Proposal Penelitian
Oleh:
Rizki Maulana Rikmanda
NIM. 302017063
SARJANA KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas ridho dan
rahmat-Nya yang maha besar penulis dapat menyelesaikan tugas akhir penelitian ini
yang berjudul “Analisa Pemberian Koping Dalam Tingkat Stress Pada Perawat Di
Rumah Sakit Al-Islam Bandung”.
Dalam menyelesaikan proposal ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang
penulis jumpai, namun puji dan syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah-Nya
serta kesungguhan yang disertai bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara
langsung maupun tidak langsung, segala kesulitan dapat diatasi dengan sebaik-baiknya
yang pada akhirnya proposal penelitian ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata kesempurnaan, hal ini tidak lepas dari terbatasnya
pengetahuan dan wawasan yang penulis miliki, serta sarana dan prasarana lain yang
menunjang laporan penelitian ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran membangun untuk kesempurnaan penelitian ini dan sebagai perbaikan
penelitian dimasa yang akan datang.
Karyawan adalah salah satu sumber daya penting dalam kehidupan perusahaan.
Meskipun memiliki sarana dan prasarana yang baik, namun jika perusahaan tidak
memiliki karyawan yang memiliki kompetensi maka akan sulit bagi perusahaan untuk
bersaing dengan pesaing-pesaing potensial.
Stress yang tinggi dan ditambah dengan motivasi yang rendah akan
menimbulkan ketidakpuasan. Ketidakpuasan karyawan dapat dinyatakan dalam
sejumlah cara (Robbins dan Judge, 2008), antara lain; keluar (exit), yaitu perilaku yang
ditujukan untuk meninggalkan organisasi, termasuk mencari posisi baru dan
mengundurkan diri, aspirasi (voice), yaitu secara aktif dan konstruktif berusaha
memperbaiki kondisi, termasuk menyarankan perbaikan, mendiskusikan permasalahan
dengan atasan, dan beberapa bentuk aktivitas serikat kerja, kesetiaan (loyalty), yaitu
secara pasif tetapi optimistis menunggu membaiknya kondisi, termasuk membela
organisasi ketika berhadapan dengan kecaman eksternal dan mempercayai organisasi
dan manajemennya untuk ”melakukan hal yang benar”, dan pengabaian (neglect), yaitu
secara pasif membiarkan kondisi menjadi lebih buruk, termasuk ketidakhadiran atau
keterlambatan yang terus-menerus, menurunnya kinerja karyawan, dan meningkatnya
tingkat kesalahan.
Pada umumnya stress dipandang sebagai kondisi negatif. Namun stress dalam
tingkatan tertentu, dapat memicu kinerja karyawan menjadi lebih baik badan tidak
cukup, berlebihan, atausalah, maka reaksi fisik tersebut akan menimbulkan penyakit.
Masalah kesehatan fisik muncul akibat factor emosi yang disebabkan oleh stress kerja
seperti tekanan darah tinggi, bisul, Gangguan hati, radang sendi, penyakit kulit, alergi,
sakit kepala, sakit punggung, serta kanker. Stress juga memiliki hubungan terhadap
beberapa kasus infeksi berbagai penyakit karena penurunan system pertahanan tubuh
seseorang.
Hasil yang sama didapatkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Rebekah K.
Hersch (2016) penelitian ini menjanjikan untuk penggunaan BREATHE (atau program
serupa) bebasis web sebagai intervensi untuk membantu perawat mendapatkan
informasi dan keterampilan yang mereka butuhkan untuk mengelola banyak stressor
terkait dengan keperawatan. Hassan Al-Takroni (2018) dari penelitian bahwa mayoritas
perawat yang berpartisipasi dalam penelitian ini rata-rata puas dalam pekerjaan mereka.
