Anda di halaman 1dari 32

Tugas MK : Pengkajian KMB Lanjut

Dosen : Syahrul Ningrat, S.Kep., Ns.,M.Kep.,Sp.Kep M.B

Self Efficacy (Barbara Resnick) Pada Gangguan Kardiovaskular

Oleh:

Kelompok II

AULIA INSANI LATIF R012172006


NURUN SALAMAN ALHIDAYAT R012172008
NURPADILA R012172014
RAHMAT HIDAYAT R012172018

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas


segala nikmat iman, rahmat dan hidayah-Nya yang telah diberikan kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan Makalah “Self Efficacy
(Barbara Resnick) pada Gangguan Kardiovaskular” pada waktu yang telah
ditentukan sebagai salah satu syarat dalam rangka mengikuti perkuliahan
pada mata kuliah Pengkajian KMB Lanjut I. Teriring pula salam dan
shalawat kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW sebagai
Uswatun Hasanah beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah
menyempurnakan akhlak manusia di muka bumi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan suatu karya ilmiah
tidaklah mudah, oleh karena itu tidak tertutup kemungkinan dalam
penyusunan makalah ini terdapat kekurangan, sehingga penulis sangat
mengharapkan masukan, saran, dan kritikan yang bersifat membangun
guna kesempurnaan makalah ini.

Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak


yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini dan berharap
bahwa apa yang disajikan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan. Semoga kesemuanya ini dapat bernilai
ibadah di sisi-Nya, Amin! Sekian dan terimakasih.

Makassar, November 2018

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL .......................................................................... ... i

KATA PENGANTAR ....................................................................... ... ii

DAFTAR ISI .................................................................................... ... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................... ... 1
B. Tujuan Penulisan ....................................................... ... 2
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Sejarah ....................................................................... ... 3
B. Konsep Teori Self Efficacy ......................................... ... 3
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Skenario...................................................................... ... 12
B. Penerapan Self Efficacy ............................................. ... 13
BAB IV PEMBAHASAN
A. Kelebihan dan Kekurangan ....................................... ... 23
B. Konsep Teori Keperawatan Pada Kardiovaskular ..... ... 24
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................ ... 27
B. Saran ......................................................................... ... 27

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah kesehatan global yang menjadi tantangan dunia saat ini
adalah semakin meningkatnya penyakit tidak menular atau Non
Comunicable Disease (NCD) (Nations, 2015). Jenis penyakit utama
NCD adalah penyakit kardiovaskuler (termasuk serangan jantung dan
stroke) (WHO, 2017) dan menjadi tantangan kesehatan masyarakat
utama diseluruh dunia (Khajedaluee et al., 2016).
Salah satu cara untuk menyelesaikan tantangan tersebut adalah
dengan memiliki self efficacy. karena self efficacy dapat menumbuhkan
kepercayaan diri dalam diri kita yang terbentuk dalam proses
pembelajaran dengan interaksi lingkungan sekitar kita. Teori kognitif
social memberitahu kita bahwa self efficacy seseorang dan hasil
harapan mempengaruhi perilaku, tingkat motivasi, pola piker dan reaksi
emosional dengan situasi apapun semakin kuat self efficacy dan hasil
harapan suatu individu yang semakin besar kemungkinan itu adalah
bahwa individu akan memulai dan bertahan dengan aktivitas yang
diberikan (Shaughnessy, Michael, & Resnick, 2012)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien yang memandang
penyakit jantung sebagai penyakit jangka panjang memiliki self efficacy
yang lebih tinggi untuk mengatasi masalah, perawat berperan dalam
memperkuat harapan keberhasilan, baik harapan self efficacy dan hasil,
karena ini adalah intervensi keperawatan yang berharga. Memberikan
pendidikan, dorongan dan menangani sensasi tidak menyenangkan,
seperti nyeri, depresi, atau kecemasan.(Shaughnessy et al., 2012)
Intervensi yang diberikan oleh perawat haruslah berdasar
kepada konsep teori keperawatan, misalnya teori keperawatan yang
dikemukakan oleh Barbara Resnick self efficacy didefinisikan sebagai
penilaian individu atas kemampuannya untuk mengatur dan

1
melaksanakan tindakan. Inti teori self efficacy adalah asumsi bahwa
orang dapat melakukan pengaruh atas apa yang merekalakukan
melalui pemikiran reflektif, penggunaan pengetahuan dan keterampilan
generative untuk melakukan prilaku tertentu dan alat penggerak rasa
percaya diri lainnya. (Peterson & Bredow, n.d.)
Dari uraian di atas penulis menyimpulkan pentingnya
pengetahuan yang lebih dalam tentang self-efficacy atau kemampuan
diri yang dimiliki untuk dapat memutuskan tindakan serta yang dapat
berpengaruh pada kelangsungan hidup individu khususnya pada kasus
kardiovaskular. Self-efficacy yang tinggi juga dapat menyakinkan diri
individu tertentu yang mengalami sakit ataupun kecacatan untuk
sembuh dari penyakit yang diderita. Selain itu dengan individu dengan
self-efficacy yang tinggi akan mudah untuk diterapkan intervensi untuk
mendukung kesembuhan pasien.

B. Tujuan penulisan Makalah


1. Tujuan Umum
Menganalisis pengkajian penerapan teori keperawatan Self efficacy
(Barbara Resnick) pada gangguan Sistem kardiovaskuler
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memahami konsep teori keperawatan Self
efficacy (Barbara Resnick).
b. Mengembangkan/ penggunaan teori keperawatan Barbara
Resnick dalam melakukan pengkajian keperawatan
(pemeriksaan fisik dan penunjang) pada gangguan system
respirasi
c. Mengetahui kelebihan dan kekurangan pengkajian teori
keperawatan Barbara Resnick

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Latar Belakang Sejarah


Menurut Bandura 1997 teori self efficacy didasarkan pada teori
kognitif dan social mengkonseptualiskan interaksi manusia dengan
prilaku dan lingkungan serta timbal balik diantraa ketiganya. Dalam
penelitian awal Bandura 1997 mengembangkan teori self efficacy pada
subjek yang mengalami fobia terhadap ular secara acak pada
pengobatan yang berbeda dimana kelompok pertama adalah kelompok
yang benar-benar menyentuh ular, kelompok kedua adalah kelompok
yang melihat orang lain menyentuh ular dan kelompok kontrol. Dari
hasil penelitian menunjukan bahwa self efficacy memprediksi perilaku
selanjutnya dan pencapaian menghasilkan ekpektasi efesiensi diri yang
lebih kuat dan lebih umum. Dalam praktek klinis self efficacy telah
digunakan untuk mempelajari dan memprediksi perubahan perilaku
kesehatan dan manajemen dalam berbagai tempat (Peterson &
Bredow, 2013b)
B. Konsep Teori
a) Pengertian
(Bandura, 2006) mendefinisikan bahwa self-efficacy adalah
keyakinan individu mengenai kemampuan dirinya dalam melakukan
tugas atau tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil tertentu.
(Karwowski & Kaufman, 2017) mengatakan bahwa self- efficacy
pada dasarnya adalah hasil dari proses kognitif berupa keputusan,
keyakinan, atau pengharapan tentang sejauh mana individu
memperkirakan kemampuan dirinya dalam melaksanakan tugas
atau tindakan tertentu yang diperlukan untuk mencapai hasil yang
diinginkan. Selain itu juga self-efficacy didefenisikan sebagai
evaluasi seseorang mengenai kemampuan atau kompetensi dirinya

3
untuk melakukan suatu tugas, mencapai tujuan, dan mengatasi
hambatan (Sulistiowati & Sudarsono, 2017)
Lebih lanjut, Woolfolk (Putra, 2017) menyatakan bahwa
secara umum self- efficacy adalah penilaian seseorang terhadap
dirinya sendiri atau tingkat keyakinan mengenai seberapa besar
kemampuannya dalam mengerjakan suatu tugas tertentu untuk
mencapai hasil tertentu. Berdasarkan definisi-definisi di atas, self-
efficacy dapat didefinisikan sebagai keyakinan seorang individu
terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk mengatasi hambatan
guna mencapai tujuan yang diinginkan. Tinggi atau rendahnya self-
efficacy yang dimiliki oleh seorang individu berbeda-beda dalam
setiap bidang tertentu.
Menurut Gist (Cervone, Berry, Cervone, Artistico, & Berry,
2006), perasaan self-efficacy memainkan suatu peran penting
dalam memotivasi pekerja untuk menyelesaikan pekerjaan yang
menantang dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan tertentu.
Seseorang yang percaya dengan kemampuan yang dimilikinya
akan memberikan dampak terhadap perilaku, motivasi, dan
akhirnya akan menentukan keberhasilan atau kegagalannya. Self-
efficacy dapat membuat seseorang menggunakan kemampuan
mereka untuk menafsirkan faktor internal dan eksternal ke dalam
tindakan nyata.
Menurut Young (Panc, Mihalcea, & Panc, 2012), individu
dengan self-efficacy tinggi percaya bahwa ia dapat mengerjakan
sesuatu sesuai dengan tuntutan situasi dan memiliki harapan yang
realistik. Namun apabila harapan yang dimaksud tidak masuk akal,
maka kemungkinan ia akan menjumpai serangkaian penilaian
yang buruk, bahkan mungkin hingga titik 0 (nol). Kondisi ini
memberikan dampak negatif terhadap individu tersebut karena
dapat mengarahkan dirinya ke dalam kondisi depresi.

4
Gambar 1 : Self- Efficacy

Person
Self Efficacy
Expectation
Informational sources

 Performance Behavior
 Verbal persuasion
 Role Modelling
 Physiological Outcome
Feedback
Expectations

Environment

b) Ciri / Karakteristik Self efficacy


Maddux (Peterson & Bredow, 2013b) menguraikan beberapa
makna dan karakteristik dari self-efficacy, yaitu:
1) Self-efficacy merupakan keterampilan yang berkenaan dengan
apa yang diyakini atau keyakinan yang dimiliki oleh seseorang
untuk melakukan atau menyelesaikan sesuatu dengan
keterampilan yang dimilikinya dalam situasi atau kondisi tertentu.
Biasanya terungkap dari pernyataan “Saya yakin dapat
mengerjakannya”.
2) Self-efficacy bukan menggambarkan tentang motif, dorongan,
atau kebutuhan lain yangdikontrol.
3) Self-efficacy ialah keyakinan seseorang tentang
kemampuannya dalam mengkoordinir, mengerahkan
keterampilan dan kemampuan dalam mengubah serta
menghadapi situasi yang penuh dengantantangan.
4) Self-efficacy adalah keyakinan seseorang terhadap apayang
mampu dilakukannya.
5) Proporsi self-efficacy dalam domain harga diri (self-etseem)
secara langsung berperan penting dalam menempatkan

5
diriseseorang.
6) Self-efficacy secara sederhana menggambarkan keyakinan
seseorang untuk menampilkan perilakuproduktif.
7) Self-efficacy diidentifikasi dan diukur bukan sebagai suatu ciri
tetapi sebagai keyakinan tentang kemampuan untuk
mengkoordinir berbagai keterampilan dan kemampuan
mencapai tujuan yang diharapkan, dalam domain dankondisi
atau keadaankhusus.
8) Self-efficacy berkembang sepanjang waktu dan diperoleh
melalui suatu pengalaman yang berlangsung sepanjanghayat.
c) Faktor yang mempengaruhi self efficacy
Self-efficacy berasal dari empat sumber informasi yang meliputi
pengalaman keberhasilan, pengalaman orang lain, persuasi verbal,
dan kondisi fisiologis. Berikut ini merupakan empat sumber
informasi self-efficacy menurut Bandura (Peterson & Bredow,
2013b) yang dijelaskan secara lebih rinci.
1) Pengalaman keberhasilan (mastery experiance)
Sumber informasi ini memberikan pengaruh besar pada self-
efficacy individu karena didasarkan pada pengalaman-
pengalaman pribadi individu secara nyata yang berupa
keberhasilan dan kegagalan. Pengalaman keberhasilan akan
menaikkan self-efficacy dari individu, sedangkan pengalaman
kegagalan akan menurunkannya.
2) Pengalaman orang lain (vicariousexperience)
Pengamatan terhadap keberhasilan orang lain dengan
kemampuan yang sebanding dalam mengerjakan suatu tugas
akan meningkatkan self-efficacy individu dalam mengerjakan
tugas yang sama. Begitu pula sebaliknya, pengamatan
terhadap kegagalan orang lain akan menurunkan penilaian
individu mengenai kemampuannya dan individu akan
mengurangi usaha yang dilakukan.

6
3) Persuasi verbal (verbalpersuation)
Pada persuasi verbal, individu diarahkan dengan saran,
nasihat, dan bimbingan sehingga dapat meningkatkan
keyakinannya tentang kemampuan-kemampuan yang dimiliki
yang dapat membantu mencapai tujuan yang diinginkan.
Individu yang diyakinkan secara verbal cenderung akan
berusaha lebih keras untuk mencapai suatu keberhasilan.
4) Kondisi fisiologis (physioligicalstate)
Individu akan mendasarkan informasi mengenai kondisi
fisiologis mereka untuk menilai kemampuannya. Ketegangan
fisik dalam situasi yang menekan dipandang individu sebagai
suatu tanda ketidakmampuan karena hal itu dapat melemahkan
performansi kerja individu tersebut.

Selain keempat sumber self-efficacy yang telah dijelaskan


sebelumnya, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat
self-efficacy seseorang. Menurut Bandura (Huynh-Hohnbaum,
Marshall, Villa, & Lee, 2015), tingkat self-efficacy seseorang
dipengaruhi oleh sifat dari tugas yang dihadapi individu, insentif
eksternal (reward) yang diterima individu dari orang lain, status atau
peran individu dalam lingkungannya dan Informasi tentang
kemampuan diri yang dijelaskan sebagai berikut.:

1) Sifat dari tugas yang dihadapi individu


Sifat tugas dalam hal ini meliputi tingkat kesulitan dan
komplesitas dari tugas yang dihadapi. Semakin sedikit jenis
tugas yang dapat dikerjakan dan tingkat kesulitan tugas yang
relatif mudah, maka makin besar kecenderungan individu untuk
menilai rendah kemampuannya sehingga akan menurunkan
self-efficacy. Sebaiknya, apabila orang tersebut mampu
menyelesaikan bermacam-macam tugas dengan tingkat
kesulitan yang berbeda, maka individu akan menilai dirinya

7
mempunyai kemampuan sehingga akan meningkatkan self-
efficacy yang dimiliknya.
2) Insentif eksternal (reward) yang diterima individu dari oranglain
Semakin besar insentif yang diperoleh seseorang dalam
penyelesaian tugas, maka semakin tinggi derajat self-efficacy
yang dimilikinya. Seseorang akan terus meningkatkan upaya
guna memperoleh insentif yang lebih.
3) Status atau peran individu dalamlingkungannya
Seseorang yang memiliki status yang lebih tinggi dalam
lingkungannya atau kelompoknya akan mempunyai derajat
kontrol yang lebih besar pula sehingga memiliki self-efficacy
yang lebih tinggi. Ia memiliki keyakinan diri yang lebih atas
kemampuan yang dimilikinya.
4) Informasi tentang kemampuandiri
Informasi yang disampaikan orang lain secara langsung bahwa
seseorang mempunyai kemampuan tinggi, dapat menambah
keyakinan diri seseoranng sehingga mereka akan mengerjakan
suatu tugas dengan sebaik mungkin. Namun apabila seseorang
mendapat informasi kemampuannya rendah maka akan
menurunkan self-efficacy sehingga kinerja yang ditampilkan
rendah.
d) Cara mengembangkan self efficacy
Secara umum self-efficacy dapat dikembangkan melalui empat
cara, yaitu:
1) Memilih hal-hal yang diharapkan dapat dicapai atau dipenuhi.
Seiring dengan berjalannya waktu, individu akan dapat terlatih
untuk memilih sasaran yang kian tinggi dan memilih kesulitan
yang tinggi untukdicapai.
2) Memisahkan kinerja yang tejadi di masa lalu dengan kegiatan
atau aktivitas yang sedang dihadapi. Hal ini penting untuk
dilakukan karena individu harus banyak belajar dari apa yang

8
telah terjadi di masa lalu, bahwa misalnya dirinya tidak boleh
melakukan kesalahan dan kegagalan yang sama. Kegagalan di
masa lalu adalah suatu cara untuk dapat mengembangkan
strategi yang lebih baik lagi dalam berusaha di masa sekarang
dan yang akan datang.
3) Menjaga hasil kinerja yang baik yang sudah dimiliki. Memiliki
kesadaran akan kesuksesan yang telah didapat adalah penting
artinya untuk tidak menjadi lengah dan tetap fokus terhadap
tujuan-tujuan lainnya di masa mendatang.
4) Membuat daftar situasi atau keadaan mulai dari yang paling
sulit ke yang paling mudah dihadapi, keyakinan bahwa individu
dapat menguasai situasi dan menghasilkan hasil-hasil
yangpositif.

Menurut Bandura (Panc et al., 2012), tinggi-rendahnya self-


efficacy berkombinasi dengan lingkungan yang responsif dan tidak
responsif untuk menghasilkan empat variabel yang paling bisa
diprediksi yaitu sebagai berikut.

1) Bila Self-Efficacy tinggi dan lingkungan responsif, hasil yang


paling bisa diperkirakan adalahkesuksesan.
2) Bila Self-Efficacy rendah dan lingkungan renponsif, manusia
dapat menjadi depresi saat mereka mengamati orang lain
berhasil menyelesaikan tugas-tugas yang menurut merekasulit.
3) Bila Self-Efficacy tinggi bertemu dengan situasi lingkungan
yang tidak responsif, manusia biasanya akan berusaha keras
mengubah lingkungan, misalnya melakukan protes,
aktivismesosial.
4) Bila Self-Efficacy rendah berkombinasi dengan lingkungan yang
tidak responsif, manusia akan melakukan apatis, mudah
menyerah, merasa tidak berdaya.

9
e) Hubungan Antara Konsep dan Model
Konteks determinasi dari self efficacy saling berhubungan
timbal balik. Keempat sumber pengalaman yaitu pengalaman
langsung , pengalaman orang lain, penilaian orang lain dan derivasi
pengetahuan dengan kesimpulan yang berpotensi mempengaruhi
self efficacy dan harapan serta hasil interaksi dari individu dengan
lingkungan. Idealnya self efficacy dan harapan hasil diperkuat oleh
pengalaman ini dan kemudian perilaku moderat karena ekspektasi
diri dan haraapan hasil dipengaruhi oleh kinerja suatu perilaku dan
ada hubungan timbal balik antara kinerja dan harapan self efficacy
f) Penerapan Teori Dalam Praktek Keperawatan
Pelaksanaan hasil penelitian ke dalam praktik tidak sering
dilakukan secara tepat waktu. Terutama yang berkaitan dengan
hasil temuan penelitian yang berfokus pada perubahan perilaku.
Namun, ada bukti yang menunjukkan bahwateori self-effi cacy
dapat membantu mengarahkan asuhan keperawatan. Teorinya
sangat membantuuntuk memotivasi individu untuk berpartisipasi
dalam kegiatan mempromosikan kesehatan seperti olahraga
teratur, penghentian merokok, penurunan berat badan, dan
pemeriksaan skrining kanker yang direkomendasikan.
Tujuan akhir dari setiap intervensi yang diterapkan dalam
sebuah penelitian adalah untuk mempertahankan intervensidari
waktu ke waktu dan bertahan dalam praktik klinis sehari-hari.
Intervensi perawatan fungsional terfokus dikembangkansehingga
bisa diintegrasikan ke dalam perawatan rutin dan berlanjut bahkan
pada akhir kegiatan penelitian. Telah menunjukkan bahwa
intervensi perawatan yang berfokus pada fungsi tetap ada dalam
setting klinis.
Dalam praktik klinis, perawatan yang berfokus pada fungsi,
seperti intervensi inovatif yang membutuhkan seorang champion.
Champion tersebut bisa di identifikasikan sendiri atau

10
diidentifikasikan oleh perawat untuk mengerjakan intervensi atau
fokus perawatan.
Langkah pertama dalam implementasi pendekatan perawatan
fokus fungsi adalah mengevaluasi lingkungan saat ini dan kebijakan
di dalam masyarakat. Perubahan kebijakan dan lingkungan harus
ditetapkan untuk memfasilitasi Implementasi pendekatan perawatan
fokus fungsi dengan staf dan penghuni. Komunitas berubah
lingkungan mereka untuk mengoptimalkan fungsi secara sederhana
dengan melakukan hal-hal seperti menyiapkan yang
menyenangkan dan aman.

11
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Scenario kasus
Pasien Ny. R usia 56 tahun dirawat diruang perawatan interna
dgn MR. 265882/RS.M/2018. Klien mengeluh nyeri kepala sejak ± 1
minggu yang lalu, ketika nyeri kepala muncul keringat dan Pasien
merasa sesak. Keluhan ini diakui berlangsung terus menerus dan
semakin memberat ketika pasien sedang stress. Selain itu pasien juga
mengeluhkan nyeri pada bagian belakang leher dan rasa pegal-pegal
pada punggung serta kaki. Pasien juga merasa pusing berputar dan
merasa kelelahan, kesemutan ditangan dan kaki, namun pasien
mengaku tidak merasa mual atau sampai muntah. Jantung berdebar-
debar (-), gangguan penglihatan (-), BAB dan BAK normal.
Pasien mengaku bahwa ia terkadang mengkonsumsi obat sakit
kepala yang dijual di warung untuk mengatasi nyeri kapala yang
dialaminya. Seminggu yang lalu, Pasien sudah berobat ke puskesmas
diberi captopril tapi tidak ada perubahan. Pasien tetap merasakan
pusing dan nyeri kepala. Pasien mengaku ayahnya dulu pernah
menderita tekanan darah tinggi. Saat ini tidak ada anggota keluarga
yang mengalami keluhan yang sama seperti pasien.
Pasien tidak mempunyai riwayat alergi. Pasien mengaku
seringkali mengkonsumsi makanan yang asin seperti ikan asin hampir
setiap hari. Pasien juga sering mengkonsumsi makanan yang digoreng,
jarang mengkonsumsi buah dan sayur serta jarang berolahraga. Makan
teratur sehari 3 kali, pasien mengaku mengkonsumsi rokok sehari 1
bungkus, mengkonsumsi kopi 2 gelas perhari, alkohol (-),ventilasi
rumah yang kurang dan udara dalam ruangan yang panas. Kemdian
dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak baik, TD :
170/110 mmHg, nadi 92 x/menit, P: 20 x/menit, Suhu : 36,7 oC, BB :91,4
Kg, TB: 167 cm.

12
B. Penerapan teori self efficacy Barbara Resnick dalam pendekatan
asuhan keperawatan sesuai kasus
1. Pengkajian
Anamnesa
Nama Pasien : Tn. S
Umur : 56 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Petani
Alamat : Sukorejo RT 06/ RW 01
Suku/Bangsa : Bugis / Indonesia
Waktu Pemeriksaan : 19 desember 2015
a. Keluhan utama : Nyeri kepala
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri kepala dikeluhakan ± 1 minggu yang lalu, ketika nyeri
kepala muncul keringat dan Pasien merasa sesak. Keluhan ini
diakui berlangsung terus menerus dan semakin memberat
ketika pasien sedang stress. Selain itu pasien juga
mengeluhkan nyeri pada bagian belakang leher dan rasa pegal-
pegal pada punggung serta kaki. Pasien juga merasa pusing
berputar dan merasa kelelahan, kesemutan ditangan dan kaki,
namun pasien mengaku tidak merasa mual atau sampai
muntah. Jantung berdebar-debar (-), gangguan penglihatan (-),
BAB dan BAK normal.
c. Riwayat Pengobatan
Pasien mengaku bahwa ia terkadang mengkonsumsi
obat sakit kepala yang dijual di warung untuk mengatasi nyeri
kapala yang dialaminya. Seminggu yang lalu, Pasien sudah
berobat ke puskesmas diberi captopril tapi tidak ada
perubahan. Pasien tetap merasakan pusing dan nyeri kepala

13
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Sering merasakan keluhan yang sama karena mempunyai
riwayat hipertensi. Kemudian Pasien berobat dan kambuh lagi.
Riwayat penyakit jantung (-), DM (-), riwayat operasi (-), asma (-
), bronkitis (-).
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengaku ayahnya dulu pernah menderita tekanan
darah tinggi. Saat ini tidak ada anggota keluarga yang
mengalami keluhan yang sama seperti pasien.
f. Riawayat Alergi
Pasien tidak mempunyai riwayat alergi.
g. Riwayat Psikososial
Pasien mengaku seringkali mengkonsumsi makanan yang
asin seperti ikan asin hampir setiap hari. Pasien juga sering
mengkonsumsi makanan yang digoreng, jarang mengkonsumsi
buah dan sayur serta jarang berolahraga. Makan teratur sehari
3 kali, pasien mengaku mengkonsumsi rokok sehari 1 bungkus,
mengkonsumsi kopi 2 gelas perhari, alkohol (-),ventilasi rumah
yang kurang dan udara dalam ruangan yang panas.

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tekanan darah : 170/110 mmHg
Frekuensi nadi : 92 x/menit
Frekuensi nafas : 20 x/menit
Suhu : 36,7oC
Berat badan : 91,4 Kg
Tinggi badan : 167 cm
Status gizi : Obes II dengan IMT 32,8 kg/m2
Status generalis

14
Kepala-Leher
Kulit : Berwarna sawo matang, ikterus (-), sianosis ()

Kepala : Bentuk normal, tidak teraba benjolan, rambut


berwarna hitam terdistribusi merata, tidak
mudah dicabut

Mata OD : Bentuk normal, Konjungtiva anemis,


sklera tidak ikterik, palpebral superior et inferior
tidak edema, pupil bulat dengan diameter
kurang lebih 3 mm, reflek cahaya (+), mata
cekung (-)
OS : Bentuk normal, Konjungtiva anemis,
skelra tidak ikterik, palpebral superior et inferior
tidak edema, pupil bulat dengan diameter
kurang lebih 3 mm, reflek cahaya (+), mata
cekung (-)

Telinga : Bentuk normal, liang telinga lapang, tidak ada


sekret, tidak ada serumen
Hidung : Bentuk normal, tidak ada deviasi septum nasi,
tidak ada sekret
Mulut : Bentuk normal, perioral tidak sianosis, bibir
lembab, lidah tidak kotor, arkus faring simetris,
letak uvula di tengah, faring tidak hiperemis,
tonsil T1-T1, mukosa mulut tidak ada kelainan
Leher : Pembesaran KGB -/-

Thorax
Inspeksi :
 Bentuk dan ukuran : Bentuk dada kiri dan kanan simetris,
barrel chest (-), pergerakan dinding dada simetris

15
 Permukaan dada : Papula (-), purpura (-), ekimosis
(-), spider naevi (-), vena kolateral (-), massa (-).
 Iga dan sela iga : Pelebaran ICS (-)
 Fossa supraclavicularis, fossa infraclavicularis : cekung, simetris
kiri dan kanan
Fossa jugularis : Tidak tampak deviasi
 Tipe pernafasan : Torako-abdominal

Palpasi

 Trakea : Tidak ada deviasi trakea, iktus kordis


teraba di ICS V linea parasternal sinistra
 Nyeri tekan (-), massa (-), edema (-), krepitasi (-).
 Gerakan dinding dada : Simetris kiri dan kanan
 Fremitus vocal : Simetris kiri dan kanan

Perkusi

 Sonor seluruh lapang paru


 Batas paru-hepar : Inspirasi ICS VI, Ekspirasi ICS
VI
 Batas paru-jantung :
 Kanan : ICS II linea parasternalis dekstra
 Kiri : ICS IV linea mid clavicula sinistra

Auskultasi

 Cor : S1 S2 tunggal regular, Murmur (-), Gallop (-).


 Pulmo :
 Vesikuler (+) pada seluruh lapang paru
 Rhonki (-/-)
 Wheezing (-/-)

16
Abdomen

Inspeksi :

 Bentuk : Simetris
 Umbilicus : Masuk merata
 Permukaan Kulit : Tanda-tanda inflamasi (-), sianosis (-),
venektasi (-),massa (-), vena kolateral (-), papula (-), petekie (-),
purpura (-), ekimosis (-),spider navy (-).
 Distensi (-)
 Ascites (-)

Auskultasi

 Bising usus (+) normal


 Metallic sound (-)
 Bising aorta (-)

Perkusi

 Timpani pada seluruh lapang abdomen (+)


 Nyeri ketok (-)

Palpasi

 Nyeri tekan epigastrium (-)


 Massa (-)
 Hepar / lien : tidak teraba

17
Ekstremitas

Inguinal-genitalia-anus : tidak diperiksa

I. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dievaluasi
II. Diagnosis Kerja
Hipertensi derajat 2
III. Anjuran Penatalaksanaan Penyakit
a. Promotif : Menjelaskan tentang penyakit hipertensi
b. Preventif : Diet rendah garam, olahraga teratur, menghindari
faktor risiko seperti merokok, alkohol dan stress

c. Kuratif :
 Terapi Medikamentosa :
- Captopril 25 mg 3x1
- Amlodipin 5 mg 1x1
- Parasetamol 500 mg 3x1 tab/2 tab
10-15 mg/kg BB/x 910 - 1365 mg

18
 Terapi nonmedikamentosa :
- Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. Harus
memperhatikan kebiasaan makan penderita hipertensi
- Menghindari stress. Ciptakan suasana yang menenangkan
bagi pasien penderita hipertensi
- Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat. Anjurkan
kepada pasien penderita hipertensi untuk melakukan
olahraga senam aerobic atau jalan cepat selama 30-45
menit sebanyak 3-4 kali seminggu. Selain itu menghentikan
kebiasaan merokok dan mengurangi minum minuman
beralkohol.

2. PENGKAJIAN SELF EFFICACY

1) Presepsi klien
 Bagaimana persepsi klien terhadap kondisi yang
dialami sekarang?
Klien mengatakan bahwa dirinya sedang sakit yaitu
tekanan darah tinggi
 Bagaimana persepsi klien tentang perawatan yang
diberikan?
Klien mengatakan telah mendapatkan beberapa
perawatan dan menurutnya itu sangat membantu
dalam kemajuan kesehatannya.
 Bagaimana presepsi klien tentang kondisi
selanjutnya?
Klien mengatakan memerlukan waktu yang lama
untuk sembuh. Selain itu klien juga menganggap
susah untuk sembuh dari penyakit yang dideritanya.
2) Kemampuan klien
 Bagaimana klien menanggapi kondisi saat ini?

19
 Apakah klien mampu melakukan prosedur
pengobatan dengan baik ?
Ya, klien mengatakan dapat mengikuti intruksi
perawat setiap tindakan keperawatan yang diberikan.
 Apakah klien mampu koperatif terhadap tindakan
yang diberikan?
Ya, klien bersedia mengikuti instruksi dan terjalin
komunikasi yang baik
3) Hambatan dalam diri
 Apakah ada hambatan dalam diri klien yang
mempengaruhi pengobatan?
Ya, klien merasa susah untuk sembuh
 Apakah ada hambatan budaya yang mempengaruhi
perawatan klien?
Budaya, misalnya pantangan konsumsi ikan asing
 Apakah ada hambatan keyakinan / nilai yang dianut
klien berkaitan dengan perawatan yang diberikan?
4) Hambatan dalam lingkungan
 Apakah ada hambatan lingkungan yang dapat
mempengaruhi kemampuan klien dalam menjalani
perawatan?
 Apakah perlu modifikasi lingkungan terkait
kemampuan klien?
5) Keputusan klien
 Apakah klien merupakan pengambil keputusan
dalam perawatan?
Ya, namun selain itu klien juga melibatkan keluarga
untuk pengambilan keputusan dalam perawatan.
 Apakah ada orang lain yang mempengaruhi
pengambilan keputusan dalam perawatan?
Ya, keluarga klien

20
 Apakah ada budaya / nilai yang dianut terkait
pengambilan keputusan?
Ya. Klien dan keluarga merupakan orang yang
religious sehingga segala tindakan yang akan
dilakukan harus dilakukan oleh perawat laki-laki.
6) Keyakinan klien
 Apakah ada kayakinan / budaya / nilai-nilai yang
mempengaruhi perawatan klien?
Ya. Klien dan keluarga merupakan orang yang
religious sehingga segala tindakan yang akan
dilakukan harus dilakukan oleh perawat laki-laki.
 Bagaimana keyakinan klien terkait perawatn yang
telah dilakukan ?
Klien mengatakan perawatan yang didapatkan
selama di rumah sakit cukup baik, tapi klien tetap
meyakini penyakitnya susah disembuhkan
7) Dukungan / Motivasi
 Apakah ada orang terdekat yang berpengaruh
terhadap dukungan/ motivasi klien? Ada, keluarga
 Bagaimana dukungan keluarga dalam perawatan
klien ?, keluarga sangat mendukung dalam
perawatan klien yaitu selalu mendampingi dan
berperan dalam mengambil keputusan
 Apakah ada dukungan orang lain dalam perawatan?
Ada, keluarga dan teman
 Bagaimana dukungan financial dalam proses
perawatan?
Baik
 Bagaimana motivasi klien dalam proses perawatan ?
Klien mengatakan semangat untuk sembuh selalu
berubah

21
 Apakah klien termotivasi bila dengan verbal atau
dengan tekhnik lainya?
Klien termotivasi dengan tehnik verbal baik dari
perawat maupun keluarga
7) Harapan
 Bagaimana harapan klien dengan kondisi yang
dialami?
Berharap cepat sembuh
 Bagaimana harapan klien dengan perawatan yang
dilakukan saat ini?

Klien berharap perawatan dipertahankan

8) Status peran
 Dengan kondisi saat ini bagaimana peran klien
sebelum dan saat sakit?
Sebelum dirawat di rumah sakit, klien bekerja
sebagai ibu rumah tangga dan setelah dirawat klien
tidak lagi menjalankan perannya
 Bagaiman peran pasien dalam lingkungan
keluarga/masyarakat?
Peran klien adalah ibu rumah tangga
9) Pengalaman klien
 Apakah ada pengalaman masa lalu yang
mempengaruhi kondisi saat ini?
Tidak ada
 Apakah ada pengalaman masa lalu dari orang lain
yang diketahui klien terkait perawatan yang
diberikan?
Tidak ada

22
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Plus Minus Teori Keperawatan Self-Efficacy Barbara Resnick yang


digunakan untuk pengkajian sistem kardiovaskuler
1. Plus/ Kelebihan
a. Teori self-efficacy dapat membantu untuk memotivasi individu
untuk berpartisipasi dalam kegiatan mempromosikan kesehatan
seperti olahraga teratur, berhenti merokok, penurunan berat
badan.
b. Mempelajari dan memprediksi perubahan perilaku kesehatan
dan manajemen dalam berbagai pengaturan, seperti,
pengetahuan tentang pola kehidupan budaya, peningkatan
kepatuhan terhadap pengobatan, peningkatan perilaku
perawatan diri, penurunan gejala fisik dan psikologis.
c. Menambah pengetahuan dengan meyakinkan bahwa perilaku
yang terkait dengan pengelolaan penyakit kronis dan tantangan
yang dihadapi oleh pasien berkaitan dengan perilaku mereka.
d. Efektif dalam mendukung pemulihan dari penyakit kronis dan
dalam penelitian promosi kesehatan. pengaturan rehabilitasi,
persuasi verbal dan partisipasi dalam rehabilitasi.
e. Mengubah penafsiran umpan balik fisiologis dan membantu
individu mengatasi sensasi fisik, meningkatkan self-efficacy dan
peningkatan kinerja. (Peterson & Bredow, 2013a).
f. Teori self-efficacy digunakan dalam penelitian keperawatan
yang berfokuspada aspek klinis perawatan, pendidikan,
kompetensi keperawatan, dan profesionalisme.
g. Self-efficacy digunakan untuk memprediksi perilaku untuk
mengarahkan intervensi dan mengubah perilaku dalam studi
intervensi. Studi ini meliputi perilaku yang terkait dengan olah
raga, aktifitas fisik, fungsi pengasuhan, keterampilan

23
keperawatan, perilaku promosi kesehatan, dan manajemen
penyakit kronis (Smith & Lierh, 2014)
2. Minus/Kekurangan
a. Dibutuhkan kepercayaan meningkatkan kesehatan, kekuatan,
atau fungsi. Dalam situasi ini, harapan mungkin memiliki
hubungan langsung, dan berdampak pada kinerja.
b. Jika individu belum atau memiliki sedikit pengalaman, maka
self-effi cacy akan lebih cenderung dipengaruhi oleh kinerja
orang lain
c. Individu mengandalkan informasi dari keadaan fisiologis untuk
menilai kemampuan diri. Individu mengevaluasi kondisi
fisiologis, dan jika tidak sesuai harapan, mereka mungkin
menghindari melakukan perubahan perilaku.
d. Individu harus memiliki kesempatan untuk evaluasi diri atau
kemampuan untuk membandingkan output individu untuk
kriteria evaluatif.
(Peterson & Bredow, 2013a)
e. Teori self-efficacy hanya diperuntukkan untuk situasi tertentu.
Oleh karena itu, sulit untuk menggeneralisasi self-efficacy
individu dari satu jenis perilaku yang lain.
f. Pengukuran self-efficacy memerlukan pengembangan skala
situasi khusus seperti skala perilaku spesifik yang dapat
digunakan sebagai
dasar untuk menilai kemampuan perawatan diri individu (Smith
& Lierh, 2014)

B. Teori keperawatan yang lebih cocok/baik untuk pengkajian sistem


cardiovaskuler
Teori Keperawatan Sister Callista Roy : Model Adaptasi (Model
Konseptual keperawatan) yang berfokus pada konsep adaptasi
manusia. Konsep-konsepnya mengenai keperawatan manusia,

24
kesehatan, dan lingkungan saling berhubungan dengan adaptasi
sebagai konsep sentralnya. Asumsinya bahwa manusia mengalami
stimulus lingkungan secara terus menerus, pada akhirnya manusia
memberikan respon dan adaptasi pun terjadi. Respon ini dapat berupa
respon adaptif maupun respon inefektif. Untuk dapat meningkatkan
respon adaptif, dapat dicapai melalui enam langkah proses
keperawatan, yaitu pengkajian perilaku, pengkajian stimulus, diagnosis
keperawatan, penetapan tujuan, intervensi, dan evaluasi. Intervensi
keperawatan berfokus pada pengelolaan stimulus lingkungan dengan
mengubah, meningkatkan, menurunkan, memindahkan, atau
mempertahanan stimuus lingkungan tersebut.
Terdapat dua subsistem yang saling berhubungan dalam model roy.
Subsistem proses primer, fungsional, atau kontrol terdiri dari regulator
dan kognator sedangkan sub sistem sekunder dan efektor terdiri dari
empat mode adaptif, yaitu kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi
peran, dan interdependensi (Alligood, 2017):

Tabel Ihtisar Mode Adaptif

No Subsiste Mode Adaptif Kebutuhan Koping


m
1 Regulator Fisiologis Oksigenasi
Nutrisi
Eliminasi
Aktivitas dan istirahat
Perlindungan
Indera
Cairan & Elektrolit &
keseimbangan asam-basa
Fungsi neurologis
Fungsi endokrin

25
2 Kognator Konsep Diri Diri Fisik Sensasi tubuh
Citra tubuh
Interdependensi Diri Personal Konsistensi diri
Ideal diri atau harapan diri
Moral-spiritual-etik diri
Fungsi Peran Integritas Sosial

26
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengkajian menurut
theory self efficacy Barbara Resnick berfokus pada kemampuan
individu untuk mengatur dan melaksanakan program tindakan yang
diberikan, membantu individu untuk menetapkan standar untuk perilaku
mereka, danmenghasilkan keterampilan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan perilaku.
B. Saran
Dalam pemberian Asuhan Keperawatan diharapkan perawat dapat
memahmi konsep teori keperawatan, selain itu perawat diharapkan
mampu menegakkan pengkajian keperawatan dengan tepat
berdasarkan teori keperawatan, salah satunya adalah teori self eficacy,
sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang terbaik.

27
DAFTAR PUSTAKA

Alligood, R. M. (2017). Pakar Teori Keperawatan dan Karya Mereka. (Y. S.


A. Hamid & K. Ibrahim, Eds.) (8th ed.). Singapura: Elsevier

Bandura, A. (2006). Guide for constructing self-efficacy scales. Self-


Efficacy Beliefs of Adolescents, 307–337.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Cervone, D., Berry, J. M., Cervone, D., Artistico, D., & Berry, J. M. (2006).
Self-Efficacy and Adult Development Self-Efficacy and Adult
Development.

Huynh-Hohnbaum, A.-L. T., Marshall, L., Villa, V. M., & Lee, G. (2015).
Self-Management of Heart Disease in Older Adults. Home Health
Care Services Quarterly, 34(3–4), 159–172.
https://doi.org/10.1080/01621424.2015.1092909

Karwowski, M., & Kaufman, J. C. (2017). The creative self: Effect of


beliefs, self-efficacy, mindset, and identity. The Creative Self: Effect of
Beliefs, Self-Efficacy, Mindset, and Identity.
https://doi.org/10.1016/C2015-0-07011-3

Khajedaluee, M., Hassannia, T., & Rezaee, A. (2016). The prevalence of


hypertension and its relationship with demographic factors ,
biochemical , and anthropometric indicators : A population-based
study Abstract Original Article. ARYA Atheroscler, 12(6), 259–265.

Martha Raile Alligood. (2017). pakar teori keperawatan dan karya mereka.
(akhir yani and kusman ibrahim, Ed.) (8 volume 2). jakarta.

Panc, T., Mihalcea, A., & Panc, I. (2012). Self-efficacy survey: A new
assessment tool. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 33,
880–884. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2012.01.248

Peterson, S. J., & Bredow, T. S. (n.d.). No Title.

28
Peterson, S. J., & Bredow, T. S. (2013a). Middle Range Theories :
Application to Nursing research (3rd ed.). Philadelphia: Wolters
Kluwer Health| Lippincott Williams & Wilkins.

Peterson, S. J., & Bredow, T. S. (2013b). Middle Range Theories


Aplication To Nursing Research (Third Edit). China: Wolters Kluwer
Health | Lippincott Williams & Wilkins.

Putra, P. W. K. (2017). Pengaruh Self-Management Education Terhadap


Pemberdayaan Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronik ( Ppok ) Effect
of Self-Management Education on Empowerment of Patient Chronic
Obsructive Pulmonary Disease ( Copd ) in, 1, 43–52.

Shaughnessy, M., Michael, K., & Resnick, B. (2012). Impact of treadmill


exercise on efficacy expectations, physical activity, and stroke
recovery. Journal of Neuroscience Nursing, 44(1), 27–35.
https://doi.org/10.1097/JNN.0b013e31823ae4b5

Smith, Mary J ; Lierh, P. R. (2014). Middle Range Theory for Nursing
(Third Edit). New York: Springer Publishing Company.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Sulistiowati, S., & Sudarsono, R. S. (2017). Dukungan Keluarga Dan


Efikasi Diri Pada Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis ( Ppok ).

29

Anda mungkin juga menyukai