Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN ANALISA KASUS FUNGSI MANAJEMEN

KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT

Oleh :

NURHABIBA FEBRIYANTI

NH0117108

CI INSTITUSI

((Ns.lisa , S.Kep. M.Kep)

NIDN :

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

NANI HASANUDDIN MAKASSAR

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, dimana yang sudah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya dapat berhasil menyelesaikan laporan ini
tepat pada waktunya ini. Dimana dalam laporan ini berjudul “ANALISA KASUS FUNGSI
MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT”. Saya menyadari jika laporan ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karenanya, kritik dan saran dari seluruh pihak yang bersifat
membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, saya sampaikan
terima kasih kepada pembimbing CI Institusi yang telah membimbing dalam penyusunan laporan
ini mulai dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala bentuk usaha
kita. Amin…

Makassar , 18 Maret 2021

                                                                                                            

                                                                             NURHABIBA FEBRIYANTI
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR……………………………………………………………………………………..

DAFTAR ISI…………...……………………………………………………………………...…..

BAB I PENDAHULUAN………………………………………..………………………………..

a. Latar Belakang……………………………………………………………………….....
b. Tujuan………………………………………………………………………………..…
c. Manfaat……………………………………………………………………………..…..

BAB II TINJAUAN TEORI………………………………………………………………...…….

a. Konsep Manajemen Keperawatan………………………………………...………...….


b. Fungsi Manajemen……………………………………………………………...………
c. Kepemimpinan……………………………………………………………………..…...
d. Model Asuhan Keperawatan Profesional………………………………………...……..
e. Perhitungan Ketenagaan…………………………………………………………..……
f. Metode Penugasan………………………………………………………………..…….
g. Pelaksanaan Timbang Terima, Ronde Keperawatan, Pre dan Pos
Conference……………………………………………………………..……………….

BAB III PENGKAJIAN DAN ANALISA KEPERAWATAN……………………..…………..

a. Pengkajian………………………………………………………………………...…….
b. Analisa Kasus……………………………………………………………………….......
c. Masalah……………………………………………………………………………..…..

BAB IV ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH……………………………………....

a. Proritas Masalah……………………………………………………………………...…
b. Planning Of Action (POA)…………………………………………………………...…
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manajemen adalah proses untuk melaksanakan kegiatan melalui orang lain.
Kegiatan manajemen keperawatan mengacu pada konsep manajemen secara umum,
dengan menggunakan pendekatan fungsi-fungsi manajemen meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan (pengawasan dan Evaluasi). Manajemen
pelayanan keperawatan berfokus pada komponen 5 M (Man, Money, Material, Method,
Machine). Dalam setiap kegiatan manajemen selalu diawali dari Perencanaan dan
diakhiri dengan Pengontrolan yang merupakan suatu siklus yang berulang. Fokus
pembelajaran dalam mata kuliah manajemen dan kepemimpinan dalam praktik
keperawatan ini adalah memberikan pengetahuan kepada mahasiswa tentang konsep
manajemen keperawatan dan manajemen asuhan keperawatan[ CITATION Sry16 \l 1033 ].
Tenaga profesional kesehatan dalam suatu rumah sakit termasuk didalamnya
tenaga keperawatan dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas.
Pelayanan kesehatan yang berkualitas hanya dapat diwujudkan dengan pemberian
layanan kesehatan yang profesional, demikian juga dengan pemberian asuhan
keperawatan harus dilaksanakan dengan praktik keperawatan yang professional, salah
satu model pelayanan kesehatan yang professional yaitu dengan menerapkan model
asuhan keperawatan professional [ CITATION Mar17 \l 1033 ].
Seorang leader memiliki kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok
menuju pencapaian tujuan yang ditetapkan. Pemimpin dibutuhkan sebagai leader yang
bertanggung jawab terhadap efektifitasnya sebuah organisasi, mampu menjalankan
manajemen strategis yang efektif dengan pemikiran dan perencanaan yang strategis,
sehingga menginspirasi dan memotivasi serta dapat meningkatkan integritas organisasi.
Keberhasilan dalam melaksanakan suatu ide sangat tergantung pada perencanaan dan
kualitas kemampuan kerja antara pengembang ide kreatif dan pelaksanaan dalam
tindakan nyata. [ CITATION Cic19 \l 1033 ]
Suatu pelayanan kesehatan dikatakan bermutu apabila mampu menimbulkan
kepuasan bagi pasien yang dilayaninya. Kepuasan pasien tidak hanya dilihat dari
bagaimana sarana dan prasarana yang tersedia pada pelayanan kesehatan namun juga
melihat bagaimana perawat melayani pasien dengan baik sesuai dengan kompetensinya,
kemudian cara berkomunikasi serta ramah kepada semua pasien tanpa memandang status
pasien. [ CITATION Ver19 \l 1033 ]
Mutu pelayanan keperawatan sangat mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan,
bahkan menjadi salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan kesehatan seperti
rumah sakit. [ CITATION Zul17 \l 1033 ]

B. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Konsep Manajemen Keperawatan.
2. Untuk Mengetahui Fungsi Manajemen
3. Untuk Mengetahui Kepemimpinan
4. Untuk Mengetahui Model Asuhan Keperawatan Profesional
5. Untuk Mengetahui Perhitungan Ketenagaan
6. Untuk Mengetahui Metode Penugasan
7. Untuk Mengetahui Pelaksanaan Timbang Terima, Ronde Keperawatan, Pre Dan Post
Conference
8. Untuk Mengetahui Pengkajian dan Analisa Keperawatan
9. Untuk Mengetahui Alternatif Penyelesaian Masalah.

C. MANFAAT
1. Manfaat institusi
Dengan hasil laporan individu ini diharapkan bermanfaat bagi STIKES Nani
Hasanuddin selaku tempat bagi kami menimbah ilmu dan juga dapat menjadi
masukan bagi mahasiswa terlebih dalam hal pelayanan Kesehatan yang bermutu.
2. Manfaat ilmiah
Hasil laporan individu ini diharapkan dapat memperkaya wawasan dan
menambah ilmu pengetahuan dan juga sebagai satu referensi bagi tenaga Kesehatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP MANAJEMEN KEPERAWATAN


Manajemen secara etimologis adalah seni melaksanakan dan mengatur.
Pengertian manajemen juga dipandang sebagai disiplin ilmu yang mengajarkan proses
mendapatakan tujuan organisasi dalam upaya bersama dengan sejumlah orang atau
sumber milik organisasi. [ CITATION Mar17 \l 1033 ]
Manageman diartikan sebagai the act ort of managing conduct, direction and
control (sebagai tindakan atau seni pengurusan, pengaturan, pengarahan dan
pengawasan). Yaitu suatu ilmu atau seni untuk mengelola sumber daya atau resource
secara efektif dan efesien dengan menggunakan orang lain di dalam mencapai tujuan
orrganisasi, yaitu di sesuaikan dengan fungsi-fungsi managemen. [ CITATION IWa19 \l 1033
]
Keperawatan berdasarkan hasil lokakarya keperawatan nasional tahun 1983
adalah suatu bentuk layanan kesehatan professional yang merupakan bagian integral dari
layanan kesehatan berbaris ilmu dan kiat keperawatan, yang berbentuk bio-psikososial-
spiritual komprehentif yang ditujukan bagi indivu, keluarga. Kelompok, dan masyarakat
baik sehat maupun sakit, yang mencakup keseluruhan proses kehidupan manusia.
[ CITATION Mar17 \l 1033 ]
Jadi, Manajemen keperawatan adalah sebuah upaya untuk mengefektifkan kinerja
tim pemberi pelayanan asuhan keperawatan agar dapat bekerja secara optimal untuk
membantu mengetasi masalah pasien atau klien sehingga biaya yang mereka keluarkan
terbayarkan olek expectasi dan pelayanan yang mereka dapatkan. [ CITATION IWa19 \l 1033
]
Manajemen keperawatan menurut Nursalam merupakan suatu proses bekerja
melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara
profesional. Pelaku manajemen keperawatan atau manajer keperawatan diharapkan
mampu merencana, mengorganisir, memimpin, dan mengevaluasi sarana dan prasarana
yang tersedia untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang efektif dan efisien bagi
individu, keluarga, dan masyarakat. [ CITATION Mar17 \l 1033 ]

B. FUNGSI MANAJEMEN
Ada beberapa ahli menjambarkan atau mengklafikasikan fungsi managemen, dalam
buku [ CITATION IWa19 \l 1033 ] di antaranya;
1. Henry fayol ;5 fungsi manajemen, yaitu : Planning, organization, command,
coordination, dan control
2. Luther Gullick (modifkasi konsep H.Fayol) :7 aktvitas manajemen, yaitu :
Planning, organizing, staffing Directing, coordinating, Rporting, dan Budgeting
3. Marquis & Huaton ; planning, organizing, staffing, directing, dan controlling
4. J.terry ;POAC (planning. Organizing , Actuiting dan Controlling)

Fungsi manajemen adalah mencapai target organisasi dengan mengatur atau


mengelola SDM. Melalui proses pengaturan dan pengelolaan tersebut, kemudia dapat
dijabarkan fungsi manajemen yakni perencanaa, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengawasan [ CITATION Mar17 \l 1033 ].

1. Perencanaan
Proses perencanaan merupakan fase terpenting dalam manajemen, karna melalui
proses perencanaan dapat diketahui peran dan fungsi dari sumber daya sebuah
organisasi. Jika tidak ada proses perencanaan maka tahap-tahap manajemen yang lain
tidak dapat dilalui dengan optimal. Melalui proses perencanaan, seorang manajer
mampu mengetahui program dan kegiatan apa saja yang akan dijalankan SDMnya serta
tujuan apa yang hendak dicapai bersama. Selain itu dengaqn adanya perencanaan diawal
proses manajemen, seorang manajer jug dapat mengetahui kuantitas SDM yang
dibutuhkan serta kualitas yang dikualifikasikan untuk menjalankan rencana rencana
pada proses pelaksanaan nantinya.
a. Tahapan Perencanaan
Perencanaan akan dimulai dari sebuah gagasan atau ide untuk dikembangkan serta
kolektif bersama para pemengang kepentingan disebuah organisasi sebagai sebuah
proses Kuntoro (2010:12) menyebutkan, tentu perencanaan memiliki langkah-
langkah yang harus dilakukan, yaitu :
1) Menganalisa kondisi organisasi, perencanaan berfungsi untuk mengumpulkan
informasi/data dan fakta mengenai organisasi, sehingga seorang manajer bisa
menganalisa kondisi organisasi.
2) Mengidentifikasi masalah untuk menetapkan rencana prioritas, setelah
menganalisa kondisi organisasi maka akan ditemukan beberapa kendala atau
permasalahan, ya, memang setiap organisasi masalah yang harus diselesaiakan.
Perencanaan berguna untuk mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang
ada, untuk dievaluasi dan menjadi pertimbangan langkah-langkah prioritas yang
harus dijalankan dikemudian hari.
3) Merumuskan program-program dan tujuanya, pekerjaan-pekerjaan yang menjadi
prioritas kemudian dibuatkan program kerjanya dan sekaligus menetapkan tujuan
dari setiap program agar tujuan utama organisasi bisa dicapai.
4) Mengkaji berbagai kemungkinan hambatan, tidak berenti pada menetukan
program kerjanya saja tetapi setiap program kerja harus dikaji tentang bagaimana
risiko dan hambatan yang akan ditemukan pada saat proses pelaksanaanya.
Hambatan-hambatan yang dialami bisa berupa hambatan teknis dan human error.
5) Menyusun rencana kerja, untuk melaksanakan program kerja yang telah
direncanakkan, kemudian disusunlah rencana kerja sebagai acuan pada tahap
pelaksanaanya
b. Manfaat Proses Perencanaan
Dengan adanya tahapan perencanaan, maka manajer dapat mengetahui:
1) Tujuan organisasi dan proses pencapaiannya
2) Struktur organisasi yang dibutuhkan
3) Jumlah SDM/staf yang diperlukan
4) Program kerja yang dijalankan
5) Standar pengawasan yang dibutuhkan
6) Rencana prioritas yang ingin dicapai
7) Alat ukur untuk mengetahui keberhasilan sebuah program kerja [ CITATION Mar17
\l 1033 ].
2. Pengorganisasian
Fungsi pengorganisasian bisa juga disebut sebagai pengelompokan sumber daya
yang tersedia pada suatu organisasi agar enjadi satu padu untuk mencapai efektivitas
pekerjaan. Melalui fungsi pengorganisasian sumber daya yang dimiliki suatu organisasi,
baik SDM maupun sumber daya non manusia, diatur dan dilakukan secara efisien untuk
mencapai tujuan organisasi. Lebih jelas Kuntoro (2010:12) menyebut pengorganisasian
diartikan sebagai suatu langkah untuk menetapkan berbagai macam kegiatan, penetapan
tugas dan wewenang seseorang, dan pendelegasian wewenang untuk mencapai tujuan.
a. Tahapan Pengorganisasian
1) Manajer dan semua SDM/ staf mengetahui tujuan organisasi yang tertuang pada
fungsi perencanaan
2) Mendelegasikan setiap tugas kepada seluruh SDM/staf dalam kegiatan-kegiatan
pokok
3) Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan pokok yang menjadi tugas utama SDM/staf
agar menjadi kegiatan yang terkendali dan terpadu
4) Menentukan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh para SDM/staf sekaligus
menyediakan fasilitas yang diperlukan
5) Melakukan seleksi SDM/staf yang dinilai cakap dan mampu melaksanakan tugas
6) Mendelegasikan wewenang kepada SDM/staf yang sudah ditunjuk.
b. Manfaat Pengorganisasian
Dengan melakukan fungsi pengorganisasian, manajer dapat mengetahui:
1) Pembagian tugas dan tanggung jawab setiap SDM/staf
2) Pemanfaatan fasilitas orgganisasi
3) Pendelegasian wewenang pada staf
4) Hubungan antara unit kerja/kelompok satu dengan kelompok lainya [ CITATION
Mar17 \l 1033 ].
3. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan fungsi selanjutnya setelah rencana kerja dituangkan
kedalam bentuk program-program kerja untuk diaktualisasikan atau dilaksanakan.
Fungsi pelaksanaan menuntut keahlian seseorang manajer untuk mengarahkan dan
mengerakkan sumber daya yang ada guna mencapai tujuan. Hal pokok lainya dalam
fungsi perencanaan adalah kesiapan SDM, peeran pimpinan, motivasi kepada staf dan
kerjasama serta komunikasi antar staf. Yang menjadi hambatan utama fungsi
pelaksanaan adalah kegagalan manajer dalam menciptakan motivasi bagi staf. Sebagai
contoh, manajer gagal memahami krakter dan sifat antar staf, sehingga tidak tercipta
komunikasi dan hubungan yang baik. Lalu apa tujuan fungsi perencanaan
menurut[ CITATION Mar17 \l 1033 ]:
a. Membuat organisasi berkembang lebih dinamis
b. Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan
c. Menciptkan kerjasama yang efisien
d. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf
e. Mengetahui upaya-upaya untuk menciptakan motivasi dan prestasi kerja.
4. Pengendalian/Pengawasan
Pengendalian atau pengawasan berkaitan dengan fungsi perencanaan. Melalui
fumgsi ini manajer dapat mengendalikan sekaligus mengawasi sejauh mana
perkembangan segala aktivitas SDM apakah masih sesuai dengan perencanaan awal
atau ada kendala sehingga perlu adanya evaluasi.
a. Tahapan Pengawasan
1) Mengukur hasil atau prestasi yang dicapai SDM/staf
2) Membandingkan perolehan hasil yang telah tercapai dengan tolak ukur/rencana
awal yag telah dirancang
3) Mengevaluasi hasil kinerja SDM, jika ditemukan adanya penyimpangan dari
tujuan yang ingin dicapai segera dicari penyebabnya dan mencari langkah-
langkah untuk mengatasi.
b. Objek Pengawasan
Gilles (1994) dalam [ CITATION Mar17 \l 1033 ] menuliskan, terdapat 5 jenis objek
pengawasan, yaitu:
1) Objek fisik, yakni meliputi kuantitas dan kuallitas baeng atau jasa
2) Finanslal
3) Pelaksanaan program kerja dilapangan
4) Pelaksanaan kerjasama dengan pihak kedua
5) Dan hal lain yang bersifat strategis bagi organisasi
c. Manfaat Pengawasan
Melalui fungsi pengawasan, organisasi dapat mendapatkan manfaat sebagai
berikut menurut [ CITATION Mar17 \l 1033 ] adalah:
1) Mengetahui apakah suatu kegiatan atau program kerja sudah dilaksanakan sesuai
standar prosedur operasional (SPO) yang ditetapkan saat proses perencanaan
2) Mengetahui adanya penyimpanan atau ketidaksesuain staf-staf dalam
melaksanakan tugas-tugas yang mereka emban
3) Memberikan pengetahuan dan pelatihan agar keterampilan staf berkembang
4) Mengetahui apakah sumber daya serta fasilitas yang ada sudah mencukupi untuk
kebutuhan pendelegasian tugas kepada para staf
5) Mengetahui penyebab terjadinya ketidaksesuaian target atau hasil kerja
diperoleh
6) Mengetahui SDM atau staf yang perlu diberikan penghargaan atau mendapat
promosi ketingkatan/level organisasi kerja yang lebih tinggi [ CITATION Mar17 \l
1033 ].

C. KEPEMIMPINAN
1. Pengertian kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi sebuah kelompok untuk
mencapai suatu visi atau serangkaian tujuan tertentu yang ditetapkan [ CITATION Can17 \l
1033 ].
Beberapa ahli dibidang manajemen memiliki pandangan masing-masing
pengertisn kepemimpinan, antara lain:
a. Harsey, Blanchard dan Jonson, kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas
individu atau kelompok dalam upaya mencapai tujuan pada suatu situasi.
b. Hasibun, sedikit berbeda dengan Harsey dkk Hasibun menjelaskan bahwa
kepemimpinan merupakan cara seseorang pemimpin mempengaruhi perilaku
bahwasanya sehingga mampu bekerja sama dan mampu bekerja secara produktif agar
tujuan organisasi tercapai
c. Robbin, berpendapat bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi
kelompok agar mencapai sasaran yang menjadi tujuan
d. Stoner, kepemimpinan adalah suatu proses pengarahan stoner, menambahkan bahwa
dalam proses pengerahan tersebut terjadi pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan
dari sekelompok anggota yang tugasnya berkaitan.
e. Talbott,menyatakan bahwa kepemimpinan adalah bumbu vital yang mengubah
sekelompok orang menjadi suatu organisasi yang berfungsi dan berguna [ CITATION
Mar17 \l 1033 ]
2. Sifat-sifat Kepemimpinan
Sifat-sifat kepemimpinan yang dimiliki seseorang dianggap sebagai pembawaan
sejak lahir dan bukan karena dibuat. Namun demikian banyak keterbatasan mengenai
pendekatan teori kesifatan ini sebagai contohnya banyak tokoh (pemimpin) dunia yang
memiliki sifat kepemimpinan yang berbeda-beda bukan hanya karena pembawaan sejak
lahir. Para pemimpin tersebut dapat disimpulkan meskipun terdapat sifat kepemimpinan
yang memang sudah ada sejak lahir pada setiap pemimpin tidak semuanya bersifat
absolute esensial, artinya sifat kepemimpinan biar dibentuk bahkan dikembngkan.
Edwin Ghisella (1971) dalam Handoko (1999) dalam [ CITATION Mar17 \l 1033 ]
adalah berpendapat bahwa seorang manajer bisa menjadi pemimpin yang efektif apabila
dapat membangun sifat-sifat berikut:
a. Mempunyai kemampuan dalam pengawasan (supervisiory ability) atas pelaksanaan
fungsi-fungsi manajemen khususnya dalam pengarahan dan pengawasan terhadap
pekerjaan bawahan.
b. Mengerti kebutuhan prestasi dalam pekerjaan. Pemimpin yang efektif bertanggung
jawab terhadap peekerjaannya dan mempunyai keinginan untuk maju dan sukses
c. Mempunyai kecerdasan, pemimimpin yang efektif harus mampu merumuskan dan
membuat kebijakan dengan daya piker yang kreatif
d. Mempunyasi ketegasan (decisiveness), ketegasan adalah kemampuan dalam
membuat keputusan dan memecahkan masalah secara cakap dan tepat
e. Mempunyai kepercayaan diri, kepercayaan diri adalah kunci seorang pemimpin
dalam memandang dirinya untuk menghadapi masalah
f. Mempunyai insiatif, artinya seorang pemimpin harus mampu bertindak secara
mandiri, mampu mengembangkan berbagaoi kegiatan dengan cara-cara yang baru
dan inovatif.
3. Gaya-gaya Kepemimpinan
Gaya dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai sikap,cara atau bentuk.
Dalam konteks kepemimpinan gaya, menjadi hal yang diperlukan seorang pemimpin
untuk memahami kondisi tertenyu, utamanya mengenai kepemimpinn. Gillies (1994)
mengungkapkan bahwa gaya kepemimpinan dapat didentifikasi menurut perilaku
individu yang menjadi pemimpin. Itulah sebabnya, karakter sesorang dapat
mempengaruhi gaya memimpin pada sebuah organisasi. Menurut Ronald Lippith (2011)
dalam [ CITATION Mar17 \l 1033 ] adalah: terdapat 3 gaya kepemimpinan, sebagai berikut:
a. Gaya Kepempinan Otoriter
Merupakan gaya kepemmimpinan yang terpusat pada pemimpin. Cirinya antara lain
kewenangan dan keputusan yang mutlak yang dipengang pemimpin. Gaya ini dapat
diterapkan secara efektif pada tahap awal berperasinya suatu organisasi atau ketika
konflik/koontroversi. Ciri yang lain menurut [ CITATION Mar17 \l 1033 ] adalah:
1) Wewenang sepenuhnya berada ditangan pemimpin
2) Segala bentuk keputusan ditentukan oleh pemimmpin
3) Kebijakajan organisasi/perusahaan diputuskan oleh pemimpin
4) Komunikasi berlangsung satu arah, dari pimpinan kepada bawahan
5) Sikap tingkah laku kegiatan bawahan diawasi secara ketat oleh pimpinan
6) Bawaan tidak memiliki kesempatan untuk memberikan saran dan pertimbangan
7) Tugas-tugas bawahan diberikan melalui intruksi searah
8) Lebih sering memberi kritik daripada pujiaan
9) Pimpinan menuntut prestasi kerja pada bawahan
10) Pimpinan menghendaki komitmen dan kesetiaan
11) Cenderung kasar dalam bersikap
12) Tanggung jawab keberhasilan organisasi berada ditangan pimpinan.
b. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Pemimpin dengan gaya kepemimpinan demokratis memiliki kemampuan dalam
mempengaruhi orang lain untuk bersedia bekerja sama mewujukan tujuan organisasi.
Rencana kerja dan berbagai kegiatan organisasi diputuskan bersama antara pimpinan
dan bawahan. Gaya kepemimpinan demokratis memiliki ciri menurut [ CITATION
Mar17 \l 1033 ] adalah:
1) Wewnang sepenuhnya tidak berada ditangan pemimpinan
2) Segala bentuk keputusan ditentukan melalui diskusi dan musyawarah
3) Kebijakan organisasi/perusahaan bersama dengan SDM
4) Komunikasi berlangsung dua arah atau timbal balik
5) Sikap, tingkah lau, kegiatan bawahan diawasi secara wajar oleh pimpinan.
6) Bawahan diberi kesempatan untuk memberikan saran dan pertimbangan
7) Tugas-tugas bawahan diberikan melalui rapat/musyawarah bersama
8) Pujian dan kritik diberikan sewajarnya dan seimbang
9) Pimpinan menuntut prestasi kerja kepada bawahan berdasarkan kepasitas
bawahan
10) Pimpinan menghndaki komitmen dan kesetiaan dengan wajar
11) Keberhasilan organisasi menjadi tanggung jawab bersama
c. Gaya Kepemimpinan Liberal
Merupakan gaya kepemimpinan yang cenderung memberi kebebasan pada
bawahan. Mempunyai ciri seorang pimpinan yang membebaskan bawahanya dalam
melakukan tugas hamper tampa pengarahan/bimbingan terhadap bawahan. Ciri dari
gaya kepemimpinan ini menurut [ CITATION Mar17 \l 1033 ] adalah:
1) Pemimpin cenderung melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahanya
2) Keputusan kerja/organisasi lebih banyak disusun oleh bawahan
3) Kebijakan-kebijakan organisasi juga bbanyak ditentukan oleh bawahan
4) Tidak ada pengawasan atas kinerja bawahan
5) Prakarsa dan ide kerja mayoritas muncul dari inisiatif bawahan
6) Peranan pemimpin sangat minim dalam pekerjaan kelompok
7) Kepentingan pribadi lebih terlihat menonjol daripda keppentingan kelompok
8) Tsnggung jawab atas keberhasilan organisasi berada tangan perorangan
D. MODEL ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL

1. Definisi Model Asuhan Keperawatan Profesional


Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur, yakni: standar,
proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP. Definisi tersebut berdasarkan
prinsip-prinsip nilai yang diyakini dan akan menentukan kualitas produksi/jasa layanan
keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai tersebut sebagai sesuatu pengambilan
keputusan yang independen, maka tujuan pelayanan kesehatan/keperawatan dalam memenuhi
kepuasan pasien tidak akan dapat terwujud. Unsur-unsur dalam praktik keperawatan dapat
dibedakan menjadi empat, yaitu: standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan
sistem MAKP. Dalam menetapkan suatu model, keempat hal tersebut harus menjadi bahan
pertimbangan karena merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan (Nursalam, 2016).

2. Kualitas Pelayanan Keperawatan


Setiap upaya untuk meningkatkan pelayanan keperawatan selalu berbicara mengenai
kualitas. Kualitas amat diperlukan untuk:
1. meningkatkan asuhan keperawatan kepada pasien/konsumen;
2. menghasilkan keuntungan (pendapatan) institusi;
3. mempertahankan eksistensi institusi;
4. meningkatkan kepuasan kerja;
5. meningkatkan kepercayaan konsumen/pelanggan;
6. menjalankan kegiatan sesuai aturan/standar.
Pada pembahasan praktik keperawatan akan dijabarkan tentang model praktik, metode
praktik, dan standar (Nursalam, 2016).
3. Standar Praktik Keperawatan
Standar praktik keperawatan di Indonesia yang disusun oleh Depkes RI (1995) terdiri
atas beberapa standar, yaitu:
1. menghargai hak-hak pasien;
2. penerimaan sewaktu pasien masuk rumah sakit (SPMRS);
3. observasi keadaan pasien;
4. pemenuhan kebutuhan nutrisi;
5. asuhan pada tindakan nonoperatif dan administratif;
6. asuhan pada tindakan operasi dan prosedur invasif;
7. pendidikan kepada pasien dan keluarga;
8. pemberian asuhan secara terus-menerus dan berkesinambungan (Nursalam,
2016).
Standar intervensi keperawatan yang merupakan lingkup tindakan keperawatan dalam
upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia (14 Kebutuhan Dasar Manusia dari
Henderson), meliputi (Nursalam, 2016):
1. oksigen;
2. cairan dan elektrolit;
3. eliminasi;
4. kemananan;
5. kebersihan dan kenyamanan fisik;
6. istirahat dan tidur;
7. aktivitas dan gerak;
8. spiritual;
9. emosional;
10. komunikasi;
11. mencegah dan mengatasi risiko psikologis;
12. pengobatan dan membantu proses penyembuhan;
13. penyuluhan;
14. rehabilitasi (Nursalam, 2016).
4. Model Praktik

1. Praktik keperawatan rumah sakit.

Perawat profesional (Ners) mempunyai wewenang dan tanggung jawab


melaksanakan praktik keperawatan di rumah sakit dengan sikap dan
kemampuannya. Untuk itu, perlu dikembangkan pengertian praktik keperawatan
rumah sakit dan lingkup cakupannya sebagai bentuk praktik keperawatan
profesional, seperti proses dan prosedur registrasi, dan legislasi keperawatan
(Nursalam, 2016).

2. Praktik keperawatan rumah.

Bentuk praktik keperawatan rumah diletakkan pada pelaksanaan


pelayanan/asuhan keperawatan sebagai kelanjutan dari pelayanan rumah sakit.
Kegiatan ini dilakukan oleh perawat profesional rumah sakit, atau melalui
pengikutsertaan perawat profesional yang melakukan praktik keperawatan
berkelompok (Nursalam, 2016).

3. Praktik keperawatan berkelompok.

Beberapa perawat profesional membuka praktik keperawatan selama 24 jam


kepada masyarakat yang memerlukan asuhan keperawatan dengan pola yang
diuraikan dalam pendekatan dan pelaksanaan praktik keperawatan rumah sakit
dan rumah. Bentuk praktik keperawatan ini dapat mengatasi berbagai bentuk
masalah keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat dan dipandang perlu di
masa depan. Lama rawat pasien di rumah sakit perlu dipersingkat karena biaya
perawatan di rumah sakit diperkirakan akan terus meningkat (Nursalam, 2016).

4. Praktik keperawatan individual.

Pola pendekatan dan pelaksanaan sama seperti yang diuraikan untuk praktik
keperawatan rumah sakit. Perawat profesional senior dan berpengalaman secara
sendiri/perorangan membuka praktik keperawatan dalam jam praktik tertentu
untuk memberi asuhan keperawatan, khususnya konsultasi dalam keperawatan
bagi masyarakat yang memerlukan. Bentuk praktik keperawatan ini sangat
diperlukan oleh kelompok/golongan masyarakat yang tinggal jauh terpencil dari
fasilitas pelayanan kesehatan, khususnya yang dikembangkan pemerintah
(Nursalam, 2016).

5. Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Metode Asuhan Keperawatan (MAKP)


1. Sesuai dengan visi dan misi institusi.

Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan harus didasarkan


pada visi dan misi rumah sakit.

2. Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.

Proses keperawatan merupakan unsur penting terhadap kesinambungan asuhan


keperawatan kepada pasien. Keberhasilan dalam asuhan keperawatan sangat
ditentukan oleh pendekatan proses keperawatan.

3. Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya.

Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya dan efektivitas


dalam kelancaran pelaksanaannya. Bagaimana pun baiknya suatu model, tanpa
ditunjang oleh biaya memadai, maka tidak akan didapat hasil yang sempurna.

4. Terpenuhinya kepuasan pasien, keluarga, dan masyarakat.

Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau pasien


terhadap asuhan yang diberikan oleh perawat. Oleh karena itu, model yang baik
adalah model asuhan keperawatan yang dapat menunjang kepuasan pelanggan.

5. Kepuasan dan kinerja perawat.

Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh motivasi dan kinerja
perawat. Model yang dipilih harus dapat meningkatkan kepuasan perawat, bukan
justru menambah beban kerja dan frustrasi dalam pelaksanaannya.

6.Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan


lainnya.

Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup tanggung jawab


merupakan dasar pertimbangan penentuan model. Model asuhan keperawatan
diharapkan akan dapat meningkatkan hubungan interpersonal yang baik antara
perawat dan tenaga kesehatan lainnya (Nursalam, 2016).
E. PERHITUNGAN KETENAGAAN
Perhitungan Ketenagaan Menurut [ CITATION Can17 \l 1033 ] adalah sebagai berikut:
1. Menurut Minetti & Hurchinsun (1975), dikutip dalam Gillies (1989), dengan
memperhatikan waktu yang diperlukan untuk melakukan tindakan keperawatan
a. Waktu keperawatan langsung:
Self Care = ½ x 4 jam = 2 jam
Partial Care = ¾ x 4 jam =3 jam
Total Care =1-1 ½ jam x 4 jam = 4-6 jam
Intensif Care = 2x4 jam = 8 jam
Rata-rata waktu keperawatan langsung 4-5 jam per klien per hari.
b. Waktu keperawatan tidak langsung:
Gillies, (1989) menyebut rata-rata 38 menit/psn/hr
Wolfe dan Young dalam Gillies, (1998) menyebutkan 60 mnt/psn/hr
c. Waktu penyuluhan klien
Penyuluhan kesehatan klien sebaiknya dilakukan kurang lebih 5 menit/pasien/hari
Perhitungan waktu yang diperlukan untuk keperawatan klien diperoleh dari
jumlah waktu keperawatan langsung, tidak langsung, dan penyuluhan kesehatan.
Penentuan tenaga kerja tergantung:
1) Jumlah klien/hr/tahun dalam 1 unit
2) Kondisi/ tingkat ketergantungan
3) Rata-rata hari rawat
4) Waktu yang dibutuhkan untuk tindakan keperawatan.
5) dll(sosek, bencana, politik, hukum, dan peraturan pemerintah, musim, kemajuan
IPTEK) Gillies, (1989) dalam[ CITATION Can17 \l 1033 ].

Rumus :
Σ Jam Kprw yg dibutuhkan X Rata-rata Sensus Psn/hr X Σhr/Thn

Hari/Thn- Hr Libur Prwt X Σjam Kerja masing Prwt Σjam kerja prwt

= Σ jam kprw yang dibutuhkan/th psn/hr

Σ Jam Kerja kep yang dibutuhkan/th = Jml. Perawat di Unit tsb.

Σ Jam kerja prwt per th

Rasio perawat ahli; trampil = trampil = 55% : 45%

Proporsi dinas pagi : sore : malam = 47% : 36% : 17%

2. Menurut Douglas (1984), tergantung dari derajat ketergantungan klien Σ perawat = Σ


pasien x derajat ketergantungan pasien

Σ psn Minimal Parsial Total


Pagi sore Mala pagi sore malam pagi sore Malam
m
0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60

3. Penghitungan Depkes,2003
Berdasarkan klasifikasi pasien:
Cara penghitungan berdasarkan:
a. Tingkat ketergantungan pasien
b. Rata-rata pasien perhari
c. Jam perawatan yang diperlukan/hr/pasien
d. Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hari
e. Jam kerja efektif setiap perawat
Hitungan Depkes

No Jenis/kategori Rata2 Rata2 jam Σ jam prwt/hr


Pasin pasien/hr prwt psn/hr
1 Penyakit dalam 10 3.5 35
2 Bedah 8 4 32
3 Gawat 1 10 10
4 Anak 3 4.5 13.5
5 Kebidanan 1 2.5 2.5
Jumlah 23 93

Jumlah jam perawatan


Jam kerja efektif per shift
Penghitungan ditambah faktor koreksi hari libur/cuti/hari besar dan juga adanya tugas-tugas
non keperawatan seperti membuat rincian pasien,dll
Loss day/hari libur/cuti/hari besar
Jml Hr mggdlm 1 th+cuti +hr besar X jml . prwt tersedia
Jml . Hri kerja efektif

F. METODE PENUGASAN
Ada cara untuk membagi pekerjaan yang ada di suatu unit perawatan kepada tenaga yang
ada di unit tersebut (Gilles,1996) dalam[ CITATION Can17 \l 1033 ]. Metode Penugasan terdiri
dari:
1. Metode Fungsional
Metode Fungsional penugasan asuhan keperawatan terdiri dari pemisahan tugas
keperawatan yang terlibat di dalam setiap perawatan pasien penugasan masing-masing
anggota staf keperawatan untuk melakukan satu atau dua fungsi bagi semua pasien di
dalam sebuah unit.
2. Metode Tim
Ketua tim adalah perawat yang berpendidikan luas dan berpengalaman.
Komunikasi efektif diperlukan untuk untuk kelanjutan asuhan keperawatan.
Dokumentasi harus selalu divalidasi. Pelaksanaan metode tim harus fleksibel, dapat
dilakukan pada shift pagi, sore, malam.
3. Metode Utama
Metode penugasan utama bekerja baik dalam sebuah organisasi dalam staff
perawat yang semuanya berijazah. Masing-masing perawat diberikan seluruh tanggung
jawab bagi perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian perawatan pasien untuk semua
beban tugas kecil.
4. Metode Modular
Metode modular adalah pengorganisasian pelayananan yang dilakukan perawat
professional untuk sekelompok klien semenjak masuk rumah sakit sampai pulang. Untuk
metode ini perawat perlu berpengetahuan, trampil, dam punya kemampuan
kepemimpinan. Keuntungan dari metode ini adalah gabungan dari metode tim dan
primer. [ CITATION Can17 \l 1033 ]

G. PELAKSANAAN TIMBANG TERIMA, RONDE KEPERAWATAN, PRE DAN


POST CONFERENCE
1. Timbang Terima
Timbang terima memiliki beberapa istilah lain. Beberapa istilah itu diantaranya
handover, handoffs, shift report, signout, signover dan cross coverage. Handover adalah
komunikasi oral dari iformasi tentang pasien yang dilakukan oleh perawat pada
pergantian shift jaga. Friesen 2008 menyebutkan tentang definisi dari handover adalah
transfer tentang informasi (Termasuk tanggung jawab dan tanggungugat) selama
perpindahan perawatan yang berkelanjutan yang mencakup peluang tentang pertanyaan,
klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien [ CITATION Can17 \l 1033 ].
a. Tujuan timbang terima
1) Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data focus).
2) Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan
keperawatan kepada klien.
3) Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera di tindak lanjuti oleh dinas
berikutnya.
4) Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya. Timbang terima (handover)
memiliki tujuan untuk mengakurasi, relevan yang digunakan untuk kesinabungan
dalam keselamatan dan keefektifan dalam bekerja.

b. Langkah-langkah dalam timbang terima


1) Kedua kelompok sheft dalam keadaan sudah siap.
2) Shift yang akan menyerakan perlu menyiapkan hal-hal yang akan di sampaikan.
3) Perawat primer menyampaikan kepada perawat penanggung jawab shift
selanjutnya meliputi :
a) Kondisi atau keadaan pasien secara umum
b) Tindakan lanjut untuk dinas yang menerima operan
c) Renvana kerja untuk dinas yang menerima laporan
d) Penyapaikan timbang terima di atas harus dilakukan secara jelas dan tidak
terburu-buru.
e) Perwat primer dan anggota ke dua shift bersama-sama secara lansung melihat
keadaan pasien.
c. Prosedur dalam timbang terima
1) Kedua kelompok dalam keadaan siap
2) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan
3) Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada masing-masing
penanggung jawab :
a) Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift atau peran.
b) Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima
dengan mengkaji secara konprehensif yang berkaitan tentang masalah
keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan
serta hal-hal penting lainnya yang perlu di limpahkan.
c) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap
sebaiknya di catat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada
perawat yang berikutnya.
d) Hal-hal yang perlu di sampaikan pada saat timbang terima adalah:
(1) Identitas dan diagnosa
(2) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul.
(3) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan.
(4) Intervensi klaborasi dan independen
(5) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan laboratorium atau
pemeriksaan penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau prosedur
lainnya dan tidak di laksanakan secara rutin.
(6) Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi,
Tanya – jawab dan melakukan falidasi terhadap hal-hal yang kurang jelas
penyampaian pada saat timbang terima secara singkat dan jelas.
(7) Lama timbang terima masuk setiap klien tidak lebih dari 5 menit kecuali
pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.
Pelaporan untuk timbang terima di tuliskan secara langsung pada buku
laporan ruangan oleh perawat.
d. Timbang terima memiliki 3 tahap yaitu :
1) Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan melimpahkan tanggung jawab.
Meliputi factor informasi yang akan disampaikan oleh perawat jaga sebelumnya.
2) Pertukaran shift jaga, dimana antaranya perawat yang akan pulang dan datang
melakukan pertukaran informasi. Waktu terjadinya operan itu sendiri yang berupa
pertukaran informasi yang memungkinkan adanya komunikasi 2 arah antara
perawat yang shift sebelumnya kepada perawat shift yang datang.
3) Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang tentang tanggung jawab
dan tugas yang dilimpahkan.merupakan aktifitas dari perawat yang menerima
operan untuk melakukan pengecekan data informasi pada medical record atau
pada pasien langsung.
2. Ronde Keperawatan
Pelayanan Keperawatan pada klien secara professional dapat membantu klien
dalam mengatasi masalah keperawatan yang di hadapi klien. Salah satu bentuk
pelayanankeperawatan yang professional tersebut dengan memperhatikan seluruh
keluhan yang dirasakan klien kemudian mendiskusikannya dengan tim keperawatan
untuk merencanakan pemecahan masalah. Pelayanan keperawatan yang perlu
dikembangkan untuk mencapai hal tersebut adalah dengan ronde keperawatan. Dimana
ronde keperawatan merupakan sarana bagi perawat primer maupun associate untuk
membahas masalah keperawatan yang terjadi pada klien yang melibatkan klien dan
seluruh tim keperawatan termasuk konsultan keperawatan. Salah satu tujuan dari
kegiatan ronde keperawatan adalah meningkatkan kepuasan klien terhadap pelayanan
keperawatan [ CITATION Can17 \l 1033 ].
3. Konfrensi keperawatan
Confernce adalah diskusi kelumpoktentang beberapa aspek klinik kegiatan
konsultasi. Pre-conference adalah diskusi tentang aspek klinik sebelum melaksanakan
asuhan keperawatan pada pasien, sementara post conference adalahn diskusi tentang
apsek klinik sesudah melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien.
a. Tujuan Konfrensi Keperawatan
Secara umum tujuan konfrensi adalah untuk meanalisan maslah-masalah secara
kritis dan menjambarkan alternatif penyelesaian masalah , mendapatkan gambaran
berbagai situasi lapangan yang dapat menjadi masukka untuk menyusun rencana
antisipasi sehingga dapat meningkatkan kesiapan diri dalam pemberian asuhan
keperawatan dan merupakan cara efektif untuk menghasilkan perubahan non kognitif
juga membantu koordinasi dalam rencana pemberian asuhan keperawatan sehingga
tidak terjadi pengulangan asuhan, kebingungan dan prustasi bagi pemberi asuhan
(T.M. Marelli, et.al, 1997) dalam[ CITATION Can17 \l 1033 ].
b. Tujuan Pre Conferece adalah:
1) Membantu untuk mengidentifikasikan masalah-masalah pasien, merencanakan
asuhan dan merencanakan evaluasi hasil.
2) Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui dilapangan.
c. Tujuan post Conference adalah:
Untuk memberikan kesempatan mendiskusikan penyelesaian masalah dan
membandingkan masalah yang di jumpai.
BAB III

PENGKAJIAN DAN ANALISA KEPERAWATAN

KASUS

Mahasiswa Stikes Nani Hasanuddin Makassar sedang melakukan Praktik Manajemen di


RS selama 1 minggu. Selama praktik mahasiswa di beri penugasan untuk melakukan
pengkajian terkait 5 fungsi Manajemen Keperawatan di RS khususnya di ruang
perawatan interna. Pengkajian dilakukan melalui metode wawancara, observasi, dan
pembagian koesioner dengan melibatkan kepala ruangan, ketua tim, dan perawat
pelaksana. Berdasarkan hasil pengkajian ditemukan beberapa masalah terkait
pelaksanaan 5 fungsi manajemen keperawatan di ruangan, yakni pada fungsi
perencanaan di temukan masalah ketidak tersediaan SOP (Standar Operasional
Prosedur) Tindakan, menurut perawat pelaksana selama ini ia melaksanakan kegiatan
pelayanan di ruangan tidak di dasarkan pada SOP. Pada fungsi pengorganisasian di
dapatkan data bahwa perawat pelaksana minim atau bahkan tidak pernah di ikutkan
pelatihan demi menunjang kinerjanya, sepertinya pelatihan pencegahan dan
pengendalian infeksi di ruangan. Mengenai pelaksanaan timbang terima, pre dan post
conference belum dilaksanakan secara maksimal dan tidak rutin dilaksanakan oleh
perawat. Pada fungsi ketenagaan diperoleh data jumlah tenaga perawat terdiri dari 12
perawat pelaksana, 1 kepala ruangan, dan 3 ketua TIM, dengan jumlah pasien 16
minimal care, 9 pasien partial care dan 7 pasien total care. Metode penugasan yang
diterapkan, dimana kepala ruangan membagi perawat beberapa kelompok kemudian
diketuai oleh perawat yang lebih berpengalaman dan berpendidikan tinggi. Pada fungsi
pengarahan kepala ruangan tidak melaksanakan supervisi secara berkala dan setelah
dikaji lebih lanjut format pengkajian supervisi yang belum terstandar. Pada fungsi
pengawasan dan pengendalian diperoleh data tidak ada pelaksanaan system evaluasi
mengenai pelaksanaan asuhan keperawatan sehingga asuhan keperawatan tidak berjalan
maksimal.

A. PENGKAJIAN
Mahasiswa Stikes Nani Hasanuddin Makassar melakukan pengkajian di RS selama 2
minggu pengkajian dilakukan dengan metode wawancara obsevasi, dan pembagian
kuisioner dan melibatkan kepala ruangan, ketua TIM serta aperawat pelaksana. Dari hasil
pengkajian didapatkan masalah terkait pelaksanaan 5 fungsi manajemen keperawatan di
ruangan yaitu:
1. Fungsi Perencanaan: Ditemukan masalah ketidak tersediaan SOP (Standar
Operasional Prosedur) Tindakan, menurut perawat pelaksana selama ini ia
melaksanakan kegiatan pelayanan di ruangan tidak di dasarkan pada SOP.
2. Fungsi pengorganisasian: Didapatkan data bahwa perawat pelaksana minim atau
bahkan tidak pernah di ikutkan pelatihan demi menunjang kinerjanya, sepertinya
pelatihan pencegahan dan pengendalian infeksi di ruangan.
3. Fungsi ketenagaan : Diperoleh data jumlah tenaga perawat terdiri dari 12 perawat
pelaksana, 1 kepala ruangan, dan 3 ketua TIM, dengan jumlah pasien 16 minimal care,
9 pasien partial care dan 7 pasien total care.
4. Fungsi pengarahan: Kepala ruangan tidak melaksanakan supervisi secara berkala dan
setelah dikaji lebih lanjut format pengkajian supervisi yang belum terstandar.
5. Fungsi pengendalian: Diperoleh data tidak ada pelaksanaan system evaluasi
mengenai pelaksanaan asuhan keperawatan sehingga asuhan keperawatan tidak
berjalan maksimal.

B. ANALISA KASUS
1. Planning / Perencanaan
Berdasarkan hasil wawancara dan pembagian kuisoiner yang dibagikan di
ruangan perawatan interna didapatkan bahwa ditemukan masalah ketidak
tersediaan SOP (Standar Operasional Prosedur) Tindakan, menurut perawat
pelaksana selama ini ia melaksanakan kegiatan pelayanan di ruangan tidak di
dasarkan pada SOP. Hal ini diperjelas menurut proses perencanaan merupakan
fase terpenting dalam manajemen, karena melalui proses perencanaan menjadi
pedoman dan acuan dasar dalam melaksanakan kegiatan. Dengan perencanaan
bias memudahkan pengawasan terhadap kegiatan yang dilakukan, apakah telah
sesuai dengan yang telah direncanakan atau tidak.
2. Organizing pengorganisasian
Dari hasil wawancara dan pembagian kuesioner yang di bagikan di ruang
perawatan interna didapatkan data bahwa perawat pelaksana minim atau bahkan
tidak pernah di ikutkan pelatihan demi menunjang kinerjanya, sepertinya
pelatihan pencegahan dan pengendalian infeksi di ruangan. Hal ini diperjelas
sesuai dengan Fungsi Pengorganisasian yaitu salah satu fungsi manajemen yang
juga memiliki peranan penting seperti fungsi perencanaan. Melalui fungsi
pengorganisasian, seluruh daya yang dimiliki organisasi (manusia dan bukan ma
nusia) akan diatur penggunaannya secara efektif dan efesien untuk mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Pengorganisasian dilakukan untuk
memudahkan pembagian tugas perawat sesuai dengan pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki serta sesuai dengan kebutuhan klien (minimal care,
partil care dan total care).
3. Staffing / ketenagaan
Berdasarkan hasil wawancara dan pembagian kuesioner yang di bagikan di ruang
perawatan interna diperoleh data jumlah tenaga perawat terdiri dari 12 perawat
pelaksana, 1 kepala ruangan, dan 3 ketua TIM, dengan jumlah pasien 16 minimal
care, 9 pasien partial care dan 7 pasien total care. Hal ini menunjukkan bahwa
ketenagaan yang ada di ruang perawatan interna belum optimal. Hal ini di perjelas
bahwa staffing menentukan keperluan-keperluan sumber daya manusia
pengarahan penyaringan latihan dan pengembangan tenaga kerja. Proses staffing
meliputi rekruitmen, wawancara memperkerjakan dan mengorientasi sta f.
Menyusun jadwal staf, perkembangan staf sosialisasi pekerjaan dan team building
juga termasuk ke dalam fungsi staffing.
4. Actuating /pengarahan
Berdasarkan hasil wawancara dan pembagian kuesioner yang dibagikan di ruang
perawatan interna Kepala ruangan tidak melaksanakan supervisi secara berkala
dan setelah dikaji lebih lanjut format pengkajian supervisi yang belum terstandar.
didapatkan data bahwa pelaksanaan asuhan keperawatan tidak berjalan secara
optimal sehingga beberapa diantara pasien mengeluhkan tentang pelayanan yang
diberikan perawat. Hal ini diperjelas bahwa Pengarahan adalah mengarahkan
semua bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja efektif untuk mencapai
tujuan. Pengarahan merupakan hubungan manusia dalam kepemimpinan yang
mengikuti para bawahannya agar bersedia mengerti dan menyumbangkan
tenaganya secara efektif serta efisien dalam pencapaian tujuan suatu organisasi.
Sedangkan penulis mengatakan bahwa pengarahan adalah dimana seorang
pemimpin dapat mengarahkan dan mengatur para bawahannya agar dapat bekerja
secara efektif dan efesien guna mendapatkan tujuan yang diinginkan oleh suatu
perusahaan.

5. Controlling/Pengendalian
Berdasarkan hasil wawancara dan pembagian kuesioner yang dibagikan di ruang
perawatan didapatkan data bahwa diperoleh data tidak ada pelaksanaan system
evaluasi mengenai pelaksanaan asuhan keperawatan sehingga asuhan
keperawatan tidak berjalan maksimal. Hal ini di perjelas bahwa pengendalian atau
pengawasan berkaitan dengan fungsi perencanaan Melalui fumgsi ini manajer
dapat mengendalikan sekaligus mengawasi sejauh mana perkembangan segala
aktivitas SDM apakah masih sesuai dengan perencanaan awal atau ada kendala
sehingga perlu adanya evaluasi.

C. MASALAH
Masalah yang terjadi pada 5 fungsi manajemen keperawatan pada kasus diatas yaitu:
1. Belum adanya sediaan SOP (Standar Operasional Prosedur) Tindakan, menurut perawat
pelaksana selama ini ia melaksanakan kegiatan pelayanan di ruangan tidak di dasarkan
pada SOP.
2. Belum optimalnya kinerja perawat, karena minim atau bahkan tidak pernah di ikutkan
pelatihan demi menunjang kinerjanya, sepertinya pelatihan pencegahan dan
pengendalian infeksi di ruangan.
3. Belum optimalnya ketenagaan di ruang interna hal ini karena kurangnya jumlah tenaga
perawat terdiri dari 12 perawat pelaksana, 1 kepala ruangan, dan 3 ketua TIM, dengan
jumlah pasien 16 minimal care, 9 pasien partial care dan 7 pasien total care.
4. Belum optimalnya pengarahan yang baik dan benar di ruangan interna, hal ini karena
kepala ruangan tidak melaksanakan supervisi secara berkala dan setelah dikaji lebih
lanjut format pengkajian supervisi yang belum terstandar.
5. Belum optimalnya pengendalian dan pengawasan yang di lakukan oleh kepala ruangan
hal ini di perkuat oleh tidak adanya pelaksanaan system evaluasi mengenai pelaksanaan
asuhan keperawatan sehingga asuhan keperawatan tidak berjalan maksimal.
BAB IV

ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH

A. PRIORITAS MASALAH
1. Fungsi Perencanaan: Ditemukan masalah ketidak tersediaan SOP (Standar
Operasional Prosedur) Tindakan, menurut perawat pelaksana selama ini ia
melaksanakan kegiatan pelayanan di ruangan tidak di dasarkan pada SOP.
2. Fungsi pengorganisasian: Didapatkan data bahwa perawat pelaksana minim atau
bahkan tidak pernah di ikutkan pelatihan demi menunjang kinerjanya, sepertinya
pelatihan pencegahan dan pengendalian infeksi di ruangan.
3. Fungsi ketenagaan: Diperoleh data jumlah tenaga perawat terdiri dari 12 perawat
pelaksana, 1 kepala ruangan, dan 3 ketua TIM, dengan jumlah pasien 16 minimal
care, 9 pasien partial care dan 7 pasien total care.
4. Fungsi pengarahan: Kepala ruangan tidak melaksanakan supervisi secara berkala dan
setelah dikaji lebih lanjut format pengkajian supervisi yang belum terstandar.
5. Fungsi pengendalian: Diperoleh data tidak ada pelaksanaan system evaluasi mengenai
pelaksanaan asuhan keperawatan sehingga asuhan keperawatan tidak berjalan
maksimal.
B. PLANNING OF ACTION (POA)

Masalah Tujuan Sasaran Kegiatan Metode waktu Evaluasi PJ


1. Belum adanya Diharapkan Manajeme Menyediakan Rekomendas - Tersedianya SOP -
sediaan SOP setelah n rumah SOP (Standar i (Standar
(standar dilakukan sakit Operasional (Diskusi) Operasional
operasional praktik (Kepala Prosedur) Prosedur) tindakan
prosedur) manajemen oleh ruangan, tindakan. selama
Tindakan, mahasiswa di Ketua Tim, melaksanakan
menurut perawat ruangan interna, dan kegiatan pelayanan
pelaksana selama kesediaan SOP perawat diruangan.
ini ia (Standar pelaksana)
melaksanakan Operasional
kegiatan Prosedur) sudah
pelayanan di tersedia.
ruangan tidak di
dasarkan pada
SOP
2. Pembagian kerja Diharapkan Manajeme Mengoptimalkan Rekomendas - Pembagian beban -
perawat di setelah n rumah pelaksanaan i kerja yang
ruangan interna dilakukan sakit pembagian beban (Diskusi) dilakukan secara
yang belum praktek (Kepala kerja secara merata dan
optimal yang manajemen oleh ruangan, merata pada mengoptimalkan
menyebabkan mahasiswa Ketua Tim, perawat, serta pelaksanaan
perawat diruangan dan mengoptimalkan timbang terima, pre
mendapatkan interna, perawat pelaksanaan dan post conference
beban kerja yang pembagian pelaksana) timbang terima, agar tidak terjadi
berlebihan dan beban kerja di pre dan post keterlambatan pada
seringnya terjadi ruangan tersebut conference agar saat dilakukan
keterlambatan bisa optimal dan tidak terjadi kegiatan tersebut
pelaksanaan merata serta keterlambatan
timbang terima, tidak lagi pada saat
pre dan post adanya dilakukan.
conference keterlambatan
diruangan pelaksanaan
tersebut timbang terima,
pre dan post
conference.

3. Belum Diharapkan Manajeme Mengoptimalkan Rekomendas - Pelaksanaan -


optimalnya setelah n rumah pelaksanaan i (Diskusi penambahan
ketenagaan di dilakukan sakit penambahan staf dan staf/ketenagaan bisa
ruang interna hal praktek (Kepala ketenagaan yang Rekruitmen dilakukan secara
ini karena manajemen oleh ruangan, sesuai standar staf) optimal agar
kurangnya mahasiswa Ketua Tim, kompetensi mendapatkan staf
jumlah tenaga diruang dan perawat. yang berkompeten
perawat terdiri perawatan perawat di bidangnya sesuai
dari 12 perawat interna, bisa pelaksana) standar kompetensi
pelaksana, 1 menambah perawat
kepala ruangan, staf/ketenagaan
dan 3 ketua TIM, agar bisa
dengan jumlah memiliki standar
pasien 16 kompetensi
minimal care, 9 perawat yang
pasien partial lebih baik
care, dan 7
pasien total care.

4. Belum Diharapkan Manajeme Melaksanakan Rekomendas - Optimalnya -


optimalnya setelah n rumah supervise secara i pengarahan yang
pengarahan yang dilakukan sakit berkala dan (Diskusi) baik dan benar oleh
baik dan benar praktek (Kepala menggunakan kepala ruangan, dan
diruangan manajemen oleh ruangan) format pengkajian melaksanakan
interna, hal ini mahasiswa di supervise yang supervise yang
karena kepala ruangan interna, terstandar. terstandar dan
ruangan tidak kepala ruangan berkala.
melaksanakan dapat melakukan
supervisi yang supervisi secara
belum terstandar. berkala dan
menggunakan
format
pengkajian
supervise yang
berstandar.

5. Belum Diharapkan Manajeme Mengoptimalkan Rekomendas - Pelaksanaan -


optimalnya setelah n rumah pelaksanaan i pengendalian yang
pengendalian dan dilakukan sakit pengendalian (Diskusi) dilakukan kepala
pengawasan praktik (Kepala yang dilakukan ruangan dalam
yang dilakukan manajemen oleh ruangan) kepala ruangan dalam
oleh kepala mahasiswa di dalam melaksanakansistem
ruangan, hal ini ruang perawatan melaksanakan evaluasi mengenai
diperkuat oleh interna, kepala system evaluasi pelaksanaan asuhan
tidak adanya ruangan dapat mengenai keperawatan yang
pelaksanaan melaksanakan pelaksanaan optimal.
system evaluasi system evaluasi asuhan
mengenai mengenai keperawatan yang
pelaksanaan pelaksanaan belum maksimal.
asuhan asuhan
keperawatan keperawatan
tidak berjalan berjalan dengan
dengan baik. maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Bakri, M. H. (2017). Manajemen Keprawatan : Konsep Dan Aplikasi Dalam Praktik


Keperawatan Profesional . Yogyakarta: Pustaka Baru.

I. Wayan Sudarta, M. I. (2019). Manajemen Keperawatan: Teori & Aplikasi Praktik


Keperawatan. Yogyakarta: Katalog Dalam Terbitan (KTD).

Mugianti, S. (2016). MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN DALAM PRAKTEK


KEPERAWATAN. JAKARTA SELATAN: Pusdik SDM Kesehatan.

Nursalam. (2014). MANAJEMEN KEPERAWATAN APLIKASI DALAM PRAKTIK


KEPERAWATAN PROFESIONAL. JAKARTA: Salemba Medika.

Putra, C. S. (2017). Manajemen Keperawatan: Teori dan Aplikasi Praktik. Bogor: In Media.

Sesrianty, V. (2019). Analisa Kepuasan Pasien Terhadap Mutu Pelayanan Keperawatan.


JURNAL KESEHATAN PERINTIS (Perintis’s Health Journal), 6(2), 116–126.

Wulandari, C. I. (2019). REALISASI RENCANA STRATEGIS KEPALA BIDANG


KEPERAWATAN DALAM MENERAPKAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
KEPERAWATAN. Journal of Holistic Nursing Science, 6(2), 15-20.

Zulkarnain. (2017). Analisis Pelaksanaan Fungsi Manajemen Pengarahan Kepala Ruangan


Dengan Kinerja Perawat Dalam Menerapakan Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap
RSUD Bima, 1(2). Jurnal Ilmu Sosial Dan Pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai