TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
B. Anatomi Esofagus
cm yang terdiri atas bagian servikal, torakal, dan abdominal. Otot esofagus
sepertiga bagian atas adalah otot serat lintang yang berhubungan erat dengan otot-
otot faring, sedangkan dua pertiga bagian bawah adalah otot polos yang terdiri
3
atas otot sirkular dan otot longitudinal seperti ditemukan pada saluran cerna
lainnya.8,9
bagian esofagus yang menyatu dengan perut. LES adalah spingter fungsional
terdiri dari komponen intrinsik dan ekstrinsik. Komponen ekstrinsik terdiri dari
otot diafragma yang berfungsi sebagai ajuvan spingter eksternal. Saraf motorik
Otot polos esofagus distal dan LES dipersarafi oleh preganglionik, serat
kolinergik yang berasal dari inti motorik dorsal (Dorsal Motorik Neuron/DMN) di
myenterikus terletak di antara lapisan otot longitudinal dan sirkuler dan neuron
4
postganglion melepaskan asetilkolin sedangkan neuron inhibisi postganglion
melepaskan oksida nitrat (NO) dan polipeptida vasoaktif intestinal (VIP). Dalam
kondisi istirahat (di antara menelan) LES berada dalam keadaan kontraksi tonik.
Menelan berkaitan dengan aktivasi refleks telan paksa. Setelah diaktifkan oleh
refleks ini, pusat neuron telan mengirim debit bermotif inhibisi dan dan eksitasi ke
inti motor dari saraf kranial. Jalur inhibisi neuron diaktifkan dan mengakibatkan
LES. Peristaltik merupakan hasil dari relaksasi terkoordinasi dan kontraksi yang
esofagus.8
vagus) dari pleksus esofagus atau yang biasa disebut pleksus myenterikus
Auerbach yang terletak di antara otot longitudinal dan otot sirkular sepanjang
dilatasi esofagus secara bertahap di dada atas. Akalasia kemudian dapat berlanjut
secara perlahan.8,9
C. Etiologi
Akalasia esofagus primer diduga terjadi akibat tidak adanya seluruh atau
5
eksitatorik dan neuron inhibitorik yang menyebabkan sfingter esofagus
neurotropik yang berakibat lesi pada nukleus dorsalis vagus pada batang
D. Epidemiologi
akalasia esofagus adalah sekitar 10 kasus per 100.000 populasi dimana rasio
6
penyakit ini jarang terjadi, tetapi tenaga medis tetap harus dapat mengenali dan
mengatasi penyakit ini karena komplikasi yang ditimbulkan dari penyakit ini
sudden death.3,4
prevalensi terbanyak sekitar usia 25-60 tahun. Pada anak-anak, penyakit ini juga
sangat jarang ditemukan, dan secara genetik tidak ditemukan hubungan. 5,6
E. Manifestasi Klinis
setelah makan (postprandial choking), dan batuk nokturnal dapat pula terlihat
1. Disfagia
"sticking sensation" dan terjadi setiap hari atau setiap kali makan.
waktu, terjadi disfagia pada makanan padat dan cair terutama minuman
7
meningkatkan tekanan intraesofageal dan dapat meningkatkan
pengosongan esofagus. 3
2. Regurgitasi
F. Diagnosis
akalasia esofagus yang terdiri atas disfagia, regurgitasi, dan penurunan berat
badan.3
dari gejala awal. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
manometri esofagus.5
8
1. Foto polos thoraks
polos thoraks terutama pada kasus yang berat. Pemeriksaan foto polos
fluid level di setinggi arkus aorta atau diatasnya disertai adanya sisa
makanan dan cairan di esofagus yang melebar. Selain itu, pada akalasia
9
2. Kontras Barium
a. Barium Esofagogram
diagnosis akalasia adalah sebesar 95%. Pada stadium awal, tak tampak adanya
lambung. 11
dan kadang-kadang berliku-liku, tidak kosong, dan terdapat makanan dan air liur
yang tertahan menyebabkan gambaran air fluid level di bagian atas barium.
