Anda di halaman 1dari 40

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN DIRI DENGAN


TINGKAT STRESS PADA MAHASISWA DALAM
MENYELESAIKAN TUGAS AKHIR STIKES NANI
HASANUDDIN MAKASSAR

DELVIA

NH0117022

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
MEI 2021
DAFTAR ISI

PRPOSAL PENELITIAN

HALAMAN PERSETUJAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR TABEL

DAFTAR SINGKATAN

DAFTAR ISTILAH

USULAN PENELITIAN

I. JUDUK PENELITIAN
II. RUANG LINGKUP PENELITIAN
III. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
IV. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Masing-Masing Variabel Penelitian
B. Kerangka Teori
V. KERANGKA TEORI, DEFINISI OPERASIONAL, HIPOTESIS
A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian
B. Kerangka Konsep
C. Definisi Operasional Dan Kriteria objektif
D. Hipotesis Penelitian
VI. METODE PENELITIAN
A. Rencana desain penelitian
B. Waktu dan tempat penelitian
C. Populasi dan sampel penelitian
D. Alat atau instrument penelitian
E. Uji instrumen penelitian
F. Proses pengumpulan data
G. Proses pengumpulan data
H. Etika penelitian
VII. PERSONALIA DAN JADWAL PENELITIAN
A. Personalia
B. Jadwal penelitian

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kategori jawaban kuesioner manajemen diri dengan


menggunakan skala likert.
DAFTAR SINGKATAN

ISTILAH SINGKATAN DARI


WHO World health Organizatin
RISKESDAS Riset Kesehatan Dasar
GAS General Adaptation Syndrome

Error: Reference source not foundHARS Hamilton Anxiety Rating Scale


KBBI Kamus Besar Bahasa Indonesia
SPSS Statistic Program for Social Sciense
Ha Hipotesis Alternatif
Ho Hipotesis Nol
DAFTAR ISTILAH

Self Management : Manajemen Diri

Independen : Variabel Yang Mempengaruhi (Bebas)

Dependen : Variabel Yang Dipengaruhi (Terikat)

Goals : Tujuan

Self Monitoring : Konseli Mengobservasi Dan Mencatat Sesuatu Tentang


Dirinya

Self Contracting : Kontrak Atau Perjanjian Dengan Diri Sendiri

Stimulus Control : Penguasaan Terhadap Rangsangan

Self Motivation : Pendorongan Diri

Self Organization : Penyusunan Diri

Self Control : Pengendalian Diri


Self Development : Pengembangan Diri

Cross Sectional : Desain penelitian analitik yang bertujuan untuk mengetahui


hubungan antar variabel

Non Probability Sampling : Pemilihan sampel yang tidak dilakukan secara acak

Purposive Sampling : Suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel
diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki

Eustress : Hasil Dari Respon Yang Positif Atau Bersifat Membangun

Distress : Hasil Dari Respon Yang Negatif Atau Bersifat Merusak

Daily Hassles : Kejadian Kecil Yang Terjadi Berulang-Ulang Setiap Hari

Personal Stressor : Ancaman Atau Gangguan Yang Lebih Kuat Atau Kehilangan

Apparasial : Penilaian Terhadap Suatu Keadaan Yang Dapat


Menyebabkan Stress

HALAMAN PERSETUJUAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa proposal penelitian dengan
judul “hubungan antara manajemen diri dengan tingkat stress pada mahasiswa dalam
menyelesaikan tugas akhir di stikes nani hasanuddin makassar” telah disetujui untuk
disajikan di hadapan tim penguji pada seminar proposal Program Studi Sarjana Ilmu
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nani Hasanuddin Makassar Untuk
Memperoleh gelar Sarjana Keperawatan.
Makassar, 8 Mei 2021

Tim pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Erna Kadrianti. S.Kep.,Ns.,M.Kep H. Arham Alam. S.Kep.,Ns.,M.Kkk

NIDN : 0915108601 NIDN :

Ketua Program Studi Sarjana

Ilmu Keperawatan

Indra Dewi, S.Kep., Ns., M.kes

NIDN : 09291228501

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan proposal ini. Penulisan proposal ini dilakukan dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Keperawatan, Program
Studi Sarjana Ilmu Keperawatan, STIKES Nani Hasanuddin Makassar. Saya menyadari
bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada
Menyusun proposal ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan proposal ini. Oleh
karena itu terima kasih kepada :

1. Yahya Haskas, SH., M.Kn., M.M.Kes selaku Ketua Yayasan Pendidikan Nani
Hasanuddin Makassar yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk
melanjutkan Pendidikan ke jenjang S1 Ilmu Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin
Makassar;
2. Sri Darmawan. SKM., M.Kes selaku Ketua STIKES Nani Hasanuddin Makassar yang
telah dengan begitu bijaksana dalam pembimbingan dan mendidik civitas Akademik di
lingkungan STIKES Nani Hasanuddin Makassar;
3. Indra Dewi, S.Kep., Ns., M.Kes Selaku Ketua Program Studi S1 Ilmu Keperawatan yang
telah banyak memberikan inspirasi serta motivasi kepada saya dalam menyelesaikan
Pendidikan di STIKES Nani Hasanuddin Makassar;
4. Erna Kadrianti, S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing I yang telah menyediakan waktu,
tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan proposal ini;
5. Arham Alam, S.Kep., Ns., M.KKK selaku pembimbing II yang telah menyediakan waktu,
tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan proposal ini;
6. Sitti Nurbaya, S.Kep., Ns., M.Kes selaku penguji utama yang telah memberikan saran dan
masukan yang membangun untuk penyempurnaan proposal ini;
7. Irnawati, S.ST., M.Keb selaku penguji eksternal yang telah memberikan saran dan
masukan yang membangun untuk penyempurnaan proposal ini;
8. Sitti Nurbaya, S.Kep., Ns., M.kes selaku Penasehat Akademik (PA) yang telah
membimbing dan memberikan saran dan masukan selama ini terkait dengan nilai maupun
masalah yang menyangkut akademik;
9. Pihak Institusi yang telah banyak membantu dalam usaha memperoleh data yang saya
perlukan.

Akhir kata saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga proposal ini membawa manfaat bagi pengembangan
ilmu.

Makassar, 8 mei 2021


DELVIA
USULAN PENELITIAN

I. JUDUL PENELITIAN
HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN DIRI DENGAN TINGKAT STRESS
PADA MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN TUGAS AKHIR DI
STIKES NANI HASANUDDIN MAKASSAR
II. RUANG LINGKUP PENELITIAN
MANAJEMEN KEPERAWATAN

III. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stress merupakan motivasi yang dibutuhkan oleh individu untuk
bergerak dan merupakan suatu energi yang dapat digunakan secara efektif.
Stress yang bersifat ringan dapat merupakan tantangan dan motibasi bagi
seseorang untuk bergerak kearah yang lebih baik (Komalasari 2018). Begitu
juga dengan mahasiswa yang tidak bisa terhindar dari stress yang
disebabkan oleh banyaknya tanggung jawab seperti, tugas kuliah yang harus
segera diselesaikan khususnya pada mahasiswa tingkat akhir yang harus
menyelesaikan skripsi atau karya tulis ilmiah.
Menurut World Health Organization (WHO) Prevalensi kejadian stress
cukup tinggi dimana hampir lebih dari 350 juta penduduk dunia mengalami
stress dan merupakan penyakit dengan peringkat ke-4 didunia. Studi
prevalensi stress yang dilakukan oleh health and safety executive diinggris
melibatkan penduduk inggris dengan jumlah sebanyak 487.000 orang yang
masih produktif dari tahun 2013-2014. Didapatkan data bahwa angka
kejadian stress lebih besar terjadi pada wanita (54,62%) di bandingkan pada
pria (45,38%).(Putri Dewi Ambarwati, Sambodo Sriadi Pinilih 2017)
Pervalensi jumlah kejadian gangguan jiwa diindonesia semakin
signifikan dilihat dari data Riskesdas tahun 2018. Riskesdas mendata
masalah gangguan kesehatan mental emosional (depresi dan kecemasan)
sebanyak 9,8%. Hal ini terlihat peningkatan jika dibandingkan dengan data
Riskesdas tahun 2013 sebanyak 6%. (Riskesdas 2018)
Berdasarkan hasil survey di Universitas Muhammadiyah Kudus, hasil
wawancara dari 10 mahasiswa dengan 14 pertanyaan tentang gejala stress, di
antaranya 3 mahasiswa merasakan 50 % dari gejala, 3 mahasiswa 57% dari
gejala, dan 4 mahasiswa merasakan 43% dari 14 gejala stress. (Umi Faridah,
2020). Dari hasil penelitian (Hasibuan 2019) yaitu dari hasil penelitian nilai
distribusi frekuensi stress belajar adalah kategori ringan 46 (60,5%), sedang
27 (35,5%), dan berat 3 (3,9%).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan (Afryan et al. 2019) pada 2
variabel yang terdistribusi yaitu tingkat stress dan motivasi dalam
menyelesaikan skripsi di dapatkan hasil table menunjukkan stress yang lebih
dominan adalah stress tingkat ringan dan stress tingkat sedang yaitu
berturut-turut 66 orang mahasiswa (40,7%) dan 86 orang mahasiswa
(53,1%).
Dari hasil penelitian (Komalasari 2018) yaitu berdasarkan data yang
diperoleh dari program studi ilmu keperawatan Angkatan 2012 di dapatkan
bahwa sebanyak 59,2% mahasiswa terlambat dalam menyelesaikan skripsi,
dan 4,7% mahasiswa mengulang pada tahun berikutnya, sedangkan
mahasiswa yang menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya sebesar 36,1%.
Berdasarkan hasil penelitian (Seto, Wondo, and Mei 2020) tingkat
stress pada mahasiswa tingkat akhir yaitu berturut-turut sedang (23%),
rendah (0%), dan tingkat stress pada mahasiswa tingkat akhir tegolong
cukup yaitu sebesar (77%).
Makna manajemen diri secara sederhana, merujuk kamus besar Bahasa
Indonesia (2001:465) manajemen memiliki dua arti, yaitu: penggunaan daya
secara efektif untuk mencapai sasaran; dan pimpinan yang bertanggung
jawab atas jalannya perusahaan dan organisasi. Kemudian apa yang kita
sebut “diri” itu adalah akumulatif dari pikiran kita. yang kita sebut diri,
peribadi, individu, adalah totalitas manusia sebagai jasad dan rohani, fisik
yang bisa kita lihat dan sesuatu yang tak terlihat yang menggerakkan fisik ,
hati, jiwa, dan fikiran. Diri adalah totalitas dari pemikiran, keinginan, dan
Gerakan kita dalam ruang dan waktu. Dengan kata lain, perpaduan antara
intelektual, emosional, spiritual, dan fisik. Jadi manajemen diri yang
dimaksud adalah sebuah proses merubah “totalitas diri” yaitu intelektual,
emosional, spiritual, dan fisik kita agar apa yang kita inginkan (sasaran )
tercapai.(Jazimah 2014)
Terdapat penelitian tentang manajemen diri yaitu penelitian yang
dilakukan oleh (Maulana and Dwityanto 2014) menjelaskan bahwa terdapat
hubungan negative antara manajemen diri dengan kejadian stress, yang
berarti bahwa terdapat variabel lain yang mempengaruhi terjadinya stress.
Seseorang yang memiliki manajemen diri yang tinggi maka tingkat stress
yang dialami akan rendah. selain itu penelitian yang dilakukan oleh (Amir
2016) menunjukkan adanya pengaruh signifikan antara manajemen diri
terhadap motivasi berprestasi pada mahasiswa sebesar 74,27%.
Penelitian yang dilakukan (Pertiwi 2018) hasil penelitian mneunjukkan
bahwa rxy=-0,468 dengan p=0,000 (p,0,05), artinya terdapat hubungan
negative antara self management dengan stress kerja. Self management
memberikan sumbangan negative pada stress kerja sebesar 21,9 %. Adapun
penelitian yang dilakaukan oleh (Hidayat 2017) mengatakan bahwa
kemampuan mengelola diri (self management) mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap kreativitas berpikir mahasiswa Jurusan Pendidikan
Fisika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar. Hal ini
diperkuat dengan nilai koefisien korelasi pearson r2 sebesar 0,97117 yang
artinya bahwa kemampuan mengelola diri mempunyai kontribusi sebesar
97,11% terhadap kreativitas berpikir mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar
Fenomena yang peneliti amati, stress pada mahasiswa karena
Menyusun tugas akhir terjadi pada mahasiswa stikes nani hasanuddin
makassar yaitu berkeluh kesah, sering merasa Lelah, pusing, dan terlihat
cemas, bahkan ada yang membuat status di media social berisi tentang
keluhan tentang perasaanya ketika mngerjakan tugas akhir. Dan tidak jarang
setiap bertemu terkadang tugas akhir dijadikan sebagai bahan pembicaraan
karena selalu terpikirkan.
Seorang mahasiswa harus mampu untuk mengatur hidup sendiri,
mengatur tujuan, dan menyediakan penguat untuk diri sendiri. Sehingga
dapat berfikir dan mengatur tingkah lakunya pencapaian dan aksi,
menentukan target, mengevaluasi kesuksesan saat mencapai target, dan
memberikan penghargaan pada diri mereka sendiri karena telah mencapai
tujuan tersebut dalam rangka mencapai suatu tujuan tanpa mengandalkan
orang lain dan di pahami sebagai penggunaan suatu proses yang
mengaktivasi pemikiran, perilaku dan perasaan yang terus menerus dalam
upaya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan
permasalahan diatas maka peneliti mengambil judul “hubungan antara
manajemen diri dan tingkat stress pada mahasiswa dalam menyelesaikan
dalam menyelesaikan tugas akhir di STIKES Nani Hasanuddin Makassar”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, dirumuskan
permasalahan penelitian dengan variabel independen manajemen diri dan
variabel dependen tingkat stress, dimana terdapat keterkaitan yang signifikan
berdasarkan teori dimana di antara variabel tersebut yang di dasari juga oleh
beberapa komponen penelitian dari berbagai sumber yang menunjukkan
manajemen diri pada mahasiswa berkaitan dengan respon untuk
menyelesaikan tugas akhir.
Sehingga peneliti merumuskan masalah yang akan dilakukan yaitu
“Bagaimana hubungan antara manajemen diri dengan tingkat stress pada
mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akhir di STIKES Nani Hasanussin
Makassar?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan antara manajemen diri dengan tingkat
stress pada mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akhir di STIKES
Nani Hasanuddin Makassar.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui bagaimana manajemen diri pada mahasiswa
dalam menyelesaikan tugas akhir di STIKES Nani Hasanuddin
Makassar
b. Untuk mengetahui adanya tingkat stress pada mahasiswa dalam
menyelesaikan tugas akhir di STIKES Nani Hasanuddin Makassar.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Untuk mengetahui hubungan antara manajemen diri dengan stress
pada mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akhir di STIKES Nani
Hasanuddin Makassar.
2. Manfaat praktis
Dapat memberikan manfaat baik bagi institusi, responden, dan
peneliti itu sendiri, di antaranya:
a. Bagi institusi
Untuk dapat dijadikan informasi bagi akademik/Pendidikan
untuk pengembangan dan penerapan proses manajemen
keperawatan selanjutnya.
b. Bagi responden
Manfaat bagi responden yaitu diharapkan dapat dijadikan acuan
sehingga mahasiswa dapat memperbaiki manajemen diri dan
mengurangi tingkat stress.
c. Bagi peneliti
Penelitian ini dapat menjadi tambahan wawasan dan ilmu
pengetahuan bagi peneliti serta merupakan suatu pengalaman
yang sangat berharga sehingga diharapkan dapat berguna pada
waktu terjun kerumah sakit.

IV. TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan umum manajemen diri
1. Pengertian manajemen diri
Manajemen diri adalah seperangkat strategi kognitif dan perilaku
individu dalam membentuk lingkungannya, membangun motivasi diri,
dan memfasilitasi perilaku yang tepat untuk mendapatkan standar
penampilan yang dikehendaki (Manz 1986).
Menurut Cormier dan Cormier (1985), menjelaskan bahwa self-
management suatu proses dimana individu mengarahkan perubahan
tingkah laku mereka sendiri dengan satu strategi atau kombinasi strategi.
Manusia tidak hanya dibentuk, tetapi juga sebagai pembentuk
lingkungannya. Manajemen diri merupakan serangkaian teknis untuk
mengubah perilaku, pikiran, dan perasaan seseorang berdasarkan kaidah
pendekatan cognitive behavior therapy. (Suwanto 2016)
Menurut sukadji sebagaimana dikutip oleh (Annisa 2018) bahwa
pengelolahan diri (self-management) adalah prosedur dimana individu
mengatur perilakunya sendiri. Pada Teknik ini individu terlibat pada
bebrapa atau keseluruhan komponen dasar yaitu: menentukan perilaku
sasaran, memonitor perilaku tersebut, memilih prosedur yang akan di
terapkan, melaksanakan prosedur tersebut, dan mengevaluasi efektifitas
prosedur tersebut.
Menurut Prijosaksono & Mardiyanto, 2003 di kutip dari (Iskandar
2017) Manajemen diri merupakan suatu mekanisme untuk dapat
mengendalikan resiko dari dampak stres, sehingga individu dapat
menghadapi dan mengendalikan realita kehidupan dan keberadaan diri
yang terdiri atas tubuh fisik, emosi, mental, maupun pikirannya.
2. Tujuan manajemen diri
Tujuan dari pengelolaan diri yaitu untuk mengatur perilakunya
sendiri yang bermasalah pada diri sendiri maupun orang lain. Dalam
proses konseling, koselor, dan koseli Bersama-sama untuk menentukan
tujuan yang ingin dicapai. Konselor mengarhkan konselinya dalam
menentukan tujuan, sebaliknya konseli pun juga harus aktif dalam proses
konseling. Setelah proses konseling self-management berakhir
diharapkan peserta didik dapat mempola perilaku, pikiran, dan perasaan
yang di inginkan, dapat menciptakan keterampilan yang baru sesuai
harapan, dapat mempertahankan keterampilan sampai di luar sesi
konseling, serta perubahan yang mantap dan menetap dengan arah
prosedur yang tepat. (Annisa 2018)

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen diri


Zimmerman dan pons 1990 dalam (Anggriani 2018) menyatakan
3 faktor yang mempengaruhi manajemen diri, yaitu :
a. Individu ( diri)
Factor individu meliputi pengetahuan individu, ringkat
kemampuan metakognisi, dan tujuan yang ingin dicapai. Semakin
banyak individu memiliki pengetahuan, semakin banyak tujuan yang
ingin diraih, maka akan semakin besar kemungkinan individu
melakukan pengelolaan diri.
b. Perilaku
Bandura (1986) dalam (Anggriani 2018) menyatakan perilaku
yang berhubungan dengan pengelolaan diri mempunyai 3 tahap,
diataranya yaitu self abservation, self judgment, dan self reaction.
Self absevation berhubungan dengan respon individu terhadap
perilakunya. Self judgment, tahap individu melihat diri dan
perilakunya (performansinya). Self reaction, tahap penyesuaian
individu terhadap rencananya untuk mecapai tujuan yang diharapkan.
c. Lingkungan
Sosial dan pengalaman memiliki pengaruh terhadap fungsi
manusia, bergantung pada mendukung atau tidaknya suatu
lingkungan.
Cobb (2003) menyatakan bahwa manajemen diri pengaruhi oleh
banyak factor, diantaranya :
a) Self efficacy
Self efficacy merupakan penilaian individu terhadap kemampuan
yang dimilikinya untuk melakukan suatu tugas, guna mencapai
sesuatu, serta mengatasi hambatan.
b) Motivasi
Individu membutuhkan motivasi untuk melaksanakan strategi
yang akan mempengaruhi proses belajar. Teori kognitif sosial
menunjukkan motivasi mendasar manusia dengan cara
memeriksa pengaruh motivasi terhadap pikiran yang
dihubungkan dengan diri individu.

c) Tujuan (goals)
Goals merupakan penepatan yang ingin dicapai individu. Goals
memiliki dua fungsi yaitu menuntun serta mengatur usaha dalam
arah yang spesifik, selain itu juga goals merupakan kriteria untuk
mengevaluasi performansi.
4. Tahapan dalam self-management
Menurut soekadji dikutip dari (Annisa 2018) ada empat tahapan
dalam self-management yaitu :1) self-monitoring; 2) self-reward; 3)
self-contracting; 4) stimulus control.
a. Self-monitoring yaitu konseli mengobservasi dan mencatat sesuatu
tentang dirinya sendiri dan interaksinya dengan situasi lingkungan.
Dalam tahap ini konseli mengumpulkan data dasar berkenan
dengan perilaku yang ingin diubah.
b. Reinforment yang positif (self-reward) yaitu untuk memperkuat
atau meningkatkan respons yang diharapkan dari stimulus dengan
menggunakan berbagai bentuk. Self-reward ini dapat menggunakan
berbagai bentuk perangsang benda, makanan, simbolis verbal,
aktivitas fisik maupun imajinasi.
c. Kontrak atau perjanjian sengan diri sendiri (self-contracting) yaitu
membuat perencanaan dengan konseli untuk merubah tingkah laku.
d. Penguasaan terhadap rangsangan (stimulus control) yaitu
penysunan kondisi-kondisi lingkungan yang telah ditentukan
sebelumnya, yang membuat terlaksananya atau dilakukannya
tangkah laku tertentu. Kondisi lingkungan berfungsi sebagai
tanda/ateseden dari suatu respon tertentu. Dengan kata lain
anteseden merupakan suatu stimulus untuk suatu respon tertentu.
5. Bentuk perbuatan manajemen diri bagi mahasiswa
Menurut gie, 1995:188-191 dari (Jazimah 2014) menjelaskan
bahwa manajemen diri bagi mahasiswa mencakup sekurang-kurangnya
4 bentuk perbuatan yaitu :
a. Pendorongan diri (self-motivation) yaitu dorongan psikologis
dalam diri seseorang untuk merangsangnya sehingga mau
melakukan bebagai kegiatan untuk mencapai tujuan yang di
dambakan.
b. Penyusunan diri (self-organization) yaitu pengaturan sebaik-
baiknya terhadap pikiran, tenaga, waktu, tempat, benda, dan semua
sumber daya lainnya dalam kehidupan seorang mahasiswa
sehingga tercapai efisiensi pribadi.
c. Pengendalian diri (self-control) yaitu perbuatan membina tekad
untuk mendisiplin kemauan, memacu semangat, mengikis
keseganan, dan mengarahkan energi untuk benar-benar
melaksanakan apa yang harus dikerjakan dalam studi.
d. Pengembangan diri (self-development) yaitu perbuatan
menyempurnakan atau meningkatkan diri sendiri dalam berbagai
hal. Pengembangan diri yang lengkap dan penuh mencakup
segenap sumber daya pribadi dalam seorang mahasiswa

B. Tinjauan umum tingkat stress


1. Definisi stress
Stress merupakan istilah yang berasal dari bahasa latin “stingere”
yang berarti “keras” (stricus). Istilah ini mengalami perubahan seiring
dengan perkembangan penelaahan yang berlanjut dari waktu ke waktu
dari straise, strest, stresce, dan stress. Abad ke-17 istilah stress
diartikan sebagai kesukaran, kesusahan, kesulitan, atau penderitaan.
Pada abad ke-18 istilah ini digunakan dengan lebih menunjukkan
kekuatan, tekanan, ketegangan, atau usaha yang keras berpusat pada
benda dan manusia, “terutama kekuatan mental manusia”. (H. Iyus
Yosep, 2007)
Stress adalah reaksi individu terhadap situasi yang menimbulkan
tekanan/ancaman, reaksi monspesifik dari tubuh terhadap tuntutan
kebutuhan, dan adanya stressor yang mengganggu keseimbangan dan
mengganggu kehidupan sehari-hari. Ketegangan/stress diperlukan
sebagai alarm tubuh. Ketegangan tidak perlu dihindari, bahkan ada yang
ketagihan ketegangan karena jika berhasil akan merasa puas (Azizah
2016)
Stress adalah tanggapan atau reaksi tubuh terhadap berbagai
tuntutan atau beban yang bersifat nonspesifik, yang mengharuskan
seorang individu untuk berespons atau melakukan tindakan. (Azizah
2016)

Berdasarkan efeknya stress dibedakan menjadi 2, yaitu :


a. Eustress atau hasil dari respon terhadap stress yang bersifat
sehat, positif, dan konstruktif (bersifat membangun). Hal
tersebut termasuk kesejahtraan individu dan juga organisasi
yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas,
kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.
b. Distress yaitu hasil dari respon terhadap stress yang bersifat
tidak sehat, negatif, dan destruktif (bersifat merusak). Hal
tersebut termasuk konsekuensi individu dan juga organisasi
seperti penyakit kardiovaskuler dan tingkat ketidakhadiran
yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan sakit,
penurunan dan kematian.
Berdasarkan berbagai definisi stress diatas, dapat disimpulkan
bahwa stress adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan, yang
dipersepsikan sebagai suatu ancaman atau tantangan yang perlu
penyelesaian, yang dapat menimbulkan akibat yang kurang
menyenangkan, agar individu dapat menyesuaikan dengan tuntutan
tersebut. (Azizah 2016)
stress adalah stimulus atau situasi yang menimbulkan distress dan
menciptakan tuntutan fisik dan psikis pada seseorang. Stress
membutuhkan koping dan adaptasi. Sindrom adpatasi umum atau teory
selye, menggambarkan stress sebagai kerusakan yang terjadi pada tubuh
tanpa memperdulikan apakah penyebab stress tersebut positif atau
negative. Respons tubuh dapat dipredikdi tanpa memerhatikan stressor
atau penyebab tertentu. (Titik Lestari, 2015)
stress adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan
oleh perubahan dan tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi oleh
lingkungan maupun penampilan individu di dalam lingkungan. (Titik
Lestari, 2015).
2. Penyebab stress atau stressor
Menurut (Titik Lestari, 2015) Stressor adalah factor-faktor dalam
kehidupan manusia yang mengakibatkan terjadinya respond tress.
stressor dapat berasal dari berbagai sumber, baik dari kondisinfisik,
psikologis, maupun soial dan juga muncul pada situasi kerja, dirumah,
dalam kehidupan social, dan lingkungan luar lainnya. Stressor dapat
berwujud atau berbentuk fisik (seperti polusi udaraP dan dapat juga
berkaitan dengan lingkungan sosail (seperti interaksi social). Pikiran
dan perasaan individu sendiri yang di anggap sebagai suatu ancaman
baik yang nyata maupun imajinasi dapat juga menjadi stressor, ada tiga
tipe kejadian yang dapat menyebabkan stress yaitu:
a. Daily hassles yaitu kejadian kecil yang terjadi berulang-ulang
setiap hari seperti masalah kerja di kantor, sekolah dan sebagainya.
b. Personal stressor yaitu ancaman atau gangguan yang lebih kuat
atau kehilangan besar terhadap sesuatu yang terjadi pada level
individual seperti kehilangan orang yang dicintai, kehilangan
pekerjaan, masalah keuangan dan masalah pribadi lainnya.
c. Appraisal yaitu penilaian terhadap suatu keadaan yang dapat
menyebabkan stress disebut stress sppraisals. Menilai suatu
keadaan yang dapat mengakibatkan stress tergantung dari dua
factor, yaitu factor yang berhubungan dengan orangnya (Personal
factors) dan factor yang berhubungan dengan situasinya. Personal
factors didalamnya termasuk intelektual, motivasi, dan personality
characterstics.
3. Macam-macam stress
Menurut (Lestari 2015) kondisi stress seseorang dapat
dikelompokkan menjadi dua macam :
a. Kondisi eustress (tidak stress) : seseorang yang dapat mengatasi
stress dan tidak ada gangguan pads fungsi organ tubuh.
b. Kondisi distress (stress) : pads saat seseorang mengalami stress
terjadi gangguan pasa 1 atau lebih organ tubuh sehingga prang
tersebut tidak dapat mnjalankan fungsinya dengan baik.
4. Reaksi fisiologi terhadap stress
Situasi stress mengaktivasi hipotalamus yang selanjutnya
mengendalikan dua system neuroendokrin, yaitu system simpatis dan
system korteks adrenal. System saraf simpatik berespons terhadap
impuls saraf dan hipotalamus yaitu :
a. Mengaktivasi berbagai organ dan otot polos yang berada di
pengendaliannya.
b. Sebagai contohnya, ia meningkatkan kecepatan denyut jantung dan
mendilatasi pupil. System saraf simpatis juga memberi sinyal ke
medulla adrenal.
c. Untuk melepaskan epinefrin dan norepinefrin ke aliran darah.
d. System korteks adrenal diaktivasi jika hipotalamus mensekresikan
CRF, suatu zat kimia yang bekerja pada kelenjar hipofisis yang
terletak tepat dibawah hipotalamus.
e. Kelenjar hipofisis, selanjutnya mensekresikan hormon ACTH, yang
dibawa melalui aliran darah ke korteks adrenal.
f. Dimana, ia menstimulasi pelepasan sekelompok hormon, termasuk
kortisol, yang meregulasi kadar gula darah.
g. ACTH, juga memberi sinyal ke kelenjar endokrin lain untuk
melepaskan sekita 30 hormon. efek kombinasi sebagai hormone
stress yang dibawa melalui aliran darah di tambah aktifitas neural
cabang simpatik dari system saraf otonomik berperan dalam
respons fight or fight. (Lestari 2015)
5. Psikosiologi stress
Menurut (H. Iyus Yosep, 2007) Stress merupakan tanggapan
non spesifik terhadap setiap tuntutan yang diberikan pada suatu
organisme dan digambarkan sebagai GAS. Konsep ini menunjukkan
reaksi stress dalam 3 fase, yaitu fase sinyal (alarm), fase perlawanan
(resistance), dan fase keletihan (exhaustion). Ilustrasi dari ketiga fase
tersebut dapat dilihat dari gambar dibawah ini.
Tahap sinyal adalah mobilisasi awal dimana badan menemui
tantangan yang diberikan oleh penyebab stress. Ketika penyebab stress
ditemukan, otak mengirimkan suatu pesan biokimia kepada semua
system tubuh. Pernafasan meningkat, tekanan darah naik, anak mata
membesar, ketegangan otot naik, dan seterusnya. Jika penyebab stress
aktif, GAS beralih ke tahap perlawanan. Tanda-tanda masuknya
terhadap perlawanan termasuk keletihan, kekuatan, dan ketegangan.
Pribadi yang mengalami tahap tersebut selanjutnya melawan
penyebab stress sementara perlawanan terhadap suatu penyebab stress
khususnya mungkin tinggi selama tahap ini, perlawanan terhadap stress
lainnya mungkin rendah; sesorang hanya memiliki sumber energi
terbatas, konsentrasi dan kemampuan untuk menahan penyebab-
penyebab stress. Indivifu-individu sering lebih mudah sakit selama
periode stress ketimbang pada waktu lainnya.
Tahap terakhir GAS adalah keletihan. Perlawanan pada
penyebab stress yang sama dalam jangka Panjang dan terus-menerus
mungkin akhirnya menaikkan penggunaan energi penyesuaian yang
dapat dipakai, dan system meyerang penyebab stress menjadi letih.
Menurut fortuna (1984) seperti halnya dengan ganguan fisik,
respon terhadap ancaman juga mempunyai resiko terhadap emosi dan
kognitif (Abraham dan shaley, 1997), orang mengalami stress akan
menunjukkan penurunan konsentrasi, perhatian, dan kemunduran
memori. Keadaan ini akan menyebabkan kesalahan dalam memecahkan
masalah dan penurunan kemampuan dalam merencanakan Tindakan.
Dampak lain mengakibatkan semakin banyak tuntutan pada orang yang
mengalami stress, kondisi ini menyebabkan ketidak mampuan menjalin
hubungan dengan orang lain, dalam menghadapi stress individu lebih
sensitive dan cepat marah. Mereka juga sulit untuk rilex, merasa tidak
berdaya, depresi, dan cenderung hipokondria.
Pengaruh pada kongnitif dan emosi ini mendorong terjadinya
perubahan perilaku pada orang yang mengalami stress berkepnjangan.
Perubahan ini meliputi aktivitas, penurunan energi, tidak masuk atau
terlambat kerja, cenderung mengekspresikan pandangan sinis pada
orang lain atau rekan kerja serta melemahkan tanggung jawab.
Fase keletihan terjadi bila fungsi fisik dan sikologis seseorang
telah sangat lemah sebagai akibat kerusakan selama fase perlawanan.
Bila reaksi ini berlanjut tanpa adanya pemulihan, akan memacu
terjadinya penyakit karena ketidak mampuan dalam mengatasi tuntutan
lingkungan yang dirasakan. Fase keletihan ini merupakan tahap
kepayhan dimana seseorang dapat dikatakan telah mempunyai masalah
kesehatan yang serius.
1. Penyebab stress dan stressor psikososial
Menurut (H. Iyus Yosep, 2007) Stressor psikososial adalah
setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam
kehidupan seseorang (anak, remaja, atau dewasa). Sehingga orang
itu terpaksa mengadakan adaptasi atau menanggulangi stressor yang
timbul. Namun, tidak semua mampu mengadakan adaptasi dan
mampu mennaggulnaginya, sehingga timbullah keluhan-keluhan
kejiwaan, antara lain depresi. Pada umumnya jenis stressor
psikososial dapat digolongkan sebagai bentuk :
a. Hubungan interpersonal (antarpribadi)
Gangguan ini dapat berupa hubungan dengan kawan dekat yang
mengalami konflik, konflik dengan kekasih, antara atasan dan
bawahan, dan lain sebagainya. Konflik hubungan interpersonal
ini dapat berupakan sumber-sumber stress bagi seseorang, dan
yang bersangkutan dapat mengalami depresi dan kecemasan
karenanya.
b. Pekerjaan
Masalah pekerjaan merupakan sumber stress kedua setelah
masalah perkawinan. Banyak orang menderita depresi dan
kecemasan karena masalah pekerjaan ini; misalnya pekerjaan
terlalu bnayak, pekerjaan tidak cocok, mutasi, jabatan, kenaikan
pangkat, pension, kehilangan pekerjaan (PHK) dan lain
sebagainya.
c. Lingkungan hidup
Kondisi lingkungan yang buruk besar pengaruhnya bagi
kesehatan seseorang. Misalnya soal perumahan, pindah tempat
tinggal, pengggusuran, hidup dalam lingkungan yang rawan
(kriminalitas) dan lain sebagainya. Rasa tercekam dan tidak
merasa aman ini amat mrngganggu ketenangan dan ketentraman
hidup, sehingga tidak jarang orang jatuh dalam depresi dan
kecemasan.
d. Keuangan
Masalah keuangan (kondisi social ekonomi) yang tidak sehat,
misalnya pendapatan jauh lebih rendah dari pengeluaran, terlibat
hutang, kebangkrutan usaha, soal warisan, dan lain sebagainya.
Problem keuangan sangat berpengaruh pada kesehatan jiwa
seseorang dan sering kali masalah keuangan ini merupakan
factor yang membuat seseorang jatuh dalam depresi dan
kecemasan.
e. Hukum
Keterlibatan seseorang dalam masalah hukum dapat merupakan
sumber stress pula, misalnya tuntutan hukum, pengadilan,
penjara, dan lain sebagainya. Stress di bidang hukum ini dapat
menyebabkan seseorang jatuh dalam depresi dan kecemasan.
f. Perkembangan
Yang dimkasud di sini adalah masalah perkembangan baik fiisk
maupun mental seseorang. Misalnya masa remaja, masa dewasa,
menopause, lanjut usia, dan lain sebagainya. Kondisi setiap
perubahan fase-fase tersebut diatas, untuk Sebagian individu
dapat menyebabkan depresi dan kecemasn; terutama pada
mereka yang mengalami menopause dan usia lanjut.
g. Penyakit fisik atai cidera
Sumber stress yang dapat menimbulkan depresi dan kecemasan
disini antara lain: penyakit, kecelakaan, opreas/pembedahan,
aborsi, dan lain sebagainya. Dalam hal ini penyakit yang banyak
menimbulkan depresi dan kecemasan adalah penyakit kronis,
jantung, kanker, dan sebagainya.
h. Faktor keluarga
Yang dimaksud disini adalah factor stress yang dialami oleh
anak dan remaja yang disebabkan karena kondisi keluarga yang
tidak baik ( yaitu sikap orangtua), yaitu:
1. Hubungan kedua orang tua yang dingin, atau penih
ketegangan, atau acuh tak acuh.
2. Kedua orang tua jarang dirumah dan tidak ada waktu untuk
Bersama dengan anak-anak.
3. Komunikasi antara orang tua dan anak yang tidak baik.
4. Kedua orang tua berpisah atau bercerai.
5. Salah satu orang tua gangguan jiwa/kepribadian.
6. Orang tua dalam Pendidikan anak kurang sabar, pemarah,
keras, dan ororiter dan lain sebagainya.

i. Lain-lain
Stressor kehidupan lainnya juga dapat menimbulkan depresi dan
kecemasan antara lain adalah bencana alam, kebakaran,
pemerkosaan, kehamilan diluar nikah, dan lain sebagainya.
2. Tahapan stress
Menurut (H. Iyus Yosep, 2007) Gangguan stress timbul
biasanya secara lamban, tidak jelas kapan mulainya dan seringkali
kita tidak menyadari. Namun meskipun demikian dari pengalaman
praktik psikiatri para ahli mencoba membagi stress tersebut dalam 6
tahapan, setiap tahapan memperlihatkan sejumlah gejala-gejala yang
dirasakan oleh yang bersangkutan, hal mana yang berguna bagi
seseorang dalam rangka mengenali gejala stress sebelum
memeriksanya kedokter.petunjuk-petunjuk tahapan stress tersebut di
kemukakan oleh Robert J. Vav Amberg. (psikiater) sebegai berikut:
a. Stress tingkat I
Tahapan ini merupakan tingkat stress yang plaing ringan, dan
biasanya disertai dengan perasaa-perasaan sebagi berikut:
a) Semangat besar
b) Penglihatan tajam tidak sebagaimana besarnya
c) Energy dan gugup berlebihan, kemampuan menyelesaikan
pekerjaan lebih dari biasa nya.
b. Stress tingkat II
Dalam tahapan ini dampak stress yang menyenangkan mulai
menghilang dan mulai timbul keluhan-keluhan dikarenakan
cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari. Keluham-
keluhan yang sering dikemukakan sebagai berikut:
a) Merasa letih sewaktu bangun pagi
b) Merasa Lelah sesuda makan siang
c) Merasa Lelah menjelang sore hari
d) Terkadang gangguan dalam system pencernaan (gangguan
usus, perut kembung), kadang-kadang pula jantung
berdebar-debar.
e) Perasaan tegang pada otot-otot punggung dan tengkuk
(belakang leher).
f) Perasaan tidak bisa santai.
c. Stress tingkat III
Pada tahapan ini keluhan keletihan semakin Nampak disertai
dengan gejala-gejala:
a) Gangguan usus lebih terasa (sakit perut, mules, seiring ingin
kebelakang).
b) Otot-otot terasa lebih tegang.
c) Perasaan tegang yang semakin meningkat.
d) Gangguan tidur (sukar tidur, sering terbangun malam, dan
sukar tidur kembai, atau bangun terlalu pagi).
e) Badan terasa oyong, rasa-rasa mau pingsan (tidak sampai
jatuh pingsan).
d. Stress tingkat IV
Tahapan ini sudah menunjukkan keadaan yang lebih buruk ddan
ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a) Untuk bisa bertahan sepanjang hari terasa sangat sangat
sulit.
b) Kegiatan-kegiatan yang semula menyenangkan kini terasa
sulit.
c) Kehilangan kemampuan untuk menaggapi situasi, pergaulan
social, dan kegiatan-kegiatan rutin lainnya terasa berat.
d) Tidur semakin sukar, mimpi-mimpi menegangkan, dan
seringkali terbangun dini hari.
e) Perasaan negativistic.
f) Kemampuan berkonsentrasi menurun tajam.
g) Perasaan takut yang tidak dapat dijelaskan, tidak mengerti
mengapa.
e. Stress tingkat V
Tahapan ini merupakan keadaan yang lebih mendalam dari
tahapan IV di atas, yaitu:
a) Keletihan yang mendalam (physical and psychological
exhaustin).
b) Untuk pekerjaan-pekerjaan yang sederhana saja terasa
kurang mampu.
c) Gangguan system pencernaan (sakit maag dan usus) lebih
sering, sukar buang air besar atau sebaliknya feses cair dan
sering ke belakang.
d) Perasan takut yang senakin menjadi, mirip panik.
f. Stress tingkat VI
Tahapn ini merupakan tahapan puncak yang nerupakan keadaan
gawat darurat. Tidak jarang penderita dalam tahapan ini di bawa
ke ICCU. Gejala-gejala pada tahapan ini cukup mengerikan.
a) Debar jantung terasa amat keras, hal ini disebabkan zat
adrenalin yang dikeluarkan, karena stress tersebut cukup
tinggi dalam peredaran darah.
b) Nafas sesak. Megap-megap.
c) Badan gemetar, tubuh dingin, keringan bercucuran.
d) Tenaga untuk hal-hal yang ringan sekalipun tidak kuasa
lagi, pingsan atau collaps.

6. Pengukuran tingkat stress

Tingkat stress dapat dikelompokkan dengan menggunakan kriteria


HARS (Hamilton anxiety rating scale). Unsur yang dinilai antara :
perasan ansietas, ketegangan, ketakutan, gangguan tidur, gangguan
kecerdasan, perasaan depresi, gejala somatic, gejala respirasi, gejala-
gejala kardiovaskuler, gejala, otonom, gejala tingkah laku. Unsur yang
dinilai dapat menggunakan skoring, dengan ketentuan penilaian sebagai
berikut :

0: tidak ada gejala dari pilihan yang ada


1: satu gejala dari pilihan yang ada
2: kurang dari separuh dari pilihan yang ada
3: separuh atau lebih dari pilihan yang ada
4: semua gejala yang ada
Untuk selanjutnya skor yang dicapai dari masing-masing unsur
atau item dijumlahkan sebagai indikasi penilaian derajat stress,
dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Skor <14 tidak ada stress
2) Skor 14-20 stres ringan
3) Skor 21-27 stres sedang
4) Skor 28-41 stress berat
5) Skor 42-56 stres berat skali
C. Tinjauan umum mahasiswa
1. Pengertian mahasiswa
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) pengertian mahasiswa
adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, secara administrasi
mereka terdaftar sebagai murid diperguruan tinggi. Menurut Siswoyo
(2007 : 121) dari (Oktaviani et al. 2020) mengatakan bahwa mahasiswa
dapat didefinisikan sebagai individu yang sedang menuntut ilmu
ditingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga
lain yang setingkat dengan perguruan tinggi. Mahasiswa dinilai
memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, kecerdasan dalam berpikir
dan kerencanaan dalam bertindak. Berpikir kritis dan bertindak dengan
cepat dan tepat merupakan sifat yang cenderung melekat pada diri
setiap mahasiswa, yang merupakan prinsip yang saling melengkapi.
Menurut fatwa dalam (Hariyati 2019) mengatakan bahwa
mahasiswa adalah sekelompok generasi muda yang mempunyai peran
strategis dalam kancah pembangunan bangsa, karena mahasiswa
merupakan sumber kekuatan moral bagi bangsa Indonesia. Artinya
mahasiswa adalah bagian integral masyarakat yang dengan seleksi
tertentu sehingga memperoleh Pendidikan formal tingkat tinggi.
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
mahasiswa adalah pelajar yang sedang belajar untuk menuntut ilmu si
perguruan tinggi baik negri atau swasta atau lembaga lain setingkat
dengan perguruan tinggi dan mereka dianggap sudah memiliki
kematangan fisik dan perkembangan pemikiran yang luas dan mampu
bertanggung jawab dengan setiap sikap dan tingkah lakunya.

A. KERANGKA TEORI

Manajemen Diri

self-motivation

self-organization

self-control

self-development
Mahasiswa

Dalam kamus besar bahasa Tingkat Stress


Indonesia (KBBI) pengertian 1. Daily hassles
mahasia adalah orang yang 2. Personal stressor
belajar di perguruan tinggi, 3. Appraisal
secara administrasi mereka
terdaftar sebagai murid (Titik Lestari, 2015)
diperguruan tinggi.

V. KERANGKA KONSEP, DEFENISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS


A. Dasar Pemikiran variabel penelitian
Dari penjelasan tinjauan pustaka didapatkan variabel bebas
(independent) atau yang mempengaruhi yaitu manajemen diri dan variabel
terikat (dependen) atau yang dipengaruhi yaitu tingkat stress pada
mahasiswa dalam menyelesaikan Tugas akhir.
1. Variabel bebas manajemen diri
2. Variabel terikat tingkat stress pada mahasiswa dalam menyelesaikan
tugas akhir. Dimana stress pada mahasiswa karena Menyusun pada
mahasiswa stikes nani hasanuddin makassar dalam menyelesaikan
skripsi sering merasa lelah, pusing, terlihat cemas, dan tidak
bersemangat, bahkan ada beberapa yang membuat status dimedia sosial
yang berisi keluhan tentang perasaannya Ketika mengalami kendala
dalam menyelesaikan tugas akhir.

B. Kerangka konsep
Variabel independen Variabel dependen

Tingkat stress pada


Manajemen Diri mahasiswa dalam
menyelesaikan tugas
akhir

Keterangan :

: variabel independen

: Variabel dependen

: hubungan antara variabel

C. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif


1. Manajemen diri
Manajemen diri berarti mengatur semua unsur potensi pribadi
mengendalikan kemauan untuk mecapai hal-hal yang baik, dan
mengembangkan berbagai segi dari kehidupan pribadi agar lebih
baik.alat ukur dan cara ukur yaitu menggunakan alat ukur manajemen
diri yang terdiri dari 4 bentuk perbuatan yaitu, self motivation, self
organization, self control dan self development. Alat ukur manajemen
diri menggunakan skala likert 1-5, angka 1 menunjukkan respon sangat
setuju terhadap pernyataan kuesioner dan angka 5 menggambarkan
respon sangat tidak setuju. Data di peroleh melalui kuesioner online
dengan menggunakan google form.

Tabel 1. Kategori jawaban kuesioner manajemen diri dengan


menggunakan skala likert.

Pertanyaan Positif Pertanyaan Negatif


No Jawaban Nilai No Jawaban Nilai

1 SS 5 1 SS 1

2 S 4 2 S 2

3 KS 3 3 KS 3

4 TS 2 4 TS 4

5 STS 1 5 STS 5

2. Tingkat stress
Menurut Lazarus dan Folkman (1986) stress adalah keadaan mental yang
dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh atau kondisi lingkungan
dan sosial yang dinilai potensial membahayakan, tidak terkendali atau
membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu
untuk mengatasinya. Jadi pengertian stress secara mudah adalah
merupakan sebuah bentuk daripada ketegangan, baik itu dalam hal
secara fisik maupun mental. Pengukuran Tingkat stress dilakukan
dengan menggunakan kuesioner dengan kriteria HARS (hamilton anxiey
rating scale) dengan ketentuan penilaian sebagai berikut
0 : Tidak ada (tidak ada gejala sama sekali)
1 : Ringan (satu gejala dari pilhan yang ada)
2 : Sedang (separuh dari gejala yang ada)
3 : Berat (lebih dari saperuh dari gejala yang ada
Penilaian tingkat stressnya yaitu :
Skor < 14 = tidak ada stress
Skor 14-20 = sress ringan
Skor 21-27 = stress sedang
Skor 28-41 = stress berat
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep yang telah dijabarkan diatas maka hipotesis
penelitian yang dapat saya ambil yaitu “Hubungan Antara Manajemen Diri
Dengan Tingkat Stress Pada Mahasiswa Dalam Menyelesaikan Tugas
Akhir”.

VI . METODE PENELITIAN
A. Rencana desain penelitian
Desain penelitian yang digunakan untuk meneliti yaitu cross sectional (potong
lintang) , dimana cross sectional adalah desain penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan antar variabel independent dann variabel dependen
diidentifikasi pada satu waktu.
Ada beberapa keuntungan menggunakan desain cross sectional antara lain:
1. Waktu penelitian yang lebih dingkat, karena variabel independen dan dependen
diukur dalam satu satuan waktu
2. Biaya lebih murah dibandingkan dengan penelitian kohort
3. Resiko drop out sampel lebih kecil karena penelitian berlangsung dalam waktu
yang relatif singkat
4. Dapat digunakan untuk meneliti banyak variabel
Sedangkan kelemahan cross sectional antara lain :
1. Tidak dapat menentukan hubungan variabel independent dan dependen
berdasarkan perjalanan waktu
2. Tidak efektif digunakan sebagai desain pada penelitian kasus jarang terjadi.
Penelitian croSS sectional memerlukan jumlah sampel yang cukup besar,
terutama jika jumlah variabel yang diteliti banyak. (Dharma 2013)
B. Waktu dan tempat penelitian
Waktu : 07 Juni-10 Juli 2021
Tempat penelitian : STIKES Nani Hasanuddin makassar
C. Populasi dan sampel penelitian
1. Populasi penelitian
Populasi merupakan seluruh objek atau subjek yang yang memiliki kualitas dan
karakteristik tertentu yang sudah ditentukan oleh peneliti sebelumnya (Donsu
2016). populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang sedang
menyelesaikan tugas akhir di STIKES Nani Hasanuddin Makassar.
2. Sampel penelitian
Sampel penelitian adalah bagian dari populasi (Sebagian atau wakil populasi
yang diteliti). Sampel penelitian adalah Sebagian dari populasi yang di ambil
sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. (Unaradjan 2019)
a. Besar sampel
Besar sampel pada penelitian ini adalah Mahasiswa dalam Menyelesaikan
Tugas Akhir Di STIKES Nani Hasanuddin Makassar.
Jumlah populasi yang akan di teliti adalah kurang dari seribu, maka
menentukan besar sampel dengan menggunakan rumus slovin. (Donsu 2016)
N
n=
N . ( d ) 2+1
Keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d = tingkat signifikan

Dengan menggunakan rumus diatas jumlah sampel adalah sebagai berikut :

N
n=
N . ( d ) 2+1

159
n = 159. ( 0,1 ) 2+1

159
n = 1,59+1
159
n = 2,59

n = 61,3 = 61

Jadi besar sampel pada dalam penelitian ini yaitu 61 responden.

b. Sampling
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan cara
random (Probability Sampling), yaitu pengambilan sampel yang
memberikan kesempatan/peluang yang sama kepada setiap individu dalam
populasi tersebut untuk menjadi sampel penelitian. (Dharma 2013)
Metode samping yang digunakan pada probality samping yaitu simple
random sampling adalah metode metode pengambilan sampel secara acak
sederhana dengan asumsi bahwa karakteristik tertentu yang dimiliki oleh
populasi tidak dipertimbangkan dalam penelitian. Setiap individu dapat
dijadikan sampel tanpa mempertimbangkan karakteristik atau stratifikasi
yang dimiliki oleh individu (Dharma 2013).
c. Kriteria sampel
1) Kriteria inklusi yaitu seluruh mahasiswa yang mengalami stress dalam
menyelesaikan tugas akhir di STIKES Nani Hasanuddin Makassar.
2) Kriteria eksklusi yaitu mahasiswa yang tidak bersedia menjadi
responden dan mahasiswa yang masih mengalami stress karena
sementara menyelesaikan tugas akhir
D. Alat atau instrumen penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu kuesioner yang berupa dokumen
yang berisi beberapa item pertanyaan atau pernyataan yang dibuat berdasarkan
indikator suatu variabel. Kuesioner pada dasarnya diberikan untuk mengetahui
respon subjek terhadap setiap pernyataan tersebut. Kuesioner selalu dibuat secara
terstruktur berdasarkan indikator-indikator dan dimensi dari variabel penelitian.
(Dharma 2013)
E. Uji instrumen penelitian
1. Uji validitas
Validitas adalah syarat yang mutlak bagi suatu alat ukur agar dapat
gigunakan dalam suatu pengukuran. Suatu penelitian meskipun didesain dengan
tepat, namun tidak akan memperoleh hasil penelitian akurat jika menggunakan
alat ukur yang tidak valid.(Dharma 2013)
Pada penelitian ini menggunakan uji validitas dilakukan dengan uji
(construct validity) dimana vailitas ini menggambarkanseberapa jauh instrument
memiliki item-item pertanyaan yang dilandasi oleh konstruk tertentu. Validitas
konstruk menunjukkan bahwa instrument disusun secara rasional berdasarkan
konsep yang sudah mapan. Instrument yang memiliki validitas konstruk mampu
membedakan nilai/hasil pengukuran antara satu individu dengan individu
lainnya yang memang berbeda.(Dharma 2013).
2. Uji reliabilitas
Uji reliabilitas merupakan upaya untuk menstabilkan dan melihat adakah
konsistensi responden dalam menjawab pertanyaan, yang berkaitan dengan
kontruksi dimensi variabel. Kontruksi dimensi ini bisa berupa kuesioner. Proses
pembuatan kuesioner perlu dilakukan iji coba terlebih dahulu kepda responden.
Masri singarimbun, realibilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana
alat ukur dapat diandalkan. Misalnya, satu alat ukur yang digunakan untuk
mengukur gejala yang sama, dan alat ukur itu digunakan dua kali, dan hasilnya
relative konsisten, maka alat ukur tersebur reliabel. Jadi, reliabilitas dapat
diartikan sebagai konsistensi atau keajekan alat ukur untuk mengukur gejala yang
sama. (Donsu 2016)
Uji reliabilitas pada penelitian ini adalah Cronbach alpha uji ini dilakukan
untuk mengukur rata-rata konsistensi internal diantara item-item pertanyaan.
Keuntungan uji ini adalah dapat dihitung dengan hanya melakukan pengukuran
saru waktu (satu kali).(Dharma 2013).
F. Proses pengumpulan data
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode kuesioner. Dengan
cara membagikan link kuesioner pada mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas
akhir di stikes nani hasanuddin makassar.
G. Pengelolaan dan Analisa data
1. Pengolahan data
Langkah selanjutnya setelah data dikumpulkan semua adalah melakukan
pengolahan data : data diteliti ulang, diperiksa ketepatan dan kesesuaian
jawabannya sehingga jelas sifat-sifat yang dimiliki data tersebut.
a. Editing
pada proses editing penulis memasukkan data mahasiswa kedalam
lembar kuesioner yang telah disediakan. Proses editing dilakukan
ditempat pengumpulan data sehingga jika ada kekurangan dapat segera
dilengkapi.
b. Coding
Setelah tahapan editing selanjutnya adalah pengkodean/coding. Setelah
kuesioner yang diisi responden terkumpul selanjutnya dilakukan
pengkodean dengan memasukkan data ke master table menurut kode
yang telah ditentukan. Kode yang dimasukkan kedalam master table
yaitu 0=tidak ada keluhan, 1= nyeri tekan, 2= nyeri sedang, 3= nyeri
berat.
c. Entry
Memasukkan data kedalam computer/aplikasi (SPSS)
d. Cleaning
Jika proses pengolahan data selesai selanjutnya data tersebut diperiksa
Kembali untuk menghindari kesalahan pengolahan data.
e. Pengeluaran informasi
Setelah data dimasukkan dan bersih/tidak ada kesalahan, maka hasil
pengolahan data dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan analisis data baik
analisis univariant maupu bivariant/multivariant. (H. Anang Setiana
2018)
2. Analisis data
a. Analisis univariant : untuk mendapatkan gambaran distribusi dan
frekuensi dari manajemen diri dan tingkat stress pada mahasiswa dalam
menyelesaikan tugas akhir di stikes nani hasanuddin makassar.
b. Analisis bivariant : untuk melihat hubungan antara manajemen diri dan
tingkat stress pada mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akhir di stikes
nani hasanuddin makassar.
H. Etika penelitian
Dalam kegiatab peneltian dan kegiatan menulis karya ilmiah seseorang harus
berektika. Ada hal-hal yang perlu diketahui dan dipatuhi oleh peneliti/penulis.
Boleh dikata bahwa etika merupakan hukum yang tidak tertulis yang harus ditaati
oleh peneliti dalam melakukan penelitian. Babbie (Sunarto , 1993:2.300)
berpendapat ada lima etika dalam penelitian yang harus dihormati oleh setiap
peneliti yaitu sebagai berikut :
1. Peneliti tidak dapat memaksa seseorang untuk ikut serta dalam suatu
penelitian.
2. Peneliti tidak boleh memberikan keterangan yang keliru untuk mendorong
subjrk agar mau ikut serta dalam suatu penelitian.
3. Tidak boleh membawa cidera (fisik maupun psikologis) bagi para subjek
penelitian : subjek penelitian adalah anonym (tidak dikenal) dan confidential
(rahasia)
4. Peneliti dituntut untuk menyajikan data penelitian secara jujur. (Adi 2015)
DAFTAR PUSTAKA

Adi, Rianto. 2015. Aspek Hukum Dalam Penelitian. 1st ed. edited by Rahmatika. Yayasan
Pustaka Obor Indonesia, anggota IKAPI DKI Jaya.

Afryan, Made, Oktadoni Saputra, Rika Lisiswanti, and Putu Ristyaning Ayu. 2019.
“Hubungan Tingkat Stres Terhadap Motivasi Mahasiswa Dalam Menyelesaikan Skripsi
Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Relationship
Between Stress Levels and Motivation of Students Who Completing Final Task on Final
Years Stud.” Jurnal Agromedicine 6(Juni):63–67.

Amir, Hermansyah. 2016. “Korelasi Pengaruh Faktor Efikasi Diri Dan Manajemen Diri
Terhadap Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa Pendidikan Kimia Universitas
Bengkulu.” Manajer Pendidikan 10(4):336–42.

Anggriani, Puspita. 2018. “Hubungan Antara Efikasi Diri Dengan Manajemen Diri
Mahasiswa Bidikmisi Yang Sedang Menyelesaikan Skripsi Di UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang.”

Annisa. 2018. Efektivitas Konseling Behavioral Dengan Teknik Self-Management Untuk


Meningkatkan Kecerdasan Emosional Peserta Didik Kelas VII Di SMP Negeri 19
Bandar Lampung Tahun Ajaran 2017/2018.

Azizah, Lilik. 2016. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Infomedia Pustaka.

Dharma, Kelana Kusuma. 2013. Metodologi Penelitian Keperawatan. 11th ed. JL. MAN 6
No 74 Kramat Jati-Jakarta Timur: Trans Info Media, jakarta.

Donsu, Jenita Doli Tine. 2016. Metodologi Penelitian Keperawatan. 1st ed. edited by Paper
Plane. JL. Wonosari Km.6 Demblaksari Baturetno banguntapan Bantul Yogyakarta:
Pustaka Baru Press.

H. Anang Setiana, Rina Nuraeni. 2018. Riset Keperawatan. 1st ed. edited by S. p. Aeni
Rahmawati. cirebon jawa barat: lovRinz Publishing perum panorama B2 nomor 23-23
sindanglaut-cirebon jawa barat.

Hariyati, Yohana Kus. 2019. “Hubungan Kesiapan Kuliah Dengan Self Directed Learning
Pada Mahasiswa Universitas Katolik Widya Mandala Madiun Angkatan 2016/2017.”
Hasibuan, Muhammad Taufik Daniel. 2019. “Hubungan Stress Belajar Dengan Motivasi
Belajar Pada Mahasiswa Yang Menjalani Pendidikan Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Murni Teguh.” Indonesian Trust Health Journal 2(1):128–31. doi:
10.37104/ithj.v2i1.24.

Hidayat, Muhammad Yusuf. 2017. “The Influence of Self Management Ability on Learning
Discipline and Student Thinking Creativity Physic Education in Tarbiyah Departement
State Islamic University.” Pendidikan Dasar Islam 4(1):2407–51.

Iskandar, Iskandar. 2017. “Pengaruh Pelatihan Manajemen Diri Dan Konsep Diri Terhadap
Hasil Belajar Mata Kuliah Manajemen Pendidikan.” Jurnal Teknologi Pendidikan
3(http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jtp/issue/view/696):16. doi:
https://doi.org/10.21009/jtp.v19i3.6703.

Jazimah, Hanum. 2014. “Implementasi Manajemen Diri Mahasiswa Dalam Pendidikan


Islam.” 6:30.

Komalasari, Wuri. 2018. “Self Concept Relationships With STtress Levels In Developing.”
3(1):46–54.

Lestari, Titik. 2015. Kumpulan Teori Untuk Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan. 1st ed. JL.
sadewa No. 1 Sorowajan Baru, Yogyakarta: Nuha Medika.

Manz, C. .. 1986. “Self-Leadership: Toward an Axpanded Theory of Self-Unfluence


Processes in Organazations.” 585–600.

Maulana, Rizka, and Achmad Dwityanto. 2014. “Hubungan Antara Manajemen Diri Dengan
Stress Kerja PAda Tenaga Kesehatan Non Keperawatan Di RS ORTOPEDI PROF.
DR.R SOEHARSO Surakarta.”

Oktaviani, Mella Rosda, Drs H. Mat Ramawi, Mario Dirgantara, S. M. Sos, and M. A. P. Si.
2020. Analisis Pemanfaatan Koleksi Perpustakaan Oleh Mahasiswa STIA-NUSA Dalam
Menyelesaikan Skripsi. Vol. 2.

Pertiwi, Rayi Hemas Citra. 2018. “Self Management Dengan Stress Kerja Pada Mahasiswa
Pekerja Sistem Part-Time Jurusan Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Semarang.”
Jurnal Empati 7(Nomor 4):191–98.
Putri Dewi Ambarwati, Sambodo Sriadi Pinilih, Retna Tri Astuti. 2017. “Gambaran Tingkat
Stress Mahasiswa.” Jurnal Keperawatan 5(1).

Riskesdas. 2018. Kementrian Kesehatan Rebublik Indonesia.

Seto, Stefania Baptis, Maria Trisna Sero Wondo, and Maria Fatima Mei. 2020. “Hubungan
Motivasi Terhadap Tingkat Stress Mahasiswa Dalam Menulis Tugas Akhir.” Jurnal
Basicedu 4(3):733–39. doi: 10.31004/basicedu.v4i3.431.

Suwanto, Insan. 2016. “Konseling Behavioral Dengan Teknik Self Management Untuk
Membantu Kematngan Karis Siswa SMK.” Jurnal Bimbingan Konseling Indonesia
1(1):1–5.

Unaradjan, Dominikus Dolet. 2019. Metode Penelitian Kuantitatif. 1st ed. edited by K.
Sitohang. Jakarta: Univwesitas Katolik Indonesia Atma Jaya, 2019.

Anda mungkin juga menyukai