Anda di halaman 1dari 176

MODUL

MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN


KEPERAWATAN

Disusun Oleh:
Elisabeth Herwanti, S.Kp.,M.Kes
Kori Limbong, S.Kep.Ns.,M.Kep

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERWATAN POLTEKKES KEMENKES
KUPANG
Kata Pengantar

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa oleh karena berkat
dan aungerah-Nya sehingga penyusunan “ Modul Manajemen dan kepemimpinan dalam
Keperawatan” bagi mahasiswa/i Program Studi DIII Keperawatan Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Kupang ini bisa tersusun dengan baik.
Buku Panduan ini sebagai pedoman bagi mahasiswa/i Program Studi DIII
Keperawatan dalam melaksanakan proses perkuliahan teori Manajemen dan
Kepemimpinan Keperawatan di Rumah Sakit yang memuat tentang deskripsi mata ajar,
target kompetensi, capaian pembelajaran, ruang lingkup (lingkup sistem, kasus dan
ketrampilan), proses pembelajaran, evaluasi dan penutup.
Tersusunnya Modul Manajemen dan kepemimpinan dalam Keperawatan ini atas
dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua yang telah memberikan masukan selama penyusunan modul ini.
Kami sadar buku ini masih terdapat banyak kekurangan sehingga kami mohon masukan
dari para pembaca dan pengguna untuk penyempurnaan ke depan.
Semoga modul ini dapat digunakan dengan baik dalam pelaksanaan proses
pemahaman konsep Manajemen dan Kepemimpinan dalam Keperawatan oleh mahasiswa
Program Studi DIII Keperawatan Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kupang.

Kupang, .....................

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul …………………………………………………………………


Kata Pengantar..................................................................................................... i
Daftar Isi ……………………………………………………………………… ii
BAB I : Konsep Manajemen Keperawatan.............................................. 1
BAB II : Konsep Kepemimpinan........................................................... 17
BAB III : Konsep Manajemen Askep.................................................... 33
BAB II : Perencanaan Di Ruang Perawatan............................................. 15
BAB III : Perhitungan Tenaga Di Rawat Inap.......................................... 46
BAB IV : Pengorganisasian Pelayanan Di Ruang Perawat........................ 52
BAB V : Metode Pemberian Asuhan Keperawatan................................. 77
Bab VIII : Manajemen Konflik rawatan........................................................ 119
BAB IX : Pengendalian Mutu Keperawatan, Indikator, Kepuasan 133
Pelanggan, Audit Mutu .........................................

ii
BAB 1
KONSEP MANAJEMEN KEPERAWATAN
Kori Limbong, S.Kep.Ns.,M.Kep

A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat: Pokok bahasan ini membahas tentang Substansi dari konsep
manajemen keperawatan yang mana seorang manajer akan berhasil bila bekerja
melalui orang lain / kelompok dalam mencapai tujuan. Manajemen disebut juga proses
mengumulkan data dan mengorganisir sumber-sumber daya dalam mencapai tujuan
organisasi. Dalam mencapai tujaun seorang manajer harus memperhatiakn visi, misi
dan filosofi suatu organisasi agar tidak menyimpang atau melewati rambu-rambu yang
telah digariskan oleh the founding father of organization. Tahapan umum suatu
manajemen yang banyak di ikuti para ahli yaitu perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (directing), dan pengendalian
(controlling).
2. Relevansi: pokok bahasan ini sangat relevan dengan peran dan fungsi seorang perawat
yang harus memahami kosep manajemen keperawatan agar dapat
mengimplemetasikan dalam asuhan keparawatan.
3. Capaian Pembelajaran
Setelah mengikuti perkuliahan konsep manajemen keperawatan mahasiswa dapat:
1. Menjelaskan pengertian manajemen keperawatan
2. Menjelaskan fungsi-fungsi manajamen keperawatan
3. Menjelaskan prinsip-prinsip mfnajamen Keperawatan
4. Menjelaskan kerangka dasar dan filosofi manajamen keperawatan
5. Menjelaskan lingkup manajemen keperawatan
6. Manajemen keperawatan dimasa mendatang
B. PENYAJIAN
1. Uraian
1.1 Pengertian
Manajamen adalah sebuah kegiatan yang sangat kompleks namun teratur, sehingga bila
manajamen dilaksanakan dengan baik akan mencapai hasil kegiatan yang maksimal.
Menurut Taylor ( 1911) manajamen adalah diibaratkan sebagai sebuah mesin produksi
yang bekerja secara efisien dan cepat menghasilkan produk maksimal yang memerlukan

1
motivasi dan kerjasama. Sedangkan, menurut Hersey & Blanchard (1977, dalam La
Monica, 1998) menyatakan manajemen adalah bekerja dengan dan melalui individu dan
kelompok untuk mencapai tujuan. sedangkan Hasibuan (2003) manajemen adalah Ilmu dan
seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya
secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan. Depkes RI (2001), maanajemen
keperawatan adalah suatu proses perubahan atau transformasi dari sumber daya yang di
miliki untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan melalui pelaksanaan fungsi
perencanaan, pengorganisasian, pengaturan ketenagaan, pengarahn, evaluasi dan
pengendalian mutu keperawatan.
Beberapa definisi dari ahli-ahli lain menyatakan manajemen keperawatan adalah suatu
tugas Khusus yang harus di laksanakan oleh pengelolah keperawatan untuk merencanaan,
mengorganisasikan, megarakan serta mengawasi sumber-sumber yang ada baik sumber
daya mau pun sumber dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang
efektif baik kepada pasien, keluarga dan masyarakat (Gillies,1996; Robbins & Coulter,
1998; Hersey, Blanchard & Jhonson 1996, La Monica, 1998; Stoner & Wankel, 1988;
Huber, 2000).
Penulis berpendapat ada beberapa kesamaan definisi dari pernyataan di atas bahwa
manajemen keperawatan adalah suatu rangkayan kegiatan pelayanan keperawatan yang di
laksanakan oleh perawat yang menerapkan fungsi-fungsi perencanaan, perorganisasian,
pengarahan dan pengendalian dalam mencapai pelayanan keperawatan yang profesional
dengan berprinsip efektif dan efisien. Adapunmenurut penulis manajemen keperawatan
adalah pola kerja yang menerapkan tahapan pendekatan yang sistematik perorganisasian
dan pengarahan diikuti pengendalian serta diakhiri evaluasi termasuk tahapan umpan balik.

1.2 Fungsi-fungsi Manajamen Keperawatan


Fungsi-fungsi manajemen keperawatan secara garis besar antara lain : merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengendalikan. Fungsi-fungsi manajemen menurut
Fayol (1949) dapat digambarkan sebagai berikut :
Controlling
Directing
Organizing
Planning

2
Gambar : Empat Langkah Proses Manajemen Menurut Fayol
a. Perencanaan ( Planning ) yaitu kegiatan menentukan tujuan jangka panjang atau
pendek yang berhubungan tindakan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan
( Heesey, Blanchard & Johnson, 1996 ). Menurut Longest, ( 1976, dalam La
Monica, 1998 ) perencanaan menyediakan cara mempersatukan kegiatan dari
seluruh peserta organisasi kearah tujuan bersama. Definisi yang lain dari Depkes RI
( 2001 ), perencanaan adalah pertimbangan seorang kepala ruangan dalam
menyeimbangkan antara kebutuhan pasien, perawat dan dokter serta administrator.
Perencanaan pelayanan keperawatan adalah fungsi dasar dari manajeman yang
merupakan tugas utama dari semua manejer keperawatan dan merupakan proses
yang sistematis berdasarkan teori-teori manajemen. Menurut Gibson, Ivancevich &
Donally (1996) perencanaan adalah hasil yang akan dicapai dan menetapkan cara
untuk mencapai hasil tersebut. Hasil perencanaan yang diharapkan seharusnya
dipahami bersama oleh seluruh anggota organisasi, khususnya kearah mana
perencanaan organisasi dan bagaimna cara mencapainya. Perencana akan membuat
analisis agar perencanaan berkaitan dengan kriteria sasaran, tujuan, visi dan misi.
Hasil perencanaan adalah menetapkan sasaran organisasi dan cara bertindak
untuk mencapai tujuan. Kesimpulan dari beberapa pendapat diatas, perencanaan
merupakan suatu usaha sistematis kepala rungan untuk menentukan kebutuhan
sumber daya dan dana organisasi untuk mencapai tujuan jangka pendek dan jangka
panjang. Kegiatan kepela ruangan dalam tahap perencanaan antar lain
mensosialisasikan visi, misi dan tujuan rumah sakit, merencanakan kegiatan
ruangan sesuai visi, misi dan tujuan rumah sakit, merencanakan pembuatan visi dan
misi runagan, merencanakan kebutuhan SDM, merencanakan kebutuhan alat
kesehatan/material kesehatan dan sarana prasarana penunjang lainnya, dan
pelibatan perawata pelaksana dalam membuat rencana tiap unit serta penentuan
gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.
b. Pengorganisasian ( organizing ) yaitu menggerakan sumber daya manusia dan
sumber daya yang dimiliki institusi untuk mencapai tujuan organisasi.
Pengorganisasin manajemen keperawatan adalah pengelompokkan atau pengaturan
kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi yang meliputi
subprevisi, koordinasi dengan unit kerja lain baik secara vertikal maupun horizontal

3
( Depkes RI, 2001; Hersey & Blanchard 1977, dalam La Monica 1998 ).
Perorganisasian adalah kegiatan mengintegrasikan semua sumber daya. Semua
bertujuan agar kelompok mau bekerja sama. Menurut Gibson, Ivancevitch dan
Donally ( 1996 ) fungsi perorganisasian adalah mendesaian tujuan dan wewenang
tiap pekerjaan individu menetapkan mana pekerjaan yang masuk dalam kelompok,
sehingga menajer mencari metode dan proses agar pekerjaan dapat terintegrasi
dengan baik. Secara garis besar penulis dapat menyimpulkan bahwa
pengorganisasian suatu proses penyatuan semua sumber daya dan dana sehingga
dapat saling mendukung atau bekerja sama sesuai fungsinya. Adapun hasil
pengorganisasian adalah menetapkan siapa, melakukan apa dan dengan siapa
bekerja. Pengorganisasian keperawatan oleh kepela ruangan harus menjelaskan
bagaimna melaksanakan asuhan keperawtan sesuai dengan Standar Asuhan
Keperawatan ( SAK ) dan Standard Operational Procedur ( SOP ), menyusun
jadwal dinas, memberikan perhatian terhadap pekerjaan/supervisi, melakukan
pertemuan rutin ( rapat ruangan , diskusi, pre dan post conference ), menentukan
metode penugasan keperawatan dan membuat struktur organisasi ruangan.
c. Pengarahan ( directing ) yaitu memberikan motivasi dan bimbingan kepada
perawat pelaksana agar melaksanakan kegiatan yang diiginkan. Pengarahan
pelayanan keperawatan adalah proses penerapan pelayan keperawatan untuk
mencapai tujuan pelayanan yang optimal meliputi kegiatan motivasi, komunikasi
dan kepemimpinan ( Depkes RI, 2001 ). Kepala ruangan dalam hal ini akan
melakukan kegiatan membimbing, mengarahkan pekerjaan perawat pelaksana,
memberikan motivasi, memberi reward, mendekegasikan pekerjaan, meneruskan
informasi kebujakan darikepala rumah sakit serta melakukan supervisi internal
ruangan. Gibson, Ivancevich & Donally (1996) fungsi pengarahan adalah untuk
personal dan interpersonal.Sehingga bila bila tidak menguasai keterampilan
interpersonal akan gagal. Termasuk kegitan pengarahan yaitu interaksi atasan-
bawahan, kerja individu, permainan ( rule of the game ), komunikasi, persaingan,
penerimaan dan penolakan lain, bergabung/meninggalkan kelompok, menerima
imbal jasa/kompensasi dan mengatasi stres.
d. Pengendalian ( controlling ) yaitu kegiatan membandingkan hasil kerja dengan
standar penampilan kerja yang diiginkan dan mengambil kegiatan perbaikan bila

4
ada kekurangan. Pengendalian pelayanan keperawatan adalah upaya untuk
mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan secara
berkesinambungan ( Depkes RI, 2001 ). ( Hersey & Blanchard 1977 dalam La
Monica, 1998 ) mengatakan pengendalian adalah mengumpulkan umpan balik dari
hasil-hasil yang telah dicapai secara periodik dalam rangka membandingkan hasil-
hasil perencanaannya dan menindaklanjuti. Disamping itu pengendalian adalah
kegiatan menilai hasil kerja secara periodik yang dibandingkan dengan standar
yang telah ditetapkan sehingga menghasilkan umpan balik untuk ditindaklanjuti.
Menurut Gibson, Ivancevich & Donally ( 1996 ) fungsi pengendalian menjamin
hasil aktual konsisten dengan perencanaan. Apakah hasil sesuai dengan
perencanaan kalau tidak kenapa, Apa ada yang salah dengan fungsi perencanaan.
Aktivitas seleksi dan penerimaan karyawan, inspeksi kegiatan evaluasi kinerja, dan
analisis laporan keuangan. Menajer membandingkan hasil kerja dengan standar
kinerja. Kepala ruangan aka melakukan kegiatan antara lain menilain hasil kerja
Asuhan Keperawatan dan membandingkan dengan standar yang ditetapkan, menilai
sikap dan perilaku perawat pelaksana, melihat biaya yang sudah keluar,
merencanakan tindak lanjut evaluasi (Murray & Di Croce, 2005).
Menurut Gillies ( 1989 ), manajemen keperawatan adalah proses untuk
melaksanakan melalui staf perawat dalam rangka memberikan asuhan keperawatan,
pengobatan dan rasa aman pada pasien/keluarga/masyarakat. Dalam pelaksanaan di
institusi pelayanan, manajemen keperawatan menerapkan pendekatan sistem.
Pendekatan sistem terdiri dari input ( masukan ), process ( proses ), Output
( keluaran ), Control ( pengendalian ) dan feedback mechanism ( mekanisme umpan
balik ), input ( masukan ) yang ada dalam ruang pelayanan keperawatan misalnya
ada saran-prasarana, alat kesehatan dan materiel kesehatan, metode pelayanan
keperawatan serta sumber daya perawat dan tenaga penunjang. Penerapan proses (
process ) dipelayanan keperawatan antara lain sistem atau metoda kerja yang
diterapkan guna menyelesaikan tugas/pelayanan/asuhan keperawatan termasuk
didalamnya pola pengarahan dan penegendalian kerja. Output ( keluaran ) dalam
pelayanan keperawatan berupa hasil penampilan kinerja yang baik atau buruk.
Kinerja yang baik dapat dirasakan oleh pasien dan perawat misalnya tingkat
kepuasan, percepatan pemulangan pasien, dokumentasi keperawatan yang lengkap

5
dan paling penting adalah tidak ada komplen dari pasien/keluarga/masyarakat.
Sedangkan untuk mengawal pelaksanaan pekerjaan mulai perencanaan sampai
pelaksanaan evaluasi, maka seorang menajer juga menerapkan sistem Controll
( penendalian ) yang baik agar tujuan sesuai dengan rencana awal dan berjalan
secara efektif dan efesien. Adapun feedback mechanism ( mekanisme umpan balik )
adalah semua hambatan yang menganggu atau yang membuat lancar proses
pelaksanaan tugas harus dimonitor dan tindaklanjuti. Tindak lanjut secara cepat
atau lambat yang penting harus dilakukan dan dilaporkan kepada manajer tingkat
tinggi diatasnya.
Skema
Teori Pendekatan Sistem Menurut Gillies ( 1989 )

Input Proses Output

Feedback Mechanism

Dibawah ini dapat dilihat tingkatan manajer keperawatan yang bisa


menggambarkan berat ringgannya tanggung jawab sesuai level manajer yang dijabatnya.
Seorang top manajer atau menajer puncak keperawatan seperti Kadep ( Kepela
Departeman ) atau Kabid ( Kepala Bidang ) atau direktur keperawatan akan memiliki
tanggung jawab yang lebih besar pada pembuatan perencanaan ( Planning ) dan
pengendalian ( Controlling ) dari pada tugas manajemen yang lainnya. Manajer top
seorang Planner sehingga seorang manajer top minimal lulusan S2 manajamen
keperawatan. Seorang Kasi ( Kepala Seksi ) atau Kasubdep keperawatan sebagai Middle
manajer atau manajer tengah, menjadi penerus dan penyimbang antara kebujikan top
manajer dan manajer bawah ( First Line ) sehingga semua tahap manajamen harus
dikuasai. Adapun manajer pemuka seperti kepala ruangan memiliki tanggung jawab penuh
dalam melaksanakan tugas-tugas manajer yang lebih baik kearah Staffing and directing.
Walaupun dalam kenyataannya masukan dan saran kepala ruangan di perlukann demi
peningkatan mutu pelayanan keperawatan.

6
1.3 Prinsip-prinsipManajamen Keperawatan
a. Dasar Perencanaan : pemikiran atau konsep tindakan tertulis yang merupak fungsi
untuk menurunkan resiko dalam pengambilan kepeutusan atau pemecahan masalah
dan efek perubahannya. Adapun kegiatan yang bisa dilakukan adalah analisa dan
mengkaji sistem, mengatur strategi, menetukan tujuan jangka panjang dan jangka
pendek, mengkajisumber-sumber organisasi dan kemampuan yang bisa
dimanfaatkan, serta membuat aktivitas berdasarkan prioritas kegiatan.
b. Memanfaatkan waktu yang efektif misalnya membuat jadwal tugas dan bila ungin
tau kondisi yang sebernanya turun kelapangan.
c. Melibatkan staf dalam pembuatan keputusan.
d. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan yang efektif.
e. Mengorganisir : misalnya struktur organisasi sesuai blok/level manajamen mulai
dari unit departemen, top/eksekutif dan tingkat operasional.
f. Melakukan langsung kegiatan pengarahan, mislanya dengan melaksanakan
pendelegasian, supervisi, koordinasi secara intern dan ekstern serta pengendalian.
g. Memberikan motivasi agar tetap tinggi : menaikan gaji secara periodic,
memberikan pendidikan atau pelaihan tambahan dan promosi lainnya.
h. Menerapkan komunikasi yang efektif baik terhadap sejawat atau tenaga kesehatan
lainnya.
i. Melakukan kegiatan pengendalian meliputi : membuat penilaian pelaksaan
rencana, memberikan instruksi, menetapkan standar atau pedoman kerja yang
dilaksanakan, dan membandingkan penampilan kinerja dengan standar awal yang
telah ditetapkan.
j. Mengembangkan staf sebagai manajer harus selalu berfikir pengembangan staf
bukan pengurangan staf, sehingga jenjang karir dan jabatan yang jelas. Hal ini
akan meningkatkan motivasi dan kinerja staf. Untuk itu penegembangan staf dapat
mengikuti peryataan Katz ( dalam Swanburgh, 1990 ), dimana ada 3 kategori
kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang manajer agar menjadi sukses dalam
pengembagan staf. Tiga kemampuan perawat yang harus dimiliki adalah :
1.) kemampuan konseptual, yaitu kemampuan berpikir yang didasari oleh ilmu
pengetahuan dan pengalaman yang pernah dialami. Hal ini mendunkung dalam

7
pembuatan perencanaan terutama membuat visi, misi dan kerangka konsep
pekerjaan baik dimasa sekarang maupun yang akan datang.
2.) kemampuan tehnis, yaitu sejauh mana seorang manajer bisa membuat metode,
sistem dan pedoman kerja yang mudah diikuti oleh staf dan mudah untuk di
evaluasi. Kemampuan ini juga berdasarkan pengalaman kerja di lapangan. Karena
pengetahuan bila ditunjang dengan pengalaman lapangan akan menjadi sempurna
sehingga mempercepat dalam proses pengambilan tindakan akan brani mengambil
resiko.
3.) kemampuan human relationship/intepersonal, yaitu kemampuan untuk
mengadakan hubungan dengan orang lain, dalam hal ini membuat pekerjaan
tambah lancar. Membuat hubungan dengan anak buah, hubungan dengan satu
tingkat/selevel dan membuat hubungan dengan atasan termasuk pihak luar yang
terkait dengan pelayanan.
k. Melakukan kegiatan pengendalian meliputi : membuat penilaian pelaksanaan
perencana, arahan, intruksi, standar kata/pedoman kerja yang akan dilaksanakan,
an membandingkan penampilan kinerja dengan standar awal yang telah ditetapkan.

1.4 Kerangka Dasar Dan Filosofi Manajamen Keperawatan

Pembuatan kerangka konsep dan penugasan filosif manajamen keperawatan merupakan


kegiatan yang harus dilalui seorang manajer.Kerangka konsep dasar atau model dasar
manajemen keperawatan dan filosofi keperawatan, yang memberikan semangat dan
landasan dasar dalam pelaksanaan kegiatan keperawatan, pedoman dalam pengambilan
keputusan dan menjadi dasar dalam melakukan evaluasi hasil manajemen keperawatan.
Untuk itu kita perlu mengetahui dasar filosofi ilmu keperawatan antara lain :

a. Kerangka dasar paradigma keperawatan yaitu Body of knowledge atau pohon ilmu
keperawatan yang menjadi dasar eksistensi sebagai ilmu pengetahuan. Paradigma
keperawatan terdiri dari manusia, perawat/keperawatan, kesehatan dan lingkungan.

8
Skema
Paradigma Keperawatan

Manusia

Keperawatan/perawat Kesehatan

Lingkunagan

Ada beberapa karakter/ciri dalam membuat pola hubungan antara staf keperawatan
yang bisa mendukung pelaksanaan pelayanan antara lain :
1) secara naluri setiap manusi akan tertarik dan mempertahankan pada
pekerjaan sehingga akan berusaha bekerja sesuai kemampuan terbaik.
2) Informasi yang cukup akan mempengaruhi pelayanan keperawatan
sehingga setiap manajer sebelum membuat keputusan harus memiliki
informasi yang memadai sehingga kepetusannya akan akurat dan tepat.
3) Percaya bahwa suatu tujuan akan mudah dicapai bila dikerjakan secara
bersama-sama.
4) Indidvidu memiliki sifat, motivasi dan minat yang berbeda dalam
menghadapi pekerjaanny, untuk itu manajer yang baik harus mnegetahui
bagamana latar belakang dan cara memperlakukan staf perawat sesuai
dengan kemampuannya.
5) Manajer harus bisa melakukan fungsi koordinasi dengan semua stakeholder
dan mampu melakukan pengendalian pekerjaannya.
6) Manajer harus memahami kualifikasi staf dan kemampuan lebihnya
sehingga dapat memberikan pekerjaan sesuai dengan tugas dan tanggung
jawab masing-masing.
7) Individu memeliki kesamaan hak dan pembagian pendelegasian terutama
pada staf yang dianggap mampu.
8) Manajer selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya sehingga
bisa bekerja secara profesional dan pengambilan keputusan cepat dan tepat.

9
9) Semua metode/sistem yang dipakai adalah untuk memudahkan pencapain
tugas pokok dan tujuan organisasi secara bersama-sama.

b. Filosofi manajeman keperawatan


Bila diartikan secara operasional, filosofi adalah keyakinan kuat yang dimiliki
individu atau kelompok yang mengarahkan untuk tiap kegiatan individu atau
kelompok mencapai tujuan bersama. keyakinan yang dimiliki oleh tim keperawatan
dalam memberikan
asuhan keperawatan yang bermutu tinggi dengan carapembagian kerja, koordinasi
& evaluasi. Filosofi keperawatan melihat bahwa manusia itu adalah unik sehingga
membutuhkan perlakuan seutuhnya dari segi biologi, psikologi, sosial, dan
spiritual.
Adapun beberapa contoh filosofi keperwatan antara lain :
1) hari ini harus lebih baik dari hari kemarin.
2) manajemen keperawatan adalah fungsi utama bidang keperawatan.
3) mutu pelayanan keperawatan yang tinggi berarti menunjukkan bahwa
pelaksanaan manajeman pelayanan memiliki standar yang tinggi juga.
4) menjunjung tinggi pendidikan keperawatan berkelanjutan.
5) keperawatan merubah dan membantu pasien menuju fungsinya yang
optimal
6) tim keperawatan mampu bertanggung jawab dan bertaggung gugat.
7) menghargai hak-hak azasi pasien.
8) perawat adalah advokat pasien.
9) perawat wajib memberi pendidikan kesehatan

Adapun membuat visi dan misi institusi akan berperan dalam memberikan
pelayanan keperawatan terbaik, menciptakan lingkungan kerja yang kondusif untuk
pendidikan, mengembangkan lingkungan pelayanan yang aman dan nyaman bagi
pasien dan keluarganya.

c. Tujuan Pelayanan Keperawatan


Tujuan pelayanan keperawatan sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan
tehnologi keperawatan adalah :
10
1) meningkatkan dan mempertahankan mutu.
2) meningkatkan sikap profesionalisme dan akontabel.
3) meningkatkan hubungan dengan pasien, keluarga dan masyarakat.
4) meningkatkan komunikasi antar staf.
5) meningkatkan kualitas kerja.

Semua tujuan ini akan berhasil bila seorang manajemen memperhatikan :

1) kebijakan yang di buat sifatnya kooperatif.


2) memperhatikan kesejahtraan sosial stafnya.
3) memberikan kesempatan mengikuti pendidikan tinggi stafnya.
Demikian juga agar manajer bila ingin sukses dalam pekerjaannya seharusnya
memilih metode kerja yang baik. Metode kerja baik bila dalam pelaksanaan
memiliki akibat:
1) semua bekerja dengan mudah dan aman.
2) menghindari pemborosan waktu dan pemborosan alat.
3) mengurangi duplikasi tugas antara tenaga.
4) meningkatkan tingkat keputusaan kerja staf.
5) meningkatkan mutu asuhan keperawatan.

1.5 Lingkup Manajemen keperawatan

Lingkup manajemen keperawatan bagi menejer pemula setingkat kepaa ruagan meliputi :
a. Menetapkan penerapan pelayanan keperawatan yang komperensif
b. Melaksanakan intervensi dan evaluasi untuk perbaikan pelayanan keperawatan
c. Menerima akuntabilitas sebagai pelaksana yang langsung berhadapan dengan
pasien
d. Mengendalikan lingkup praktek kperawatan agar sesuai dengan peraturan yang
berlaku

11
Dalam pelaksanaan partisipasi staf dilevel manajer pemula sufatnya antara lain
a. Bottom up, yaitu staf diperbolehkan untuk memberikan masukan kepada setiap
kegiatan yang akan dilaksanakan
b. Top down, yaitu semua kebijakan dan standar kerja hanya dari atasan , sedangan
staf harus mengerjakan dan tidak boleh meberikan masukan.
c. Lateral, yaitu sikap manajer yang lebih memeprhatikan masukan di berikan oleh
manajer selevel dari pada atasan atau stafnya.
d. Organizational, yaitu setiap kebijakan harus meperhatikan kebijakan dari top
organisasinya agar satu arah pedomanya dan menangtang keberadaan organisasi
e. Personal, yaitu setiap kebijakan kadang dipengaruhi oleh karakter pemimpin yang
mengambil keputusan sehingga harus ada masukan dar staf lain

1. 6 Manajemen keperawatan dimasa mendatang


Dengan adanya beberapa perubahan mendasar dalam perkembangan ilmu keperawatan
yang tidak bisa dihindari oleh semua institusi pelayanan kesehatan anatara lain :
1. Periode transisi dari pelayanan yang sifatnya kuratif menjadi preventif , dan
kemajuan teknologi yang memungkinkan pasien untuk memilih system pelayanan.
2. Transisi peran dan fungsi perawat dari mengandalkan peran kolaborasi kea rah
mandiri ( asuahan kepearawatan sifatnya promosi , preventif ) , tanggungjawab
/akuntabilitasnya nyata , meningkatkan peran kepala ruangan dari fungsi
pengarahan , pengedalian , mengambil keputusan menjadi lebih kea rah fungsi
fasilitator , koordinator , dan pelayanan yang integrative/ penunjang.
3. Karakteristik tim keperawatan yang semakin mampu menerima tanggung jawab
dan tanggung gugat , saling percaya ,saling menghargai, ikut berperan aktif ,
mandiri dan komperhensif , meingkatnya kempauan professional , bekerja nlebih
berintegrasi , standarisasi , bisa berbagi peran dengan profesi lain serta adanya
prilaku lux perawat seperti memilih kerja dengan gaji lebih tinggi dan kondisi kerja
yang kondusif

2. Latihan
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan
berikut : Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf

12
keperawatan untuk memberikan asuhan, pengobatan dan bantuan terhadap para pasien.
Bila dipandang dari lingkup manajemen keperawatan ada Manajemen
operasional/menajemen layanan dan manajemen asuhan keperawatan. Jelaskan
perbedaan keduanya dengan memberikan contoh !
3. Rangkuman
Manajamen adalah sebuah kegiatan yang sangat kompleks namun teratur, sehingga bila
manajamen dilaksanakan dengan baik akan mencapai hasil kegiatan yang maksimal.
Manajemen keperawatan adalah suatu rangkayan kegiatan pelayanan keperawatan yang
di laksanakan oleh perawat yang menerapkan fungsi-fungsi perencanaan,
perorganisasian, pengarahan dan pengendalian dalam mencapai pelayanan keperawatan
yang profesional dengan berprinsip efektif dan efisien. Adapun menurut penulis
manajemen keperawatan adalah pola kerja yang menerapkan tahapan pendekatan yang
sistematik perorganisasian dan pengarahan diikuti pengendalian serta diakhiri evaluasi
termasuk tahapan umpan balik.

C. PENUTUP
Manajemen keperawatan adalah suatu rangkaian kegiatan pelayanan keperawatan yang
di laksanakan oleh perawat yang menerapkan fungsi-fungsi perencanaan,
perorganisasian, pengarahan dan pengendalian dalam mencapai pelayanan
keperawatan yang profesional dengan berprinsip efektif dan efisien.
1. Formatif
1. Seorang kepala bidang keperawatan yang baru terpilih mengadakan rapat
penyampaian visi misi selama kepemimpinannya dengan mengundang semua
kelapa ruangan.
Apakah nama fungsi manajemen yang dilakukan oleh kepala bidang tersebut?
a. Pengorganisasian
b. Pengendalian
c. Perencanaan
d. Ketenagaan
e. Pengarahan
2. Seorang kepala ruangan memasang struktur organisasi di ruangan untuk diketahui
oleh semua pihak.
Apakah nama fungsi manajemen yang dilakukan oleh kepala ruangan tersebut?
a. Pengorganisasian
b. Pengendalian
c. Perencanaan
d. Ketenagaan
13
e. Pengarahan
3. Seorang kepala ruangan di ruangan penyakit dalam memberikan kesempatan
seluas-luasnya kepada staff untuk memberikan masukan kepada setiap rencana
program yang disusunnya.
Apakah nama sifat partisipasi di level manajer pemula yang diterapkan oleh kepala
ruangan di atas?
a. Organizational
b. Bottom up
c. Top down
d. Personal
e. Lateral
4. Seorang ketua tim meminta masukan untuk perbaikan program ke depan. Ketua
tim tersebut lebih memperhatikan masukan dari sesama ketua tim daripada
masukan dari kepala ruangan.
Apakah nama sifat partisipasi di level manajer pemula yang diterapkan oleh ketua
tim di atas?
a. Organizational
b. Bottom up
c. Top down
d. Personal
e. Lateral
5. Seorang kepala bidang keperawatan mengevaluasi mutu layanan tahun 2018
dengan hasil bahwa banyak keluhan dari pasien tentang rendahnya kepuasan
pasien yang salah satunya adalah caring perawat yang kurang selama memberikan
pelayanan.
Apakah jenis pendekatan system yang dievaluasi dari manajemen di atas?
a. Input
b. Proses
c. Output
d. Control
e. feedback
6. Seorang direktur RS sedang melaksanakan rapat mendadak dengan semua Kepala
Bidang di RS untuk pembahasan perbaikan manajemen RS tersebut.
Apakan nama tingkatan manajer direktur tersebut di atas?
a. General manager
b. Middle manager
c. Top manager
d. Low manajer
e. First manager

2. Umpan Balik
Kunci Jawaban

No Kunci Jawaban
1 C
14
2 A
3 B
4 E
5 C
6 B

3. Penjelasan Jawaban
No. Soal Uraian
1. Jawaban yang benar adalah C. Visi misi merupakan hal yang akan dicapai pada
periode waktu yang akan dicapai selama memimpin.
2 Jawaban yang benar adalah A. Struktur organisasi terdapat garis komando yang
berarti membagi tugas untuk penyelesaian pekerjaan.
3 Jawaban yang benar adalah B. Memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada staff
untuk memberikan masukan kepada setiap rencana program yang disusunnya, sesuai
struktur organisasi dari bawah ke atas.
.
4 Jawaban yang benar adalah E. Prinsip dasar dalam mewujudkan masyarakat yang
berdaya atau mandiri memutuskan dan melaksanakan program sesuai dengan rencana
merupakan suatu proses membangun dinamika.
5 Jawaban yang benar adalah C. Keluhan dari pasien tentang rendahnya kepuasan
pasien merupakan hasil kinerja.
6 Jawaban yang benar adalah C. Kepala Bidang di RS tingkatan manajer berada
dibawah direktur dan di atas kepala ruangan.

4. Cara Penilaian
Nilai mahasiswa didapatkan dengan menentukkan jumlah benar dibagi dengan
jumlah soal dikalikan seratus; dengan rentang nilai sebagai berikut :
A = 78-100
B =68-77
C = 56-67
D = 42-55
E =<42

15
5. Tindak Lanjut
Bagi mahasiswa yang belum lulus (mendapat nilai D atau E diberikan
kesempatan untuk belajar lagi dan ujian ulang untuk perbaikan nilai.

6. Referensi
Anwar kurniadi. 2013. Manajamen keperawatan dan prospektifnya. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia

Nursalam . 2002. Manajemen Keperawatan:Aplikasi dalam Praktek Keperawatan


Profesional. Jakarta: Salemba Medika

16
BAB II
KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN
Kori Limbong, S.Kep.Ns.,M.Kep

A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat: Pokok bahasan ini membahas tentang kepemimpinan dalam
keperawatan. Pemimpin keperawatan memerlukan suatu pemahaman tentang
bagaimana mengelola dan memimpin orang lain dan mencapai tujuan asuhan
keperawatan yang berkualitas. Sebagai perawat professional, tidak hanya megelola
orang tetapi sebuah proses secara keseluruhan yang memungkinkan orang dapat
menyelesaikan tugasnya dalam memberikan asuhan keperawatan serta
meningkatkan keadaan kesehatan pasien menuju ke arah kesembuhan
2. Relevansi: pokok bahasan ini sangat relevan dengan peran dan fungsi seorang
perawat yang harus memahami kosep kepemimpinan keperawatan agar dapat
menggerakkan staf untuk mengimplemetasikan pelayanan dan asuhan keparawatan
yang optimal.
3. Capaian Pembelajaran
Setelah mengikuti perkuliahan konsep manajemen keperawatan mahasiswa dapat:
1. Menjelaskan defenisi kepemimpinan.
2. Menjelaskan teori kepemimpinan.
3. Menjelaskan unsur kepemimpinan.
4. Menjelaskan karakteristik kepemimpinan
5. Menjelaskan gaya kepemimpinan.

B. PENYAJIAN
1. Uraian
1.1 Defenisi kepemimpinan
Kepemimpinan adalah proses dimana seseorang mempengaruhi sekelompok orang
untuk mencapai tujuaan bersama (P.G. Northouse, 2004).
Kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi, memotivasi dan memberdayakan
orang lain mau berkontribusi untuk efektifitas dan keberhasilan organisasi (House et
al, 1999).

17
Kepemimpinan adalah kemampuan mengembangkan dan mengkomunikasikan visi
kepada sekelompok orang yang akan mewujudkan visi tersebut (Kenneth Valenzuela,
2007).
Kepemimpinan adalah proses menimbulkan pemahaman tentang apa yang dilakukan
bersama agar mereka mengerti dan bersedia melaksanakannya (Drath & Palus,
1994).
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas sekelompok orang yang
terorganisir untuk mencapai tujuan (Rauch & Behling, 1984).
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi perilaku orang lain kearah tujuan
kelompok dengan menghormati sepenuhnya kebebasan masing-masing orang dalam
kelompok (Roman Catholic Diocese of Rochester)
Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi orang lain dalam mencapai tujuan
(Huber,2000). Menurut La Monica (1998) menyimpulkan pendapat dari Fleishman
(1973) dan Hursey & Blanchard (1977), kepemimpinan adalah “ penggunaan proses
komunikasi untuk mempengaruhi kegiatan-kegiatan seseorang atau kelompok ke
arah pencapaian satu atau beberapa tujuan dalam situasi yang unik dan tertentu”.
Definisi dari para ahli yang lain, kepemimpinan adalah suatu kegiatan yang
mempengaruhi individu atau kelompok orang agar mau melaksanakan tugas sesuai
dengan tujuan organisasi dengan sukarela
(Gibson, Ivanecevich, Donally, 1995; Terry, 1986; Robbin & Coulter, 1999; Hersey,
Blanchard & Johnson, 1996; Huber, 2000).
Adapun menurut Army Departement of Headquaters USA , (1999), kepemimpinan
adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang-orang dengan menetapkan yujuan,
memberi pengarahan/perintah dan motivasi sehingga secara operasional tujuan tujuan
tercapai dan meningkatkan keberadaan organisasi. Sedangkan Stogdill, Gardner &
Merton menyatakan bahwa kepemimpinan adakah proses mempengaruhi orang
lain/kelompok dalam usaha mencapai tujuan.
Hasil pengaruhnya akan ditandai adanya kemauan staf yang bekerja dengan
sukarela. Ada perbedaan tugas dan tanggungjawab antar staf dan pimpinan sehingga
pemimpin yang berhasil selalu memberi contoh yang baik kepada stafnnya.
Pemimpin efektif termasuk kegiatan membicarakan, menunujukkan dan memotivasi
sehingga ada perubahan perilaku dan mau bekerjasama dalam mencapai tujuan.

18
Kepemimpinan melibatkan adanya transaksi sosial antar pimpinan dan staf untuk
bekerjasama. Seorang pemimpin dalam melaksanakan tugas pokoknya juga
dipengaruhi sikap dan karakter bawahan, karakter organisasi dan lingkungan
sekitarnya. Sehingga fungsi kepemimpinannya meliputi kegiatan membuat
hubungan, mempengaruhi bawahan, membuat keputusan dan membuat hubungan,
mempengaruhi bawahan, membuat keputusan dan membuat kemudahan. Menurut
penulis kepemimpinan adalah berbagai macam cara atau strategi agar
individu/kelompok suatu lingkungan yang ada di bawahnya mau menerima dan
terpengaruh oleh keberadaan seorang pemimpin sehingga dengan sukarela mengikuti
semua arahan, petunjuk dan instruksi dalam mencapai tujuan orgnisasi secara efektif
dan efisien.

2.1.Teori kepemimpinan
Menurut Ruth M Tappen, teori kepemimpinan ada 3:
1. Great man theory :
Seseorang menjadi pemimpin karena memang dilahirkan untuk menjadi
pemimpin, bahwa pemimpin itu terlahir karena mereka memiliki fisik yang
besar atau paling kuat, teori kepemimpinan ini digunakan pada jaman dahulu
dengan cara mencari atau memilih yang terkuat sebagai pemimpin.
2. Charismatic theory :
Seseorang menjadi pemimpin karena karisma yang dimiliki. Karisma adalah
kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain menggunakan kekuatan
diluar fisik yang secara tidak sadar membuat seseorang bersedia dipimpin oleh
orang lain.
3. Trait theory :
Seseorang menjadi pemimpin karena bakat khusus yang dimiliki, baik karena
diperoleh sejak lahir (dulu) atau karena dipelajari (sekarang).
Menurut penelitian Warren Bennis 1984, dikatakan bahwa 4 hal yang harus dipelajari
oleh seseorang pemimpin:
a. Manajemen of attention: kemampuan seorang pemimpin untuk
mengkomunikasikn tujuan sehingga dipahamimoleh bawahan.

19
b. Manajemen of meaning: mampu mengkomunikasikan makna dari tujuan yang
akan diraih organisasi.
c. Manajemen of trust: pemimpin menunjukkan konsistensi
d. Manajemen of self: pemimpin yang mengenal dirinya dan mampu bekerja
dengan kelebihan dan kelemahannya.
e. Situational theory: seseorang yang menjadi pemimpin tergantung dari situasi
yang dihadapi.

