Anda di halaman 1dari 22

BAB VII

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN


DENGAN AKHALASIA

7.1. PENDAHULUAN
Akalasia esofagus, atau dikenal juga dengan nama Simple ectasia,
Kardiospasme, Megaesofagus, Dilatasi esofagus difus tanpa stenosis atau Dilatasi
esofagus idiopatik adalah suatu gangguan neuromuskular. Istilah achalasia berarti
“gagal untuk mengendur” dan merujuk pada ketidakmampuan dari lower esophageal
sphincter (cincin otot antara esophagus bagian bawah dan lambung) untuk membuka
dan membiarkan makanan lewat kedalam lambung. Kegagalan relaksasi batas
esofagogastrik pada proses menelan ini menyebabkan dilatasi bagian proksimal
esofagus tanpa adanya gerak peristaltik. Penderita akalasia merasa perlu mendorong
atau memaksa turunnya makanan dengan air atau minuman guna menyempurnakan
proses menelan. Gejala lain dapat berupa rasa penuh substernal dan umumnya terjadi
regurgitasi.
Akalasia mulai dikenal oleh Thomas Willis pada tahun 1672. Mula-mula
diduga penyebabnya adalah sumbatan di esofagus distal, sehingga dia melakukan
dilatasi dengan tulang ikan paus dan mendorong makanan masuk ke dalam lambung.
Pada tahun 1908 Henry Plummer melakukan dilatasi dengan kateter balon. Pada tahun
1913 Heller melakukan pembedahan dengan cara kardiomiotomi di luar mukosa yang
terus dianut sampai sekarang.1,2,3 Namun, Penyebab dari achalasia ini masih belum
diketahui dengan pasti. Teori-teori atas penyebab akalasia pun mulai bermunculan
seperti suatu proses yang melibatkan infeksi, kelainan atau yang diwariskan (genetik),
sistim imun yang menyebabkan tubuh sendiri untuk merusak esophagus (penyakit
autoimun), dan proses penuaan (proses degeneratif).
Achalasia merupakan salah satu penyakit yang jarang terjadi. Prevalensi
akalasia esophagus sekitar 10 kasus per 100.000 populasi di mana rasio kejadian
penyakit ini sama antara laki-laki dengan perempuan yaitu 1 : 1. Menurut penelitian,
distribusi umur pada akalasia biasanya sering terjadi antara umur kelahiran sampai
dekade ke-9, tapi jarang terjadi pada 2 dekade pertama (kurang dari 5% kasus
didapatkan pada anak-anak). Umur rata-rata pada pasien orang dewasa adalah 25-60
tahun.

77
78

Walaupun penyakit ini jarang terjadi tapi kita harus bisa mengenali dan bisa
melaksanakan asuhan keperawatan secara komperehensif dan menyeluruh baik secara
psikososial dan cultural .

7.2. TINJAUAN PUSTAKA


1. Definisi
Akalasia esofagus, atau dikenal juga dengan nama Simple ectasia,
Kardiospasme, Megaesofagus, Dilatasi esofagus difus tanpa stenosis atau Dilatasi
esofagus idiopatik adalah suatu gangguan neuromuskular. Istilah achalasia berarti
“gagal untuk mengendur” dan merujuk pada ketidakmampuan dari lower esophageal
sphincter (cincin otot antara esophagus bagian bawah dan lambung) untuk membuka
dan membiarkan makanan lewat kedalam lambung.
2. Anatomifisiologi
Esofagus adalah suatu saluran otot vertikal yang menghubungkan hipofaring
dengan lambung. Ukuran panjangnya 23-25 cm dan lebarnya sekitar 2 cm (pada
keadaan yang paling lebar) pada orang dewasa. Esofagus dimulai dari batas bawah
kartilago krikoidea kira-kira setinggi vertebra servikal VI.4 Dari batas tadi, esofagus
terbagi menjadi tiga bagian yaitu, pars cervical, pars thoracal dan pars abdominal.
Esofagus kemudian akan berakhir di orifisium kardia gaster setinggi vertebra thoracal
XI. Terdapat empat penyempitan fisiologis pada esofagus yaitu, penyempitan sfingter
krikofaringeal, penyempitan pada persilangan aorta (arkus aorta), penyempitan pada
persilangan bronkus kiri, dan penyempitan diafragma (hiatus esofagus).
Dinding esofagus terdiri dari 3 lapisan yaitu : mukosa yang merupakan epitel
skuamosa, submukosa yang terbuat dari jaringan fibrosa elastis dan merupakan lapisan
yang terkuat dari dinding esofagus, otot-otot esofagus yang terdiri dari otot sirkuler
bagian dalam dan longitudinal bagian luar dimana 2/3 bagian atas dari esofagus
merupakan otot skelet dan 1/3 bagian bawahnya merupakan otot polos.
Pada bagian leher, esofagus menerima darah dari a. karotis interna dan trunkus
tyroservikal. Pada bagian mediastinum, esofagus disuplai oleh a. esofagus dan cabang
dari a. bronkial. Setelah masuk ke dalam hiatus esofagus, esofagus menerima darah
dari a. phrenicus inferior, dan bagian yang berdekatan dengan gaster di suplai oleh a.
gastrica sinistra. Darah dari kapiler-kapiler esofagus akan berkumpul pada v. esofagus,
v. thyroid inferior, v. azygos, dan v. gastrica.
79

Esofagus diinervasi oleh persarafan simpatis dan parasimpatis (nervus vagus)


dari pleksus esofagus atau yang biasa disebut pleksus mienterik Auerbach yang terletak
di antara otot longitudinal dan otot sirkular sepanjang esofagus.1,4,5 Esofagus
mempunyai 3 bagian fungsional. Bagian paling atas adalah upper esophageal sphincter
(sfingter esofagus atas), suatu cincin otot yang membentuk bagian atas esofagus dan
memisahkan esofagus dengan tenggorokan. Sfingter ini selalu menutup untuk
mencegah makanan dari bagian utama esofagus masuk ke dalam tenggorokan. Bagian
utama dari esofagus disebut sebagai badan dari esofagus, suatu saluran otot yang
panjangnya kira-kira 20 cm.
Bagian fungsional yang ketiga dari esofagus yaitu lower esophageal sphincter
(sfingter esophagus bawah), suatu cincin otot yang terletak di pertemuan antara
esofagus dan lambung. Seperti halnya sfingter atas, sfingter bawah selalu menutup
untuk mencegah makanan dan asam lambung untuk kembali naik/regurgitasi ke dalam
badan esofagus. Sfingter bagian atas akan berelaksasi pada proses menelan agar
makanan dan saliva dapat masuk ke dalam bagian atas dari badan esofagus. Kemudian,
otot dari esofagus bagian atas yang terletak di bawah sfingter berkontraksi, menekan
makanan dan saliva lebih jauh ke dalam esofagus. Kontraksi yang disebut gerakan
peristaltik ini akan membawa makanan dan saliva untuk turun ke dalam lambung. Pada
saat gelombang peristaltik ini sampai pada sfingter bawah, maka akan membuka dan
makanan masuk ke dalam lambung.
Esofagus berfungsi membawa makanan, cairan, sekret dari faring ke gaster melalui
suatu proses menelan, dimana akan terjadi pembentukan bolus makanan dengan ukuran
dan konsistensi yang lunak, proses menelan terdiri dari tiga fase yaitu:
a. Fase oral, makanan dalam bentuk bolus akibat proses mekanik bergerak pada
dorsum lidah menuju orofaring, palatum mole dan bagian atas dinding posterior
faring terangkat.
b. Fase pharingeal, terjadi refleks menelan (involuntary), faring dan laring bergerak ke
atas oleh karena kontraksi m. Stilofaringeus, m. Salfingofaring, m. Thyroid dan m.
Palatofaring, aditus laring tertutup oleh epiglotis dan sfingter laring.
c. Fase oesophageal, fase menelan (involuntary) perpindahan bolus makanan ke distal
oleh karena relaksasi m. Krikofaring, di akhir fase sfingter esofagus bawah terbuka
dan tertutup kembali saat makanan sudah lewat.
80

3. Pathway.

Degenaratif

Degenerasi Syaraf

Kerusakan kerja syaraf Neksus Mientrikus pada 2/3 bagian

Kerja otot menurun

Aperistaltik

Tekanan esophagus atas menurun

Makanan masuk sal.nafas Sfingter esophagus bawah gagal relaksasi

Resiko Aspirasi Sulit menelan

Achalasia Sfingter gastroesofageal


terbuka
Makanan tertahan di esofagus
HCL ke Esofagus
Absorbsi nutrient menurun
Esofagitis
Nutrisi kurang dari kebutuhan
81

4. Diagnosis
Diagnosis Akalasia Esofagus ditegakkan berdasarkan gejala klinis, gambaran
radiologik, esofagoskopi dan pemeriksaan manometrik.

a. Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan radiologi sangat membantu dalam penegakan diagnosis pada suatu
penyakit, ini harus dikorelasikan dengan temuan klinis dan riwayat penyakitnya.12
Pada foto polos toraks pasien achalasia tidak menampakkan adanya gelembung-
gelembung udara pada bagian atas dari gaster, dapat juga menunjukkan gambaran air
fluid level pada sebelah posterior mediastinum. Pemeriksaan esofagogram barium
dengan pemeriksaan fluoroskopi, tampak dilatasi pada daerah dua pertiga distal
esofagus dengan gambaran peristaltik yang abnormal serta gambaran penyempitan di
bagian distal esofagus atau esophagogastric junction yang menyerupai seperti bird-
beak like appearance.

