Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

MANAJEMEN KEPERAWATAN

DOSEN PEMBIMBING :

Sri Hartati,S.Kep.,M.Kes

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 2 | SEMESTER 4

Aulia Dwi Ningsih 144012027002

Diah Dwi Anggraini 144012027006

Fitri Yanti 144012027007

Meri Mustika 144012027012

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

STIK SITI KHADIJAH PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2022-2023


KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa saya panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
Makalah ini guna memenuhi tugas Individu dari ibu SriHartati,S.Kep.,M.Kes
untuk mata kuliah Manajemen Keperawatan dengan judul: “Fungsi-Fungsi
Manajemen Keperawatan dan Manajemen Asuhan Keperawatan”.Saya
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga dapat
terselesaikan.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang Saya miliki. Oleh
karena itu, saya mengharapkan segala bentuk saran serta masukkan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya saya berharap Makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Palembang, 11 Maret 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... 1


KATA PENGANTAR .................................................................................... 2
DAFTAR ISI ................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 4
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 5
1.3 Tujuan Pembahasan .......................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 6
2.1 Pengertian Manajemen .................................................................... 6
2.2 Fungsi Manajemen .......................................................................... 6
2.2.1 Fungsi Perencanaan ................................................................. 7
2.2.2 Fungsi Perorganisasian ........................................................... 13
2.2.3 Fungsi Aktualisasian ................................................................ 16
2.2.4 Fungsi Pengawasan&Pengendalian (Wasdal) ......................... 18
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan .................................................. 22
2.3.1 Proses Asuhan keperawatan ..................................................... 24
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 29
Kesimpulan ...................................................................................... 29
Saran ................................................................................................ 29
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 30

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manajemen keperawatan merupakan kegiatan yang berhubungan dengan
perencanaan, pengorganisasian, pengaturan staf, kepemimpinan, dan
pengendalian aktivitas-aktivitas upaya keperawatan dalam
rangkameningkatkan mutu,kualitas dan kwantitas pelayanan dibidang
kesehatansecara komprehensif sesuai dengan standard kesehatan yang
ditetapkan oleh pemerintah. Sering kita lihat bahwa manajemen keperawatan
ini diberbagairumah sakit belum semaksimal diterapkan atau kurang terkoodinir
dengan baik dalam menciptakan lingkungan yang nyaman dan harmonis antara
perawat dan pasien untuk melakukan tindakan keperawatan atau praktik
keperawatan dan asuhan keperawatan (sumber pustaka). Selain itu
Manajemen Keperawatan ini sebagai struktur kegiatanoperasional dalam
melakukan pelayanan keperawatan yang akan mendukung proses penyembuhan
dan pemulihan kesehatan pasien yang dirawat selama 24 jam. Hal ini
menunjukkan manajemen keperawatan sangat penting,karena membutuhkan
waktu yang panjang untuk melayani pasien. Dengan demikian perawat
membutuhkan lingkungan kerja yang baik. Karena lingkungan kerjamerupakan
lingkungan internal dalam sebuah organisasi yang mempengaruhi perilaku
perawat dalam menjalankan tugasnya (Huber,1996).
Manajemen Keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan
pelayanan nyata di Rumah Sakit, sehingga perawat perlu memahami bagaimana
konsep dan aplikasinya di dalam organisasi keperawatan itu sendiri.Untuk lebih
memahami arti dari Manajemen Keperawatan maka kita perlu mengetahui
terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan organisasi keperawatan, bagaimana
tugas dan tanggung-jawab dari masing-masing personil di dalam organisasi

4
yang pada akhirnya akan membawa kita untuk lebih mengerti bagaimana
konsep dasar dari Manajemen Keperawatan itu sendiri.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana definisi dari manajamen keperawatan?
2. Apa saja fungsi-fungsi manajemen keperawatan?
3. Bagaimana fungsi perencanaan manajemen keperawatan?
4. Bagaimana fungsi pengorganisasian manajemen keperawatan?
5. Bagaimana fungsi aktuasi manajemen keperawatan?
6. Bagaimana fungsi Pengawasan dan Pengendalian dalam manajemen
keperawatan?
7. Bagaimana teori Manajemen Asuhan Keperawatan?

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum Makalah ini di buat Untuk mengetahui,memahami,dan
menerapkan konsep manajemen keperawatan dalam bidang kesehatan,
khususnya bidang keperawatan.
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami definisi manajemen
keperawatan
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami manajemen keperawatan
dalam proses keperawatan
4. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami fungsi-fungsi manajemen
keperawatan
5. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami ruang lingkup manajemen
keperawatan asuhan keperawatan
6. Mahasiswa mampu menganalisis perkembangan manajemen keperawatan
di masa yang akan datang.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manajemen

Manajemen merupakan ilmu atau seni tentang bagaimana


menggunakan sumber daya secara efisien, efektif, dan rasional untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah (Kuntoro, 2010) .(Suni,
2018.Hal.23:Alenia 2).

Manajemen diterjemahkan oleh Grant dan Massey (1999), sebagai


suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu
kegiatan di dalam sebuah organisasi. Di dalamnya mencakup banyak
kegiatan, seperti koordinasi dan supervisi staf, sumber daya manusia, dan
juga sarana.

James A.F. Stoner (1982) berpendapat bahwa manajemen meru


pakan proses perencanaan, pengorganisasian, dan penggunaan ter hadap
sumber daya organisasi lainnya supaya tujuan organisasi da pat tercapai
sesuai dengan yang ditetapkan. Sedangkan pengertian lain, dari pendapat
yang dikemukakan Wilson Bangun adalah rang kalan aktivitas-aktivitas
yang dikerjakan oleh anggota-anggota orga nisasi untuk mencapai
tujuannya. Pengertian manajemen menurut Koontz, bahwa manajemen
adalah seni yang paling produktif selalu didasarkan pada pemahaman
terhadap ilmu yang mendasarinya.

