Anda di halaman 1dari 35

PROPOSAL

“RONDE KEPERAWATAN”
Untuk memenuhi tugas mata kuliah menejemen keperawatan

Disusun Oleh :
Kelompok 4
1. Ade Gita 173210103
2. Danu Setiawan 173210005
3. Ernia Putri 173210012
4. Meisaroh 173210020
5. Nurul Fitria 173210028
6. Sania Krismonita 173210038

1
PRODI S1 KEPERAWATAN 7A
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2020

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat allah SWT atas rahmat, taufik, serta hidayah-Nya
kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan proposal manajemen yang berjudul
“ronde keperawatan”. Penulisan proposal ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana prinsip, strategi atau tehnik, serta hambatan dalam ronde keperawatan.
Penulis telah berusaha dengan segala kemampuan dan pengetahuan agar
penyusunan makalah ini tersaji dengan sebaik-baiknya, baik bentuk
maupun isinya. Penulis menyadari bahwa keinginan tersebut tidak akan terwujud
tanpa bantuan dan kerjasama dari semua pihak. Penulis menyadari bahwa
penulisan proposal ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis mohon
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan penulisan
proposal selanjutnya.Semoga penulisan proposal ini bermanfaat, Amin.

i
Penyusun

ii
iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB 1 PEMBUKAAN.....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Tujuan...............................................................................................................2
1.3 Manfaat.............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI...........................................................................................3
2.1 Ronde Keperawatan.........................................................................................3
2.2 Manfaat.............................................................................................................3
2.3 Kriteria Klien...................................................................................................3
2.4 Peran Masing-Masing Anggota Tim...............................................................3
2.5 Alur Pelaksanaan Ronde.................................................................................5
2.6 Evaluasi.............................................................................................................6
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN..........................................................................7
3.2 Konsep Penyakit...............................................................................................7
3.3 Etiologi..............................................................................................................7
3.4 Klasifikasi.........................................................................................................9
3.5 Manifestasi Klinik............................................................................................9
3.6 Patofisiologi.....................................................................................................10
3.7 Pemeriksaan Penunjang................................................................................12
3.8 Penatalaksanaan & Therapy.........................................................................12
3.9 Komplikasi......................................................................................................13
3.10 Konsep Askep.................................................................................................14
BAB IV KEGIATAN RONDE KEPERAWATAN.....................................................18
4.1 Pelaksanaan Kegiatan....................................................................................18
4.2 Mekanisme Kegiatan......................................................................................19
4.3 Kriteria Evaluasi............................................................................................21
BAB V RESUME KEPERAWATAN..........................................................................22
5.1 Data Umum.....................................................................................................22
5.2 Daftar Masalah Keperawatan.......................................................................23
5.3 Hasil Pemeriksaan..........................................................................................23
BAB VI PELAKSANAAN KEGIATAN.....................................................................24

iv
6.1 Pelaksanaan Kegiatan....................................................................................24
6.2 Persiapan Persiapan.......................................................................................24
6.3 Pelaksanaan....................................................................................................24
6.4 Hasil Evaluasi.................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................26

v
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semakin meningkatnya kesehatan termasuk didalamnya pelayanan
keperawatan. Melihat fenomena tersebut mendorong perawat untuk
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam memberikan asuhan
keperawatan dengan belajar banyak langkah konkrit dalam
pelaksanaannya. Langkah-langkah tersebut dapat berupa penataan sistem
pemberian ketenagaan/pasien, penetapan MAKP dan perbaikan
dokumentasi keperawatan.
Pemenuhan tingkat kepuasan pasien ini dapat tercapainya
keberhasilan asuhan keperawatan. Metode yang dipilih untuk menggali
secara mendalam tentang kebutuhan pasien adalah dengan melaksanakan
ronde keperawatan. Dengan melaksanakan ronde keperawatan diharapkan
dapat memecahkan masalah keperawatan pasien melalui cara tan. at untuk
membahas masalah keperawatan, konsultan keperawatan, litasi medik).
Selain menyelesaikan masalah keperawatan pasien, ronde keperawatan
juga merupakan suatu proses belajar bagi perawat dengan harapan dapat
meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Kepekaan dan
cara berpikir kritis perawat akan tumbuh dan terlatih melalui suatu transfer
pengetahuan dan pengaplikasian konsep teori secara langsung pada kasus
nyata. Dengan pelaksanaan ronde keperawatan yang berkesinambungan
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan perawat ruangan untuk
berpikir secara kritis dalam peningkatan perawatan secara professional.
Dalam pelaksanaan ronde juga akan terlihat kemampuan perawat dalam
melaksanakan kerja sama dengan tim kesehatan yang lain guna mengatasi
masalah kesehatan yang terjadi pada klien (Nursalam,2007).
keperawatan belum pernah dilaksanakan sebelumnya. Hal tersebut
dapat dijadikan sebagai pendorong untuk proses tindak lanjut pelaksanaan
ronde keperawatan ruangan Aster secara berkesinambungan.

1
2
1.2 Tujuan
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menyelesaikan masalah pasien melalui
pendekatan berpikir kritis.
Tujuan khusus Setelah dilaksanakan ronde keperawatan, mahasiswa
mampu:
1. Menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis
2. Meningkatkan kemampuan validasi data klien
3. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.
4. Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana
keperawatan
5. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan
6. keperawatan yang berorientasi pada masalah klien.
7. Meningkatkan kemampuan justifikasi.
8. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja

1.3 Manfaat
Bagi Pasien
1. Membantu menyelesaikan masalah pasien sehingga mempercepat
masa penyembuhan
2. Mendapat perawatan secara profesional dan efektif kepada pasien
3. Memenuhi kebutuhan pasien

Bagi Perawat

1. Meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor perawat.


2. Meningkatkan kerjasama antar tim kesehatan.
3. Menciptakan komunitas keperawatan profesional. Bagi rumah sakit
4. Meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit.
5. Menurunkan lama hari perawatan pasien.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ronde Keperawatan


Pengertian Ronde Keperawatan Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan
yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien, dilakukan dengan
melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan.
Pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer dengan konselor,
kepala ruangan, perawat assosiate serta melibatkan seluruh anggota tim
kesehatan (Nursalam, 2011)

2.2 Manfaat
Masalah pasien dapat teratasi Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
Terciptanya komunitas keperawatan yang profesional Terjalinnya kerjasama
antar tim kesehatan. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan
dengan tepat dan benar.

2.3 Kriteria Klien


Klien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah klien yang
memiliki kriteria sebagai berikut: Mempunyai masalah keperawatan yang
belum teratasi meskipun sudah dilakukantindakan keperawatan Klien dengan
kasus baru atau langka .

2.4 Peran Masing-Masing Anggota Tim


Perawat Primer (PP) dan Perawat Associate (PA)
a. Menjelaskan data klien yang mendukung masalah klien
b. Menjelaskan diagnosis keperawatan
c. Menjelaskan intervensi yang dilakukan
d. Menjelaskan hasil yang didapat
e. Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang diambil
f. Menggali masalah-masalah klien yang belum terkaji

4
Perawat Konselor

a. Memberikan justifikasi
b. Memberikan reinforcement
c. Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan serta
rasional tindakan
d. Mengarahkan dan koreksi
e. Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari

5
2.5 Alur Pelaksanaan Ronde

TAHAP PRA PP
2 RONDE

Penetapan Pasien

Persiapan Pasien :
 Informed Concent
 Hasil Pengkajian/
Validasi data

3  Apa masalah & diagnosis


TAHAP keperawatan?
4 PELAKSANAAN Penyajian  Data apa yang mendukung?
5 DI NURSE Masalah  Bagaimana intervensi yang sudah
STATION dilakukan?
6  A a hambatan an ditemukan?

7 TAHAP RONDE Validasi data


DI BED KLIEN
8
Diskusi PP, Konselor,
KARU, Dokter,

9
TAHAP PASCA
10 RONDE Lanjutan diskusi
di Nurse Station

Simpulan dan
rekomendasi solusi
masalah

Aplikasi Hasil
analisis
dan diskusi

Masalah teratasi

6
2.6 Evaluasi
a) Evaluasi Struktur :
1 Ronde keperawatan dilaksanakan di Ruang Aster A RSUP
Muhammad Hoesin, persyaratan administratif sudah lengkap
(Informed consent, alat, dan lainnya)
2 Peserta ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde
keperawatan Persiapan dilakukan sebelumnya.
b) Evaluasi Proses :
1 Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
2 Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran
yang telah ditentukan
c) Evaluasi Hasil :
1 Klien puas dengan hasil kegiatan.
2 Masalah klien dapat teratasi.
3 Perawat dapat :
a. Menumbuhkan cara berfikir yang kritis.
b. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan
yang berorientasi pada masalah pasien.
c. Meningkatkan cara berfikir yang sistematis
d. Meningkatkan kemampuan validitas data pasien.
e. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa
keperawatan.
f. Meningkatkan kemampuan justifikasi
g. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.
h. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan

7
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Asuhan Keperawatan


Pada Tn.B Dengan Diagnosa Medis Limfoma Dengan Masalah
Keperawatan Utama Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat ( mual, muntah)

3.2 Konsep Penyakit


Pengertian Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea
akibat kematian jaringan kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif
disertai defek kornea bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea yang dapat
terjadi dari epitel sampai stroma.

3.3 Etiologi
a. Infeksi Infeksi Bakteri : P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies
Moraxella merupakan penyebab paling sering. Hampir semua ulkus
berbentuk sentral. Gejala klinis yang khas tidak dijumpai, hanya sekret yang
keluar bersifat mukopurulen yang bersifat khas menunjukkan infeksi P
aeruginosa.
1 Infeksi Jamur : disebabkan oleh Candida, Fusarium,
Aspergilus, Cephalosporium, dan spesies mikosis fungoides.
2 Infeksi virus Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering
dijumpai. Bentuk khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil
dilapisan epitel yang bila pecah akan menimbulkan ulkus. Ulkus dapat
juga terjadi pada bentuk disiform bila mengalami nekrosis di bagian
sentral. Infeksi virus lainnya varicella-zoster, variola, vacinia (jarang).
3 Acanthamoeba Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang
terdapat didalam air yang tercemar yang mengandung bakteri dan
materi organik. Infeksi kornea oleh acanthamoeba adalah komplikasi
yang semakin dikenal pada pengguna lensa kontak lunak, khususnya
bila memakai larutan garam buatan sendiri. Infeksi juga biasanya

8
ditemukan pada bukan pemakai lensa kontak yang terpapar air atau
tanah yang tercemar.
b. Noninfeksi
1 Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung PH.
Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik,
organik dan organik anhidrat. Bila bahan asam mengenai mata maka
akan terjadi pengendapan protein permukaan sehingga bila
konsentrasinya tidak tinggi maka tidak bersifat destruktif. Biasanya
kerusakan hanya bersifat superfisial saja. Pada bahan alkali antara lain
amonia, cairan pembersih yang mengandung kalium/natrium hidroksida
dan kalium karbonat akan terjadi penghancuran kolagen kornea.
2 Radiasi atau suhu
Dapat terjadi pada saat bekerja las, dan menatap sinar matahari
yang akan merusak epitel kornea.
3 Sindrom Sjorgen
Pada sindrom Sjorgen salah satunya ditandai keratokonjungtivitis
sicca yang merupakan suatu keadan mata kering yang dapat disebabkan
defisiensi unsur film air mata (akeus, musin atau lipid), kelainan
permukan palpebra atau kelainan epitel yang menyebabkan timbulnya
bintik-bintik kering pada kornea. Pada keadaan lebih lanjut dapat
timbul ulkus pada kornea dan defek pada epitel kornea terpulas dengan
flurosein.
4 Defisiensi vitamin A
Ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A terjadi karena kekurangan
vitamin A dari makanan atau gangguan absorbsi di saluran cerna dan
ganggun pemanfaatan oleh tubuh.
5 Obat-obatan
Obat-obatan yang menurunkan mekanisme imun, misalnya;
kortikosteroid, IDU (Iodo 2 dioxyuridine), anestesi lokal dan golongan
imunosupresif.
6 Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma.
7 Pajanan (exposure)

9
8 Neurotropik
c. System Imun (Reaksi Hipersensitivitas)
1 Granulomatosa wagener
2 Rheumathoid arthritis

3.4 Klasifikasi
Berdasarkan lokasi , dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea , yaitu:
a. Ulkus kornea sentral
1. Ulkus kornea bakterialis
2. Ulkus kornea fungi
3. Ulkus kornea virus
4. Ulkus kornea acanthamoeba
b. Ulkus kornea perifer
1. Ulkus marginal
2. Ulkus mooren (ulkus serpinginosa kronik/ulkus roden)
3. Ulkus cincin (ring ulcer)

3.5 Manifestasi Klinik


Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa :
a. Gejala Subjektif
1. Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva
2. Sekret mukopurulen
3. Merasa ada benda asing di mata
4. Pandangan kabur
5. Mata berair
6. Bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus
7. Silau
8. Nyeri Infiltat yang steril dapat menimbulkan sedikit nyeri, jika ulkus
terdapat pada perifer kornea dan tidak disertai dengan robekan lapisan
epitel kornea.

10
b. Gejala Objektif
a. Injeksi siliar
b. Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya infiltrat
c. Hipopion

3.6 Patofisiologi
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya,
dalam perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan
sel dan seratnya tertentu dan tidak ada pembuluh darah. Biasan cahaya terutama
terjadi di permukaan anterior dari kornea. Perubahan dalam bentuk dan
kejernihan kornea, segera mengganggu pembentukan bayangan yang baik di
retina. Oleh karenanya kelainan sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan
gangguan penglihatan yang hebat terutama bila letaknya di daerah pupil.
Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak
segera datang, seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi.
Maka badan kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma
kornea, segera bekerja sebagai makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi
pembuluh darah yang terdapat dilimbus dan tampak sebagai injeksi perikornea.
Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuclear, sel plasma, leukosit
polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak
sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan
permukaan tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah
ulkus kornea.
Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada
kornea baik superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan
fotofobia. Rasa sakit juga diperberat dengan adanaya gesekan palpebra
(terutama palbebra superior) pada kornea dan menetap sampai sembuh.
Kontraksi bersifat progresif, regresi iris, yang meradang dapat menimbulkan
fotofobia, sedangkan iritasi yang terjadi pada ujung saraf kornea merupakan
fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh
iris.
.

11
Pathway

Abnormalitas genetic, factor


lingkungan, infeksi virus

Nyeri Pembesaran Gangguan Hipertermi


kelenjar getah Resiko
terjadinya
infeksi

Mendesak jaringan Mendesak pembuluh darah Mendesak sel

Sistem Sistem saraf Sistem Sistem Respons


muskuluskletal

Pa O2 menurun Paralisis Efek Sesak napas


PCO2 Penurunan Tindakan
meningkat suplai oksigen invasif
Sesak napas Produksi asam
Kesulitan
Peningkatan lambung
produksi sekret meningkat Koping tidak
Penurunan Peristaltik Peningkatan efektif
Penurunan
imunitas 12 menurun metabolisme
nafsu makan
anaerob
Kecemasan
Pola napas lambung produksi asam
↑ tidak efektif konstipasi laktat
Jalan nafas
tidak efektif

Kelemahan fisik
umum,odem
Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh

Intoleransi aktivitas

13
3.7 Pemeriksaan Penunjang
Untuk mendeteksi limfoma harus dilakukan biopsi dari kelenjar getah
bening yang terkena dan juga untuk menemukan adanya sel Reed-Sternberg.
Untuk mendeteksi Limfoma memerlukan pemeriksaan seperti sinar-X, CT scan,
PET scan, biopsi sumsum tulang dan pemeriksaan darah. Biopsi atau penentuan
stadium adalah cara mendapatkan contoh jaringan untuk membantu dokter
mendiagnosis Limfoma.
Ada beberapa jenis biopsy untuk mendeteksi limfoma maligna yaitu :
a. Biopsi kelenjar getah bening, jaringan diambil dari kelenjar getah bening
yang membesar.
b. Biopsi aspirasi jarum-halus, jaringan diambil dari kelenjar getah bening
dengan jarum suntik. Ini kadang-kadang dilakukan untuk memantau respon
terhadap pengobatan.
c. Biopsi sumsum tulang di mana sumsum tulang diambil dari tulang panggul
untuk melihat apakah Limfoma telah melibatkan sumsum tulang.

3.8 Penatalaksanaan & Therapy


Cara pengobatan bervariasi dengan jenis penyakit. Beberapa pasien
dengan tumor keganasan tingkat rendah, khususnya golongan limfositik, tidak
membutuhkan pengobatan awal jika mereka tidak mempunyai gejala dan
ukuran lokasi limfadenopati yang bukan merupakan ancaman.
a. Radioterapi
Walaupun beberapa pasien dengan stadium I yang benar-benar
terlokalisasi dapat disembuhkan dengan radioterapi, terdapat angka yang
relapse dini yang tinggi pada pasien yang dklasifikasikan sebagai stadium II
dan III. Radiasi local untuk tempat utama yang besar harus dipertimbangkan
pada pasien yang menerima khemoterapi dan ini dapat bermanfaat khusus
jika penyakit mengakibatkan sumbatan/ obstruksi anatomis. Pada pasien
dengan limfoma keganasan tingkat rendah stadium III dan IV, penyinaran
seluruh tubuh dosis rendah dapat membuat hasil yang sebanding dengan
khemoterapi.

14
b. Khemoterapi
Terapi obat tunggal Khlorambusil atau siklofosfamid kontinu atau
intermiten yang dapat memberikan hasil baik pada pasien dengan limfoma
maligna keganasan tingkat rendah yang membutuhkan terapi karena penyakit
tingkat lanjut.Terapi kombinasi. (misalnya COP (cyclophosphamide,
oncovin, dan prednisolon)) juga dapat digunakan pada pasien dengan tingkat
rendah atau sedang berdasakan stadiumnya. Paling baik selalu diberikan
kemoterapi kombinasi MOPP:
M = Mustard nitrogen 6mg / sqm iv hari ke 1 dan 8.
O= Oncovin = vincristine 1,0 – 1,mg / sqm iv hari ke 1 dan 8.
P= Procarbazine 100mg / sqm per os tiap hari ke 1-14.
P = Prednison 40mg / sqm per os tiap hari ke 1-14. Satu seri adalah 14 hari
kemudian istirahat 14 hari.

3.9 Komplikasi
Komplikasi yang dialami pasien dengan limfoma maligna dihubungkan
dengan penanganan dan berulangnya penyakit. Efek-efek umum yang
merugikan berkaitan dengan kemoterapi meliputi : alopesia, mual, muntah,
supresi sumsum tulang, stomatitis dan gangguan gastrointestinal. Infeksi adalah
komplikasi potensial yang paling serius yang mungkin dapat menyebabkan syok
sepsis. Efek jangka panjang dari kemoterapi meliputi kemandulan, kardiotoksik,
dan fibrosis pulmonal.
Efek samping terapi radiasi dihubungkan dengan area yang diobati. Bila
pengobatan pada nodus limfa servikal atau tenggorok maka akan terjadi hal-hal
sebagai berikut : mulut kering, disfagia, mual, muntah, rambut rontok, dan
penurunan produksi saliva.
Bila dilakukan pengobatan pada nodus limfa abdomen, efek yang mungkin
terjadi adalah muntah, diare, keletihan, dan anoreksia.

15
3.10 Konsep Askep
a. Pengkajian
1. Identitas klien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, bahan yang
dipakai sehari-hari, status perkawinan, kebangsaan, pekerjaan, alamat,
pendidikan, tanggal atau jam MRS, dan diagnosa medis.
2. Keluhan Utama Pada umumnya pasien mengeluh tindak nyamanan
kerena adanya benjolan.
3. Riwayat Penyakit Sekarang Pada umumnya pasien dengan limfoma
didapat keluhan benjolan terasa nyeri bila ditelan kadang-kadang disertai
dengan kesulitan bernafas, gangguan penelanan, berkeringat di malam
hari. Pasien biasanya megnalami dendam dan disertai dengan penurunan
BB.
4. Riwayat Penyakit Dahulu Pada pasien dengan limfoma biasanya
diperoleh riwayat penyakit seperti pembesaran pada area seperti : leher,
ketiak, dll. Pasien dengan transplantasi ginjal atau jantung.
5. Riwayat kesehatan keluarga Meliputi susunan anggota keluarga yang
mempunyaio penyakit yang sama dengan pasien, ada atau tidaknya
riwayat penyakit menular, penyakit turunan seperti DM, Hipertensi, dan
lain-lain
b. Data dasar pengkajian pasien
1. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum Pasien lemah, cemas, nyeri pada benjolan, demam,
berkeringat pada malam hari, dan menurunnya BB.
b. Kulit, rambut, kuku ( tidak ada perubahan )
c. Kepala dan leher Terdapat benjolan pada leher, yang terasa nyeri bila
ditekan. Mata dan mulut Tidak ada masalah/perubahan.
d. Thorak dan abdomen Pada pemeriksa yang dilakukan tidak
didapatkan perubahan pada thorak maupun abdomen.
e. Sistem respirasi Biasanya pasien mengeluh dirinya mengeluh sulit
untuk bernafas karena ada benjolan.
f. Sistem gastrointestinal Biasanya pasien mengalami anorexia karena
rasa sakit yang dirasakan saat menelan makanan, sehingga pasien

16
sering mengalami penurunan BB. Sistem muskuluskeletal Pada
pasien ini tidak ada masalah.
g. Sistem endokrin Terjadi pembesaran kelenjar limfe. Sistem
persyarafan Pasien ini sering merasa cemas akan kondisinya,
penyakit yang sedang dideritanya.
2. Pemeriksaan Penunjang
a. USG Banyak digunakan untuk melihat pembesaran kelenjar getah
bening.
b. Foto thorak Digunakan untuk menentukan keterlibatan kelenjar getah
bening mediastina.
c. CT- Scan Digunakan untuk diagnosa dan evaluasi pertumbuhan
limpoma
d. Pemeriksaan laboratorium (pemeriksaan Hb, DL, pemeriksaan uji
fungsi hati / ginjal secara rutin).
e. Laparatomi Laparatomi rongga abdomen sering dilakukan untuk
melihat kondisi kelenjar getah bening pada illiaka, para aortal dan
mesentrium dengan tujuan menentukan stadiumnya.
c. Diagnosa Keperawatan
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat ( mual, muntah)
2. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan proses inflamasi.
3. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakitnya.
d. Perencanaan

N Diagnose Tujuan dan Intervensi Rasional


o keperawatan kriteria hasil
1 Nutrisi kurang Setelah 1.Lakukan 1.pasien dan
dari kebutuhan dilakukan pendekatan keluarga lebih
tubuh tindakan pada pasien dan kooperatif.
berhubungan keperawatan keluarganya. 2.pasien
dengan intake selama 3 x24 2.Jelaskan pada mendapat
yang tidak jam Kebutuhan pasien dan informasi yang

17
adekuat ( mual, nutrisi klien keluarga tepat.
muntah) dapat penyebabnya 3.pasien
terpenuhi dari rasa sakit mendapat
dengan dan cara informasi yang
Kriteria Hasil : mengurangi tepat.
1.BB rasa sakit. 4.untuk
meningakat 1.Jelaskan pada memudahkan
2.Nafsu makan pasien tentang pasien menelan.
pasien penyakitnya dan 5.untuk
meningkat akibatnya jika ia mengetahui
3.Gangguan tidak makan. perkembangan
penelanan 2.Anjurkan pasien
berkurang pada kelurga 6.untuk
4.Rasa sakit untuk menetukan diet
pada waktu memberikan yang diperoleh
menelan makanan oleh px
berkurang tambahan yang
ringan untuk
dicerna
3.Obervasi TTV
4.Kolaborasi
dengan tim
kesehatan dan
ahli gizi
2 Resiko terjadinya Setelah 1. beri 1.pasien
infeksi dilakukan penjelasan mengetahui
berhubungan tindakan tentang proses terjadinya
dengan proses keperawatan terjadinya infeksi 2. pasien
inflamasi selama 2x24 infeksi mengetahui
Tidak terjadi 2.beritahu tanda-tanda
infeksi, dengan pasien tentang inflamasi dan
Kriteria Hasil : tanda-tanda pencegahannya
1.Suhu tubuh inflamasi 3.menurunkan

18
dalam  batas 3. beri kompres suhu tubuh pasien
normal basah 4.agar keringat
2.Tidak ada 4.Anjurkan mudah diserap
tanda inflamasi pasien untuk dan suhu tubuh
3.Keringat memakai baju tidak meningkat
berkurang yang menyerap 5.diharapkan
keringat. dapat
5.Kolaborasi mempercepat
dengan tim proses
dokter dalam kesembuahn
pemberian obat pasien
3 Cemas Setelah 1.Observasi 1.Porsi makan
berhubungan dilakukan nafsu makan yang tidak habis
dengan tindakan klien menunjukkan
kurangnya keperawatan 2. Beri makan nafsu makan
pengetahuan selama 2x24 klien sedikit belum membaik
tentang jam tidak tapi sering 2.Meningkatkan
penyakitnya. terjadi nutrisi 3. Beritahu masukan secara
kurang dari klien perlahan
kebutuhan pentingnya 3. Klien dapat
tubuh dengan nutrisi memahami dan
kriteria hasil : 4.Pemberian mau
1.Nafsu makan diet TKTP meningkatkan
meningkat masukan nutrisi
porsi habis, 4.Peningkatan
2.BB tidak energi dan
turun drastic protein pada
tubuh sebagai
pembangun

19
BAB IV
KEGIATAN RONDE KEPERAWATAN

4.1 Pelaksanaan Kegiatan


a. Topik : Asuhan keperawatan klien dengan diagnosa medis
Limfoma genue dextra dengan masalah keperawatan utama
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat ( mual, muntah)
b. Sasaran : Tn B dengan diagnosa medis Limfoma genue dextra
Hari/Tanggal : Senin, 29 September 2014
c. Waktu : 60 menit (Pukul 09.00-10.00)
d. Tempat : Ruang Aster A RSUP. Muhammad Hoesin Palembang
e. Pengorganisasian
Kepala Ruangan :
Konselor :
PP 1 :
PP 2 :
PA 1 :
PA2 :
Dokter :
Ahli gizi :
Supervisor : 1. 2. 3.
Pembimbing : 1. 2. 3.
f. Materi :
Paparan asuhan keperawatan Tn B dengan diagnosa medis
Limfoma genue dextra di Ruang Aster A RSUP. Muhammad
Hoesin Palembang
g. Metode
1. Ronde Keperawatan
2. Diskusi dan tanya jawab
h. Media
1. Dokumentasi klien (status)
2. Sarana diskusi :
a. Literatur mengenai limfoma
b. Alat tulis : kertas dan bollpoin

20
4.2 Mekanisme Kegiatan
Tahap Kegiatan Tempat Pelaksana Kegia Waktu
tan
klien
Pra Pra Ronde Ruang aster - PP 1, PA1 Dua hari sebelum
ronde a) Menetapkan kasus a ronde
dan topik  
b) Menentukan tim
ronde.
c) Mencari sumber
dan literatur.
d) Membuat proposal
e) Mempersiapkan
klien
f) Informed consent 
kepada keluarga
Ronde Ronde Nurse Kepala Mendengar4 5 menit
I. Pembukaan: station ruang kan
a) Salam pembukaan
b) Memperkenalkan
klien dan tim ronde
c) Menjelaskan tujuan
kegiatan ronde
d) Mempersilahkan
PP1 menyampaikan
kasusnya.

II.Penyajian data/masalah
a) Menyampaikan Nurse PP1 20 menit
dasar  pertimbangan station
dilakukan ronde  
b) Menjelaskan
riwayat  penyakit
c) Menjelaskan
masalah klien yang
belum terselesaikan
dan tindakan yang
telah dilaksanakan
d) Menyampaikan
evaluasi PP2
keberhasilan
intervensi
e) Klarifikasi data
yang telah
disampaikan
Validasi Data Bed klien Karu PP2 Memberi
a) Memberi salam dan dan PA respon dan

21
memperkenalkan menjawab
tim ronde kepada pertanyaan
klien dan keluarga.
b)  Memvalidasi data
yang telah
disampaikan
dengan
c) melibatkan
keluarga .
d) Karu membuka dan
memimpin diskusi.
e) Diskusi antar
anggota tim dan
klien tentang Nurse Karu PP2,
masalah station PA, Tim
keperawatan yang ronde
belum terselesaikan
dari validasi data
antar tim ronde
f) Pemberian
justifikasi oleh
konselor tentang
masalah pasien
serta rencana
tindakan yang akan
dilakukan
Pasca Pasca Ronde Nurse Karu Tim -
ronde a) Menyimpulkan station ronde
hasil diskusi dan Karu
merekomendasikan
solusi yang
dilakukan dalam
mengatasi masalah.
b) Reward dan Salam
penutup

22
4.3 Kriteria Evaluasi
Evaluasi Struktur Persiapan dilakukan dua hari sebelum
pelaksanaan ronde keperawatan Penyusunan proposal ronde
keperawatan Koordinasi dengan pembimbing klinik dan akademik
Konsultasi dengan pembimbing dilaksanakan sehari sebelum
pelaksanaan ronde keperawatan Penentuan pasien dan kasus yang
akan dilaksanakan ronde Membuat informed consent dengan pasien
dan keluarga Evaluasi Proses Pelaksanaan ronde keperawatan
berjalan dengan lancar. Masing-masing dapat menjalankan perannya
dengan baik. Evaluasi Hasil Dapat dirumuskan tindakan keperawatan
untuk menyelesaikan permasalahan pasien.

21
BAB V
RESUME KEPERAWATAN

5.1 Data Umum


a. Nama Pasien : Tn B

Usia : 31 tahun

No RM : 847373

Alamat : Jln. Gerak Alam No 25 Bengkulu

Tgl MRS : 26 September 2014


b.Keluhan Utama
Adanya benjolan di lutut kanan.
c.Riwayat Penyakit Sekarang
Tahun SMRS keluarga pasien mengatakan ada benjolan di
lutut kanan pasien. Awalnya benjolan tersebut sebesar kelereng,
namun seiring berjalannya waktu benjolan tersebut membesar
hingga sebesar bola pimpong.
d.Riwayat penyakit dahulu
Pasien pernah menjalani operasi 1 bulan yang lalu.
e.Riwayat penyakit keluarga
Tidak terdapat penyakit keluarga. Perkembangan vital sign
Rata-rata tensi pasien dari tanggal 26 September sampai 29
September 2014, sistole 120 mmHg dan diastole 80 mmHg. Nadi
antara 80-86 x/menit. Selama perawatan suhu pasien rata rata
(36°-37,5°C), dan respiratory rate rata-rata 24x/menit
f.Pemeriksaan Fisik B1
Jalan nafas pasien bebas, tidak menggunakan alat bantu
nafas. Suara nafas vesikuler dengan irama nafas yang teratur.
Tidak ditemukan adanya keluhan batuk dan sputum. Bentuk dada
simetris, pergerakan dinding dada simetris. Tidak terdapat
retraksi otot bantu nafas intercostae.
g.B2
Irama jantung reguler, CRT <3 detik, tidak terdapat keluhan
nyeri dada, akral hangat dan basah, konjungtiva pink, tidak
terdapat adanya tanda edema
h.B3
GCS = 456, kesadaran composmentis, pupil isokor, tidak
ada gangguan penciuman, penglihatan, dan pendengaran.

22
i.B4
BAK spontan, tidak terdapat pembesaran kandung kemih.
j.B5
Mulut bersih, mukosa lembab, turgor elastis, nafsu makan
baik, nilai laboratorium Hemoglobin 14,4 mg/dl.
k.B6
Kemampuan pergerakan sendi terbatas, tampak adanya
benjolan berukuran 6x5 cm di lutut dextra, kekuatan otot

5 5
2 2
l.Pengkajian Psikososial
Ekspresi pasien terhadap penyakitnya; pasien terlihat
tampak cemas dan bingung.
5.2 Daftar Masalah Keperawatan
Intoleransi aktifitas Ansietas Masalah keperawatan yang
muncul Intoleransi aktifitas berhubungan pembesaran kelenjar
getah bening Ansietas berhubungan dengan tindakan invasif yang
akan dilakukan.
5.3 Hasil Pemeriksaan
Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukann
Hematologi nnnn n
Hemoglobin 14.4 13.2-17.3g/dL
6 3
Eritrosit 5.00 4.20-4.87 10/mm
3 3
Leukosit 8.9 4.5-11.0 10/mm
Hematrokit 42 43-49%
3
Trombosit 279 150-450 10 /µL
Hitung Jenis Leukosit
Basofil 0 0-1%
Eosinofil 2 1-6%
Netrofil batang 0 2-6%
Netrofil segmen 71 50-70%
Limfosit 22 25-40%
Monosit 5 2-8%

Kimia Klinik
Metabolisme karbohidrat
Glukosa sewaktu 98 <200mg/dL
Elektrolit
Natrium 150 135-155mEq/L
Kalium 4.1 3.5-5.5mEq/L
23
BAB VI
PELAKSANAAN KEGIATAN

6.1 Pelaksanaan Kegiatan


Hari : Senin Tanggal : 29 Oktober 2014
Waktu : 01.15 – 01.40 WIB
Pelaksana : Kepala ruangan, Perawat Primer dan
Perawat Associate Tempat : Ruang Aster A RSUP. Dr Muhammad
Hoesin Pembimbing : 1. Dian Kurnia Aprianti, S.Kep.,
Ns.Supervisor
Acara dihadiri oleh : Pembimbing Klinik sebanyak 1 orang.
Supervisor sebanyak 1 orang. Mahasiswa Program Ilmu Keperawatan
UNSRI sebanyak 10 orang.
Struktur Pengorganisasian Kepala ruangan : PP1 : PA1 : PP2 : PA2
Materi : Asuhan Keperawatan pada Tn.B dengan diagnosa medis
Limfoma Metode Presentasi Diskusi dan tanya jawab
Media Dokumentasi klien (status) Sarana diskusi : LCD Alat tulis: kertas
dan bollpoint
6.2 Persiapan Persiapan
Ronde keperawatan dilakukan oleh kelompok pada minggu ketiga
Persiapan kasus dilakukan 2 hari sebelum pelaksanaan, dengan uraian
sebagai berikut: Menyusun proposal kegiatan ronde keperawatan dengan
menetapkan pasien yang akan dilakukan ronde keperawatan. Penanggung
jawab kegiatan menyusun resume kasus ronde keperawatan Menyiapkan
resume keperawatan pasien selama dirawat Konsultasi pada pembimbing
ruangan mengenai resume kasus ronde keperawatan.
6.3 Pelaksanaan
Topik : Ronde Keperawatan
Sasaran
:Pasien dan keluarga pasien Tn.B dengan
diagnosa medis Limfoma

Hari/tang
: Senin 29 September 2014
gal
Waktu : 01.10- 01.40 WIB

Tempat : Ruang Aster A


1. Acara dihadiri oleh : Pembimbing Klinik sebanyak 1 orang
Supervisor sebanyak 1 orang
2. Pengorganisaasian
Penanggung jawab :
Kepala Ruangan :
24
Konselor :
PP 1 :
PA 1 :
PP 2 :
PA 2 :
Dokter :
Masalah keperawatan yang belum dapat diatasi dan dibahas dalam
ronde keperawatan adalah nyeri Hambatan dan Dukungan Selama
pelaksanaan role play, semua kegiatan berjalan sesuai dengan alur
yang sudah direncanakan, ruangan sangat mendukung dilakukannya
ronde keperawatan, karena sampai saat ini belum bisa dilakukan
ronde keperawatan di ruangan. Dukungan diberikan oleh CI Ruang
Aster A untuk membimbing mahasiswa ketika melakukan praktek
ronde keperawatan di ruang Aster A.
6.4 Hasil Evaluasi
Evaluasi Struktur Pelaksanaan Role Play Ronde
Keperawatan yang dilakukan kelompok, telah dipersiapkan sebelumnya
yang meliputi penetapan kasus ronde keperawatan, pembuatan proposal
kegiatan, pembagian peran sebagai PP1, PA1, PP2, PA2, Karu. Pasien
yang diangkat sebagai kasus ronde keperawatan adalah pasien yang telah
menjalani perawatan di Ruang Aster Adengan kasus yang unik dan jarang
ditemukan di ruang rawat inap Aster A. Sebelum pelaksanaan, pasien
dan keluarganya telah diberitahukan dan bersedia untuk menjadi pasien
ronde keperawatan.
Evaluasi Proses Ronde Keperawatan No WAKTU
KEGIATAN 1 01.20 – 01.40 WIB Proses pelaksanaan Role Play
Evaluasi Hasil Ronde Keperawatan Kegiatan ronde dihadiri oleh 1 orang
pembimbing klinik, 1 orang supervisor. Selama kegiatan setiap
mahasiswa yang berperan bekerja sesuai tugasnya masing – masing.
Acara dimulai tepat dengan jadwal yang telah ditentukan, acara
berlangsung selama 30 menit. Kegiatan berjalan lancar dan mahasiswa
dapat mencapai tujuan yang diharapkan, antara lain PP1 yang aktif dalam
mengklarifikasi data, karu bisa mengontrol fase klarifikasi sehingga
terdapat solusi dari perawat konselor, dan kerja yang terkoordinasi pada
tim ronde sangat baik.

25
DAFTAR PUSTAKA

 
Browsing (2020).file:///C:/Users/Windows%2010/Downloads/dlscrib.com-pdf-
proposal-ronde-keperawatandocx-
dl_41aa8189b58726b62251cc413c1f0f07.pdf.Ngawi
      Carpenito.Lynda Juall (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Ed.8.EGC.
Jakarta
Doenges.Marilynn. E (2000).Rencana asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan PendokumentasianPasien.Ed 3. EGC.Jakarta
Rothrock.Jane C (2000).Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif. EGC.
Jakarta.
Sjamsuhidajat.R; De Jong, Wim (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah.ed. Revisi.EGC.
Jakarta
Sobiston (1994). Buku Ajar Bedah.Buku 2. EGC.Jakarta

26

Anda mungkin juga menyukai