b. Pemeriksaan Esofagoskopi
Esofagoskopi merupakan pemeriksaan yang dianjurkan untuk semua pasien
akalasia oleh karena beberapa alasan yaitu untuk menentukan adanya esofagitis retensi
dan derajat keparahannya, untuk melihat sebab dari obstruksi, dan untuk memastikan
ada tidaknya tanda keganasan. Pada pemeriksaan ini, tampak pelebaran lumen esofagus
dengan bagian distal yang menyempit, terdapat sisa-sisa makanan dan cairan di bagian
proksimal dari daerah penyempitan, Mukosa esofagus berwarna pucat, edema dan
kadang-kadang terdapat tanda-tanda esofagitis akibat retensi makanan. Sfingter
esofagus bawah akan terbuka dengan melakukan sedikit tekanan pada esofagoskop dan
esofagoskop dapat masuk ke lambung dengan mudah.
c. Pemeriksaan Manometrik
Gunanya untuk memulai fungsi motorik esofagus dengan melakukan
pemeriksaan tekanan di dalam lumen sfingter esofagus. Pemeriksaan ini untuk
memperlihatkan kelainan motilitas secara- kuantitatif dan kualitatif. Pemeriksaan
dilakukan dengan memasukkan pipa untuk pemeriksaan manometri melalui mulut atau
hidung. Pada akalasia yang dinilai adalah fungsi motorik badan esofagus dan sfingter
esofagus bawah. Pada badan esofagus dinilai tekanan istirahat dan aktifitas
peristaltiknya. Sfingter esofagus bagian bawah yang dinilai adalah tekanan istirahat dan
mekanisme relaksasinya. Gambaran manometrik yang khas adalah tekanan istirahat
82

badan esofagus meningkat, tidak terdapat gerakan peristaltik sepanjang esofagus


sebagai reaksi proses menelan. Tekanan sfingter esofagus bagian bawah normal atau
meninggi dan tidak terjadi relaksasi sfingter pada waktu menelan.

5. Penatalaksanaan
Sifat terapi pada akalasia hanyalah paliatif, karena fungsi peristaltik esofagus
tidak dapat dipulihkan kembali. Terapi dapat dilakukan dengan memberi diet tinggi
kalori, medikamentosa, tindakan dilatasi, psikoterapi, dan operasi esofagokardiotomi
(operasi Heller).
a. Terapi Non Bedah
1) Terapi Medikasi
Pemberian smooth-muscle relaxant, seperti nitroglycerin 5 mg SL atau 10 mg
PO, dan juga methacholine, dapat membuat sfingter esofagus bawah relaksasi
dan membantu membedakan antara suatu striktur esofagus distal dan suatu
kontraksi sfingter esofagus bawah. Selain itu, dapat juga diberikan calcium
channel blockers (nifedipine 10-30 mgSL) dimana dapat mengurangi tekanan
pada sfingter esofagus bawah. Namun demikian hanya sekitar 10% pasien yang
berhasil dengan terapi ini. Terapi ini sebaiknya digunakan untuk pasien lansia
yang mempunyai kontraindikasi atas pneumatic dilatation atau pembedahan.
2) Injeksi Botulinum Toksin
Suatu injeksi botulinum toksin intrasfingter dapat digunakan untuk
menghambat pelepasan asetilkolin pada bagian sfingter esofagus bawah, yang
kemudian akan mengembalikan keseimbangan antara neurotransmiter eksitasi
dan inhibisi. Dengan menggunakan endoskopi, toksin diinjeksi dengan
memakai jarum skleroterapi yang dimasukkan ke dalam dinding esophagus
dengan sudut kemiringan 45°, dimana jarum dimasukkan sampai mukosa kira-
kira 1-2 cm di atas squamocolumnar junction. Lokasi penyuntikan jarum ini
terletak tepat di atas batas proksimal dari LES dan toksin tersebut diinjeksi
secara caudal ke dalam sfingter. Dosis efektif yang digunakan yaitu 80-100
unit/mL yang dibagi dalam 20-25 unit/mL untuk diinjeksikan pada setiap
kuadran dari LES. Injeksi diulang dengan dosis yang sama 1 bulan kemudian
untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Namun demikian, terapi ini
mempunyai penilaian terbatas dimana 60% pasien yang telah diterapi masih
tidak merasakan disfagia 6 bulan setelah terapi; persentasi ini selanjutnya turun
83

menjadi 30% walaupun setelah beberapa kali penyuntikan dua setengah tahun
kemudian. Sebagai tambahan, terapi ini sering menyebabkan reaksi inflamasi
pada bagian gastroesophageal junction, yang selanjutnya dapat membuat
miotomi menjadi lebih sulit. Terapi ini sebaiknya digunakan pada pasien lansia
yang kurang bisa menjalani dilatasi atau pembedahan.
3) Pneumatic Dilatation
Pneumatic dilatation telah menjadi bentuk terapi utama selama bertahun-tahun.
Suatu balon dikembangkan pada bagian gastroesophageal junction yang
bertujuan untuk merupturkan serat otot dan membuat mukosa menjadi intak.
Persentase keberhasilan awal adalah antara 70% dan 80%, namun akan turun
menjadi 50% 10 tahun kemudian, walaupun setelah beberapa kali dilatasi.
Rasio terjadinya perforasi sekitar 5%. Jika terjadi perforasi, pasien segera
dibawa ke ruang operasi untuk penutupan perforasi dan miotomi yang
dilakukan dengan cara thorakotomi kiri. Insidens dari gastroesophageal reflux
yang abnormal adalah sekitar 25%. Pasien yang gagal dalam penanganan
pneumatic dilatation biasanya di terapi dengan miotomi Heller.
b. Terapi Bedah
Suatu laparascopic Heller myotomy dan partial fundoplication adalah suatu
prosedur pilihan untuk akalasia esofagus. Operasi ini terdiri dari suatu pemisahan
serat otot (mis: miotomi) dari sfingter esofagus bawah (5 cm) dan bagian proksimal
lambung (2 cm), yang diikuti oleh partial fundoplication untuk mencegah refluks.
Pasien dirawat di rumah sakit selama 24-48 jam, dan kembali beraktfitas sehari-hari
setelah kira-kira 2 minggu. Secara efektif, terapi pembedahan ini berhasil
mengurangi gejala sekitar 85-95% dari pasien, dan insidens refluks postoperatif
adalah antara 10% dan 15%. Oleh karena keberhasilan yang sangat baik, perawatan
rumah sakit yang tidak lama, dan waktu pemulihan yang cepat, maka terapi ini
dianggap sebagai terapi utama dalam penanganan akalasia esofagus. Pasien yang
gagal dalam menjalani terapi ini, mungkin akan membutuhkan dilatasi, operasi
kedua, atau pengangkatan esofagus (mis: esofagektomi).

6. Komplikasi
Beberapa komplikasi dan akalasia sebagai akibat an retensi makanan pada esofagus
adalah sebagai berikut:
1. Obstruksi saluran pethapasan
84

2. Bronkhitis
3. Pneumonia aspirasi
4. Abses paru
5. Divertikulum
6. Perforasi esofagus
7. Small cell carcinoma
8. Sudden death.
7.Prognosis
Prognosis Achalasia bergantung pada durasi penyakit dan banyak sedikitnya gangguan
motilitas, semakin singkat durasi penyakitnya dan semakin sedikit gangguan
motilitasnya maka prognosis untuk kembali ke ukuran esofagus yang normal setelah
pembedahan (Heller) memberikan hasil yang sangat baik.13 Pembedahan memberikan
hasil yang lebih baik dalam menghilangkan gejala pada sebagian besar pasien dan
seharusnya lebih baik dilakukan daripada pneumatic dilatation apabila ada ahli bedah
yang tersedia. Obat-obatan dan toksin botulinum sebaiknya digunakan hanya pada
pasien yang tidak dapat menjalani pneumatic dilatation dan laparascopic Heller
myotomy (Lansia). Follow-up secara periodik dengan menggunakan esofagoskopi
diperlukan untuk melihat perkembangan tejadinya kanker esofagus.

7.4. ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Pada pengkajian akan didapatkan data Subyektif dan Obyektif sebagai berikut :
1) Nyeri pada midsternal dan substernal menjalar ke punggung dan leher,
kemudian lengan.
2) Ketidaknyamanan setelah makan setelah makan .
3) Sakit tenggorokan dan nyeri telan
4) Tersedak
5) Sendawa tanpa muntah
6) Berat badan menurun.
7) Kesulitan atau kegagaklan menelan.
8) Hematemesis bias sedikit atau profus.
85

2. Diagnosa keperawatan
a. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Disfagia
b. Nyeri berhubungan dengan inflamasi / keradangan esophagus
c. Resiko aspirasi berhubungan denga kesulitan menelan
d. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
perawatan lebih lanjut.

3. Rencana tindakan
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Disfagia
1) Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien seimbang /
terpenuhi
2) Kriteria Hasil :
 Berat badan naik 0,5 kg tiap minggu
 Mencapai Body Maksimal Index yang normal
 Nafsu makan meningkat
3) Intervensi :
1. Kaji kemampuan menelan klien
2. Anjurkan makan dengan porsi sedikit tapi sering
3. Berikan latihan dan awasi klien untuk mengunyah makanan dengan
baik , makan dan menelan dengan perlahan
4. Atur posisi klien untuk duduk selama dan sesudah makan serta
anjurkan seterusnya setiap kali makan
5. Hindarkan makan dengan suhu ekstrem
6. Ukur intake dan output kalori dan cairan.
7. Kurangi rasa nyeri dengan memberikan analgesic cair topical
sebelum makan untuk menurunhkan disphagia.
8. Usahakan masukan cairan 2500 ml / 24 jam bila tidak di
kontraindikasikan.
9. Anjurkan makanan tinggi serat bila ditoleransi untuk membantu
prose eliminasi
10. Timbang berat badan klien tiap hari dengan menggunakan
timbangan yang sama.
b. Nyeri berhubungan dengan inflamasi / keradangan esofagus
86

1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan


klien dapat mengontrol nyerinya
2) Kriteria Hasil :
 Mengenali faktor penyebab
 Menggunakan metode nonanalgetik untuk
mengurangi nyeri
 Mengenali gejala - gejala nyeri
 Melaporkan nyeri sudah terkontrol
3) Intervensi :
1. Berikan lingkungan yang tenang tanpa menimbulkan ketegangan
2. Berikan penguatan penjelasan dari dokter tentang proses penyakit
3. Kolaborasi pemberian antasida , pantau efektifitas dan efek samping
4. Berikan gosokan / dengan analgesic cair pada punggung.
5. Ubah posisi klien dengan cara yang ringan untuk meningkatkan rasa
nyaman
6. Anjurkn klien untuk beraktifitas dan melakukan perawatan diri
untuk meningkatkan rasa nyaman.
c. Resiko aspirasi berhubungan dengan kesulitan menelan
1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
tidak terjadi aspirasi
2) Kriteria Hasil :
 Klien dapat melakukan batuk dan tehnik
yang benar
 Bunyi nafas dalam batas normal
 Mengenali cara menghindari aspirasi
3) Intervensi :
1. Berikan latihan dan awasi klien untuk batuk dan nafas dalam setiap
4- 6 jam
2. Observasi suara nafas setiap 4 – 6 jam
3. Atur posisi kepala tempat tidur 30 – 40 derajat setelah makan dan
saat tidur
4. Hindarkan posisi terlentang
5. Berikan periode istirahat
6. Berikan bantuan saat makan sesuai kebutuhan
87

d. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang


perawatan lebih lanjut
1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien mengetahui
tentang proses penyakit
2) Kriteria Hasil :
 Klien memahami program diet yang dianjurkan
 Klien dapat minum obat sesuai jadwal
 Klien dapat mengidentifikasi kekambuhan penyakitnya.
4) Intervensi :
a. Diskusikan dengan klien dan keluarga mengenai pentingnya diet dan
kebutuhan diet
b. Jelaskan makana yang menyebabkan dispagia
c. Berikan dan tinjau ulang diet kalori tinggi dan protein
d. Anjurkan meningkatkan intake cairan
e. Anjurkan klien untuk meninggikan kepala saat tidur
f. Anjurkan menghindari tembakau, aspirin, fenilbutason
g. Diskusikan dengan klien tentang metode menghindari stress
h. Diskusikan pada klien cara menghindari konstipasi, makanan tinggi
serat, laksatif.
i. Diskusikan dengan pasien tentang obat – obatan : nama, dosis,
waktu, indikasi, dan efek samping obat.
j. Jelaskan pentingnya perawatan lanjut dengan dokter.
k. Diskusikan gejala kekambuhan dan perkembangan penyakit dengan
klien.
88

7.5. TINJAUAN KASUS


1. Pengkajian
Tanggal Pengkajian : Tanggal 27 Desember 2016
No MR :
a. Biodata :
Identitas Klien
Nama : Sdr. “D”
Umur : 22 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Kejayan Pasuruan
Penanggung jawab
Nama : Sdr. Arif
Umur : 27 tahun
Hubungan dengan klien : Kakak kandung
Pendidikan : PT
Pekerjaan : Perawat
Alamat : Kejayan Pasuruan

b. Keluhan utama :
Klien mengatakan sulit menelan, lambung sering terasa penuh dan tenggorokan
kadang nyeri.

c. Riwayat Penyakit sekarang


Klien mengatakan sakit pada saat menelan sejak satu tahun yang lalu ,
Namun sakit terus menerus dirasakan sejak 6 bulan yang lalu. Klien berobat
89

rawat jalan ke Puskesmas , akan tetapi penyakitnya dirasakan makin parah


setelah dalam satu minggu klien setiap kali makan dan minum selalu muntah.
Kemudian klien dianjurkan periksa ke poli penyakit dalam di Rumah Sakit
Syaiful Anwar Malang , disarankan untuk ke poli gastro untuk dilakukan
tindakan endoskopi.Klien datang ke Ruang Endoskopi untuk melaksanakan
teropong lambung untuk mengetahui perkembangan penyakitnya.
d. Riwayat penyakit Dahulu
Klien tidak menderita penyakit apapun sebelumnya kecuali batuk pilek atau
panas seperti orang lainnya

e. Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit seperti klien

f. Pola Fungsi Kesehatan


1) Pola persepsi terhadap kesehatan
Klien mengatakan kalau berobat ke dokter Puskesmas.
2) Pola Aktifitas dan latihan
Sebelum sakit : Klien mengatakan tidak ada masalah dengan aktifitasnya
Setelah sakit : Klien mengatakan juga tidak ada masalah dengan aktifitasnya
3) Pola Eliminasi
Sebelum sakit : Klien megatakan BAK 4-5 kali sehari dan BAB 1 kali
sehari , konsistensi lunak.
Setelah sakit : klien mengatakan BAK 4- 5 kali sehari dan BAB 3 hari
sekali , konsistensi keras dan agak susah keluar.
4) Pola Nutrisi dan metabolik
Sebelum sakit : Klien mengatakan makan 3 kali sehari: nasi, sayur, lauk dan
buah. BB: 52 kg.
Setelah sakit : Klien mengatakan makan makanan yang halus karena jika
makanan padat sulit ditelan dan gampang penuh. BB: 48 kg
5) Pola Kognitif
Klien mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya dan tidak tahu bagaimana
cara menyembuhkannya , Klien mengatakan ingin bisa makan seperti orang
normal lainnya
6) Pola Konsep Diri
90

Klien mengatakan karena sakitnya ini menjadi tidak nyaman dan jika makan
harus halus, kadang malu dengan keluarganya

g. Pemeriksaan Fisik Dengan metode Head To toe


1) Tanda – tanda Fisik
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Compos Mentis
GCS :456
Tensi : 110/ 80 mmHg
Nadi : 100 X / Menit
TB / BB : 165 cm / 48 kg.
2) Wajah
 Mata : Kelopak mata tidak sembab, konjungtiva tidak anemis , sclera
putih, pupil isokor.Klien tampak meringis sesekali saat menelan ludah,
wajah klien tampak muram.
 Hidung : Bentuk hidung mancung, meatus tidak meradang, mukosa
tidak hiperemi dan tidak ada secret
 Mulut : Bibir tampak merah, lembab, mukosa lembab, lidah simetris,
gigi dan gusi bersih.
3) Pemeriksaan Kepala dan leher
Kepala : Penyebaran rambut rata, warna hitam, bentuk kepala bulat dan
simetris
4) Leher
Bentuk Trachea lurus, tidak ada pembesaran ven jugularis, tidak ada
pembesaran kelenjar tyroid, nadi carotis teraba kuat dan reguler
5) Thorak
Bentuk thoraks normal chest, pernafasan 22 x / menit, regular , inspirasi
lebih panjang dari pada expirasi
6) Pemeriksaan Paru
91

Pulsasi getaran suara teraba vocal vremitus sama kanan dan kiri, pada
perkusi terdengar suara sonor, Pada Auskultasi terdengar suara vesikuler
pada semua lapangan paru, tidak terdengar suara tambahan
7) Pemeriksaan Jantung
Pada inspeksi tidak tampak ictus kordis Pada palpasi teraba ictus cordis
pada ruang sela iga (RSI) V kira-kira 1 jari medial dari garis midklavikular
sinestra, pada auskultasi Bunyi jantung I dan II terdengar normal tidak ada
bunya jantung tambahan.
8) Pemeriksaan Abdomen
Bentuk abdoment datar, tidak ada benjolan, pada Auskultasi peristaltic usus
terdengar 14 x / menit, pada palpasi tidak ada nyeri tekan, tidak ada
pembesaran hepar, lien dan tidak ada nyeri tekan pada titk MC. Burney,
Pada perkusi terdengar tympani.
9) Pemeriksaan Ekstremitas
Tidak ada oedem pada ekstremitas atas maupun bawah, kekuatan otot pada
ekstremitas kanan dan kiriri atas dan bawah masing masing mempunyai
kekuatan 6.
10) Pemeriksaan penunjang
 Hasil Esofagogastroduodenoskopi tanggal 22 Desember 2016 : Susp.
Aklasia dengan penyempitan di LES. Esophagus terdapat sisa makanan
berupa air dan nasi
11) Therapi obat
 Omeprazol 2 x 1 tablet
 Amoksicillin 3 x 1 tablet
92

1. Analisa Data
Etiologi Masalah keperawatan

DS: Pasien mengeluh Disfagia → akhalasia →makanan Nutrisi kurang dari kebutuhan
mengalami kesulitan tertahan diesophagus → absorpsi nutrient
menelan baik minum berkurang → nutrisi kurang dari
maupun makan kebutuhn
       
DO: EGD hasil aklasia

DS : Klien mengatakan Generatif → degenerasi syaraf → kerja Resiko Tinggi Aspirasi


tenggorokan dan lambung otot menurun → esophagus distal gagal
terasa penuh berelaksasi → makanan masuk saluran
nafas
DO : EGD : Pada Esopagus
terdapat sisa makanan

DS : Klien mengatakan nyeri saat Akhalasia → Sfingter gastro esophageal Nyeri


menelan makanan dan terbuka → HCL ke Esofagus → inflamasi
minuman di tenggorokan Esofagus→ Nyeri

DO : Klien tampak meringis saat


menelan makanan
- Hasil EGD aklasia dengan
penyempitan di LES

DS : Klien mengatakan tidak Kurang informasi dari tim kesehatan → Kurang pengetahuan
tahu tentang penyakitnya kurang pengetahuan

DO : Wajah klien tampak muram


- Klien sering bertanya
tentang penyakitnya

2. Daftar Diagnosa Keperawatan


a. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan disfagia yang ditandai
dengan Pasien mengeluh mengalami kesulitan menelan baik minum maupun
makan
b. Resiko Tinggi Aspirasi berhubungan dengan makanan masuk saluran nafas
yang ditandai dengan Klien mengatakan tenggorokan dan lambungnya terasa
penuh, Pada Esopagus terdapat sisa makanan
93

c. Nyeri berhubungan dengan inflamasi esofagus yang ditandai dengan


inflamasi esofagus , Klien mengatakan nyeri saat menelan makanan dan
minuman, Klien mengatakan dadanya seperti tertekan, Klien tampak meringis
saat menelan makanan
d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi yang
ditandai dengan, Klien mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya, Wajah klien
tampak muram , Klien sering bertanya tentang penyakitnya.
94

3. Perencanaan

NO Tanggal Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Rencana tindakan

1. 27-12-2016 Nutrisi kurang dari kebutuhan Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien 1. Kaji kemampuan menelan klien
berhubungan dengan disfagia seimbang / terpenuhi 2. Anjurkan makan dengan porsi sedikit tapi sering
Jam 09.45 yang ditandai dengan Pasien Kriteria Hasil : 3. Berikan latihan dan awasi klien untuk mengunyah makanan
mengeluh mengalami kesulitan  Berat badan naik 0,5 kg tiap dengan baik , makan dan menelan dengan perlahan
menelan baik minum maupun minggu 4. Atur posisi klien untuk duduk selama dan sesudah makan
makan  Mencapai Body Maksimal Index serta anjurkan seterusnya setiap kali makan
yang normal 5. Hindarkan makan dengan suhu ekstrem
 Nafsu makan meningkat 6. Ukur intake dan output kalori dan cairan.
 Klien mengerti tentag dietnya. 7. Kurangi rasa nyeri dengan memberikan analgesic cair topical
sebelum makan untuk menurunhkan disphagia.
8. Usahakan masukan cairan 2500 ml / 24 jam bila tidak di
kontraindikasikan.
9. Anjurkan makanan tinggi serat bila ditoleransi untuk
membantu prose eliminasi
10. Timbang berat badan klien tiap hari dengan menggunakan
timbangan yang sama

2. 27-12-2016 Nyeri berhubungan dengan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan lingkungan yang tenang tanpa menimbulkan
inflamasi esofagus yang keperawatan klien dapat ketegangan
Jam 09.45 ditandai dengan inflamasi mengontrol nyerinya 2. Berikan penguatan penjelasan dari dokter tentang proses
esofagus , Klien mengatakan Kriteria Hasil : penyakit
nyeri saat menelan makanan • Mengenali faktor penyebab 3. Kolaborasi pemberian antasida , pantau efektifitas dan efek
dan minuman, Klien • Menggunakan metode nonanalgetik samping
mengatakan dadanya seperti untuk mengurangi nyeri 4. Berikan gosokan / dengan analgesic cair pada punggung.
tertekan, Klien tampak • Mengenali gejala - gejala nyeri 5. Ubah posisi klien dengan cara yang ringan untuk
meringis saat menelan • Melaporkan nyeri sudah terkontrol meningkatkan rasa nyaman
makanan 6. Anjurkn klien untuk beraktifitas dan melakukan perawatan
diri untuk meningkatkan rasa nyaman
95

Tanggal Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Rencana tindakan

3. 27-12-2016 Resiko Tinggi Aspirasi Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan latihan dan awasi klien untuk batuk dan nafas dalam
berhubungan dengan makanan keperawatan tidak terjadi setiap 4- 6 jam
Jam 09.45 masuk saluran nafas yang aspirasi 2. Observasi suara nafas setiap 4 – 6 jam
ditandai dengan Klien Kriteria Hasil : 3. Atur posisi kepala tempat tidur 30 – 40 derajat setelah makan
mengatakan tenggorokan dan - Klien dapat melakukan batuk dan dan saat tidur
lambungnya terasa penuh, tehnik yang benar 4. Hindarkan posisi terlentang
Pada Esopagus terdapat sisa - Bunyi nafas dalam batas normal 5. Berikan periode istirahat
makanan - Mengenali cara menghindari 6. Berikan bantuan saat makan sesuai kebutuhan
aspirasi 7. Jaga kebersihan mulut (hygiene oral)

4. 27-12-2016 Kurang pengetahuan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 1. Diskusikan dengan klien dan keluarga mengenai pentingnya
berhubungan dengan keperawatan klien diet dan kebutuhan diet
Jam 09.45 kurangnya informasi yang mengetahui tentang proses  Jelaskan makana yang menyebabkan dispagia
ditandai dengan, Klien penyakit  Berikan dan tinjau ulang diet kalori tinggi dan protein
mengatakan tidak tahu tentang Kriteria Hasil :  Anjurkan meningkatkan intake cairan
penyakitnya, Wajah klien - Klien memahami program diet yang  Anjurkan klien untuk meninggikan kepala saat tidur
tampak muram , Klien sering dianjurkan  Anjurkan klien untuk menghindari tembakau, aspirin,
bertanya tentang penyakitnya. - Klien dapat minum obat sesuai fenilbutazon
jadwal 2. Diskusikan dengan klien tentang metode menghindari stress
- Klien dapat mengidentifikasi 3. Diskusikan pada klien cara menghindari konstipasi, makanan
kekambuhan penyakitnya tinggi serat, laksatif.
4. Diskusikan dengan pasien tentang obat – obatan : nama,
dosis, waktu, indikasi, dan efek samping obat.
5. Jelaskan pentingnya perawatan lanjut dengan dokter.
6. Diskusikan gejala kekambuhan dan perkembangan penyakit
dengan klien.
108

4. IMPLEMENTASI
Nama : Sdr. “D”
Umur :22 th
Register :

Tanggal Diagnosa keperawatan Implementasi Tanda tangan

27-12-2016 Nutrisi kurang dari 1. Melaksanakan pengkajian


kebutuhan kemampuan menelan klien
Jam 10.00. berhubungan dengan 2. Menganjurkan klien makan dengan
disfagia yang ditandai porsi sedikit tapi sering
dengan Pasien 3. Mengajarkan klien untuk mengunyah
mengeluh mengalami makanan sampai lembut , makan dan
kesulitan menelan baik menelan dengan perlahan
minum maupun makan 4. Menganjurkan klien untuk duduk
selama dan sesudah makan dan
seterusnya setiap kali makan
5. Menganjurkan klien makan sesuai
dengan suhu tubuh.
6. Konsultasi dokter tentang obat rasa
nyeri : analgesic cair topical sebelum
makan untuk menurunhkan disphagia.
7. Menganjurkan klien agar masukan
cairan 2500 ml / 24 jam , berupa air
putih, susu, jus buah, jus sayuran
melalui flokker.
8. Menganjurkan klien mengkonsumsi
makanan tinggi serat : jus sayur, dan
jus buah untuk membantu prose
eliminasi
9. Menganjurkan klien melaksanakan
timbang berat badan klien tiap hari
dengan menggunakan timbangan
yang sama

27-12-2016 Nyeri berhubungan 1. Menganjurkan agar lingkungan di


dengan inflamasi rumah lingkungan yang tenang ,
Jam 10.15 esofagus yang ditandai tanpa menimbulkan ketegangan
dengan inflamasi 2. Memberikan penjelasan ulang dengan
esofagus , Klien hati - hati dari dokter tentang proses
mengatakan nyeri saat penyakit
menelan makanan dan 3. Melaksanakan kolaborasi dengan
minuman, Klien dokter untuk pemberian omeprazol
mengatakan dadanya 4. Menganjurkan keluarga agar
seperti tertekan, Klien memberikan gosokan / dengan
tampak meringis saat analgesic cair pada punggung bila
menelan makanan nyeri timbul .
5. Anjurkan agar klien mengubah posisi
dengan cara yang ringan untuk
meningkatkan rasa nyaman
6. Menganjurkan agar klien untuk
beraktifitas dan melakukan perawatan
diri untuk meningkatkan rasa nyaman
109

Tanggal / Jam Diagnosa keperawatan Implementasi Tanda tangan

27-12-2016 Resiko Tinggi Aspirasi 1. Mengajarkan klien latihan dan


berhubungan dengan anjurkan klien untuk batuk dan nafas
Jam makanan masuk saluran dalam setiap 4- 6 jam sekali.
10 .35 nafas yang ditandai 2. Mengajarkan klien mengenali suara
dengan Klien tambahan , mengi, ngorok.
mengatakan 3. Menganjurkan klien agar posisi
tenggorokan dan kepala tempat tidur 30 – 40 derajat
lambungnya terasa setelah makan dan saat tidur
penuh, Pada Esopagus 4. Memberi tahu klien agar menghindari
terdapat sisa makanan posisi terlentang, terutama sesudah
makan.
5. Menganjurkan klien dan keluarga
agar memberikan makanan dengan
hati – hati bila latihan makan melalui
mulut.

27-12-2016 Kurang pengetahuan 1. Melaksanakan diskusi dengan klien


berhubungan dengan dan keluarga mengenai pentingnya
Jam kurangnya informasi diet dan kebutuhan diet
10. 45 yang ditandai dengan, 2. Menjelaskan jenis makanan yang
Klien mengatakan tidak menyebabkan dispagia
tahu tentang 3. Memberikan Penjelasan tentang diet
penyakitnya, Wajah tinggi kalori dan protein dan
klien tampak muram , evaluasi diet klien sebelumnya.
Klien sering bertanya 4. Menganjurkan klien meningkatkan
tentang penyakitnya. intake cairan
5. Menganjurkan klien untuk
meninggikan kepala saat tidur
6. Menganjurkan klien menghindari
tembakau, aspirin, fenilbutason
7. Melaksanakan diskusi dengan klien
dan keluarga tentang metode
menghindari stress
8. Melaksanakan diskusi dengan klien
dan keluarga cara menghindari
konstipasi, makanan tinggi serat,
laksatif.
9. Menjelaskan pada dan keluarga
pasien tentang obat – obatan : nama,
dosis, waktu, indikasi, dan efek
samping obat.
10. Menjelaskan pentingnya perawatan
berkelanjutan dengan dokter.
110

5.Evaluasi
Nama : Sdr. “D”
Umur : 22 th
Register :
Tanda
Tanggal Diagnosa keperawatan Catatan perkembangan
tangan

27-12-16 Nutrisi kurang dari S :Klien mengatakan sudah mengerti


Jam 09.30 kebutuhan tentang dietnya dan mengetahui cara
berhubungan dengan memenuhi kebutuhan nutrisinya
disfagia yang ditandai O : - Klien dapat mengulang kembali cara
dengan Pasien memenuhi nutrisinya
mengeluh mengalami - Klien menganggukkan kepalanya saat
kesulitan menelan dijelaskan oleh perawat
baik minum maupun
makan A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan rencana tindakan no. 1, 7, 9

27-12-16 Nyeri berhubungan S :- Klien mengatakan nyerinya sudah


dengan inflamasi terkontrol
Jam 10.35 esofagus yang - Klien mengatakan mengerti penyebeb
ditandai dengan dan cara mengurangi nyerinya
inflamasi esofagus , O :- Klien bisa mengulangi penyebab dan
Klien mengatakan cara mengatasi nyerinya.
nyeri saat menelan - Klien bisa mempraktekkan nafas dalam
makanan dan
minuman, Klien A : Masalah teratasi
mengatakan dadanya P : Hentikan rencana tindakan.
seperti tertekan,
Klien tampak
meringis saat
menelan makanan

27-12-16 Resiko Tinggi S : - Klien mengatakan mengerti hal- hal


Aspirasi yang menyebabkan aspirasi dan cara
Jam berhubungan dengan mencegah agar tidak terjadi aspirasi
10 .45 makanan masuk O :- Klien mempraktekan cara batuk dan
saluran nafas yang nafas dalam.
ditandai dengan - Klien menganggukkan kepalanya.
Klien mengatakan A : Masalah tidak terjadi
tenggorokannya P : Lanjutkan rencana tindakan selanjutnya
terasa penuh, Klien
sering bersin dan
batuk – batuk, Pada
Esopagus terdapat
sisa makanan

Anda mungkin juga menyukai