Oleh karena itu, administrasi membutuhkan lebih banyak intervensi untuk membangun
kepuasan staf perawat. Paul Ratanasiripong (2015) dari penelitian ini adalah temuan ini
mendukung penggunaan dua intervensi sebagai alat koping yang memungkinkan bagi
siswa untuk mengelola stress dan -kecemasan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah di uraikan diatas, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu
a. Bagaimana gambaran stress perawat Rumah Sakit Al-Islam Bandung
yang di ukur menggunakan instrument NASA-TLX ?
b. Bagaimana gambaran beban kerja fisik perawat Rumah Sakit Al-
Islam Bandung yang di ukur menggunakan instrument Time and
Motion study ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus merupakan sesuatu yang ingin dicapai dari penilitian. Adapun
tujuan penilitian ini sebagai berikut:
a. Untuk menggambarkan beban kerja stress perawat RS Al-Islam Bandung
b. Untuk menggambarkan beban kerja fisik perawat RS Al-Islam Bandung
D. Sistematika Penulisan
Dalam pembahasan penelitian ini yang berjudul “Analisa Pemberian Koping
Dalam Tingkat Stress Pada Perawat Di Rumah Sakit Al-Islam Bandung”
peneliti membagi dalam 3 bab, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini membahas tentang latar belakang penelitian, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika pembahasan.
3. Konflik
Konflik terjadi ketika individu berada dalam tekanan dan merespon
langsung terhadap dua atau lebih dorongan, juga munculnya dua kebutuhan
maupun motif yang berbeda dalam waktu bersamaan. Ada 3 jenis konflik yaitu:
a. Approach-approach conflict, terjadi apabila individu harus
memilih satu diantara dua alternatif yang sama-sama disukai,
misalnya saja seseorang yang sulit menentukan keputusan diantra
dua pilihan karir yang sama-sama diinginkan. Stres muncul
akibat hilangnya kesempatan untuk menikmati alternatif yang
tidak diambil. Jenis konflik ini biasanya sangat mudah dan cepat
diselesaikan.
b. Avoidance-avoidance conflict, terjadi bila individu diharapkan
pada dua pilihan yang sama-sama tidak disenangi, misalnya
wanita muda yang hamil diluar nikah, di satu sisi ia tidak ingin
aborsi tapi disisi lain ia belum mampu secara mental dan finansial
untuk membesarkan anaknya nanti. Konflik jenis ini lebih sulit
diputuskan dan memerlukan lebih banyak tenaga dan waktu
untuk menyelesaikannya karena masing-masing alternatif
memiliki konsekuensi yang tidak menyenangkan.
c. Approach-avoidance conflict, addalah situasi dimana individu
merasa tertarik sekaligus tidak menyukai atau ingi menghindar
dari seseorang atau suatu objek yang sama, misalnya seseorang
yang berniat berhenti merokok, karena khawatir merusak
kesehatannya tetapi ia tidak dapat membayangkan sisa hidupnya
kelak tanpa rokok.
4. Krisis
Krisis yaitu keadaan yang mendadak, yang menimbulkan stres pada
individu, misalnya kematian orang yang disayang kecelakaan dan penyakiat
yang harus segera di operasi.(Sunaryo, 2004)
2) Stres tahap II
Dalam tahapan ini dampak/respon terhadap stresor yang semula
menyenangkan sebagaimana diuraikan pada tahap I di atas mulai menghilang
dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi yang
tidak lagi cukup sepanjang hari, karena tidak cukup waktu untuk beristirahat.
Istirahat yang dimaksud antara lain dengan tidur yang cukup, bermanfaat untuk
mengisi atau memulihkan cadangan energi yang mengalami defisit. Keluhan-
keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berada pada stres tahap
II adalah sebagai berikut:
a. Merasa letih sewaktu bangun pagi yang seharusnya merasa
segar
b. Merasa mudah lelah sesudah makan siang
c. Lekas merasa lelah menjelang sore hari
d. Sering mengeluh lambung/perut tidak nyaman (bowel
discomfort)
e. Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar)
f. Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang
g. Tidak bisa santai.
3) Stres Tahap III
Apabila seseorang tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa
menghiraukan keluhan-keluhan pada stres tahap II, maka akan menunjukkan
keluhan-keluhan yang semakin nyata dan mengganggu, yaitu:
a. Gangguan lambung dan usus semakin nyata; misalnya keluhan
maag, buang air besar tidak teratur (diare)
b. Ketegangan otot-otot semakin terasa
c. Perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional semakin
meningkat
d. Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk mulai
masuk tidur (early insomnia) atau terbangun tengah malam dan
sukar kembali tidur (middle insomnia) atau bangun terlalu pagi
atau dini hari dan tidak dapat kembali tidur (late insomnia)
e. Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa akan jatuh dan serasa
mau pingsan). Pada tahapan ini seseorang sudah harus
berkonsultasi pada dokter untuk memperoleh terapi, atau bisa
juga beban stres hendaknya dikurangi dan tubuh memperoleh
kesempatan untuk beristirahat guna menambah suplai energi
yang mengalami defisit.
4) Stres Tahap IV
Gejala stres tahap IV, akan muncul:
a. Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit
b. Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah
diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit
c. Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan
kemampuan untuk merespons secara memadai (adequate)
d. Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari
e. Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang
menegangkan. Seringkali menolak ajakan (negativism) karena
tiada semangat dan kegairahan
f. Daya konsentrasi daya ingat menurun
g. Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat
dijelaskan apa penyebabnya.
5) Stres Tahap V
Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres tahap
V, yang ditandai dengan hal-hal sebagai berikut:
a. Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical
dan psychological exhaustion)
b. Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari
yang ringan dan sederhana
c. Gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastrointestinal
disorder)
d. Timbul perasaan ketakutan, kecemasan yang semakin
meningkat, mudah bingung dan panik.
6) Stres Tahap VI
Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami serangan
panik (panic attack) dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang yang
mengalami stres tahap VI ini berulang dibawa ke Unit Gawat Darurat bahkan
ICCU, meskipun pada akhirnya dipulangkan karena tidak ditemukan kelainan
fisik organ tubuh.
Gambaran stres tahap VI ini adalah sebagai berikut:
a. Debaran jantung teramat keras
b. Susah bernapas (sesak napas)
c. Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran
d. Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan
e. Pingsan atau kolaps (collapse).
Bila dikaji maka keluhan atau gejala sebagaimana digambarkan di atas
lebih didominasi oleh keluhan-keluhan fisik yang disebabkan oleh gangguan
faal (fungsional) organ tubuh, sebagai akibat stresor psikososial yang melebihi
kemampuan seseorang untuk mengatasinya.
6. Bentuk Reaksi Individu Terhadap Stres
a) Fisiologis
Walter Canon memberikan deskripsi mengenai bagaimana reaksi tubuh
terhadap suatu peristiwa yang mengancam. Ia menyebut reaksi tersebut sebagai
fight-or-fight response karena respon fisiologis mempersiapkan individu dapat
berespon dengan cepat terhadap situasi yang mengancam. Akan tetapi bila
aurosal yang tinggi terus menerus muncul dapat membahayakan kesehatan
individu.(Sarafino, 1994)
Selye mempelajari akibat yang diperoleh bila stresor terus menerus
muncul. Ia kemudian mengemukakan istilah general adaptation syndrome
(GAS) yang terdiri dari rangkaian tahapan reaksi fisiologis terhadap stresor.
1. Alarm Reaction
Tahapan pertama ini mirip dengan fight-or-fight response. Pada
tahap ini aurosal yang terjadi pada tubuh organisme terhadap
stresor. Tapi tubuh tidak dapat mempertahankan intensitas
aurosal dari alarm reaction dalam waktu yang sangat lama.
2. Stage of Resistance
Aurosal masih tinggi, tubuh masih terus bertahan untuk
melawann dan beradaptasi dengan stresor. Respon fisiologis
menurun, tetapi masih tetap lebih tinggi di bandingkan dengan
kondisi normal.
