DOSEN PENGAMPU:
Tati Hardiyani, S.Kep.,Ns.,M.Kep
DISUSUN OLEH:
Kelompok 1
1. Siti Aisyah (2211100015)
2. Ajeng Rahmawati (2211100032)
3. Salma Nur Padilah (2211100034)
4. Elza Rahma Putri (2211100043)
5. Izmi Azzahra (2211100044)
6. Septi Destriana (2211100047)
7. Laura Almanda (2211100053)
LATAR BELAKANG
Keperawatan merupakan bagian dari bentuk pelayanan kesehatan professional
meliputi pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual. Keperawatan professional
mengaplikasikan ilmu serta teori keperawatan dalam praktek, pendidikan dan riset
keperawatan Dalam aplikasinya keperawatan harus dilandasi oleh dasar keilmuan
sehingga perawat harus mampu berfikir logis dan kritis dalam menelaah dan
mengidentifikasi fenomena respon manusia dengan menggunakan model-model teori
konseptual keperawatan. Setiap model dapat digunakan dalam praktek keperawatan
sesuai dengan kebutuhan (Potter and Perry, 2009).
Teori keperawatan berperan dalam membedakan keperawatan dengan disiplin
ilmu lain. Menurut Neuman (1979) ada 3 cara pendekatan dalam pengembangan dan
pembentukan teori-teori keperawatan, yaitu: meminjam teori-teori dari disiplin ilmu
lain yang relevan dengan tujuan untuk mengintegrasikan teori-teori ini dalam ilmu
keperawatan, menganalisa situasi praktik keperawatan dalam rangka mencari konsep
yang berkaitan dengan praktik keperawatan serta menciptakan suatu kerangka konsep
yang memungkinkan pengembangan teori keperawatan.
Barbara M Resnick, PhD, CRNP, FAAN, FAANP, adalah seorang professor di
Department of Organizational Systems and Adult Health di University of Maryland
School of Nursing. Barbara Resnick telah mempublikasikan lebih dari 150 artikel di
keperawatan atau jurnal-jurnal medis, beberapa bab dalam buku teks keperawatan dan
kedokteran yang berkaitan dengan perawatan orang dewasa yang lebih tua, dan sebuah
buku tentang Restorative Care Nursing. Pada penelitian kualitatif dan kuantitaif
Resnick(1994,1996,1998a,1998b,2001,2002); Resnick & Spellbring(2000)
,mendemonstrasikan bahwa berkenaan dengan orang dewasa, ekspektasi outcome
menjelaskan perilaku sebagai pengaruh terhadap ekspektasi self-efficacy. Hal tersebut
berarti bahwa ekspektasi hasil dan self-efficacy sama-sama penting menentukan
perilaku kesehatan. Pada umumnya, terdapat antisipasi bahwa self-efficacy akan
mempunyai dampak positif terhadap perilaku.
Salah satu contoh middle range theory adalah self-efficacy theory oleh Barbara
Resnick. Self-efficacy didefinisikan sebagai penilaian kemampuan individu untuk
mengatur dan melaksanakan program intervensinya. Inti teori self-efficacy berarti
bahwa orang dapat mempengaruhi apa yang mereka lakukan. Melalui pemikiran
reflektif, penggunaan pengetahuan danketerampilan generatif untuk melakukan perilaku
tertentu, dan alat penggerak diri lainnya, seseorang akan memutuskan bagaimana
berperilaku (Bandura 1997).
Untuk menentukan self-efficacy,seseorang harus memiliki kesempatan untuk
melakukan evaluasi diri atau kemampuan untuk membandingkan keluaran individual
dengan semacam kriteria evaluatif. Proses evaluasi komparatif inimemungkinkan
seseorang menilai kemampuan kinerja dan menetapkan harapan self-efficacy
TUJUAN
1. Mengetahui dan memahami konsep teroi keperawatan Self Efficiacy (Barbara
Resnick)
2. Mmengembangkan penggunaan teori keperawatan Barbara Resnick dalam
melakukan pengkajian keperawatan (pemeriksaan fisik dan penunjang) pada
gangguan sistem respirasi
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan pengkajian teori keperawatan Barbara
Resnick
BAB II
TINJAUAN TEORI
Salah satu contoh middle range theory adalah self-efficacy theory oleh Barbara
Resnick. Self-efficacy didefinisikan sebagai penilaian kemampuan individu untuk
mengatur dan melaksanakan program intervensinya. Inti teori self-efficacy berarti
bahwa orang dapat mempengaruhi apa yang mereka lakukan. Melalui pemikiran
reflektif, penggunaan pengetahuan danketerampilan generatif untuk melakukan perilaku
tertentu, dan alat penggerak diri lainnya, seseorang akan memutuskan bagaimana
berperilaku.
Teori ini dibangun atas tiga aspek besar yang mempengaruhi tingkat selflessness
seseorang. faktor-faktor ini meliputi perilaku, faktor pribadi atau kognitif, dan
lingkungan. Individu yang memiliki keterampilan kognitif yang baik memiliki efikasi
diri yang tinggi dibandingkan rekan-rekan mereka yang memiliki keterampilan kognitif
rendah. Kemampuan memecahkan masalah membuat individu perawat percaya diri dan
tekadnya untuk mencapai tujuan.
Kecenderungan lingkungan juga mempengaruhi self-efficacy. Setiap individu belajar
bagaimana berperilaku baik dengan mencontohkan atau mengamati. Karakteristik
lingkungan masyarakat tidak hanya mengajari mereka bagaimana berperilaku, tetapi
juga menentukan apa yang dimaksud dengan perilaku yang lurus secara moral atau
dapat diterima. Ketika seorang perawat mengamati perawat lain mencapai hasil yang
bagus dalam pekerjaannya, petugas kesehatan yang mengamati kemungkinan besar
akan mencontoh perilakunya dan bekerja terusmenerus untuk mencapai hasil yang
serupa. Dalam self-efficacy, ketekunan dan tekad diarahkan pada penyelesaian tugas.
Persepsi juga merupakan kekuatan pendorong utama dalam efikasi diri karena
menentukan keyakinan seseorang dalam melakukan atau tidak mampu melakukan hal-
hal tertentu.
Teori self-efficacy diciptakan berdasarkan pada teori kognitif sosial dan konsep
interaksi manusi-perilaku-lingkungan sebagai trias timbal balik yang merupakan dasar
terbentuknya aturan timbal balik. Trias timbal balik merupakan inter-relasi diantara
manusia, perilaku, dan lingkungan, sementara determinisme timbal balik adalah
kepercayaan bahwa faktor perilaku, kognitif, dan faktor personal lain, serta lingkungan
memengaruhi segala sesuatu secara interaktif sebagai penentu satu sama lain. Faktor
perilaku, faktor personal dan lingkungan tidak selalu mempengaruhi sesuatu secara
seimbang. Hal tersebut tergantung pada situasi, pengaruh dari satu faktor mungkin lebih
kuat daripada yang lain, dan pengaruh tersebut mungkin berbeda disetiap waktu.
Pemikiran kognitif yang mana merupakan dimensi kritis dari interaksi manusiaperilaku-
lingkungan tidak begitu saja muncul. Badura menyatakan bahwa pemikiran individu
mengenai dirinya dikembangkan dan diverifikasi melalui 4 proses yang berbeda, yaitu:
(1) pengalaman langsung dari Tindakan yang dilakukan, (2) pengalaman yang
diwakilkan, (3) penilaian orang lain, dan (4) derivasi pengetahuan lebih lanjut tentang
apa yang telah mereka ketahui dengan menggunakan aturan inferensi (pengaruh).
Pengaruh eksternal mempunyai peran dalam aktivasi dan keberlajutan perkembangan
proses berfikir kognitif. Seluruh ide mengenai pemikiran kognitif merupakan hal yang
utama terhadap harapan self-efficacy, terdapat relevansi dalam penggunaan teori di
praktik.
Dua dasar penting menyusun dasar teori self-efficacy yang diuraikan oleh
Resnick. Menurut definisi Bandura, efikasi diri menentukan perilaku saat ini yang
dikombinasikan dengan lingkungan, perilaku sebelumnya, dan karakteristik kepribadian
lainnya (Akhu-Zaheya, Gharaibeh, & Alostaz, 2013). Dalam konsep ekspektasinya,
Bandura membedakan antara ekspektasi efektivitas (efficacy expectancy) dan
ekspektasi hasil (outcome expectancy) (Chao, Scherer, Wu, Lucke, & Montgomery,
2013). Namun, efikasi diri tidak sama dengan harapan tentang hasil atau konsekuensi
dari tindakan seseorang. Sebaliknya, itu dapat dipahami sebagai keyakinan seseorang
bahwa dia dapat melakukan tindakan tertentu, sedangkan asumsi tentang hasil mengacu
pada apa yang dia pikirkan tentang kemungkinan konsekuensi dari aktivitasnya
(Hoffman, 2013). Dengan kata lain, self-efficacy adalah penilaian terhadap kemampuan
diri sendiri untuk mengatasi tugas-tugas spesifik tertentu dalam situasi tertentu.
Efikasi diri terbukti bermanfaat dan meningkatkan hubungan yang lebih baik
antara perawat dan pasien karena dorongan verbal. Sebagai contoh, orang juga dapat
mencatat studi oleh Purath, Keller, McPherson, dan Ainsworth (2013) yang
mengungkapkan peningkatan potensi orang dewasa yang lebih tua untuk melakukan
aktivitas fisik dalam hal pengaturan berbasis kantor. Secara umum, pemanfaatan teori
self-efficacy tampaknya merangsang pemikiran dan penting untuk orang dewasa yang
lebih tua yang membutuhkan perawatan diri yang tepat dan kemandirian yang lebih
baik.
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Sebagai kesimpulan, perlu ditekankan bahwa makalah ini membahas perspektif
teoretis dan praktis yang ditawarkan oleh teori self-efficacy Resnick. Ditemukan bahwa
teori ini berfokus pada pengintegrasian pemodelan diri, dorongan verbal, dan koneksi
fisik, yang menjadi dasar untuk perawatan diri yang lebih baik pada orang dewasa dan
orang dewasa yang lebih tua. Berbagai penelitian terbaru menunjukkan bahwa teori ini
mampu meningkatkan kemandirian pasien dan, selanjutnya, hasil kesehatan mereka.
Penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk mengungkap semua kekuatan dan
kelemahan teori, memastikan kualitas perawatan terbaik, dan membekali pasien dengan
alat perawatan diri yang relevan.
SARAN
Teori, khususnya penerapan teori keperawatan, tidak lepas dari proses
pengujian teori yang berlangsung melalui kritik teori dan penelitian teori. Oleh karena
itu, diperlukan pengujian teori untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahannya agar
mengoptimalkan kinerja dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA