KONSEP MEDIK
A. Definisi
Akalasia adalah penyakit yang jarang dari otot esophagus (tabung yang menelan).
Istilah akalasia berarti “gagal untuk mengendur” dan merujuk pada ketidakmampuan
dari Lower Esophageal Sphincter (cincin otot antara esophagus bagian bawah dan
makanan.
Akalasia adalah tidak adanya atau tidak efektifnya peristaltik esophagus distal
disertai dengan kegagalan sfingter esophagus untuk rileks dalam respon terhadap
dilatasi bagian proksimal esophagus tanpa adanya gerak peristaltik. Penderita akalasia
merasa perlu mendorong atau memaksa turunnya makanan dengan air atau minuman
guna menyempurnakan proses menelan dan gejala lain dapat berupa rasa penuh
substernal dan umumnya terjadi regurgitas (Siegel, 1998 dan Ritcher, 1999).
B. Anatomi Fisiologi
keadaan yang paling lebar) pada orang dewasa. Esofagus dimulai dari batas bawah
thoracal dan pars abdominal. Esofagus kemudian akan berakhir di orifisium kardia
gaster setinggi vertebra thoracal XI. Terdapat empat penyempitan fisiologis pada
aorta (arkus aorta), penyempitan pada persilangan bronkus kiri, dan penyempitan
Dinding esophagus terdiri dari 3 lapisan yaitu mukosa yang merupakan epitel
skuamosa, submukosa yang terbuat dari jaringan fibrosa elastic dan merupakan
lapisan yang terkuat dari dinding esophagus, otot-otot esophagus yang terdiri dari otot
sirkuler bagian dalam dan longitudinal bagian luar dimana ⅔ bagian atas dari
esophagus merupakan otot skelet dan ⅓ bagian bawahnya merupakan otot polos.
Pada bagian leher, esophagus menerima darah dari arteri karotis intera dan trunkus
darah dari arteri phrenicus inferior, dan bagian yang berdekatan dengan gaster di
suplai oleh arteri gastrica sinistra. Darah dari kapiler-kapiler esophagus akan
berkumpul pada vena esophagus, vena thyroid inferior, vena azygos dan vena gastric
esophageal sphincter (sfingter esophagus atas), suatu cincin otot yang membentuk
bagian atas esophagus dan memisahkan esophagus dengan tenggorokan. Sfingter ini
selalu menutup untuk mencegah makanan dari bagian utama esophagus masuk
kedalam tenggorokan. Bagian utama dari esophagus disebut sebagai badan dari
esophagus, suatu saluran otot yang panjangnya kira-kira 20 cm. Bagian yang ketiga
dari esophagus yaitu lower esophagus yaitu Lower Esophageal Sphincter (sfingter
esophagus bawah), suatu cincin otot yang terletak di pertemuan antara esophagus dan
lambung. Seperti halnya sfingter atas, sfingter bawah selalu menutup untuk mencegah
esophagus. Sfingter bagian atas akan berelaksasi pada proses menelan agar makanan
dan saliva dapat masuk ke dalam bagian atas dari badan esophagus. Kemudian, otot
dari esophagus bagian atas yang terletak dibawah sfingter berkontraksi, menekan
makanan dan saliva lebih jauh kedalam esophagus. Kontraksi yang disebut gerakan
peristaltik ini akan membawah makanan dan saliva untuk turun ke lambung, pada saat
gelombang peristaltik ini sampai pada sfingter bawah, maka akan membuka dan
suatu proses menelan, dimana akan terjadi pembentukkan bolus makanan dengan
ukuran dan konsistensi yang lunak, proses menelan terdiri dari 3 fase, yaitu:
1. Fase oral, makanan dalam bentuk bolus akibat proses mekanik bergerak pada
dorsum lidah menuju orofaring, palatum mole dan bagian atas dinding posterior
faring terangkat.
2. Fase pharyngeal, terjadi reflex menelan (involuntary), faring dan laring bergerak
muskulus thyroid dan muskulus palatofaring. Aditus laring tertutup oleh epiglotis
bawah terbuka dan tertutup kembali saat makanan sudah lewat (Seopardi, 2001).
C. Etiologi
Penyebab dari akalasia tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat bukti bahwa
1. Akalasia primer (yang paling sering ditemukan), penyebab yang jelas tidak
a) Teori genetic
Temuan kasus akalasia pada beberapa orang dalam satu kasus keluarga telah
b) Teori infeksi
zat-zat toksik (gas kombat), trauma esophagus dan iskemik esophagus uterine
pada saat rotasi saluran pencernaan intra uterine. Bukti yang paling kuat
pencernaan dimana otot polos ditutupi oleh epitel sel skuamosa yang
2001).
c) Teori autoimun
Penemuan teori autoimun untuk akalasia diambil dari beberapa sumber yaitu:
prevalasi tertinggi dari antigen kelas II, yang diketahui berhubungan dengan
2001).
d) Teori degeneratif
proses penuaan dengan status neurologi atau penyakit psikis, seperti penyakit
D. Patofisiologi
Kontraksi dan relaksasi sfingter esophagus bagian bawah diatur oleh neurotransmitter
seperti nitrit oxyde dan vasoactive intestinal peptide (VIP), (Sawyer, 2007).
esophagus bawah (SEB) istirahat jauh di atas normal dan gagalnya SEB untuk
20 mmHg. Pada akalasi tekanan SEB meningkat sekitar dua kali lipat atau kurang
E. Manifestasi Klinis
7. Ruptur esophagus
F. Kompikasi
Beberapa komplikasi dan akalasia sebagai akibat an retensi makanan paa esophagus
2. Bronkhitis
3. Pneumonia aspirasi
4. Abses paru
5. Diventrikulum
6. Perforasi esophagus
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan radiologik
pada bagian atas dari gaster, dapat juga menunjukkan gambaran air fluid level
2. Pemeriksaan Esofagoskopi
karena beberapa alasan yaitu untuk menentukan adanya esofagitis retensi dan
pemeriksaan ini, tampak pelebaran lumen esophagus dengan bagian distal yang
menyempit, terdapat sisa-sisa makanan dan cairan di bagian proksimal dari daerah
1994).
3. Pemeriksaan Manometrik
mulut atau hidung. Pada akalasia yang di nilai adalah fungsi motorik badan
esophagus dan sfingter esophagus bawah. Pada badan esophagus di nilai tekanan
yang khas adalah tekanan istirahat badan esophagus meningkat, tidak terdapat
sfingter esophagus bagian bawah normal atau meninggi dan tidak tejadi relaksasi
H. Penatalaksaan
a. Terapi medikasi
dan juga methacholin dapat membuat sfingter esophagus bawah relaksasi dan
membantu membedakan antara suatu striktur esophagus distal dan suatu kontraksi
esophagus bawah. Selain itu, dapat juga diberikan calcium channel blockers
pelepsan asetikolin pada bagian sfingter esophagus bawah, yang kemudian akan
aquamocolumnar junction.
2. Terapi Bedah
prosedur pilihan untuk akalasia esophagus. Operasi ini terdiri dari sutu pemisahan
serat otot (misalnya miotomi) dari sfingter esophagus bawah 5 cm dan bagian
refluks.
PATHWAY
Autoimun
Degenerasi saraf
Aperistaltik
Sulit menelan
Akalasia
Makanan tertahan di
esofagus
A. Pengkajian
pengkajian, skrining untuk menilai suatu keadaan normal atau abnormal, kemudian
berfokus pada masalah atau resiko. Pengkajian harus dilakukan dengan dua tahap
1. Keluhan utama
Pengkajian keperawatan nyeri saat menelan, nyeri dada, pusing dan tegang pada
leher
Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah riwayat keluarga. Faktor gen
b. Pemeriksaan Fisik
B. Diagnosa Keperawatan
individu, keluarga atau komunitas pada masalah kesehatan, pada resiko masalah
mencapai kesehatan optimal (PPNI, SDKI 2016). Diagnosa yang mungkin muncul
C. Intervensi
perumusan tujuan, rencana tindakan dan penilaian asuhan keperaawatan pada pasien
D. Implementasi Evaluasi
E. Evaluasi Keperawatan
yang telah ditentukan, untuk mengetahui npemenuhan kebutuhan klien secara optimal
I. BIODATA
A. Identitas Klien
4. Agama/keyakinan : Islam
5. Suku/bangsa : Makassar/Indonesia
7. Pekerjaan : IRT
8. No. RM : 00998901
1. Nama : Ny. E
2. Usia : 31 tahun
4. Pekerjaan : Wiraswasta
Pada saat dikaji tanggal 30 Januari 2023, klien mengatakan nyeri saat menelan
menelan, nyeri dada dan nyeri ulu hati dan disertai dengan nyeri pinggul
dengan hilang timbul dengan durasi ± 1-4 menit, dengan skala nyeri 7 (0 -10)
Klien mengatakan tegang pada leher dan rasa panas seperti terbakar pada
bagian dada, klien juga mengatakan pusing dan merasa lemas dan sedikit
sesak. Keadaan umum klien tampak lemah, tampak meringis, wajah tampak
mengatakan susah tidur karena merasa pusing pada bagian kepala. Pasien juga
makanannya, serta merasa mual. Hal yang memperberat klien kondisi klien
ketika klien beraktivitas, dan hal yang memperingan kondisi klien ketika klien
beristirahat.
menelan, nyeri dada dan nyeri ulu hati. Karena keluhan yang dirasakan tak
2023.