Esofagus distal ditandai adanya LES yang tertutup secara bertahap bentuk lonjong
10
b. Time Barium Esophagogram (TBE)
esofagus secara kuantitatif dan kualitatif. Teknik TBE sama dengan esofagogram /
beberapa gambar secara sekuen diantara interval waktu sesudah dilakukan barium
barium dalam waktu satu menit. Volume barium yang ditelan didasarkan pada
toleransi pasien (pasien tidak mengalami regurgitasi maupun aspirasi, selain itu
dilatasi esofagus harus dapat diisi secara adekuat). Volume yang diminum harus
dicatat. Pasien berdiri dengan posisi left posterior oblique untuk menghindari
proyeksi berlebih esofagus dan tulang belakang. Pasien diambil gambar radiografi
pada tiga posisi anteroposterior, dan diambil pada menit 1, 2, dan 5 setelah barium
di minum. 13,14
berupa birds beak appearance. Pada pasien normal, barium di esofagus akan
kosong secara komplet pada menit 1 dan kebanyakan pada menit ke 5.13
11
Pada akalasia esofagus yang aperistaltik disertai LES inkomplit
menyebabkan stasis di esofagus. Barium akan bertahan pada beberapa waktu yang
lebih lama dibandingkan orang sehat. Terjadi obstruksi dan esofagus mengalami
dilatasi pada waktu yang lama (dekompensata). Barium yang persisten di esofagus
dan LES inkomplet atau mengalami pengosongan parsial lebih dari 5 menit
disertai gambaran birds beak atau rat tail appearance membantu diagnosis
3. Esofagoskopi
pasien akalasia oleh karena beberapa alasan yaitu untuk menentukan adanya
esofagitis retensi dan derajat keparahannya, untuk melihat sebab dari obstruksi,
dan untuk memastikan ada tidaknya tanda keganasan. Pada akalasia esofagus
makanan dan sfingter esofagus tidak membuka secara spontan. Jika akalasia
12
esofagus disebabkan oleh neoplasma atau striktur fibrosis esofagus, sfingter
esofagus biasanya dapat dibuka dengan sedikit memberikan tekanan pada saat
Gambar 6. Esofagoskopi
4. CT Scan
CT Scan sebagai konfirmasi diagnosis atau untuk mengetahui tanda lain yang
13
5. Manometri Esofagus
akalasia dan harus dilakukan pada setiap pasien yang akan dilakukan perawatan
invasif seperti pelebaran pneumatik atau myotomi bedah. Karena akalasia hanya
melibatkan otot polos esofagus, kelainan manometri terbatas pada 2/3 esofagus
tekanan LES yang meningkat pada fase istirahat, relaksasi LES inkomplet dan
abnormal dapat berupa tidak adanya relaksasi LES atau relaksasi inkomplet saat
menelan (70%-80%), dan relaksasi komplet namun lebih pendek (< 6 detik).
14
G. Patofisiologi
ganglion sel
penurunan fungsi pada motor neuron yang terletak pada pleksus myenterikus
tekanan yang tinggi pada sfingter esofagus dan tidak dapat berelaksasi.5
Menurut Castell ada dua defek penting pada pasien akalasia esofagus:9,11
esofagus bawah (SEB) istirahat jauh di atas normal dan gagalnya SEB untuk
berelaksasi sempurna.
yang dalam keadaan normal turun sampai 100% yang akan mengakibatkan bolus
15
makanan tidak dapat masuk ke dalam lambung. Kegagalan ini menyebabkan
H. Penatalaksanaan
perkembangan megaesofagus.7
1) Terapi Non-Bedah
a. Medikamentosa
distal dan suatu kontraksi sfingter esofagus bawah. Selain itu, dapat
16
bawah, yang kemudian akan mengembalikan keseimbangan antara
efektif yang digunakan, yaitu 80-100 unit/ml yang dibagi dalam 20-
17
c. Pneumatic Dilation
awal adalah antara 70% dan 80%, namun akan turun menjadi 50%
2) Terapi Bedah
suatu prosedur pilihan untuk akalasia esofagus. Operasi ini terdiri dari
18
suatu pemisahan serat otot (myotomi) dari sfingter esofagus bawah (5
cm) dan bagian proksimal lambung (2 cm), yang diikuti oleh partial
postoperatif adalah antara 10% dan 15%. Oleh karena keberhasilan yang
sangat baik, perawatan rumah sakit yang tidak lama, dan waktu
pemulihan yang cepat, maka terapi ini dianggap sebagai terapi utama
19
Bedah esofagotomi menawarkan hasil yang superior dan kurang membuat
trauma daripada dilatasi balon. Teknik saat ini merupakan modifikasi dari Heller
myotomi yang digambarkan secara original oleh sebuah laparotomi pada 1913.
Modified laparoscopic Heller myotomi juga merupakan salah satu pilihan operasi
saat ini. 19
I. Prognosis
yang normal setelah pembedahan (miotomi Heller) memberikan hasil yang sangat
pada pasien yang tidak dapat menjalani pneumatic dilation dan laparoskopik
miotomi Heller.5
20