2.2 Fungsi-Fungsi Manajemen

Muninjaya (2004) menguraikan fungsi-fungsi manajemen dengan


jelas menjadi empat fungsi antara lain fungsi perencanaan, fungsi pengor
ganisasian, fungsi aktuasi, dan fungsi pengendalian.

6
Manajemen diperlukan untuk menjalan kan kegiatan organisasi
secara efektif dan efisien. Agar manajemen yang dilakukan mengarah
kepada kegiatan secara efektif dan efisien, manajemen perlu dijelaskan ber
dasarkan fungsinya atau dikenal sebagai fungsi manajemen (managerial
functions). (Simamora,2012,Hal.3.Alenia ke-2).

Fungsi manajemen adalah berbagai tugas atau kegiatan manajemen


yang mempunyai peranan khas dan bersifat saling menunjang untuk
mencapai tujuan yang telah ditetap kan sebelumnya. Manajemen adalah
elemen elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses
manajemen yang di jadikan acuan oleh manajer dalam me laksanakan
kegiatan untuk mencapai tujuan. Sebagai contoh. Fungsi manajemen terdiri
atas planning (perencanaan), orgu (pengorganisasian), directing (peng
gerakan), controlling (pengendalian dan pe
ngawasan).(Simamora,2012.Hal.4.Alenia ke-1).

2.2.1 Fungsi Perencanaan

Fungsi perencanaan merupakan landasan utama dari fungsi manaje


men secara keseluruhan dan menjadi fungsi terpenting dalam manaje men
karena fungsi ini akan menentukan fungsi manajemen lainnya. Perencanaan
manajerial akan memberikan pola pandang secara me nyeluruh terhadap
semua kegiatan yang akan dikerjakan, siapa yang melakukan, dan kapan
akan dilakukan. Perencanaan manajerial terdiri dari dua bagian utama yaitu
perumusan strategi dan penerapan strategi (Muninjaya, 2004). Beberapa hal
yang perlu diperhatikan tentang fungsi perencanaan diuraikan sebagai
berikut.(Suni,2018.Hal.27).

Fungsi Planning (Perencanaan) merupakan fungsi dasar dari


keseluruhan manajemen. Dalam setiap komunitas (organisasi), dibutuhkan
unsur kerjasama antar individu yang mengantarkan pada pencapaian tujuan
yang telah ditentukan. Planning mencakup kegiatan memilih visi (misi),

7
tujuan dan cara untuk mencapai tujuan. Dengan kata lain, bahwa berbagai
aktivitas yang mendasarkan pada planning yang matang atas seluruh input
dan proses yang ada, merupakan titik awal untuk menghasilkan output yang
optimal. Sebaliknya, output yang dihasilkan tidak akan optimal bahkan
tidak akan menghasilkan suatu output yang diharapkan apabila aktivitas
yang dilakukan tidak dibarengi dengan planning yang matang.(Rohman,
2017.Hal.23:Alenia 1).

(Terry,2012) Perencanaan atau planning. Kegiatan seorang manajer


adalah menyusun rencana. Menyusun rencana berarti memikirkan apa yang
akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Untuk membuat rencana
secara teratur dan logis.sebelumnya harus ada keputusan terlebih dahulu
sebagai petunjuk langkah-langkah selanjutnya. Proses yang menyangkut
upaya yang dilaku kan untuk mengantisipasi kecende rungan di masa yang
akan datang dan penentuan strategi dan taktik yang tepat untuk mewujudkan
target dan tujuan organisasi.(Simamora,2012.hal.Alenia ke-4)

a. Batasan Perencanaan.

Perencanaan dalam konteks manajemen dapat diartikan sebagai


suatu proses merencanakan suatu kegiatan atau program secara efektif
dan efisien agar tercapai tujuan yang ditetapkan. Demikian halnya
dengan perencanaan kesehatan, yaitu proses untuk merumuskan
masalah. kesehatan yang berkembang di masyarakat, menentukan
kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program
pokok, serta menyusun langkah-langkah praktis untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Perencanaan akan menjadi efektif jika masalah
dapat dirumuskan secara rasional berdasarkan fakta-fakta yang
ditemukan, sehingga pemilihan alternatif penyelesaian masalah juga
tepat sebagai alternatif terbaik.

8
b. Manfaat, Kelebihan, dan Kekurangan Perencanaan

Muninjaya (2004) menyatakan bahwa terdapat beberapa manfaat pe


rencanaan yang dapat diperoleh staf dan pimpinan organisasi sebagai
berikut.

1) Tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi dan cara mencapainya.


2) Jenis dan struktur organisasi yang dibutuhkan,
3) Jenis dan jumlah staf yang diinginkan beserta uraian tugasnya.
4) Sejauh mana efektivitas kepemimpinan dan pengaruhnya.
5) Bentuk dan standar pengawasan yang akan dilakukan.

Selain beberapa manfaat di atas, perencanaan juga memiliki be berapa


keuntungan sebagai berikut.

1) Adanya berbagai aktivitas organisasi untuk mencapai tujuan tertentu


dan dapat dilakukan secara teratur.
2) Dapat mengurangkan atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak
produktif.
3) Dapat digunakan untuk mengukur hasil kegiatan yang telah dicapai
sesuai standar.
4) Memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya, terutama
untuk fungsi pengawasan.

Perencanaan juga tidak terlepas dari kelemahan yang


ditimbulkan,sebagai berikut.

1) Adanya keterbatasan dalam mengukur informasi dan fakta-faktadengan


tepat di masa yang akan datang.
2) Perencanaan yang baik diperlukan sejumlah dana.
3) Hambatan psikologis bagi pimpinan dan staf karena harus me nunggu
hasil yang akan dicapai.

9
4) Menghambat timbulnya inisiatif dan ide baru tentang perubahantertunda
hingga perencanaan berikutnya.
5) Menghambat tindakan baru yang harus diambil oleh staf.

c. Prinsip Perencanaan

Pada prinsipnya, perencanaan harus mencirikan sesuatu yang baik


dan benar dengan teknik yang ilmiah untuk menjawab berbagai pertanyaan
yang terjadi. Siagian (1983) dalam Kuntoro (2010) menyatakan bahwa
perencanaan yang baik harus memiliki beberapa prinsip berikut.

1) Mengetahui ciri atau sifat dari suatu rencana yang baik. Untuk me
menuhi prinsip tersebut, berikut beberapa hal yang perlu diperha tikan.
a) Perencanaan dapat mempermudah tercapainya tujuan organi sasi
karena rencana merupakan suatu keputusan yang menentukan
kegiatan yang akan dilakukan dalam upaya pencapaian tujuan.
b) Perencanaan dibuat oleh orang yang benar-benar memahami dan
mendalami teknik perencanaan.
c) Adanya suatu perincian yang teliti, artinya rencana harus segera
diikuti oleh program kegitan secara rinci.
d) Tidak boleh terlepas dari pemikiran pelaksanaan, harus tergambar
bagaimana rencana tersebut akan dilaksanakan.
e) Bersifat sederhana, disusun secara sistematis dan prioritasnya jelas
terlihat.
f) Bersifat luwes, bisa diadakan penyesuaian bila ada perubahan.
g) Terdapat tempat pengambilan risiko karena tidak ada seorang pun
yang mengetahui apa yang akan terjadi di masa akan datang.
h) Bersifat praktis, bisa dilaksanakan sesuai kondisi organisasi.
i) Perencanaan merupakan prakiraan atas keadaan yang mungkin
terjadi

10
2) Memandang proses perencanaan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang
harus dijawab dengan menggunakan pendekatan 5W 1H.
 What: kegiatan yang harus dijalankan untuk pencapaian tujuan
 Where: di mana kegiatan itu dilakukan
 When : kapan kegiatan tersebut dilakukan
 Who : siapa yang akan melakukannya
 Why : :mengapa kegiatan itu dilakukan
 How : bagaimana cara melakukannya

3) Memandang proses perencanaan sebagai suatu masalah yang harus


diselesaikan dengan menggunakan teknik ilmiah. Untuk memenuhi
prinsip tersebut, beberapa hal yang perlu diperhati kan antara lain:
a) mengetahui sifat hakiki dan masalah yang dihadapi;
b) mengetahui data yang akurat sebelum menyusun rencana;
c) menganalisis dan menginterpretasi data yang telah terkumpul;
d) menetapkan beberapa alternatif pemecahan masalah;
e) memilih cara yang terbaik untuk menyelesaikan masalah;
f) melaksanakan rencana yang telah tersusun;
g) menilai hasil yang telah dicapai.

d. Langkah-Langkah Perencanaan

Untuk menjalankan fungsi perencanaan, berikut langkah-


langkah yang perlu dilakukan.

1) Analisis Situasi

Analisis situasi merupakan langkah pertama dalam proses


penyusunan perencanaan. Langkah ini dilakukan dengan
analisisdata laporan yang dimiliki oleh organisai (data primer) atau
data sekunder dari laporan lembaga lain, yang datanya diperoleh me
lalui observasi dan wawancara. Analisis situasi bertujuan untuk

11
mengidentifikasi masalah berdasarkan data-data yang diperoleh.
Dalam bidang kesehatan, data-data yang diperlukan untuk me
nyusun perencanaan terdiri dari:

a) data tentang penyakit dan kejadian sakit;


b) data potensi organisasi kesehatan;
c) keadaan lingkungan dan geografi;
d) data sarana dan prasarana.

2) Identifikasi Masalah dan Prioritasnya

Dari analisis situasi akan dihasilkan berbagai jenis data. Selan


jutnya, data tersebut dianalisis untuk merumuskan masalah masalah
dan dilakukan prioritas masalah berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan.

3) Penentuan Tujuan

Setelah prioritas masalah ditetapkan, manajer menentukan tu


juan pemecahan masalah. Sebelum tujuan dan rencana kerja
operasional disusun, perlu dipahami beberapa pertanyaan berikut.

a) Berapa besar sumber daya yang dimiliki organisasi (how many)?


b) Seberapa jauh masalah akan dipecahkan (how far)?
c) Kapan target tersebut akan dicapai (when)?
 Selain itu, perlu diperhatikan bahwa tujuan operasional harus
bersifat SMART.
 Spesific: jelas sasaran dan mudah dipahami
 Measurable: dapat diukur kemajuannya
 Approppriate : sesuai strategi, visi, dan misi institusi
 Ralistic : dapat dilaksanakan sesuai fasilitas dankapasitasnya

12
 Time Bound:target waktu sesuai sumber daya yang tersedia

4) Pengkajian Hambatan dan Kelemahan

Tujuan mengkaji kembali hambatan dan kelemahan


sebelumnya. adalah untuk mencegah atau mewaspadai timbulnya
hambatan serupa. Selain itu, dapat pula dilakukan prediksi
kemungkinan hambatan atau kendala yang terjadi pada saat
melaksanakan pro gram kerja. Jenis hambatan atau kelamahan yang
terjadi umumnya dikategorikan sebagai hambatan internal dari
organisasi itu sendiri, ataupun secara eksternal hambatan terjadi oleh
faktor lingkungan.

5) Penyusunan Rencana Kerja Operasional (RKO) Proses perencanaan


yang terakhir adalah menetapkan alternatif kegiatan dan sumber
daya pendukung. Langkah ini dilakukan sebelum proses penyusunan
RKO dengan format sebagai berikut.
 Why: alasan utama disusunnya RKO
 What: apa tujuan yang ingin dicapai
 How: bagaimana cara mengerjakannya
 Who: siapa pelaksananya dan siapa sasarannya

2.2.2 Fungsi Pengorganisasian

Pengorganisasian merupakan langkah untuk menetapkan, menggo


longkan, dan mengatur berbagai macam kegiatan, serta menetapkan tugas-
tugas pokok, wewenang, dan pendelegasian wewenang dari pimpinan
kepada staf melalui fungsi pengorganisasiannya. Hal tersebut bertujuan agar
tujuan organisasi dapat tercapai.(Suni,2018.Hal.32).

13
Pengorganisasian atau organizing. Proses yang menyangkut
bagaimana strategi dan taktik yang telah diru muskan dalam perencanaan,
didesain dalam suatu struktur organisasi yang tepat dan tangguh, sistem dan
lingku ngan organisasi yang kondusif, dan dapat memastikan bahwa semua
pi hak dalam organisasi bekerja secara efektif dan efisien guna pencapaian
tujuan organisasi Pengorganisasian berarti menciptakan suatu struktur
dengan bagian-bagian yang terinte grasi sehingga hubungan antarbagian,
satu sama lain dipengaruhi oleh hu bungan mereka dengan keseluruhan
struktur tersebut. Pengorganisasian merupakan fungsi manajemen yang
berhubungan dengan pembagian tu gas. Siapa mengerjakan apa dan siapa
bertanggung jawab pada siapa. Peng organisasian bertujuan membagi sua tu
kegiatan besar menjadi kegiatan kegiatan yang lebih kecil. Selain itu, fungsi
tersebut mempermudah mana jer dalam melakukan pengawasan dan
menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang
telah dibagi-bagi tersebut.(Simamora,2012.Hal-4)

Muninjaya (2004) menyatakan bahwa pengorganisasian adalah


salah satu fungsi manajemen. Melalui fungsi pengorganisasian ini, seluruh
sumber daya yang dimiliki organisasi akan diatur secara efisien dan efektif
untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan tentang fungsi pengorganisasian diuraikan sebagai
berikut.(Suni,2018.Hal.33).

1) Batasan Pengorganisasian

Fungsi pengorganisasian merupakan alat untuk memadukan dan


mengatur semua kegiatan yang berkaitan dengan personel, finansial,
material, dan tata cara pencapaian tujuan organisasi.

2) Manfaat Pengorganisasian

Fungsi pengorganisasian memiliki beberapa manfaat antara lain:

14
a) pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok;
b) hubungan organisatoris antaranggota suatu organisasi;
c) pendelegasian wewenang:
d) pemanfaatan staf dan fasilitas fisik yang dimiliki organisasi.

3) Langkah-Langkah Pengorganisasian Ada enam langkah penting dalam


menyusun fungsi pengorganisasian antara lain:
a) tujuan organisasi harus dipahami oleh staf;
b) membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan-kegiatan pokok;
c) menggolongkan kegiatan pokok ke dalam satuan kegiatan yang
praktis;
d) menetapkan kewajiban yang harus dilaksanakan dan menyediakan
fasilitas pendukung yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya;
e) penugasan personel yang cakap dengan memilih dan menetapkan
staf yang dipandang mampu melaksanakan tugas;
f) mendelegasikan wewenang, tugas-tugas staf, dan mekanisme
pelimpahan wewenang yang dapat diketahui melalui struktur
organisasi.

4) Wewenang dalam Organisasi

Wewenang adalah kekuasaan atau hak untuk memerintah atau me


minta orang lain untuk berbuat sesuatu. Wewenang seseorang dibatasi
melalui uraian tugas, sesuai dengan fungsi dan kedudukannya dalam
sebuah organisasi. Menurut Muninjaya (2004), dengan pembagian
wewenang tersebut, tipe wewenang dibedakan menjadi tiga, yaitu
wewenang lini, wewenang staf, serta wewenang lini dan staf.

a) Wewenang lini (line authority): pelimpahan wewenang dari atas ke


bawah dan pengawasan yang dilakukan secara langsung oleh
pimpinan ke staf penerima wewenang tersebut.

15
b) Wewenang staf (staff authority): wewenang yang diberikan kepada
staf khusus untuk membantu kelancaran tugas-tugas staf yang
diberikan wewenang lini.
c) Wewenang staf dan lini: perpaduan antara wewenang staf dan
wewenang lini yang merupakan bentuk struktur organisasi yang
paling umum dianut saat ini.

5) Pengembangan Organisasi

Pengembangan organisasi merupakan salah satu poin penting dalam


menjalankan fungsi pengorganisasian. Pengembangan organisasi ada
lah upaya pihak manajer untuk mengembangkan stafnya yang lebih
dikenal dengan pengembangan SDM. Hal ini diharapkan akan lebih
meningkatkan kapasitas organisasi yang dipimpinnya untuk
pemecahanmasalah. Hal pokok dalam fungsi pengorganisasian adalah
pembagian tugas harus dilakukan dengan jelas dan sesuai kemampuan
staf, se hingga mereka dapat berkembang menjadi kelompok kerja yang
kompak dan dinamis, serta terarah dalam melaksanakan tugas yang
diberikan.

2.2.3 Fungsi Aktuasi

Fungsi manajemen ini lebih menekankan pada bagaimana manajer


mengarahkan dan menggerakkan semua sumber daya yang ada, baik
manusia maupun bukan manusia, untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Oleh karena itu, Muninjaya (2004) menyatakan bahwa be berapa
hal pokok dan perlu mendapat perhatian bagi para manager organisasi
adalah peranan manajerial, motivasi staf, kerja sama, dan komunikasi
antarstaf.(Suni,2018.Hal.35).