Diagnosa medik
Akalasia esophagus
yang lalu.
Klien tidak memiliki alergi baik terhadap makanan, obat-obatan, debu dan
bulu binatang.
akalasia esophagus
keturunan.
Genogram:
G1….
X X X X
X
BBX
G2….
? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?
??
G3…. 40 34 31 30
Keterangan :
: Klien X : Meninggal
Kesimpulan :
G1 : Kakek dan nenek dari pihak ayah dan ibu sudah meninggal semua dan tidak diketahui
penyebabnya. Kakek dan nenek klien tidak memiliki riwayat penyakit akalasia esophagus.
G2 : Ayah dan ibu klien masih hidup, kedua orang tua klien tidak memiliki riwayat penyakit
G3 : Klien anak kedua dari empat bersaudara, saudara klien tidak memiliki riwayat penyakit
selama proses perawatan di RS. Klien mengatakan pasti bisa sembuh dari
B. Pola Kognitif
C. Pola Koping
D. Pola Interaksi
Sumber kekuatan klien adalah Allah SWT, klien selalu berdoa diatas tempat tidur.
B. Dukungan Keluarga
Klien mengatakan keluarga selalu mendukungnya, baik dukungan doa,
pendampingan dan dukungan lainnya. Keluarga selalu ada menjaga dan merawat
C. Ritual
V. PEMERIKSAAN FISIK
B. Tanda-Tanda Vital
C. Sistem Pernapasan
D. Sistem Cardiovaskular
E. Sistem Pencernaan
F. Sistem Indera
G. Sistem Saraf
1. Fungsi serebral
a. Status mental
Orientasi waktu : klien mengetahui hari ini (senin).
Orientasi orang : klien dapat membedakan orang di sekitarnya dan
mengetahui nama keluarganya dengan baik.
Orientasi tempat : klien dapat mengetahui bahwa ia sekarang berada di
rumah sakit.
b. Kesadaran composmentis GCS 15 (E:4, M:5, V:6).
c. Gaya bicara interaktif, klien dapat mengungkapkan penyebab penyakitnya
dengan baik.
2. Fungsi Cranial
I. Sistem Integumen
1. Rambut : warna hitam, tidak terdapat ketombe, tidak mudah tercabut
2. Kulit : warna sawo matang, turgor kulit elastic, lembab, penyebaran bulu
kulit merata, kulit bersih.
3. Kuku : warna agak pucat, tidak mudah patah, kuku patah dan bersih,
permukaan datar CRT ˂ 2 detik.
J. Sistem Endokrin
Riwayat bekas air seni tidak dikelilingi selimut.
K. Sistem Perkemihan
Inspeksi : warna urine jernih, tidak terpasang kateter urine.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada saluran kemih, klien tidak memiliki
penyakit kelamin
L. Sistem Reproduksi
Tidak terpasang kateter
M. Sistem Imun
Tidak ada riwayat alergi makanan, cuaca, obat-obat, debu, bulu binatang, dan
lain-lain.
VI. AKTIVITAS SEHARI-HARI
1. Nutrisi
2. Cairan
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
Jenis minuman Air putih, the Air putih
Frekuensi minum 5 – 8 gelas/hari 1 – 2 gelas/hari
Cara pemenuhan Oral Oral
4. Istirahat Tidur
5. Olaharga
6. Personal Hygine
7. Aktivitas Sehari-Hari
1. Pemeriksaan Lab
No. RM : 998901
DO : Aperistaltik
Ku : Lemah
Tekanan esophagus atas
Klien tampak
meningkat
meringis
Skala nyeri 7 (0- Sfingter esophagus bawah gagal
10) NRS relaksasi
TTV:
TD = 120/70 Sulit menelan
N = 80x/menit
P = 24 x/menit Akalasia
S 36.5 °C
Makanan tertahan di esophagus
Muntah
Nyeri Akut
Sulit menelan
Akalasia
Muntah
DIAGNOSA KEPERAWATAN
(CP.2)
Nama Pasien : Ny. E
No. RM : 998901
Ruang Rawat : Lontara 1 Belakang