3. Stage of exhaustion
Respon fisiologis masih terus berlangsung. Hal ini dapat
melemahkan sistem kekebalan tubuh dan menguras energi tubuh.
Sehingga terjadi kelelahan pada tubuh. Stresor yang terus terjadi
akan mengakibatkan penyakit dan kerusakan fisiologis dan dapat
menyebabkan kematian.(Hasan, 2008)
b) Psikologis
Reaksi piskologis terhadap stres meliputi:
1. Kognisi
Menurut Cohen Stres dapat melemahkan ingatan dan perhatian dalam
aktivitas kognitif.(Ibid)
Stresor berupa kebisingan dapat menyebabkan defisit kognitif pada anak-
anak. Kognisi juga dapat berpengauh dalam stres. Baum mengatakan bahwa
individu yang terus menerus memikirkan stresor dapat menimbulkan stres yang
lebih parah terhadap stresor.
2. Emosi
Emosi cenderung terkait dengan stres. Individu sering menggunakan
keadaan emosionalnya untuk mengevaluasi stres. Proses penilaian kognitif
dapat mempengaruhi stres dan pengalaman emosional. Reaksi emosional
terhadap stres yaitu rasa takut, phobia,kecemasan, depresi, perasaan sedih, dan
rasa marah.
3. Perilaku Sosial
Stres dapat mengubah perilaku individu terhadap orang lain. Individu
dapat berperilaku menjadi positif maupun negatif. Stres juga dapat
mempegaruhi perilaku membantu pada individu. Potensi respon perilaku yang
hampir tak terbatas, tergantung pada sifat dari peristiwa stres. aksi
konfrontatifterhadap stressor (fight) dan penarikan dari kejadian yang
mengancam merupakan (Flight) dua kategori umum respon perilaku. (Taylor,
2003)
7. Kesimpulan
Bentuk reaksi stres adalah bentuk reaksi individu terhadap keadaan yang
disebabkan oleh adanya tuntutan internal maupun eksternal (stimulus) yang
dapat membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu
akan bereaksi baik secara fisiologis maupun secara psikologis (respon). Bentuk
reaksi psikologis di bagi menjadi 3 yaitu bentuk reaksi kognitif, emosi dan juga
perilaku sosial.
8. Perspektif Islam Tentang Stres
Dunia modern ditandai dengan capaian-capai luar biasa dibidang
teknologi, komunikasi, dan informasi. Dengan semuakemudahan itu manusia
tidak lagi kesulitan untuk memeproleh ilmu dan wawasan. Seharusnya, dengan
sarana-sarana kemudahan yang ada, manusia modern bisa hidup lebih
tenteram, damai, dan sejahtera. Betapa tidak, setip pengetahuan yang
dibutuhkan untuk meraih impian itu mudah diperoleh. Namun yang terjadi
justru sebaliknya, ilmu pengetahuan semakin melimpah ruah, namun problem
stres justru lebih melimpah dari itu.
Kemajuan dunia modern lebih terfokus pada kemajuan-kemajuan
dibidang materi, sedang sektor spiritual manusia terabaikan. Realitas ini sangat
terlihat dengan semakin banyaknya manusia-manusia yang bertubuh
gemuk,melebihi kewajaran. Pada saat yang sama, orang-orang subur itu
membawa potensi penyakit yang sangat banyak, mulai dari jantung, darah
tinggi, diabetes,stroke, asam urat, dan lain-lain. Mustahil manusia akan
mengejar kegemukan tubuh, jika sejak semula hatinya berada dalam
ketenteraman. Al-Quran telah menggunakan permisalan yang memakai prinsip
mekanika beban untuk menggambarkan masalah yang dihadapi manusia.