(Terry,2012)Penggerakan atau directing. Fungsi penggerakan


adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok

16
berusaha mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan
usaha-usaha organisa si. Dengan demikian, penggerakan ber arti
menggerakkan orang-orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau penuh
kesadaran secara bersama sama untuk mencapai tujuan yang dikehendaki
secara efektif. Dalam hal ini, hal yang diperlukan adalah ke- pemimpinan.
Penggerakan tersebut adalah fungsi manajemen yang ber hubungan dengan
cara menggerakkan kerabat kerja (bawahan) untuk bekerja dengan penuh
kesadaran tanpa paksaan.(Simamora,2012.Hal.5).

1) Tujuan Fungsi Aktuasi

Fungsi aktuasi memiliki beberapa tujuan antara lain:

a) menciptakan kerja sama yang lebih efisien;


b) mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf;
c) menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan;
d) mengusahakan suasana lingkungan kerja yang membangkitkan
motivasi dan prestasi kerja staf;
e) membuat organisasi berkembang secara dinamis.

2) Hambatan Fungsi Aktuasi

Fungsi aktuasi juga tidak terlepas dari hambatan. Hambatan utama


fungsi aktusi adalah kegagalan manajer dalam membangkitkan moti
vasi staf. Hal ini dapat terjadi karena manajer kurang memahami hakikat
perilaku dan hubungan antarmanusia. Seorang manajer yang
berhasilakan menggunakan pengetahuannya tentang perilaku manusia
untuk mengerakkan staf agar bekerja secara optimal dan produktif.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa seorang manajer yang


ingin fungsi manajerialnya lebih efektif, harus mampu memotivasi
dirinya sendiri untuk bekerja; memiliki kepekaan yang tinggi terhadap
permasalahan organisasi dan komitmen tinggi untuk pemecahannya;

17
serta memotivasi stafnya agar mereka mau dan sadar melaksanakan
tugas-tugas pokok organisasi sesuai kewenangan dan tanggung jawab
nya.

2.2.4 Fungsi Pengawasan dan Pengendalian (Wasdal)

Pengawasan dan pengendalian merupakan dua tugas dalam satu


fungsi. Artinya, pengawasan sesungguhnya dilakukan untuk me
ngendalikan harapan agar tujuannya tercapai, sedangkan pengenda lian
merupakan cara untuk mengontrol jalannya suatu kegiatan atau program
organisasi yang juga dilakukan melalui pengawasan. Dengan demikian,
fungsi pengawasan dan pengendalian yang lebih dikenal de ngan sebutan
controlling sebagai fungsi terakhir dari proses manajemen. Fungsi terakhir
ini mempunyai kaitan erat dengan tiga fungsi lainnya terutama fungsi
perencanaan dengan tidak mengabaikan fungsi peng organisasian dan
fungsi aktuisi.(Suni,2018.Hal.36).

Pengendalian dan pengawasan atau controlling. Proses yang


dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah
direncanakan, di- organisasi dan diimplementasikan untuk dapat berjalan
sesuai target yang diharapkan, sekalipun berbagai perubahan terjadi dalam
lingkungan. Manajer menilai dan mengendalikan jalannya suatu kegiatan
yang meng arah kepada tujuan yang telah di- tetapkan. Pengawasan disebut
juga fungsi pengendalian. Suatu proses untuk mengukur atau membanding
kan antara perencanaan yang telah dibuat dengan pelaksanaan. Dengan
adanya pengawasan, diharapkan tidak terjadi kesalahan atau penyimpangan.
Selain itu, ada juga fungsi peramalan yang sering dijadikan sebagai bahan
pertimbangan. Peramalan adalah ke giatan meramalkan, memproyeksikan
atau mengadakan taksiran terhadap berbagai kemungkinan yang akan ter
jadi sebelum suatu rencana yang lebih pasti dapat
dilakukan.(Simamora,2012.Hal.5).

18
Berikut akan diuraikan komponen-komponen yang berkaitan
dengan penerapan fungsi pengawasan dan pengendalian, yang meliputi
prinsip, manfaat, proses, objek, dan jenis pengawasan.

1) Prinsip Pengawasan

Prinsip dari fungsi pengawasan dan pengendalian adalah bagaimana


dapat menentukan standar keberhasilan yang dituangkan dalam bentuk
target dan prosedur kerja, yang nantinya dapat dibandingkandengan
hasil yang dicapai atau dikerjakan oleh staf. Jika ditemukan
penyimpangan atau kesenjangan maka harus segera diatasi.

Dalam menjalankan dan mengembangkan fungsi pengawasan


manajerial, seorang manajer perlu memperhatikan prinsip pengawasan
sebagai beikut.

a) Pengawasan yang akan dilakukan oleh pimpinan harus dimengerti


oleh staf dan hasilnya mudah diukur.
b) Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang sangat penting dalam
upaya pencapaian tujuan.
c) Standar unjuk kerja harus dijelaskan kepada semua staf karena ki
nerja staf akan terus dinilai oleh pimpinan. Hal ini dilakukan seba
gai bahan pertimbangan dalam pemberian reward kepada mereka
yang dianggap mampu bekerja.

Terdapat dua jenis standar pengawasan yaitu standar norma dan


standar kriteria, berikut penjelasannya.

a) Standar norma, dibuat berdasarkan pengalaman staf dalam


melaksanakan kegiatan program yang sejenis atau yang
dilaksanakan dalam situasi yang sama di masa lalu.
b) Standar kriteria, diterapkan untuk kegiatan pelayanan oleh staf yang
sudah mendapat pelatihan. Standar ini terkait dengan tingkat
profesionalisme staf.

