Anda di halaman 1dari 52

ANALISA PEMBERIAN KOPING DALAM TINGKAT STRESS PADA

PERAWAT DI RUMAH SAKIT AL-ISLAM BANDUNG


diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metodologi Penelitian
dosen penngampu Inggriane Puspita Dewi, M.Kep

Proposal Penelitian

Oleh:
Rizki Maulana Rikmanda
NIM. 302017063

SARJANA KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas ridho dan
rahmat-Nya yang maha besar penulis dapat menyelesaikan tugas akhir penelitian ini
yang berjudul “Analisa Pemberian Koping Dalam Tingkat Stress Pada Perawat Di
Rumah Sakit Al-Islam Bandung”.
Dalam menyelesaikan proposal ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang
penulis jumpai, namun puji dan syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah-Nya
serta kesungguhan yang disertai bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara
langsung maupun tidak langsung, segala kesulitan dapat diatasi dengan sebaik-baiknya
yang pada akhirnya proposal penelitian ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata kesempurnaan, hal ini tidak lepas dari terbatasnya
pengetahuan dan wawasan yang penulis miliki, serta sarana dan prasarana lain yang
menunjang laporan penelitian ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran membangun untuk kesempurnaan penelitian ini dan sebagai perbaikan
penelitian dimasa yang akan datang.

Bandung, Juni 2020

Rizki Maulana Rikmanda


DAFTAR ISI
DAFTAR TABLE

Tabel 1.1 Indikator Metode NASA-TLX


Tabel 1.2 Penelitian Relevan
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 skala rating


DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran


BAB 1
PEMDAHULUAN
A. Latar Belakang

Karyawan adalah salah satu sumber daya penting dalam kehidupan perusahaan.
Meskipun memiliki sarana dan prasarana yang baik, namun jika perusahaan tidak
memiliki karyawan yang memiliki kompetensi maka akan sulit bagi perusahaan untuk
bersaing dengan pesaing-pesaing potensial.

Peran karyawan dalam sebuah organisasi perusahaan merupakan faktor yang


sangat vital untuk mencapai dan menjalankan fungsi serta tujuan dari perusahaan.
Karyawan menjadi perencana, pelaksana, dan pengendali yang selalu berperan aktif
dalam mewujudkan tujuan organisasi atau industri. Karyawan sebagai penunjang
tercapainya tujuan, akan tetapi karyawan juga memiliki pikiran, perasaan, dan keinginan
yang mempengaruhi sikap-sikapnya terhadap pekerjaannya. Sikap ini akan menjadi dan
menentukan prestasi kerja, dedikasi, dan kecintaannya dalam pekerjaan yang di
bebankan kepadanya. Sikap-sikap karyawan ini dikenal sebagai kepuasan kerja, stress,
dan frustasi yang di timbulkan oleh pekerjaan, peralatan, lingkungan, kebutuhan dan
sebagainnya.

Stress yang tinggi dan ditambah dengan motivasi yang rendah akan
menimbulkan ketidakpuasan. Ketidakpuasan karyawan dapat dinyatakan dalam
sejumlah cara (Robbins dan Judge, 2008), antara lain; keluar (exit), yaitu perilaku yang
ditujukan untuk meninggalkan organisasi, termasuk mencari posisi baru dan
mengundurkan diri, aspirasi (voice), yaitu secara aktif dan konstruktif berusaha
memperbaiki kondisi, termasuk menyarankan perbaikan, mendiskusikan permasalahan
dengan atasan, dan beberapa bentuk aktivitas serikat kerja, kesetiaan (loyalty), yaitu
secara pasif tetapi optimistis menunggu membaiknya kondisi, termasuk membela
organisasi ketika berhadapan dengan kecaman eksternal dan mempercayai organisasi
dan manajemennya untuk ”melakukan hal yang benar”, dan pengabaian (neglect), yaitu
secara pasif membiarkan kondisi menjadi lebih buruk, termasuk ketidakhadiran atau
keterlambatan yang terus-menerus, menurunnya kinerja karyawan, dan meningkatnya
tingkat kesalahan.

Stress biasanya terlihat pada dampak yang ditimbulkan terhadap seseorang


dibanding apa penyebab stress itu sendiri. Stress dapat berarti bermacam-macam.
Masyarakat awam menggambarkan stress sebagai suatu perasaan tertekan, gelisah, atau
khawatir terhadap sesuatu yang mengganggu pikiran seseorang. National Institute for
Occupational Safety and Health (1999) mendefinisikan Stress kerja sebagai emosi serta
reaksi fisik seseorang yang muncul untuk memenuhi tuntutan kerja yang tidak sesuai
dengan keahlian, keinginan, dan sumberdaya yang dimiliki oleh seseorang. Hal yang
sama dikemukakan oleh Ivancevich, Konopaske, dan Matteson (2005) bahwa stress
merupakan suatu respon adiktif yang dimoderasi oleh perbedaan individu, yang
merupakan konsekuensi dari setiap tindakan , situasi, maupun peristiwa yang
memberikan tuntutan khusus terhadap seseorang.

Pada umumnya stress dipandang sebagai kondisi negatif. Namun stress dalam
tingkatan tertentu, dapat memicu kinerja karyawan menjadi lebih baik badan tidak
cukup, berlebihan, atausalah, maka reaksi fisik tersebut akan menimbulkan penyakit.
Masalah kesehatan fisik muncul akibat factor emosi yang disebabkan oleh stress kerja
seperti tekanan darah tinggi, bisul, Gangguan hati, radang sendi, penyakit kulit, alergi,
sakit kepala, sakit punggung, serta kanker. Stress juga memiliki hubungan terhadap
beberapa kasus infeksi berbagai penyakit karena penurunan system pertahanan tubuh
seseorang.

Dengan melihat dampak-dampak yang ditimbulkan oleh stress baik dampak


positif maupun negatifnya terhadap kinerja karyawan, maka sudah seharusnya stress
kerja mendapat perhatian dalam kehidupan perusahaan. Kekurangan beban pekerjaan
membuat para pekerja mendapatkan zona nyamannya sehingga tingkat stress menurun.
Dengan tingkat stress yang rendah ini maka akan menimbulkan perasaan bosan pada
pekerjaannya, penurunan motivasi, absen, maupun sikap apatis sehingga kinerja
karyawan menjadi rendah. Kinerja karyawan juga menjadi menurun jika mereka
mendapatkan beban berlebih dari pekerjaannya. Namun dengan tingkat stress yang
optimal, maka karyawan akan lebih produktif karena kinerja karyawan menjadi optimal
akibat dari motivasi tinggi, energy tinggi, persepsi yang tajam, serta ketenangan yang
dimiliki oleh karyawan.

Hasil yang sama didapatkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Rebekah K.
Hersch (2016) penelitian ini menjanjikan untuk penggunaan BREATHE (atau program
serupa) bebasis web sebagai intervensi untuk membantu perawat mendapatkan
informasi dan keterampilan yang mereka butuhkan untuk mengelola banyak stressor
terkait dengan keperawatan. Hassan Al-Takroni (2018) dari penelitian bahwa mayoritas
perawat yang berpartisipasi dalam penelitian ini rata-rata puas dalam pekerjaan mereka.
Oleh karena itu, administrasi membutuhkan lebih banyak intervensi untuk membangun
kepuasan staf perawat. Paul Ratanasiripong (2015) dari penelitian ini adalah temuan ini
mendukung penggunaan dua intervensi sebagai alat koping yang memungkinkan bagi
siswa untuk mengelola stress dan -kecemasan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah di uraikan diatas, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu
a. Bagaimana gambaran stress perawat Rumah Sakit Al-Islam Bandung
yang di ukur menggunakan instrument NASA-TLX ?
b. Bagaimana gambaran beban kerja fisik perawat Rumah Sakit Al-
Islam Bandung yang di ukur menggunakan instrument Time and
Motion study ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk Menganalisis Beban Stress Perawat Rumah


Sakit Al-Islam Bandung.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus merupakan sesuatu yang ingin dicapai dari penilitian. Adapun
tujuan penilitian ini sebagai berikut:
a. Untuk menggambarkan beban kerja stress perawat RS Al-Islam Bandung
b. Untuk menggambarkan beban kerja fisik perawat RS Al-Islam Bandung
D. Sistematika Penulisan
Dalam pembahasan penelitian ini yang berjudul “Analisa Pemberian Koping
Dalam Tingkat Stress Pada Perawat Di Rumah Sakit Al-Islam Bandung”
peneliti membagi dalam 3 bab, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini membahas tentang latar belakang penelitian, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika pembahasan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Bab ini berisi landasan teoritis, hasil penelitian yang relevan dan kerangka
pemikiran.

BAB III METODE PENELITIAN


Berisi pemaparan,jenis dan metode penelitian untuk nmencari jawaban
terhadap tujuan penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTARA
A. Konsep stress
1. Pengertian Stres
Stress yang berasal dari bahasa latin strictus, merupakan konsep yang
komplikatif dan terkadang membingungkan. Sekitar tahun 1600-an, Robert
Hooke membuat konsep stres berdasarkan prinsip mekanika dan beban (tenaga
eksternal), stres (daerah yang mendapat tenaga), dan ketegangan
(strain,kerusakan sebagai hasil beban dan stres). Penelitian ilmiah tentang stres
semula dilakukan untuk menguji bagaimana reaksi makhluk hidup
menggunakan sumber dayanya untuk melawan atau lari dari stimulus yang
mengancam, baik menghadapi ketegangan fisik (seperti beban yang di luar
kemampuannya), atau ketegangan psikologis (seperti kesulitan atau emosi
negatif yang dihasilkan dari konflik hubungan sosial).(Hasan, 2010)
Kata stress berasal dari kosakata Bahasa Inggris. Menurut Kamus
Oxford, stress memiliki paling tidak enam pengertian, sesuai penggunaannya
dibidang-bidang yang berbeda. Disana stress diterjemahkan sebagai: (1)
tekanan atau kecemasan yang disebabkan oleh masalah-masalah dalam
kehidupan seseorang; (2) tekanan yang diberikan ke suatu benda yang bisa
merusak benda ituatau menghilangkan bentuknya; (3) kepentingan khusus yang
diarahkan kepadasesuatu; (4) suatu kekuatan ekstra yang dikerahkan ketika
mengucapkan suatukata khusus; (5) suatu kekuatan ekstra yang digunakan
untuk membuat suarakhusus dalam musik; (6) penyakit yang ditimbulkan oleh
kondisi fisik yang terganggu.( Hornby, 1995)
Stres merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari. Sarafino
dalam Smet mendefinisikan stres sebagai suatu kondisi yang disebabkan oleh
transaksi antara individu dengan lingkungan yang menimbulkan jarak antara
tuntutan-tuntutan yang berasal dari berbagai situasi dengan sumber-sumber
daya sistem biologis, psikologis dan sosial seseorang.(Smet, 1994)
Menurut Taylor stres adalah pengalaman emosional negatif yang disertai
dengan perubahan fisiologis, biokimiawi, kognisi, dan perilaku yang bertujuan
untuk mengubah atau menyesuaikan diri terhadap situasi yang menyebabkan
stres.(Taylor, 2003)
Definisi lain diungkapkan oleh Sutherland dan Cooper bahwa stres
adalah pengalaman subjektif yang didasarkan pada persepsi terhadap situasi
yang tidak semata-mata tampak dalam lingkungan.(ibid)
Sedangkan Maramis menyatakan bahwa stres adalah segala masalah atau
tuntutan menyesuaikan diri, yang karena tuntutan itulah individu merasa
terganggu keseimbangan hidupnya.(Maramis, 1994)
Muhammad Surya berpendapat bahwa stres merupakan keadaan dimana
seseorang yang mengalami ketegangan karena adanya kondisi-kondisi yang
mempengaruhi dirinya.(Surya, 2001)
Dalam bukunya Psikologi Klinis Ardani stres adalah tekanan internal
maupun eksternal serta kondisi bermasalah lainnya dalam kehidupan (an
internal and eksternal pressure and other troublesomecondition life).(Ardani,
2007)
Lazarus dalam Hasan mengembangkan teori penilaian kognitif (cognitive
appraisal) untuk memberikan penjelasan tentang stres dalam lingkup yang luas.
Ia memberikan definisi stres yang mencakup berbagai faktor, yang terdiri dari
stimulus, tanggapan, penilaian kognitif terhadap ancaman, gaya pertahanan
(coping styles), perlindungan psikologis dan situasi sosial. Lazarus menilai
bahwa ancaman (threat) merupakan kata kunci dari stres, yang dinilai secara
subjektif ketika seseorang mempersepsikan efek negatif potensial dan stresor.
Dalam teorinya ini, Lazarus mengatakan bahwa terdapat dua tahap penilaian
dari stresor potensial. Penilaian utama (primaryappraisal) merupakan penilaian
pribadi, apakah kejadian memiliki hubungan dan memiliki implikasi negatif.
Penilaian sekunder (secondary appraisal) melibatkan determinasi pribadi,
apakah ia memiliki kemampuan dan sumber daya yang memadai untuk
mengatasi potensi ancaman dan bahaya. Menurut teori ini, seseorang baru
mengalami stres sebagai reaksi setelah penilaian diberikan.(Hasan, 2008)
Lazarus menambahkan bahwa stres terjadi jika pada individuterdapat
tuntutan yang melampaui sumber daya yang dimiliki individu untuk melakukan
adjustment. Adapun yang dimaksud dengan tuntutan adalah segala elemen fisik
maupun psikososial dari situasi, yang ditanggapi melalui tindakan fisik maupun
mental oleh individu sebagai upaya untuk menyesuaikan diri. Stres juga terjadi
apabila terdapat ketidakseimbangan antara tuntutan yang dihadapi oleh
individu dan kemampuan yang dimilikinya.(Ibid)
Berdasarkan berbagai definisi diatas, maka dapat di ambil kesimpulan
bahwa stres adalah keadaan yang disebabkan oleh adanya tuntutan internal
maupun eksternal (stimulus) yang dapat membahayakan, tidak terkendali atau
melebihi kemampuan individu akan bereaksi baik secara fisiologis maupun
secara psikologis (respon) dan melakukan usaha-usaha penyesuaian diri
terhadap situasi tersebut.
2. Penggolongan Stres
Selye dalam Rice menggolongkan stres menjadi dua golongan.
Penggolongan ini didasarkan atas persepsi individu terhadap stres yang
dialaminya:
a. Distress (stres negatif)
Selye menyebutkan distress merupakan stres yang merusak atau bersifat
tidak menyenangkan. Stres dirasakan sebagau suatu keadaan dimana individu
mengalami rasa cemas, ketakutan, khawatir, atau gelisah. Sehingga individu
mengalami keadaan psikologis yang negatif, menyakitkan, dan timbul
keinginan untuk menghindarinya.
b. Eustress (stres positif)
Selye menyebutkan bahwa eustress bersifat menyenangkan dan
merupakan pengalaman yang memuaskan. Hanson mengemukakan frase joy of
stress untuk mengungkapkan hal-hal yang bersifat positif yang timbul dari
adanya stres. Eustress juga dapat meningkatkan motivasi individu untuk
menciptakan sesuatu, misalnya menciptakan karya seni.(Rice, 1993)
Sedangkan variabel yang dapat diidentifikasikan sebagai penyebab
timbulnya stres disebut stressor. Datangnya stressor dapat sendiri-sendiri atau
dapat pula bersamaan.
3. Sumber Stres ( Stresor )
Menurut Sunaryo dalalm Hidayah Stresor adalah semua kondisi
stimulasi yang berbahaya dan menghasilkan reaksi stres, misalnya jumlah
semua respons fisiologis nonspesifik yang menyebabkan kerusakan dalam
sistem biologis. Stress reaction acute (reaksi stres akut) adalah gangguan
sementara yang muncul pada seorang individu tanpa adanya gangguan mental
lain yang jelas, terjadi akibat stres fisik dan atau mental yang sangat berat,
biasanya mereda dalam beberapa jam atau hari. Kerentanan dan kemampuan
koping (coping capacity) seseorang memainkan peranan dalam terjadinya
reaksi stres akut dan keparahannya.(Hidayah, 2008)
Sumber stres dapat berasal dari dalam tubuh dan di luar tubuh, sumber
stres dapat berupa biologik/fisiologik, kimia, psikologik, sosial dan spiritual,
terjadinya stres karena stressor tersebut dirasakan dan dipersepsikan oleh
individu sebagai suatu ancaman sehingga menimbulkan kecemasan yang
merupakan tanda umum dan awal dari gangguan kesehatan fisik dan psikologis
contohnya:
a. Stressor biologik dapat berupa; mikroba; bakteri; virus dan jasad
renik lainnya, hewan, binatang, bermacam tumbuhan dan mahluk
hidup lainnya yang dapat mempengaruhi kesehatan misalnya;
tumbuhnya jerawat (acne), demam, digigit binatang dll, yang
dipersepsikan dapat mengancam konsep diri individu.
b. Stressor fisik dapat berupa; perubahan iklim, alam, suhu, cuaca,
geografi; yang meliputi letak tempat tinggal, domisili, demografi;
berupa jumlah anggota dalam keluarga, nutrisi, radiasi kepadatan
penduduk, imigrasi, kebisingan dll.
c. Stressor kimia; dari dalam tubuh dapat berupa serum darah dan
glukosa sedangkan dari luar tubuh dapat berupa obat,
pengobatan, pemakaian alkohol, nikotin, cafein, polusi udara, gas
beracun, insektisoda, pencemaran lingkungan, bahan-bahan
kosmetika, bahan-bahan pengawet, pewarna dan lain-lain.
d. Stressor sosial psikologik, yaitu labeling (penamaan) dan
prasangka, ketidakpuasan terhadap diri sendiri, kekejaman
(aniaya, perkosaan) konflik peran, percaya diri yang rendah,
perubahan ekonomi, emosi yang negatif, dan kehamilan.
e. Stressor spirital; yaitu adanya persepsi negatif terhadap nilai-nilai
ke Tuhanan.(Rasmun, 2004)
Ada beberapa jenis-jenis stressor psikologis yaitu:
1. Tekanan (pressures)
Tekanan terjadi karena adanya suatu tuntutan untuk mencapai sasaran
atau tujuan tertentu maupun tuntutan tingkah lauk tertentu. Secara umum
tekanan mendorong individu untuk meningkatkan performa, mengintensifkan
usaha atau mengubah sasaran tingkah laku. Tekanan sering ditemui dalam
kehidupan sehari-hari dan memiliki bentuk yang berbeda-beda setiap individu.
Tekanan dalam beberapa kasus tertentu dapat menghabiskan sumber-sumber
daya yang dimiliki dalam proses pencapaian sasarannya, bahakan bila
berlebihan dapat mengarah pada perilaku maladaptive. Tekanan dapat berasal
dari sumber internal atau eksternal misalnyaberupa tekanan waktu atau peran
yang harus dijalan seseorang, atau juga dapat berupa kompetisi dalam
kehidupan sehari-hari di masyarakat antara lain dalam pekerjaan, sekolah dan
mendapatkan pasangan hidup.
2. Frustasi
Frustasi dapat terjadi apabila usaha individu untuk mencapai sasaran
tertentu mendapat hambatan atau hilangnya kesempatan dalam mendapatkan
hail yang diinginkan. Frustasi juga dapat diartikan sebagai efek psikologis
terhadap situasi yang mengancam, seperti misalnya timbul reaksi marah,
penolakan amaupun depresi.

3. Konflik
Konflik terjadi ketika individu berada dalam tekanan dan merespon
langsung terhadap dua atau lebih dorongan, juga munculnya dua kebutuhan
maupun motif yang berbeda dalam waktu bersamaan. Ada 3 jenis konflik yaitu:
a. Approach-approach conflict, terjadi apabila individu harus
memilih satu diantara dua alternatif yang sama-sama disukai,
misalnya saja seseorang yang sulit menentukan keputusan diantra
dua pilihan karir yang sama-sama diinginkan. Stres muncul
akibat hilangnya kesempatan untuk menikmati alternatif yang
tidak diambil. Jenis konflik ini biasanya sangat mudah dan cepat
diselesaikan.
b. Avoidance-avoidance conflict, terjadi bila individu diharapkan
pada dua pilihan yang sama-sama tidak disenangi, misalnya
wanita muda yang hamil diluar nikah, di satu sisi ia tidak ingin
aborsi tapi disisi lain ia belum mampu secara mental dan finansial
untuk membesarkan anaknya nanti. Konflik jenis ini lebih sulit
diputuskan dan memerlukan lebih banyak tenaga dan waktu
untuk menyelesaikannya karena masing-masing alternatif
memiliki konsekuensi yang tidak menyenangkan.
c. Approach-avoidance conflict, addalah situasi dimana individu
merasa tertarik sekaligus tidak menyukai atau ingi menghindar
dari seseorang atau suatu objek yang sama, misalnya seseorang
yang berniat berhenti merokok, karena khawatir merusak
kesehatannya tetapi ia tidak dapat membayangkan sisa hidupnya
kelak tanpa rokok.
4. Krisis
Krisis yaitu keadaan yang mendadak, yang menimbulkan stres pada
individu, misalnya kematian orang yang disayang kecelakaan dan penyakiat
yang harus segera di operasi.(Sunaryo, 2004)

4. Tanda dan Gejala Stres


Sebelum timbul komplikasi kesehatan yang serius akibat stres,
sebenarnya ada gejala-gejala awal berupa gangguan fisik ataupun mental yang
dapat dicermati. Sedangkan orang mempunyai titik lemah dan disitulah
biasanya tampak gejala gangguan pertama (misalnya, sebagian orang
mengalami sakit perut/gangguan pencernaan bila cemas atau gelisah, sedang
orang lain menderita sakit kepala).
Menurut dr LA Hartono (2007) dalam stroke dan stres, Beberapa gejala
awal akibat stres dapat dibagi menjadi keluhan somatik, psikis, dan gangguan
psikomotor dengan atau tanpa gejala psikotik.
a. Keluhan Somatik (sakit)
Keluhan Somatik antara lain adalah sebagai berikut:
1) Gangguan cerna.
2) Nyeri dada atau debar jantung (palpitasi).
3) Insomnia berupa sulit tidur atau tidur tapi mudah terbangun.
4) Gangguan yang tidak spesifik seperti sakit kepala atau tidak nafsu
makan.
5) Nyeri otot, letih, lesu, tidak bergairah.
b. Keluhan Psikis
Keluhan psikis antara lain adalah sebagai berikut:
1) Putus asa, merasa masa depan suram.
2) Sedih dan merasa bersalah.
3) Impulsif dan mudah marah.
4) Selalu tegang dan suka menyendiri.
c. Gangguan psikomotor
Gangguan psikomotor antara lain adalah sebagai berikut:
1) Gairah kerja/belajar menurun.
2) Mudah lupa dan konsentrasi berkurang.
Sedangkan menurut Kozier, mengemukakan bahwa gejala psikologis
individu yang mengalami stres, antara lain:
a. Kecemasan
Cemas adalah perasaan yang tidak menyenangkan tidak menentu dari
individu dimanan penyebabnya tidak pasti/tidak ada objek yang
nyata misalnya; cemas kalau hasil ujian jelek, cemas tidak naik kelas,
cemas menunggu kedatangan, menunggu keberangkatan, terlambat,
dll. Cemas dapat digolongkan menjadi; cemas ringan, cemas sedang
dan cemas berat.
b. Marah
Marah adalah suatu reaksi emosi yang subyektif, atau kejengkelan
dan ketidakpuasan individu terhadap tuntutan yang tidak terpenuhi.
Ada tiga cara ekspresi marah yang konstruktif.;
a) Perhatian; yaitu aksi mencari perhatian ornag lain dengan cara
memanggil nama.
b) Mencari penjelasan; proses mencari penjelasan atas masalah yang
menyebabkan marah misalnya; ...”apa yang sedang
terjadi?......ada apa?”.
c) Identifikasi; yaitu mencari respon dan mendukung orang
lainmisalnya; .......apa yang saya lakukan ini salah?(Rasmun,
2004)
5. Tahapan Stres
Menurut Dr. Robert J. Van Amberg sebagaimana dikemukakan oleh Prof
Dadang Hawari dalam Sunaryo membagi tahapan-tahapan stres sebagai berikut
:
1) Stres tahap I
Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan dan biasanya
disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut:
a. Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting)
b. Penglihatan “tajam” tidak sebagaimana biasanya
c. Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya,
namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.

2) Stres tahap II
Dalam tahapan ini dampak/respon terhadap stresor yang semula
menyenangkan sebagaimana diuraikan pada tahap I di atas mulai menghilang
dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi yang
tidak lagi cukup sepanjang hari, karena tidak cukup waktu untuk beristirahat.
Istirahat yang dimaksud antara lain dengan tidur yang cukup, bermanfaat untuk
mengisi atau memulihkan cadangan energi yang mengalami defisit. Keluhan-
keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berada pada stres tahap
II adalah sebagai berikut:
a. Merasa letih sewaktu bangun pagi yang seharusnya merasa
segar
b. Merasa mudah lelah sesudah makan siang
c. Lekas merasa lelah menjelang sore hari
d. Sering mengeluh lambung/perut tidak nyaman (bowel
discomfort)
e. Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar)
f. Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang
g. Tidak bisa santai.
3) Stres Tahap III
Apabila seseorang tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa
menghiraukan keluhan-keluhan pada stres tahap II, maka akan menunjukkan
keluhan-keluhan yang semakin nyata dan mengganggu, yaitu:
a. Gangguan lambung dan usus semakin nyata; misalnya keluhan
maag, buang air besar tidak teratur (diare)
b. Ketegangan otot-otot semakin terasa
c. Perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional semakin
meningkat
d. Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk mulai
masuk tidur (early insomnia) atau terbangun tengah malam dan
sukar kembali tidur (middle insomnia) atau bangun terlalu pagi
atau dini hari dan tidak dapat kembali tidur (late insomnia)
e. Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa akan jatuh dan serasa
mau pingsan). Pada tahapan ini seseorang sudah harus
berkonsultasi pada dokter untuk memperoleh terapi, atau bisa
juga beban stres hendaknya dikurangi dan tubuh memperoleh
kesempatan untuk beristirahat guna menambah suplai energi
yang mengalami defisit.
4) Stres Tahap IV
Gejala stres tahap IV, akan muncul:
a. Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit
b. Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah
diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit
c. Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan
kemampuan untuk merespons secara memadai (adequate)
d. Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari
e. Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang
menegangkan. Seringkali menolak ajakan (negativism) karena
tiada semangat dan kegairahan
f. Daya konsentrasi daya ingat menurun
g. Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat
dijelaskan apa penyebabnya.
5) Stres Tahap V
Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres tahap
V, yang ditandai dengan hal-hal sebagai berikut:
a. Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical
dan psychological exhaustion)
b. Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari
yang ringan dan sederhana
c. Gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastrointestinal
disorder)
d. Timbul perasaan ketakutan, kecemasan yang semakin
meningkat, mudah bingung dan panik.
6) Stres Tahap VI
Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami serangan
panik (panic attack) dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang yang
mengalami stres tahap VI ini berulang dibawa ke Unit Gawat Darurat bahkan
ICCU, meskipun pada akhirnya dipulangkan karena tidak ditemukan kelainan
fisik organ tubuh.
Gambaran stres tahap VI ini adalah sebagai berikut:
a. Debaran jantung teramat keras
b. Susah bernapas (sesak napas)
c. Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran
d. Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan
e. Pingsan atau kolaps (collapse).
Bila dikaji maka keluhan atau gejala sebagaimana digambarkan di atas
lebih didominasi oleh keluhan-keluhan fisik yang disebabkan oleh gangguan
faal (fungsional) organ tubuh, sebagai akibat stresor psikososial yang melebihi
kemampuan seseorang untuk mengatasinya.
6. Bentuk Reaksi Individu Terhadap Stres
a) Fisiologis
Walter Canon memberikan deskripsi mengenai bagaimana reaksi tubuh
terhadap suatu peristiwa yang mengancam. Ia menyebut reaksi tersebut sebagai
fight-or-fight response karena respon fisiologis mempersiapkan individu dapat
berespon dengan cepat terhadap situasi yang mengancam. Akan tetapi bila
aurosal yang tinggi terus menerus muncul dapat membahayakan kesehatan
individu.(Sarafino, 1994)
Selye mempelajari akibat yang diperoleh bila stresor terus menerus
muncul. Ia kemudian mengemukakan istilah general adaptation syndrome
(GAS) yang terdiri dari rangkaian tahapan reaksi fisiologis terhadap stresor.

1. Alarm Reaction
Tahapan pertama ini mirip dengan fight-or-fight response. Pada
tahap ini aurosal yang terjadi pada tubuh organisme terhadap
stresor. Tapi tubuh tidak dapat mempertahankan intensitas
aurosal dari alarm reaction dalam waktu yang sangat lama.
2. Stage of Resistance
Aurosal masih tinggi, tubuh masih terus bertahan untuk
melawann dan beradaptasi dengan stresor. Respon fisiologis
menurun, tetapi masih tetap lebih tinggi di bandingkan dengan
kondisi normal.
3. Stage of exhaustion
Respon fisiologis masih terus berlangsung. Hal ini dapat
melemahkan sistem kekebalan tubuh dan menguras energi tubuh.
Sehingga terjadi kelelahan pada tubuh. Stresor yang terus terjadi
akan mengakibatkan penyakit dan kerusakan fisiologis dan dapat
menyebabkan kematian.(Hasan, 2008)
b) Psikologis
Reaksi piskologis terhadap stres meliputi:
1. Kognisi
Menurut Cohen Stres dapat melemahkan ingatan dan perhatian dalam
aktivitas kognitif.(Ibid)
Stresor berupa kebisingan dapat menyebabkan defisit kognitif pada anak-
anak. Kognisi juga dapat berpengauh dalam stres. Baum mengatakan bahwa
individu yang terus menerus memikirkan stresor dapat menimbulkan stres yang
lebih parah terhadap stresor.
2. Emosi
Emosi cenderung terkait dengan stres. Individu sering menggunakan
keadaan emosionalnya untuk mengevaluasi stres. Proses penilaian kognitif
dapat mempengaruhi stres dan pengalaman emosional. Reaksi emosional
terhadap stres yaitu rasa takut, phobia,kecemasan, depresi, perasaan sedih, dan
rasa marah.
3. Perilaku Sosial
Stres dapat mengubah perilaku individu terhadap orang lain. Individu
dapat berperilaku menjadi positif maupun negatif. Stres juga dapat
mempegaruhi perilaku membantu pada individu. Potensi respon perilaku yang
hampir tak terbatas, tergantung pada sifat dari peristiwa stres. aksi
konfrontatifterhadap stressor (fight) dan penarikan dari kejadian yang
mengancam merupakan (Flight) dua kategori umum respon perilaku. (Taylor,
2003)
7. Kesimpulan
Bentuk reaksi stres adalah bentuk reaksi individu terhadap keadaan yang
disebabkan oleh adanya tuntutan internal maupun eksternal (stimulus) yang
dapat membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu
akan bereaksi baik secara fisiologis maupun secara psikologis (respon). Bentuk
reaksi psikologis di bagi menjadi 3 yaitu bentuk reaksi kognitif, emosi dan juga
perilaku sosial.
8. Perspektif Islam Tentang Stres
Dunia modern ditandai dengan capaian-capai luar biasa dibidang
teknologi, komunikasi, dan informasi. Dengan semuakemudahan itu manusia
tidak lagi kesulitan untuk memeproleh ilmu dan wawasan. Seharusnya, dengan
sarana-sarana kemudahan yang ada, manusia modern bisa hidup lebih
tenteram, damai, dan sejahtera. Betapa tidak, setip pengetahuan yang
dibutuhkan untuk meraih impian itu mudah diperoleh. Namun yang terjadi
justru sebaliknya, ilmu pengetahuan semakin melimpah ruah, namun problem
stres justru lebih melimpah dari itu.
Kemajuan dunia modern lebih terfokus pada kemajuan-kemajuan
dibidang materi, sedang sektor spiritual manusia terabaikan. Realitas ini sangat
terlihat dengan semakin banyaknya manusia-manusia yang bertubuh
gemuk,melebihi kewajaran. Pada saat yang sama, orang-orang subur itu
membawa potensi penyakit yang sangat banyak, mulai dari jantung, darah
tinggi, diabetes,stroke, asam urat, dan lain-lain. Mustahil manusia akan
mengejar kegemukan tubuh, jika sejak semula hatinya berada dalam
ketenteraman. Al-Quran telah menggunakan permisalan yang memakai prinsip
mekanika beban untuk menggambarkan masalah yang dihadapi manusia.
Prinsip mekanika beban merupakan konstruk awal yang melahirkan penelitian
mendalam tentang stres. Secara keseluruhan surat Al-Qur’an yang membahas
konsep beban dalam masalah manusia ini berbunyi:

Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu dan Kamitelah


menghilangkan daripadamu bebanmu yang memberatkan punggungmu dan
Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu karena Sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan, Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah
dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain dan hanya kepada Tuhanmulah
hendaknya kamu berharap. (Q.S Al-Insyirah [94]: 1-8)
Jika dianalisis, surat di atas telah memasukkan perspektif subjektif dan
objektif tentang stres. Ayat dua (beban) lebih berorientasi pada perspektif
objektif, namun ayat tiga (punggung) dan ayat satu (dada) lebih mengandung
perspektif subjektif.(Hasan, 2008)
Teori penilaian kognitif tentang stres menyatakan bahwa stres timbul
sebagai reaksi subjektif setelah seseorang melakukan perbandingan antara
implikasi negatif dari kejadian yang menegangkan dengan kemampuan atau
sumber daya yang memadai untuk mengatasi kejadian tersebut. Dalam teori ini,
stres terjadi karena seseorang memandang besar akibat dari kejadian yang
menegangkan ini, dan ia tidak memiliki kemampuan untuk mengatasinya.
Dalam Al-Qur’an dinyatakan:

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan


kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan
ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya
Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami
tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban
yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami.
Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak
sanggup Kami memikulnya. beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan
rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglahKami terhadap
kaum yang kafir.(QS. Al-Baqarah [2]: 286). (Ibid)
Al-Qur’an juga menggambarkan reaksi fisik yang tertunda ketika
seseorang mengalami stres yang membuatnya lari ketika mengalami respons
tempur atau lari (fight-or-flight responsse).

Dan kamu mengira mereka itu bangun, Padahal mereka tidur; dan Kami
balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka
mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua. dan jika kamu
menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan
melarikan diri dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi oleh ketakutan terhadap
mereka.(QS. Al-Kahfi [18]: 18). (Hasan, 2008)
Stres dapat terjadi karena perubahan tertentu dalam hidup. Dalam hal ini
seseorang tidak mampu untuk memnyesuaikan diri terhadap rasa kehilangan,
baik dalam kejadian besar yang bersifat tiba-tiba, seperti bencana alam, atau
kehilangan hal yang berharga dalam kehidupan, seperti kehilangan orang-orang
yang dicintai.
Dalam ajaran islam, segala harta benda dan kehidupan merupakan milik
Allah. Segalanya dari Allah dan kembali kepada-Nya.
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang
apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi
raaji'uun". mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan
rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat
petunjuk. (QS Al-Baqarah [2]: 155-157). (Hasan, 2008)
Stres dapat timbul karena seseorang menghadapi situasi yang
menegangkan berulang-ulang. Baik karena sesuatu yang sudah diperhitungkan
(stres kronik) atau berupa kejadian sehari-hari yang tak terrdugan (keruwetan
hidup), dimana seseorang tidak memiliki penyesuaian diri yang dibutuhkan.
Islam mengajarkan bahwa kehidupan seseorang telah diatur takdirnya. Umat
islam wajib beriman pada nasib (qada) dan ketentuannya (qadar). Stres dapat
timbul karena seseorang tidak mampu menerima kebenaran atau kenyataan.
Menurut ajaran islam, kejujuran kepada Allah merupakan sesuatu yang penting
dilakukan.(Ibid)
B. Konsep beban kerja

Beban kerja adalah sejumlah kegiatan yang harus dilakukan dan diselesaikan
disuatu unit organisasi dalam waktu yang telah ditentukan. Beban kerja juga merupakan
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan (Rusda & Dini, 2017).
Beban kerja menurut Kurnia (2010) dalam (Rusda & Dini, 2017) yaitu proses
analisa terhadap waktu yang digunakan oleh individu maupun kelompok dalam
melaksanakan pekerjaan (jabatan) atau kelompok jabatan (unit kerja) yang dilakukan
pada waktu yang normal.
Beban kerja perawat yang tinggi dapat berdampak pada komunikasi antara
perawat dengan pasien menjadi buruk, tidak lancar, dapat juga berdampak pada
kegagalan kolaborasi antara sesama tenaga medis salah satunya yaitu perawat dengan
dokter kemudian dapat mengakibatkan ketidakpuasan kerja (Ekawati, 2018)
Beban kerja perawat dapat dilihat dari aspek seperti tugas yang dijalankan
berdasarkan fungsi utama dan fungsi tambahan yang dikerjakan, jumlah pasien yang
dirawat per hari, per bulan dan per tahun, kondisi pasien, rata-rata pasien dirawat,
tindakan langsung dan tidak langsung yang dibutuhkan pasien, frekuensi masing-
masing tindakan yang diperlukan dan rata-rata waktu yang dibutuhkan dalam
melaksanakan tindakan (Nursalam, 2014).

Pengertian beban kerja dalam dilihat dari dua sudut pandang, yaitu secara
subyektif dan obyektif. Beban kerja secara obyektif adalah keseluruhan waktu yang
dipakai atau jumlah aktivitas yang dilakukan. Beban kerja subyektif meliputi persepsi
beban fisik, beban sosial dan beban mental (Trihasturi et al., 2016).
Perkiraan beban kerja perawat disuatu unit setiap hari, bulan, dan tahun, harus
memiliki data beberapa waktu tindakan yang dibutuhkan oleh pasien, serta rata-rata
waktu yang dibutuhkan dalam memberika pelayanan keperawatan. Supaya lebih mudah
maka kegiatan keperawatan dikelompokkan sesuai dengan kegiatan keperawatan
(Ekawati, 2018)
1. Kegiatan keperawatan
a. Kegiatan keperawatan secara langsung
Kegiatan keperawatan langsung merupakan kegiatan yang berfokus pada pasien
serta keluarga pasien, seperti : memeriksa kondisi pasien, melakukan pengkajian dan
komunikasi dengan pasien serta keluarga, mengukur TTV, membantu eliminasi pasien,
memberikan nutrisi kepada pasien.
b. Kegiatan keperawatan secara tidak langsung
Kegiatan keperawatan secara tidak langsung merupakan suatu tindakan yang
tidak secara langsung berhubungan dengan pasien atau kontak dengan pasien, seperti :
mengisi asuhan keperawatan, membuat diagnosa keperawatan, melakukan kolaborasi
dengan dokter dll.

c. Kegiatan non produktif


Kegiatan non produktif merupakan suatu kegiatan yang tidak ada hubungannya
dengan tugas dan tanggung jawab perawat, seperti : membaca koran, menonton TV,
berbincang-bincang yang bersifat pribadi
d. Kegiatan pribadi perawat
Kegiatan pribadi perawat merupakan kegiatan untuk memenuhi keperluan perawat,
seperti : makan, sholat, mandi, ganti pakaian dll (Ekawati, 2018)

2. Aspek perhitungan beban kerja

a. Beban Kerja Fisik


Menurut Tarwaka (2014:107), kerja fisik adalah kerja yang memerlukan energi fisik
pada otot manusia yang akan berfungsi sebagai sumber tenaga. Kerja fisik disebut juga
‘manuak operation’ dimana performansi kerja sepenuhnya akan tergantung pada upaya
manusia yang berperan sebagai sumber tenaga maupun pengendali tenaga. Menurut
Astrand & Rodahl (1997) dalam Tarwaka (2014:108) bahwa penilaian beban kerja fisik
dapat dilakukan dengan 2 metode objektif, yaitu metode penilaian langsung dan tidak
langsung (Tarwaka, 2014).
b. Beban Kerja Mental
Menurut Grandjean (1993) dalam tarwaka (2013:122) setiap aktivitas mental akan
selalu melibatkan unsur persepsi, interpretasi dalam proses mental dari suatu informasi
yang diterima oleh organ sensori untuk diambil suatu keputusan, atau proses mengingat
informasi yang diterima untuk mengingat informasi yang lampau (Tarwaka, 2013).
Beban kerja mental dirasakan melalui aktivitas mental yang diperlukan untuk
menyelesaikan pekerjaan. Aktivias mental dapat dilihat dari konsentrasi pekerja,
mendeteksi masalah, menyelesaikan masalah yang tidak terduga, berkonsentrasi,
membuat keputusan dengan cepat dan tepat, sejauhmana tingkat keahlian dan prestasi
kerja yang dimiliki (Dewi, 2013).
c. Aspek Waktu
Aspek waktu merupakan target hasil yang harus terpenuhi dan terselesaikan dalam
waktu tertentu (Dewi, 2013)
3. Cara perhitungan beban kerja

a. Time And Motion Study


Salah satu metode untuk menghitung beban kerja secara objektif yaitu
Time and motion study tehnik ini dilaksanakan dengan mengamati secara cermat
kegiatan yang dilakukan oleh personil yang diamati. Time and motion study
dapat dilakukan dengan cara langsung maupun tidak langsung (Rohmat Dwi
Romadhoni, 2016).
Cara langsung dengan metoda jam henti dapat menggunakan alat
stopwatch (stopwatch time study) juga sampling kerja (work sampling).
Sedangkan cara tidak langsung dapat dilakukan dengan cara pengisian lembar
kegiatan time and motion study (self assesment) yang diberikan kepada objek
yang akan diteliti. Pada time and motion study, kita juga dapat mengamati
sebagai berikut :
1. Menentukan personel yang akan diamati untuk menjadi sampel.

2. Membuat formulir daftar kegiatan yang dilakukan oleh setiap personal.


3. Daftar kegiatan tersebut kemudian diklasifikasikan, berapa banyak personel
yang melakukan kegiatan tersebut secara baik dan rutin. Selama dilakukan
pengamatan.

4. Membuat klasifikasi atas kegiatan yang telah dilakukan tersebut menjadi


kegiatan medis, dengan keperawatan dan kegiatan administrasi.

5. Menghitung waktu objektif yang diperlukan oleh personel dalam melakukan


kegiatan-kegiatan yang dilakukan.

Teknik ini dapat digunakan untuk melakukan evaluasi bagimana tingkat


kualitas suatu pelatihan atau pendidikan yang bersetifikat, serta dapat juga
digunakan untuk mengevaluasi pelaksanaan suatu metode yang ditetapkan
secara baku disuatu rumah sakit.

b. NASA- TLX
Metode ini dikembangkan pada 1981, disebabkan oleh munculnya kebutuhan
pengukuran beban kerja mental secara subjektif, tedapat 9 faktor yaitu; kesulitan tugas,
tekanan waktu, jenis aktivitas, usah fisik, usaha mental. Performansi, frustasi stress dan
kelelahan. Dari ke 9 faktor ini maka disederhanakan menjadi 6 faktor yaitu : Mental
Demand (MD), Phsysical Demand (PD), Temporal Demand (TD), Performance (OP),
Effort (EF), dan Frustration (FR). Berikut penjelasan mengenai 6 indikator NASA-TLX
Menurut Hancock & Meshkati (1988) dalam (Subantoro, 2018):
a) Mental Demand (MD)

Mental demand yaitu kemampuan tiap-tiap orang dalam memproses informasi


terbatas, yang mempengaruhi tingkat kinerja perorang yang dapat dicapai. Kinerja pada
tingkat rendah tidak baik apalabila tidak ada banyak hal yang dilakukan, dimana orang
akan bosan dan cenderung tidak tertarik terhadap pekerjaannya, hal ini juga dapat
dikatakan underload. Tingkat beban kerja yang tinggi atau overload, informasi yang
penting akan hilang akibat dari pemfokusan perhatian hanya pada satu aspek pekerjaan
saja.
b) Phsysical Demand (PD)
Phsysical demand yaitu seberapa banyak aktifitas fisik yang dilakukan seperti
mendorong, menarik, memutar, menyuntik dan sebagainya. Apakah tugas fisik tersebut
masuk kedalam kategori mudah atau sulit, cepat atau lambat, dan melelahkan atau tidak
untuk dikerjakan.
c) Temporal Demand (TD)
Temporal demand yaitu kebutuhan waktu tergantung dari kemampuan dan
ketersidiaan menggunakan waktu untuk menjalankan aktifitas. Merupakan metode
primer untuk meanalisis waktu apakah subjek dapat melakasanakan tugasnya sesuai
waktu yang telah ditentukan.
d) Performance (OP)
Performance yaitu dimensi mengenai keberhasilan atau kesuksesan pekerja dalam
melakukan tugas yang diberikan oleh atasannya. Serta seberapa puas pekerja tersebut
dalam melaksanakan pekerjaan atau tugasnya.
e) Effort (EF)
Effort yaitu dimensi mengenai seberapa besar usaha yang dilakukan pekerja dalam
melakukan tugasnya. Termasuk usaha mental dan fisik.
f) Frustration (FR)
Frustration yaitu dimensi mengenai kondisi yang dapat menimbulkan perasaan
kebingungan, frustasi, ataupun ketakutan untuk melaksanakn suatu pekerjaan, yang
membuat pekerjaan tersebut menjadi lebih sulit dilakukan.
Langkah-langkah dalam pengukuran beban kerja subjektif menurut Hancock dan
Meshkati dalam (Tarwaka, 2010)
1) Penjelasan mengenai indikator beban kerja mental yang akan diukur
Table 1.1
Indikator Metode NASA-TLX
Deskriptor Penilaian Keterangan
Kebutuhan mental Rendah/tinggi Seberapa besar aktivitas mental dan perseptual
yang dibutuhkan
(misalnyaberpikir,memutuskan,mengkalkul
asi,melihat,mengingat dan mencari dll). Apakah
pekerjaan tsb mudah atau sulit sederhana atau
kompleks memerlukan ketelitian atau tidak?
Kebutuhan fisik Rendah/tinggi Seberapa banyak aktivitas fisik yang dibutuhkan
(misalnya mendorong menarik,memutar,dsb).
Apakah tugas tersebut mudah atau sulit untuk
dikerjakan, gerakannya cepat atau lambat,
melelahkan atau tidak?
Kebutuhan waktu Rendah/tinggi Seberapa besar tekanan waktu yang diberikan
untuk menyelesaikan tugas? Apakah kecepatan
kerja anda lambat atau santai?
Permormansi Buruk/bagus Menurut Anda seberapa sukseskah Anda dalam
mencapai tujuan pekerjaan yang telah ditentukan?
Seberapa puas Anda dengan performansi Anda
sekarang?
Tingkat frustasi Rendah/tinggi Seberapa putus asa, tidak bersemangat, terganggu,
stres, dan jengkel bila dibandingkan dengan
perasaan aman dan santai selama bekerja?
Usaha Rendah/tinggi Seberapa keras anda harus bekerja (secara mental
dan fisik) untuk mencapai tingkat performansi saat
ini?

2) Pembobotan
Responden/pekerja diminta untuk membandingkan dua dimensi (deskriptor) yang
berbeda dengan metode perbandingan berpasangan, terdiri dari 15 perbandingan. Dari
dua indikator tersebut mana yang lebih dominan dirasakan menimbulkan beban kerja
mental terhadap pekerjaan. Dari kuesioner itu dihitung jumlah tally dari setiap indikator
yang dirasakan paling berpengaruh. Jumlah tally ini kemudian akan menjadi bobot
untuk setiap indikator beban mental.
3) Pemberian Ratings

Dalam tahap ini, responden diminta memberikan penilaian/rating terhadap keenam


dimensi (deskriptor) beban mental dengan skala antara 0 - 100. Berikut adalah contoh
dari skala rating :
a. Mental Demand (MD)
Seberapa tinggi tugas anda menuntut ketahanan mental
Sangat rendah sangat tinggi
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

b. Physical Demand (PD)


Seberapa tinggi tugas anda menuntut ketahanan fisik?
Sangat rendah sangat tinggi
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

c. Temporal Demand (TD)


Seberapa terburu-buru anda dituntut dalam pekerjaan?
Sangat rendah sangat tinggi

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 10

d. Performance (OP)
Seberapa berhasilkah anda menyelesaikan pekerjaan anda?
Sangat rendah sangat tinggi
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

e. Effort (EF)
Sekeras apa usaha anda dalam mencapai performansi anda?
Sangat rendah sangat tinggi
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

f. Frustration Demand (FD)


Setingkat apa ketidak amanan, putus asa, jengkel, maupun tertekan anda?
Sangat rendah sangat tinggi
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Gambar 2.1 skala rating


(Sumber: Jurnal Online Institut Teknologi Nasional dalam Jurnal Muhammadiyah
Malang)

4) Perhitungan

a. Skor akhir beban mental didapat dengan mengalikan rating setiap bobot faktor
untuk masing-masing dekskriptor. Kemudian didapatkan 6 nilai produk untuk 6
indikator yaitu Mental Demand,Phisical Demand, Temporal Demand, Own
Performance Frustation Level dan Effort.
b. Menghitung wiighted workload (WWL), diperoleh dengan cara menjumlahkan
keenam nilai produk
WWL = ∑ produk
c. Menghitung rata-rata WWL
Rata-rata WWL diperoleh dengan cara membagi WWL dengan bobot total
5) Interpretasi hasil nilai skor
Berdasarkan penjelasan Hart dan Staveland (1981) dalam metode NASA-TLX, skor
beban kerja yang didapatkan terbagi dalam tiga bagian yaitu > 80 menyatakan beban
kerja berat, nilai 50-80 menyatakan beban kerja sedang dan nilai <50 menyatakan beban
kerja ringan.
4. Dampak Beban Kerja
Dampak beban kerja yang berlebih akan menimbulkan kelelahan fisik atau
mental atau keduanya dan tampil dalam bentuk reaksi emosional. Salah satu
penyebab stres dari luar individu adalah beban kerja, yakni keadaan individu
mendapatkan tekanan berat akibat tuntutan dan desakkan yang terkait dengan
pekerjaan.
Menurut Hancock & Meshkati (1988) dalam (Subantoro, 2018) dampak beban
kerja secara mental, adalah sebagai berikut :
a. Gejala fisik
Gejala fisik yang mungkin muncul yaitu sakit kepala, mudah terkejut, sakit perut,
gangguan pola tidur, lemah, napsu makan menurun, dan sebagainya.

b. Gejala mental
Gejala mental yang mungkin muncul yaitu sulit untuk berkonsentrasi, mudah lupa,
cemas, gelisah, putus asa, mudah tersinggung.
c. Gejala sosial dan perilaku
Gejala sosial dan perilaku yang mungkin muncul yaitu menarik diri, menghindar,
minum alkohol, dan sebagainya.

C. Hasil penelitian yang relevan


Penelitian terdahulu yang digunakan penulis adalah sebagai dasar dalam
penyusunan penelitian. Tujuannya adalah untuk mengetahui hasil yang telah
dilakukan oleh peneliti terdahulu, sekaligus sebagai perbandingan dan
gambaran yang dapat mendukung kegiatan penelitian berikutnya yang sejenis.
Kajian yang diguanakan yaitu mengenai gambaran stress kerja perawat di
rumah sakit.
Tabel 1.2
Penelitian relevan

No Judul dan Variabel Metodologi Hasil


Penelitian
.
1 Coping stress Coping stress Pendekatan ini stres, perawat ruang Kresna
pada beban menggunakan menggunakan coping stress
kerja perawat
pendekatan kualitatif yaitu problem focused
ruang unit
pelayanan dengan metode coping seperti tindakan
intensive pengumpulan data langsung, mencari
psikiatri (upip)
menggunakan dukungan sosial, antisipasi,
dan ruang
kresna di rsjd dr. observasi dan apati, penghindaran, dan
Amino wawancara. Sampel kehati-hatian,
gondohutomo
diambil menggunakan mempersiapkan diri
semarang
purposive sampling menghadapi luka. Jenis
emotional focused coping
yang digunakan antara lain
penalaran, berpaling pada
aktivitas lain, rasionalisasi,
penerimaan diri, seeking
meaning, religiusitas,
pasrah, penilaian positif,
pengalihan, dan humor.
2 Koping Stres Koping stress Data dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
dan Stres pada dianalisis menggunakan sebagian besar subjek
Perawat di
teknik korelasi Product memiliki kemampuan
Rumah Sakit
Jiwa “X” Moment oleh Pearson. koping stres pada kategori
tinggi (42%), dan sebagian
besar subjek mengalami
stres pada tingkat sedang
(44.4%)
3 Hubungan Mekanisme koping Penelitian ini adalah 1. Sebagian besar
mekanisme penelitian kuantitatif, mekanisme koping yang
koping dengan
dengan jenis penelitian digunakan perawat IGD
stres kerja
perawat igd dan correlative studyyaitu dan ICU di RSUD Ulin
icu di rsud ulin dilakukan dengan cara Banjarmasin adalah
banjarmasin
menghubungkan mekanisme koping yang
diantara beberapa adaptif sebesar 95,5%
variabel, sehingga yaitu 59 orang.
diketahui ada tidaknya 2. Sebagian besar perawat
hubungan antara IGD dan ICU di RSUD
variabel dependen dan Ulin Banjarmasin
independen. mengalami stres kerja
ringan sebesar 69,4%
yaitu 43 orang.
3. Ada hubungan antara
mekanisme koping
dengan stres kerja
perawat IGD dan ICU di
RSUD Ulin
Banjarmasin. Jadi,
sebagian responden yang
memiliki koping yang
maladaptif akan
cenderung mengalami
stres kerja yang lebih
berat.
D. Kerangka pemikiran
Aspek perhitungan koping
stress
1. koping stress tinggi
A. koping stress 2. koping stress sedang
B. beban kerja fisik 3. koping stress rendah

Pengukuran dan perhitungan koping stress


a.Beban keja subjektif
Metode NASA-TLX
a)Tuntutan mental
b)Tuntutan fisik Keterangan :
c)Tuntutan waktu : Variabel yang di teliti
d)Tingkat usaha : Variabel yang tidak di teliti
e)Performansi
f)Tingkat frustasi

b.Beban kerja objektif


Metode Time And Motion Sudy
a)Proporsi waktu kegiatan produktif langsung
b)Proporsi waktu kegiatan produktif tidak langsung
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian

Metode penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif untuk mengukur


beban kerja secara subjektif dan time series untuk mengukur koping stress dengan
desain cross sectional. Penelitian dekskriptif merupakan suatu penelitian yang bertujuan
untuk mengetahui keberadaan nilai dari variabel mandiri, satu variabel maupun lebih,
tanpa membandingkan atau menghubungkan dengan variabel yang lainnya (sugiyono,
2016)
Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran atau informasi yang jelas mengenai
Koping Stress pada Perawat Di Rumah Sakit Al-Islam Bandung. Untuk pengukuran
beban kerja objektif peneliti menggunakan metode Time And Motion Study dengan
mengisi formulir Time And Motion Study. Sedangkan untuk pengukuran beban kerja
subjektif peneliti menggunakan metode NASA-TLX dengan kuisioner instrument NASA-
TLX .
Penelitian ini, berdasarkan waktunya adalah cross sectional untuk pengukuran
koping stress dan time series (data berkala) untuk pengukuran koping stress,
dikarenakan observasi maupun pengumpulan data dilakukan dalam 3 shift kerja, dimana
subjek diobservasi selama 3 kali shift kerja yaitu shift pagi, siang dan malam.

B. Variabel Penelitian
1. Definisi Konseptual
2. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan suatu definisi dengan cara mengubah konsep
yang akan diteliti dengan kata-kata yang dapat menggambarkan perilaku yang
dapat diamati dan dapat diuji, sehingga peneliti dapat mengobservasi suatu
gejala atau objek (Budiantara & Zulfikar, 2014).
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan sekumpulan obyek maupun subjek di dalam wilayah
yang mempunyai kualitas serta karakteristik yang telah ditetapkan oleh peneliti
untuk diteliti dan dipelajari serta ditarik kesimpulannya (sugiyono, 2016).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat di Rumah Sakit Al-Islam
Bandung, jumlah populasi dari 3 ruangan rawat inap dewasa sebanyak 80
orang perawat. Dengan kriteria sebagai berikut :
Kriteria inklusi:
b. Perawat rawat inap dewasa.
c. Perawat yang sudah melalui masa orientasi
d. Bersedia menjadi responden
Kriteria eksklusi:
a. Kepala ruangan
b. Perawat yang sedang melakukan study
c. Perawat yang sedang mengambil cuti pada saat pengambilan data
d. Perawat yang sedang sakit pada saat pengambilan data.
2. Sampel
Sampel yaitu sejumlah karakteristik yang dimiliki populasi untuk
digunakan didalam penelitian. Apabila populasi besar, peniliti tidak mungkin
mengambil semua dikarenakan keterbatasan waktu, tenaga, dan dana, maka
peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil di dalam populasi sesuai
dengan karakteristik yang telah ditetapkan peneliti (Sujarweni, 2015).
Untuk sampel penelitian dengan NASA-TLX diambil dari populasi
sebanyak 80 orang perawat, dengan menggunakan teknik total sampling. Untuk
sampel penelitian dengan Time and Motion Study menggunakan tehnik cluster
sampling. Sebanyak 1 orang perawat dalam satu ruangan yang bersedia menjadi
responden di observasi selama 3 shift yaitu shift pagi, siang, dan malam
D. Teknik Pengolahan Data
1. Sumber data
Pada penelitian ini data yang digunakan adalah data primer. Data primer dalam
penelitian ini diperoleh dengan instrument NASA-TLX melalui pengisian
formulir pada responden dan melalui observasi dengan metode Time and
Motion Study.
2. Instrument penelitian
Penelitian ini menggunakan instrument formulir data karakteristik responden.
Untuk mengukur beban kerja objektif menggunakan formulir Time and Motion
Study serta jam digital atau stopwatch. Sedangkan kuesioner instrument
NASA-TLX untuk mengukur beban kerja mental secara subjektif.

E. Cara Pengumpulan Data


1. Tahap pengumpulan data
Menurut (Nursalam, 2016) pengumpulan data merupakan suatu proses
pendekatan kepada subyek, pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan
untuk suatu penelitian. Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data terkait
profil Rumah Sakit Al-Islam Bandung. Dari hasil pengumpulan data tersebut
peneliti merumuskan permasalahan serta tujuan penelitian.
2. Tahap pelaksanaan
Pegambilan data dilakukan oleh peneliti sendiri. Waktu penelitian pada bulan
Juni-Agustus 2020. Tehnik penngumpulan data untuk mengukur koping stress
menggunakan metode kuesioner dan pengamatan langsung kepada responden.
1) Langkah-langkah pengambilan data menggunakan NASA-TLX

a) Responden diminta untuk mengisi formulir persetujuan menjadi


responden
b) Kemudian peneliti membagikan kuesioner NASA-TLX .
c) Peneliti menunngu pengisian kuesioner yang diisi oleh responden, serta
menjelaskan bagaimana cara mengisi kuesioner tersebut
d) Peneliti melakukan perhitungan dari kuesioner yang telah diisi sesuai
dengan langkah-langkah perhitungan berdasarkan NASA-TLX.
2) Langkah-langkah pengambilan data menggunakan Time And Motion
Study
Peneliti melakukan mpengamatan (observasi) secara langsung dan
menghitung waktu yang diperlukan untuk melakukan suatu pekerjaan.
Bentuk pengamatan dalam penelitian ini adalah observasi partisipasi pasif,
yang berarti peneliti datang ke tempat kegiatan orang yang akan diamati
serta tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. Dalam proses pengukuran
koping stress ini tidak semua perawat menjadi responden, peneliti hanya
mengambil 1 (satu) orang perawat disetiap ruangan inap dewasa rumah
sakit Al-Islam Bandung yang bersedia menjadi responden. Langkah-
langkah pengambilan data, sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi kegiatan produktif langsung, produktif tidak langsung,


kegiatan non produktif serta kegiatan non fungsional perawat di rumah
sakit Al-Islam Bandung

2. Peneliti melakukan observasi partisipasi pasif menghitung waktu yang


diperlukan perawat untuk melakukan suatu kegiatan menggunakan
stopwacth .

3. Mengisi formulir Time And Motion oleh peneliti

4. Menghitung beban kerja objektif, dengan membandingkan proporsi


waktu produktif yang dilakukan terhadap jam kerja rumah sakit.

3) Tahap Akhir Penelitian


Setelah dilakukan pengambilan data maka tahap selanjutnya ada
pengolahan data yang telah didapatkan, serta penyusunan laporan
berbentuk proposal.
F. Teknik Analisa data
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa univariate
(Analisis Deskriptif) yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya analisa ini hanya dihasilkan
distribusi frekuensi dan presentase dari setiap variabel (notoatmojo, 2010).
G. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Tempat atau lokasi penelitian ini adalah Rumah Sakit Al-Islam yang berada di
Jalan Soekarno-Hata Kota Bandung.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan yaitu bulan Juni-Agustus 2020,
yang dilakukan secara bertahap dan dimulai dari persiapan penelitian, survei
awal, melakukan kajian pustaka sesuai dengan variabel yang dipilih serta
membuat instrumen penelitian
H. Etika Penelitian
Masalah etika dalam penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat
penting, karena akan berhubungan dengan manusia secara langsung (yurisa, 2008).

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)


Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek untuk mendapatkan
informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta memiliki
kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk berpartisipasi
dalam kegiatan penelitian (autonomy). Beberapa tindakan yang terkait dengan
prinsip menghormati harkat dan martabat manusia adalah peneliti
mempersiapkan formulir persetujuan subjek (informed consent) yang terdiri
dari:
a. Penjelasan manfaat penelitian.
b. Penjelasan kemungkinan resiko dan ketidaknyamanan yang dapat
ditimbulkan.
b. Persetujuan peneliti dapat menjawab semua pertanyaan yang diajukan
subyek berkaitan dengan prosedur penelitian.
c. Persetujuan subyek dapat mengundurkan diri kapan saja.
d. Jaminan anonimitas dan kerahasiaan

2. Menghormati privasi dan kerahasian subjek penelitian (respect for privacy


and confidentiality)
Peneliti akan memperhatikan kerahasian data individu, karena tidak
semua orang menginginkan informasinya diketahui oleh orang lain. Dalam
pelaksanaanya, peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas
baik nama maupun alamat dalam kuisoner serta alat ukur apapun dalam
menjaga anonimitas dan kerahasian identitas subjek. Peneliti dapat
menggunakan koding sebagai pengganti identitas.

3. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness)


Prinsip keadilan dan keterbukaan dalam penelitian. Penelitian dilakukan
secara jujur, hati- hati, profesional, berperikemanusiaan, dan memperhatikan
faktor-faktor ketepatan, kesaksamaan, kecermatan, intimitas, psikologis serta
perasaan religius dari subjek penelitian. Prinsip keterbukaan mencangkup
kejelasan prosedur penelitian. Prinsip keadilan menekankan sejauh mana
penelitian membagikan keuntungan dan beban secara merata.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing
har and benefits)
Peneliti akan melakukan penelitian sesuai dengan proses dan prosedur
penelitian untuk mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi
subjek penelitian dan dapat digeneralisasikan dalam tingkat populasi.
DAFTAR PUSTAKA

Ardani, Psikologi Klinis, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), hal 37

Budiantara, & Zulfikar. (2014). Manajemen Riset dengan Pendekatan


Komputasi Statistika (edisi 1). Yogyakarta: Deepublish.

Dewi, A. I. (2013). Hubungan Antara Persepsi Terhadap Beban Kerja


dengan Komitmen Organisasi Karyawan Divisi Pelaksana Produksi PT.
Solo Kawistara Garmindo. Jurnal Universitas Diponegoro Semarang.

Ekawati, A. (2018). Analisis Kebutuhan Beban Kerja dan Kebutuhan Tenaga


Perawat Pelaksana dengan Metode Workload Indikator Kebutuhan Staff
(WISN) di Instalasi Rawat inap RS Muhammadiyah Bantul. Journal Applied
Nursing Research.
Hassan Al-Takroni, Adel Al-Hindi, Kavija Joshva, Awad Al-Harbi, 2016.
Job satisfaction among nurses in Al-Qassim hospitals and primary health
care centers, Saudi Arabia, 2016. International Journal of Advanced Nursing
Studies, 7 (1) (2018) 34-38

Hasan, Pengantar Psikologi Kesehatan Islami, (Jakarta: Grasindo, 2008), hal


75 A S Hornby. oxford advanced learner’s dictionary. (new york: oxford
university press.1995). Hal:1286

Hasan, Pengantar Psikologi Kesehatan Islami, (Jakarta: Grasindo, 2008), hal


77

Hasan, Pengantar Psikologi Kesehatan Islami, (Jakarta: Grasindo, 2008), hal


80
Hasan, Pengantar Psikologi Kesehatan Islami,( Jakarta: Grasindo, 2008), hal
84-86
Hidayah, Hubungan Tingkat Stres Dengan Siklus Menstruasi Pada Wanita
Penghuni Lembaga Pemasyarakatan Wanita Semarang. (Skripsi: Fakultas
Keperawatan, USU, 2008)

Ivanchevich, Jhon M., Robert Konopaske,Michael T Matteson, 2005


Organizational Behavior And Managenent. Seventh edition, McGrawhill
Companies. Alih bahasa Gina Gania, Perilaku Dan Manajemen Organisasi
Jilid 1, Edisi VII, Erlangga, Jakarta.

Ibid

Maramis, Ilmu Kedokteran Jiwa,. (Surabaya: Airlangga Press, 1994). hal


134
National Institute for Occupational Safety and Health, 1999. Preventing
needlestick Injuries in Health Care Setting. USA : Center for Disease
Controland Prevention – Department of Health and Human Services.

Notoatmojo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka


Cipta.

Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Profesional (edisi 4). Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan


Praktis. Jakarta:. Salemba Medika

Paul Ratanasiripong, PhD; Janet F. Park, MS; Nop Ratanasiripong, PhD,


RN; and Duangrat Kathalae, DNS, RN. 2016. Stress and Anxiety
Management in Nursing Students: Biofeedback and Mindfulness Meditation.
Journal of Nursing Education • Vol. 54, No. 9, 2015

Rasmun, SKp.,M.Kep. Stress, Koping, dan Adaptasi Teori dan Pohon


Masalah Keperawatan.(Jakarta, sagung seto, 2004). Hal:10-11

Rasmun, SKp.,M.Kep. Stress, Koping, Dan Adaptasi Teori Dan Pohon


Masalah Keperawatan.(Jakarta, sagung seto, 2004). Hal:18-19

Rebekah K. Hersch, Ph.D, Diane K. Deitz, Ph.D, Royer F. Cook, Ph.D, Seth
Kaplan, Ph.D, Daniel Hughes, Ph.D, Mary Ann Friesen, Ph.D., RN, Maria
Vezina, Ed.D., RN, 2016. Reducing Nurses’ Stress: A Randomized
Controlled Trial of a Web-Based Stress Management Program for Nurses.
Appl Nurs Res . 2016 November ; 32: 18–25.
doi:10.1016/j.apnr.2016.04.003.

Rice,F.P. Adolesence: Development, Relationship, and Culture, (USA: Allyn


& Bacon, 1993)

Robbins and jugle, 2008. Perilaku Organisasi, Jakarta

Rusda, I., & Dini, carollina arimbi. (2017). Analisis Pengaruh Beban Kerja
Terhadap Kinerja Karyawan Operator Pada PT GIKEN PRECISION
INDONESIA. Jurnal Inovasi Dan Bisnis, volume 5.

Sarafino. Health Psychology : Biopsychosocial Interactions. Second Edition.


(Singapore : John Wiley and Sons), Inc.1994

Subantoro, R. (2018). Pengukuran Beban Kerja Mental Tenaga Medis


dengan Metode NASA-TLX (Studi Kasus Rumah Sakit Aisyiyah Malang).

Smet, Psikologi Kesehatan, (Jakarta: Grasindo, 1994). hal 112

Surya, Bina Keluarga,(Semarang: Aneka Ilmu, 2001). hal 180

Sunaryo, Psikologi Untuk Keperawatan, (Jakarta: EGC, 2004) Hal 218-219

Subantoro, R. (2018). Pengukuran Beban Kerja Mental Tenaga Medis


dengan Metode NASA-TLX (Studi Kasus Rumah Sakit Aisyiyah Malang).

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan Kombinasi


(Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.
Sujarweni, W. (2015). SPSS Untuk Penelitian. Yogyakarta: Putaka Baru
Press.

Tarwaka. (2013). Ergomi Industri. Surakarta: Harapan Press.

Tarwaka. (2014). Ergonomi Industri Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi


dan Aplikasi di tempat kerja (edisi 2). Surakarta: Harapan Press.

Trihasturi, E., Nursalam, & Nuzul, Q. (2016). Kepemimpinan, Motivasi dan


Beban Kerja Terhadap Kinerja Perawat Dalam Pendokumentasian Asuhan
Keperawatan. Jurnal INJEC, 1, 90–95.

Taylor, Health Psychology, (New York: McGraw-Hill, 2003). Hal:183

Taylor, Health Psychology, (New York: McGraw Hill, 2003) hal 179

Anda mungkin juga menyukai