Anda di halaman 1dari 5

LANDASAN TEORITIS DAN MODEL KONSEPTUAL

TEORI PEPLAU DAN TEORI STUART

1. Landasan Teori
a. Teori Model Hubungan Interpersonal Hildegard Peplau
Salah satu ahli keperawatan Hildegard Peplau telah memberikan
kontribusinya dengan menyatakan keperawatan merupakan terapeutik
berupa salah satu seni menyembuhkan, membantu seseorang dalam keadaan
sakit atau membutuhkan pelayanan kesehatan (Rahayu, 2018). Peplau juga
menyatakan keperawatan dapat diartikan sebagai satu proses interpersonal
karena menyertakan kerjasama antara dua atau lebih individu dengan tujuan
yang sama (Tomey & Alligood, 2014).
Landasan konsep dan teori keperawatan dari Peplau terdiri dari 4 pilar
utama yang menjabarkan kemampuan dalam memahami diri sendiri dan
orang lain yang berlandaskan pada hubungan antar manusia, yaitu: (Yani &
Kusman, 2018).
1) Klien
Klien digambarkan sebagai pelaku yang langsung dipengaruhi
adanya kegiatan interpersonal. Individu melaksanakan suatu sistem
berupa ciri biokimia, fisiologis, interpersonal dan kebutuhan serta selalu
berupaya memenuhi kebutuhannya dan mengintegrasikan pengalaman
yang didapatkan sebagai bagian dari proses belajar. Seseorang yang
membawa pola pikir yang berbeda akan berpengaruh terhadap pandangan
orang lain, sehingga adanya pandangan yang tidak sama sangat penting
dalam proses interaksi
2) Peran perawat
Pada saat perawat bertemu klien pertama kali, maka terjadi proses
identifikasi satu masalah dan berfokus melakukan tindakan yang tepat,
pendekatan perawat lakukaan dengan mengamati perbedaan latar
belakang dan keunikan setiap individu. Perawat dan klien melakukan
interaksi terus menerus secara profesional, saling mengerti peran masing-
masing serta mengamati faktor sekitarnya yang berpeluang meningkatkan
kesejahteraan dengan berkolaborasi untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.

3) Peran perawat dalam dimensi hubungan perawat–klien


Peplau mengemukakan beberapa peran pada dimensi hubungan
perawat-klien, berupa peran orang asing, sebagai sumbe rujukan pribadi,
pendidik, pemimpin, peran wali, dan peran konselor.
4) Sumber kesulitan
Adanya pengaruh dari pengalaman yang telah lampau menjadikan hal
tersebut sebagai sumber kesulitan yang akan dipulihkan oleh perawat
dalam hubungan interpersonal dengan klien tertentu. Perawat harus
memiliki kemampuan mendata tingkat ansietas pasien
Pada pelaksanaan kegiatan interpersonal antara klien dengan perawat,
terjadi 4 tahapan dalam pelaksanaan interaksi tersebut, antara lain: (Risnah
& Irwan, 2021)
1) Tahapan orientasi
Ketika perawat pertama kali bertemu klien akan masuk tahap orientasi
sebagai orang asing, dimana perawat dinyatakan sebagai orang baru yang
belum mengenali klien. Perawat melakukan kontrak awal dengan
membina hubungan salin percaya untuk membangun kepercayaan klien
dan terjadi proses pengumpulan data.
Perawat dilarang diperbolehkan menetapkan diagnosa atau
membayangkan bagaimana keadaan klien, apa yang sedang dialami oleh
klien, yang berakibat perawat tidak salah dalam memutuskan dan
memberikan tindakan keperawatan kepada klien.
2) Tahapan identifikasi
Dengan masuk pada fase kedua, maka perawat berganti peran sebagai
wali/pengganti orang tua, dimana perawat akan menganalisis data dan
menetapkan masalah yang dihadapi oleh klien berdasarkan data yang
didapatkan serta menetapkan tujuan yang akan dicapai bersama klien.
Selain itu, perawat dapat berperan sebagai konselor, sumber informasi,
pemimpin terhadap masalah yang dihadapi oleh klien.
Pada tahapan ini juga terjadi proses keperawatan dengan melakukan
pengkajian hingga pelaksanaa intervensi keperawatan.
3) Tahapan eksplorasi
Munculnya pola hubungan antara klien dengan perawat berupa
berubahnya anggapan klien terhadap perawat yang berakibat klien
terlibat aktif dalam diskusi untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi
4) Tahapan resolusi
Kegiatan pada fase ini dengan pelaksanaan evaluasi terhadap
pengetahuan dan kemampuan klien berdasarkan kesepakatan yang
ditetapkan diawal pertemuan. Tahapan ini dilakukan agar klien diarahkan
untuk melepaskan diri dari ketergantungan terhadap perawat dengan
pemenuhan kebutuhan secara mandiri.
b. Model Adaptasi Stres Stuart
Konsep adaptasi stres yang dikembangkan Stuart dengan
menggabungkan faktor biologis, psikologis, dan sosial dalam proses asuhan
keperawatan dan sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga, kelompok, dan
komunitas. Model memaparkan alasan klien menanggapi timbulnya stres
dan membantu memahami proses dan manfaat yang diinginkan dari
tindakan keperawatan (Stuart, 2016).
Konsep Stuart dengan melaksanakan seluruh proses keperawatan mulai
dari pengkajian, diagnosa, rencana, implementasi, dan evaluasi keperawatan
dalam mengidentifikasi faktor predisposisi, presipitasi, dan respon pasien
terhadap stresor. Pengkajian tidak hanya terhadap respon atau tanda gejala
pada kognitif, afektif, fisiologis, sosiokultural, tetapi diperluas pada
kemampuan pasien dalam menghadapi stres (personal ability). Seluruh
rangkaian proses keperawatan bertujuan mengubah perilaku pasien dalam
memberikan tanggapan terhadap stres, mengatasi stres, dan beradaptasi
terhadap stress.
Faktor pencetus stress yang dialami oleh seseorang kemungkinan bersifat
positif atau negatif. Stressor negatif akan mengganggu keseimbangan atau
menjadi sakit, sedangkan yang bersifat positif membuat sistem perilaku
menjadi lebih kuat. Dengan tidak seimbangnya faktor tersebut, maka
berakibat munculnya gangguan pada individu.
2. Keuntungan dan Kelebihan Teori
a. Teori Model Hubungan Interpersonal Hildegard Peplau
Adanya paradigma hubungan interpersonal ini sangat menolong perawat
dalam menambah pemahaman tentang apa yang terjadi selama hubungan
perawat-klien dan perawat belajar dari tanggapan klien terhadap
pengalaman yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakitnya (Querido
et al., 2021).
Peplau kurang menganjurkan melakukan tindakan yang berdasarkan
penilaian aspek budaya dan adat istiadat. Budaya atau perilaku seseorang
dapat meningkatkan kecemasan pada diri seseorang. Namun, konsep ini
sangat berguna pada kegiatan penyuluhan kesehatan karena perawat dapat
berperan sebagai konselor yang dapat mendalami permasalahan yang terjadi
pada seseorang dengan melakukan kegiatan proses keperawatan secara
sistematis (Risnah & Iswan, 2021).
Pada teori Peplau kinerja keperawatan tergambarkn dalam 4 tahapan
(orientasi, identifikasi, eksplorasi dan resolusi), sedangkan pada proses
keperawatan yang ada melalui 3 tahapan (orientasi, kerja dan terminasi)
(Keliat & Akemat, 2009). namun pada intinya sama melakukan semua
tindakan. Fase kerja proses keperawatan sudah termaktub dalam tindakan
identifikasi dan eksplorasi.
b. Model Adaptasi Stres Stuart
Pada konsep Stuart mendeskripsikan secara komprehensif faktor
presipitasi (biologis, psikologis, dan sosiokultural), faktor presipitasi serta
mekanisme koping yang mempengaruhi respon stress seseorang dalam
tindakan proses keperawatan jiwa, Stuart lebih menekankan proses
keperawatan pada pasien ansietas, gangguan mental organik,
penyalahgunaan zat maupun pada klien depresi.
Pada proses pengkajian konsep Stuart tidak terlalu memfokuskan pada
pengkajian tanda vital dan aktivitas motoric karena hanya sebagai bagian
penunjang saja. Stuart lebih mendalami pengkajian pada konsep diri,
hubungan sosial dan status mental yang akan dihubungkan kepada
kecemasan dan stress yang dihadapi oleh klien. Kecemasan klien timbul
akibat interaksi dengan lingkungan sekitar sebagai pencetusnya, bukan
berasal dari dalam diri pribadi klien.

Daftar Pustaka

Aini, N. (2018). Teori Model Keperawatan. Malang: Universitas


Muhammadiyah Malang
Keliat, BA & Akemat. (2009). Model Praktik Keperawatan Profesional
Jiwa. Jakarta : Penerbit EGC
Rahayu, AP. (2018). Perbandingan Penerapan Cognitive Behaviour
Therapy (CBT) pada Klien Risiko Perilaku Kekerasan di Ruang Kresna
Laki-Laki dan Yudistira dengan Pendekatan Johnson Behavioral System
Model dan Model Stres Adaptasi Stuart = Compare Application Of
Cognitive Behavior Therapy For Client With Violent Risk Behavior In
Kresna And Yudistira Room Using Johnson S Behavioral System Model And
Stuart Adaptation Stres Model. Jakarta : Tidak Dipublikasikan
Nurhalimah. (2016). Keperawatan Jiwa. Jakarta : Pusdik SDM
Kesehatan Kemenkes RI
Risnah & Irwan, M. (2021). Falsafah dan Teori Keperawatan Dalam
Integrasi Keilmuan. Gowa : Alauddin University Press
Stuart, G. W. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa
Stuart. Singapura : Elsevier
Tomey & Alligood. (2014). Nursing Theorist and Their Work (Eigth
Edition). St. Louis: Mosby-Year Book, Inc.
Querido, A. I. F., Laranjeira, C. A., & Dixe, M. dos A. C. R. (2021).
Hope in A Depression Therapeutic Group: A Qualitative Case Study.
Revista Brasileira de Enfermagem, 74(4), 4–11. https://doi.
org/10.1590/0034-7167-2020-1309
Yani, A & Ibrahim, K. (2018). Pakar Teori Keperawatan dan Karya
Mereka. (Edisi 8 Vol. 1). Singapura : Elsevier

Anda mungkin juga menyukai