimbing perawat
yang disupervisi komponen pendokumentasian mulai dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi kepada
perawat yang sedang menjalankan pencacatan dokumentasi asuhan
keperawatan sesuai form A dari Depkes.
5) Mencatat hasil supervisi dan menyimpan dalam dokumen supervisi.
b. Teknik Secara Tidak Langsung
Supervisi tidak langsung adalah supervisi yang dilakukan melalui
laporan baik tertulis maupun lisan. Perawat supervisor tidak melihat
langsung apa yang terjadi di lapangan sehingga memungkinkan terjadinya
kesenjangan fakta. Umpan balik dapat diberikan secara tertulis (Bittel,
1987) dalam Wiyana, 2008.
Langkah-langkah Supervisi tak langsung.
1) Lakukan supervisi secara tak langsung dengan melihat hasil
dokumentasi pada buku rekam medik perawat.
2) Pilih salah satu dokumen asuhan keperawatan.
3) Periksa kelengkapan dokumentasi sesuai dengan standar dokumentasi
asuhan keperawatan yang ditetapkan rumah sakit yaitu form A dari
Depkes.
4) Memberikan penilaian atas dokumentasi yang di supervisi dengan
memberikan tanda bila ada yang masih kurang dan berikan cacatan
tertulis pada perawat yang mendokumentasikan.
5) Memberikan catatan pada lembar dokumentasi yang tidak lengkap
atau sesuai standar.
2. Prinsip Supervisi Keperawatan
Agar seorang manajer keperawatan mampu melakukan kegiatan
supervisi secara benar, harus mengetahui dasar dan prinsip-prinsip supervisi.
Prinsip-prinsip tersebut harus memenuhi syarat antara lain didasarkan atas
hubungan professional dan bukan hubungan pribadi, kegiatan harus
direncanakan secara matang, bersifat edukatif, memberikan perasaan aman
pada perawat pelaksana dan harus mampu membentuk suasana kerja yang
demokratis. Prinsip lain yang harus dipenuhi dalam kegiatan supervisi adalah
harus dilakukan secara objektif dan mampu memacu terjadinya penilaian diri
(self evaluation), bersifat progresif, inovatif, fleksibel, dapat mengembangkan
potensi atau kelebihan masing-masing orang yang terlibat, bersifat kreatif dan
konstruktif dalam mengembangkan diri disesuaikan dengan kebutuhan, dan
supervisi harus dapat meningkatkan kinerja bawahan dalam upaya
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan ( Arwani, 2006).
Ada beberapa prinsip supervisi yang dilakukan di bidang keperawatan
(Nursallam, 2007) antara lain: 1) Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur
organisasi, 2) Supervisi menggunakan pengetahuan dasar manajemen,
keterampilan hubungan antar manusia dan kemempuan menerapkan prinsip
manajemen dan kepemimpinan, 3) Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas,
terorganisasi dan dinyatakan melalui petunjuk, peraturan urian tugas dan
standard, 4) Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokratis antara
supervisor dan perawat pelaksana. 5) Supervisi merupakan visi, misi, falsafah,
tujuan dan rencana yang spesifik, 6) Supervisi menciptakan lingkungan yang
kondusif, komunikasi efektif, kreatifitas dan motivasi, 7) Supervisi
mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna dalam pelayanan
keperawatan yang memberi kepuasan klien, perawat dan manajer.

3. Kegiatan Rutin Supervisor


Untuk dapat mengkoordinasikan system kerja secara efektif, para
supervisor harus melakukan dua jenis kegiatan, yaitu kegiatan tugas dan
kegiatan supervisi. Kegiatan tugas adalah kegiatan yang melibatkan
supervisor dalam pelaksanaan lansung suatu pekerjaan. Kegiatan supervisi
adalah kegiatan yang mengkoodinasikan pekerjaan yang dilkukan orang lain.
Supervisor yang efektif menekankan kegiatan supervisi (Dharma, 2003).
Kegiatan dalam supervisi adalah sebagai berikut (Wiyana, 2008) :
a. Persiapan.
Kegiatan Kepala Ruangan (supervisor) meliputi: 1) Menyusun jadwal
supervisi, 2) Menyiapkan materi supervisi (format supervisi, pedoman pen
dokumentasian). 3) Mensosialisasikan rencana supervisi kepada perawat
pelaksana
b. Pelaksanaan supervisi.
Kegiatan kepala ruangan (supervisor) pada tahap pelaksanaan supervisi
meliputi : 1) Mengucapkan salam pada perawat yang disupervisi,
Membuat kontrak waktu supervisi pendokumentasian dilaksanakan. 2)
Bersama perawat mengidentifikasi kelengkapan pendokumentasian untuk
masing-masing tahap, 3) Mendiskusikan pencapaian yang telah diperoleh
perawat dalam pedokumentasian asuhan keperawatan, 4) Mendiskusikan
pencapaian yang harus ditingkatkan pada masing-masing tahap, 5)
Memberikan bimbingan / arahan pendokumentasian asuhan keperawatan,
6) Mencatat hasil supervisi.
c. Evaluasi
Kegiatan kepala ruangan (supervisor) pada tahap evaluasi meliputi: 1)
Menilai respon perawat terhadap pendokumentasian yang baru saja di
arahkan, 2) Memberikan reinforcement pada perawat, 3) Menyampaikan
rencana tindak lanjut supervisi.

4. Model-model Supervisi Keperawatan


Selain cara supervisi yang telah diuraikan, beberapa model supervisi dapat
diterapkan dalam kegiatan supervisi antara lain (Suyanto, 2008):
a. Model konvensional
Model supervisi dilakukan melalui inspeksi langsung untuk
menemukan masalah dan kesalahan dalam pemberian asuahan
keperawatan. Supervisi dilakukan untuk mengoreksi kesalahan dan
memata-matai staf dalam mengerjakan tugas. Model ini sering tidak adil
karena hanya melihat sisi negatif dari pelaksanaan pekerjaan yang
dilakukan para perawat pelaksana sehingga sulit terungkap sisi positif,
hal-hal yang baik ataupun keberhasilan yang telah dilakukan .
b. Model ilmiah
Supervisi dilakukan dengan pendekatan yang sudah direncanakan
sehingga tidak hanya mencari kesalahan atau masalah saja. Oleh karena
itu supervisi yang dilakukan dengan model ini memilki karasteristik
sebagai berikut yaitu, dilakukan secara berkesinambungan, dilakukan
dengan prosedur,instrument dan standar supervisi yang baku,
menggunakan data yang objektif sehingga dapat diberikan umpan balik
dan bimbingan.
c. Model klinis
Supervisi model klinis bertujuan untuk membantu perawat pelaksana
dalam mengembangkan profesionalisme sehingga penampilan dan
kinerjanya dalam pemberian asuahn keperawatan meningkat. Supervisi
dilakukan secara sistematis melalui pengamatan pelayanan keperawatan
yang diberikan oleh seorang perawat selanjutnya dibandingkan dengan
standar keperawatan.
d. Model artistic
Supervisi model artistic dilakukan dengan pendekatan personal untuk
menciptakan rasa aman sehingga supervisor dapat diterima oleh perawat
pelaksana yang disupervisi. Dengan demikian akan tercipta hubungan
saling percaya sehingga hubungna antara perawat dan supervisor akan
terbuka dam mempermudah proses supervisi.
BAB III
ANALISA JURNAL

A. Jurnal 1 “HUBUNGAN SUPERVISI KEPALA RUANGAN DENGAN


PERILAKU PERAWAT DALAM PENDOKUMENTASIAN ASUHAN
KEPERAWATAN DIRUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT PREMIER
JATINEGARA JAKARTA TIMUR, 2015”

Dalam jurnal ini metode penelitian menggunakan deskriptif korelatif dengan


pendekatan cross secional. Jumlah responden sebanyak 76 perawat pelaksana
yang bertugas diruang rawat inap rumah sakit premier jatinegara. Instrumen yang
digunakan berupa kuesioner/angket. Penelitian ini dilakukan pada bulan April
2014 sampai dengan Januari 2015.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungannya
antara supervisi kepala ruangan denga perilaku perawat dalam pendoukmentasian
asuhan keperawatan di Rumah Sakit Premier Jakarta.
Supervisi yang dilakukan kepala ruangan menunjukan hasil bahwa sebanyak
50 responden dengan presentase 61,1% menunjukan kalau kepala ruangan
melakukan supervisi yang baik kepada perawat pelaksana. Sedangkan perilaku
perawat rawat inap RS Primer Jatinegara Jakarta Timur mendapat hasil bahwa 35
responden dengan presentase 46,1% memiliki perilkau baik dalam
pendokumentasian asuhan keperawatan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa supervisi kepala ruangan baik
mendapatkan perilaku perawat baik sebesar (36%) dibandingkan perilaku perawat
buruk sebesar (64%), sedangkan supervisi kepala ruangan yang buruk
mendapatkan perilaku baik sebesar (65,4%) dibandingkan perilaku perawat buruk
sebesar (34,6%). Hasil uji statistik dengan uju uji square, diperoleh hasil nilai p
sebesar 0,015karena nilai p value < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara superbisis yang dilakukan oleh kepala ruangan
dengan perilaku perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di Rumah
Sakit Premier Jatinegara.

B. Jurnal 2 “HUBUNGAN STRATEGI SUPERVISI KEPALA RUANG


DENGAN MOTIVASI PERAWAT DALAM PELAKSANAAN
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG
RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH PARIAMAN”
Penilitian ini bertujuan untuk melihat hubungan strategi supervisi kepala
ruangan dengan motivasi perawat pelaksana dalam pendokumentasian asuhan
keperawatan di ruang rawat inap RSUD Pariaman tahun 2012. Jenis penelitian ini
deskriftif korelasi pendekatan cross secsional. Pengumpulan di lakukan tanggal 1
– 16 Juni 2012. Sampel adalah perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD
Pariaman dengan jumlah sampel 86 orang. Teknik pengambilan sampel,
proposional random sampling.
Adapun hasil penelitian berkarakteristik responden antara lain : responden
yang berumur < 30 tahun (45,3%), berumur ≥ 30 tahun (54,7%), pendidikan
akademik (90,7%), sarjana (9,3%), lama kerja < 5 tahun (51,2%), 5 – 10 tahun
(34,8%) dan > 10 tahun 14 dan status PNS (65,1%).
Hasil penelitian menunjukan ada hubungan bermakna strategi supervisi kepala
ruang dengan motivasi perawat pelaksana dalam pendokumentasian asuhan
keperawatan, yaitu dilihat struktur bahwa ada sebanyak 35 (68,8%) strukur
supervisi kepala ruangan baik memiliki tingkat motivasi tinggi dibandingkan
dengan strukur supervisi kurang baik sebanyak 14 (40,0%) motivasi tinggi, nilai p
value = 00,016(p < α=0,05). Keterampilan, bahwa sebanyak 32 (72,7%) askep
keterampilan supervisi baik mempunyai motivasi tinggi, didapatkan nilai p value
= 0,005(p < α=0,05). Dukungan, bahwa sebanyak 32 (71,1%) dukungan supervisi
baik mempunyai motivasi tinggi, didapatkan nilai p value = 00,011(p < α=0,05).
Keberlanjutan, bahwa sebnayak 35 (79,5%) keberlanjutan (sustainability)
supervisi baik mempunyai motivasi tinggi, hasil uji statistik didapatkan nilai p
value = 0,000 < 0,05).Analisis multivariat variabel yang paling berhubungan
dengan motivasi perawat dalam pendokumentasian askep ialah strategi
keberlanjutan supervisi kepala ruangan.

C. Jurnal 3 “PENGARUH SUPERVISI METODE KLINIS TERHADAP


KELENGKAPAN DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN DI RSUD
H.SOEWONDO KENDAL”
Penelitian ini menggunakan quasi eksperimental pre-post test. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui pengaruh supervisi metode klinis terhadap
kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan di RSUD Dr.H.soewondo kendal.
Supervisi adalah satu proses kemudahan untuk penyelesaian tugas-tugas
keperawatan (swanburg & swansburg, 1999). Kegiatan supervisi adalah kegiatan-
kegiatan yang terencana, seorang maneger melalui aktifitas pembimbing,
pengarahan, observasi, motivasi dan evaluasi pada stafnya dalam melaksanakan
kegiatan atau tugas sehari-hari. Pendokumentasian adalah pencatatan dari
tindakan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian,diagnosa penatalaksanaan
dan evaluasi. Dokumentasi merupakan aspek penting dari praktek keperawatan
Karena berisi catatan-catatan yang berguna untuk komunikasi tagihan
,financia,edukasi ,pengkajian riset dan audit. Supervisi metode klinis adalah suatu
pengamatan atau pengawasan terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan
oleh Seorang perawat selanjutnya dibandingkan dengan standar keperawatan yang
bertujuan untuk membantu perawat pelaksana dalam mengembangkan
profesionalisme sehingga penampilan dari kinerja nya adalah pemberian asuhan
keperawatan meningkat serta diharapkan pendokumentasian asuhan keperawatan
juga akan meningkat (Kuncoro, 2010. Hlm 108).
Hasil penelitian di ruang flamboyan dan ruang kenanga RSUD Dr. H.
Soewondo kendal sebanyak 35 responden, menunjukan bahwa terdapat pengaruh
supervisi metode klinis terhadap kelengkapan dokumentasi. Terlihat dari sebelum
dilakukan supervisi metode klinis terdapat 26 dokumentasi askep dengan kategori
kurang lengkap dan setelah dilakukan supervisi metode klinis terdapat 25
dokumentasi askep dalam kategori lengkap dengan nilai p value=0.000. Alasan
perawat jarang melengkapi dokumentasi asuhan keperawatan salah satu faktornya
karena kurangnya pengawasan, pengontrolan terhadap dokumentasi asuhan
keperawatan. Perawat merasa dokumentasi asuhan keperawatan terlalu banyak
tidak ada hubungannya dengan gaji serta kurangnya teguran dari atasannya.
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam bidang keperawatan supervisi mempunyai pengertian yang sangat luas,


yaitu meliputi segala bantuan dari pemimpin/penanggung jawab kepada perawat
yang ditujukan untuk perkembangan para perawat dan staf lainnya dalam
mencapai tujuan asuhan keperawatan kegiatan supervisi semacam ini merupakan
dorongan bimbingan dan kesempatan bagi pertumbuhan dan perkembangan
keahlian dan kecakapan para perawat (Suyanto, 2008).
Supervisi terhadap kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian
asuhan keperawatan dapat dilakukan dengan memberikan bimbingan, pengarahan,
observasi dan pemberian motivasi serta evaluasi terhadap pendokumentasian tiap-
tiap tahap proses keperawatan. Kelengkapan dan kesesuaian dengan standar
merupakan variabel yang harus disupervisi (wiyana, 2008).
Dari ketiga jurnal yang telah dianalisis didapatkan bahwa :
1. Menurut peneliti kegiatan supervisi mempunyai pengaruh yang kuat terhadap
perilaku seseorang, karena bahwa kegiatan supervisi adalah kegiatan-kegiatan
yang terencana seorang manajer melalui aktifitas bimbingan, pengarahan,
observasi, motivasi dan evaluasi pada stafnya dalam melaksanakan kegiatan
atau tugas sehari-hari (Arwani, 2006).
Dalam penelitian ini yang di lakukan di Rumah Sakit Premier
Jatinegara Jakarta Timur memiliki lebih dari sebagian besar perawat
pelaksana diruang rawat inap RS Premier Jatinegara mendapatkan supervisi
yang baik dari kepala ruangannya masing-masing. Namun masih ada juga
perawat memiliki perilaku yang buruk meskipun sudah diberikan supervisi
yang baik oleh kepala ruangan masing-masing. hal ini sejalan dengan teori
yang diungkapkan Skimer dalam Buku Pengantar Pendidikan Kesehatan dan
Ilmu Perilaku kesehatan, 2010 yang menyatakan bahwa perilaku merupakan
respon atau reaksi sesorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar diri
seseorang) dan respon yang merupakan faktor dari dalam orang yang
bersangkutan.
2. Tanggung jawab utama seorang supervisor adalah mencapai hasil sebaik
mungkin dengan mengkoordinasikan system kerjanya. Para supervisor
mengkoordinasikan pekerjaan karyawan dengan mengarahkan, melancarkan,
membimbingan, memotivasi, dan mengendalikan (Dharma, 2003).
Penelitian yang dilakukan di ruang rawat inap Rumah Sakit Pariaman
bahwa ada hubungan bermakna strukur, keterampilan, dukungan,
keberlanjutan supervisi kepala ruangan dengan motivasi perawat pelaksana
dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Tapi yang paling dominan
berkaitan erat dengan motivasi perawat pelaksanan dalam pendokumentasian
asuhan keperawatan ialah keberlanjutan supervisi kepala ruangan. Aspek
keberlanjutan supervisi kepala ruangan bertujuan untuk tetap
mempertahankan pengalam, keterampilan, nilai-nilai yang telah dianut
perawat. Kegiatan ini kontinju dengan cara mentrasfer ilmu supervisor kepada
perawat pelaksana (page dan Workset dari hasil penelitian Greater Machester
dalam model supervisi klinik, supratman, 2008).
Ada beberapa prinsip supervisi yang dilakukan di bidang keperawatan
(Nursallam, 2007) antara lain: 1) Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur
organisasi, 2) Supervisi menggunakan pengetahuan dasar manajemen,
keterampilan hubungan antar manusia dan kemempuan menerapkan prinsip
manajemen dan kepemimpinan, 3) Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas,
terorganisasi dan dinyatakan melalui petunjuk, peraturan urian tugas dan
standard, 4) Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokratis antara
supervisor dan perawat pelaksana. 5) Supervisi merupakan visi, misi, falsafah,
tujuan dan rencana yang spesifik, 6) Supervisi menciptakan lingkungan yang
kondusif, komunikasi efektif, kreatifitas dan motivasi, 7) Supervisi
mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna dalam pelayanan
keperawatan yang memberi kepuasan klien, perawat dan manajer.
3. Supervisi model klinis bertujuan untuk membantu perawat pelaksana
dalam mengembangkan profesionalisme sehingga penampilan dan
kinerjanya dalam pemberian asuahn keperawatan meningkat. Supervisi
dilakukan secara sistematis melalui pengamatan pelayanan keperawatan
yang diberikan oleh seorang perawat selanjutnya dibandingkan dengan
standar keperawatan (Suyanto, 2008).
Dalam penelitian ini menunjukan adanya pengaruh supevisi metode
klinis terhadap kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan di RSUD
H.Soewondo Kendal. Penelitian sebelum dilakukan supervisi metode
klinis didapatkan hasil 26 (74,3%) dokumentasi asuhan keperawatan
dalam kategori kurang lengkap, sedangkan setelah 3 hari dilakukan
supervisi metode klinis terjadi peningkatan didapatkan hasil 25 (71,4%)
dokumentasi asuhan keperawatan dalam kategori lengkap.
Supervisi metode klini adalah suatu pengamatan atau pengawasan
terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan oleh seorang perawat
selanjutnya dibandingkan dengan standar keperawatan yang bertujuan
untuk membantu perawat pelaksana dalam mengembangkan
profesionalismesehingga penampilan dan kinerjanya dalam pemberian
asuahn keperawatan meningkat serta diharapkan pendokumentasian
asuhan keperawatan juga akan meningkat (kuncoro, 2010.Hlm 108)
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam bidang keperawatan supervisi mempunyai pengertian yang sangat luas,
yaitu meliputi segala bantuan dari pemimpin/penanggung jawab kepada perawat
yang ditujukan untuk perkembangan para perawat dan staf lainnya dalam
mencapai tujuan asuhan keperawatan kegiatan supervisi semacam ini merupakan
dorongan bimbingan dan kesempatan bagi pertumbuhan dan perkembangan
keahlian dan kecakapan para perawat (Suyanto, 2008).
Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak
manfaat. Manfaat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut (Suarli & Bachtiar,
2009):
1. Supervisi dapat meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan efektifitas kerja
ini erat hubungannya dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan
bawahan, serta makin terbinanya hubungan dan suasana kerja yang lebih
harmonis antara atasan dan bawahan.
2. Supervisi dapat lebih meningkatkan efesiensi kerja. Peningkatan efesiensi
kerja ini erat kaitannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang dilakukan
bawahan, sehingga pemakaian sumber daya (tenaga, harta dan sarana) yang
sia-sia akan dapat dicegah.

B. SARAN
Kami menyarankan kepada pembaca agar makalah ini dapat dimengerti dan
dipahami dengan baik, sehingga kita dapat mengetahui tentang supervisi
keperawatan. Agar dapat menjadi pedoman buat kita sebagai perawat serta dapat
kita aplikasikan di dunia kerja nanti.
DAFTAR PUSTAKA

_____.____.repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/24124/Chapter%20II.
Pdf
Diakses tanggal 20Oktober 2017

Anda mungkin juga menyukai