19
1) Manfaat Pengawasan

Organisasi akan memperoleh manfaatnya jika fungsi


pengawasan dan pengendalian ini dapat dilaksanakan dengan tepat.
Beberapa manfaat dari fungsi pengawasan antara lain:

a) dapat mengetahui sejauh mana kegiatan telah dilaksanakan olehstaf,


kesesuaian dengan standar atau rencana kerja, kesesuaian sumber
daya yang digunakan dengan yang telah ditetapkan;
b) dapat mengetahui adanya penyimpangan pada pemahaman staf
dalam melaksanakan tugas-tugasnya;
c) dapat mengetahui apakah waktu dan sumber daya lainnya men
d) cukupi kebutuhan dan telah dimanfaatkan secara efisien;
e) dapat mengetahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan;
f) dapat mengetahui staf yang perlu diberikan penghargaan,
dipromosikan, atau diberikan pelatihan lanjutan.

2) Proses Pengawasan

Pengawasan manajerial sebagai suatu proses dilakukan oleh


manajer dengan mengembangkan tiga langkah penting antara lain:

a) mengukur hasil atau prestasi yang telah dicapai oleh staf maupun
organisasi;
b) membandingkan hasil yang telah dicapai dengan tolok ukur atau
standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam hal ini, standar
yang dipakai antara lain RKO, anggaran, tugas dan wewenang staf,
mekanisme kerja sama, petunjuk pelaksana, dan target kegiatan;
c) memperbaiki penyimpangan yang terjadi sesuai dengan faktor
faktor penyebab terjadinya penyimpangan.

20
3) Objek Pengawasan

Terdapat lima jenis objek yang perlu dijadikan sasaran dalam melak
sanakan fungsi pengawasan manajerial sebagai berikut.

a) Objek yang menyangkut kuantitas dan kualitas barang atau jasa


yaitu pengawasan yang bersifat fisik.
b) Objek keuangan yaitu pengawasan yang berhubungan dengan
penggunaan dan pemasukan keuangan, seperti pengawasan ter
hadap keuangan organisasi, atau yang dikenal dengan internal audit.
c) Pelaksanaan kegiatan disesuaikan dengan RKO yang dibuat oleh
tiap-tiap staf.
d) Objek yang bersifat strategis yaitu pengawasan terhadap penerapan
instruksi atau kebijakan pimpinan.
e) Pelaksanaan kerja sama dengan sektor lain yang terkait.

4) Jenis Pengawasan

Terdapat tiga jenis pengawasan manajerial yang berkembang pada


organisasi pemerintahan di Indonesia sebagai berikut.

a) Pengawasan Fungsional/Struktural

Fungsi pengawasan ini melekat pada seseorang yang menjabat


sebagai pimpinan lembaga. Peranan setiap pimpinan adalah me
lakukan pengawasan terhadap semua kegiatan staf yang ada di
bawah koordinasinya. Semakin tinggi tingkatan manajerial maka
akan semakin luas objek dan aspek pengawasannya, terutama yang
bersifat strategis.

21
b) Pengawasan Publik

Pada umumnya, pengawasan ini dilakukan oleh masyarakat


terhadap jalannya pembangunan dan khususnya pada pem bangunan
kesehatan.

c) Pengawasan Non-fungsional
Fungsi pengawasan ini biasanya dilakukan oleh badan-badan
yang diberikan kewenangan untuk melakukan pengawasan, seperti
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan

Manajemen keperawatan merupakan tugas khusus yang harus


dilaksanakan oleh pengelolah keperawatan untuk merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber-sumber yang ada
baik sumber daya maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang efektif kepada pasien,keluarga, dan masyarakat berdasarkan
kerangka pikir keperawatan. (Simamora, 2013. Hal:12 Alenia ke-6).

Manajemen asuhan keperawatan yang baik sangat dibutuhkan dalam


memberikan asuhan keperawatan kepada klien secara sistematis dan
terorganisir. Manajemen asuhan keperawatan merupakan pengaturan sumber
daya dalam menjalankan kegiatan keperawatan dengan menggunakan metoda
proses keperawatan untuk memenuhi kebutuhan klien atau menyelesaikan
masalah klien (Mugianti,2016 Hal:6 Alenia-2).

Manajemen Asuhan Keperawatan adalah suatu proses keperawatan yg


menggunakan konsep-konsep manajemen di dalamnya seperti : perencanaan,
pengorganisasan, implementasi, pengendalian dan evaluasi. Manajemen asuhan
keperawatan ini menekankan pada penggunaan proses keperawatan dan hal ini
melekat pada diri seorang perawat. Setiap perawat dalam melaksanakan
tugasnya harus menggunakan proses keperawatan untuk mencapai tujuan
asuhan keperawatan pasien. Proses Keperawatan merupakan proses pemecahan

22
masalah yg menekankan pada pengambilan keputusan tentang keterlibatan
perawat sesuai yang dibutuhkan pasien. ((Mugianti,2016 Hal:6 Alenia 2)

Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatu proses keperawatan yang


menggunakan konsep-konsep manajemen di dalamnya, seperti perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian atau evaluasi.
(Suni,2018.Hal,47.Alenia ke-1).

Manajemen asuhan keperawatan yang baik sangat dibutuhkan dalam


memberikan asuhan keperawatan kepada klien secara sistematis dan
terorganisir. Manajemen asuhan keperawatan merupakan pengaturan sumber
daya dalam menjalankan kegiatan keperawatan dengan menggunakan metoda
proses keperawatan untuk memenuhi kebutuhan klien atau menyelesaikan
masalah klien (Keliat, 2000). Tiga komponen penting dalam manajemen asuhan
keperawatan yaitu manajemen sumber daya manusia (perawat) dengan
menggunakan sistem pengorganisasian pekerjaan perawat (asuhan
keperawatan) dan sistem klasifikasi kebutuhan klien dalam metoda pemberian
asuhan keperawatan yaitu proses keperawatan.(Mugianti,2016.Hal.16).

Manajemen asuhan keperawatan merupakan koordinasi dan integrasi


dari sumbersumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk
mencapai tujuan, obyektifitas asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan.
Manajemen keperawatan terdiri dari manajemen operasional dan manajemen
asuhan keperawatan. Metode proses keperawatan merupakan suatu pendekatan
penyelesaian masalah yang sistematis dalam pemberian asuhan keperawatan
melalui pengkajian keperawatan, perumusan diagnosa keperawatan,
perencanaan keperawatan,pelaksanaan tindakan keperawatan,evaluasi
keperawatan dan pendokumentasian asuhan keperawatan. Setiap upaya untuk
meningkatkan pelayanan keperawatan selalu berbicara mengenai kualitas.
Kualitas amat diperlukan untuk: (Simanjuntak,2020).

1. Meningkatkan asuhan keperawatan kepada pasien/konsumen;


2. Menghasilkan keuntungan (pendapatan) institusi;

23
3. Mempertahankan eksistensi institusi;
4. Meningkatkan kepuasan kerja;
5. Meningkatkan kepercayaan konsumen/pelanggan;
6. Menjalankan kegiatan sesuai aturan/standar.

2.3.1 Proses Asuhan Keperawatan

Proses Asuhan keperawatan adalah suatu metode atau pendekatan


penyelesaian masalah yang sistematik terdiri dari lima tahap secara
berurutan dan berkesinambungan yaitu: pengkajian, diagnosis,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Manajemen asuhan keperawatan
adalah suatu proses keperawatan yang menggunakan konsep manajemen di
dalamnya. Seorang perawat dalam mengelola pasien senantiasa
menggunakan langkahlangkah proses keperawatan untuk menyelesaikan
masalah klien. Asuhan keperawatan dilakukan dengan tujuan untuk
mempertahankan atau meningkatkan kesehatan klien secara optimal melalui
tindakan keperawatan yang bermutu. (Mugianti,2016.Hal.84.Alenia ke-2).

Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatu proses


keperawatan yang menggunakan konsep manajemen secara umum
didalamnya seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengendalian atau evaluasi. Peningkatan mutu pelayanan adalah derajat
memberikan pelayanan secara efisien dan efektif sesuai dengan standar
profesi, standar pelayanan yang dilaksanakan secara menyeluruh sesuai
dengan kebutuhan pasien, memanfaatkan teknologi tepat guna dan hasil
penelitian dalam pengembangan pelayanan kesehatan/keperawatan
sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal.(Lestari, 2016).

Tujuan proses keperawatan secara umum adalah membuat suatu


kerangka konsep berdasarkan kebutuhan individu, keluarga dan masyarakat
seperti yang disampaikan oleh Yura dan Walsh (1983) bahwa Proses
keperawatan adalah suatu tahapan desain tindakan yang ditujukan untuk

24
memenuhi tujuan keperawatan meliputi: mempertahankan kesehatan
optimal, kembali ke keadaan normal, dan memfasilitasi kualitas hidup. Jadi
apabila kita menggunakan proses keperawatan harus dipastikan bahwa
pasien kelolaan akan menjadi lebih berkualitas, dalam kehidupannya
melalui upaya kesehatan yang kita lakukan. Teori yang mendasari Proses
Keperawatan : (Mugianti, 2017.Hal. 17).

1. Pengkajian

Pada tahapan pengkajian Anda dapat gunakan formulir pengkajian


yang ada pada institusi kerja Anda masing-masing. Ingat bahwa
pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan, proses sistematis
dalam pengumpulan data dari berbagai sumber, mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan.(Mugiati, 2016).

2. Diagnosa keperawatan

Pernyataan tentang gangguan status kesehatan baik Aktual maupun


potensial. Secara implisit dalam diagnosa ini terdapat pernyataan
tentang respon klien yang secara legal dan berdasarkan ilmu perawat.
Diagnosa keperawatan dapat berupa aktual, resiko, wellness atau
sindrome.

Syndrome : diagnosa sindroma menjelaskan sekelompok diagnosa


aktual atau risiko yang diprediksi kan terjadi karena adanya situasi atau
kejadian tertentu organisasi keperawatan yang peduli dalam
pengembangan kategori diagnosa keperawatan adalah NANDA (North
American Nursing Diagnosis Assosiation) yang didirikan Tahun 1972
oleh para perawat Amerika Utara. (Mugiati, 2016).

25
3. Rencana (Intervensi) Keperawatan

Tahap perencanaan melibatkan serangkaian tahap dimana perawat


dan pasien menyusun prioritas, menulis tujuan dan hasil yang
diharapkan, dan menulis rencana tindakan guna menyelesaikan masalah
klien. Jenis rencana keperawatan meliputi : intervensi mandiri,
intervensi kerja sama (interdependensi) dan intervensi tergantung
intervensi mandiri melibatkan aspek-aspek praktek keperawatan
profesional yang secara hukum dilakukan perawat dan tidak
membutuhkan supervisi atau arahan dari profesi lain. (Mugiati, 2016).

Contoh:

 Perawatan luka,
 Ketika pasien membutuhkan latihan rentang gerak maka perawat
dapat melatihnya, namun untuk rentang gerak kondisi tertentu maka
perawat bekerja sama dengan fisioterapist intervensi tergantung
berdasarkan pada instruksi atau pesan tertulis dari profesi lain
 Pemberian obat berdasarkan order dokter(Mugiati, 2016).

4. Tindakan keperawatan atau implementasi

Merupakan suatu tindakan yang dilakukan langsung kepada klien,


keluarga, dan komunitas berdasarkan rencana keperawatan yang dibuat.
Berdasarkan manajemen asuhan keperawatan maka perlu dilakukan
sistem klasifikasi pasien dalam pemberian asuhan keperawatan. Sistem
ini dikembangkan untuk meyakinkan adanya pelayanan prima yang
berfokus pada pelayanan pelanggan. (Mugiati, 2016).

26
Berdasarlan rincian tersebut maka ditetapkan tindakan keperawatan
diruangan. Perawatan untuk pasien dibagi dalam tiga kategori:

 Keperawatan total: 6 jam


 Keperawatan parsial: 4 jam
 Keperawatan mandiri: 2 jam

5. Evaluasi

Pada tahap ini perawat mengkaji respon klien terhadap intervensi


keperarwatan dan kemudian membandingkan respon tersebut dengan
standar. Standar ini sering disebut sebagai “outcome criteria” perawat
menilai sejauh mana tujuan atau hasil keperawatan telah tercapai.
Selanjutnya semua tindakan keperawatan yang telah dilakukan oleh
perawat didokumentasikan dalam format implementasi dan dievaluasi
dengan menggunakan pendekatan SOAP (subjective, objective,
analyses, planning).

Disamping itu terkait dengan pendekatan SOAP setiap kali selesai


berinteraksi dengan pasien, perawat memberikan penugasan atau
kegiatan yang terkait dengan tindakan keperawatan yang telah
dilakukan sebagai tindak lanjut. Penugasan atau kegiatan ini
dimasukkan kedalam jadwal aktivitas asien dan diklasifikasikan apakah
tugas tersebut dilakukan secara mandiri (M), dengan bantuan sebagian
(B), atau dengan bantuan total (T). Setiap hari kemampuan melakukan
ugas atau aktivitas ini dievaluasi.(Mugiati, 2016).

Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau


pasien terhadap asuhan yang diberikan oleh perawat. Oleh karena itu,
model yang baik adalah model asuhan keperawatan yang dapat
menunjang kepuasan pelanggan. Manjemen asuhan keperawatan sangat
penting pada proses manajerial asuhan keperawatan yang dikendalikan

27
oleh perawat manajer dalam sebuah instansi,manajer tersebut
mengelolah bagaimana seharusnya pekerjaan dilaksanakan.
(Simanjuntak,2020).

Untuk menilai kualitas pelayanan keperawatan diperlukan adanya


standar praktik keperawatan yang merupakan pedoman bagi perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan yang diwujudkan dalam bentuk proses
keperawatan baik dari pengkajian sampai evaluasi(Nursalam,2008).

Manajemen keperawatan juga mempengaruhi pendokumentasian


asuhan keperawatan merupakan proses yang dilakukan untuk menyusun dan
mencapai tujuan. Memperkirakan waktu dan sumber-sumber waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai masing-masing tujuan dan mendisiplinkan diri
sendiri, selain itu, manajemen waktu dapat mengurangi tingkat stress (
Dejanasz, 2002 ).

Ada tiga langkah dalam menjalankan pengaturan waktu, langkah


pertama yaitu membuat perencanaan waktu dan menetapkan prioritas,
langkah kedua yaitu menyesuaikan tugas dengan prioritas tertinggi sebisa
mungkin dan menyelesaikan satu tugas sebelum memulai yang lain. Dan
langkah terakhir adalah seorang harus memprioritaskan ulang berdasarkan
informasi baru yang didapat ( Marquis & Huston, 2000 ).

Langkah-langkah yang dapat dilakukan perawat dalam


merencanakan aktivitas kerja (Marquis & Houston,200 ) diantaranya

1. mempersiapkan semua perlengkapan dan peralatan yang akan


dibutuhkan sebelum memulai suatu kegiatan,
2. mengelompokkan kegiatan yang berada di lokasi yang sama dengan
tujuan menghemat waktu,
3. menggunakan perkiraan waktu,
4. melakukan pendokumentasian sesegera mungkin setelah kegiatan
selesai dilakukan dan
5. selalu berusaha untuk mengakhiri pekerjaan tepat waktu.

28
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Manajemen Keperawatan dipandang sebagai disiplin ilmu yang mengajarkan


proses mendapatkan tujuan organisasi dalam upaya bersama dengan sejumlah orang
atau sumber milik organisasi dan Manajemen asuhan keperawatan dibutuhkan
dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien secara sistematis dan
terorganisir.

Selain itu adaa fungsi-fungsi manajemen dengan jelas menjadi empat fungsi
antara lain fungsi perencanaan, fungsi pengor ganisasian, fungsi aktuasi, dan fungsi
pengendalian.

3.2 Saran

Kami menyarankan kepada pembaca agar makalah ini dapat dimengerti dan
dipahami dengan baik, sehingga kita dapat mengetahui tentang fungsi-fungsi
manajemen dalam keperawatan dan manajemen asuhan keperawatan. Agar dapat
menjadi pedoman buat kita sebagai perawat

29
DAFTAR PUSTAKA

Bakhri H.maria.2017.manajemen keperawatan.yogyakarta.pustaka baru pres.

Lestari,D. W. 2016. Manajemen Asuhan Keperawatan. OSF Peprints.2019

http:/osf.oi.scholar.co.id

Mugianti, S. 2016. Manajemen dan Kepemimpinan dalam praktek Keperawatan.


Jakarta Selatan 12120.

Rohman,Abd.2017.Dasar-Dasar Manajemen. Intelegensia Media. Malang.


Indonesia.

Simamora, R.H. 2013. Manajemen Keperawatan. Buku Kedokteran EGC.

Jakarta 10042.

Simanjuntak, Angel Ester. 2020 Manajemen Perencanaan Asuhan Keperawatan.

http:/osf.oi.download.

Suni, A. 2018. Kepemimpinan dan manajemen Keperawatan.Bumi Medika


Jakarta 13220.

30

Anda mungkin juga menyukai