Pengembangan Teori Kepemimpinan


1. Teori bakat (Trait theory)
Teori bakat menekankan bahwa setiaporang adalah pemimpin (pemimpin
dibawa sejak lahir bukan didapatkan) dan mereka mempunyai karakteristik
tertentu yang membuat mereka lebih baik dari orang lain. (Marquis Dan
Huston, 1998). Teori ini disebut jugasebagai Great Man Theory. Banyak
penelitian terhadap riwayat kehidupan untuk menguji teori ini. Teori bakat
mengabaikan dampak atau pengaruh dari siapa yang mengasuh, situasi dan
lingkingan lamanya, tetapi menurut teori kontenporer, kepemimpinan seorang
dapat dikembangkan bukan hanya dari pembawaan sejak lahi. Teori ini
mengidentifikasi karakteristik umum tentang inteligensi, personalitas dan
kemampuan (perilaku).
Intelengensi Kepribadian Perilaku

 Pengetahuan  Adaptasi  kemampuan


 Kepuasan  Kreatif bekerja sama
 Kelancaran  Kooperatif  kemampuan
berbicara  Siap/siaga interpersonal

 Rasa percaya diri  kemampuan

 Integritas diplomasi

 Keseimbangan  partisipasi

emosi dan sosial

mengontrol  prestise

20
 Independen
 tenang
2. Teori perilaku
Teori perilaku lebih menekankan pada apayang dilakukan pemimpin dan
bagaimana seorang manajer mejalankan fungsinya. Perilaku sering dilihat
sebagai suatu rentang dari perilaku otoriter ke demokrasi atau dari fokus suatu
produksi ke fokus pegawai. Menurt Vestal (1994), teori perilaku ini sering
dinamakan sebagai gaya kepemimpinan seorang manajer dalam suatu
organisasi
Gaya diartikan sebagai suatu cara penampilan karakteristik atau tersendiri.
Gaya didefinisikan sebagai hak istimewah tersendiri dari si ahli dengan hasil
akhir yang di capai tanpa menimbulkan issu sampingan. Gillies (1996)
menyatakan bahwa gaya kepemimpinan dapat didefinisikan berdasarkan
perilaku pemimpin tersendiri. Perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh
adanya pengalaman bertahun-tahun dalam kehidupannya. Oleh karena itu,
kepribadian seseorang akan memengaruhi gaya kepemimpinan yang
digunakan. Gaya kepemimpinan seseorang cenderung sangat bervariasi dan
berbeda-beda. Menurut para ahli, terdapat beberapa gaya kepemimpinan yang
dapat diterapkan dalam suatu organisasi antara lain sebagai berikut:
1. Maya kepemimpinana menurut Tanenbau dan Warrant H. Schmitdt
Menurut kedua ahli tersebut, gaya kepemimpinan dapat dijelaskan melalui
titik ekstrim yang kepemimpinan berfokus pada atasan dan kepemimpinan
berfokus pada bawahan.
2. Gaya kepemimpinan menurut Likert
a. Sistem otoriter-Eksploitatif
b. Sistem benevolent-otoritatif
c. Sistem konsultatif
d. Sistem partisipatif
3. Gaya kepemimpinan menurut teori X dan teori Y
Teori ini dikemukakakan oleh Douglas McGregor dalam bukunya The
Human Side Enterprise (1960). Dia menyebutkan bahwa perilaku
seseorang dalam suatu organisasi dapat dikelompokan menjadi dua kutub
21
utama yaitu sebagai teori X dan Y. teori X mengasumsikan bahwa
bawahan itu tidak menyukai pekerjaan, kurang ambisi, tidak mempunyai
tanggung jawab, cenderung menolak perubahan dan lebih suka dipimpin
dari pada memimpin. Sebaliknya teori Y mengasumsikan bahwa bawahan
itu senang kerja, bisa menerima tanggung jawab, mampu mandiri, mampu
mengawasi diri, mampu berimajinasi dan kreatif. Berdasarkan teori ini,
gaya kepemimpinan debdakan menjadi empat macam yaitu :
a. Gaya kepemimpinan dictator
b. Gaya kepemimpinan otokratis
c. Gaya kepemimpinan demokratis
d. Gaya kepemimpinan santai
4. Gaya kepemimpinan menurut Robert House
Berdasarkan teori motivasi pengharapan, Robert House mengemukakan
empat gaya kepemimpinan
a. Direktif
b. Suportif
c. Partisipatif
d. Berorientasi tujuan
5. Gaya kepemimpiana menurut Hersey dan blackhard
a. Intruksi
 Tinggi tugas dan rendah hubungan
 Komunikasi sejarah
 Pengambilan keputusan berada pada pimpinan dan peran
bawahan sangat minimal
 Pemimpin banyak memberikan pengarahan atau instruksi yang
spesifik serta mengawasi dengan erat
b. Konsultasi
 Tinggi tugas dan tinggi hubungan
 Komunikasi dua arah
 Peran pemimpin dalam pemecahan masalah dan pengambilan
keputusan cukup besar, bawahan diberi kesempatan untuk
memberi masukan dan menampung keluhan
22
c. Partisipasi
 Tinggi hubungan tapi rendah tugas
 Pemimpin dan bawahan bersama-sama memberi gagasan dalam
pengambilan keputusan
d. Delegasi
 Rendah hubungan dan rendah tugas
 Komunikasi dua arah, terjadi diskusi dan pendelegasian antara
pemimpin dan bawahan dalam pengambilan keputusan
pemecahan masalah
6. Gaya kepemimpinan menurut Lippits dan K. White
Menurut Lippits dan White, terdapat tiga gaya kepemimpinan yaitu:
 Otoriter
 Demokatis
 Liberal atau Laissez Faire
7. Gaya kepemimpinan berdasarkan kekuasaan dan wewenang
 Otoriter
 Demokratis
 Partisipatif
 Bebas tindak
3. Teori Kontigensi Dan Situaional
Teori ini menekankan bahwa manajer yang efektif adalah manajer yang
melaksanakan tugasnya dengan mengombinasi antara faktor bawaan, perilaku
dan situasi. Tanenbaun dan Schmid (1083) menekankan bahwa kombinasi
antara gaji kepemimpinan otoriter dan demokratis diperlukan oleh manajer.
Unsur utama manajer adalah kemampuan manajer dan penghargaan kepada
kelompok bergantung pada situasi suatu organisasi. Fielder (1967) menegaskan
bahwa gaya kepemimpinan yang paling tepat adalah idela dengan situasi. Dia
menekankan bahwa hubungan antara kelompok manajer dan pegawai
merupakan merupakan unsur yang penting menilai sebagai manajer.

23
4. Teori Kontemporer (Kepemimpinan Dan Manajemen)
Teori ini menekankan pada empat komponen penting dalam suatu pengelolaan,
yaitu manajer/pemimpin, staf dan atasan, pekerjaan, serta lingkungan. Juga
didukung oleh teori motivasi, interaksi, dan teori transformasi.
5. Teori Motivasi
Teori motivasi dikemukakan oleh beberapa ahli yaitu: 1. Maslow, 2. Aldefer, 3.
Herzberg, 4. McCelland, 5. Adams dan 6. V. Vroom. Para ahli diatas
menjelaskan bahwa teori ini diyakini dapat membantu dalam meningkatkan
kinerja dan layanan kesehatan.
6. Teori Z
Teori ini dikemukakan oleh Ouchi (1981). Teori ini merupakan pengembangan
teori Y dan McGregor (1460) dan mendukung gaya kepemimpinan demokratis.
Komponen teori Z meliputi pengambilan keputusan dan kesepakatan,
menempatkan pegawai sesuai keahliannya, menekankan pada keamanan
pekerjaan, promosi yang lambat, dan pendekatan yang holistic terhadap staf.
7. Teori Interaktif
Schein (1970) menekankan bahwa staf atau pegawai adalah manausia sebagai
suatu sistem terbuka yang selalu berinteraksi dengan sekitarnya dan berkembang
secara dinamis. Hollander (1987) mendukung teori tersebut. Ia menekankan
bahwa antara peran pemimpin dan staf dipengaruhi oelh peran yang lainnya. Dia
menekankan bahwa pemimpin adalah sebagai proses dua arah yang dinamis. Ia
mengatakan bahwa pemimpin yang efektif memerlukan kemampuan untuk
menggunakan proses penyelesaian masalah, mempertahankan kelompok secara
efektif, mempunyai kemampuan komunikasi yang baik, menunjukan kejujuran
dalam memimpin, kompoten, kreatif, dan kemampuan mengembangkan
indentifikasi kelompok.
2.2.Unsur kepemimpinan
1. Adanya seseorang sebagai pemimpin
2. Adanya karakteristik khusus yang dimiliki pemimpin
3. Adanya seseorang atau sekelompok orang yang akan dipimpin (bawahan).
4. Adanya situasi lingkungan yang menguntungkan pemimpin.

24
2.4.Karakteristik kepemimpinan
Menurut Ruth M Tappen, karakteristik pemimpin dibagi ;
1. Integrity atau integritas adalah suatu konsep berkaitan dengan konsistensi
dalam tindakan-tindakan, nilai-nilai, metode-metode, ukuran-ukuran, prinsip-
prinsip, ekspetasi-ekspetasi dan berbagai hal yang dihasilkan. Orang
berintegritas berarti memiliki pribadi yang jujur dan memiliki karakter kuat.
2. Courage atau kebenaran : suatu sikap untuk berbuat sesuatu dengan tidak
terlalu merisaukan kemungkinan-kemungkinan buruk, Aristoteles mengatakan
bahwa, “The conquering of fear is the begining of window. Kemampuan
menaklukan rasa takut merupakan awal dari kebijaksanaan” Artinya, orang
yang mempunyai keberanian akan mampu bertindak bijaksana tanpa dibayangi
ketakutan-ketakutan yang sebenarnya merupakan halusinasi belaka. Orang-
orang yang mempunyai keberanian akan sanggup menghidupkan mimpi-mimpi
dan mengubah kehidupan pribadi seklaigus orang-orang sekitarnya.
3. Initiate : kemampuan seseorang untuk menghasilkan sesuatu yang baru atau
asli serta menghasilkan suatu pemecahan masalah (Mardiyanto, 2008). Inisiatif
bisa diartikan ketika kita memiliki rencana A-Z tentang sesuatu sehingga setiap
ada permasalahan selalu ada celah dan solusi yang dihasilkan.
4. Energi : Memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu.
5. Optimis : Memiliki keyakinan dan pandangan positif terhadap apa yang terjadi
kedepan.
6. Perseverance : Tetap bertahan meskipun ada badai dan aral melintang.
7. Balance : Besarnya hak yang dia terima selaras dengan beban dan
tanggungjawab yang dia lakukan.
8. Ability to handle stress : kemampuan untuk mengcounter stress sehingga
masalah tidak membuat dia terpuruk tetapi membuat dia berkembang lebih baik
dan lebih kuat.
9. Self awareness : kesadaran adalah kemampuan seseorang untuk memahami
dirinya sendiri lebih baik daripada orang lain.

25
10. Think critically: mampu berpikir kritis, proses mental untuk menganalisis atau
mengevaluasi informasi. Informasi tersebut didapatkan dari hasil pengamatan,
pengalaman, akal sehat atau komunikasi.
11. Solve problem : sebuah proses dimana suatu situasi diamati kemudian bila
ditemukan ada maslaah dibuat penyelesaiannya dengan cara menentukan
masalah, mengurangi atau menghilangkan masalah atau mencegah masalah
terdebut terjadi.
12. Comunication skillfuly : keterampilan berkomunikasi, tanpa kemampuan
berkomunikasi maka seorang pemimpin tidak dapat mempengaruhi orang lain
untuk bergerak mencapai tujuan.
13. Set goals : mampu menetapkan tujuan dan sasaran, sebuah organisasi yang
tidak memiliki tujuan dan sasaran tidak akan bergerak kemana-mana.
14. Share vision : mampu membagikan apa yang dilihat didepan, mampu
memprediksi apa yang akan terjadi didepan berdasarkan analisa kejadian,
informasi penelitian dan lain-lain.
15. Develop self and others : mampu mengembangkan diri sendri dan orang lain
disekitarnya.
2.5 Gaya kepemimpinan
1. Kepemimpinan Otoriter
Gaya kepemimpinan otoraktik berpusat pada pemimpin/manajer (leader-cenered).
Manajer/pimpinan merasa lebih mengetahui dan lebih mampu daripada
bawahan/perawat pelaksana. Manajer mayakinkan bahwa pandangannya yang
paling benar (persuasive selling) sedangkan terhadap pandangan individu
menekan/tidak setuju (disagreement). Manajer ruangan mencegah agar perawat
pelaksana tidak banyak berhubungan dan terlalu banyak tahu kebijakannya.
Manajer tidak memberi penjelasan tujuan organisasi atau kelompok dan hubungan
terhadap kegiatan yang dilakukan dengan tujuannya. Bahkan manajer
menganggap perawat adalah sekedar alat mencapai tujuan. Akibat gaya otoriter ini
menyebabkan perawat banyak yang merasa tidak puas akan kinerjanya dan dingin
memberontak. Akan tetapi pimpinan rumah sakit menganggap keberadaan
manajer keperawatan mulai dari kepala ruangan sampai Direktur Keperawatan
bisa menahan gejolak-gejolak yang ada.

26
Disamping itu, perawat tidak ada yang berani mengambil prakarsa/inisiatip dan
cenderung menghindari tanggung jawab. Akibat lain yaitu anggota memiliki rasa
kepekaan tinggi, mudah marah, apatis, dan saling mencari kambing hitam baik di
dalam kelompok maupun di luar kelompok. Produktivitas bisa tinggi bila diawasi
terus menerus, tetapi bila kendor pengawasannya bisa menurun lagi. Secara
kelompok memiliki moral rendah dan tidak kohesif. Bagi perawat baru mudah
terjadinya turn over yang tinggi (Tappen, 1998; Huber, 2000).
2. Kepemimpinan Demokratik
Gaya kepemimpinan demokrasi berpusat pada anggota (member-centered) atau
mengikuti teori Y.Mc Gregor yang menyatakan semua manusia adalah baik dan
menekankan kepada pemanfaatan berbagai sumber yang ada dalam kelompok
yang dapat dimanfaatkan (La Monica, 1998). Tindakan pimpinan antara lain
membantu perawat mencapai tujuan kelompok, melibatkan dalam semua kegiatan,
memberi kesempatan anggota mengekspresikan kemampuan dan bakatnya tanpa
rasa takut, menekankan keputusan berdasarkan persetujuan kelompok. Akibatnya
situasi kerja yang akan berkembang adalah setiap perawat akan memiliki rasa
kohesif dan moral kelompok yang tinggi, dan belajar cara memecahkan masalah
serta menerapkan proses kepemimpinan. Hasil kepemimpinan demokrasi adalah
produktivitas kualitas tinggi dan kepuasaan perawat tinggi (Tappen, 1198).
3. Kepemimpinan Partisipasif
Kepemimpinan partisipasif didefinisikan sebagai seorang pemimpin dan pengikut
atau bawahan untuk bersama-sama berperan di dalam proses pengambilan
keputusan (Mulyasa, 2006: 116). Selain itu telah dipahami juga bahwa
kepemimpinan dengan menggunkan gaya atau model partisipasif yaitu seorang
pemimpin dan pengikut atau bawahannya saling tukar menukar ide dalam
pemecahan masalah dan pembuatan keputusan (Thoha, 2012: 67). Model
kepemimpinan partisipassif merupakan model yang menyediakan peluang seluas
dan sebaik mungkun kepada bawahan untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan
yang menguntungkan kelompok dan individu yang dipimpinnya (Anwar, 2013:
69). Partisipasi adalah keterlibatan emosi dan mental pegawai dlam situasi
kelompok yang menggiatkan mereka untuk menyumbang pada tujuan kelomopok
serta tanggung jawab terhadap hal tersebut (Mangkunegara, 2013: 113). Dari

27
berbagai defenisi kepemimpinan dan model kepemimpinan partisipasif di atas
dapat ditarik kesimpulan bahwa kepemimpinan partisipasif adalah pemimpin yang
lebih menekankan pada kerja kelompok sampai di tingkat bawah, yaitu pemimpin
yang menunjukkan keterbukaan dan memberikan kepercayaan yang tinggi pada
bawahan. Fungsi kepemimpinan mngandung kata fungsi yang berarti pekerjaan
yang dilakukan atau kegunaan sesuatu hal atau kerja suatu bagian organisasi.
4. Kepemimpinan Laisez Faire
Gaya kepemimpinan laisez faire tidak berpusat pada pimpinan atau anggota (non
centered style). Membiarkan segala sesuatu berjalan sendiri sesuai kehendak
masing-masing. Tindakan pimpinan antara lain membiarkan segala sesuatu
mengambang, menganggap semua akan berjalan baik-baik saja, tidak pernah
merumuskan tujuan dengan jelas, tidak pernah mengambil keputusan, tidak ada
evaluasi perkembangan kelompok, dan situasi ke berkembang tanpa pengarahan
(non-directiveness). Akibat bagi setiap perawat ada kecenderung menarik diri dari
keterlibatan aktif, perawat memiliki rasa kohesif dan moral kelompok rendah
sehingga perhatian terhadap tugas rendah, Anggota perawar memiliki rasa peka
yang tinggi, bingung, frustasi terhadap perkembangan kelompok dan tidak bisa
tinggal landas (take off ground), dan merasa rendah, apatis dan bosan serta selalu
mencari kambing hitam. Akibat lain adalah produktivitas rendah, pekerjaan tidak
efesien dan tidak ada pendidikan kepemimpinan yang baik bagi perawat (Tappen,
1998; Hersey,Blancarh & Johnson, 1996).

2.6 Sifat kepemimpinan


Menurut Hastabrata, kepemimpinan dibagi menjadi 8 sifat adalah:
1. Sifat bumi adalah membrikan tempat hidup bagi manusia, hewan dan tumbuhan.
Sifat bumi ini dapat diterjemahkan menjadi sifat seorang yang suka memberikan
perhatian kepada fakir miskin, dan kaum lemah. Seorang pemimpin yang
menguasai sifat bumi akan mengerahkan kekuasaanya untuk mensejahterakan
rakyat.
2. Sifat matahari adalah menjadi sumber energi yang memberi kekuatan untuk
menyokong kehidupan. Matahari memberikan kekuatan pada makluk hidup yang
ada di bumi, seorang pemimpin yang menguasai sifat matahari dapat

28
memberikan inspirasi dan semangat kepada rakyatnya untuk menyelesaikan
segala persoalan yang dihadapi. Pemimpin yang menguasai sifat matahari adalah
ia yang siap membela rakyatnya yang tertindas.
3. Sifat bulan adalah mencari sumber cahaya bila malam tiba, hakikatnya bulan
adalah sang penerang makluk hidup dari kegelapan bumi, seorang pemimpin
yang menguasai sifat bulan adalah ia yang mampu menjadi penuntun dan
memberikan pencerahan kepada rakyatnya. Pemimpin seperti ini memahami dan
mengamalka ajaran luhur yang terkandung dalam agama(religiusitas) dan
menjunjung tinggi moralitas
4. Sifat samudra adalah luas dan lapang sebagai simbol dari kelapangan dada dan
keluasan hati. Sifat samudra akan mampu menerima kritikan dengan lapang
dada, siap diberi saran sekalipun itu oleh bawahannya. Ia tidak akan melihat
siapa yang berbicara, tetapi apa yang dibicarakan. Ia akan menyediakan waktu
dan selalu terbuka untuk menampung keluhan rakyatnya.
5. Sifat bintang adalah melukiskan posisi yang tinggi. Pemimpin yang menguasai
sifat bintang dalam konteks kekinian adalah pemimpin yang memiliki
kepribadian mulia sehingga menempati posisi yang terhornat dan dihormati.
Singkat kata, rakyat mencintainya sedangkan lawan menyeganinya.
6. Sifat angin adalah dapat masuk (menyusup) ke segala tempat. Sifat air dalam
khasanah filsafat jawa ini diartikan sebagai suatu bentuk ketelitian dan kehati-
hatian, dan dalam konteks kekinian pemimpin yang menguasai sifat angin adalah
ia yang selalu terukur bicaranya(tidak asal ngomong), setip perkataanya selalu
disertai argumentasi serta dilengkapi data dan fakta. Dengan demikian pemimpin
yang menguasai sifat angin ini akan selalu melakukan checkandrecheck sebelum
berbicara atau mengambil keputusan.
7. Sifat api adalah membakar apa saja, tanpa pandang bulu. Besi sekalipun bisa
leleh dengan api. Dalam khasanah filsafat jawa, api dimaknai secara positif
sebagai simbol dari sifat yang tegas dan lugas. Dalam konteks kekinian, seorang
pemimpin yang menguasai sifat api adalah ia yang cekatan dan tuntas dalam
menyelesaikan persoalan. Juga selalu kosisten dan objektif serta tidak memihak.
Secara ilustratif, pemimpin yang menguasai sifat api ini digambarkan dalam
kisah seorang raja yang dengan tegas menghukum cungkil satu mata kepada

29
anaknya sendiri, tetapi setelah itu ia menyerahkan satu matanya untuk menganti
mata anaknya yang sudah di cungkil tersebut. Demikianlah, seorang peminpin
yang menguasai sifat api, ia dapat membedakan antara penegakan hukum dan
kasih sayang terhadap keluarga.
8. Sifat air: berbeda dengan samudra yang lebih mewakili sifat luas (lapang) hati,
air memiliki sifat yang selalu mencari tempat yang rendah. Begitu pula
pemimpin yang menguasai sifat air, ia akan selalu rendah hati dan tidak
sombong apalagi semena-mena kepada rakyatnya.
2. Latihan
Berikan contoh kepemimpinan yang dilaksanakan oleh kepala ruangan suatu rumah
sakit.

3. Rangkuman
Seorang manajer keperawatan diharapkan memiliki kemampuan leadership
(kepemimpinan ) Penggunaaan gaya kepemimpinan tidak sama pada masing-masing
individu, mempertimbangkan karakteristik pemimpin itu sendiri, orang yang dipimpin
dan situasi, sehingga pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda.
Kepemimpinan merupakan suatu proses mempengaruhi orang lain atau kelompok
dalam mencapai tujuan. Keberhasilan pemimpin menjalankan tugasnya tergantung
dengan kemampuannya untuk menyesuaikan diri dalam upaya mempengaruhi
bawahannya.

C. PENUTUP
Pemimpin dalam menjalankan tugasnya diperlukan kepiawaian menggunakan gaya
kepemimpinan yang tepat. Untuk itu seorang pemimpin harus paham betul bagaimana
sifat dan karakteristik bawahannya. Sehingga dapat dibuat satu keputusan yang tepat
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Formatif
1. Seorang kepala ruangan suatu rumah sakit dipromosikan sebagai kepala bidang
keperawatan antara lain berdasarkan kemampuannya untuk mempengaruhi orang
lain sehingga secara tidak sadar membuat seseorang bersedia dipimpin. Manakah
teori kepemimpinan yang digunakan dalam hal ini?
a. Greatman
b. Charisma
c. X dan Y
30
d. Perilaku
e. Trait

2. Seorang kepala ruangan dalam menjalankan tugasnya untuk pengambilan


keputusan sering melakukan analisa masalah terlebih dulu, kemudian
mengusulkan tindakan tersebut pada bawahannya. Staf diminta saran dan kritiknya
serta pertimbangan, selanjutnya keputusan akhir ada pada staf.
Manakah gaya kepemimpinan yang diterapkan kepala ruangan tersebut?
a. Bebas tindak
b. Demokratik
c. Partisipatif
d. Situasional
e. Otokratik

3. Seorang perawat senior di Unit Bedah sangat trampil dalam melakukan asuhan
keperawatan di tempat tugasnya, hubungan dengan sejawat juga baik dan mampu
melaksanakan tugas`manajerial. Perawat senior tersebut dipromosikan sebagai
Kepala unit bedah/ lower manajer. Apakah yang menjadi dasar pertimbangan
menurut proporsi ketrampilan sebagai manajer tersebut?
a. Perawat senior yang mempunyai ketrampilan sebagai manajer
b. Kemampuan melakukan komunikasi disemua lini
c. Trampil dalam melakukan hubungan antar manusia
d. Unggul dalam ketrampilan teknis keperawatan
e. Ketrampilan konseptual lebih menonjol

4. Seorang perawat senior dipercayakan sebagai wakil direktur disebuah rumah sakit
karena mempunyai integritas yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya.
Manakah perilaku yang ditunjukkan dalam hal ini?
a. Memiliki pribadi yang jujur dan memiliki karakter yang kuat
b. Berbuat sesuatu dengan tidak merisaukan hal buruk
c. Memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu
d. Memiliki pandangan yang positif
e. Mampu berfikir kritis

5. Seorang perawat yang dipercayakan memimpin di ruangan ICU perlu mempunyai


sifat kepemimpinan sebagai sifat matahari.
Manakah sifat yang perlu ditunjukkan sebagai pemimpin dalam hal ini?

a. Memberi inspirasi dan semangat pada staf


b. Mempunyai sifat teliti dalam bertindak
c. Mampu bersifat adil dan mengasihi
d. Mempunyai perhatian pada staf
e. Menjadi penuntun

2. Umpan Balik
31
Kunci Jawaban

No Kunci Jawaban
1 B
2 C
3 D
4 A
5 A

3. Penjelasan Jawaban
No. Soal Uraian
1. Jawaban yang benar adalah B. Pemimpin dengan kemampuan untuk mempengaruhi
orang lain sehingga secara tidak sadar membuat seseorang bersedia dipimpin karena
ada charisma.
2 Jawaban yang benar adalah C. Pengambilan keputusan dengan melakukan analisa
masalah terlebih dulu merupakan kepemimpinan partisipatif
3 Jawaban yang benar adalah D. Kepala unit bedah sebagai lower manajer dituntut
memiliki kemampuan teknis.
4 Jawaban yang benar adalah A. Perawat yang mempunyai integritas tinggi dalam
melaksanakan tugasnya memiliki pribadi yang jujur dan memiliki karakter yang kuat

5 Jawaban yang benar adalah A. Pemimpin mempunyai sebagai matahari. karena


mampu memberi inspirasi dan semangat pada staf

4. Cara Penilaian
Nilai mahasiswa didapatkan dengan menentukkan jumlah benar dibagi dengan
jumlah soal dikalikan seratus; dengan rentang nilai sebagai berikut :
A = 78-100
B =68-77
C = 56-67
D = 42-55
E =<42
5. Tindak Lanjut
Bagi mahasiswa yang belum lulus (mendapat nilai D atau E diberikan
kesempatan untuk belajar lagi dan ujian ulang untuk perbaikan nilai.

32
6. Referensi

Borkowski, N. (2014). Manajemen Pelayanan Kesehatan: Perilaku Organisasi. Ed 2.


Jakarta: EGC

Kurniadi A,SKp, M.Kep. (2003). Manajemen Keperawatan Dan Prospektinyai: Teori


Konsep Dan Aplikasi.Ed ke-1. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

Sudarta Wayan I, S.Kep, Ns, M.Kep.(2019) Manajemen Keperawatan : Teori &


Aplikasi Praktik Keperawatan. Jakarta: Gosyen

33
BAB III
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN
Elisabeth Herwanti, S.Kp.,M.Kes

A. PENGERTIAN ASUHAN KEPERAWATAN

Tujuan profesi keperawatan adalah memberikan pelayanan kepada klien dan


juga mempertahankan kehidupan profesi itu sendiri (Keyzer, 1992 dikutip dalam
Draper 1996). Untuk mencapai tujuan tersebut perawat perlu memiliki ketrampilan
intelektual, teknikal, interpersonal, dan etik. Semua ketrampilan ini harus
tampak dalam pemberian asuhan keperawatan kepada klien. Dengan kata lain,
praktek keperawatan profesional adalah praktek yang didasari dengan keterampilan
intelektual, teknikal, interpersonal dengan menerapkan suatu metode asuhan
yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Metode asuhan keperawatan
untuk melaksanakan praktek profesional adalah dengan menggunakan proses
keperawatan. Proses keperawatan adalah suatu rangkaian asuhan yang terdiri dari
pengkajian, menyusun diagnosa keperawatan, perencanaan tindakan, implementasi,
dan evaluasi.

B. MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN

Manajemen asuhan keperawatan yang baik sangat dibutuhkan dalam


memberikan asuhan keperawatan kepada klien secara sistematis dan terorganisir.
Manajemen asuhan keperawatan merupakan pengaturan sumber daya
dalam menjalankan kegiatan keperawatan dengan menggunakan metoda
proses keperawatan untuk memenuhi kebutuhan klien atau menyelesaikan
masalah klien (Keliat, 2000). Tiga komponen penting dalam manajemen asuhan
keperawatan yaitu manajemen sumber daya manusia (perawat) dengan
menggunakan sistem pengorganisasian pekerjaan perawat (asuhan keperawatan)
dan sistem klasifikasi kebutuhan klien dalam metoda pemberian asuhan
keperawatan yaitu proses keperawatan.

C. PROSES KEPERAWATAN

Setiap hari Anda merawat pasien? jawabnya pasti ya. Pertanyaan selanjutnya
apakah Anda menggunakan sebuah cara? Atau Anda merawat pasien karena
rutinitas kerja. Mungkin tanpa sadar sebenarnya Anda sudah menggunakan
34
tahapan dalam proses keperawatan. Baiklah mari kita ulangi
Proses keperawatan adalah suatu pendekatan penyelesaian masalah yang
sistematis dalam pemberian asuhan keperawatan. Kebutuhan dan masalah klien
merupakan titik sentral dalam proses penyelesaian masalah. Menurut Craven
dan Hirnle (2000) proses keperawatan merupakan suatu panduan untuk
memberikan asuhan keperawatan professional, baik untuk individu, kelompok,
keluarga dan komunitas. Dalam topik ini kami ajak Anda untuk mengelola pasien
berdasarkan tahapan berfikir kritis dan sistimatis dengan menggunakan proses
keperawatan. Proses Keperawatan dijadikan sebagai dasar hukum praktik
keperawatan ( ANA, 1973), serta untuk Pengembangan Standar Praktik
Keperawatan
Untuk memudahkan pemahaman Anda bisa lihat gambar di bawah, tergambar
bahwa tahapan proses keperawatan senantiasa berkesinambungan, dari pengkajian,
diagnosis, intervensi, implementasi, evaluasi dan akan dilakukan kembali
pengkajian setelah kita evaluasi keberhasilan Asuhan Keperawatan

Pengkajian

Diagnosis

Pelaksanaan Perencanaan

Gambar 2.1 Rangkaian tahap-tahap dalam proses Keperawatan

Tujuan proses keperawatan secara umum adalah membuat suatu kerangka


konsep berdasarkan kebutuhan individu, keluarga dan masyarakat seperti yang
disampaikan oleh Yura dan Walsh (1983) bahwa Proses keperawatan adalah suatu
tahapan desain tindakan yang ditujukan untuk memenuhi tujuan keperawatan
meliputi: mempertahankan kesehatan optimal, kembali ke keadaan normal, dan
memfasilitasi kualitas hidup. Jadi apabila kita menggunakan proses keperawatan

35
harus dipastikan bahwa pasien kelolaan akan menjadi lebih berkualitas, dalam
kehidupannya melalui upaya kesehatan yang kita lakukan.
Teori yang mendasari Proses Keperawatan :
1. Teori sistem, didasarkan pada input, proses dan keluaran/output
2. Teori kebutuhan manusia, berdasarkan tahapan pemenuhan kebutuhan
dasar, biasanya digunakan teori Maslow
3. Teori pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah

36
Untuk memahami teori-teori tersebut lihat pada bab Mata Kuliah
Konsep Dasar Keperawatan. Di bawah ini Anda bisa lihat perbandingan proses
pengambilan keputusan dan Proses Keperawatan.

Table 2.1 Perbandingan antara proses pengambilan keputusan dan Proses


keperawatan

Proses Pengambilan Keputusan Proses keperawatan

Pengumpulan data : Pengkajian : Pengumpulan data


Identifikasimasalah InterpretasiuntukmenentukandiagnoseKeperawatan
PerencanaanterdiridariPenentuantujua PerencanaanterdiridariPenentuantujuandanRencanatindak
n, Identifikasisolusi an
Implementasi Implementasi
EvaluasidanRevisi Proses Evaluasidanmodifikasi

Anda bisa istirahat sejenak, internalisasi materi–materi di atas sebelum


masuk bahasan selanjutnya tentang 5 tahap proses keperawatan.
Berikut ini adalah uraian tentang tahapan proses keperawatan. Pelajarilah
dengan baik, dan ingatlah pelajaran sebelumnya yang membahas tentang proses
keperawatan.

1. Pengkajian
Pada tahapan pengkajian Anda dapat gunakan formulir pengkajian yang
ada pada institusi kerja Anda masing-masing. Ingat bahwa pengkajian merupakan
tahap awal proses keperawatan, proses sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber, mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan.

Data bisa kita kelompokkan menjadi data dasar dan data fokus
Data dasar adalah kumpulan data tentang status kesehatan klien,
kemampuan klien mengelola kesehatan dan keperawatan terhadap dirinya sendiri,
hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lain
Contoh:
Biodata pasien, diagnosa medis, riwayat kesehatan, pola pemenuhan
kebutuhan dasar, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang

Data Fokus adalah data tentang perubahan atau respon klien terhadap
kesehatan dan masalah kesehatan dan hal-hal yang mencakup tindakan yang
dilaksanakan kepada klien
37
Contoh Fokus Pengkajian Keperawatan
1. Respon klien terhadap masalah kesehatan yang berhubungan dengan
kebutuhan dasar manusia
2. Penyusunan data sebagai indikator untuk mendukung diagnosa
keperawatan

Data yang kita peroleh bisa kita bedakan menjadi 2 type :


Data obyektif : adalah data yang kita dapatkan dari pasien yang terukur bisa
didapat berdasar observasi dan pemeriksaan langsung maupun
menggunakan alat. Contoh hasil pemeriksaan Tensi : 120/80
mmHg, hasil Laboratorium Hb : 8 gr%. Konjungtiva : anemis
Data subyektif : adalah data yang didapatkan berdasarkan keluhan pasien dan
bersifat subyektif contoh : pasien mengeluh pusing, mata
berkunang kunang
Demi ketepatan diagnosa keperawatan pada tahap berikutnya maka
karakteristik data harus : lengkap, akurat, nyata dan relevan

Dari mana data kita dapatkan?


Sebagai Sumber data adalah Klien, Orang terdekat, Catatan klien , Riwayat
penyakit, konsultasi Hasil pemeriksaan diagnostik, Catatan medis dan anggota tim
kesehatan lain, perawat lain

Metode pengumpulan data


Untuk melakukan pengumpulan data perawatan, perawat dapat melakukan
beberapa metode, yaitu: wawancara melalui komunikasi efektif , observasi , dan
pemeriksaan fisik. Pengkajian merupakan pengumpulan data subyektif dan obyektif
secara sistematis dengan tujuan untuk menentukan diagnosa keperawatan yang
tepat untuk menyusun rencana tindakan keperawatan yang tepat, baik bagi
individu, keluarga dan komunitas (Craven & Hirnle, 2000). Oleh karena itu
dibutuhkan suatu format pengkajian yang dapat menjadi alat bantu perawat dalam
pengumpulan data.
Coba Anda gunakan formulir pengkajian di tempat kerja masing-masing
untuk mencoba mengkaji kebutuhan pasien. Chek apakah Format pengkajian di ruang
atau tempat Anda sudah meliputi aspek-aspek identitas pasien, alasan masuk,
factor predisposisi, fisik, psikososial, status mental, kebutuhan persiapan
pulang, mekanisme koping, masalah psikososial dan lingkungan, pengetahuan, dan
aspek medik ? Format pengkajian dibuat agar semua data relevan tentang masalah
pasien saat ini, yang lampau, atau yang potensial didapatkan sehingga diperoleh
suatu data dasar yang lengkap.

38
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan tentang gangguan status kesehatan
baik aktual maupun potensial. Secara implisit dalam diagnosa ini terdapat
pernyataan tentang respon klien yang secara legal dan berdasarkan ilmu perawat.
Diagnosa keperawatan dapat berupa aktual, resiko, wellness atau sindroma

39
Aktual :
Diagnosaactualmerupakanpernyataanklinisdimanaperawattelahmemfalidasikannyakarenaadanyac
iri-ciriatautanda-tandautama yang mendukungdiagnosetersebutContoh : Fokus data : Tensi :
100/60 mmHg, Mata cowong, turgor berkurang, terdapatpenurunanBeratBadan , Total Body
Water turun 8 % BB, adariwayatmuntahdanbuang air besarcair
DiagnosakeperawatannyaadalahGangguankeseimbangancairan :Defisitsehubungandengan output
berlebih .

Kenapa Aktual? Karena data yang di dapat sangat mendukung

Risiko :
Diagnosakeperawatanrisikomenjelaskanpernyataanklinisdimanaindividuataukelompokrentanme
ngalamimasalahdanpada orang lain dalamsituasi yang samaataumirip. Contoh Data fokus
:Pasiendenganriwayatmulaikemarintidakmakanatautidakadanafsumakan,
kondisisekaranglemah, mual, porsimakan yang disediakanhabis ¼ porsi, Hb 11 gr
%, DiagnosaKeperawatannyaadalahResikoKebutuhanNutrisikurang

Mengapa disebut Resiko? Karena dari data yang ada belum mendukung
terjadinya gangguan nutrisi, namun bila dibiarkan maka dapat berlanjut
gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi

Wellness :
Diagnosekeperawatan “wellness” adalahpernyataanklinistentangindividuataumasyarakat yang
beradapadatransisidaritingkatkesejahteraantertentuketingkatkesejahteraan yang lebihtinggi

Syndrome : diagnosa sindroma menjelaskan sekelompok diagnosa aktual atau


risiko yang diprediksi kan terjadi karena adanya situasi atau kejadian tertentu
Organisasi keperawatan yang peduli dalam pengembangan kategori
diagnosa
keperawatan adalah NANDA (North American Nursing Diagnosis Assosiation) yang
didirikan tahun 1972 oleh para perawat Amerika Utara.

3. Rencana (Intervensi) Keperawatan


Tahap perencanaan melibatkan serangkaian tahap dimana perawat dan
pasien menyusun prioritas, menulis tujuan dan hasil yang diharapkan, dan
menulis rencana tindakan guna menyelesaikan masalah klien. Jenis rencana
keperawatan meliputi : intervensi mandiri, intervensi kerja sama (interdependensi)
dan intervensi tergantung
Intervensi mandiri melibatkan aspek-aspek praktek keperawatan profesional
yang secara hukum dilakukan perawat dan tidak membutuhkan supervisi atau arahan
40
40
dari profesi lain
Contoh: Perawatan luka, memasang dan memberikan makanan melalui
sonde, melakukan personal hygiene, menyeimbangkan suhu (termoregulasi),
memberikan kompres hangat, dingin, memberikan pendidikan kesehatan keluarga
di rumah sakit agar mereka mampu merawat pasien di rumah. Tindakan
keperawatan untuk individu keluarga telah terintegrasi dengan tindakan
terhadap pasien. Pendidikan kesehatan untuk kelompok keluarga diperlukan
untuk memberdayakan keluarga-keluarga pasien dalam mengatasi masalah
secara bersama-sama. Isi program disesuaikan dengan kebutuhan dan harapan
keluarga untuk kesembuhan pasien. Program ini dilaksanakan dalam bentuk
pertemuan kelompok besar dan kecil.

Intervensi interdependensi dilakukan oleh perawat dengan berkolaborasi


dengan tenaga kesehatan yang lain.
Contoh: Ketika pasien membutuhkan latihan rentang gerak maka perawat
dapat melatihnya, namun untuk rentang gerak kondisi tertentu maka perawat
bekerja sama dengan fisioterapist
Intervensi tergantung berdasarkan pada instruksi atau pesan tertulis dari profesi
lain
Contoh : Pemberian obat berdasarkan order dokter

4. Implementasi
Pada tahap ini perawat melakukan tindakan sesuai dengan rencana. Selama
tahap ini perawat melanjutkan mengumpulkan data, melakukan tindakan
keperawatan atau mendelegasikan tindakan keperawatan, dan memvalidasi
rencana keperawatan. Sebelum
melakukan tindakan, perawat penting melakukan persiapan sebagai berikut

Mengkajiulangpasien

Mengikhtisardanmerevisirencanakeperawatan

Mengorganisiralatdantenaga

Menyiapkanlingkungan, pasiendankeluarga

Mengantisipasidanmencegahkomplikasi

Gambar 2.2 Persiapan dalam melakukan tindakan keperawatan

Tindakan keperawatan atau implementasi merupakan suatu tindakan yang


dilakukan langsung kepada klien, keluarga, dan komunitas berdasarkan rencana
keperawatan yang dibuat. Berdasarkan manajemen asuhan keperawatan maka
41
41
perlu dilakukan sistem klasifikasi pasien dalam pemberian asuhan keperawatan.
Sistem ini dikembangkan untuk meyakinkan adanya pelayanan prima yang
berfokus pada pelayanan pelanggan. Dengansistem ini dikaji kebutuhan pasien
terhadap pelayanan keperawatan dan dirancang pemenuhan kebutuhannya
melalui standar pelayanan dan asuhan keperawatan.
Di ruang perawatan, klien diklasifikasikan berdasarkan tingkat kebutuhannya
terhadap tindakan keperawatan. Klasifikasi ini terdiri dari: perawatan total,
parsial, dan mandiri. Menurut Gillies (1995) rata-rata pasien membutuhkan
perawatan sehari selama empat jam dengan rincian sebagai berikut:

Self care: kurang dari 2 jam

Minimal care: 2 jam

Moderate care: 3,5 jam

Extensive care: 5-6 jam

Intensive care: 7 jam

Berdasarlan rincian tersebut maka ditetapkan tindakan keperawatan diruangan


perawatan untuk pasien dibagi dalam tiga kategori:

Keperawatan total: 6 jam

Keperawatan parsial: 4 jam

Keperawatan mandiri: 2 jam

Jumlah jam untuk tindakan keperawatan diatas dialokasikan untuk


tindakan bagi individu pasien selama 24 jam, tidak termasuk tindakan
keperawatan dalam bentuk kelompok dan ADL pasien.
Semua rincian waktu dan tindakan keperawatan diatas dibuatkan pedoman
tindakan dan jadwal aktivitas per masalah keperawatan per sistem klasifikasi
pasien. Diharapkan untuk selanjutnya perawat di ruang perawatan memiliki
panduan yang jelas dalam pemberian tindakan keperawatan untuk setiap pasien
sesuai masalah keperawatan dan tingkat kebutuhan tindakan keperawatannya.
Pedoman tindakan keperawatan dibuat untuk tindakan kepada pasien baik secara
individual, kelompok, maupun yang terkait dengan aktivitas kehidupan sehari-hari
(ADL). Dengan adanya rincian kebutuhan waktu, diharapkan setiap perawat memiliki
jadwal kegiatan harian untuk pasien masing-masing sehingga waktu kerja perawat
menjadi lebih efektif dan efisien.

42
42
5. Evaluasi
Pada tahap ini perawat mengkaji respon klien terhadap intervensi keperarwatan
dan kemudian membandingkan respon tersebut dengan standar. Standar ini sering
disebut sebagai “outcome criteria” perawat menilai sejauh mana tujuan atau hasil
keperawatan telah tercapai. Selanjutnya semua tindakan keperawatan yang telah
dilakukan oleh perawat didokumentasikan dalam format implementasi dan dievaluasi
dengan menggunakan pendekatan SOAP (subjective, objective, analyses, planning).
Disamping itu terkait dengan pendekatan SOAP setiap kali selesai berinteraksi dengan
pasien, perawat memberikan penugasan atau kegiatan yang terkait dengan tindakan
keperawatan yang telah dilakukan sebagai tindak lanjut. Penugasan atau kegiatan ini
dimasukkan kedalam jadwal aktivitas pasien dan diklasifikasikan apakah tugas tersebut
dilakukan secara mandiri (M), dengan bantuan sebagian (B), atau dengan bantuan total
(T). Setiap hari kemampuan melakukan tugas atau aktivitas ini dievaluasi.

LATIHAN

1. Jelaskan apa yang dimaksud manajemen asuhan keperawatan?


2. Jelaskan apakah yang dimaksudn proses keperawatan dalam manajemen
keperawatan
3. Sebutkan 5 tahapan proses keperawatan yang harus anda lakukan dalam
melakukan pengelolaan pasien.

Petunjuk Jawaban latihan


1. Lihat kembali uraian tentang manajemen asuhan keperawatan
2. Lihat kembali tentang proses keperawatan
3. Lihat 5 tahapan proses keperawatan

RINGKASAN

1. Pasien yang didefinisikan sebagai pelanggan dan membutuhkan


perawatan merupakan penerima pelayanan keperawatan (Timby & Lewis, 1992).
Dalam era kesegajatan yang menyebabkan derasnya arus informasi yang diterima
oleh pasien khususnya tentang keperawatan, juga dengan meningkatnya level
pendidikan rata-rata pasien mengakibatkan kebutuhan pasien akan pelayanan
keperawatan meningkat pula. Sebagai akibatnya perawat perlu menata kembali
kinerja dan pelayanan yang diberikan kepada pasien. Disamping itu, pendidikan
kesehatan keluarga juga sangat diperlukan karena dapat mengurangi kebosanan dan
reaksi negatif keluarga (Ostwald, et al, 1999) dan meningkatkan kepuasan keluarga
43
(Brooker, 1991)
2. Asuhan keperawatan dibuat oleh perawat merupakan salah satu usaha
untuk
menjawab tantangan perkembangan kebutuhan diatas. Walaupun diakui masih
banyak yang perlu direvisi dan ditata ulang, namun setidaknya apa yang telah
dilakukan ini dapat membantu pemberian asuhan keperawatan yang prima bagi
‘customer’ yang dalam hal ini adalah pasien.

3. Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai


satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga
diharapkan keduanya dapat saling menopang. Sebagaiman proses
keperawatan, dalam manajemen keperawatan terdiri dari pengumpulan data,
identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil. Karena
manajemen keperawatan mempunyai kekhususan terhadap mayoritas tenaga
daripada seorang pegawai, maka setiap tahapan didalam proses manajemen
lebih rumit dibandingkan proses keperawatan

TES 2

Pilihlah satu jawaban yang palingtepat!

1. Kegiatan dilakukan oleh seorang perawat pada tahap pengkajian adalah….


A. mengumpulkan Data
B. validasi Data
C. organisasi data
D. analisa Data

2. Bila dilihat dari tipe/jenis data, maka data dibagi ke dalam data subyektif dan
data objektif. Yang termasuk data Objektif adalah….
A. pucat
B. konjungtiva anemis
C. tekanan darah 90/60 mmhg
D. pusing

3, Yang termasuk ke dalam data subyektif adalah….


A. berat badan turun 2kg
B. tidak nafsu makan
C. porsi makanan habis 1/4 porsi
D. mual

44
4. Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan menggunakan stetoskop
untuk mendengarkan berbagai bunyi/suara dalam tubuh disebut….
A. inspeksi
B. auskultasi
C. palpasi
D. perkusi

5 Bukan komponen diagnose keperawatan adalah….


A. problem
B. etiologi C.
sindrom D.
ymptom

Kunci Jawaban Tes

No Topik 1 Topik 2
1 A D
2 A B
3 A A
4 D B
5 A B
6 D A
7 B A
8 D A
9 D C
10 C D

Daftar Pustaka
Asmuji. 2012. Manajemen Keperawatan. Ar-Ruzz Media: Yogyakarta

Gillies, DA., (1999) Nursing Manajemen: A System Approach, Philadelphia: WB


SaundersCompany.

Gipson, (1997) Organisasi terjemahan, Erlangga, Jakarta

Kurniadi, Anwar. 2013. Manajemen Keperawatan dan Prospektifnya. Badan Penerbit


FKUI: Jakarta
45
BAB 1V
PERENCANAAN DI RUANG PERAWATAN
Elisabeth Herwanti, S.Kp.,M.Kes

A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat: Pokok bahasan ini membahas tentang Substansi dari perencanaan
manajemen keperawatan yang mana seorang manajer akan berhasil bila membuat
perencanaan jangka panjang, menengah dan pendek yang meliputi input, proses dan output.
Perencanaan yang baik merupakan kunci sukses dalam melaksakan kepemimpinan yang
dipercayakan.
2. Relevansi: Pokok bahasan ini sangat relevan dengan peran dan fungsi seorang perawat
untuk semua level sehingga mempunyai arah dalam melaksanakan tugas..
3. Capaian Pembelajaran
Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa dapat:
1. Menjelaskan tentang pengertian perencanaan
2. Menjelaskan tentang sifat perencanaan
3. Menjelaskan tentang tujuan perencanaan
4. Menjelaskan tentang tipe perencanaan
5. Menjelaskan tentang komponen perencanaan
6. Menjelaskan membuat analisa SWOT
7. Mahasiswa mampu melaksanakan aplikasi fungsi perencanaan

B. PENYAJIAN
1. Uraian
1.1 Pengertian Perencanaan
Dalam organisasi perencanaan menjadi sangat penting, Karena tanpa adanya suatu rencana
kegiatan menjadi tidak efektif dan efisien. Menurut beberapa ahli perencanaan tersebut
merupakan keputusan yang telah diambil dalam organisasi untuk masa yang akan datang,
perencanaan ini tidak saja berguna untuk sebuah oraganisasi tetapi juga bermanfaat bagi
individu, pada saat akan melakukan suatu kegiatan. Keputusan yang sudah di tentukan
tersebut mengandung dimensi yang perlu dijawab oleh pembuat keputusan itu. Adapun

46
dimensi yang amat penting sebagai perekat dalam suatu perencanaan yaitu : tentang kapan
perencanaan itu di putuskan, bagaimana perencanaan itu di tentukan, siapa yang
merumuskan perencanaan, kapan perencanaan itu di laksanakan dan dimana perencanaan itu
akan di laksanakan.
Dengan demikian makna dari sebuah perencanaan adalah menyangkut tentang :
1. Proses : merupakan suatu konsep menjelaskan tentang kegiatan yang di lakukan agar
berjalan sesuai dengan tahap-tahap yang telah di tentukan, yaitu berupa kegiatan yang
akan dilakukan menurut aturan yang berlaku.
2. Penetapan tujuan dan sasaran : menetapkan tujuan dalam kegiatan, baik tujuan jangka
panjang, menegah maupun tujuan jangka pendek, dan menetapkan sasaran yang akan
dituju terhadap suatu kegiatan kearah yang tepat.
3. Mengkaji cara terbaik : merupakan suatu proses mengidentifikasi cara atau strategi yang
tepat terhadap perencanaan suatu kegiatan, sehingga bisa menghindarkan dari kegiatan
yang tidak produktif.
4. Memilih tindakan : merupakan strategi untuk memilih suatu tindakan dalam
melaksanakan kegiatan yang tepat, sehingga semua kegiatan yang di lakukan sesuai
dengan tujuan, sasaran yang sudah di tentukan, sehingga kegiatan yang dilakukan efektif
dan efisien.
Sebuah perencanaan dianggap penting dan dianggap mempunyai kedudukan sangat
strategis, karena : dengan rencana yang sudah ditentukan mampu mengurangi
ketidakpastian dari suatu kegiatan, kegiatan menjadi terfokus atau menjadi pusat
perhatian bagi pelaksana kegiatan tersebut, dan juga membuat kegiatan menjadi lebih
ekonomis serta semua kegiatan yang di lakukan bisa diawasi dengan baik. Adapun unsur
dalam perencanaan menurut Yayat M. Herujito, 2001 adalah :
a. Forecasting, yaitu meramalkan. Dalam organisasi seorang pemimpin atau manager
keperawatan mampu meramalkan kondisi dari organisasi kedepan sebelum peristiwa
tidak diinginkan terjadi, misalnya seorang manager sumberdaya perawat mampu
memprediksan kebutuhan tenaga keperawatan sesuai kualifikasi yang dibutuhkan
dalam lima tahun yang akan datang.

47
b. Establishing objectives, yaitu setiap perencanaan harus mempunyai arah tujuan yang
jelas, karena dengan tujuan yang jelas akan menjadikan kegiatan yang lebih efisien
dan fokus terhadap apa yang akan di lakukan.
c. Scheduling, yaitu penjadwalan kegiatan di dalam perencanaan sudah dicantumkan
karena hal tersebut dapat mencegah tumpang tindih kegiatan pada saat pelaksanaan.
d. Budgeting, yaitu menghitung anggaran atau biaya pelaksanaan kegiatan, perencanaan
anggaran kegiatan menjadi sangat penting, untuk menghindari terjadi inefisiensi.
e. Establishing policy, yaitu suatu rangkaian konsep atau asas yang menjadi pedoman
yang mendasari semua aktivitas dalam oprganisasi, karena kebijakan dapat sebagai
landasan hukum bagi pelaksana kegiatan dalam organisasi. Kebijakan hanya menjadi
pedoman tindakan yang paling mungkin memperoleh hasil yang diinginkan.
1.2 Sifat Dari Perencanaan
Perencanaan yang baik, mengandung unsur-unsur sebagai berikut :
1. Visioner : suatu perencanaan yang baik hendaknya memuat unsur jangka panjang,
karena perencanaan di buat untuk masa yang akan datang. Perencanaan dapat juga
dianalogikan sebuah impian yang ingin dicapai, adapun unsur perencanaan adalah visi
dam misi dari organisasi.
2. Fleksible : fleksibel dalam pengertian adalah luwes, lentur. Sebuah perencanaan suatu
kegiatan haruslah mampu mengakomodasi unsur-unsur yang dianggap penting, dan
dengan segala prioritas sesuai kebutuhan yang ada. Tetapi bukan mudah berubah
sesuai kepentingan jangka pendek, melainkan suatu perencanaan yang matang dalam
jangka panjang.
3. Stabil : perencanaan yang telah di rumuskan dan disepakati bersama hendaknya
menjadi pedoman dalam melakukan kegiatan dan perencanaan tersebut tetap tidak
mudah di revisi, kegiatan yang dilakukan berdasarkan rencana yang telah dibuat dalam
jangka waktu atau periode terntentu.
4. Balances : semua kegiatan yang telah dirumuskan dalam rencana hendaknya
disesuaikan dengan kemampuan sumber daya, sehingga perencanaan kegiatan tersebut
dapat dilaksanankan sesuai kemampuan, hal ini dilakukan untuk mencegah
malefisiensi program.

48
5. Tersedia sumber daya : dalam suatu rencana harus mempertimbangkan sumberdaya,
baik tenaga yang melaksanakan, cara mengerjakan kegiatan, peralatan harus tersedia,
dan tidak kala pentingnya dana yang cukup tersedia untuk melaksanakan kegiatan, dan
sarana prasarana lain yang di perlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
1.3 Tujuan Perencanaan
Perecanaan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam organisasi dan perlu untuk
setiap usaha mencapai tujuan. Sangat strategis karena didasarkan pada suatu kondisi
bahwa masa depa tidaklah pasti. Ketidakpastian tersebut antara lain seperti lingkungan
yang berubah begitu cepat menuntut siapapun baik perseorangan maupun lembaga untk
selalu membuat rencana. Tanpa membuat perencanaan, organisasi akan kehilangan arah
dan sulit untuk mengantisipasi ancaman perubahan liingkungan.
Adapun tujuan dari sebuah rencana adalah :
1. Untuk mengkoordinasikan seluruh program.
2. Untuk mengatasi perubahan yang mungkin terjadi.
3. Untuk pengembangan manejer.
4. Untuk pengembangan standar kinerja.
Perencanaan program memegang peranan sangat strategis dalam sebuah organisasi, dan
sangat penting untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Adapun kepentingan dari sebuah rencana adalah :
1. Mengurangi ketidakpastian.
2. Memusatkan perhatian pada program yang telah di tentukan.
3. Membuat kegiatan lebih ekonomis.
4. Mempermudah pengawasan dan evaluasi.
1.4 Tipe Perencanaan
Perencanaan program kegiatan yang akan di lakukan dalam suatu organisasi,
berdasarkan :
1. Berdasarkan jangkauan capaiannya :
a. Rencana strategis : yaitu sebuah rencana yang diterapkan pada sebuah
organisasi secara menyeluruh dan menetapkan tujuan lengkap. Rencana
strategis dapat di padang sebagai rencana secara umum yang menggambarkan
pengalokasian sumber daya, baik tenaga, metoda, sarana prasarana, keuangan,

49
dan juga cara memasarkan hasil prduksi degan segala prioritas, langkah-
langkah yang di perlukan untuk mencapai tujuan yang telah di tentukan.
b. Rencana operasional adalah rencana yang meliputi area operasional tertentu
dari sebuah organisasi.
2. Berdasarkan jangka waktu, yaitu :
a. Rencana jangka panjang : yaitu rencana program kerja yang mempunyai
rentang waktu lebih dari lima tahun.
b. Rencana jangka menegah : yaitu suatu rencana program kerja yang mempunyai
rentang waktu 3-5 tahun.
c. Rencana jangka pendek : adalah rencana yang berjangka waktu kurang dari 1
tahun dan atau satu tahun.
3. Berdasarkan spesifisitas, yaitu :
a. Rencana spesifik : sebuah rencana yang sudah di jabarkan jelas sehingga tidak
memberi runag untuk multitafsir.
b. Rencana fleksibel : sebuah rencana walaupun sudah menggunakan pansuan
umum dan fokus terhadap program yang telah di tentukan, masih memberi
peluang untuk didiskusikan dengan pengambil kebijakan secara khusus, jika di
pandang perlu.
4. Berdasarkan frekuansi penggunaan yaitu :
a. Rencana sesekali atau habis pakai : merupakan suatu rencana secara spesifik
dipakai untuk memenuhi kebutuhan dalam kondisi tertentu.
b. Rencana siaga adalah rencana berkelanjutan yang dapat sebagai panduan untuk
aktifitas yang di lakukan.
1.5 Proses Penyusunan Rencana
Perencanaan merupakan suatu proses dengan cara yang sistematis terukur untuk
menjalankan suatu kegiatan. Dalam perencanaan membuat sebuah aktivitas tertentu yang
saling terkait untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan.
Adapun proses menyusun suatu perencanaan adalah sebagai berikut :
1. Merumuskan visi dan misi.
2. Memahami kondisi organisasi saat ini.

50
3. Mempertimbangkan faktor, kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam
mencapai tujuan.
4. Menyusun rencana kegiatan untuk mencapai tujuan.
1.6 Komponen Perencanaan
1. VISI
a. Pengertian Visi
Kotler yang dikutip oleh nawawi (2000), visi adalah suatu pernyataan tentang tujuan
organisasi dalam bentuk hasil pelayanan yang di tawarkan kepada orang lain,
kebutuhan yang dapat di tanggulangi, kelompok masyarakat yang dilayani, nilai-nilai
yang di peroleh serta aspirasi dan cita-cita pada masa yang akan datang.
Menurut Wibisono (2006), visi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan cita-
cita atau impian sebuah oragnisasi atau perusahaan yang ingin dicapai dimasa depan.
Visi secara sederhana menurut Burt Nanus, (2011) sebagai gambran masa depan
oleh individu, kelompok, maupun organisasi yang realistis, kredibel, dan atraktif.
Visi pada organisasi pada umumnya merupakan visi bersama (shared vision) yang
berasal dari hasil share atau perpaduan visi-visi pribadi anggota organisasi.
Selain itu, visi juga merupakan pandangan mengenai arah manajemen tersebut. Agar
bisa membangun kesusesan, maka perlu ada arah jelas mengenau laju perusahaan
atau instansi. Apabila dirangkum, yang dimaksud visi memili pengertian sebagai
berikut :
1. Visi adalah suatu tulisan yang menyatakan cita-cita suatu perusahaan atau
instansi, oragnisasi dimasa depan.
2. Visi adalah suatu tulisan singkat fokus, dan jelas, yang merupakan arah sebuah
perusahaan, instansi atau organisasi.
3. Pengertian visi adalah sebuah gagasan tertulis mengenai tujuan utama pendirian
sebuah perusahaan, instansi atau organisasi.
b. Karakteristik visi :
Karakteristik visi yang baik, setidaknya mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
1. Imagible (dapat dibayangkan) : artinya bahwa visi adalah impian atau tujuan
jangka panjang yang ingin dicapai dari sebuah oragnisasi yaitu tergambar jelas
target atau batas waktu dalam menetukan tercapainya tujuan tesebut.

51
2. Desirable (menarik) : artinya dalam menetukan visi serangkaian kalimat di
dalamnya menarik bagi pembaca dari rangkaan visi tersebut, contoh menarik
adalah : kepuasan pelanggan adalah harapanku.
3. Feasible (realisties) : dalam menyusun visi hendaknya realistik dapat dicapai,
tidak dengan kata-kata vis bersifat umum, sehingga sulit dijangkau sesuai dengan
terget waktu yang telah di tentukan.
4. Focused (jelas) : dalam serangkaian visi membuat kompetensi luaran, sehingga
dengan arah yang jelas, maka organisasi akan fokus terhadap produk yang akan
dihasilkan.
5. Flexible (aspiratif dan responsif) : makna dari kata-kata ini dalam visi adalah
menggambarkan mampu menyerap aspirasi masyarakat sesuai dengan kebutuhan
dan tetap bermanfaat, tanpa kehilangan identitas akibat perubahan situasi dan
kondisi lingkungan.
6. Communicable (mudah dipahami) : serangkaian kalimat dalam penyusunan visi
tersebut masyarakat mudah memahami, terhadap apa yang tertuang dan maksud
atas keluaran dari produk yang di hasilakan oleh organisasi, dan bergerak dalam
bidang apa, sehingga susunan visi tidak mengandung multitafsir.

c. Guna dari visi :


Visi merupakan rohnya suatu organisasi, dan mempunyai nilai yang sangat penting,
karena visi juga merupakan arah atau tujuan yang akan dituju oleh sebuah organisasi
yang tercermin dari produk yang dihasilkan. Oleh karena itu adapun guna dari visi
adalah :
1. Mempersatukan tujuan dan arah kebijakan suatu organisasi, serta sasaran yang
ingin dicapai.
2. Sebagai pedoman dalam pengelolaan, pemanfaatan, pengalokasian sumberdaya,
serta mengendalikananya untuk menghasilkan produksi yang efektif dan efisien.
3. Membangun komitmen, loyalitas dan budaya kerja yang baik dan budaya kerja
yang baik dalam organisasi.
1. Penyusunan misi

52
Dalam penyusunana misi harus mempertimbangkan beberapa hal, dan harus sesuai
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Melibatkan staf dengan melakukan proses sumbang saran dari beberapa orang
yang dianggap kompeten.
b. Penyusunan kata-kata khusus pada hal-hala yang prioritas yang menunjukkan
adanya komopetensi.
c. Dalam penyusunanan kata-kata kemudian digabungkan menjadi kalimat yang
menjasi capaian institusi.
d. Dalam kalimat misi harus lugas, tegas, hindari adanya jargon yang tidak perlu.
2. Syarat-syarat misi
Proses penyusunan misi harus memperhatikan hal-hal berikut :
a. Jangkauannnya tidak terlalu umum atau luas, dan dapat di terapkan beberapa
tahun, sejak misi itu di tetapka oleh pimpinan.
b. Fokus terhadap arah kebijakan organisasi dan merujuk pada kompetensi yang
diinginkan organisasi.
c. Secara khusus menunjukkan arah yang ingin dicapai organisasi.
Menurut Sandra Vandermerwe (1996, visi mengartikulasikan keinginan suatu
institusi, lembaga, organisasi untuk menjadi apa, maka misi meyatakan bahwa
apa yang seharusnya dilakukan oleh institusi, lembaga atau organisasi, untuk
mecapai cita-cita tersebut.

SEKARAN MASA DEPAN


G

Apa/siapa Bagaimana kita Apa yang


kita ? kesana ? kita tuju ?
Dimana kita
sekarang ?
MISI STRATEGY VISI

Contoh Misi pedidikan :


1. Menyelenggarakan proses pembelajaran tenaga kesehatan yang memiliki daya saing
global.

53
2. Melakukan penelitian di bidang ilmu kesehatan sebagai langkah menuju pusat
pendidikan tenaga kesehatan.
3. Melakukan pengabdian masyarakat untuk membentuk sivitas akademika yang
mempunyai nilai peduli penuh kasih.
Menurut Nursalam (2007), misi manajemen keperawatan adalah :
1. Menyediakan asuhan keperawatan yang efektif dan efisien dalam membantu
kesehatan pasien yang optimal setelah pulang dari rumah sakit.
2. Membantu mengembangkan dan mendorong suasana yang kondusif bagi pasien dan
staf keperawatan atau non keperawatan.
3. Mengejarkan, mengarahkan, dan membantu dalam kegiatan profesional keperawatan.
4. Turut serta dalam bekerjasama dengan semua anggota tim kesehatan yang ada di
rumah sakit atau tempat kerja.

1.7 Analisis Swot


Dalam perencanaan strategis sangat penting melihat berbagai aspek, termasuk di
dalamnya masalah strategi bisnis, perkembangan teknis global, kebutuhan aplikasi dan
infrastruktur, sumber daya manusia, keuangan dan lain-lain (Wardiyana, 2002). Analisis
SWOT dibutuhkan untuk mengetahui perhatian manajemen terhadap kondisi internal dan
eksternal dari organisasi (Witarto, 2004). Analisis SWOT ini sangat mengidentifikasi
peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal. Peluang dan
ancaman eksternal merujuk pada peristiwa dan trend ekonomi sosial, budaya, demografi,
lingkungan, politik, hukum, pemerintah, teknologi, dan persaingan yang dapat
menguntungkan / merugikan suatu organisasi secara berarti dimasa depan.
Peluang dan ancaman sebagian besar di luar kendali organisasi (Davit, 2004). Kekuatan
dan kelemahan internal adalah segala kegiatan dalam kendali organisasi yang bisa
dilakukan dengan sangat baik atau buruk. Kekuatan dan kelemahan tersebut ada dalam
kegiatan manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi atau operasi, penelitian
dan pengembangan, serta system informasi manajemen di setiap perusahaan. Mengenali
dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan internal organisasi di bidang-bidang
fungsional dari bisnis merupakan kegiatan manajemen strategis yang menonjolkan
kekuatan internal dan berusaha menghapus kelemahan internal (David,2004).

54
Disamping analisa SWOT penting juga dilaksanakan analisa TOWS. Sangat penting
untuk melihat apa ancaman yang akan kita hadapi daripada melihat peluang terlebih
darhulu,. Tetapi tetap saja ada bahaya jika terlalu banyak memikirkan ancaman. Kapan
bisa maju ? oleh karena itu, perlu melihat ancaman terlebih dahulu, baru kemudian
mencari peluang dari ancaman tersebut. Apabila terlalu focus terhadap kelebihan
seseorang, maka dengan mudahnya melupakan kelemahan dan melalaikan ancaman.
Akan lebih baik jika menggunakan pendekatan TOWS daripada SWOT. Analisa TOWS
melihat faktor eksternal terlebih dahulu, baru faktor internal, maka SWOT menggunakan
pendekatan sebaliknya, melihat dari faktor internal kemudian faktor eksternal/ luar
(Anomin, 2005).
Matriks strategis TOWS merangkai perangkat pencocokan yang penting membantu
manager mengembangkan empat tipe startegi yaitu : strategi SO (strengths-
opportunities), strategi WO (weakness- opportunities), strategi ST (strengths- threaths)
dan starategi WT (weakness- threaths). Mencocokkan faktor-faktor eksternal dan internal
merupakan bagian yang sulit dalam mengembangkan Matriks TOWS dan memerlukan
penilaian yang baik (David, 2004). Strategi SO menggunakan kekuatan internal
perusahaan untuk memanfaatkan peluang. Apabila perusahaan mempunyai kelemahan
besar, perusahaan akan berusaha keras untuk mengatasinya dan membuatnya menjadi
kekuatan kalau mengahdapi ancaman besar, sebuah organisasi akan berusaha
menghindarinya agar dapat memusatkan perhatian pada peluang (David, 2004). Strategis
WT bertujuan untuk memperbaiki kelemahan dengan memanfaatkan peluang eksternal.
Kadang-kadang peluang eksternal yang besar ada, tetapi kelemahan internal sebuah
perusahaan membuatnya tidak mampu memanfatkan peluang itu (David, 2004). Strategis
ST memnggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak
ancaman eksternal.
Strategi WT merupakan taktik defensive yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan
internal dan menghindari ancaman eksternal. Sebuah organisasi yag dihadapkan pada
berbagai ancaman eksternal dan kelemahn internal, sesungguhnya dala posisi yang
berbahaya. Faktanya, perusahaan itu mungkin harus berjuang agar dapat bertahan, atau
melakukan merger, rasionalisasi, menyatakan pialid atau memilih.

55
Menurut John F. Kennedy, presiden AS ke-35, menyatakan change is the law of life. And
those we look only to the past or present are certain to miss the future : perubahan adalah
hukum dalam hidup, dan bila kita hanya melihat masa lalu atau masa sekarang, akan
kehilangan masa depan. Dalam organisasi salah satu analisa yang dianggap paling jitu
atau baik adalah Analisis SWOT mulai di tinggalkan dan beralih ke analisis TOWS.
(Andrew Ho, 2010 dalam Hermawan Kertajaya, 2011).
Diantara analisis SWOT dan TOWS memiliki sedikit kesamaan, yaitu antara keduanya
sama-sama memaksimalkan analisa kondisi internal dan kondisi eksternal suatu
perancanaan dalam organisasi. Analisis SWOT akan menghasilkan analisa yang
berpotensi masa sekarang, lebih present atau kurang visioner. Pada analisis TOWS
analisis tentang masa yang akan datang atau hal yang lebih dinamis yaitu dari faktor
eksternal terlebih dahulu baru kemudian dengan faktor internal, cara seperti itu diyakini
akan meghasilkan analisa yang lebih bisa memanfatkan peluang dan dapat mengantisipasi
segala ancaman yang akan datang, dengan kata lain analisis TOWS lebih visioner
daripada analisis SWOT.
Tujuan analia TOWS :
1. Memunculkan semua alternative yang mungkin di jalankan berdasarkan faktor kunci
internal dan eksternal.
2. Bukan untuk menyelesaikan masalah tetapi merupakan strategi yang tebaik untuk
meghadapi anacaman.

Contoh kasus membuat analisis SWOT.


Sebagai dasar dalam membuat analisis SWOT, para manager pelayanan keperawatan
melakukan identifikasi terlebih dahulu tentang apa yang akan dianalisis, sehingga
manager mempunyai data yang akurat. Oleh karena itu perlu melakukan studi kelayakan
atau melakukan pengkajian terhadap obyek yang akan menjadi sasaran atau target
analisis. Secara umum pengkajian meliputi input, proses dan output termasuk sumberdaya
dengan istilah 6 M, yaitu :

56
Pengkajian INPUT :
Hasil observasi disalah satu RS swasta adalah RS type B utama non pendidikan, lulus
ISO 9001, th 2001, dan JCI th 2015, TT : 444, tenaga 1231 orang, peralatan lengkap dan
canggih, pelayananan Intra Mural dan Ekstra Mural, Ambulance mobile 24 jam, Motto :
melayani dengan hati.
Proses :
 Survey terhadap kendali mutu sudah dilaksanakan secara rutin.
 Audit iternal dan eksternal terhadap managemen layanan kesehatan dan
keperawatan.
 Metode ASKEP fungsional.

Output :
 Customer statisfaction
 BOR meningkat, dan lain-lain.
Dari fenomena tersebut diatas, dibedakan menjadi unsure SWOT, dalam contoh analisis
SWOT, sebagai berikut :
S (kekuatan ) :
 Memiliki visi, misi dan motto keperawatan
 SDM seluruhnya terdiri dari : 1231 orang.
 S1 atau Nurse : 6 orang.
 Diploma DIII keperawatan sebanyak 512 orang.
 Tenaga perawat kualifikasi SPK 53 orang.
 Tenaga pekarya 87 orang.
 Merupakan rumah sakit sawasta terbesar tipe B terakreditasi ISO 9001 : 2001 dan
JCI tahun 2015.
 Tersedia sarana dan prasaran pasien dan tenaga perawat.
 Sudah ada sistrem dokumentasi keperawatan di setiap ruangan (SIM kep.)
 Terdapat administrasi penunjang.
 Setiap 3 bulan satu kali di lakukan evaluasi terhadap standar asuhan keperawatan
(SAK).

57
W (kelemahan) :
 Kualitas tenaga keperawatan belum memenuhi kualfikasi.
 MPKP/ Sp2kp belum dilaksanakan.
 Pembagian asuhan keperawatan atau tugas masih terpragmentasi.
 Pendukumentasian proses keperawatan belum optimal.
 Masih ada tenaga keperawatan yang lulus SPK, dan perawat beijazah Nurse baru 6
orang.

O (peluang) :
 Meningkatkan pelatihan untuk mencapai kompetensi tenaga perawat.
 Terbukanya kesempatan melanjutkan pendidikan pada program yang lebih baik.
 Adanya program pelatihan untuk meningkatkan kompetensi.
 Tersedianya SDM yang telah mengikuti SPMKK.
 Terapkan SIM keperawatan.

T (ancaman ) :
 Persaingan antar rumah sakit di Indonesia semakin ketat.
 Adanya tuntutan individu/ masyarakat sebagai pengguna jasa layanan kesehatan
yang lebih tinggi untuk mendapatkan pelayanan prima.
 Masyarakat semakin sadar akan hak-haknya terhadap hukum dalam pelayanan
kesehatan atau keperawatan.
 Resiko terjadi kejadian yang tidak diharapkan dalam pelayanan mengikat.
 Potensi adanya tuntutan hokum dari masyarakat.
 Depkes mencanangkan Th 2014 90 % rumah sakit terakreditasi JCI.
 Terfokus pada pasien.
 Standar managemen RS.
 Standar keselamatan pasien.
 Sasaran MDGs.

Sesuai dengan PMK no. 129 Th 2008 tentang standar minimal pelayanan rumah sakit bahwa
pemberian pelayanan rawat inap : perawat menimal DIII.

58
Aplikasi perencanaan Keperawatan di Ruang Rawat
Rencana jangka pendek yang di terapkan di ruangan MPKP terdiri dari rencana harian,
bulanan, dan tahunan.
1. Rencana harian
Menurut (WHO & FKUI, 2006) rencana harian adalah kegiatn yang dilaksanakan
oleh perawat sesuai dengan perannya masing-masing, yang dibuat pada setiap shift.
Isi kegiatan di sesuaikan dengan peran dan fungsi perwat. Rencana harian di buat
sebelum operan dilakukan dan dilengkapi pada saat pre-conference dan post-
conference serta operan.
Rencana harian adalah rencana yang dilakukan selama satu shift dari datang sampai
pulang, menggambarkan kegiatan yang akan di laksanakan oleh perawat pelaksana
selama satu hari, dibuat saat awal shift terutama saat operan ketua tim
menyelenggarkan askep oleh timnya dalam mengorganisir kegiatan dan tugas pokok,
rencana harian dapat dijadikan sebagai bahan pre conference, rencana harian salah
satu kegiatan yang harus direkapitulasi pelksanaannya oleh karu untuk potofolio saat
audit keperawatan menggunakan MPKP & SP2KP, rencana harian adalah salah satu
pokok perawat pelksana. Rencana harian harus ada kegiatan supervisi, pre
conference, visite dokter, dan penilaian kinerja.
a. Rencana harian kepala ruangan
Isi rencana harian kepala ruangan meliputi asuhan keperawatan, supervisi katim
dan perawat pelaksana, dan supervisi tenaga selain perawat dan kerja sama
dengan unit terkait.
b. Rencana harian ketua tim
Isi rencana harian ketua tim meliputi penyelenggaraan asuhan keperawatan pasien
pada tim yang menjadi tangguang jawabnya, melakukan supervisi perawat
pelaksana, berkolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain, dan mengalokasi
pasien sesuai dengan perawat yang dinas.
c. Rencana harian perawat pelaksana

59
Isi rencana harian perawat pelksana adalah tindakan keperawatan untuk sejumlah
pasien yang di rawat pada shift dinasnya. Rencana harian perawat pelaksana shift
sore dan malam agak berbeda jika hanya satu orang dalam satu tim maka perawat
tersebut berperan sebagai ketua tim dan perawat pelaksana sehingga tidak ada
kegiatan pre dan postconference.
d. Penilaian rencana harian perawat
Untuk menilai keberhasilan dari perencanaan harian dilakukan melalui observasi
menggunakan instrument jurnal harian. Setiap ketua tim mempunyai instrument
dan mengisinya setiap hari. Pada akhir bulan dapat dihitung presentasi pembuatan
rencana harian masing-masing perawat.
2. Rencana bulanan
Menurut (WHO & FKUI, 2006) rencana bulanan adalah kegiatan yang di laksanakan
oleh karu dan katim sesuai dengan perannya masing-masing, yang dibuat pada akhir
bulan. Isi kegiatan berdasarkan hasil evaluasi dan pembuatan rencan tindak lanjut.
a. Rencana bulanan KARU
Setiap akhir bulan kepala ruangan melakukan evaluai hasil keempat pilar atau
nilai MPKP dan berdasarkah hasil evaluasi tersebut kepala ruangan akan membuat
rencana tindak lanjut dalam rangka peningkatan kualitas hasil. Kegiatan yang
mencakup rencana bulanan karu adalah :
1) Membuat jadwal dan memimpin case conference.
2) Membuat jadwal dan memimpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga.
3) Membuat jadwal dinas.
4) Membuat jadwal petugas TAK.
5) Membuat jadwal dan memimpin rapat bulanan perawat.
6) Melakukan jadwal dan memimpin rapat tim kesehatan
7) Membuat jadwal supervise dan penilaian kinerja ketua tim dan perawat
pelaksana.
8) Melakukan audit dokumentasi.
9) Membuat laporan bulanan.
b. Rencana bulanan KATIM

60
Setiap akhir bulan ketua tim melakukan ecvaluasi tentang keberhasilan kegiatan
yang di lakukan oleh timnya. Kegiatan-kegiatan yang mencakup rencana bulanan
katim adalah :
1) Mempresentasikan kasus dalam case conference.
2) Memimpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga.
3) Melakukan supervise perawat pelaksana.
3. Rencana tahunan
Menurut ( WHO & FKUI, 2006) rencana tahunan adalah setiap akhir tahun kepala
ruangan melakukan evaluasi hasil kegiatan dalam satu tahun yang di jadikan sebagai
acuan rencana tindak lanjut serta penyusunan rencana tahunan berikutnya. Rencana
kegiatan tahunan mencakup :
1) Menyusun laporan tahunan yang berisi kinerja MPKP baik proses kegiatan
(aktivitas yang sudah dilaksanakan dari 4 pilar praktek profesional) serta evaluasi
mutu pelayanan.
2) Melaksanakan rotasi untuk penyelenggaraan anggota masing-masing tim.
3) Penyelenggaraan terkait dengan materi MPKP khusus kegiatan yang masih rendah
pencapaiannya. Ini bertujuan mempertahankan kinerja yang telah dicapai MPKP
bahkan menigkatkannya dimasa medatang.
4) Pengembangan SDM dalam bentuk rekomendasi peningkatan jenjang karir
perawat (pelaksana menjadi aktim, katim menjadi karu), rekomendasi utnuk
melanjutkan pendidikan formal, membuat jadwal untuk mengikuti pelatihan-
pelatihan.
1. TUJUAN RENCANA HARIAN
a. Memperlancar pelaksanaan tugas pokok.
b. Menjamin pelaksanaan tugas yang sudah terstruktur dan terevaluasi dengan benar.
c. Menjamin dokumen autentik.
2. KEGIATNA PERENCANAAN HARIAN
Adapun kegiatan perencanaan harian sebagai berikut :
a. Rencana harian kepala ruangan
1) Isi rencana harian kepala ruangan meliputi :
 Asuhan keperawatan.

61
 Supervisi katim dan perawat pelaksana.
 Supervisi tenaga salain perawat dan kerja sama dengan unit lainnya yang
terkait.
2) Kegiatan tersebut meliputi antara lain :
 Operan.
 Pre conference dan post conference.
 Mengecek SDM dan sarana prasarana.
 Melakukan interaksi dengan pasien baru atau pasien yang memerlukan
perhatian khusus.
 Melakukan supervisi pada ketua Tim/ perawat pelaksana.
 Hubungan dengan bagian lain terkait rapat instruktur/ insidentil.
 Mengecek ulang keadaan pasien, perawat, lingkungan yang belum
teratasi.
 Mempersiapkan dan merencanakan asuhan keperawatan untuk sore,
malam dan besok seuai tingkat ketergantungan pasien.
b. Rencana harian ketua Tim
1) Isi rencana harian ketua tim adalah :
 Penyelenggaraan ashuan keperawatan pasien pada tim yang menjadi
tanggungjawabnya.
 Melakukan supervisi perawat pelaksana.
 Kolaborasi dengan dokter dan tim kesehatan lain.
 Alokasi pasien sesuai perawat yang dinas.
2) Kegiatan tersebuit meliputi antara lain :
 Operan
 Pre conference dan post conference
 Merencanakan asuhan keperawatan
 Melakukan supervisi perawat pelaksana
 Menulis dokumentasi
 Memeriksa kelengkapan dokumentasi askep
 Alokasi pasien sesuai dengan perawat dinas.

62
c. Rencana harian perawat pelaksana
Isi rencana harian perawat pelaksana adalah tindakan keperawatan untuk sejumlah
pasien yang dirawat pada shift dinasnya. Rencana harian perawat pelaksana shift sore
dan malam agak berbeda jika hanya satu orang dalam satu tim maka perawat tersebut
berperan sebagai ketua tim dan perawat pelksana sehingga tidak ada kegiatan pre
conference dan post conference. Kegiatan tersebut meliputi antara lain :
1. Hand over atau timbang terima/ operan.
2. Pre dan post conference.
3. Mendokumentasikan askep.

2. Latihan
1. Identifikasi visi misi di ruang rawat tempat Anda bekerja! cocokkan dengan konsep yang
telah Andapelajari, temukan beberapa hal berdasarkan analisa situasi, buat rencana sesuai
konsep, pilih salah satu yang memungkinkan Anda buat!
2. Buat rencana kerja harian dinas pagi, sore dan malam (24 jam), rencana mingguan dan
bulanan di ruang perawatan sesuai peran (kepala ruang, ketua tim dan perawat pelaksana)

3. Rangkuman
Semua fungsi dari fungsi–fungsi manajemen di dalamlayanan keperawatan adalah penting
dan semuanya saling berhubungan sebagai suatu siklus yang sekuen dimulai dengan
perencanaan dan diakhiri dengan evaluasi dan seterusnya. encanaan adalah esensial dalam
manajemen keperawatan dan merupakan fungsi pertama dalam fungsi manajemen. Manajer
keperawatan bertugas untuk merencanakan, mengorganisir, mengarahkan dan mengevaluasi
sarana dan prasarana yang tersedia untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pasien.
Perencanaan bisa dibedakan menjadi perencanaan jangka pendek, jangka menengah dan
jangka panjang, namun biasanya perencanaan keperawatan adalah rencana jangka pendek.
Perencanaan jangka pendek dalam keperawatan meliputi rencana harian yang harus
dikerjakan semua perawat, rencana bulanan yang dibuat oleh ketua tim/perawat primer, dan
kepala ruang dan rencana tahunan yang dibuat oleh kepala ruang. Perencanaan kebutuhan
tenaga/sumber daya manusia keperawatan dapat dihitung dari jumlah kasus yang dirawat
dengan menggunakan rumus atau formula yang ada sesuai ketentuan

63
C. PENUTUP
Manajemen keperawatan adalah suatu rangkaian kegiatan pelayanan keperawatan yang di
laksanakan oleh perawat yang menerapkan fungsi-fungsi perencanaan, perorganisasian,
pengarahan dan pengendalian dalam mencapai pelayanan keperawatan yang profesional
dengan berprinsip efektif dan efisien.
3. Formatif
1. Seorang kepala bidang keperawatan yang baru terpilih mengadakan rapat penyampaian
visi misi selama kepemimpinannya dengan mengundang semua kelapa ruangan.
Apakah nama fungsi manajemen yang dilakukan oleh kepala bidang tersebut?
a. Pengorganisasian
b. Pengendalian
c. Perencanaan
d. Ketenagaan
e. Pengarahan
2. Seorang kepala ruangan memasang struktur organisasi di ruangan untuk diketahui oleh
semua pihak.
Apakah nama fungsi manajemen yang dilakukan oleh kepala ruangan tersebut?
a. Pengorganisasian
b. Pengendalian
c. Perencanaan
d. Ketenagaan
e. Pengarahan
3. Seorang kepala ruangan di ruangan penyakit dalam memberikan kesempatan seluas-
luasnya kepada staff untuk memberikan masukan kepada setiap rencana program yang
disusunnya.
Apakah nama sifat partisipasi di level manajer pemula yang diterapkan oleh kepala
ruangan di atas?
a. Organizational
b. Bottom up
c. Top down
d. Personal
e. Lateral
4. Seorang ketua tim meminta masukan untuk perbaikan program ke depan. Ketua tim
tersebut lebih memperhatikan masukan dari sesama ketua tim daripada masukan dari
kepala ruangan.
Apakah nama sifat partisipasi di level manajer pemula yang diterapkan oleh ketua tim di
atas?
a. Organizational
b. Bottom up
c. Top down
d. Personal
e. Lateral

64
5. Seorang kepala bidang keperawatan mengevaluasi mutu layanan tahun 2018 dengan
hasil bahwa banyak keluhan dari pasien tentang rendahnya kepuasan pasien yang salah
satunya adalah caring perawat yang kurang selama memberikan pelayanan.
Apakah jenis pendekatan system yang dievaluasi dari manajemen di atas?
a. Input
b. Proses
c. Output
d. Control e. feedback

2. Umpan Balik
Kunci Jawaban

No Kunci Jawaban
1 C
2 A
3 B
4 E
5 C

3. Penjelasan Jawaban
No. Soal Uraian
1. Jawaban yang benar adalah C. Visi misi merupakan hal yang akan dicapai pada periode
waktu yang akan dicapai selama memimpin.
2 Jawaban yang benar adalah A. Struktur organisasi terdapat garis komando yang berarti
membagi tugas untuk penyelesaian pekerjaan.
3 Jawaban yang benar adalah B. Memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada staff untuk
memberikan masukan kepada setiap rencana program yang disusunnya, sesuai struktur
organisasi dari bawah ke atas.
.
4 Jawaban yang benar adalah E. Prinsip dasar dalam mewujudkan masyarakat yang berdaya
atau mandiri memutuskan dan melaksanakan program sesuai dengan rencana merupakan
suatu proses membangun dinamika.
5 Jawaban yang benar adalah C. Keluhan dari pasien tentang rendahnya kepuasan pasien
merupakan hasil kinerja.

65
4. Cara Penilaian
Nilai mahasiswa didapatkan dengan menentukkan jumlah benar dibagi dengan jumlah
soal dikalikan seratus; dengan rentang nilai sebagai berikut :
A = 78-100
B =68-77
C = 56-67
D = 42-55
E =<42
5. Tindak Lanjut
Bagi mahasiswa yang belum lulus (mendapat nilai D atau E diberikan
kesempatan untuk belajar lagi dan ujian ulang untuk perbaikan nilai.

6. Referensi

Sudarta, Wayan. (2019). Manajemen Keperawatan Teori dan Aplikasi Praktik Keperawatan.
Yogyakarta : Gosyen Publishing

Simamora, Raymond. (2018). Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Jakarta : EGC.

66
BAB V
PERHITUNGAN TENAGA DI RAWAT INAP
Kori Limbong, S.Kep.Ns.,M.Kep

A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat: Pokok bahasan ini membahas tentang Substansi dari perhitungan tenaga
di rawat inap di berbagai ruangan rawat dengan menggunakan formula dan menggunakan
klasifikasi pasien di ruang rawat.
2. Relevansi: Pokok bahasan ini sangat relevan dengan peran dan fungsi seorang perawat
pengelola yang mempunyai tugas mengatur SDM di ruang rawat, sehingga sesuai dengan
beban tugasnya.Ketenagaan merupakan salah satu sumberdaya yang diperlukan dalam
system kesehatan suatu Negara untuk meningkatkan kesehatan hidup masyarakat.
Ketenagaan membutuhkan masa persiapan yang terpanjang dibandingkan dengan
sumberdaya yang lain dan tergantung yang menyalurkan mobilisasi atau usaha-usaha untuk
pemerataan pelayanan.
3. Capaian Pembelajaran
Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa dapat:
1. Mahasiswa-mahasiswi mampu menjelaskan perhitungan tenaga keperawatan

Mahasiswa-mahasiswi mampu menjelaskan metode perhitungan tenaga keperawatan


1. Menjelaskan tentang perhitungan tenaga keperawatan
2. Menjelaskan tentang metode perhitungan tenaga keperawatan
3. Menghitung tenaga keperawatan di nruang rawat

B. PENYAJIAN
1. Uraian
1.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan tenaga keperawatan
a. Faktor klien
 Tingkat kompleksitas perawatan seperti di ICU, UGD
 Kondisi pasien sesuai dengan jenis penyakit dan usianya.
 Jumlah pasien dan fluktuasinya
 Keadaan sosial dan ekonomi
 Harapan pasien dan keluarganya

67
b. Faktor tenaga
 Jumlah dan komposisi tenaga keperawatan
 Kebijakan pengaturan dinas
 Uraian tugas perawatkebijakan personalia
 Tingkat pendidikan dan pengalaman kerja
 Tenaga perawat spesialis
 Sikap ethis para profesional
c. Faktor lingkungan
 Tipe dan lokasi rumah sakit
 Lay out ruang perawatan
 Fasilitas dan jenis pelayanan yang diberikan
 Kelengkapan peralatan medik atau diagnostik
 Pelayanan penunjang dari instansi lain, contoh PMI
 Macam kegiatan yang dilaksanakan:penyuluhan, kunjungan rumah.
d. Faktor organisasi
 Mutu pelayanan yang ditetapkan
 Kebijakan pembinaan dan pengembangan

Rumusan perhitungan
a. Peraturan Men.Kes.R.I. No.262/Men.Kes./Per/VII/1979 menetapkan bahwa
perbandingan jumlah tempat tidur rumah sakit dibanding dengan jumlah perawat
adaalah sebagai berikut. Rumah sakit tipe A & B perbandingan minimal jumlah TT :
jumlah perawat = 3 – 4 TT : 2 perawat
b. Hasil Work Shop Perawatan oleh Dep.Kes RI di Ciloto tahun 1971 menyebutkan
bahwa jumlah tenaga keperawatan : pasien = 5 : 9 tiap shift
Catatan : dinas dalam 24 jam dibagi 3 shift
Ada 1 tim pengganti (aflos)
Hari kerja efektif / tahun 225 – 260 hari
Libur mingguan 52 hari
Cuti tahunan 12 hari
Hari besar 10 hari
Sakit/ijin 12 hari
Cuti hamil rata-rata 29 hari
c. Menurut Pemerintah Filipina tahun 1984.
1) Jam rata-rata kebutuhan perawatan setiap pasien dalam 24 jam
Interne 3,4 jam
Bedah 3,5 jam
Campuran bedah dan interne 3,4 jam
Post partum 3 jam
Bayi 2,5 jam

68
Anak-anak 4 jam
2) Proporsi rata-rata kebutuhan perawatan yang diberikan :
 40% keperawatan non-profesional
 60% keperawatan ptofesional
3) Kebutuhan keperawatan setiap pasien dalam 24 jam menurut Althaus et.al (1982)
dan Kirk (1981) :
 Level 1 (kebutuhan perawatan minimal) yaitu 3,2 jam
 Level II (kebutuhan keperawatan intermediate) yaitu 4,4 jam
 Level III (kebutuhan keperawatan maksimal) yaitu 5,6 jam
 Level IV (kebutuhan keperawatan intensive-care) yaitu 7,2 jam.
4) Klasifikasi pasien:
Klasifikasi pasien diperlukan guna menghitung kebutuhan akan perawatan pasien
selama 24 jam sehingga dapat menentukan jumlah tenaga perawat yang bertugas.
Hanson menyusun kategori pasien dan ajm perawatan sebagai berikut :
a) Kategori I disebut sebagai kategori Self Care membutuhkan waktu perawatan
setiap pasien dalam 24 jam sebanyak 1-2 jam dengan rata-rata waktu
perawatan efektif 1,5 jam.
b) Kategori II disebut juga kategori Minimal Care, membutuhkan waktu
perawatan setiap pasien dalam 24 jam sebanyak 3–4 jam dengan rata-rata
waktu perawatan efektif 3,5 jam.
c) Kategori III disebut juga kategori Intermediate Care, membutuhkan waktu
perawatan setiap pasien dalam 24 jam sebanyak 5-6 jam dengan rata-rata
waktu perawatan efektif 7,5 jam.
d) Kategori IV disebut juga kategori Modified Intensice Care, membutuhkan
waktu perawatan setiap pasien dalam 24 jam sebanyak 7–8 jam dengan rata-
rata waktu perawatan efektif 7,5 jam.
e) Kategori V disebut juga kategori Intensive Care, membutuhkan waktu
perawatan setiap pasien dalam 24 jam sebanyak 10-14 jam dengan rata-rata
waktu perawatan efektif 12 jam.

Menggunakan system klasifikasi pasien berdasarkan perhitungan kebutuhan tenaga


(Gilles, 1989). Berikut in adalah beberapa teknik menghitung jumlah perawat yang dibutuhkan.
a. Menghitung Jumlah Perawat Pertahun
Jika diasumsikan:
1) Jumlah jam kerja perawat / hari = 8 jam (3 shift dalam 24 jam).
2) Jumlah hari kerja dalam setahun 301 hari (365 – 52 hari libur - 12 cuti tahunan).
3) Jumlah jam keperawatan setiap pasien dalam sehari = 3,5 jam (jam rata-rata kebutuhan
perawatan setiap pasien dalam 24 jam bagi pasien bedah menurut Departemen Kesehatan
Philipina 1984).

69
4) Rata-rata pasien dalam satu hari = BOR × TT = 82% × 30 TT = 25 pasien
5) Cara mencari BOR (bed Occupancy Rate – Cakupan pemanfatan Tempat Tidur) dengan
menggunakan sebagai berikut:

Jumlah Hari Perawatan


× 100 %
Jumlah Tempat Tidur × 365 Hari
Cara menghitung jumlah hari perawatan
Jumlah hari perawatan adalah jumlah hari perawatan seluruh pasien yang pernah dirawat
di ruang perawatan tersebut selama 1 tahun. Sebagai contoh pada tahun 2007 ruang perawatan
Bedah Wanita yang berkapasitas 30 TT mearawat 1500 pasien. Masing-masing pasien setelah
dijumlah hari perawatannnya sebanyak 9000 hari. Maka BOR ruang Bedah Wanita adalah:
9000 9000
× 100 %= ×100 %=82 %
30× 365 10950
Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah :

jumlah jam keperawatan yang dibutuhkan/hari ×rata−rata jumlah pasien/ hari× jumlah hari /tahun
{ jumlah hari/ tahun−hari libur masing tiap perawat /tahun }× jumlah jam kerja tiap perawat / hari
jumlah jam keperawatan yang dibuutuhkan/tahun
=
jumlah jam keperawatan yang diberikan perawat /tahun
Jadi:
3 ,5 ×25 × 365 31937
= =13 , 26 dibulatkan=14 perawat
(365−64) ×8 2408
Selanjutnya kita hitung jumlah rill perawat yang bertugas setiap hari dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:

Jumlah perawat yang bekerja perhari


rata−rata jumlah klien perhari ( BOR ) ×rata−rata jumlah jam keperawatan/ pasien perhari
jumlah jam kerja perawat perhari
Jadi:
25× 3 , 5
=87 , 5=10 , 9 , dibulatkan=11 perawat
8
Juga dapat kita hitung jumlah perawat yang libur tidak bertugas setiap harinya dengan rumus
sebagai berikut:
Jumlah libur perhari

70
jumlah hari kerja tidak efektif × jumlah tenaga yang bekerja perhari
jumlah hari kerja efektif

Jadi
64 ×11
=2, 33 , dibulatkan=3 perawat
301
Untuk menghitung jumlah perawat tambahan atau cadangan yang diperlukan dengan
memperhatikan jumlah perawat yang akan cuti melahirkan. Berdasarkan contoh diatas bila 14
orang perawatyang bertugas terdiri dari PUS (Pasangan Usia Subur) atau sedang hamil sebanyak
7 perawat dan sisanya masih belum menikah maka jumlah perawat yang diperlukan sebagai
tambahan atau cadangan dapat dihitung degan rumus sebagai berikut:
Jika diasumsikan tenaga yang (akan) cuti melahirkan (CM) adalah 50%, maka tambahan
tenaga sbb:
% CM × jumlah perawat ×CM 12 Mg ×6 Hr × jam kerja perhari yang diperlukan
hari kerja efektif pertahun× jam kerja perhari
Jadi:
50 % ×14 × 12× 6 ×8 4032
= =1 , 67=2 perawat
301× 8 2408
Dengan demikian diperoleh rencana jumlah tenaga perawat yang diperlukan dalam 1
tahun untuk ruang Bedah wanita yang berkapasitas 30 tempat tidur sebanyak:
Total perawat yang diperlukan :14 + 2 = 16 perawat
kemudian kita hitung jumlah perawat yang bertugas sehari-hari menurut shift tugas dengan
rumus sebagai berikut:
Shift Presentase shift × total Jumlah perawat setiap
perawat tugas setiap hari shift
Pagi 47 % × 11 5,17 dibulatkan 5
Sore 36 % × 11 3,96 dibulatkan 4
Malam 17 % × 11 1,97 dibulatkan 2

71
b. Menghitung jumlah perawat setiap hari

Selain menghitung jumlah perawat yang dibutuhkan dalam satu tahun kita juga dapat
menghitung jumlah perawat yang dibutuhkan setiap hari. Jumlah perawat yang tugas sehari-hari
pada setiap shift dapat kita hitung dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Tetapkan klasifikasi pasien dengan melakukan sensus harian pasien menggunakan lembar
klasifikasi pasien . sehingga akan kita peroleh klasifikasi setiap pasien pada hari itu, apakah
minimal care, partial care atau total care
2) Hitunglah jumlah perawat yang diperlukan dengan melihat tabel berikut ini.

Jumlah kebutuhan tenaga perawat berdasarkan klasifikasi pasien diruang rawat


Jumla Klasifikasi pasien
h Minimal Intermediate/partial Total
pasien Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam
1 0,17 0,14 0,10 0,27 0,15 0,07 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,30 0.81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60
4 0,68 0,56 0,40 1,08 0,60 0,28 1,44 1,20 0,80
5 0,85 0,70 0,50 1,35 0,75 0,35 1,80 1,50 1,00
6 1,02 0,84 0,60 1,62 0,90 0,42 2,16 1,80 1,20
7 1,19 0,98 0,70 1,89 1,05 0,49 2,52 2,10 1,40
8 1,36 1,12 0,80 2,16 1,20 0,56 2,88 2,40 1,60
9 1,53 1,26 0,90 2,43 1,35 0,63 3,24 2,70 1,80
10 1,70 1,40 1,00 2,70 1,50 0,70 3,60 3,00 2,00

Sebagai contoh ruang Penyakit Dalam Wanita saat ini merawat 20 orang pasien. Setelah
dilakukan sensus harian klasifikasi pasien diperoleh klasifikasi 10 orang minimal care, 7 orang
intermediate/parsial care dan 3 orang total care, maka jumlah perawat yang dibutuhkan setiap
shift adalah sebagai berikut:

72
Jumlah kebutuhan perawat berdasarkan klasifikasi pasien setiap shift
Jumlah dan Shift
klasifikasi pasien Pagi Sore Malam
Minimal care = 10 10 × 0,17 = 1,70 10 × 0,14 = 1,40 10 × 0,10 = 1,00
Parsial care = 7 7 × 0,27 = 1,89 7 × 0,15 = 1,05 7 × 0,07 =0,49
Total care = 3 3 × 0,36 = 1,08 3 × 0,30 = 0,90 3 × 0,20 =0,60
Jumlah perawat 4,67 = 5 orang 3,35 = 4 orang 2, 09 = 2 orang

Dengan demikian maka ruang Penyakit Dalam Wanita pada hari tersebut sebanyak 11
orang terdiri dari:
5 orang bertugas pada shift pagi, 4 orang bertugas pada shift sore dan 2 orang bertugas
pada shift malam. Total perawat yang bertuas pad hari itu = 14 orang perawat. Perlu diingat
bahwa perhitungan diatas dilakukan setiap hari dengan melakukan sensus harian klasifikasi
pasien setiap pagi terlebih dahulu.

1.2 METODE PERHITUNGAN KEBUTUHAN TENAGA KEPERAWATAN

Berikut ini akan dipaparkan beberapa pedoman dalam penghitungan kebutuhan tenaga
keperawatan di ruang rawat inap.
1. Metode rasio
Metode penghitungan dengan cara rasio menggunakan jumlah tempat tidur sebagai
pembanding dari kebutuhan perawat yang diperlukan. Metode ini paling sering digunakan karena
sederhana dan mudah. Kelemahan dari metode ini adalah hanya mengetahui jumlah perawat
secara kuantitas tetapi tidak bisa mengetahui produktivitas perawat di rumah sakit dan kapan
tenaga perawat tersebut dibutuhkan oleh setiap unit di rumah sakit. Metode ini bisa digunakan
jika kemampuan dan sumber daya untuk perencanaan tenaga terbatas, sedangkan jenis, tipe, dan
volume pelayanan kesehatan relatif stabil.

73
Tabel 1. Rasio jumlah tempat tidur dan kebutuhan perawat.
Rumah sakit Perbandingan

KELAS A DAN B TT : Tenaga Medis = (4-7) : 1


TT : Tenaga Keperawatan =1:1
TT : Nonkeperawatan =3:1
TT : Tenaga Nonmedis =1:1

KELAS C TT : Tenaga Medis =9:1


TT : Tenaga Keperawatan = (3-4) : 2
TT : Nonkeperawatan =5:1
TT : Tenaga Nonmedis =3 : 4

KELAS D TT : Tenaga Medis = 15 : 1


TT : Tenaga Keperawatan =2:1
TT : Tenaga Nonmedis = 6: 1

Khusus Disesuaikan

Cara perhitungan ini masih ada yang menggunakan, namun banyak rumah sakit yang
lambat laun meninggalkan cara ini karena adanya beberapa alternatif perhitungan yang lain yang
lebih sesuai dengan kondisi rumah sakit dan profesional.

2. Metode need
Metode ini dihitung berdasarkan kebutuhan menurut beban kerja. Untuk menghitung
kebutuhan tenaga, diperlukan gambaran tentang jenis pelayanan yang diberikan kepada pasien
selama di rumah sakit. Sebagai contoh untuk pasien yang menjalani rawat jalan, ia akan
mendapatkan pelayanan, mulai dari pembelian karcis, pemeriksaan perawat/dokter, penyuluhan,
pemeriksaan laboratorium, apotek dan sebagainya. Kemudian dihitung standar waktu yang
diperlukan agar pelayanan itu berjalan dengan baik.

74
a. Hudgins
Perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan di ruang rawat jalan menggunakan metode
dari Hudgins, yaitu menetapkan standar waktu pelayanan pasien rawat jalan.
Tabel 2. Standar waktu pelayanan pasien rawat jalan
Lama waktu (menit) untuk pasien
Kegiatan
Baru Lama
Pendaftaran 3 4
Pemeriksaan dokter 15 11
Pemeriksaan asisten dokter 18 11
Penyuluhan 51 0
Laboratorium 5 7
Penghitungan menggunakan rumus:
rata−rata jam kerja perawatan/hari × jumlah rata−rata pasien/hari
Jumlah jam kerja/hari

b. Douglas
Douglas (1984) menyampaikan standar waktu pelayanan pasien rawat inap sebagai
berikut.
1) Perawatan minimal memerlukan waktu: 1 – 2 jam/24 jam.
2) Perawatan intermediet memerlukan waktu: 3 – 4 jam/24 jam.
3) Perawatan maksimal/total memerlukan waktu: 5 -6 jam/24 jam.
Penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori tersebut adalah sebagai berikut.
1) Kategori I: perawatan mandiri
a. Dapat melakukan kebersihan diri sendiri, seperti mandi dan ganti pakaian.
b. Makan dan minum dilakukan sendiri.
c. Pengawasan dalam ambulasi atau gerakan.
d. Observasi tanda vital setiap shift.
e. Pengobatan minimal, status psikologi stabil.
f. Persiapan prosedur pengobatan.
2) Kategori II: perawatan intermediate
a. Dibantu dalam kebersihan diri, makan dan minum, ambulasi.

75
b. Observasi tanda vital tiap 4 jam.
c. Pengobatan lebih dari satu kali.
d. Pakai kateter foley.
e. Pasang infus intake-output dicatat.
f. Pengobatan perlu prosedur.
3) Kategori III: perawatan total
a. Dibantu segala sesuatunya, posisi diatur.
b. Observasi tanda vital tiap 2 jam.
c. Pemakaian selang NGT.
d. Terapi intravena.
e. Pemakaian suction.
f. Kondisi gelisah/disorientasi/tidak sadar.
Catatan:
 Dilakukan satu kali sehari pada waktu yang sama dan sebaiknya dilakukan oleh perawat yang
sama selama 22 hari;
 Setiap pasien minimal memenuhi 3 kriteria berdasarkan klasifikasi pasien;
 Bila hanya memenuhi satu kriteria maka pasien dikelompokkan pada klasifikasi diatasnya.
Douglas menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam suatu unit perawatan
berdasarkan klasifikasi pasien, dimana masing-masing kategori mempunyai nilai standar per shift
Nilai standar jumlah perawat per shift berdasarkan klasifikasi pasien

Jumla Klasifikasi pasien

Minimal Parsial Total


Pasien P S M P S M P S M
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60

Dst

76
3. Metode demand
Cara demand adalah perhitungan jumlah tenaga menurut kegiatan yang memang nyata
dilakukan oleh perawat. Setiap pasien yang masuk ruang gawat darurat dibutuhkan waktu
sebagai berikut:
a. Untuk kasus gawat darurat : 86,31 menit.
b. Untuk kasus mendesak : 71,28 menit.
c. Untuk kasus tidak mendesak : 33,09 menit.

Hasil penelitian di RS Provinsi Filipina, menghasilkan data sebagaimana tercantum


dalam tabel berikut
Rata-rata jam perawatan yang dibutuhkan selama 24 jam
Jenis pelayanan Rata-rata jam perawatan/hari/pasien
Nonbedah 3,4
Bedah 3,5
Campuran bedah dan nonbedah 3,5
Postpartum 3
Bayi baru lahir 2,5

4. Metode Gilles
a. Rumus kebutuhan tenaga keperawatan di satu unit perawatan adalah:
A x B xC F
= =H
( C−D ) x E G
Keterangan:
A = rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari
B = rata-rata jumlah pasien/hari (BOR x jumlah tempat tidur)
C = jumlah hari/tahun
D = jumlah hari libur masing-masing perawat
E = jumlah jam kerja masing-masing perawat
F = jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun
G = jumlah jam kerja efektif per tahun

77
H = jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut

b. Jumlah tenaga yang bertugas setiap hari:


Rata−rata jam perawatan /hari x Rata−rata jumlah jam perawatan/hari
Jumlah jam kerja efektif /hari

c. Asumsi jumlah cuti hamil 5% (usia subur) dari tenaga yang dibutuhkan maka jumlah jam
kerja yang hilang karena cuti = 5% x jumlah hari cuti hamil x jumlah jam kerja/hari
Tambahan tenaga:
5 % x Jumlah tenaga x Jumlah jam kerja cuti hamil
Jumlah jam kerja efektif /tahun
Catatan:
1) Jumlah hari tak kerja/tahun
Hari minggu (52 hari) + cuti tahunan (12 hari) + hari besar (12 hari)+ cuti sakit/izin (10
hari)= 86 hari.
2) Jumlah hari kerja efektif/tahun
Jumlah hari dalam 1 tahun – jumlah hari tak kerja = 365 – 86 = 279 hari.
3) Jumlah hari efektif/minggu = 279 : 7 = 40 minggu
Jumlah jam kerja perawat per minggu = 40 jam .
4) Cuti hamil = 12 x 6 = 72 hari.
5) Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan disatu unit harus ditambah 20% (untuk
antisipasi kekurangan /cadangan).
6) Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift, yaitu dengan ketentuan. Proporsi
dinas pagi 47%, sore 36%, dan malam 17%.
7) Kombinasi jumlah tenaga menurut Abdellah dan Levinne adalah 55% tenaga profesional
dan 45% tenaga nonprofesional.

Prinsip perhitungan rumus Gilles:


Dalam memberikan pelayanan keperawatan ada tiga jenis bentuk pelayanan, yaitu
sebagai berikut.
a. Perawatan langsung, adalah perawatan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan
pasien baik fisik, psikologis, sosial, dan spiritual. Berdasarkan tingkat ketergantungan pasien

78
pada perawatdapat diklasifikasikan dalam empat kelompok, yaitu: self care, partial care, total
caredan intensive care.Rata-rata kebutuhan perawatan langsung setiap pasien adalah empat jam
per hari. Adapun waktu perawatan berdasarkan tingkat ketergantungan pasien adalah:
a) Self care dibutuhkan ½ x 4 jam : 2 jam
b) Partial care dibutuhkan ¾ x 4 jam : 3 jam
c) Total care dibutuhkan 1 – 1½ x 4 jam : 4 -6 jam
d) Intensive care dibutuhkan 2 x 4 jam : 8 jam

b. Perawatan tak langsung, meliputi kegiatan-kegiatan membuat rencana perawatan,


memasang/menyiapkan alat, konsultasi dengan anggota tim, menulis dan membaca catatan
kesehatan, melaporkan kondisi pasien. Dari hasil penelitian RS Graha Detroit = 38
menit/pasien/hari, sedangkan menurut Wolfe dan Young = 60 menit/pasien/hari, dan penelitian
di Rumah Sakit John Hopkins dibutuhkan 60 menit/pasien.
c. Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada pasien meliputi aktivitas, pengobatan
serta tindak lanjut pengobatan. Menurut Mayer dalam Gilles (1996), waktu yang dibutuhkan
untuk pendidikan kesehatan ialah 15 menit/pasien/hari.

5. Metode formulasi Nina


Dalam metode ini terdapat lima tahapan dalam menghitung Kebutuhan tenaga.
a. Tahap I
Dihitung A = Jumlah jam perawatan pasien dalam 24 jam per pasien.
b. Tahap II
Dihitung B = Jumlah rata-rata jam perawatan untuk seluruh pasien dalam satu hari.
c. Tahap III
Dihitung C = Jumlah jam perawatan seluruh pasien selama setahun.
d. Tahap IV
Dihitung D = Jumlah perkiraan realistis jam perawatan yang dibutuhkan selama
setahun. D = C x BOR/80, 80 adalah niat tetap untuk perkiraan realistis jam perawatan.
e. Tahap V
Didapatkan E = Jumlah tenaga perawat yang diperlukan.
E = D/1878

79
Angka 1878 didapatkan dari hari efektif per tahun (365 – 52 hari minggu = 313 hari) dan
dikalikan dengan jam kerja efektif per hari (6 jam).

6. Metode hasil lokakarya keperawatan


Penentuan kebutuhan tenaga perawat menurut Lokakarya Keperawatan dengan mengubah
satuan hari dengan minggu. Rumus untuk penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan adalah
sebagai berikut.

Jam perawatan 24 jam x 7 (tempat tidur x BOR)


+25 %
hari kerja efektif x 40 jam

Formula ini memperhitungkan hari kerja efektif yaitu 41 minggu yang dihitung dari: 365
– (52 hari minggu + 12 hari libur nasional + 12 hari cuti tahunan) = 289 minggu. Nilai 40 jam
didapat dari jumlah jam kerja dalam seminggu. Tambahan 25% adalah untuk penyesuaian
terhadap produktivitas.

7. Menghitung tenaga perawat berdasrkan Full Time Equivalent (FTE).


Keputusan untuk penentuan jumlah dan jenis perawat adalah berdasarkan pada populasi
pasien yang mendapatkan perawatan, tingkat pendidikan dan Keterampilan perawat serta filosofi
organisasi tentang perawat dan perawatan pasien. Penentuan jumlah dan jenis perawat dilakukan
berdasarkan Full Time Egulvalent (FTE). Konsep FTE didasarkan bahwa seseorang perawat
bekerja penuh waktu dalam setahun, artinya bekerja selama 40 jam/ minggu atau 2.080 jam
dalam periode 52 minggu. Jumlah waktu tersebut meliputi waktu produktif maupun
nonproduktif., sedangkan yang hanya dipertimbangan hanya waktu produktif yang digunakan
untuk perawatan pasien. Cara ini juga mempertimbangkan hari perawatan dan klasifikasi pasien
berdasarkan tingkat ketergantungannya karena akan mempengaruhi jumlah jam perawatan yang
dibutuhkan.
Contoh perhitungan FTE dan tenaga perawat :
Total beban kerja unit (W) atau jumlah jam kerja perawat dapat ditentukan berdasarkan jumlah
terata jam perawat dalam 24 jam (ACH) dan hari perawatan pasien (PD) mengunakan rumus
berikut.

80
5
W= ( PDi x ACHi)
£
Keterangan :
W = Beban kerja (Workload)
PD = Hari perawatan pasien (patient days)
ACH = Rerata jumlah jam kerja perawat (Average Care Hours per 24 hours)
£ = Jumlah tingkat klasifikasi pasien.
5 = Konstants sesuai tingkat klasifikasi pasien.
Rerata jam perawatan dan hari rawat pasien
Tingkat klasifikasi pasien Rerata jam perawatan dalm Proyeksi jumlah hari rawat
24 jam pasien
1 3.5 1.500
2 5.0 2.500
3 9.0 3.000
4 13.0 2.100
5 17.5 1.100

Berdasarkan hasil table diatas dapat dihitung bahwa total beban kerja unit adalah 91.300
jam.
Informasi tambahan yang didapat adalah :
a) 1 FTE = 2.080 jam
b) Persentase jam produksi perawat adalah 85% ( jadi rerata jam produksi adalah 1.768/FTE)
c) Tenaga perawat di unit dijadwalakn bekerja sesuai standar yaitu 55% untuk sif siang dan
45% untuk sif malam.
d) Kualifikasi tenaga perawat adalah 75% Registered Nurse (RN), 15% Licensed Practical
Nurse (LPN), 10% Nurse Assistants (NA).

Tenaga perawatan keseluruhan yang dibtuhkan adalah sebagai berikut.


91.300 jam yang dibtuhkan dalam setahun
= 51.64 FTE tenaga perawat yang dibutuhkan dalam
1.769 jam produktif /FTE
satu tahun.
Jumlah perawat yang dibutuhkan pada sif siang dan malam dihitung dengan cara berikut;

81
a. Siang 51.64 FTE X55% =28,4 FTE
b. Malam 51.64 FTE X 45% =23.2 FTE

Jenis tenaga perawat yang dibtuhkan ditentukan dengan cara berikut;


a. Siang :
 RN: 28,4 X 75% = W21,3
 LPN: 28,4 X 15% = 4,26
 NA: 28,4 X 10% =2,84
b. Malam:
 RN: 23,2 x 75% = 17,4
 LPN: 23,2 x 15% =3,48
 NA: 23,2 x 10% = 2,32

8. Berdasarkan pengelompokan unit kerja di rumah sakit (Depkes,2011).

Kebutuhan keperawatan (perawat dan bidan) harus memperhatikan unit kerja yang ada
dirumah sakit. Secara garis besar terdapat pengelompokan unit kerja dirumah sakit sebagai
berikut.
a. Rawat inap

Berdasarkan klasifikasi pasien cara perhitungannya berdasarkan :


 Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus;
 Jumlah perawtat yang dibutuhkan/hari/pasien;
 Jam perawatan yang diperlukan/ruang/pasien;
 Jam kerja efektif tiap perawat atau bidan 7 jam per hari;

Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan adalah :


jumlah jam perawatan
jam kerja efektif per sif
Untuk perhitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (factor koreksi dengan hari
libur/cuti/hari besar (loss day).

Loss day =

82
jumlah hari minggu 1 tahun+ cuti+hari besar
= jumlah perawat tersedia
jumlah hari kerja efektif
Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas nonkeperawatan (non-nursing
jobs), seperti; membuat perincian pasien pulang, kebersihan.
Ruangan kebersihan alat-alat makan pasien dan lain-lain, diperkirakan 25% dari jam
pelayanan keperawatan.
(Jumlah tenaga keperawatan + loss day) x 25%
Jumlah tenaga : tenaga yang tersedia + factor koreksi
 Tingkat ketergantungan pasien
Pasien diklasifikasikan dalam beberapa kategori yand didasarkan pada kebutuhan terhadap
asuhan keperawatan /kebidanan.
1) Asuhan keperawatan minimal (minimal care), dengan kriteria :
a) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri;
b) Makan dan minum dilakukan sendiri;
c) Ambulasi dengan pengawasan;
d) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap dif;
e) Pengobatan minimal, status psikologis stabil;
2) Asuhan keperawatan sedang dengan kriterial:
a) Kebersihan diri dibantu dan makan minum dibantu;
b) Obsevasi tanda-tanda vital setiap empat jam;
c) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali;
3) Asuhan keperawat agak berat, dengan kriteria:
a) Sebagian besar aktivitas dibantu;
b) Observasi tanda-tanda vital setiap 2-4 jam sekali;
c) Terpasang katerter foley, intake dan output dicatat;
d) Terpasang infus;
e) Pengobstan lebih dari sekali;
f) Persiapan pengobatan memerlukan prosedur;
4) Asuhan keperawatan maksimal, dengan kriteria:
a) Segala aktivitas dibantu oleh perawat;
b) Posisi pasien diatur dan observasi tanda-tanda vital setiap dua jam;

83
c) Makan memerlukan NGT, dan mrnggunakan suction;
d) Gelisa/ disorentasi.

Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah :


jumlah jam perawatan diruanganhari
jam efektif perawatan
Untuk perhitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (factor koreksi) dengan: Harian
libur/cuti/hari besar(loss day)
Loss day =
jumlah hari minggu dalam 1 tahun+ cuti+hari besar
+ jumlah perawat yang
jumlah hari kerja efektif
dibutuhkan
Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas nonkeperawatan (non nursing
jobs) seperti contohnya: membuat perincian pasien pulang, kebersihan raugan, kebersihan alat-
alat makan pasien, dan lain-lain (jumlah tenaga keperawatan + loss day)x 25%
b. Jumlah tenaga untuk kamar operasi
1) Dasar perhitungan tenaga di kamar operasi:
a) Jumlah dan jenis operasi;
b) Jumlah kamar operasi;
c) Pemakaian kamar operasi (diprediksi 6 jam per hari) pada hari kerja;
d) Tugas perawat di kamar operasi: instrukmentator, perawat sirkulasi (2 orang/tim);
e) Tingkat ketergantungan pasien :
 Operasi besar 5 jam/operasi;
 Operasi sedang 2 jam/operasi;
 Operssi kecil 1 jam/operasi;

Rumus :
( jumlah jam perawatan/ jumlah operasi ) xjumlah perawat dalam tim
jam kerja efektif /hari

c. Jumlah tenaga di ruang penerimaan

84
1) Ketergantungan pasien diruang penerimaan : 15 menit
2) Ketergantungan di RR 1 jam
jumlah jam perawatan x rata−rata jumlah pasien/hari
jam kerja efektif /hari
Perhitungan diatas dengan kondisi alat tenun dan set operasi dipersiapkan oleh CSSD
d. Jumlah tenaga kerja instalasi gawat darurat
Dasar perhitungan digawat darurat adalah :
1. Rata- rata jumlah pasien per hari
2. Jumlah jam perawatan perhari
3. Jam efektif per hari

rata−rata jumlah pasien x jumlah perawatan /hari


jam kerja efektif /hari
Ditambah lost day 86/279 x jumlah kebutuhan
e. Critical care
Rata-rata jumlah pasien/hari = 10
Jumlah jam perawatan/ hari =12
rata−rata jumlah pasien/harix jumlah jam perawatan /hari
jam eektif /hari ( 7 jam ) x 60 menit
Ditambah koreksi 15%
f. Kamar bersalin
Waktu pertolongan kala I-V =4jam/pasien
Jam kerja efektif =7 jam/hari
Rata-rata jumlah pasien setiap hari =10 orang
jumlah setiap hari rata−rata x 4 jam
7 jam /hari
2. Latihan
1. Identifikasi visi misi di ruang rawat tempat Anda bekerja! cocokkan dengan konsep yang
telah Andapelajari, temukan beberapa hal berdasarkan analisa situasi, buat rencana sesuai
konsep, pilih salah satu yang memungkinkan Anda buat!
2. Buat rencana kerja harian dinas pagi, sore dan malam (24 jam), rencana mingguan dan
bulanan di ruang perawatan sesuai peran (kepala ruang, ketua tim dan perawat pelaksana)

85
3.Rangkuman
Perhitungan tenaga keperawatan merupakan salah satu bagian penting dalam pemberian
pelayanan kesehatan di rumah sakit, hal ini bertujuan menghitung beban kerja berdasarkan
tugas dan fungsi setiap pelayan kesehatan, termasuk perawat.
C. PENUTUP
Manajemen keperawatan adalah suatu rangkaian kegiatan pelayanan keperawatan yang di
laksanakan oleh perawat yang menerapkan fungsi-fungsi perencanaan, perorganisasian,
pengarahan dan pengendalian dalam mencapai pelayanan keperawatan yang profesional
dengan berprinsip efektif dan efisien.

1. Formatif
Sebuah ruangan dengan jumlah jam perawatan 98 jam/ hari dengan jumlah jam kerja per shift 7
jam. Catatan: Jumlah hari minggu dalam 1 tahun: 52hr; cuti tahunan: 12 hari; hari besar: 14 hari
dan jumlah hari kerja efektif: 286 hari.
1. Sebuah ruangan dengan jumlah jam perawatan 98 jam/ hari dengan jumlah jam kerja per
shift 7 jam. Catatan: Jumlah hari minggu dalam 1 tahun: 52hr; cuti tahunan: 12 hari; hari
besar: 14 hari dan jumlah hari kerja efektif: 286 hari.
Berapakah jumlah perawat murni yang dibutuhkan pada ruangan di atas? (tidak termasuk
loss day, non-nursing jobs)
a. 11
b. 12
c. 13
d. 14
e. 15
2. Sebuah ruangan dengan jumlah jam perawatan 98 jam/ hari dengan jumlah jam kerja per
shift 7 jam. Catatan: Jumlah hari minggu dalam 1 tahun: 52hr; cuti tahunan: 12 hari; hari
besar: 14 hari dan jumlah hari kerja efektif: 286 hari.
Berapakah tenaga keperawatan yang diperlukan untuk menutupi loss day pada ruangan
di atas?
a. 3,5 orang
b. 3,6 orang
c. 3,7 orang
d. 3,8 orang
e. 4 orang
3. Sebuah ruangan dengan jumlah jam perawatan 98 jam/ hari dengan jumlah jam kerja per
shift 7 jam. Catatan: Jumlah hari minggu dalam 1 tahun: 52hr; cuti tahunan: 12 hari; hari
besar: 14 hari dan jumlah hari kerja efektif: 286 hari.Berapakah tenaga non-nursing jobs
yang dibutuhkan pada ruangan di atas?

86
a. 4,1 orang
b. 4,3 orang
c. 4,5 orang
d. 4,6 orang
e. 4,7 orang
4. Berapakah jumlah total perawat yang dibutuhkan?
a. 19
b. 20
c. 21
d. 22
e. 23

2. Umpan Balik
3. Penjelasan Jawaban
4. Cara Penilaian
Nilai mahasiswa didapatkan dengan menentukkan jumlah benar dibagi dengan jumlah
soal dikalikan seratus; dengan rentang nilai sebagai berikut :
A = 78-100
B =68-77
C = 56-67
D = 42-55
E =<42
5. Tindak Lanjut
Bagi mahasiswa yang belum lulus (mendapat nilai D atau E diberikan
kesempatan untuk belajar lagi dan ujian ulang untuk perbaikan nilai.
6. Referensi
Anwar kurniadi. 2013. Manajamen keperawatan dan prospektifnya. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia

Nursalam . 2002. Manajemen Keperawatan:Aplikasi dalam Praktek Keperawatan


Profesional. Jakarta: Salemba Medika

87
BAB VI
PENGORGANISASIAN PELAYANAN DI RUANG PERAWAT
Elisabeth Herwanti, S.Kp.,M.Kes

A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat: Pokok bahasan ini membahas tentang pengorganisasian yang
merupakan pengelompokan/pengaturan kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan
organisasi, yang meliputi supervisi, koordinasi dengan unit kerja lain secara
vertical/atasan dan horizntal/bawahan.
2. Relevansi: pokok bahasan ini sangat relevan dengan peran dan fungsi seorang perawat
yang harus mampu pengelompokan/pengaturan kegiatan yang dilakukan untuk mencapai
tujuan organisasi,
3. Capaian Pembelajaran
Setelah mengikuti perkuliahan konsep manajemen keperawatan mahasiswa dapat:
1. Menjelaskan pengertian pengorganisasian
2. Menjelaskan prinsip – prinsip perngorganisasian
3. Menjelaskan dimensi pengorganisasian
4. Menjelaskan pembagian kerja dan pendelegasian
5. Menjelaskan manajemen waktu
6. Menjelaskan teori perubahan

B. PENYAJIAN
1. Uraian
1.1 Pengertian
Pengorganisasian adalah pengelompokan/pengaturan kegiatan yang dilakukan untuk
mencapai tujuan organisasi, yang meliputi supervisi, koordinasi dengan unit kerja lain secara
vertical/atasan dan horizntal/bawahan (Depkes Ri, 2001). Adaun hersey & Blanchard (1977,
dalam La Monica 1998) menyatakan pengorganisasian adalah kegiatan mengintegrasikan
semua sumber daya, semua bertujuan agar kelompok mau bekerjasama. Gibson, Ivancevich
& Donally (1996) mengartikan pengorganisasian adalah kegiatan mendisain tujuan dan

88
wewenang tiap pekerjaan individu, menetapkan mana pekerjaan yang masuk dalam
kelompok menajer mencari metode dan proses agar pekerjaan dapat terintegrasi dengan
baik.

Penulis berpendapat pengorganisasian adalah kegiatan mengorganisasikan semua sumber


daya termasuk sumber daya manusia agar mau bekerjasama dan berkoordin sehingga jelas
fungsi, tugas dan tanggung jawabnya msing-mehingga hasil akhir pengorganisasian adalah
menetapkan siapa, melakukan apa, dengan
siapa bekerja.
1.2 Kegiatan Pengorganisasian Manajemen Keperawatan

Beberapa kegiatan pengorganisasian manajemen keperawatan yang bisa dilakukan oleh


seorang manajer keperawatan antara lain :
1. Mengelompokan dan membagi kegiatan yang harus dilakukan. Tugas atau kegiatan
seharusnya diberikan kepada semua staf yang disesuaikan degan kompentensi dan
tanggung jawabnya.
2. Menentukan jalinan hubungan kerja antar tenaga kesehatan. Hal ini dibutuhkan agar
komunikasi antar perawat dan tenaga kesehatan lainnyabisa mendukung kegiatan
sehari-hari.
3. Menciptakan penugasan yang kondusif. Berarti semua tugas dapat dilaksanakan
secara sukarela dan optimal tanpa ada rasa curiga antar perawat.

1.3 Tujuan Pengorganisasian Manajemen keperawatan

Tujuan pengorganisasian manajemen keperawatan adalah


1. Mempermudah pelaksanaan tugas dengan membagi tugas sesuai fungsinya. Untuk itu
kejelasan pembuatan SOP misalnya mudah dimengerti oleh semua staf agar terhindar
dari duplikasi makna dan tugas.
2. Mempermudah pengawasan. Pembagian tugas yang jelas akan mempermudah
pengawasan semua kegiatan yang telah dilaksanakan.

1.4 Fungsi pengorganisasian dalam menejemen keperawatan

89
Fungsi ;pengorganisasian adalah salah satu fungsi menejemen yang juga mempunyai
peranan penting seperti fungsi perencanaan , melalui fungsi pengorganisasian , seluruh
sumber daya yang dimilikiorganisasi (manusia dan bukan manusia) akan diatur
penggunaannya secara efekytif dan efesien untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan. Untuk dapat melaksanakan fungsi pengorganisasian dengan baik , menejer
harus memehami prinsip pengirganisasian. Terdapat empat hal yang menjadi dasar untuk
melakukan proses pengorganisasian meliputi pembagian kerja ,pengelompokan pekerjaan
, penentuan relasi ,antara bagian dalam organisasi, serta penentuan mekanisme utnuk
mengintegrasikan aktivitas antar bagian dalam organisasi atau koordinasi.
Pengorganisasian pelayanan keperawatan secara optimal dapat meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan yang diberikan. Pengorganisasian pelayanan keperawatan
diruangan rawat meliputi struktur organisasi ruang rawat , pengelompokkan kegiatan
(metode penugasan dan pengawasan), koordinasi kegiatan dan evaluasi kegiatan
kelompok kerja yang bertujuan memberikan gambaran tentang struktur organisasi dalam
pelayanan keperawatan untuk mencapai tujuan. Fungsi pengrorganisasian merupakan
proses mencapai tujuan dengan koordinasi kegiatan dan usaha , dan melalui penataan,
pola struktur ,tugas , otoritas , tenaga kerja , dan komunikasi. Pengorganisasian adalah
langkah untuk menetapkan , menggolongklan dan mengatur berbagai kegiatan ,
menetapkan tugas-tugas pokok dan wewenang , dan pendelegasian wewenang oleh
pimpinan kepada staf dalam rangka mencapai tujuan organisasi .
Organisasi juga dapat dikajidari bagaimana pimpinan menggunakan organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi sebagai alat pimpinan . ada tiga aspek penting dalam
pengorganisasian meliputi :
1. Pola struktru yang berarti proses hubungan interaksi yang dikembangkan
secara efektif
2. Penataan setiap kegiatan yang merupakan kerangka kerja dalam organisasi
3. Struktru kerja organisasi termasuk kelompok kegiatan yang sama.
Pola hubungan antar kegiatan yang berbeda , penetapan tenaga yang tepat , dan
pembinaan cara kominkasi yang efektif antar perawat juga merupakan aspek yang
penting.

90
Pengelolaan kegiatan asuhan keperawatan dapat ditetapkan sesuai dengan kebutuhan
klien, misalnya unit raweat anak memerlukan kegiatan asuhan yang bertujuan memenuhi
tumbub kembangnya. Pengorganisasian dapat diuraikan sebagai rangkaian aktivitas
dalam menyusun suatu kerangka kerja yang menjadi wadah bagi semua kegiatan usaha
kerja sama. Dengan mengembangkan fungsi pengorganisasian , menejr keperawatan
dapat mengetahui :

1. Pembagian tugas kelompok dan perorangan.


2. Hubungan organisator antar manusia yang menjadi anggota atau staf organisasi
3. Pendelegasian wewenang
4. Pemanfaatan staf dan fasilitas fisik yang dimiliki organisasi

Tedapat enam langka penting dalam melaksanakan fungsi pengorganisasian dalam


menejemen keperawatan yaitu :
1. Tujuan organisasi institusi layanan keperawatan harus dipahami oleh staf
2. Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan-kegiatan pokok untuk
mencapai tujuan
3. Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan kegiatan yang praktis(elemen
kegiatan)
4. Menetapkan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf yang menyediakan
fasilitas pendukung yang diperlukan untuk dilaksanakan tugasnya
5. Penugasan personel yang cakap yaitu memilih dan menetapkan staf yang
dipandang mampu melaksanakan tugas
6. Pemdelegasian wewenang
Dalam pembagian tugas, harus diperhatikan keseimbangan antara wewenang dan
tanggungjawab staf
2.2 Prinsip-prinsip Pengorganisasian Manajemen Keperawatan
Adapun prinsip-prinsip pengorganisasian manajemen keperawatan terdiri dari:
1. Pembagian kerja
Prinsip dasar untuk mencapai efisiensi adalah bahwa pekerjaan dibagi-bagi sehingga
setiap orang memiliki tugas tertentu. Oleh karena itu , kepala bidang keperawatan perlu
mengetahui tentang,

91
1. Pendidikan dan pengalaman setiap staf , peran dan fungsi perawat yang
diterapkan di RS tersebut.
2. Mengetahui ruang lingkup tugas kepala bidang keperawatan dan kedudukan
dalam organisasi
3. Mengetahui batas wewenang dalam melaksanakan tugas dan tanggunga
jawabnya .
4. Mengetahui hal-hal yang dapat didelegasikan kepada staf dan kepada tenaga non
keperawatan
2. Pendelegasian tugas
dalam batas-batas tertentu.keuntungan bagi staf . keuntungan bagi staf dengan
Pendelegasian yaitu kelimpahan wewenang dan tanggungjawab kepada staf untuk
bertindak melakukan pendelegasian adalah mengembangkan rasa tanggungjawab ,
meningkatkan pengetahuan dan rasa percaya diri, berkualitas , lebih berkomitmen dan
puas pada pekerjaan
3. Koordinasi
Koordinasi adalah keselarasan tindakan usaha , sikap dan penyesuaian antar tetangga
yang berada di bangsal . keselarasan ini dapat terjalin antar perawat dengan anggota tim
kesehatan lain , maupun dengan tenagan dari bagian bagian lain , koordinasi memiliki
manfaatsebagai berikut :
1. Menghindari perasaan lepas antar tugas yang ada di bangsal atau bagian dan
perasaan lebih penting dari yang lain.
2. Menumbuhkan rasa saling membantu
3. Menimbulkan kesatuan tindakan dan sikap antar staf
Koordinasi dapat dilakukan dengan cara komunikasi terbuka , dialog , pertemuan atau
rapat , pencatatan dan juga pelaporan , pembukuan formulir yang berlaku
4. Manajemen waktu

Setiap orang harus membiasakan dalam membagi waktu dalam sehari untuk
melakukan aktivitas apa saja. Kemampuan mengelola waktu merupakan setengah
keberhasilan seseorang dalam mencapai tujuan hidupnya. Bila seorang manajer gagal
dalam memanage waktu maka gagal juga tujuan dan sasaran suatu organisasi yang

92
dipegangnya. Betapa pentingnya membagi waktu untk kegiatan rutin dan non rutin.
Karena kegiatan non rutin lebih menentukan keberhasilan seorang manajer.
5. Metode penugasan pelayanan keperawatan
Ada beberapa metode pelayanan keperawatan yang bisa diterapkan di pelayanan
keperawatan. Hal ini juga dipengaruhi oleh jenis dan klasifikasi perawat yang dimiliki
dan kebijakan organisasi. Tujuan utama metode penugasan pelayanan keperawatan
adalah meningkatkan efektifitas dan efesiensi asuhan keperawatan. Hasil akhir adalah
kecepatan dan ketepatan kesembuhan pasien dengan memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang lebih baik daripada sebelum sakit sehingga mampu mempertahankan
kesehatannya dengan merubah pola hidup yang lebih sehat di rumah.
6. Teori perubahan
Pengertian change atau perubahan adalah suatu proses yang diakibatkan perilaku individu
atau kelompok yang merubah.teori perubahan merupakan suatu ilmu pengetahuan yang
berkembang karena adanya perubahan budaya manusia.
2.3 Dimensi pengorganisasian
Organisasi memiliki suatu bentuk tugsa-tugas dirumuskan, ditetapkan, dan pekerjaan
individual distruktur mempengaruhi upaya dengan apa organisasi dicapai. Manajemen
keperawatan merupakan pengalokasian aktifitas keperawatan yang dilaksanakan oleh para
perawat dalam upaya memberikan pelayanan keperawatan yang merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan.
Pengorganisasian dalam keperawatan dimaksudkan untuk mengelompokkan aktifitas-
aktifitas dengan sasaran untuk mencapai tujaun yng telah ditentukan. Penugasan masing-
masing kelompok diberikan kepada pimpinan yang diberi wewenang untuk mengawasi
sekaligus melakukan koordinasi denga unit lain baik secara horizontal maupun vertikal.

2.4 Pembagian kerja dan pendelegasian


2.4.1 Pembagian kerja
Pembagian kerja disini maksudnya bahwa semua pekerjaan dibagi kepada staf sehingga
setiap individu memiliki tugas tertentu dan jelas serta ada pengaturan pekerjaan yang
tepat atau untuk menentukan apa hasil kerja sesuai dengan tujuan, dan tidak ada
duplikasi. Untuk itu seorang kepala ruangan harus mengerti staf perawat dalam hal:

93
a. Pendidikan dan pengalaman tiap karyawan.
b. Peran dan fungsi perawat di institusi.
c. Tahu ruang lingkup tugas kepala bidang keperawatan dan kedudukannya di institusi.
d. Tahu batasan wewenang, tugas dan tanggung jawab.
e. Tahu hal-hal yang didelegasiakan kepada perawat dan non perawat.

Agar jelas dalam pembagian kerja maka diperlukan


a. Job Description.
Job Description adalah kerangka kerja karyawan yang dibuat disesuaikan dengan posisi
jabatan dalam mengerjakan tugas.
b. Pengembangan Prosedur
Pengembangan prosedur adalah kegiatan pengarahan untuk melakukan pekerjaan agar
sesuai dengan yang digariskan di tujuan organisasi.
c. Description
Description adalah pembuatan hasil kerja berupa standar kerja agar mudah dilaporkan
kepada atasan lebih tinggi.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembagian kerja


a. Jumlah tugas yang dibebankan kepada seseorang disesuaikan dengan kemampuannya
agar berjalan optimal.
b. Tiap bangsal memiliki rincihan tugas yang jelas dan tertulis serta ditempatkan yang
mudah dilihat semua stafnya.
c. Variasi tugas bagi seseorang diusahakan sejenis.
d. Mencegah terjadinya pengotakan antar tenaga, agar suasana harmonis, saling
ketergantungan terjalin dengan baik.
e. Penggolongan tugas berdasarkan kepentingan mendesak, tingkat kesulitan an
waktu/dadline, agar bisa menumpuk jiwa disiplin dan tanggung jawab.
2.4.2 Pendelegasian Tugas

Pengertian delegation menurut ANA (2005) adalah penyerahan tanggung jawab kinerja atas
suatu tugas dari satu individu kepada individu lain sedangkan pertanggung jawaban tetap
tergantung outcome/hasilnya. Pendelegasian tugas merupakan pelimpahan wewenang dan

94
tanggung jawab kepada staf untuk melakukan tindakan dengan batas kewenangan tertentu.
Umumnya orang menganggap pendelegasian sepertinya hal yang remeh. Akan tetapi
sebenarnya hal yang sangat penting dalam memberikan kontribusi terhadap proses
kepemimpinan organisasi. Dalam pendelegasian mengandung unsur mentoring dan regenerasi
yang baik atau alami serta memiliki nilai bagaimana mengelola sumber daya yang efektif dan
efisien dengan kemampua terbatas. Menurut Rose K.N.,(2008) pendelegasian yang baik harus
melihat The Five Rights of Delegation yang meliputi: tugas/pekerjaan, lingkungan sekitarnya,
orang yang ditunjuk, adanyapengarahan,/komunikasi yang baik, dan dilakukan supervise atau
evaluasi.
Pendelegasian kepada orang lain berarti:
a. Seorang pemimpin dapat melakukan kegiatan lain yang lebih bermanfaat.
b. Pengembangan dan latihan manajemen keperawatan/memberi kesempatan bawahan
untuk belajar berkembang.
c. Meningkatkan rasa cinta/kepuasan sebagai staf (ada tanggung jawab, rasa percaya diri,
aktualisasi diri).

Kondisi ketidakefektifan dalam pendelegasian


Delegasi dalam praktek keperawatan proffesional sering mengalami masalah dimana proses
delegasi tidak dilaksanakan secara efektif. Hal ini dikarenakan 3 hal:
a. Under-delegasi : perlimpahan tugas terlalu sedikit. Staf diberi wewenang sangat sedikit.
Terbatas dan sering tidak terlalu jelas.
b. Over-delegasi : pemberian delegasi berlebihan. Disini dapat terjadi penyalagunaan
wewenang.
c. Unproper-delegasi :

Hambatan pendelegasian
a. Meyakini pendapat : bila kamu ingin melaksanakan dengan tepat maka kerjakan sendiri. Tapi
tidak semua orang mau sehingga pelu dilatih walaupun kadang perlu sedikit sedikit paksaan
karena ditunjuk.
b. Kurang percaya diri. Karena belum pernah maka pengalaman baru akan dijadikan masukan
dan bila berhasil akan menambah rasa percaya diri sebagai atasan/manajer dikemudian hari.

95
c. Takut dianggap malas. Untuk menghindari salah tunjuk kepada orang yang malas maka atasan
pasti menunjuk orang yang kompeten sehingga bila salah tunjuk untuk menghindari pura-pura
mampu.
d. Takut kehilangan kendali. Hal ini bisa dicegah agar tidak terjadi berlebihan dalam mengambil
wewenang maka perlu adanya arahan dan monitorig tipa hari dari jarak jauh agar tidak
melebihi wewenangnya.
e. Merasa tidak pasti tentang apa dan kapan didelegasikan . hal ini dicermati dengan cara
membuat kesepakatan tertulis agar jelas apa yang dikerjakan dan sampai kapan bertugas.
f. Takut tidak disukai staf lain. Apabila stafnya lebih yunior yang ditunjuk. Untuk itu dijelaskan
kepada staf lai kenapa orang ini yang ditunjuk.
g. Menolak mengambil risiko. Mengambil risiko dalam pembuatan keputusan harus dilatih
dengan mau menerima delegasi sehingga timbul kemampuan yang baik dalam pengambilan
keputusan yang tepat dan cepat.
h. Kurang kontrol. Untuk menghindari bisa dilakukan oleh atasan dengan menyuruh laporan
lewat komunikasi tiap pagi atau sore.
i. Kurang contoh dari pimpinan lain. Agar bisa mencontoh yang baik maka disarankan agar
memilih beberapa senior yang berhasil sebagai prototipe tauladan sehingga selalu melakukan
kegiatan baik dan benar.
j. Kurang percaya pada staf. Atasan yang kurang percaya pada bawahan harus berani melatih
yunior agar biasa menerima tanggug jawab yang lebih dari biasanya.

Sifat Pendelegasian
Pendelegasian dikatakan berhasil bila memiliki sifat-sifat:
a. Sifat kegiatan adalah kegiatan yang rutin dan bisa diberikan wewenang lebih tetapi harus
dimonitor dan diberikan kepada staf yang mampu.
b. Kemampuan staf, dipilih orang yang mampu dan tugasnya jangan terlalu susah/berat karena
bisa menambah masalah, atau jangan terlalu ringan karena akan diremehkan.
c. Hasil yang diharapkan adalah sesuai tujuan unit tetapi bkan untuk perencanaan yang sifatnya
strategik, dan pekerjaan/kegiatan harus utuh mulai awal sampai akhir.

Petunjuk/Pedoman Pendelegasian
Agar kegiatan pendelegasian efektif, maka ada beberapa pedoman sebagai berikut:

96
a. Jangan kacau dengan pelemparan tugas karena pelemparan tugas sama dengan menghindari
tugas sehingga akan membuat kesal staf yang lain.
b. Jangan takut salah bila menerima pendelegasian.
c. Jangan diberikan kepada individu yang kurang terampil/pengalaman.
d. Kembangkan ketrampilan dan pengetahuan staf dengan memberikan pengarahan yang jelas.
e. Perlihatkan rasa percaya akan kemampuan staf.
f. Antisipasi kesalahan dan ambil pemecahan masalahnya.
g. Hindari kritik berlebihan bila ada kesalahan.
h. Berikan penjelasan yang jelas dan menyeluruh.
i. Berikan instruksi yang jelas, tanggung jawab, wewenang, tanggung gugat, dan dukungan
lainnya.
j. Berikan pengakuan dan penghargaan terhadap tugas yang telah dilaksanakan oleh staf, anpa
mengurangi harga diri pemberi delegasi (delegator).

Langkah-langkah pendelegasian efektif


Setiap manajer menginginkan agar pendelegasian yang akan diberikan stafnya dapat berjalan
dengan baik dan benar. Untuk itu maka perlu dibuat langkah-langkah sebagai berikut:
a. Tetapkan tugas yang didelegasikan.
b. Pilih orang yang tepat.
c. Berikan uraian tugas dengan jelas, bila perlu tertulis.
d. Uraikan hal spesifik yang diharapkan.
e. Jelaskan batas wewenang dan tanggung jawab.
f. Minta staf tersebut menyimpulkan pokok tugasnya dan cek kesiapannya.
g. Tetapkan waktu untuk pengontrolan.
h. Evaluasi hasilnya.

2.5 Manajemen Waktu


Setiap orang harus membiasakan dalam membagi waktu dalam sehari untuk melakukan
aktivitas apa saja. Kemampuan mengelola waktu merupakan setengah keberhasilan
seseorang dalam mencapai tujuan hidupnya. Bila seorang manajer gagal dalam
memanage waktu maka gagal juga tujuan dan sasaran suatu organisasi yang dipegangnya.

97
Betapa pentingnya membagi waktu untk kegiatan rutin dan non rutin. Karena kegiatan
non rutin lebih menentukan keberhasilan seorang manajer.
Musuh terbesar dalam karier seorang ,manusia adalah waktu , waktu yang telah
terlewat dengan sia-sia atau percuma tidak dapat kembali begitu saja dan tidak dapat
dibeli dengan uang . terdapat enam prinsip menejemen waktu yang kreatif , yakni selalu
aktif (bukan reaktif ) tentukan sasaran , tentukan prioritas dalam bertindak , pertahanan
focus , ciptakan tenggat waktu yang realistis.
Perawat bekerja sehari selama 8 jam, sehingga dalam seminggu adalah 8 jam. Adapun
perawat bisa memanfaatkan waktu 8 jam tiap shiftnya untuk kegiatan anatara lain
melakukan pelayanan keperawatan yaitu pemanfaatan waktu untuk pasien adalah 75%
sedangkan untuk manajemen adalah 25%.
Menejemen waktu yang dapat dilakukan perawat yaitu :
1. Mengatur jadwal kerja
2. Disiplin dengan jadwal kerja
3. memotivasi perawat
4. Walaupun dikejar deadline namun isi otak harus tetap rileks
5. Jangan panic harus tetap tenang
6. Berusahalah sebaik mungkin
Pemanfaatan waktu yang efektif
Agar dalam pemanfaatan waktu menjadi efektif, maka perlu mengendalikan waktu dengan
cara:
a. Analisa waktu yang dipakai dengan membuat jadwal dan kategori kegiatan.
b. Memeriksa kembali tiap porsi kategori sesuai waktu yang ada.
c. Menentukan prioritas pekerjaan menurut kegawatan, mendesak dan tidak mendesak/rutin.
d. Mendelegasikan kepada bawahan, bila memang sifat pekerjaannya tidak komplek atau
strategik.

Hambatan manajemen waktu


Ada beberapa kondisi dimana karena sesuatu hal makan pemanfaatan waktu malah menjadi
hambatan dalam menyelesaikan tugas, mialnya:
a. Terperangkap dalam pekerjaan rutin sehingga hilang tujuan yang akan dicapai
sebenarnya.

98
b. Menunda pekerjaan baru atau dianggap berat karena takut salah.
c. Adanya tamu yang datang tidak direncanakan.
d. Telepon yang diluar jadwal resmi baik menerima yang berhubungan dengan
dinas/pekerjaaan maupun yang sifatnya pribadi/keluarga.
e. Rapat tidak produktif, yaitu terlalu membuka usulan dan tidak tegas dalam
menentukan keputusun.
f. Peraturan open door, yaitu tidak ada batasan terhadap orang yang mau bertemu.
Karena tidak ada batas waktu untuk menerima orang sehingga waktu yang ada tidak
bisa menyeleaikan pekerjaan yang seharusnya selesai.
g. Tidak bisa berkata tidak. Bila semua keputusan tidak bisa segera diselesaikan
terutama mengatakan hal-hal menyinggung perasaan/menolak atau menyatakan
kesalahan orang lain, maka ini akan membuang waktu.

Prioritas dalam manajemen waktu


Ada tiga kategori dalam memprioritaskan waktu yaiu:
1. jangan dikerjakan
2. kerjakan nanti
3. kerjakan sekarang

kategori prioritas waktu


Kategori prioritas waktu

No Kategori Karakteristik

1. Jangan dikerjakan 1. Masalah dapat hilang tanpa diatasi


2. Sudah kadaluarsa
3. Dapat dikerjakan oleh orang lain.
2. Dikerjakan nanti 1. Tidak diserta jatuh tempo
2. Dapat ditunda
3. Dapat diperlambat
Alasan penundaan tugas:
1. Tidak ingin memulai
2. Tidak tau dari maana memulai.
3. Tidak tau dari mana memulai
meskipun ingin memulai.

99
3 Dikerjakan sekarang 1. Kebutuhan unit operasional harian.
2. Kegiatan-kegiatan yang telah
ditunda, misalnya:
a. Kebutuhan staf
b. Kebutuhan peralatan
c. Rapat

2.6 Teori perubahan


Pengertian change atau perubahan adalah suatu proses yang diakibatkan perilaku
individu atau kelompok yang merubah. teori perubahan merupakan suatu ilmu
pengetahuan yang berkembang karena adanya perubahan budaya manusia. Perubahan akan
selalu bermakna karena selalu mengarah kepada kemajuan dan bermanfaat bagi perawat
dan pelanggan (pasien, keluarga dan masyarakat). Walaupun dalam pelaksanaan ternyata
tidak semua orang mau mengikuti perubahan.ada yang menolak perubahan dengan keras,
ada yang lansung menerima dan ada yang bertahap.Semua itu berdasarkan kepada seberapa
jauh paparan pengetahuan tentang perubahan yang perna diterima secara rasional.
Manusia memiliki perbedaan level dalam menghadapi setiap ada perubahan yang
mengenakan atau menyenagkan. Pada hakekatnya manusia secara naluri memiliki
kebutuhan:
1.) Merubah keseimbangan yang lebih baik secara personal/individu, kelompok ataupun
komunitas.
2.) Mengadakan penyelidikan atau eksplorasi terhadap hal-hal baru
3.) Menyempurnakn apa yang sudah dialami saat sekarang.
4.) Menerapkan ide dan konsep baru yang dinilai lebih baik.
5.) Mencari hal-hal yang belum tercapai

Perkembangan profesi keperawatan tidak lepas dari konsep berubah yang dimiliki oleh para
praktisi, akademisi atau seorang yang masih ingin mengembangkan keperawatan, yang memiliki
keyakinan dan teori perubahan yang di milikinya. Sebagian gambaran dalam merubah profesi
keperawatan ke arah yang lebih profesional, ada beberapa teori perubahan yang dapat diketahui
seperti:
a. Kurt Lewin (1951)

100
Perubahan menurut Kurt Lewin 1951, seseorang yang akan mengadakan sesuatu harus
memiliki konsep tentang perubahan yang tercantum dalam tahap proses perubahan
tersebut menjadi terarah dan mencapai tujuan yang ada. Tahap tersebut antara lain:
1. Tahap Pencairan (unfreezing), pada tahap awal ini yang dapat dilakukan bagi
seseorang yang mau mengadakan proses perubahan adalah harus memiliki motivasi
yang kuat untuk merubah dari keadaan semula dengan merubah terhadap
keseimbangan yang ada. Disampig itu juga perlu menyiapkan diri dan siap untuk
merubah atau melakukan perubahan.
2. Tahap Bergerak (moving), pada tahap ini sudah dimulai adanya suatu pergerakan ke
arah sesuatu yang baru atau perkembangan terbaru. Proses perubahan tahap ini dapat
terjadi apabila seseorang telah memiliki informasi yang cukup serta sikap dan
kemampuan untuk berubah, juga memilki kemampuan dalam memahami masalah
serta mengetahui langkah-langkah dalam menyesuaikan masalah.
3. Tahap Pembekuan (refreezing), pada tahap ini merupakan tahap pembekuan dimana
seseorang yang mengadakan perubahan kelak mencapai tingkat atau tahapan yang
baru dengan keseimbangan yang baru. Proses pencapaian yang baru perlu
dipertahankan dan selalu terdapat upaya mendapatkan umpan balik, pembinaan
tersebut dalam upaya mempertahankan perubahan yang telah dicapai.

Berdasarkan langkah-langkah menurut Kurt Lewin dalam proses perubahan ditemukan banyak
hambatan. Hambatan tersebut yang akan mempertahankan status quo (menetap) agar tidak
terjadi perubahan. Diperlukan kemampuan yang benar-benar ada dalam konsep perubahan sesuai
dengan tahapan perubahan.
Faktor pendorong terjadinya perubahan :
Kebutuhan dasar manusia :
Kebutuhan yang belum terpenuhi akan memotivasi perilaku sebagaimana teori kebutuhan
maslow (1954).
Kebutuhan dasar interpersonal :
Manusia memiliki tiga kebutuhan dasar interpersonal yang melandasi sebagian besar perilaku
seseorang:
1) Kebutuhan untuk berkumpuk bersama-sama
2) Kebutuhan untuk mengendalikan/melakukan kontrol;

101
3) Kebutuhan untuk dikasihi, kedekatan dan perasaan emosional.

Faktor penghambat :
Menurut New dan Couillard (1981), faktor penghambat (restraining force) terjadinya perubahan
yang disebabkan oleh :
1) Adanya ancaman terhadap kepentingan pribadi.
2) Adanya persepsi yang kurang tepat.
3) Reaksi psikologis.
4) Toleransi untuk berubah rendah.

Strategi perubahan
Perubahan dalam organisasi dalam 3 tingkatan yang berbeda, yaitu: individu yang bekerja di
organisasi tersebut, perubahan struktur dan system, dan perubahan hubungan interpersonal.
Strategi membuat perubahan daat dikelompokan menjadi 3 hal :
1. Memiliki visi yang jelas
Visi ini merupakan hal yang sederhana dan utama, karena visi akan mempengaruhi
pandangan orang lain. Misalnya visi . F kennedy “menetapkan seseorang di bulan
sebelum akhir abada ii “. Visi harus disusun secara jelas, ringkas, mudah dipahami dan
dapat dilaksanakan oleh setiap orang.
2. Menciptakan iklim atau budaya organisasi yang kondusif
Menciptakan iklim yang kondusif dan rasa saling percaya adalah hal yang penting.
Perubahan akan lebih baik kalau mereka percaya terhadap seseorang terhadapt kejujuran
dan nilai-nilai yang diyakini. Orang yang berani mengambil suatu resiko terhadap
perubahan, apabila mereka dapat berfikir jenih dan tidak emosional dalam menghadapi
perubahan. Setiap perubahan harus diciptakan suasana keterbukaan, kejujuran, dan secara
langsung.
Menurut potter dan O’Grady (1986) upaya yang harus ditanamkan dalam menciptakan
iklim yang kondusif adalah:
a. Kebebasan untuk berfungsi secara efektif
b. Dukungan dari sejawat dan pimpinan

102
c. Kejelasan harapan tentang lingkungan kerja
d. Sumber yang tepat untuk praktik secara efektif
e. Iklim organisasi yang terbuka
3. Sistem komunikasi yang jelasm, singkat dan berkesinambungan
Komunikasi merupakan unsur yang pentin dalam perubahan. Setiap orang perlu
dijelaskan tentang perubahan untuk menghindari “rumor atau informasi yang salah”.
Semakin banyak orang mengetahui tentang keadaan, semakin baik mereka mampu dan
dapat memberikan pandangan kedepan dan mengurangi kecemasan serta ketakutan
terhadap perubahan.
Menurut silber (1993) komunikasi satu arah (top-down) tidak cukup dan sering
menimbulkan kebingungan karena orang tidak tahu yang aka terajdi.
4. Keterlibatkan orang yang tepat
Perubahan perlu disusun oleh orang-orang yang kompeten, begitu rencana sudah tersusun
maka segeralah melibatkan orang lain pada setiap jabatan diorganisasi, karena
keterlibatanberdampak terhadap dukungan dan advocacy.
Alasan perubahan
Lewin (1951) mengidentifikasi beberapa hal dan alasan yang harus dilaksanakan oleh seorang
manajer dalam merencanakan suatu perubahan, yaitu:
1) Perubahan hanya boleh dilaksanakan untuk alasan yang baik.
2) Perubahan harus secara bertahap
3) Semua perubahan harus direncanakan dan tidak secara drastis atau mendadak
4) Semua individu yang terkena perubahan harus dilibatkan dalam perencanaan perubahan.

Menurut Kurt Lewin, perubahan terjai karna munculnya tekanan-tekanan terhadap organisasi,
individu, atau kelompok. Jadi ia memfokuskan pada pernyataan “mengapa”, yaitu mengapa
individu-individu, kelompok, atau organisasi berubah. Dari situ ia mencari tau bagaimana
perubahan dapat dikelola dan menghasilkan sesuatu. Lewin berkesimpulan bahwa kekuatan
tekanan (driving force) akan berhadapan dengan keengganan (resistances) untuk berubah.
Perubahan itu sendiri dapat terjadi dengan memperkuat “driving force” itu, atau melemahkan
“resistances to change”. Dari situlah Lewin merumuskan langkah-langkah yang dapat di ambil
untuk mengelola perubahan, yaitu unfreezing, changing, refreezing, merupakan suatu proses
penyadaran tetang perlunya atau adanya kebutuhan untuk berubah. Changing merupakan langkah

103
yang berupa tindakan, baik memperkuat “driving forces” maupun memperlemah resistances.
Refrezzing merupakan upaya membawa kembali organisasi kepada keseimbangan yang baru (a
new dynamic equilibrium).

2. Latihan
Berikan contoh kegiatan pengorganisasian di suatu ruang rawat rumah sakit .

2. Rangkuman
Pengorganisasian dalam keperawatan dimaksudkan untuk mengelompokkan aktifitas-
aktifitas dengan sasaran untuk mencapai tujaun yng telah ditentukan. Penugasan masing-
masing kelompok diberikan kepada pimpinan yang diberi wewenang untuk mengawasi
sekaligus melakukan koordinasi denga unit lain baik secara horizontal maupun vertikal.

D. PENUTUP
1. Tes Formatif
1. Kepala ruangan di unit keperawatan luka bakar suatu RS kurang mendelegasikan
tugasnya (under delegation), banyak tugas yang diselesaikan sendiri.
Mengapa pemimpin tersebut tidak efektif dalam melaksanakan tugas tersebut?
a. Terlalu percaya pada bawahan
b. Penilaian subyektif terhadap staf
c. Obyektif terhadap staf dalam penilaian
d. Kepercayaan pada bawahannya kurang
e. Memberikan penilaian terlalu tinggi pada staf
2. Seorang kepala ruangan sebagai pemimpin perlu mempunyai ketrampilan manajemen
waktu. Kepala ruangan perlu memperhatikan katagori prioritas waktu yang dapat
ditunda. Manakah berikut ini yang termasuk katagori prioritas waktu tersebut?
a. Kegiatan yang dapat dikerjakan oleh orang lain.
b. Kebutuhan unit operasional harian ruangan.
c. Masalah yang hilang tanpa diatasi
d. Kegiatan rapat yang telah ditunda
e. Kebutuhan peralatan ruangan
3. Seorang kepala ruangan sedang melakukan perubahan di ruangan yang menjadi
tanggungjawabnya berkaitan tentang metode penugasan yang saat ini pada tahaap
pembekuan atau refreezing. Manakah berikut ini yang perlu dilakukan kepala ruangan
tersebut?
a. Melibatkan personil yang berpengaruh
b. Memberikan informasi manfaat perubahan
c. Memotivasi staf agar memahami perubahan
d. Memberi pemahaman perlunya ada perubahan
e. Pembinaan untuk mempertahankan perubahan

104
4. Seorang ketua tim sedang mengikuti overan tugas/ timbang terima tugas di suatu
ruangan rawat sebuah rumah sakit. Kepala ruangan menggunakan kesempatan tersebut
menjalankan fungsi pengarahan kepada ketua tim tersebut. Manakah hal yang dilakukan
kepala ruangan dalam kegiatan ini?
a. Mengkomunikasikan susunan organisasi yang telah dirancangnya.
b. Membandingkan kinerja dengan standar yang telah ditetapkan
c. Memotivasi agar dalam bekerja memperhatikan aspek caring
d. Memeriksa dokumen asuhan keperawatan yang telah dibuat.
e. Mengajak keliling ruangan rawat untuk mengecek pasien
5. Seorang perawat pelaksana mengikuti timbang terima tugas dari dinas malam kepagi.
Kepala ruangan pada kesempatan itu menjalankan fungsi pengarahan pada stafnya.
Bagaimanah fungsi tersebut dijalankan oleh kepala ruangan tersebut
a. Membagi tugas dan wewenang yang sama untuk semua staf.
b. Memberi instruksi agar staf bekerja efektif dan efisien untuk mencapai tujuan.
c. Memberi kesempatan mengembangkan kompetensi staf secara merata
d. Mengupayakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman
e. Membandingkan kinerja staf dengan standar yang ada

2. Umpan Balik
No Kunci Jawaban
1 D
2 C
3 E
4 C
5 B

3. Penjelasan Jawaban
No. Uraian
Soal
1. Jawaban yang benar adalahD. Pemimpin yang tidak percaya pada bawahan
cenderung mengerjakan tugasnya sendiri dan kuran mendelegasikan

2 Jawaban yang benar adalah C. Katagori prioritas waktu yang dapat ditunda bila tidak
berdampak serius atau masalah dapat hilang tanpa diatasi
3 Jawaban yang benar adalah E.. . Setelah terjadi perubahan dapat berlanjut apabila
ada pembinaan berkala

4 Jawaban yang benar adalah C. Pengarahan diaplikasikan dalam bentuk memberikan


motivasi agarbawahan bekerja sebaik-baiknya

5 Jawaban yang benar adalah B. Melalui Pengarahan diharapkan tujuan dapat

105
tercapai.

4. Cara Penilaian
Nilai mahasiswa didapatkan dengan menentukkan jumlah benar dibagi dengan jumlah
soal dikalikan seratus; dengan rentang nilai sebagai berikut :
A = 78-100
B =68-77
C = 56-67
D = 42-55
E =<42
5. Tindak Lanjut
Bagi mahasiswa yang belum lulus (mendapat nilai D atau E diberikan
kesempatan untuk belajar lagi dan ujian ulang untuk perbaikan nilai.

6. Referensi

Anwar kurniadi. 2013. Manajamen keperawatan dan prospektifnya. Jakarta : Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia

Chesca, 1990. ”Perencanaa Pulang Pasien”. Makalah Kuliah untuk Ners. Jakarta.

Keliat, BA. 1996. Peran serta Keluarga dalam Keperawatan Pasien di Rumah Sakit.
Jakarta: EGC

Nursalam . 2002. Manajemen Keperawatan:Aplikasi dalam Praktek Keperawatan


Profesional. Jakarta: Salemba Medika

106
BAB VII
METODE PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN
Kori Limbong, S.Kep.Ns.,M.Kep

A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat: Pokok bahasan ini membahas tentang metode [emberian asuhan
keperawatan. Prinsip pemilihan metode penugasan adalah : jumlah tenaga, kualifikasi staf
dan klasifikasi pasien.
2. Relevansi: pokok bahasan ini sangat relevan dengan peran dan fungsi seorang perawat
yang harus mampu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai metode penugasan yang
ditetapkan.
3. Capaian Pembelajaran
Setelah mengikuti perkuliahan metode asuhan keperawatan mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan metode asuhan keperawatan
2. Menjelaskan timbang terima

B. PENYAJIAN
1. Metode asuhan keperawatan
Prinsip pemilihan metode penugasan adalah : jumlah tenaga, kualifikasi staf dan klasifikasi
pasien. Adapun jenis-jenis metode penugasan yang berkembang saat ini adalah sebagai berikut :
A. Metode fungsional merupakan metode yang berdasarkan orientasi tugas dari filosofi
keperawatan yang merupakan pengorganisasian tugas pelayanan keperawatan yang
didasarkan kepada pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan.
Metode Fungsional Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan
asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu
karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya
107
melakukan satu sampai dua jenis intervensi, misalnya merawat luka kepada semua pasien
di bangsal.
Contoh: Perawat A bertugas menyutik, perawat B tugasnya mengukur suhu badan klien.
Seorang perawat dapat melakukan dua jenis tugas atau lebih untuk semua klien yang ada
di unit tersebut. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas tersebut dan
menerima laporan tentang semua pasien serta menjawab semua pertanyaan tentang
pasien.
Kelebihan :
1. Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tiugas yang jelas dan
pengawasan yang baik.
2. Sangat baik untuk Rumah Sakit yang kekurangan tenaga.
3. perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pasien
diserahkan kepada perawat junior dan atau belum berpengalaman.
4. Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staff atau peserta didik yang praktek
untuk ketrampilan tertentu.

Kelemahan :
1. Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat.
2. Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses keperawatan.
3. Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan ketrampilan saja.
4. Kebutuhan pasien secara individu sering terabaikan
5. Pelayanan pasien secara individu sering terabaikan
6. Pelayanan terputus-putus
7. Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai

Contoh penerapan Metode Fungsional:

Kepala Ruangan

Perawat: Perawat: Perawat: Perawat:


Merawat Luka Pengobatan Personal Hygiene Merawat Infus

Pasien/ klien
108
B. Metode Tim
Metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin
sekelompok tenaga keperawatan dengan berdasarkan konsep kooperatif & kolaboratif
(Douglas, 1992)
Pembagian tugas di dalam kelompok dilakukan oleh pemimpin kelompok, selain itu
pemimpin kelompok bertanggung jawab dalam mengarahkan anggota tim.sebelum tugas
dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien serta membantu anggota
tim dalam menyelesaikan tugas apabila mengalami kesulitan. Selanjutnya pemimpin tim
yang melaporkan kepada kepala ruangan tentang kemajuan pelayanan atau asuhan
keperawatan klien. Metode team adalah metode yang berdasarkan kelompok pada filosofi
keperawatan.
Terdapat sekitar 6-7 perawat profesional dan perawat associate bekerja sebagai suatu tim,
disupervisi oleh ketua tim. Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang
berbeda beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien.
Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/group yang terdiri atas tenaga profesional,
teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu ( Nursalam,
2014).

Kelebihan :
1. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
2. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan. 3) Memungkinkan komunikasi antar
timsehingga konflik mudah diatasi dan memberikan kepuasan kepada anggota tim.

Kelemahan :
1. Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang
biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu
sibuk (memerlukan waktu )
2. Perawat yang belum terampil & kurang berpengalaman cenderung untuk
bergantung/berlindung kepada perawat yang mampu
3. Jika pembagian tugas tidak jelas, maka tanggung jawab dalam tim kabur.
Contoh Pemberian Asuhan dengan Metode Tim:

Kepala Ruangan
109
Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

Perawat Perawat Perawat

C. MetodePasien/
Primerklien Pasien/ klien Pasien/ klien

Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam
terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari masuk sampai keluar rumah sakit.
Mendorong praktek kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat perencana
asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan
terus menerus antara pasien dengan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan,
melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat.

Keuntungan metode primer:


1. Bersifat kontunuitas dan komprehensif
2. Perawata primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan
memungkinkan pengembangan diri
3. Mendorong kemandirian perawat
4. Ada keterikatan pasien dan perawat selama dirawat
5. Memberikan kepuasan kerja bagi perawat
6. Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima asuhan keperawatan.

Kelemahan metode primer:


1. Hanya dapat di lakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan
yang memadai dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan mengambil
keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinis, akuntabel, serta mampu
berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu
2. Perlu kualitas dan kuantitas tenaga perawat
3. Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional

110
4. Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain.
D. Metode Kasus
Metode kasus merupakan metode yang berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi
keperawatan. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan observasi pada pasien
tertentu.

Setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat yang melayani seluruh kebutuhannya
pada saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan
tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.
Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, umumnya
dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk perawatan khusus seperti : isolasi, intensive
care.
Keuntungan metode kasus:
1. Perawat lebih memahami kasus per kasus
2. Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih muda

Kelemahan metode kasus:


1. Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggung jawab
2. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama
3. Kemampuan tenga perawat pelaksana dan siswa perawat yang terbatas sehingga
tidak mampu memberikan asuhan secara menyeluruh
4. Beban kerja tinggi terutama jika jumlah pasien banyak sehingga tugas rutin yang
sederhana terlewatkan

Contoh Pemberian Asuhan dengan Metode Kasus:

Kepala Ruangan

Perawat Perawat Perawat

Pasien/ klien Pasien/ klien Pasien/ klien

111
E. Metode tim primer
Metode tim primer adalah metode gabungan antara metode penugasan tim dengan
metode perawatan primer. Metode ini menugaskan sekelompok perawat merawat pasien
dari datang sampai pulang.
Penerapan sistem model ini didasarkan pada beberapa alasan :
1. Keperawatan primer tidak di gunakan secara murni, karena perawat primer harus
mempunyai latar belakang pendidikan S1 Keperawatan atau setara.
2. Keperawatan tim tidak di gunakan secara murni, karena tanggung jawab asuhan
keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
3. Melalui kombinasi kedua model tersebut di harapkan komunitas asuhan keperawatan
dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer. Disamping itu, karena
saat ini perawat yang ada di rumah sakit sebagain besar adalah lulusan SPK, maka
akan mendapat bimbingan dari perawat primer/ ketua tim tentang asuhan
keperawatan.
Untuk ruang model ini di perlukan 26 perawat. Dengan menggunakan model
modifikasi keperawatan primer ini diperlukan 4 (empat) orang perawat primer (PP)
dengan kualifikasi Ners, di samping seorang kepala ruang rawat, juga Ners, Perawat
Associate(PA) 21 orang, kualifikasi pendidikan perawat asosiasi terdiri atas lulusan
D3 Keperawatan ( 3orang) dan SPK (18 orang).
Keuntungan metode primer modifikasi
1. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
2. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
3. Memungkinkan komunikasi antar tim, sehinggah konflik mudah di atasi dan
memberikan kepuasaan pada anggota tim
4. Saling memberi pengalaman antar sesama tim
5. Bersifat kontunuitas dan komprehensif
6. Mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan memungkinkan
pengembangan diri
7. Mendorong kemandirian perawat
8. Ada keterikatan pasien dan perawat selama dirawat

Kelemahan metode primer modifikasi:

112
1. Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan menjadi tanggung
jawabnya
2. Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan atau
terburu-buru sehingga dapat mengakibatkan kimunikasi dan koordinasi antar anggota
tim terganggu sehingga kelancaran tugas terhambat
3. Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung atau
berlindung kepada anggota tim yang mampu atau ketua tim
4. Perlu kualitas dan kuantitas tenaga perawat
5. Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional
6. Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain.

Contoh Pemberian Asuhan dengan Metode Tim Primer:

Kepala Ruangan

PP 1 PP 2 PP 3 PP 4

PA PA PA PA

PA PA PA PA

PA PA PA PA

Pasien/klien Pasien/klien Pasien/klien Pasien/klien

2. Timbang Terima
2.1 Pengertian

113
Timbang terima memiliki beberapa istilah lain. Beberapa istilah itu diantaranya
handover, handoffs, shift report, signout, signover dan cross coverage. Handover adalah
komunikasi oral dari informasi tentang pasien yang dilakukan oleh perawat pada pergantian
shift jaga. Friesen (2008) menyebutkan tentang definisi dari handover adalah transfer tentang
informasi (termasuk tanggungjawab dan tanggunggugat) selama perpindahan perawatan yang
berkelanjutan yang mencakup peluang tentang pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi tentang
pasien. Handoffs juga meliputi mekanisme transfer informasi yang dilakukan, tanggungjawab
utama dan kewenangan perawat dari perawat sebelumnya ke perawat yang akan melanjutnya
perawatan.
Nursalam (2014), menyatakan timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan
sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien. Handover adalah waktu dimana terjadi
perpindahan atau transfer tanggungjawab tentang pasien dari perawat yang satu ke perawat
yang lain. Tujuan dari handover adalah menyediakan waktu, informasi yang akurat tentang
rencana perawatan pasien, terapi, kondisi terbaru, dan perubahan yang akan terjadi dan
antisipasinya.
2.2. Manfaat.
Bagi Perawat :
1. Meningkatkan komunikasi antarperawat.
2. Menjalin hubungan kerjasama antarperawat.
3. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang berkisanambungan.
4. Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna.
5. Bagi Pasien : Pasien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang
belum terungkap.
2.1.3. Prosedur Timbang Terima.
TAHAP KEGIATAN WAKTU TEMPAT PELAKSANA
Persiapan 1. Timbang terima dilaksanakan setiap Menit Nurse PP, PA
pergantian sif/operan. station
2. Prinsip timbang terima, semua
pasien baru harus masuk dan pasien
dilakukan timbang terima khususnya
pasien yang memiliki permasalahan
yang belum/dapat teratasi.
3. PP/PA menyampaikan timbang
terima kepada PF ( yang menerima

114
pendelegasi) berikutnya. Hal yang
perlu disampaikan dalam timbang
terima :
a. Aspek umum yang meliputi : MI
s/d MS;
b. Jumlah pasien;
c. Identitas pasien dan diagnose
medis;
d. Data (keluhan/subjektif dan
objektif);
e. Masalah keperawatan yang masih
muncul;
f. Intervensi keperawatan yang
sudah dan belum dilaksanakan
(secara umum);
g. Intervensi kolaborasi dan
dependen;
h. Rencana umum dan persiapan
yang perlu dilakukan (persiapan
operasi, pemeriksaan penunjang,
dan program lainnya).

Pelaksan Nurse Station Menit Nurse KARU,PP,PA


1. Kedua kelompok dinas sudah siap station
aan
(sif jaga).
2. Kelompok yang akan bertugas
menyiapkan buku catatan.
3. Kepala ruangan membuka acara
timbang terima.
4. Penyampaian yang jelas, singkat dan
padat oleh perawat jaga (NIC).
5. Perawat sif jaga selanjutnya dapat
melakukan klarifikasi, Tanya jawab
dan malakukan validasi terhadap
hal-hal yang telah ditimbang
terimakan dan berhak menanyakan
mengenal hala-hal yang kurang
jelas.

Di Bed Pasien : Ruangan/


6. Kepala ruangan mrnyampaikan Bed
salam dan PP menayakan kebutuhan Pasien
dasar pasien.
7. Perawat jaga selanjutnya mengkaji
secara penuh terhadap masalah
keperawatan, kebutuhan, dan

115
tindakan yang telah/belum
dilaksanakan serta hal-hal penting
laninya selama masa perawatan.
8. Hal-hal yang sifatnya khusus dan
memerlukan perincian yang matang
sebaiknya dicatat secara khusus
untuk kemudian diserahterimakan
kepada petugas berikutnya.
Post- 1. Diskusi . Menit Nurse KARU, PP, PA
2. Pelaporan untuk timbang terima Station
timbang
dituliskan secara langsung pada
terima format timbang terima yang
ditandatangani oleh PP yang jaga
berikutnya diketahui oleh Kepala
Ruang.
3. Ditutup oleh KARU.

2.1.4. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan.


1. Dilaksanakan tepat pada waktu pergantian sif.
2. Dipimpin oleh kepala ruang atau penanggung jawab pasien (PP).
3. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas.
4. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat,sistematis dan menggambarkan
kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien.
5. Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien.
6. Pada saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume suara yang cukup
sehingga pasien disebelahnya tidak mendengar sesuatu yang rahasia bagi pasien,
sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tudak dibicarakan secara langsung di dekat
pasien.
7. Sesuatu yang mungkin membuat pasien terkejut dan shock sebaiknya dibicarakan di
nurse station.
2.1.5. Alur Timbang Terima.

116
2.1.6. Renstra Timbang Terima.
Pelaksanaan Timbang Terima :
1. Hari /tanggal :
2. Pukul :
3. Topik :
4. Tempat
5. :
Metode :
1. Diskusi :
2. Tanya jawab :

Media:
1. Status pasien.

117
2. Buku timbang terima.
3. Alat tulis.
4. Leaflet.
5. Sarana dan prasarana perawatan.
Pengorganisasian :
1. Kepala Ruang :
2. Perawat primer (pagi) :
3. Perawat primer (sore) :
4. Perawat associate (pagi) :
5. Perawat associate (sore) :
6. Perawat associate (malam) :
7. Perawat associate (libur) :
8. Pembimbing/supervisor :

2.1.6.1 Uraian Kegiatan :


1. Prolog.
pada hari ……jam…… seluruh perawat (PP dan PA) sif pagi dan sore serta
kepala ruang berkumpul di Nurse station untuk melakukan timbang terima.
2. Session I di Nurse Station.
Kepala ruang memimpin dan membuka acara yang didahului dengan doa dan
kemudian mempersilakan PP dinas pagi untuk melaporkan keadaan dan
perkembangan pasien selama bertugas kepada PP yang akan berdinas
selanjutnnya (sore). PP dan PA sif sore memberikan klarifikasi keluhan,
intervensi keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan (secara umum),
intervensi kolaboratif dan dependen, rencana umum persiapan yang perlu di
lakukan ( persiapan, operasi, pemeriksaan penunjang, dan lain-lain), serta hal
yang belum jelas atas laporan tertulis dan lisan, kemudian diteruskan di ruang
perawatan pasien.
3. Session II di ruang perawatan /bed pasien.
Seluruh perawat dan kepala ruang bersama-sama melihat ke bed pasien. PP
dinas selanjutnya mengklarifikasi dan memvalidasi data langsung kepada
pasien atau keluarga yang mengalami masalah khusus. Untuk pasien yang tidak
118
mengalami masalah khusus, kunjungan tetap dilaksanakan bila terdapat hal-hal
yang bersifat rahasia bagi pasien dan keluarga perlu diklarifikasi, maka dapat
dilakukan di nurse station setelah kunjungan ke pasien berakhir
4. Epilog.
Kembali ke nurse station. Diskusi tentang keadaan pasien yang bersifat
rahasia. Setelah proses timbang terima selesai dilakukan, maka kedua PP
menandatangani laporan timbang terima dengan diketahui oleh kepala ruang.
2.1.7 Evaluasi.
1. Struktur.
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia antara lain:
catatan timbang terima, status pasien dan kelompok sif timbang terima. Kepala ruang /
nurse in charge (NIC) memimpin kegiatan timbang terima pada sif sore ke malam di
pimpin oleh perawat primer yang bertugas saat itu.

2. Proses.
Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruang dan dilaksanakan oleh seluruh
perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti sif. Perawat primer mengoper ke
perawat primer berikutnya yang akan menggantikan sif. Timbang terima pertama
dilakukan di nurse station kemudian ke ruangan perawatan pasien dan kembali lagi
nurse station . isi timbang terima mencakup jumlah pasien, diagnose keperawatan,
intervensi yang belum/sudah dilakukan.

3. Hasil.
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian sif. Setiap perawat dapat
mengatahui perkembangan pasien. Komunikasi anatrperawat berjalan dengan baik.

2.1.8. Pelaksanaan Timbang Terima Yang Baik dan Benar


Menurut Australian Medical Association atau
AMA (2006) pelaksanaan handover yang baik dan benar diantaranya :
1. Handover dilakukan pada setiap pergantian shift dengan waktu yang cukup panjang agar
tidak terburu-buru.

119
2. Pelaksanaan handover harus dihadiri semua perawat, kecuali dalam keadaan darurat yang
mengancam kehidupan pasien.
3. Perawat yang terlibat dalam pergantian shift harus dikoordinasikan untuk mengetahui
informasi ke, dari dan shift selanjutnya.
4. Serah terima umumnya diadakan dipagi hari, namun serah terima juga diperlukan pada
setiap pergantian shift.
5. Serah terima pada shift, harus dilakukan secara menyeluruh agar peralihan ini menjamin
perawat pasien dapat dipertahankan jika perawat absen untuk waktu yang lama, misalnya
selama akhir pekan atau saat mereka pergi berlibur.

2.1.9. Pemilihan tempat untuk pelaksanaan Handover


Menurut AMA (2006) tempat yang tepat pada saat
akan dilakukan pelaksanaan handover adalah :
1. Idealnya dilakukan diruang perawat atau nurse station.
2. Tempatnya luas dan besar sehingga memberikan kenyamanan dan memungkinkan semua
staf menghadiri dalam pelaksanaan handover.
3. Bebas dari gangguan (gangguan yang dapat mengganggu proses serah terima misalnya :
pager, telepon, heandphone, suara peralatan, alarm, dan berbicara) sehingga
berkontribusi dalam meningkatkan kesulitan untuk mendengar laporan dan dapat
mengakibatkan penerima informasi yang tidak tepat.
4. Terdapat hasil lab, x-ray, informasi klinis lain.

120
BAB VIII
MANAJEMEN KONFLIK
Elisabeth Herwanti, SKp.,M.Kes

A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat: Pokok bahasan ini membahas tentang manajemen konflik, manajer
keperawatan, konflik sering terjadi pada setiap tatanan asuhan keperawatan. Disini peran
manajer sangat penting dalam mengelola konflik. Manajer berusaha menggunakan konflik
yang konstruksif dalam menciptakan lingkungan yang produktif. Jika konflik mengarah ke
suatu yang menghambat, maka manajer harus mengidentifikasi sejak awal dan secra aktif
melakukan intervensi supaya tidak berefek terhadap produktivitas dan motivasi kerja
(Nursalam, 2011).
2. Relevansi: pokok bahasan ini sangat relevan dengan peran dan fungsi seorang perawat yang
harus mampu mengelola konflik.
3. Capaian Pembelajaran
Setelah mengikuti perkuliahan pengambilan keputusan diharapkan mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan sejarah terjadinya konflik
2. Menjelaskan sumber konflik
3. Menyebutkan jenis konflik
4. Menjelaskan tingkat konflik
5. Menjelaskan proses konflik
6. Menjelaskan cara penyelesaian konflik
7. Menjelaskan tentang negosiasi konflik

B. PENYAJIAN
2.1 SEJARAH
Sejarah terjadinya konflik dalam suatu organisasi dimulai seratus tahun yang lalu, dimana
konflik adalah suatu kejadian yang alamiah dan peristiwa yang pasti terjadi disuatu
organisasi. Pada awal abad ke-20 konflik diindikasikan sebagai suatu kelemahan manajemen
pada suatu organisasi yang harus dihindari. Keharmonisan suatu organisasi sangat
diharapkan, tetapi konflik akan selalu merusaknya. Ketika konflik mulai terjadi pada suatu

121
organisasi, meskipun dihindari dan ditolak, namun harus diselesaikan secepatnya. Konflik
sebenarnya dapat dihindari dengan mengarahkan staf kepada tujuan yang jelas dengan
melaksanakan tugas dan memfasilitasi agar staf dapat mengekspresikan kepuasannya secara
langsung, sehingga masalah tidak menumpuk dan bertambahn banyak (Nursalam, 2013).
Pada pertengahan abad ke-19 ketika kepuasan staf dan umpan balik dari atasan tidak ada,
maka konflik diterima secara pasif sebagai suatu kejadian yang normal dalam suatu
organisasi. Oleh karena itu seorang manajer harus belajar banyak bagaimana menyelesaikan
konflik tersebut dari pada berusaha menghindarinya. Meskipun konflik dalam suatu
organisasi merupakan unsur penghambat staf dalam melaksanakan tugasnya, tetapi diakui
bahwa konflik dan kerja sama dapat terjadi secara bersamaan.
Teori interaksi pada tahun 1970 mengemukakan bahwa konflik merupakan suatu hal
yang penting, dan secara aktif mengajarkan organisasi untuk menjadikan konflik sebagai
salah satu pertumbuhan produksi sekaligus kehancuran organisasi, keduanya tegantung
bagaimana manajer mengelolanya. Mengingat konflik adalah sesuatu yang tidak dapat
dihindarkan dalam suatu organisasi, maka manajer harus dapat mengelolanya dengan baik.
Konflik dapat berupa sesuatu yang kualitatif atau kuantitatif. Meskipun konflik berkibat
terhadap stres tetapi dapat meningkatkan produksi dan kreativitas. Manajemen konflik yang
konstruktif akan menghasilkan lingkungan yang kondusif untuk didiskusikan sebagai suatu
fenomena utama, komunikasi terbuka melaui pengutaraan perasaan, dan tukar pikiran serta
tanggung jawab yang menguntungkan dalam meneyelesaikan suatu perbedaan (Erwin, 1992
yang dikutip oleh Nursalam, 2013).
2.2 SUMBER KONFLIK
Beberapa sumber konflik dalam organisasi dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut
(Nursalam, 2018):
1. Keterbatasan sumber daya.
2. Perbedaan tujuan.
3. Ketidakjelasan peran.
4. Hubungan dalam pekerjaan.
5. Perbedaan antar individu.
6. Masaah organisasi.
7. Masalah dalam komunikasi.

122
2.3 JENIS KONFLIK
Di dalam organisasi konfik dipandang secara vertikal dan horisontal. Konflik verikal terjadi
antara atasan dan bawahan. Konflik horisontal terjadi antara staf dengan posisi kedudukan
yang sama, misalnya konflik yang meliputi wewenang, keahlian dan praktik. Konflik dapat
dibedakan menjadi tiga jenis yakni, konflik intrapersonal, interpersonal dan antarkelompok
(Nursalam, 2013).
1. Konflik intrapersonal
Konflik yang terjadi pada individu sendiri. Keadaan ini merupakan masalah internal
untuk mengklarifikasi nilai dan keinginan dari konflik yang terjadi. Hal ini sering
dimanifestasikan sebagai akibat dari kompetisi peran. Misalnya, manajer mungkin
merasa punya konflik intrapersonal dengan loyalitas terhadapprofesi keperawatan,
loyalitas terhadap pekerjaan, dan loyalitas kepada pasien.
2. Konflik interpersonal
Konflik interpersonal terjadi antara dua orang atau lebih dimana nilai, tujuan, dan
keyakinan berbeda. Konflik ini sering terjadi karena seseorang secara konstan
berinteraksi dengan orang lain sehingga ditemukan perbedaan-perbedaan. Manajer sering
mengalami konflik dengan sesama manajer, atasan, dan bawahannya.
3. Konflik antarkelompok
Konflik terjadi antara dua atau lebih, kelompok, departemen atau organisasi. Sumber
konflik jenis ini adalah hambatan dalam mencapai kekuasaan atau otoritas (kualitas jasa
layanan), serta keterbatasaan perasaan.
2.4 TINGKAT KONFLIK
Terdapat lima tingkat koflik: konflik interpersonal (didalam diri), konflik interpersonal
(diantara atau antara individu), konflik interkelompok (didalam kelompok), atau konflik inter
kelompok (diantara atau antar kelompok), dan konflik inter organisasi (antara atau antar
organisasi) (Nancy Borkowski, 2013).
1. Konflik Intrapersonal
Konflik intrapersonal terjadi didalam diri individu dan dapat melibatkan beberapa bentuk
konflik tujuan, atau konflik kognitif atau afektif. Konflik tujuan interpersonal terjadi
ketika beberapa rangkaian tindakan alternative tersedia dan ketika hasil menjadi penting
bagi individu, baik positif maupun negatif. Brehm dan Coheen (1962)

123
mengidentifikasikan tiga jenis konflik interpersonal, yang dapat berkembang hingga
melibatkan serangkaian tindakan alternatif:
1) Pendekatan/pendekatan:
Jenis pendekatan terjadi ketika seseorang individu harus memilih antara dua atau
lebih alterntif, masing-masing alternative diperkirakan memberikan hasil positif.
Misalnya, Judy Lewis,seorang lulusan program master Administrasi Pelayanan
kesehatan universitas yang baru lulus, ditawarkan posisi kerja dalam dua organisasi
pelayanan kesehatan berbeda. Pertama adalah posisi kordinator asuhan terkelola pada
perusahan laboratorium nasional . kedua adalah posisi analis jaringan pada
administrator pihak ketiga yang tumbuh dengan cepat. Tingkat gaji kedua posisi
tersebut sama.
2) Penghindaran/penghindaran: jenis penghindaran terjadi ketika seorang individu
harus memilih antara dua atau lebih alternative, masing-masing akan diperkirakan
akan memberikan hasil negative. Misalnnya, setelah Judy Lewis menerima posisi
sebagai kordinator asuhan terkelola diperusahan laboratorium,manajemen
mengumumkan bahwa baru-baru ini dilakuakn meger, perusahan sedang berada
dalam proses pemangkasan pekerja. Dua pilihan diberikan kepada Judy Lewis:
mempertahankan posisinya dengan merekoleksi kemarkas besar organisasi yang
jauhnya 1000 mil dari kota asalnya,atau diberhentikan.
3) Pendekatan/penghindaran :jenis pendekatan/penghindaran terjadi ketika seseorang
individu harus memilih alternative yang diperikrakan memberikan hasil positif dan
negative. Judy Lewis memilih pilihan relokasi. Meskipun Judy menyadari ia akan
mendapatkan pengalaman berharga bekerja dimarkas besar perusahan organisasi
dengan kesempatan untuk perkembangan, ia sedih karena fakta bahwa ia harus
meninggalkan keluarga, teman, dan lingkungannya yang telah dikenalnya.
2. Konflik Interpersonal
Konflik antar personal adalah hasil alamia dari interaksi manusia. Konflik interprrsonal
melibatkan dua atau lebih individu yang percaya bahwa sikap, perilaku, atau tujuan yang
dipilih oleh mereka bertentangan. Kottler(1996) mengaitkan bahwa terdapat tiga sumber
utama konflik antar-prsonal: karakteristik dan isu personal, kesulitan interaksiona, dan
perbedan disekitar perspeektif dan prsepsi isu.

124
Porter-O’Grady dan Epstein (2003) (dalam Swanburg,2011) merangkum komponen ini
sebagai berikut:
1) Karakteristik dan isu personal : sebagai hasil dari keragaman tempat kerja saat
ini, terdapat berbagai perbedan besar antar individu dan budaya. Perbedan ini
melekat dengan jenis emosi yang didalamnya yang terkait dengan variasi
keyakinan dalam kepercayaan, perilaku,peran, dan hubungan. Fungsi individu
dalam konteks keagaan karkteristik ini, lebih memvalidasi perbedan yang dilihat
orang lain ada dalam diri kita.
2) Kesulitan interaksional : saat kita matang dan bersosialisai,kita mempelajari
komunikasi yang efektif dan keterampilan berhubungan. Kurangnya keterampilan
komunikasi, dikombinnasikan dengan perbedaan personal dan cultural kita,
menciptakan deficit yang kuat dalam kemampuan kita untuk berhubungan dengan
satu sama lain. Karena ketidakadekuatan yang luas ini, konflik berhubungn dapat
muncul secara teratur.
3) Perbedaan prespektif dan preseptif : ketika dikombinasikan dengan personal dan
ketidakadekuatan komunikasi, ketidaksaan dalam cara individu melihat masalah
dan interaksi adalah sumber yang bisa menyebabkan konflik interpersonal.
Sumber konflik antar-prsonal dapat mencakup kesalahan presepsi berdasarkan
informasi yang tidak lengakap,interprestai makna yang tidak sama, atau bisa
personal/peribadi..
Banyak konflik interpersonal melibatkan konflik tujuan atau ambiguitas peran.
Ambiguitas peran melibatkan kurangnya kejelasan atau pemahaman mengenai
harapan tentang kinerja kerja seorang individu. Sering kali, kasalahpahaman
adalah hasil dari prbedaan presepsi mengenai sebuah masalah atau proses.
Harapan kinerja yang tidak jelas dapat dengan mudah memprkuat konflik
interpersonal dan mengurangi ketahanan hubungan yang sehat. Ambiguitas peran
dapat menyebabkan reaksi stress, seperti agresif, prilaku bermusuhan, dan
perilaku menarik diri.

125
3. Konflik Inter-Kelompok
Konflik interkelompok meliputi ketidakcocokan antara beberapa atau semua anggota
kelompok yang seringkali memengaruhi proses dan afektivitas kelompok. Jhen Mannix
(2001) menyatakan bahwa terdapat tiga jenis konflik interkelompok: (1) hubungan,(2)
tugas,(3) proses.
1) Hubungan konflik adalah kesadaran tentang ketidakcocokan interpersonal.
Hubungan ini mencakup komponen afektif seperti ketegangan perasaan dan
frikasi/ gesekan. Konflik hubungan mencakup masalah-masalah personal seperti
ketidaksukaan antra anggota kelompok dan perasaan seperti terganggu,frustrasi,
dan iritasi.
2) Konflik tugas adalah kesadaran tentang perbedaan dalam sudut pandang dan opini
yang terkait dengan konflik tentang ide dan perbedaan opini tentang tugas.
Konflik tugas dapat berbarengan dengan diskusi yang menyenangkan dan
kegembiran pribadi tetapi, secara defenisi, adalah pengluaran emosi negative
interpersonal yang intens yang lebih sering dikaitkan dengan konflik hubungan
3) Konflik proses adalah kesadaran tentang kontroversi tentang aspek-aspek
bagaiman pencapaian tugas akan berlansung. Yang lebih spesifik, konflik proses
terakit dengan isu-isu tugas dan delegasi sumber, seperti siapa yang harus
diberikan pada orang berbeda. Misalnya, ketika anggota kelompok tidak sepakat
tentang siapa yang bertanggung jawab untuk menyelsaikan sebuah tugas spesifik,
mereka yang mengalami konflik,mereka yang mengalami konflik proses.
4. Konflik Antar Kelompok
Konflik antar-kelompok melibatkan oposisi dan pertentangan antara kelompok. Dalam
kondisi kompetisi dan konflik yang ekstrem, kelompok mengembangkan sikap terhadap
satu sama lain yang dicirikan dengan kegagalan
untukberkomunikasi,ketidakpercayan,dan focus pada kepentingan diri sendiri. Nulty
(1993) mengaitakan bahwa terdapat empat kategori konflik antar kelompok: (1) konflik
vertical,(2) konflik horizontal, (3) konflik lini-staf, dan (4) konflik berdasarkan
keragaman.
1) Konflik vertical terjadi antar pegawai tingkat berbeda dalam sebuah organisasi.
Contoh, ketika supervisor berupaya mengontrol bawahannya, bawwahannya dapat

126
bertahan karena mereka percaya bahwa control terlalu banyak melanggar otonomi
mereka untuk melaksanakan pekerjaan mereka. Konvlik vertical dapat juga
muncul karena buruknya komunikasi, ketidaksesuaian tujuan atau nilai, atau
ambiguitas peran.
2) Konflik horizontal terjadi antara kelompok pekerja ditingkat hierarki yang sama
dalam sebuah organiasi. Konflik ini terjadi ketika setiap depertemen atau tim
hanya berjuang untuk tujuannya masing-masing, tanpa memperhatikan tujuan
depertmen dan tim lain, terutama jika tujuan tersebut tidak sesuai
3) Konflik line-staff terjadi dalam hubungan otoritis. Sebagian besar manajer
bertanggung jawab untuk proses yang menciptakan pelayanan atau produk
organisasi. Manajer staf seringkali memberikan fungsi saran atau control yang
memerlukan pengtahuan teknis khusus. Manajer produksi dapat merasa bahwa
manajer staf mengganggu area otoritas sah mereka.

2.5 PROSES KONFLIK


Konflik, selalu mengalami tahapan perkembangan. Dari semula konflik yang belum muncul
dari permukaan, konflik sebatas isu, dan konflik yang membesarkarena permasalahan yang
tidak kunjung diselesaikan. Martuis dan Huston (1998) menyebut konflik dapat terjadi
melalui beberapa proses berikut (Bakri, 2017) :
1. Konflik laten
Tahapan konflik yang terjadi terus-menerus (laten) dalam suatu orgnisasi. Misalnya suatu
kondisi yang memicu pada ketidakstabilan iklim organisasi dan kualitas produksi,
sepereti kekurangan SDM/karyawan. Kondisi tersebut bisa menghambat pertumbuhan
dan perkembangan produktivitas organisasi.
2. Konflik yang disarankan
Konflik yang disarankan biasa juga disebut konflik affective, yakni konflik yang terjadi
akibat sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman, katakutan, keresahan, dan rasa marah.
3. Konflik yang disengaja
Konflik yang sengaja dimunculkan untuk dicari solusinya. Tindakan yang dilaksanakan
mungkin dengan menghindar, kompetisi, debat atau mencari penyelesaian konflik lain.
4. Resolusi konflik

127
Suatu penyelesaian masalah dengan memuaskan semua orang yang terlibat di dalamnya
dengan prinsip win-win solution.
5. Tindakan pasca konflik
Konflik ini termasuk jenis konflik berkelanjutan. Artinya konflik yang terjadi akibat dari
tidak terselesaikannya konflik pertama. Konflik ini akan menjadi masalah besar kalau
tidak segera diatasi masalah konfliknya.
2.6 PENYELESAIAN KONFLIK
1. Langkah-langkah
Vestal (1994) (dalam Nursalam, 2018) menjabarkan langkah-langkah penyelesaian suatu
konflik meliputi, pengkajian, identifikasi dan intervensi.
a. Pengkajian
a) Analisis situasi
Identifikasi jenis konflik untuk menentukan waktu yang diperlukan, setelah
dilakukan pengumpulan data dan memvalidasi semua pikiran melalui pengkajian
lebih mendalam. Kemudian siapa yang terlibat dalam peran masing-masing.
Tentukan jika situasinya dapat diubah.

b) Analisis dan memastikan isu yang berkembang


Jelaskan masalah dan prioritas fenomena yang terjadi. Tentukan masalah utama
yang memerlukan suatu penyelesaian yang dimulai dari masalah tersebut. Hindari
semua penyelesaian masalah dalam satu waktu.
c) Menyususn tujuan
Jelaskan tujuan spesifik yang akan dicapai.
b. Identifikasi
Mengelola perasaan : hindari respon emosionl seperti marah, sebab setiap orang
mempunyai respon yang berbeda terhadap kata-kata, ekspresi dan tindakan.
c. Intervensi
a) Masuk pada konflik yang diyakini dapat diselesaikan dengan baik. Selanjutnya
identifikasi hasil selanjutnya yang akan terjadi.

128
b) Menyeleksi metode dalam menyelesaikan konflik. Penyelesaian konflik
memerlukan strategi yang berbeda-beda. Seleksi metode yang palin sesuai untuk
menyelesaiakn konflik yang terjadi.
2. Strateri penyelesaian konflik
a. Penyelesaian Konflik Secara Damai
Penyelesaian konfik secara damai biasanya ada dilevel unit organisasi atau berada
dalam naungan satu bendera, sehingga seharusnya semua masalah konflik yang
sifatnya individu maupun kelompok akan selesai secara damai. Perawat yang
berdinas di ruangan akan mengalami konflik dengan perawat atau tenaga kesehatan
lainnya, yang memiliki tujuan yang sama, misalnya akan menduduki jabatan tertentu.
Secara garis besar terdapat lima pendekatan dasar untuk menyelesaikan konflik
dengan pendekatan secara damai.
Gaya Ciri Perilaku Alasan Penyesuaian
Menghindari Tidak mau berkoordinasi Perbedaan yang ada terlalu
Mengabaikan atau melewatkan kecil atau terlau besar
pokok permasalahan untuk diselesaikan. Usaha
Menyangkal bahwa hal tersebut penyelesaian mungkin
merupakan masalah. mengakibatkan rusaknya
hubungan atau bahkan
menciptakan masalah yang
lebih kompleks.
Mengkomodasi Bersikap menyetujui, tidak agresif, Tidak sepadan jika
kooperatif bahkan mengorbankan mengambil risiko yang
keinginan pribadi. akan merusak hubungan
dan menimbulkan
ketidakselarasan secara
keseluruhan.
Menang/kalah Konfrontatif, menuntut dan agresif. Yang kuat menang. Harus
Harus menang dengan cara apapun. membuktikan supeioritas.
Paling benar secara etis
dan profesi.
Kompromi Mementingkan keduabelah pihak Tidak ada ide perorangan
adalah sah dan penting. yang sempura. Seharusnya
Penghargaan yang tinggi terhadap ada lebih dari satu cara
sikap saling mendudkung. Tegas yang baik dalam
dan kooperatif. melakukan sesuatu. Anda
harus berkorban untuk

129
dapat menerima.
Penyelesaian Kebutuhan kedua belah pihak Ketika pihak-pihak yang
masalah adalah sah dan penting. terlibat mau
Penghargaan yang tinggi terhadap membicarakan secara
sikap saling mendukung. Tegas dan terbuka pokok
kooperatif. permasalahan, solusi yang
saling menguntungkan
dapat ditemukan tanpa satu
pihak dirugikan.

b. Penyelesaian Maslaah Manajmen Konflik Secara Luas


Penyelesaian sengketa dapat dilakukan dapat dilakukan dengan melalui Litigasi
dan Non Litigasi. Penyelesaian dengan Litigasi diatur dalam Undang-Undang No 48
Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, didalamnya mengatur penyelesaian
melalui peradilan umum, peradilan militer, peradilan agama, peradilan tata usaha
negara, dan peradilan khusus seperti peradilan anak, peradilan niaga, peradilan pajak,
peradilan penyelesaian hubungan industri dan lainnya.
Penyelesaian melalui Non Letigasi diatur dalam Undang-Undang No 30 Tahun
1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan Konsumen, dan Undang-Undang Nomor
2 Tahun 2004 tentang penyelesaian perselisihan Hubungan Industrial, yang dilakukan
dengan pihak perantara dengan cara musyawarah mufakat, melalui negosiasi,
konsilisasi dan mediasi untuk win-win solution dan melalui arbitrase yang
menentukan kalah dan menang.
Alternatif penyelesaian sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda
pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian diluar
pihak pengadilan dengan cara konsultasi, negoasiasi, mediasi, konsiliasi, atau
penialaian ahli.
Arbitrase adalah cara penyelesaian suatau sengketa diluar peradilan umum yang
didasarkan pada perjanjian arbitrae yang dibiat secara tertulis oleh para pihak yang
bersengketa.

130
2.7 Negosiasi
Negosiasi pada umumnya sama dengan kolaborasi. Pada organisasi, negosiasi juga
diartikan sebagai suatu pendekatan yang kompetitif. Negosiasi sering dirancang sebagai
suatu pendekatan kompromi jika digunakan sebagai strategi penyelesaian konflik. Selama
negosiasi berlangsungsemua pihak yang terlibat menyerah dan lebih menekankan waktu
mengakomodasi perbedaan-perbedaan antar keduanya (Nursalam, 2013).
Smeltzer (1991) yang dikutib oleh Nursalam (2013) mengidentifikasi dua tipe dasar
negosiasi, yakni kooperatif (setiap orang menang), dan kompetitif (hanya satu orang
menang). Satu hal yang penting dalam negosiasi adalah apakah ada salah satu atau kedua
pihak menghendaki adanya perubahan yang berhubungan langsung dengan meningkatkan
hubungan yang lebih baik. Jika kedua pihak menghendaki adanya perbaikan hubungan,
maka yang muncul adalah tipe kompetitif. Meskipun dalam negosiasi ada pihak yang
menang dan kalah, sebagai negosiator penting untuk memaksimalkan kemenangan untuk
mencapai tujuan bersama, meminimalkan kekuatan dengan membuat pihak yang kalah tetap
dapat tujuan berasama, dan membuat kedua belah pihak merasa puas terhadap hasil
negosiasi.
Terdapat tiga kriteria yang harus dipenuhi sebelum manajer setuju untuk memulai proses
negosiasi, yaitu masalah harus dapat dinegosiasikan, negosiator harus tertarik terhadap “take
and give” selama proses negosiasi, dan mereka harus saling percaya.
Langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum melakukan negosiasi adalah:
1. Mengumpulkan informasi tentang masalah sebanyak mungkin. Karena pengetahuan
adalah kekuatan, semakin banyak informasi yang didapat maka semakin besar
kemungkinan untuk menawarkan negosiasi.
2. Di mana manajer harus memulaii. Karena tugas manajer adalah melakukan
kompromi, maka mereka harus mepunyai tujuan yang utama. Tujuan tersebut sebagai
masukan dari tingkat bawah.
3. Memilih alternatif yang terbaik terhadap sarana dan prasarana.efisiensi dan efektivitas
penggunaan waktu, anggaran dan pegawai yang terlihat perlu juga diperhatikan oleh
manajer.
4. Mempunyai agenda yang disembunyikan. Agenda tersebut adalah agenda negosiasi
alternatif yang ditawarkan jika negosiasi tidak dapat disepakati.

131
Ada beberapa strategi dan cara yang perlu dilaksanakan dalam menciptakan kondisi yang
persuasif, asertif dan kkomunikasi terbuka selama negosiasi berjalan (Smeltzer yang dikutip
oleh Nursalam (2013)).
1. Pilih fakta-fakta yang rasional dan berdasarkan penelitian.
2. Dengarkan dengan saksama dan perhatikan respon nonverval yang nampak.
3. Berpikirlah positif dan selalu terbuka untuk menerima semua altenatif informasi yang
disampaikan.
4. Upayakan untuk memahami pandangan apa yang disampaikan lawan bicara anda.
Konsentrasi dan perhatikan, tidak hanya memberikan persetujuan.
5. Selalu diskusikan tentang konflik yang terjadi.hindarkan masalah-masalah pribadi
pada saat negosiasi..
6. Hindari menyalahkan orang lain atas konflik yang terjadi.
7. Jujur.
8. Usahakn bersikap bahwa anda memerlukan penyelesaian yang terbaik.
9. Jangan langsung menyetujui solusi yang ditawarkan, tetapi berpikir dan mintalah
waktu untuk menjawabnya.
10. Jika kedua belah pihak menjadi marah atau lelah selama bernegosiasi, istirahatlah
sebentar.
11. Dengarkan dan tanyakan tentang pendapat yang belum anda pahami.
12. Bersabarlah.

Kunci sukses dalam melakuakan negosiasi:


1. Lakukan
a. Jelaskan tujuan negosiasi, bukan posisinya. Pastikan bahwa anda mengetahui
keinginan orang lainn
b. Perlakukan orang lain sebagai teman dalam penyelesaian masalah, bukan sebagai
musuh. Hadapilah masalah yang ada bukan musuhnya.
c. Ingat, bahwa setiap orang mengharapkan penyelesaian yang dapat diterima, jika
anda dapat menyajikan sesuatu dengan baik dan benar.
d. Dengarkan baik-baik apa yang dikatakan dan apa yang tidak.
e. Lakukan sesuatu yang sederhana, tidak berbelit-belit.
f. Antisipasi penolakan.

132
g. Tahu apa yang dapat anda berikan.
h. Tunjukan keterbukaan adan ketaatan jika orang lain sepakatterhadap pendapat
anda.
i. Bersikap asertif, bukan agresif.
j. Pergunakan gerakan tubuh, jika anda menyetujui atau tidak terhadap suatu
pendapat.
k. Konsisten terhadap apa yang anda anggap benar.
2. Hindari:
a. Sikap yang tidak baik, seperti sinis, kasar, dan menyepelekan.
b. Trik yang tidak baik seperti manipulasi.
c. Distorsi.
d. Tergesa-gesa dalam proses negosiasi.
e. Tidak berurutan.
f. Membuat hanya satu pilihan.
g. Memaksakan kehendak.
h. Berusaha meneknkan pada satu pendapat.

133
BAB IX
PENGENDALIAN MUTU KEPERAWATAN, INDIKATOR
KEPUASAN PELANGGAN. AUDIT MUTU

Elisabeth Herwanti, SKp.,M.Kes

A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat: Pokok bahasan ini membahas tentang kualitas pelayanan keperawatan
sangat dipengaruhi oleh proses, peran dan fungsi dari manajemen pelayanan keperawatan,
karena manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh
manajer/ pengelola keperawatan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
serta mengawasi sumber-sumber yang ada, baik sumber daya maupun sumber dana sehingga
dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif dan efisien baik kepada klien,
keluarga dan masyarakat. (Donny, 2014)
2. Relevansi: pokok bahasan ini sangat relevan dengan peran dan fungsi seorang perawat yang
harus mampu mengambil keputusan dalam pelayanan maupun asuhan keperawatan.
3. Capaian Pembelajaran
Setelah mengikuti perkuliahan pengendalian mutu diharapkan mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan pengertian konsep mutu pelayanan keperawatan.
2. Menjelaskan menjelaskan tentang indikator mutu
3. Menjelaskan tentang audit personalia dalam keperawatan
4. Menjelaskan tentang keselamatan pasien dalam keperawatan
5. Menjelaskan tentang perawatan diri dalam keperawatan
6. Menjelaskan tentang kepuasan pasien dalam keperawatan
7. Menjelaskan menjelaskan tentang kenyamanan pasien dalam keperawatan
8. Menjelaskan tentang kecemasan pasien dalam keperawatan
9. Menjelaskan tentang pengetahuan dalam keperawatan

B. PENYAJIAN
2.1 Pengertian
Pengertian mutu berbeda diantara tiap orang, ada yang berarti bagus, luxurious,
ataupun paling bagus. Tetapi ada beberapa pengertian mutu menurut para ahli, sebagai
berikut:

134
Mutu merupakan gambaran total sifat dari suatu produk atau jasa pelayanan yang
berhubungan dengan kemampuannya untuk memberikan kebutuhan kepuasan.(American
society for quality control). Mutu adalah “fitness for use” atau kemampuan kecocokan
penggunaan.(J.M. Juran, 1989).
Azwar (1996) menjelaskan bahwa mutu adalah tingkat kesempurnaan dari
penampilan sesuatu yang sedang diamati dan juga merupakan kepatuhan terhadap standar
yang telah ditetapkan, sedangkan Tappen (1995) menjelaskan bahwa mutu adalah
penyesuaian terhadap keinginan pelanggan dan sesuai dengan standar yang berlaku serta
tercapainya tujuan yang diharapkan.
Berdasarkan uraian di atas, maka mutu dapat dikatakan sebagai kondisi dimana hasil
dari produk sesuai dengan kebutuhan pelanggan, standar yang berlaku dan tercapainya
tujuan. Mutu tidak hanya terbatas pada produk yang menghasilkan barang tetapi juga untuk
produk yang menghasilkan jasa atau pelayanan termasuk pelayanan keperawatan.
a. Pelayanan Keperawatan
Produk yang dihasilkan oleh suatu organisasi dapat menghasilkan barang atau jasa.
Jasa diartikan juga sebagai pelayanan karena jasa itu menghasilkan pelayanan (Supranto,
2006). Definisi mengenai pelayanan telah banyak dijelaskan, dan Kottler (2000, dalam
Supranto, 2006) menjelaskan mengenai definisi pelayanan adalah suatu perbuatan di
mana seseorang atau suatu kelompok menawarkan pada kelompok/orang lain sesuatu
yang pada dasarnya tidak berwujud dan produksinya berkaitan atau tidak berkaitan
dengan fisik produk, sedangkan Tjiptono (2004) menjelaskan bahwa pelayanan
merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual, sehingga
dapat dikatakan bahwa pelayanan itu merupakan suatu aktivitas yang ditawarkan dan
menghasilkan sesuatu yang tidak berwujud namun dapat dinikmati atau dirasakan.
Kotler (1997, dalam Supranto, 2006) juga menjelaskan mengenai karakteristik dari
pelayanan dengan membuat batasan-batasan untuk jenis-jenis pelayanan pelayanan
sebagai berikut :
1. pelayanan itu diberikan dengan berdasarkan basis peralatan (equipment based) atau
basis orang (people based) dimana pelayanan berbasis orang berbeda dari segi
penyediaannya, yaitu pekerja tidak terlatih, terlatih atau profesional; Disampaikan
dalam Pelatihan Manajemen Keperawatan

135
2. beberapa jenis pelayanan memerlukan kehadiran dari klien (client’s
precense)
3. pelayanan juga dibedakan dalam memenuhi kebutuhanperorangan
(personal need) atau kebutuhan bisnis (business need)
4. pelayanan yang dibedakan atas tujuannya, yaitu laba atau nirlaba (profit or non profit)
dan kepemilikannya swasta atau publik (private or public).
Berdasarkan dari pendapat-pendapat tersebut, maka dapat dikatakan bahwapelayanan
merupakan salah satu bentuk hasil dari produk yangmemberikan pelayanan yang
mempunyai sifat tidak berwujud sehinggapelayanan hanya dapat dirasakan setelah orang
tersebut menerimapelayanan tersebut. Selain itu, pelayanan memerlukan kehadiran
ataupartisipasi pelanggan dan pemberi pelayanan baik yang professionalmaupun tidak
profesional secara bersamaan sehingga dampak daritransaksi jual beli pelayanan dapat
langsung dirasakan dan jika pelangganitu tidak ada maka pemberi pelayanan tidak dapat
memberikan pelayanan.
Keperawatan sudah banyak didefinisikan oleh para ahli, dan menurut Herderson
(1966, dalam Kozier et al, 1997) menjelaskan keperawatan sebagai kegiatan membantu
individu sehat atau sakit dalam melakukan upaya aktivitas untuk membuat individu
tersebut sehat atau sembuh dari sakit atau meninggal dengan tenang (jika tidak dapat
disembuhkan), atau membantu apa yang seharusnya dilakukan apabila ia mempunyai
cukup kekuatan, keinginan, atau pengetahuan. Sedangkan Kelompok Kerja Keperawatan
(1992) menyatakan bahwa keperawatan adalah suatu bentuk layanan profesional yang
merupakan bagian integral dari layanan kesehatan, berbentuk layanan bio-psiko-sosio-
spiritual yangm komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat baik
sakit maupun sehat, yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Layanan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental,
keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya kemauan dalam melaksanakan kegiatan hidup
sehari-hari secara mandiri.
Berdasarkan penjelasan mengenai mutu dan pelayanan keperawatan di atas, maka
Mutu Pelayanan Keperawatan dapat merupakan suatu pelayanan keperawatan yang
komprehensif meliputi bio-psiko-sosio-spiritual yang diberikan oleh perawat profesional

136
kepada pasien (individu, keluarga maupun masyarakat) baik sakit maupun sehat, dimana
perawatan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien dan standar

2.2 Indikator Mutu Pelayanan Keperawatan


Mutu asuhan kesehatan sebuah rumah sakit akan selalu terkait dengan struktur, proses,
dan outcome sistem pelayanan RS tersebut. Mutu asuhan pelayanan RS juga dapat dikaji dari
tingkat pemanfaatan sarana pelayanan oleh masyarakat, mutu pelayanan dan tingkat efisiensi
RS. Secara umum aspek penilaian meliputi evaluasi, dokumen, instrumen, dan audit (EDIA)
(Nursalam, 2014).
1. Aspek struktur (input)
Struktur adalah semua input untuk sistem pelayanan sebuah RS yang meliputi
M1 (tenaga), M2 (sarana prasarana), M3 (metode asuhan keperawatan), M4 (dana),
M5 (pemasaran), dan lainnya. Ada sebuah asumsi yang menyatakan bahwa jika
struktur sistem RS tertata dengan baik akan lebih menjamin mutu pelayanan. Kualitas
struktur RS diukur dari tingkat kewajaran, kuantitas, biaya (efisiensi), dan mutu dari
masing-masing komponen struktur.
2. Proses
Proses adalah semua kegiatan dokter, perawat, dan tenaga profesi lain yang
mengadakan interaksi secara professional dengan pasien. Interaksi ini diukur antara
lain dalam bentuk penilaian tentang penyakit pasien, penegakan diagnosis, rencana
tindakan pengobatan, indikasi tindakan, penanganan penyakit, dan prosedur
3. Outcome
Outcome adalah hasil akhir kegiatan dokter, perawat, dan tenaga profesi lain
terhadap pasien.
a. Indikator-indikator mutu yang mengacu pada aspek pelayanan meliputi:
1. Angka infeksi nosocomial: 1-2%
2. Angka kematian kasar: 3-4%
3. Kematian pasca bedah: 1-2%
4. Kematian ibu melahirkan: 1-2%
5. Kematian bayi baru lahir: 20/1000
6. NDR (Net Death Rate): 2,5%

137
7. ADR (Anasthesia Death Rate) maksimal 1/5000
8. PODR (Post Operation Death Rate): 1%
9. POIR (Post Operative Infection Rate): 1%
b. Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efisiensi RS:
1. Biaya per unit untuk rawat jalan
2. Jumlah penderita yang mengalami decubitus
3. Jumlah penderita yang mengalami jatuh dari tempat tidur
4. BOR: 70-85%
5. BTO (Bed Turn Over): 5-45 hari atau 40-50 kali per satu tempat tidur/tahun
6. TOI (Turn Over Interval): 1-3 hari TT yang kosong
7. LOS (Length of Stay): 7-10 hari (komplikasi, infeksi nosocomial; gawat darurat;
tingkat kontaminasi dalam darah; tingkat kesalahan; dan kepuasan pasien)
8. Normal tissue removal rate: 10%

c. Indikator cakupan pelayanan sebuah RS terdiri atas:


1. Jumlah dan presentase kunjungan rawat jalan/inap menurut jarak RS dengan asal
pasien.
2. Jumlah pelayanan dan tindakan seperti jumlah tindakan pembedahan dan jumlah
kunjungan SMF spesialis
3. Untuk mengukur mutu pelayanan sebuah RS, angka-angka standar tersebut di atas
dibandingkan dengan standar (indicator) nasional. Jika bukan angka standar
nasional, penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan hasil penacatatan mutu
pada tahun-tahun sebelumnya di rumah sakit yang sama, setelah dikembangkan
kesepakatan pihak manajemen/direksi RS yang bersangkutan dengan masing-
masing SMF dan staff lainnya yang terkait.
d. Indikator mutu yang mengacu pada keselamatan pasien:

1. Pasien terjatuh dari tempat tidur/kamar mandi


2. Pasien diberi obat salah
3. Tidak ada obat/alat emergensi
4. Tidak ada oksigen
5. Tidak ada suction (penyedot lendir)

138
6. Tidak tersedia alat pemadam kebakaran
7. Pemakaian obat

Standar Nasional

Ʃ BOR 75-80%

Ʃ ALOS 1-10 hari

Ʃ TOI 1-3 hari

Ʃ BTO 5-45 hari

Ʃ NDR < 2,5%

Ʃ GDR < 3%

Ʃ ADR 1,15.000

Ʃ PODR < 1%

Ʃ POIR < 1%

Ʃ NTRR < 10%

Ʃ MDR < 0,25%

Ʃ IDR < 0,2%

Tabel 1. Standar Nasional Indikator Mutu Pelayanan

Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat


pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator-indikator berikut bersumber
dari sensus harian rawat inap :

1. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)


Menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur
pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya

139
tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.Nilai parameter BOR yang ideal
adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005).
Rumus :
(jumlah hari perawatan di rumah sakit) × 100%
(jumlah tempat tidur × jumlah hari dalam satu periode)

2. ALOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)


ALOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang
pasien.Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat
memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu
dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut.Secara umum nilai
ALOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).
Rumus :
(jumlah lama dirawat)
(jumlah pasien keluar (hidup + mati))

3. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)


TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak
ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya.Indikator ini memberikan
gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur.Idealnya tempat tidur kosong
tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
Rumus :
((jumlah tempat tidur × Periode) − Hari Perawatan)
(jumlah pasien keluar (hidup + mati))

4. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)


BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada
satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu
tertentu.Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.
Rumus :
Jumlah pasien dirawat (hidup + mati)
(jumlah tempat tidur)

140
5. NDR (Net Death Rate)
NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam setelah
dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran
mutu pelayanan di rumah sakit.
Rumus :
Jumlah pasien mati > 48 jam × 100%
(jumlah pasien keluar (hidup + mati))

6. GDR (Gross Death Rate)


GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk setiap
1000 penderita keluar.
Rumus :
Jumlah pasien mati seluruhnya × 100%
(jumlah pasien keluar (hidup + mati))
Menurut Nursalam (2014), ada enam indikator utama kualitas pelayanan kesehatan
di rumah sakit:

1. Keselamatan pasien (patient safety), yang meliputi: angka infeksi nosokomial,


angka kejadian pasien jatuh/kecelakaan, dekubitus, kesalahan dalam pemberian
obat, dan tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan
2. Pengelolaan nyeri dan kenyamanan
3. Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan
4. Perawatan diri
5. Kecemasan pasien
6. Perilaku (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) pasien.

2.3 Audit Internal Pelayanan Keperawatan


Adalah suatu proses analisa data yang menilai tentang proses keperawatan/hasil
asuhan keperawatan pada pasien untuk mengevaluasi kelayakan dan keefektifan tindakan
keperawatan akan bertanggung jawab hal ini akan meningkatkan akuntabilitas dari perawat.
1. Manfaat audit internal keperawatan
a. Administrator

141
1) Memberikan evaluasi program tertentu
2) Mendukung permintaan untuk akreditasi
3) Melandasi perencanaan program baru olehperubahan
4) Memungkinkan identifikasi kekuatan dankelemahan
5) Menentukan pengaruh pola ketenagaan
6) Sebagai data pengkajian efisiensi
b. Supervisor
1) Mengidentifikasi area asuhan keperawatan yang diperlukan
2) Memberikan landasan rencana diklat
3) Mengidentifikasi kebutuhan pengawasan bagi perawat pelaksana.
c. Kepala Ruangan dan Perawat Pelaksana
1) Introspeksi dan evaluasi diri
2) Identifikasi jenis asuhan keperawatan
3) Identifikasi kebutuhan tambahan pengetahuan
2. Lingkup audit
1) Audit Struktur
Berfokus pada tempat dimana pemberian askep dilaksanakan
a) Fasilitas
b) Peralatan
c) Petugas
d) Organisasi, prosedur dan pencatatan pelaporan
2) Audit Proses
Merupakan penilaian terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan apakah
dilaksanakan sesuai standar.Proses audit menggunakan pendekatan retrospektif yaitu
dengan mengukur kualitas asuhan keperawatan setelah pasien pulang atau setelah
beberapa pasien dirawat
3) Audit Hasil
a) Kebutuhan pasien terpenuhi
b) Pasien memiliki pengetahuan untuk memenuhi kebutuhannya
c) Pasien memiliki keterampilan dan kemampuan
d) Pasien memiliki motivasi

142
3. Pelaksanaan proses audit hasil:
1) Identifikasi kesenjangan
2) Analisa penyebab
3) Tindakan perbaikan:
a. Menyusun rencana
b. Implementasi
4) Kaji tindakan keberhasilan, tindakan kebaikan
4. Proses Audit Keperawatan
1) Tentukan aspek yang akan dievaluasi dan pendekatan yang akan digunakan
2) Identifikasi kekurangan dan tentukan langkah perbaikan
3) Tentukan standar dan kriteria
4) Susun instrumen evaluasi
5) Tentukan jumlah sampel dan lamanya waktu penilaian
6) Kumpulkan data dan susun data serta penilaiannya
7) Analisa data
8) Buat kesimpulan tingkat mutu aspek yang dinilai
9) Identifikasi kekurangan dan tentukan langkah perbaikan

Audit Personalia
1. Ruang Lingkup Audit Personalia
Tujuan audit personalia adalah mengevaluasi kegiatan-kegiatan personalia dengan
maksud untuk :
1) menilai efektivitas
2) mengenali aspek-aspek yang masih dapat diperbaiki
3) mempelajari aspek-aspek tersebut secara mendalam
4) menunjukkan kemungkinan perbaikan, dan
5) membuat rekomendasi untuk pelaksanaan perbaikan-perbaikan tersebut.

Pelaksanaan audit ini hendaknya mencakup evaluasi terhadap fungsi-fungsi


personalia, penggunaan prosedur-prosedur personalia oleh para manajer, dan dampak
kegiatan-kegiatan tersebut pada sasaran-sasaran dan kepuasan karyawan.
2. Audit Fungsi Personalia

143
Audit secara logis dimulai dengan mereview kerja departemen personalia.Gambar
12-1 menguraikan berbagai bidang utama personalia yang biasa dicakup dalam audit.
Untuk memeriksa hanya beberapa aspek system manajemen personalia, auditor bias
mengabaikan topik-topik lain.
Tim audit hendaknya :
1) mengidentifikasikan siapa yang bertanggungjawab atas setiap kegiatan
2) menentukan sasaran-sasaran yang akan dicapai oleh setiap kegiatan
3) mereview berbagai kebijakan dan prosedur yang digunakan untuk mencapaisasaran-
sasaran tersebut
4) menentukan besarnya sample catatan-catatan dalam system informasi personalia
untuk mempelajari apakah kebijaksanaan dan prosedur diikuti secara benar
5) menyiapkan laporan audit
6) mengembangkan rencana tindakan koreksi terhadap kesalahan-kesalahan dalam
sasaran, kebijaksanaan dan prosedur
7) melaksanakan tindak lanjut untuk memastikan apakah masalah-masalah temuan audit
telah dipecahkan
3. Peralatan-peralatan Riset Personalia
1) Wawancara (Interview)
2) Kuesioner dan Survai
3) Analisa Catatan

2.4 Keselamatan Pasien


Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variable untuk mengukur dan
mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan yang berdampak terhadap pelayanan
kesehatan.Program keselamatan pasien adalah suatu usaha untuk menurunkan angka
kejadian tidak diharapkan (KTD) yang sering terjadi pada pasien selama dirawat di rumah
sakit sehingga sangat merugikan baik pasien itu sendiri maupun pihak rumah sakit. KTD
bisa disebabkan oleh berbagai faktor antara lain beban kerja perawat yang tinggi, alur
komunikasi yang kurang tepat, penggunaan sarana yang kurang tepat dan lain sebagainya.

144
Indikator keselamatan pasien (IPS) bermanfaat untuk mengidentifikasi area-area
pelayanan yang memerlukan pengamatan dan perbaikan lebih lanjut, misalnya untuk
menunjukkan:
1. adanya penurunan mutu pelayanan dari waktu ke waktu
2. bahwa suatu area pelayanan ternyata tidak memenuhi standar klinik atau terapi
sebagaimana yang diharapkan
3. tingginya variasi antar rumah sakit dan antar pemberi pelayanan
4. ketidaksepadanan antarunit pelayanan kesehatan (misalnya, pemerintah dengan
swasta atau urban dengan rural)

Indikator keselamatan pasien, sebagaimana dilaksanakan di SGH (Singapore General


Hospital, 2006) meliputi:
1. Pasien jatuh disebabkan kelalaian perawat, kondisi kesadaran pasien, beban kerja
perawat, model tempat tidur, tingkat perlukaan, dan keluhan keluarga
2. Pasien melarikan diri atau pulang paksa, disebabkan kurangnya kepuasan pasien,
tingkat ekonomi pasien, respons pasien terhadap perawat, dan peraturan rumah sakit
3. Clinical incident diantaranya jumlah pasien flebitis, jumalah pasien ulkus decubitus,
jumlah pasien pneumonia, jumlah pasien tromboli, dan jumlah pasien edema paru
karena pemberian cairan yang berlebih
4. Sharp injury, meliputi bekas tusukan infus yang berkali-kali, kurangnya ketrampilan
perawat, dan complain pasien.
5. Medication incident, meliputi lima tidak tepat(jenis, obat, dosis, pasien, cara, waktu)
Sembilan Solusi Life-Saving Keselamatan Pasien Rumah Sakit
Solusi keselamatan pasien adalah sistem atau intervensi yang dibuat, mampu
mencegah atau mengurangi cedera pasien yang berasal dari proses pelayanan kesehatan.
Sembilan Solusi ini merupakan panduan yang sangat bermanfaat membantu RS,
memperbaiki proses asuhan pasien, guna menghindari cedera maupun kematian yang
dapat dicegah.
a. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip
Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip (NORUM), yang membingungkan staf
pelaksana adalah salah satu penyebab yang paling sering dalam kesalahan obat
(medication error) dan ini merupakan suatu keprihatinan di seluruh dunia. Dengan

145
puluhan ribu obat yang ada saat ini di pasar, maka sangat signifikan potensi terjadinya
kesalahan akibat bingung terhadap nama merek atau generik serta kemasan. Solusi
NORUM ditekankan pada penggunaan protokol untuk pengurangan risiko dan
memastikan terbacanya resep, label, atau penggunaan perintah yang dicetak lebih
dulu, maupun pembuatan resep secara elektronik.
b. Pastikan identitas pasien
Kegagalan yang meluas dan terus menerus untuk mengidentifikasi pasien secara
benar sering mengarah kepada kesalahan pengobatan, transfusi maupun pemeriksaan;
pelaksanaan prosedur yang keliru orang; penyerahan bayi kepada bukan keluarganya,
dsb. Rekomendasi ditekankan pada metode untuk verifikasi terhadap identitas pasien,
termasuk keterlibatan pasien dalam proses ini; standardisasi dalam metode
identifikasi di semua rumah sakit dalam suatu sistem layanan kesehatan; dan
partisipasi pasien dalam konfirmasi ini; serta penggunaan protokol untuk
membedakan identifikasi pasien dengan nama yang sama.
c. Komunikasi Secara Benar saat Serah Terima/Pengoperan Pasien
Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima/ pengoperan pasien antara unit-
unit pelayanan, dan didalam serta antar tim pelayanan, bisa mengakibatkan
terputusnya kesinambungan layanan, pengobatan yang tidak tepat, dan potensial dapat
mengakibatkan cedera terhadap pasien. Rekomendasi ditujukan untuk memperbaiki
pola serah terima pasien termasuk penggunaan protokol untuk mengkomunikasikan
informasi yang bersifat kritis; memberikan kesempatan bagi para praktisi untuk
bertanya dan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan pada saat serah terima,dan
melibatkan para pasien serta keluarga dalam proses serah terima.
d. Pastikan Tindakan yang benar pada Sisi Tubuh yang benar
Penyimpangan pada hal ini seharusnya sepenuhnya dapat dicegah.Kasus-kasus
dengan pelaksanaan prosedur yang keliru atau pembedahan sisi tubuh yang salah
sebagian besar adalah akibat dan miskomunikasi dan tidak adanya informasi atau
informasinya tidak benar. Faktor yang paling banyak kontribusinya terhadap
kesalahan-kesalahan macam ini adalah tidak ada atau kurangnya proses pra-bedah
yang distandardisasi. Rekomendasinya adalah untuk mencegah jenis-jenis kekeliruan
yang tergantung pada pelaksanaan proses verifikasi prapembedahan; pemberian tanda

146
pada sisi yang akan dibedah oleh petugas yang akan melaksanakan prosedur; dan
adanya tim yang terlibat dalam prosedur Time out sesaat sebelum memulai prosedur
untuk mengkonfirmasikan identitas pasien, prosedur dan sisi yang akan dibedah.
e. Kendalikan Cairan Elektrolit Pekat (concentrated)
Sementara semua obat-obatan, biologics, vaksin dan media kontras memiliki
profil risiko, cairan elektrolit pekat yang digunakan untuk injeksi khususnya adalah
berbahaya.Rekomendasinya adalah membuat standardisasi dari dosis, unit ukuran dan
istilah; dan pencegahan atas campur aduk/bingung tentang cairan elektrolit pekat yang
spesifik.
f. Pastikan Akurasi Pemberian Obat pada Pengalihan Pelayanan
Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi/pengalihan.
Rekonsiliasi (penuntasan perbedaan) medikasi adalah suatu proses yang didesain
untuk mencegah salah obat (medication errors) pada titik-titik transisi pasien.
Rekomendasinya adalah menciptakan suatu daftar yang paling lengkap dan akurat dan
seluruh medikasi yang sedang diterima pasien juga disebut sebagai “home medication
list”, sebagai perbandingan dengan daftar saat admisi, penyerahan dan/atau perintah
pemulangan bilamana menuliskan perintah medikasi; dan komunikasikan daftar tsb
kepada petugas layanan yang berikut dimana pasien akan ditransfer atau dilepaskan.
g. Hindari Salah Kateter dan Salah Sambung Slang (Tube)
Slang, kateter, dan spuit (syringe) yang digunakan harus didesain sedemikian rupa
agar mencegah kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) yang bisa
menyebabkan cedera atas pasien melalui penyambungan spuit dan slang yang salah,
serta memberikan medikasi atau cairan melalui jalur yang keliru. Rekomendasinya
adalah menganjurkan perlunya perhatian atas medikasi secara detail/rinci bila sedang
mengenjakan pemberian medikasi serta pemberian makan (misalnya slang yang
benar), dan bilamana menyambung alat-alat kepada pasien (misalnya menggunakan
sambungan & slang yang benar)
h. Gunakan Alat Injeksi Sekali Pakai
Salah satu keprihatinan global terbesar adalah penyebaran dan HIV, HBV, dan
HCV yang diakibatkan oleh pakai ulang (reuse) dari jarum suntik. Rekomendasinya
adalah penlunya melarang pakai ulang jarum di fasilitas layanan kesehatan; pelatihan

147
periodik para petugas di lembaga-lembaga layanan kesehatan khususnya tentang
prinsip-pninsip pengendalian infeksi,edukasi terhadap pasien dan keluarga mereka
mengenai penularan infeksi melalui darah;dan praktek jarum sekali pakai yang aman.
i. Tingkatkan Kebersihan Tangan (Hand hygiene) untuk Pencegahan lnfeksi
Nosokomial
Diperkirakan bahwa pada setiap saat lebih dari 1,4 juta orang di seluruh dunia
menderita infeksi yang diperoleh di rumah-rumah sakit. Kebersihan Tangan yang
efektif adalah ukuran preventif yang pimer untuk menghindarkan masalah ini.
Rekomendasinya adalah mendorong implementasi penggunaan cairan “alcohol-based
hand-rubs” tersedia pada titik-titik pelayan tersedianya sumber air pada semua kran,
pendidikan staf mengenai teknik kebarsihan taangan yang benar mengingatkan
penggunaan tangan bersih ditempat kerja; dan pengukuran kepatuhan penerapan
kebersihan tangan melalui pemantauan/observasi dan tehnik-tehnik yang lain.
2.5 Perawatan Diri
a. Angka tidak terpenuhinya kebutuhan mandi, berpakaian, dan eliminasi yang
disebabkan oleh keterbatasan diri.
b. Angka tidak terpenuhi kebutuhan diri (mandi, toilet pada tingkat ketergantungan
parsial dan total).
Persentase kebutuhan perawatan diri pasien :

Jumlah pasien yang tidak terpenuhi kebutuhan diri x 100 %

Jumlah pasien dirawat dengan tingkat ketergantungan parsial dan total

2.6 Kepuasan pasien


Untuk menciptakan kepuasan pasien suatu perusahaan atau rumah sakit harus
menciptakan dan mengelola suatu system untuk memperoleh pasien yang lebih banyak dan
kemampuan untuk mempertahankan pasiennya.
Namun upaya untuk perbaikan atau kesempurnaan kepuasan dapat dilakukan dengan
berbagai strategi oleh perusahaan untuk dapat merebut pelanggan. Junaidi (2002)
berpendapat bahwa kepuasan konsumen atas suatu produk dengan kinerja yang dirasakan

148
konsumen atas poduk tersebut. Jika kinerja produk lebih tinggi dari harapan konsumen maka
konsumen akan mengalami kepuasan.
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien
a. Menurut pendapat Budiastuti (2002) mengemukakan bahwa pasien dalam
mengevaluasi kepuasan terhadap jasa pelayanan yang diterima mengacu pada beberapa
faktor, antara lain :
a) Kualitas produk atau jasa
Pasien akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka menunjukkan bahwa produk
atau jasa yang digunakan berkualitas. Persepsi konsumen terhadap kualitas poduk
atau jasa dipengaruhi oleh dua hal yaitu kenyataan kualitas poduk atau jasa yang
sesungguhnya dan komunikasi perusahaan terutama iklan dalam mempromosikan
rumah sakitnya.
b) Kualitas pelayanan
Memegang peranan penting dalam industri jasa. Pelanggan dalam hal ini pasien
akan merasa puas jika mereka memperoleh pelayanan yang baik atau sesuai dengan
yang diharapkan.
c) Faktor emosional
Pasien yang merasa bangga dan yakin bahwa orang lain kagum terhadap konsumen
bila dalam hal ini pasien memilih rumah sakit yang sudah mempunyai pandangan
“rumah sakit mahal”, cenderung memiliki tingkat kepuasan yang lebih tinggi.
d) Harga
Harga merupakan aspek penting, namun yang terpenting dalam penentuan kualitas
guna mencapai kepuasan pasien. Meskipun demikian elemen ini mempengaruhi
pasien dari segi biaya yang dikeluarkan, biasanya semakin mahal harga perawatan
maka pasien mempunyai harapan yang lebih besar. Sedangkan rumah sakit yang
berkualitas sama tetapi berharga murah, memberi nilai yang lebih tinggi pada
pasien.
e) Biaya
Mendapatkan produk atau jasa, pasien yang tidak perlu mengeluarkan biaya
tambahan atau tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan jasa pelayanan,
cenderung puas terhadap jasa pelayanan tersebut.

149
b. Menurut Tjiptono (1997) kepuasan pasien ditentukan oleh beberapa faktor antara lain,
yaitu :
1) Kinerja (performance)
pendapat pasien terhadap karakteristik operasi dari pelayanan inti yang
telah diterima sangat berpengaruh pada kepuasan yang dirasakan. Wujud dari
kinerja ini misalnya : kecepatan, kemudahan, dan kenyamanan bagaimana
perawat dalam memberikan jasa pengobatan terutama keperawatan pada waktu
penyembuhan yang relatif cepat, kemudahan dalam memenuhi kebutuhan pasien
dan kenyamanan yang diberikan yaitu dengan memperhatikan kebersihan,
keramahan dan kelengkapan peralatan rumah sakit
2) Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features)
merupakan karakteristik sekunder atau karakteristik pelengkap yang
dimiliki oleh jasa pelayanan, misalnya : kelengkapan interior dan eksterior seperti
televisi, AC, sound system, dan sebagainya.
3) Keandalan (reliability)
sejauhmana kemungkinan kecil akan mengalami ketidakpuasan atau
ketidaksesuaian dengan harapan atas pelayanan yang diberikan. Hal ini
dipengaruhi oleh kemampuan yang dimiliki oleh perawat didalam memberikan
jasa keperawatannya yaitu dengan kemampuan dan pengalaman yang baik
terhadap memberikan pelayanan keperawatan dirumah sakit.

4) Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to spesification)


yaitu sejauh mana karakteristik pelayanan memenuhi standart-standart yang
telah ditetapkan sebelumnya. Misalnya : standar keamanan dan emisi terpenuhi
seperti peralatan pengobatan.
5) Daya tahan (durability)
berkaitan dengan beberapa lama produk tersebut digunakan. Dimensi ini
mencakup umur teknis maupun umur ekonomis dalam penggunaan peralatan
rumah sakit, misalnya : peralatan bedah, alat transportasi, dan sebagainya.
6) Service ability

150
meliputi kecepatan, kompetensi, serta penanganan keluhan yang
memuaskan. Pelayanan yang diberikan oleh perawat dengan memberikan
penanganan yang cepat dan kompetensi yang tinggi terhadap keluhan pasien
sewaktu-waktu.
7) Estetika
merupakan daya tarik rumah sakit yang dapat ditangkap oleh panca indera.
Misalnya : keramahan perawat, peralatan rumah sakit yang lengkap dan
modern, desain arsitektur rumah sakit, dekorasi kamar, kenyamanan ruang
tunggu, taman yang indah dan sejuk, dan sebagainya.
8) Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality)
citra dan reputasi rumah sakit serta tanggung jawab rumah sakit.
Bagaimana kesan yang diterima pasien terhadap rumah sakit tersebut terhadap
prestasi dan keunggulan rumah sakit daripada rumah sakit lainnya dan
tangggung jawab rumah sakit selama proses penyembuhan baik dari pasien
masuk sampai pasien keluar rumah sakit dalam keadaan sehat.
Aspek – aspek yang mempengaruhi kepuasan pasien
1. Sikap pendekatan staf pada pasien yaitu sikap staf terhadap pasien ketika pertama kali
datang di rumah sakit.
2. Kualitas perawatan yang diterima oleh pasien yaitu apa saja yang telah dilakukan oleh
pemberi layanan kepada pasien, seberapa pelayanan perawatan yang berkaitan dengan
proses kesembuhan penyakit yang diderita pasien dan kelangsungan perawatan pasien
selama berada dirumah sakit.
3. Prosedur administrasi yaitu berkaitan dengan pelayanan administrasi pasien dimulai
masuk rumah sakit selama perawatan berlangsung sampai keluar dari rumah sakit.
4. Waktu menunggu yaitu berkaitan dengan waktu yang diperbolehkan untuk
berkunjung maupun untuk menjaga dari keluarga maupun orang lain dengan
memperhatikan ruang tunggu yang memenuhi standar-standar rumah sakit antara
lain : ruang tunggu yang nyaman, tenang, fasilitas yang memadai misalnya televisi,
kursi, air minum dan sebagainya.
5. Fasilitas umum yang lain seperti kualitas pelayanan berupa makanan dan minuman,
privasi dan kunjungan. Fasilitas ini berupa bagaimana pelayanan terhadap pemenuhan

151
kebutuhan pasien seperti makanan dan minuman yang disediakan dan privasi ruang
tunggu sebagai sarana bagi orang-orang yang berkunjung di rumah sakit.
6. Fasilitas ruang inap untuk pasien yang harus rawat. Fasilitas ruang inap ini disediakan
berdasarkan permintaan pasien mengenai ruang rawat inap yang dikehendakinya.
7. Hasil treatment atau hasil perawatan yang diterima oleh pasien yaitu perawatan yang
berkaitan dengan kesembuhan penyakit pasien baik berapa operasi, kunjungan dokter
atau perawat.

Tingkat kepuasan antar individu satu dengan individu lain berbeda. Hal ini terjadi
karena adanya pengaruh dari faktor jabatan, umur, kedudukan sosial, tingkat ekonomi,
pendidikan, jenis kelamin, sikap mental dan kepribadian (Sugiarto, 1999)
Kepuasan pasien atau konsumen berdasarkan teori-teori diatas tidak hanya dipengaruhi
oleh jasa yang dihasilkan oleh suatu rumah sakit semata, tetapi juga dipengaruhi oleh
pelayanan yang diberikan oleh petugas rumah sakit baik dokter, perawat, dan karyawan-
karyawan lainnya.

Menurut Leonard L. Barry dan pasuraman “Marketing servis competin through


quality” (New York Freepress, 1991:16) yang dikutip Parasuraman dan Zeithaml (2001)
mengidentifikasi lima kelompok karakteristik yang digunakan oleh pelanggan dalam
mengevaluasi kualitas jasa layanan, antara lain:

a. Tangible (kenyataan), yaitu berupa penampilan fasilitas fisik, peralatan materi


komunikasi yang menarik, dan lain-lain.
b. Empati, yaitu kesediaan karyawan dan pengusaha untuk memberikan perhatian
secara pribadi kepada konsumen.
c. Cepat tanggap, yaitu kemauan dari karyawan dan pengusaha untuk membantu
pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat serta mendengar dan mengatasi
keluhan dari konsumen.
d. Keandalan, yaitu kemampuan untuk memberikan jasa sesuai dengan yang
dijanjikan, terpercaya dan akurat dan konsisten.
e. Kepastian, yaitu berupa kemampuan karyawan untuk menimbulkan keyakinan
dan kepercayaan terhadap janji yang telah dikemukakan kepada konsumen.

152
Supardi (2008) mengatakan model kepuasan yang komprehensif dengan fokus utama
pada pelayanan barang dan jasa meliputi lima dimensi penilaian sebagai berikut :
a. Responsiveness (ketanggapan), yaitu kemampuan petugas memberikan pelayanan
kepada pasien dengan cepat. Dalam pelayanan rumah sakit adalah lama waktu
menunggu pasien mulai dari mendaftar sampai mendapat pelayanan tenaga kesehatan.
b. Assurance (jaminan), yaitu kemampuan petugas memberikan pelayanan kepada
pasien sehingga dipercaya. Dalam pelayanan rumah sakit adalah kejelasan tenaga
kesehatan memberikan informasi tentang penyakit dan obatnya kepada pasien.
c. Emphaty (empati), yaitu kemampuan petugas membina hubungan, perhatian, dan
memahami kebutuhan pasien. Dalam pelayanan rumah sakit adalah keramahan
petugas kesehatan dalam menyapa dan berbicara, keikutsertaan pasien dalam
mengambil keputusan pengobatan, dan kebebasan pasien memilih tempat berobat dan
tenaga kesehatan, serta kemudahan pasien rawat inap mendapat kunjungan
keluarga/temannya.
d. Tangible (bukti langsung), yaitu ketersediaan sarana dan fasilitas fisik yang dapat
langsung dirasakan oleh pasien. Dalam pelayanan rumah sakit adalah kebersihan
ruangan pengobatan dan toilet
e. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan petugas memberikan pelayanan kepada
pasien dengan tepat. Dalam pelayanan rumah sakit adalah penilaian pasien terhadap
kemampuan tenaga kesehatan.

2.7 Kenyamanan Pasien


Di definiskan sebagai kondisi yang di alami oleh resipien berdasarkan pengukuran
kenyamanan.ada tiga tipe kenyamanan (dorongan, ketentraman dan transcendse) serta
empat konteks pengalaman (fisik,psikospiritual,sosial dan lingkungan ).Tipe-tipe
kenyamanan di desfinisikan sbb :
a. Dorongan (relief) : kondisi resipion yang membutuhkan penanganan yang spesifik dan
segera.
b. ketentraman (ease) : kondisi yang tentram atau kepuasan hati
c. Transcendense :Kondisi di mana individu mampu mengatasi masalahnya (nyeri)

153
Fenomena nyeri timbul karena adanya kemampuan system saraf untuk mengubah berbagai
stimulus mekanis, kimia, termal, elektris menjadi potensial aksi yang dijalarkan ke sistem
saraf pusat. Nyeri merupakan suatu mekanisme protektif bagi tubuh yang akan muncul bila
jaringan tubuh rusak, sehingga individu akan bereaksi atau berespons untuk
menghilangkan mengurangi rangsang nyeri. Nyeri adalah sensasi subjektif, rasa yang tidak
nyaman biasanya berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual dan potensial (Nursalam,
2014).

Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri


1. Arti nyeri terhadap individu
Persepsi adalah interpretasi pengalaman nyeri dimulai saat pertama pasien sadar
adanya nyeri. Arti nyeri bagi setiap individu berbeda, bisa dianggap sebagai respon
positif atau negative
2. Toleransi individu terhadap nyeri
Toleransi nyeri adalah toleransi seseorang yang berhubungan dengan intensitas
nyeri dimana individu dapat merespon nyeri lebih baik atau sebaliknya
3. Ambang nyeri
Ambang nyeri adalah intensitas rangsang terkecil yang akan menimbulkan
rangsang nyeri, suatu batas kemampuan seseorang untuk mau beradaptasi serta
berespon terhadap nyeri
4. Pengalaman lampau
Pengalaman sebelumnya dapat mengubah sensasi pasien terhadap nyeri
5. Lingkungan
Lingkungan yang ramai, dingin, panas, lembab meningkatkan intensitas nyeri
individu
6. Usia
Makin dewasa seseorang maka semakin dapat mentoleransi rasa sakit
7. Kebudayaan
Norma/aturan dapat menumbuhkan perilaku seseorang dalam memandang dan
berasumsi terhadap nyeri yang dirasakan
8. Kepercayaan

154
Ada keyakinan bhawa nyeri merupakan suatu penyucian atau pembersihan dan
hukuman atas dosa mereka terhadap Tuhan

9. Kecemasan dan stress


Stres dan kecemasan dapat mengahmbat keluarnya endorfin yang berfungsi
menurunkan persepsi nyeri

Angka tata laksana nyeri

Instrumen Intensitas Nyeri

1. Indikasi : dewasa dan anak (berusia lebih dari sembilan tahun) atau pasien pada semua
area perawatan yang mengerti tentang penggunaan angka untuk menentukan tingkat
dari intensitras rasa nyeri yang dirasakan.
2. Instruksi:

a. Menanyakan kepada pasien tentang berapa angka yang diberikan untuk


menggambarkan rasa nyeri yang saat ini dirasakan

155
b. Berikan penjelasan tentang skala nyeri yang diberikan

0 = tidak nyeri
1-3 = nyeri ringan, mengomel, sedikit mengganggu ADL
7-10 = nyeri sedang, cukup mengganggu ADL
7-10 = nyeri berat dan tidak mampu melakukan ADL
c. Tim kesehatan di dalam kolaborasinya dengan pasien/keluarga (bila perlu), dapat
menentukan intervensi yang dibutuhkan untuk menangani nyeri pasien.

2.8 Keselamatan Pasien


Keselamatan pasien (patien safety) merupakan suatu variable untuk mengukur dan
mengevaluasi kualitas pelayanan keparawatan yang berdampak terhadap pelayanan
kesehatan. Sejak malpraktik menggema diseluruh belahan bumi melalui berbagai media baik
cetak maupun elektronik hingga ke jurnal-jurnal ilmiah ternama, dunia kesehatan mulai
menaruh kepedulian yang tinggi terhadap isu keselamatan pasien.
Program keselamatan pasien adalah suatu usaha untuk menurunkan angka kejadian
tidak diharapkan (KTD) yang sering terjadi pada pasien yang dirawat dirumah sakit sehingga
sangat merugikan baik pasien itu sendiri maupun pihak rumah sakit. KTD bisa disebabkan
oleh berbagai factor antara lain beban kerja perawat yang tinggi, alur komunikasi yang
kurang tepat, penggunaan sarana yang kurang tepat dan lain sebagainnya.
Indicator keselamatan pasien (IPS) bermanfaat untuk mengidentifikasi area-area
pelayanan yang memerlukan pengamatan dan perbaikan lebih lanjut, misalnya untuk
menunjukan:
1. Adanya penurunan mutu pelayanan dari waktu ke waktu
2. Bahwa suaru area pelayanan ternyata tidak memenuhi standar klinik atau terapi
sebagaimana yang diharapkan
3. Tingginya variasi antar rumah sakit dan antar pemberi pelayanan
4. Ketidaksepadanan antar unit pelayanan kesehatan (misalnya pemerintah dengan swasta
atau urban dengan rural).

Angka Kejadian Dekubitus

156
Luka tekan atau dekubitus merupakan masalah serius yang terjadi pada pasien yang
mengalami gangguan mobilitas, seperti pasien stroke, cedera tulang belakang, atau penyakit
degenerative. Adanya dekubitus yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan masa
perawatan pasien menjadi panjang dan peningkatan biaya rumah sakit. Oleh karena itu
perawat perlu memahami secara komperhensif tentang dekubitus agar dapat memberikan
pencegahan dan intervenasi keperawatan yang tepat untuk pasien yang berisiko.

1. Fisiologis dekubitus
Dekubitus adalah kerusakan jaringan yang terlokalisir yang disebabkan karena adanya
kompresi jaringan yang lunak diatas tulang yang menonjol dan adanya tekanan dari luar
dalam jangka waktu yang lama. Kompresi jaringan akan menyebabkan gangguan pada
suplai darah [ada daerah yang tertekan. Apabila ini berlangsung lama hal ini akan
menyebabkan insifisiensi alirah darah, anoksia atau iskemi jaringan dan akhirnya dapat
mengakibatkan kematian sel. Area yang sering terjadi dekubitus adalah area yang sering
mengalami tekanan yaitu :
a. Pada posisi terlentang yaitu: pada daerah belakang kepala, sacrum dan tumit
b. Pada posisi duduk yaitu daerah ischium
c. Pada posisi lateral yaitu thorakhanter (torakanter)
2. Factor risiko
Factor-faktor risiko untuk terjadinya dekubitus. Ada dua hal utama yang berhubungan
denga risiko terjadinyan dekubitus, yaitu factor tekanan dan toleransi jaringan. Factor
yang mempengaruhi durasi dan intensitas tekanan diatas tulang yang mennjol adalah
imobilisasi, inaktifitas dan penurunan sensori persepsi. Sementara itu factor yang
mempengaruhi toleransi jaringan dibedakan menjadi dua yaitu ektrinsik dan intrinsik.
Factor intrinsic yaitu factor yang berasal dari pasien. Sementara itu yang dimaksud
dengan factor ektrinsik adalah factor-faktor dari luar yang mempunyai efek deteriorasi
pada lapisan ekternal dari kulit. Dibawah ini adalah penjelasan dari masing-masing factor
diatas:
1. Mobilitas dan aktivitas
Mobilitas adalah kemampuan untuk mengubah atau mengontrol posisi tubuh,
sedangkan aktivitas adalah kemampuan untuk berpindah. Pasien yang terus-menerus

157
berbaring ditempat tidur tanpa mampu mengubah posisi berisiko tinggi terkena
dekubitus. Imobilisasi adalah factor yang sangat signifikan untuk terkena dekubitus.
2. Penurunan sensori persepsi
Pasien yang mengalami penurunan persepsi akan mengalami penurunan kemampuan
untuk merasakan sensasi nyeri akiabat tekanan diatas tulang yang meninjol. Bila ini
terjadi dalam durasi yang lama, pasien akan mudah terkena dekubitus.

3. Kelembapan
Kelmbapan yang disebabkan oleh inkontenensia dapat mengakibatkan terjadinya
laserasi pada jaringan kulit. Jaringan yang mengalami maserasi akan lebih mudah
mengalami erosi. Selain itu kulit juga mudah terkena pergeseran dan perobekan
jaringan. Inkontinensia alvi lebih signifikan dalam perkembangan dekubitus daripada
inkontinensia urine karena adanya bakteri dan enzim pada feses dapat merusak
permukaan kulit.
4. Tenaga yang merobek (shear)
Merupakan kekuatan mekanisme yang menggerakan dan merobek jaringan,
pembuluh darah serta struktur jaringan lebih dalam yang berdekatan dengan tulang
yang menonjol. Contoh yang paling sering: ketika pasien diposisikan dalam posisi
semifowler yang melebihi 30 derajat. Pada posisi ini pasien bisa merosot kebawah,
sehingga mengakibatkan tulangnya sudah bergeser kebawah dan kulitnya masih
tertinggal. Ini mengakibatkan impitan pada pembuluh darah kulit, serta kerusakan
pada jaringan bagian dalam seperti otot namun hanya menimbulkan sedikit kerusakan
pada permukaan kulit.
5. Pergesekan
Pergesekan terjadi ketika dua permukaan bergerak dengan arah yang berlawanan.
Pergesekan dapar mengakibatkan abrasi dan merusak permukaan epidermis kulit.
Pergeskan bisa terjadi pada saat pergantian sprei pasien yang tidak hati-hati.
6. Nutrisi
Hipoalbuminemia, kehilangan berat badan dan malnutrisi umumnya diidentifikasi
sebagai factor predisposisi untuk terjadinya dekubitus. Stadium tiga dan empat

158
dekubitus pada orang tua berhubungan dengan penurunan berat badan, rendahnya
kadar albumin dan asupan makanan yang tidak mencukupi.
7. Usia
Pasien yang sudah tua memiliki risiko tinggi untuk terkena dekubitus karena kulit dan
jaringan akan berubah seiring dengan penuaan. Penuaan mengakibatkan hilangnya
otot , penurunan kadar serum albumin, pernurunan respon inflamatori penurunan
elastisitas kulit serta penurunan kohesi antar epidermis dan dermis. Perubahan ini
serta factor penuaan lain akan membuat toleransi kulit terhadap tekanan, pergesekan
dan tenaga yang merobek menjadi berkurang.
8. Takanan arteriolar yang rendah
Tekanan arteriolar yang rendah akan mengurangi toleransi kulit terhadap tekanan
sehingga dengan aplikasi tekanan yang rendah sudah mengakibatkan jaringan
menjadi iskemia. Tekanan sistolik dan tekanan diastolic yang rendah berkontribusi
pada perkembangan dekubitus.
9. Stress emosional
Depresi dan stress emosional kronik, misalnya pada pasien psikiatri, juga merupakan
factor risiko untuk perkembangan dari dekubutus
10. Merokok
Nikotin yang terdaoat pada rokok dapat menurunkan aliran darah yang menimbulkan
efek toksik terhadap endothelium pembulu darah
11. Temperature kulit
Peningkatan temperature merupakan factor yang signifikan dengan risiko terjadinya
dekubitus.
Menurut hasil penelitian, factor penting lain yang juga berpengaruh terhadap risiko
terjadinya dekubitus adalah tekanan antar muka. Tekanan antarmuka adalah kekuatan
perunit area tubuh dengan permukaan matras. Apabila tekanan antarmuka lebih besar
daripada tekanan kapiler rata-rata, maka pembulu darah kapiler akan mudah kolaps
atau mudah terjadinnya iskemia dan nekrotik. Tekanan kapiler rata-rata adalh
32mmHg. Tekanan antarmuka yang tinggi merupakan factor yang signifikan untuk
perkembangan dekubitus. Tekanan antarmuka diukur dengan menempatkan alat
pengukur tekanan antar muka diantara area yang terkena dengan matras.

159
3. Stadium dekubitus
a. Stadium 1
Adanya perubahan dari kulit yang dapat diobservasi. Apabila dibandingkan dengan
kulit yang normal, akan tampak salah satu tanda. Tanda yang muncul adalah
perubahan temperature kulit (lebih dingin atau lebih hangat), perubahan konsistensi
jaringan (lebih keras dan lebih lunak), perubahan sensasi (gatal atau nyeri). Pada
orang berkulit putih luka terlihat sebagai kemerahan yang menetap. Sementara itu
pada orang yang berkulit gelap, luka kelihatas sebagai merah yang menetap, biru atau
ungu.
b. Stadium 2
Hilangnya sebagian lapisan kulit yaitu epidermis, dermis atau keduanya. Cirinya
adalah lukanya superficial, abrasi, melepuh, atau membentuk tulang yang dangkal.
c. Stadium 3
Hilangnya lapisan kulit secara lengkap, meliputi kerusakan atau nekrosis dari
jarinngan subkutan atau lebih dalam tapi tidak sampai pada fascia. Luka terlihat
seperti lubang yang dalam.
d. Stadium 4
Hilangnya lapisan kulit secara lengkap dengan kerusakan yang luas, nekrosis
jaringan, kerusakan pada otot, tulang atau tendon. Adanya lubang yang dalam serta
seluruh sinus juga termasuk dalam stadium 4 dari dekubitus.
Menurut stadium dekubitus diatas, dekubitus berkembang dari lapisan luar kulit
ke lapisan dalam (top-down). Namun menurut hasil penelitian saat ini, dekubitus juga
dapat berkembang dari jaringan bagian dalam seperti fascia dan otot walaupun tanpa
ada kerusakan pada permukaan kulit. Ini dikenal dengan istila cedera jaringan bagian
dalam. Hal ini disebabkan karena jaringan otot dan jaringan subkutan lebih sensitive
terhadap iskemia daripada permukaan kulit. Kejadian DTI sering disebabkan karena
imobilisasi dalam jangka waktu yang lama, misalnya karena periode operasi yang
panjang. Penyebab lain adalah seringnya pasien yang mengalami tenaga yang
merobek.
4. Pencegahan dan intervensi awal pasien dengan dekubitus.
a. Kaji risiko individu terhadap kejadian dekubitus

160
b. Kaji factor risiko pada saat pasien memasuki RS dan diulang dengan pola yang
teratur atau ketika ada perubahan yang signifikan pada pasien seperti pada
pembedahan atau penurunan status kesehatan. Bebrapa instrument pengkajian risiko
dapat digunakan untuk mengetahui skor risiko. Diantara skala yng sering digunakan
adalah skala Braden dan Norton. Saat ini skala Branden telah diuji validitasnya di
Indonesia, instrument ini ternyata memiliki nilai validitas reliabilitas yang tinggi.
c. Identifikasi kelompok-kelompok yang berisiko tinggi trhadap kejadian dekubitus.
Orang tu dengan usia yang lebih dari 60 tahun, bayi dan neonatal, pasien injury tulang
belakang adalah kelompok yang mempunyai risiko terhadap kejadian dekubitus.
d. Kaji keadaan kulit secara teratur setidaknya sehari sekali. Kaji semua daerah diatas
tulang yang meninjol setidaknya sehari sekali. Kulit yang kemerahan dan daerah yang
diatas tulang yang menonjol seharusnya tidak dipijat karena pijatan yang keras dapat
mengganggu perfusi jarigan.
e. Kaji status mobilitas. Untuk pasien yang lemah lakukan perubahan posisi. Ketika
menggunakan posisi lateral, hindari tekanan secara langsung pada daerah trokanter.
Bila ingin memosisikan pasien pada posisi lateral maka posisikanlah pasien pada
posisi lateral inklin 30, posisi ini memungkinkan distribusi pada tekanan yang lebih
luas. Untuk menghindari dekubitus didaerah tumit gunakan bantal yang diletakan
dibawah kaki bawah. Bantal juga dapat digunakan pada daerah lutut kanan dan lutut
kiri, diantara mata kaki, di belakang punggung, dan dibawah kwepala untuk
mengurangi kejadian dekubitus.
f. Minimalkan terjadinya tekanan. Hindari dengan menggunakan kasa yang berbentuk
donat yang dibuat dari kasa atau balon untuk mencegah dekubitus. Menurut hasil
penelitian sanada (1998) ini justru mengakibatkan region yang kontak dengan kasa
donat menjadi iskemia. Rendahkan kepala tempat tidur satu jam setelah makan, bila
tidak mungkin kondisi pasien, maka kajilah daerah sacral lebih sering. Tentukanlah
jenis matras yang sesuai dengan kondisi pasien.
g. Kaji dan minimalkan pergerakan dan tenaga merobek. Kulit yang lembab
mengakibatkan mudahnya terjadinya pergeseran dan perobekan jaringan. Pertahankan
kepala tempat tidur pada posisi 30 derajat atau dibawah 30 derajat untuk mencegah
terjadinya pasien merosot yang dapat mengakibatkan terjadinya perobekan jaringan.

161
h. Kaji inkontenensia. Kelembapan yang disebabkan oleh inkontenensia dapat
menyebabkan maserasi. Lakukan latihan untuk melatih kandung kemih pada pasien
yang mengalami inkontenensia. Hal lain yang dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya dekubitus adalah:
 Bersihkanlah setiap kali lembab dengan pembersih dengan PH seimbang,
bersihkan dan keringkan kulit secepat mungkin setelah episode inkontenensia.
 Hindari menggosok kulit dengan keras karena dapat mengakibatkan trauma
pada kulit.
 Pembersih perianal yang mengandung antimikroba topical dapat digunakan
untuk mengurangi jumlah mikroba di daerah kulit perianal.
 Gunakan air yang hangat atau sabun yang lembut untuk mencegah kekeringan
pada kulit-kulit orang tua lebih kecil toleransinya dari efek kekerinagn karena
sabun dan air panas.
 Berikan kelembapan pada pasien setelah dimandikan untuk mengembalikan
kelembapan kulit
 Bila pasien menggunakan diaper, pillalah diaper yng memiliki daya serap
yang baik, untuk mengurangi kelembapan kulit akibat inkontenensia
i. Kaji status nutrisi. Pasien dengan dekubitus biasanya memiliki serum albumin dan
hemoglobin yang lebih rendah bila dibandingkan dengan mereka yang tidak terkena
dekubitus. Kajilah status nutrisi yang meliputi berat badan pasien, asupan makanan,
napsu makan, masalah pencernaan gangguan pada gigi, riwayat pembedahan atau
intervensi keperawatan/medis yang mempengaruhi asupan makanan.
j. Kajilah factor yang menunda status penyembuhan. Penyembuhan luka sering kali
gagal karena adnya kondisi-kindisi seperti malignasi, diabetes, gagal jantung, gagal
ginjal, pneumonia. Obat-obatan seperti steroid, agen imunosupresif, atau obat
antikanker juga akan menunggu penyembuhan luka.
k. Evaluasi penyembuhan luka. Dekubitus stadium 2 seharusnya menunjukan
penyembuhan luka dalam waktu satu sampai dua minggu. Pengecilan ukuran luka
setelah dua minggu juga dapat digunakan untuk memprediksi untuk penyembuhan
luka. Bila kondisi luka memburuk atau terjadi deteriorasi pada luka, evaluasilah luka
secepat mungkin.

162
Kaji dan monitor dekubitus pada setiap penggantian balutan luka meliputi:
 Deskripsi dari dekubitus meliputi lokasi, tipe jaringan (granulasi, nekrosis,
parut), ukuran luka, eksudat (jumlah, tipe, karakter, bau), serta ada tidaknya
infeksi.
 Stadium dari dekubitus
 Kondisi kulit sekeliling luka,
 Nyeri pada kulit
Parameter lain untuk penyembuhan luka adalah demensi luka, eksudat, dan jaringan
luka. Pantaulah perkembangan dari penyembuhan luka dengan menggunakan
instrument/skala. Contoh instrument yang sering digunakan untuk mengkaji
penyembuhan luka adalah pressure sore status tool (PSST) dan pressure ulcer scale
for healing (PUSH). Kajikah komplikasi yang potensial terjadi karena dekubitus
seperti abses, osteomielitis, bakteremia, fistula. Jangan lupa member edukasi kepada
pasien berupa penyebab dan factor risiko untuk dekubitus serta cara untuk
meminimalkan dekubitus.
5. Penilaian angka kejadian dekubitus
Skala Norton dapat digunakan untuk memperbaiki apakah seorang pasien berisiko
dekubitus atau tidak dengan lima indicator, yaitu kondisi fisisk (physical condition),
kondisi mental (mental condition), kegiatan (activity), mobilitas (mobility), inkontenensia
(incontinence). Kesalahan pemberian obat
Angka kejadian kesalahan pemberian obat oleh perawat dapat diketahui dari formula
sebagai berikut.

1. Angka KTD dalam pemberian obat


Jumlah pasien terkena KTD dalam pemberian obat
X 100%
Jumlah pasien pada hari tersebut

2. KNC dalam pemberian obat


Jumlah pasien yang terkena KNC dalam pemberian obat
X 100%
Jumlah pasien pada hari tersebut

163
Indicator kesalahan pemberian obat
a. Salah pasien
b. Salah nama, tidak sesuai dengan medical recond
c. Salah waktu
 Terlambar pemberian obat (30 menit setelah jadwal)
 Terlalu tepat (30 menit sebelum jadwal)
 Obat stop tetap dilanjutkan
d. Salah cara (rute): oral, iv, im, sc, supp, drip
e. Salah dosis: obat yang diberikan tidak sesuai dengan resep dokter
f. Salah dokumentasi
g. Dokumentasi tidak sesuai dengan yang dilaksanakan.

Pasien jatuh (patient fall)


Pasien dikategorikan berisisko jatoh apabila mempunyai satu atau lebih factor berisiko jatuh
pada saat pengkajian:
1. Factor risiko intrinsic, antara lain:
a. Karakteristik pasien dan fungsi fisik umum
b. Diagnosis atau perubahan fisik
c. Meditasi dan interaksi obat
2. Factor ekstrinsik (lingkungan), antara lain:
a. Tingkat pencahayaan
b. Permukaan lantai
c. Furniture
d. Ketinggian tempat tidur, kunci tempat tidur
e. Call bell
f. Penggunaan alat bantu
g. Lama dirawat

Cedera Akibat Restraint


Angka kejadian cedera akibat pengekang (restraint) dapat diketahui dari formula sebagai
berikut.

164
Jumlah akibat cedera pengekang

X 100%

Jumlah total pasien yang dipasang pengekang

Perhatian pada pengekang:

1. Sirkulasi ekstremitas adekuat atau tidak


2. Ada atau tidak gangguan ekstremitas
3. Keluarga mengerti tentang perlunya pengekang
4. Jangan berikan posisi supine
5. Cek posisi pengekang
6. Jangan dipasang pasa ekstremitas yang tidak bisa bergerak

Infeksi Nosokomial
Infeksi nosokomial (INOS) adalah infekai yang didapat atau timbul pada waktu pasien
dirawat dirumah sakit. Rumah sakit merupakan suatu tempat orang sakit dirawat dan
ditempatkan dalam jarak yang sangat dekat. Ditempat ini pasien mendapatkan terapi dan
perawatan untuk agar mendapat kesembuhan. Akan tetapi rumah sakit juga merupakan depot
berbagai macam penyakit yang berasal dari penderita maupun dari pengunjung yang
berstatus pembawa (carier). Kuman penyakit ini dapat hidup dan berkembang di rumah sakit
seperti udara, air, lantai, makanan dan benda-benda medis maupun nonmedis. Mulai tahun
2001 Depkes RI telah memasukan pengendalian infeksi nosokomial sebagai salah satu tolak
ukur akreditasi rumah sakit.
Infeksi rumah sakit (nosokomial) merupakan masalah penting di seluruh dunia dan terus
meningkat setiap tahunya. Berbagai upaya telah dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk
mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Salah satu upayanya adalah penerapan universal
precaution (perlindungan diri). Akan tetapi peningkatan kejadian infeksi nosokomial tetap
terjadi.
Angka kejadian infeksi nosokomial yang tinggi juga terdapat di Negara maju, misalnya di
Amerika Serikat terjadi 20 ribu kematian akibat inveksi nosokomial. Di seluruh dunia, 10%
pasien rawat inap dirumah sakit mengalami infeksi yang baru selama dirawat atau sebesar 1,4
juta infeksi setiap tahun. Di Indonesia penelitian yang dilakukan di sebelas rumah sakit
menunjukan bahwa 9,8% hingga 12,06% dengan rata-rata keseluruhan 4,26%. Untuk lama

165
perawatan berkisar 4,3-11,2 hari, dengan rata-rata keseluruhan 6,7 hari. Infeksi nosokomial
dapat menyebabkan pasien dirawat lebih lama sehingga harus mengeluarkan biaya yang lebih
banyak. Demikian pula dengan pihak rumah sakit karena harus mengeluarkan biaya lebih
besar untuk pelayanan. Kejadian infeksi nosokomial dapat mengakibatkan kematian apabila
tidak mendaoat menanganan yang tepat.
2.9 Perawatan Diri
 angka tidak terpenuhinya kebutuhan mandi, berpakaian, dan eliminasi yang disebabkan
oleh keterbatasan diri.
 Angka tidak terpenuhinya kebutuhan diri (mandi, toilet pada tingkat ketergantungan
partial atau total)
Presentase kebutuhan perawatan diri pasien :
Jumlah pasien yang tidak terpenuhi kebutuhan diri
X 100%
Jumlah pasien yang dirawat dengan tingkat ketergantungan partial dan total
Terdapat enam aktivitas yang diperhatikan dalam perawatan diri hal akan, BAK/BAB,
mengenakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan mandi. Dari enam aktivitas tersebut
penilai dapat mengkategorikan pasien ke dalam kelompok yang mana.

Tabel : Kategori tingkat kemandirian pasien


A Mandiri dalam hal makan, BAK/BAB, mengenakan pakaian, pergi ke toilet,
berpindah dan mandi.
B Mandiri semuanya, kecuali salah satu dari fungsi di atas.
C Mandiri, kecuali mandi dan salah satu dari fungsi di atas.
D Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, dan salah satu dari fungsi di atas
E Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, pergi ke toilet dan salah satu dari fungsi di
atas.
F Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan salah satu dari
fungsi di atas.
G Ketergantungan untuk semua fungsi di atas.
Keterangan : Mandiri berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan aktif dari orang
lain. Seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan
fungsi, meskipun ia di anggap mampu.
2.10 Kepuasan Pasien
Pengukuran dan Analisis Kepuasan
Survey kepuasan harus mempertimbangkan aspek apa saja yang dinilai pasien. Ada beberapa
aspek yang harus di ukur, antara lain atribut harapan pasien dan jasa layanan kesehatan
seperti : kompentensi klinis, empati, kesediaan menjawab keluhan, responsive, keselamatan,
perawatan (caring), komunikasi dan lain-lain.
Menurut Leonard L.Barry dan pasuraman “Marketing servis competin trough quality”
(New York Freepress,1991:16) yang dikutip Parasuraman Dan Zeithaml (2001)

166
mengidentifikasikan lima karakteristik yang digunakan oleh pelanggan dalam
mengevaluasi kualitas jasa layanan, antara lain :
1. tangible (kenyataan), yaitu berupa penampilan fasilitas fisik, peralatan materi,
komunikasi yang menarik, dan lain-lain.
2. Empati, yaitu kesediaan karyawan dan pengusaha untuk memberikan perhatian secara
pribadi kepada konsumen;
3. Cepat tanggap, yaitu kemauan dari karyawan dan pengusaha untuk membantu
pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat serta mendengar dan mengatasi
keluhan dari konsumen;
4. Keandalan, yaitu kemampuan untuk memberikan jasa sesuai dengan yang dijanjikan,
terpecaya dan akurat dan konsisten;
5. Kepastian, yaitu berupa kemampuan karyawan untuk menimbulkan keyakinan dan
kepercayaan terhadap janji yang telah dikemukakan kepada konsumen.
Tabel Instrumen Kepuasan Pasien Berdasarkan Lima Karakteristik (RATER)
No Karakteristik 1 2 3 4
.
1. REALITY (KEANDALAN)
a. Perawat mampu menangani masalah perawatan anda
dengan tepat dan professional.
b. Perawat memberikan informasi tentang fasilitas yang
tersedia, cara penggunaannya dan tata tertib yang berlaku
di RS.
c. Perawat memberi tahu dengan jelas tentang hal-hal yang
harus di patuhi dalam perawatan anda.
d. Perawat memberi tahu dengan jelas tentang hal-hal yang
dilarang dalam perawatan anda.
e. Ketepatan waktu perawat tiba di ruangan ketika anda
membutuhkan.
2. ASSURANCE (JAMINAN)
a. Perawat memberikan perhatian terhadap keluhan yang
anda rasakan.
b. Perawat dapat menjawab pertanyaan tentang tindakan
perawatan yang diberikan kepada anda.
c. Perawat jujur dalam memberikan informasi tentang
keadaan anda.
d. Perawat selalu memberi salam dan senyum bertemu
dengan anda.
e. Perawat teliti dan terampil dalam melaksanakan tindakan
keperawatan kepada anda.
3. TANGIBELS (KENYATAAN)
a. Perawat memberikan informasi tentang administrasi yang
berlaku bagi pasien rawat inap di RS.
b. Perawat selalu menjaga kebersihan dan kerapihan
ruangan yang anda tempati.

167
c. Perawat menjaga kebersihan dan kesiapan alat-alat
kesehatan yang digunakan.
d. Perawat menjaga kebersihan dan kelengkapan fasilitas
kamar mandi dan toilet.
e. Perawat selalu menajaga kerapian dan penampilanya.
4. EMPHATY (EMPATI)
a. Perawat memberikan informasi kepada anda tentang
segala tindakan perawatan yang akan dilaksanakan.
b. Perawat mudah ditemui dan dihubungi bila anda
membutuhkan.
c. Perawat sering menengok dan memeriksa keadaan anda
seperti mengukur tensi, suhu, nadi, pernapasan dan cairan
infus.
d. Pelayanan yang diberikan perawat tidak memandang
pangkat atau status tapi berdasarkan kondisi anda.
e. Perawat perhatian dan memberi dukungan moril terhadap
anda (menanyakan dan berbincang-bincang tentang
keadaan anda)
5. RESPONSIVENESS (TANGGUNG JAWAB)
a. Perawat bersedia menawarkan bantuan kepada anda
ketika mengalami kesulitan walau tanpa diminta.
b. Perawat segera menangani anda ketika sampai di ruang
rawat inap.
c. Perawat menyediakan waktu khusus untuk membantu
anda berjalan, BAB, BAK, ganti posisi tidur, dan lain-
lain.
d. Perawat membantu anda untuk memperoleh obat.
e. Perawat membantu anda untuk pelayanan foto dan
laboratorium di RS ini.
Keterangan :
1 = Sangat tidak puas
2 = Tidak puas
3 = Puas
4 = Sangat Puas

1.4 Kenyamanan
Fenomena nyeri timbul karena adanya kemampuan system saraf untuk mengubah
berbagai stimulus mekanis, kimia, termal, elektris menjadi potensial aksi yang dijalarkan
ke system saraf pusat. Nyeri merupakan suatu mekanisme protektif bagi tubuh yang akan
muncul bila jaringan tubuh rusak, sehingga individu akan beraksi atau berespon untuk
menghilangkan mengurangi rasa nyeri. Nyeri adalah sensasi subjektif, rasa yang tidak
nyaman biasanya berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau potensial.
Faktor-faktor yang memengaruhi Nyeri
1. Arti nyeri terhadap individu

168
Persepsi adalah interpretasi pengalaman nyeri dimulai saat pertama pasien sadar
adanya nyeri. Arti nyeri bagi setiap individu berbeda, bias dianggap sebagai respons
positif atau negative.
2. Toleransi individu terhadap nyeri
Toleransi nyeri adalah toleransi seseorang yang berhubungan dengan intensitas nyeri
dimana individu dapat merespon nyeri lebih baik atau sebaliknya.
3. Ambang nyeri
Ambang nyeri adalah intesitas rangsang terkecil yang akan menimbulkan rangsang
nyeri, suatu kemampuan seseorang untuk mau beradaptasi serta berespon terhadap
nyeri.
4. Pengalaman lampau
Pengalaman sebelumnya dapat mengubah sensasi pasien terhadap nyeri.
1.5 Kecemasan
Kecemasan merupakan reaksi pertama yang muncul atau dirasakan oleh pasien dan
keluarganya di saat pasien harus dirawat mendadak atau tanpa terencana begitu mulai
masuk rumah sakit. Kecemasan akan terus menyertai pasien dan keluarganya dalam
setiap tindakan perawatan terhadap penyakit yang diderita pasien.
Cemas adalah emosi dan merupakan pengalaman subjektif individual, mempunyai
kekuatan tersendiri dan sulit untuk diobservasi secara langsung. Perawat dapat
mengidentifikasi cemas lewat perubahan tingkah laku pasien.
Cemas adalah emosi tanpa objek yang spesifik, penyebabnya tidak diketahui dan
didahului oleh pengalaman baru. Takut mempunyai sumber yang jelas dan objeknya
dapat dodefinisikan. Takut merupakan penilaian intelektual terhadap stimulus yang
menggancam dan cemas merupakan respons emosi terhadap penilaian tersebut.
Cemas adalah suatu kondisi yang menandakan suatu keadaan yang mengancam
keutuhan serta keberadaan dirinya dan dimanifestasikan dalam bentuk perilaku seperti
rasa tidak berdaya, rasa tidak mampu, rasa takut, fobia tertentu.
Kecemasan muncul bila ada ancaman ketidakberdayaan, kehilangan kendali,
perasaan kehilangan fungsi-fungsi dan harga diri, kegagalan pertahanan, perasaan
terisolasi.

Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003:121) pengetahuan merupakan hasil “tahu”, dan ini
terjadi setelah orang melakukan pengingdraan terhadap suatu objek tertentu. Jadi
pengetahuan ini diperoleh dari aktivitas pancaindra yaitu penglihatan, penciuman, peraba
dan indra perasa, sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003:121). Penilitian Rogers (1974) dalam buku
pendidikan dan perilaku kesehatan (Notoatmodjo, 2003 dan nursalam, 2007)
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang
tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu :

169
1. Awareness ( Kesadaran) ketika seseorang menyadari dalam arti mengetahui terlebih
dahulu terhadap stimulus (objek);
2. Interest (tertarik), ketika seseorang mulai tertarik pada stimulus
3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut
baginya;
4. Trial (mencoba), ketika seseorang telah mencoba perilaku baru;
5. Adoption (adaptasi), ketika seseorang telah berperilaku baru yang sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Namun, berdasarkan penilitian selanjutnya, Rogers menyimpulkan bahwa perubahan
perilaku tidak selalu melewati tahapan di atas. Jika penerima perilaku baru atau adopsi
perilaku melalui proses seperti ini yaitu dengan di dasari oleh pengetahuan, kesadaran
dan sikap yang positif, maka perilaku itu akan bersifat langgeng (longlasting). Sebaliknya
apanila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran, perilaku itu tidak
akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2003:121)
Kesimpulan
Kegiatan menilai mutu pada tingkat rumah sakit akan diawali dengan penetapan
kriteria pengendalian, mengidentifikasi informasi yang relevan dengan kriteria yang telah
ditetapkan, menetapkan keputusan tentang kualitas, serta memperbaiki situasi sesuai hasil
yang diperoleh, lalu menetapkan kembali cara mengumpulkan informasi. Ada enam
indicator utama kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit, yaitu :
Keselamatan pasien (patient safety), yang meliputi: angka infeksi nosocomial, angka
kejadian pasien jatuh/kecelakan, decubitus, kesalahan dalam pemberian obat, dan tingkat
kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan.

. Latihan
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut :
Carilah artikel penelitian tentang kepuasan pelanggan, uraikan hasil penelitian tersebut cara
untuk mengatasi hal-hal yang masih belum memberikan kepuasan pada pasien secara optimal.

3. Rangkuman
Kegiatan menilai mutu pada tingkat rumah sakit akan diawali dengan penetapan kriteria
pengendalian, mengidentifikasi informasi yang relevan dengan kriteria yang telah ditetapkan,
menetapkan keputusan tentang kualitas, serta memperbaiki situasi sesuai hasil yang diperoleh,
lalu menetapkan kembali cara mengumpulkan informasi. Ada enam indicator utama kualitas

170
pelayanan kesehatan di rumah sakit, yaitu : Keselamatan pasien (patient safety), yang
meliputi: angka infeksi nosocomial, angka kejadian pasien jatuh/kecelakan, decubitus,
kesalahan dalam pemberian obat, dan tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan.

D. PENUTUP
Manajemen mutu keperawatan merupakan kegiatan pengendalian dalam mencapai
pelayanan keperawatan yang profesional dengan berprinsip efektif dan efisien sehingga
harus dilaksanakan secara periodik yang sesuai standar yang telah ditetapkan.
4. Formatif
1. Seorang Kepala Ruangan suatu Rumah Sakit membuat program meningkatkan
mutu asuhan agar tetap unggul dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat.
Apakah upaya kepala ruangan dalam pelaksanaan program tersebut?
a. Menurunkan angka Infeksi nosokomial sesuai standar yang ada
b. Menyesuaikan keinginan pelanggan dan standar yang berlaku
c. Mengembangkan kualitas perawatan diri pasien
d. Meningkatkan upaya keselamatan pasien
e. Melakukan kegiatan berbagai pelatihan

2. Pelayanan kesehatan untuk menjaga mutu dibutuhkan petujuk atau tolok ukur
yang dapat diberlakukan secara umum. Apakah nama petunjuk tersebut?
a. Standar
b. Indikator
c. Penilaian
d. Pengukuran
e. Satus kesehatan

3. Sebuah rumah sakit telah memenuhi indikator pelayanan kesehatan antara lain
tersedia biaya, obat, alat kesehatan. Mana indikator yang telah dipenuhi Rs
tersebut?
a. Input
b. Proses
c. output
d. Outcome
e. Mutu

4. Sebagai kepala ruangan bertanggung jawab menjaga mutu asuhan


keperawatan pasien yang menjadi tanggung jawabnya. Salah satu indikator mutu
adalah dari aspek proses. Manakah berikut ini yang termasuk didalamnya?
a. Ketenagaan meliputi kuantitas dan kualitas
b. Jumlah pasien yang pulang sembuh dari penyakitnya
c. Sarana prasarana yang disediakan RS di setiap ruangan

171
d. Dana yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan rumah sakit
e. Interaksi profesional dokter – perawat dalam menangani masalah pasien

5. Perawat di ruangan anak suatu RS sangat memahami indikator mutu yang perlu
selalu ditingkatkan melalui aktifitas sehari-hari di ruangannya, salah satunya
adalah indikator mutu pelayanan untuk mengukur Tingkat Efisiensi Rumah Sakit.
Manakah indikator mutu berikut ini yang termasuk kelompok tersebut?
a. Jumlah dan persentase kunjungan rawat jalan dan Inap
b. Mempertahankan/ meningkatkan BOR 70-85%
c. Post Operasi Death Rate maksimal 1 %
d. Kematian bayi baru lahir 20/1000
e. Angka infeksi nosokomial 1-2 %

6. Sebuah RS mengadakan evaluasi dengan melibatkan tim pengendalian mutu


dalam rumah sakit itu sendiri. Apakah jenis kegiatan dari evaluasi di atas?
a. Audit Mutu ekstenal
b. Audit Keperawatan
c. Audit Mutu Internal
d. Audit pelayanan

2. Umpan Balik
Kunci Jawaban

No Kunci Jawaban
1 B
2 B
3 A
4 E
5 B
6 C

3. Penjelasan Jawaban
No. Soal Uraian
1. Jawaban yang benar adalah B. Mutu ditentukan oleh keinginan pelanggan dan
standar yang berlaku.
2 Jawaban yang benar adalah B. Menilai mutu perlu menggunakan indikator yang
telah disepakati yang terukur.
3 Jawaban yang benar adalaha A. Obat, alat kesehatan merupakan sarana prasarana
yang merupakan input.
.

172
4 Jawaban yang benar adalah E. Interaksi profesional dokter – perawat dalam
menangani masalah pasien merupakan proses untuk meningkatkan mutu
5 Jawaban yang benar adalah B. Mempertahankan/ meningkatkan BOR 70-85%
merupakan upaya meningkatkan efisiensi RS
6 Jawaban yang benar adalah C. Audit Mutu Internal merupakan pengendalian yang
dilakukan di dalam organisasi dengan melakukan evaluasi kegiatan..

4. Cara Penilaian
Nilai mahasiswa didapatkan dengan menentukkan jumlah benar dibagi dengan jumlah
soal dikalikan seratus; dengan rentang nilai sebagai berikut :
A = 78-100
B =68-77
C = 56-67
D = 42-55
E =<42
5. Tindak Lanjut
Bagi mahasiswa yang belum lulus (mendapat nilai D atau E diberikan
kesempatan untuk belajar lagi dan ujian ulang untuk perbaikan nilai.

7. Referensieni(2013) Kepemimpinan dan perilaku organisasi. Jakarta: EGC

Eka A.Mardella , Keliat, B.A - Achmad S. S, Tutik S.H.S. (2012). Manajemen


Keperawatan: Aplikasi MPKP di Rumah Sakit. Jakarta: FKUI

Kurniadi, A.2013. Manajemen keperawatan dan prospektifnya teori, konsep dan aplikasi.
Jakarta: FK

173

Anda mungkin juga menyukai