Prinsip mekanika beban merupakan konstruk awal yang melahirkan penelitian
mendalam tentang stres. Secara keseluruhan surat Al-Qur’an yang membahas
konsep beban dalam masalah manusia ini berbunyi:
Dan kamu mengira mereka itu bangun, Padahal mereka tidur; dan Kami
balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka
mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua. dan jika kamu
menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan
melarikan diri dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi oleh ketakutan terhadap
mereka.(QS. Al-Kahfi [18]: 18). (Hasan, 2008)
Stres dapat terjadi karena perubahan tertentu dalam hidup. Dalam hal ini
seseorang tidak mampu untuk memnyesuaikan diri terhadap rasa kehilangan,
baik dalam kejadian besar yang bersifat tiba-tiba, seperti bencana alam, atau
kehilangan hal yang berharga dalam kehidupan, seperti kehilangan orang-orang
yang dicintai.
Dalam ajaran islam, segala harta benda dan kehidupan merupakan milik
Allah. Segalanya dari Allah dan kembali kepada-Nya.
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang
apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi
raaji'uun". mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan
rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat
petunjuk. (QS Al-Baqarah [2]: 155-157). (Hasan, 2008)
Stres dapat timbul karena seseorang menghadapi situasi yang
menegangkan berulang-ulang. Baik karena sesuatu yang sudah diperhitungkan
(stres kronik) atau berupa kejadian sehari-hari yang tak terrdugan (keruwetan
hidup), dimana seseorang tidak memiliki penyesuaian diri yang dibutuhkan.
Islam mengajarkan bahwa kehidupan seseorang telah diatur takdirnya. Umat
islam wajib beriman pada nasib (qada) dan ketentuannya (qadar). Stres dapat
timbul karena seseorang tidak mampu menerima kebenaran atau kenyataan.
Menurut ajaran islam, kejujuran kepada Allah merupakan sesuatu yang penting
dilakukan.(Ibid)
B. Konsep beban kerja
Beban kerja adalah sejumlah kegiatan yang harus dilakukan dan diselesaikan
disuatu unit organisasi dalam waktu yang telah ditentukan. Beban kerja juga merupakan
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan (Rusda & Dini, 2017).
Beban kerja menurut Kurnia (2010) dalam (Rusda & Dini, 2017) yaitu proses
analisa terhadap waktu yang digunakan oleh individu maupun kelompok dalam
melaksanakan pekerjaan (jabatan) atau kelompok jabatan (unit kerja) yang dilakukan
pada waktu yang normal.
Beban kerja perawat yang tinggi dapat berdampak pada komunikasi antara
perawat dengan pasien menjadi buruk, tidak lancar, dapat juga berdampak pada
kegagalan kolaborasi antara sesama tenaga medis salah satunya yaitu perawat dengan
dokter kemudian dapat mengakibatkan ketidakpuasan kerja (Ekawati, 2018)
Beban kerja perawat dapat dilihat dari aspek seperti tugas yang dijalankan
berdasarkan fungsi utama dan fungsi tambahan yang dikerjakan, jumlah pasien yang
dirawat per hari, per bulan dan per tahun, kondisi pasien, rata-rata pasien dirawat,
tindakan langsung dan tidak langsung yang dibutuhkan pasien, frekuensi masing-
masing tindakan yang diperlukan dan rata-rata waktu yang dibutuhkan dalam
melaksanakan tindakan (Nursalam, 2014).
Pengertian beban kerja dalam dilihat dari dua sudut pandang, yaitu secara
subyektif dan obyektif. Beban kerja secara obyektif adalah keseluruhan waktu yang
dipakai atau jumlah aktivitas yang dilakukan. Beban kerja subyektif meliputi persepsi
beban fisik, beban sosial dan beban mental (Trihasturi et al., 2016).
Perkiraan beban kerja perawat disuatu unit setiap hari, bulan, dan tahun, harus
memiliki data beberapa waktu tindakan yang dibutuhkan oleh pasien, serta rata-rata
waktu yang dibutuhkan dalam memberika pelayanan keperawatan. Supaya lebih mudah
maka kegiatan keperawatan dikelompokkan sesuai dengan kegiatan keperawatan
(Ekawati, 2018)
1. Kegiatan keperawatan
a. Kegiatan keperawatan secara langsung
Kegiatan keperawatan langsung merupakan kegiatan yang berfokus pada pasien
serta keluarga pasien, seperti : memeriksa kondisi pasien, melakukan pengkajian dan
komunikasi dengan pasien serta keluarga, mengukur TTV, membantu eliminasi pasien,
memberikan nutrisi kepada pasien.
b. Kegiatan keperawatan secara tidak langsung
Kegiatan keperawatan secara tidak langsung merupakan suatu tindakan yang
tidak secara langsung berhubungan dengan pasien atau kontak dengan pasien, seperti :
mengisi asuhan keperawatan, membuat diagnosa keperawatan, melakukan kolaborasi
dengan dokter dll.
b. NASA- TLX
Metode ini dikembangkan pada 1981, disebabkan oleh munculnya kebutuhan
pengukuran beban kerja mental secara subjektif, tedapat 9 faktor yaitu; kesulitan tugas,
tekanan waktu, jenis aktivitas, usah fisik, usaha mental. Performansi, frustasi stress dan
kelelahan. Dari ke 9 faktor ini maka disederhanakan menjadi 6 faktor yaitu : Mental
Demand (MD), Phsysical Demand (PD), Temporal Demand (TD), Performance (OP),
Effort (EF), dan Frustration (FR). Berikut penjelasan mengenai 6 indikator NASA-TLX
Menurut Hancock & Meshkati (1988) dalam (Subantoro, 2018):
a) Mental Demand (MD)
2) Pembobotan
Responden/pekerja diminta untuk membandingkan dua dimensi (deskriptor) yang
berbeda dengan metode perbandingan berpasangan, terdiri dari 15 perbandingan. Dari
dua indikator tersebut mana yang lebih dominan dirasakan menimbulkan beban kerja
mental terhadap pekerjaan. Dari kuesioner itu dihitung jumlah tally dari setiap indikator
yang dirasakan paling berpengaruh. Jumlah tally ini kemudian akan menjadi bobot
untuk setiap indikator beban mental.
3) Pemberian Ratings
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 10
d. Performance (OP)
Seberapa berhasilkah anda menyelesaikan pekerjaan anda?
Sangat rendah sangat tinggi
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
e. Effort (EF)
Sekeras apa usaha anda dalam mencapai performansi anda?
Sangat rendah sangat tinggi
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
4) Perhitungan
a. Skor akhir beban mental didapat dengan mengalikan rating setiap bobot faktor
untuk masing-masing dekskriptor. Kemudian didapatkan 6 nilai produk untuk 6
indikator yaitu Mental Demand,Phisical Demand, Temporal Demand, Own
Performance Frustation Level dan Effort.
b. Menghitung wiighted workload (WWL), diperoleh dengan cara menjumlahkan
keenam nilai produk
WWL = ∑ produk
c. Menghitung rata-rata WWL
Rata-rata WWL diperoleh dengan cara membagi WWL dengan bobot total
5) Interpretasi hasil nilai skor
Berdasarkan penjelasan Hart dan Staveland (1981) dalam metode NASA-TLX, skor
beban kerja yang didapatkan terbagi dalam tiga bagian yaitu > 80 menyatakan beban
kerja berat, nilai 50-80 menyatakan beban kerja sedang dan nilai <50 menyatakan beban
kerja ringan.
4. Dampak Beban Kerja
Dampak beban kerja yang berlebih akan menimbulkan kelelahan fisik atau
mental atau keduanya dan tampil dalam bentuk reaksi emosional. Salah satu
penyebab stres dari luar individu adalah beban kerja, yakni keadaan individu
mendapatkan tekanan berat akibat tuntutan dan desakkan yang terkait dengan
pekerjaan.
Menurut Hancock & Meshkati (1988) dalam (Subantoro, 2018) dampak beban
kerja secara mental, adalah sebagai berikut :
a. Gejala fisik
Gejala fisik yang mungkin muncul yaitu sakit kepala, mudah terkejut, sakit perut,
gangguan pola tidur, lemah, napsu makan menurun, dan sebagainya.
b. Gejala mental
Gejala mental yang mungkin muncul yaitu sulit untuk berkonsentrasi, mudah lupa,
cemas, gelisah, putus asa, mudah tersinggung.
c. Gejala sosial dan perilaku
Gejala sosial dan perilaku yang mungkin muncul yaitu menarik diri, menghindar,
minum alkohol, dan sebagainya.
B. Variabel Penelitian
1. Definisi Konseptual
2. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan suatu definisi dengan cara mengubah konsep
yang akan diteliti dengan kata-kata yang dapat menggambarkan perilaku yang
dapat diamati dan dapat diuji, sehingga peneliti dapat mengobservasi suatu
gejala atau objek (Budiantara & Zulfikar, 2014).
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan sekumpulan obyek maupun subjek di dalam wilayah
yang mempunyai kualitas serta karakteristik yang telah ditetapkan oleh peneliti
untuk diteliti dan dipelajari serta ditarik kesimpulannya (sugiyono, 2016).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat di Rumah Sakit Al-Islam
Bandung, jumlah populasi dari 3 ruangan rawat inap dewasa sebanyak 80
orang perawat. Dengan kriteria sebagai berikut :
Kriteria inklusi:
b. Perawat rawat inap dewasa.
c. Perawat yang sudah melalui masa orientasi
d. Bersedia menjadi responden
Kriteria eksklusi:
a. Kepala ruangan
b. Perawat yang sedang melakukan study
c. Perawat yang sedang mengambil cuti pada saat pengambilan data
d. Perawat yang sedang sakit pada saat pengambilan data.
2. Sampel
Sampel yaitu sejumlah karakteristik yang dimiliki populasi untuk
digunakan didalam penelitian. Apabila populasi besar, peniliti tidak mungkin
mengambil semua dikarenakan keterbatasan waktu, tenaga, dan dana, maka
peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil di dalam populasi sesuai
dengan karakteristik yang telah ditetapkan peneliti (Sujarweni, 2015).
Untuk sampel penelitian dengan NASA-TLX diambil dari populasi
sebanyak 80 orang perawat, dengan menggunakan teknik total sampling. Untuk
sampel penelitian dengan Time and Motion Study menggunakan tehnik cluster
sampling. Sebanyak 1 orang perawat dalam satu ruangan yang bersedia menjadi
responden di observasi selama 3 shift yaitu shift pagi, siang, dan malam
D. Teknik Pengolahan Data
1. Sumber data
Pada penelitian ini data yang digunakan adalah data primer. Data primer dalam
penelitian ini diperoleh dengan instrument NASA-TLX melalui pengisian
formulir pada responden dan melalui observasi dengan metode Time and
Motion Study.
2. Instrument penelitian
Penelitian ini menggunakan instrument formulir data karakteristik responden.
Untuk mengukur beban kerja objektif menggunakan formulir Time and Motion
Study serta jam digital atau stopwatch. Sedangkan kuesioner instrument
NASA-TLX untuk mengukur beban kerja mental secara subjektif.
Ibid
Rebekah K. Hersch, Ph.D, Diane K. Deitz, Ph.D, Royer F. Cook, Ph.D, Seth
Kaplan, Ph.D, Daniel Hughes, Ph.D, Mary Ann Friesen, Ph.D., RN, Maria
Vezina, Ed.D., RN, 2016. Reducing Nurses’ Stress: A Randomized
Controlled Trial of a Web-Based Stress Management Program for Nurses.
Appl Nurs Res . 2016 November ; 32: 18–25.
doi:10.1016/j.apnr.2016.04.003.
Rusda, I., & Dini, carollina arimbi. (2017). Analisis Pengaruh Beban Kerja
Terhadap Kinerja Karyawan Operator Pada PT GIKEN PRECISION
INDONESIA. Jurnal Inovasi Dan Bisnis, volume 5.
Taylor, Health Psychology, (New York: McGraw Hill, 2003) hal 179