Anda di halaman 1dari 48

SCIENCE IN NURSING

“Kritik Teori Barbara Resinck”

Nurma Yuni Pary Usemahu 17/418408/PKU/16900


Ratna W. Rosyida 17/418409/PKU/16901
Ruly Anita Sari 17/418412/PKU/16904
Sa'bani Nur Ardliyah 17/418413/PKU/16905
Santalia 17/418414/PKU/16906
Siti Na'imah 17/418417/PKU/16909
Sitti Ramdasari Aksan 17/418418/PKU/16910

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

TAHUN 2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap disiplin ilmu memiliki fokus yang unik dalam pengembangan ilmu
pengetahuan yang menerangkan hasil penelitiannya serta membedakannya dari
bidang studi lainnya.Pengetahuan yang merupakan disiplin memiliki beberapa
aturan.Memahami aturan ini atau struktur disiplin tersebut adalah penting bagi
mereka yang terlibat dalam mempelajari teori-teori disiplin dan bagi pengetahuan
yang berkembang untuk memperluas disiplin. Mungkin kebutuhan ini lebih genting
dalam keperawatan karena perkembangan praktik profesional berdasarkan atas
praktik dan pengetahuan dari bidang ilmu lain mendahului munculnya pengetahuan
substansial tentang disiplin ilmu tersebut. Pengetahuan keperawatan meliputi
banyak hal yaitu filosofi, teori, penelitian, dan praktik disiplin pengetahuan.Sebagai
suatu disiplin profesional, pengetahuan ini penting untuk mengawasi praktik.Teori
yang terarah, evidence-based-practice adalah ciri khas setiap disiplin ilmu
profesional (Smith, 2014).

Keperawatan adalah disiplin ilmu profesional. Menurut Smith (2008),


disiplin profesional mencakup pengetahuan yang sama, teori deskriptif, dan
penelitian dasar dan terapan yang umum dilakukan dalam suatu disiplin ilmu.
Selain itu, teori preskriptif dan penelitian klinis turut disertakan.Jadi perbedaan
antara disiplin ilmu akademik dan profesional adalah pengetahuan tambahan yang
diperlukan untuk disiplin profesional.Hal ini penting, karena banyak yang
mengatakan bahwa keperawatan adalah suatu disiplin praktik.Hal ini tampaknya
menyiratkan bahwa pengetahuan tentang praktik itu sendiri dan bukan tentang
fenomena mendasar yang menjadi perhatian disiplin ilmu tersebut (Smith, 2014).

Keperawatan merupakan bagian dari bentuk pelayanan kesehatan


professional meliputi pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual.Keperawatan
professional mengaplikasikan ilmu serta teori keperawatan dalam praktek,
pendidikan dan riset keperawatan Dalam aplikasinya keperawatan harus dilandasi
oleh dasar keilmuan sehingga perawat harus mampu berfikir logis dan kritis dalam
menelaah dan mengidentifikasi fenomena respon manusia dengan menggunakan
model-model teori konseptual keperawatan.Setiap model dapat digunakan dalam
praktek keperawatan sesuai dengan kebutuhan (Potter and Perry, 2009).

Teori keperawatan berperan dalam membedakan keperawatan dengan


disiplin ilmu lain. Menurut Neuman (1979) ada 3 cara pendekatan dalam
pengembangan dan pembentukan teori-teori keperawatan, yaitu: meminjam
teori-teori dari disiplin ilmu lain yang relevan dengan tujuan untuk
mengintegrasikan teori-teori ini dalam ilmu keperawatan, menganalisa situasi
praktik keperawatan dalam rangka mencari konsep yang berkaitan dengan praktik
keperawan serta menciptakan suatu kerangkan konsep yang memungkinkan
pengembangan teori keperawatan.

Ilmu keperawatan semakin berkembang karena adanya tuntutan kebutuhan


masyarakat dan industri kesehatan yang senantiasa berkembang dimana
keperawatan harus mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat secara
profesional.Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut, keperawatan harus
selalu mengembangkan ilmunya berdasarkan pemahaman konsep model dan teori
keperawatan yang sudah ada agar tidak terjadi penyimpangan di dalam
mengaplikasikan ilmu keperawatan.

Tingkat teori dalam disiplin berdasarkan luas dan kedalaman fokus dan
tingkat abstraksi diwakili.Teori berasal dari kata Yunani, theoria, yang berarti
"melihat." Sebuah teori memberikan cara yang khas untuk melihat fenomena yang
menjadi perhatian disiplin. Teori adalah pola gagasan yang memberi cara untuk
melihat fenomena secara terorganisir. Walker dan Avant (1995) menggambarkan
tingkat teori ini sebagai teori metatheory, grand theory, middle range theory, and
practice theory (Smith, 2014).Salah satu contoh middle range theory adalah
self-efficacy theory oleh Barbara Resnick. Self-efficacy didefinisikan sebagai
penilaian kemampuan individu untuk mengatur dan melaksanakan program
intervensinya. Inti teori self-efficacy berarti bahwa orang dapat mempengaruhi apa
yang mereka lakukan. Melalui pemikiran reflektif, penggunaan pengetahuan dan
keterampilan generatif untuk melakukan perilaku tertentu, dan alat penggerak diri
lainnya, seseorang akan memutuskan bagaimana berperilaku (Bandura, 1997).
Untuk menentukan self-efficacy, seseorang harus memiliki kesempatan untuk
melakukan evaluasi diri atau kemampuan untuk membandingkan keluaran
individual dengan semacam kriteria evaluatif. Proses evaluasi komparatif ini
memungkinkan seseorang menilai kemampuan kinerja dan menetapkan harapan
self-efficacy.

Pada makalah ini akan dibahas mengenai salah satu teori yang
dikembangkan oleh Barbara Risnick. Teori ini dapat membantu perawat secara
langsung dan berperan dalam memberikan motivasi kepada individu yang sedang
menjalani kegiatan promosi kesehatan seperti latihan rutin, penyapihan rokok,
penurunan berat badan, dan skrining kanker.

B. UlasanSingkatHasil Review

Pada tahun 1963, Bandura andWalters menulis mengenai Social Learning


and Personality Development yang diperluas pada teori pembelajaran sosial. Pada
tahun 1970-an, Bandura menggabungkan apa yang dia anggap sebagai komponen
yang hilang dari teori tersebut, yaitu mengenai self-efficacy, dan Bandura
mempublikasikan mengenai Self-efficacy: Toward a Unifying Theory of Behavior
Change (Bandura, 1997). Keyakinan terhadap self-efficacy tersebut berdasarkan
pada penelitian yang menguji asumsi bahwa paparan terhadap kondisi pengobatan
dapat menyebabkan perubahan perilaku dengan mengubah tingkat dan kekuatan
self-efficacy individu.

Bandura, seorang scientist sosial, membedakan diantara 2 komponen dari


teori self-efficacy : ekspektasi self-efficacy dan ekspektasi outcome. Ekspektasi
self-efficacy merupakan penilaian mengenai kemampuan personal untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan. Ekspektasi outcome merupakan penilaian
mengenai apa yang akan terjadi jika tugas yang diberikan berhasil diselesaikan.
Baik ekspektasi self-efficacy maupun outcome, kedua-duanya sama-sama
mempengaruhi kinerja terhadap aktivitas fungsional, adopsi dan pemeliharaan
terhadap perilaku latihan (exercise), smoking cessation, seks edukasi untuk
anak-anak dan perilaku pencegahan fraktur pinggul.

Barbara M Resnick, PhD, CRNP, FAAN, FAANP, adalah seorang


professor di Department of Organizational Systems and Adult Health di
University of Maryland School of Nursing. Barbara Resnick telah
mempublikasikan lebih dari 150 artikel di keperawatan atau jurnal-jurnal medis,
beberapa bab dalam buku teks keperawatan dan kedokteran yang berkaitan dengan
perawatan orang dewasa yang lebih tua, dan sebuah buku tentang Restorative
Care Nursing. Pada penelitian kualitatif dan kuantitaif Resnick
(1994,1996,1998a,1998b,2001,2002); Resnick & Spellbring (2000),
mendemonstrasikan bahwa berkenaan dengan orang dewasa, ekspektasi outcome
menjelaskan perilaku sebagai pengaruh terhadap ekspektasi self-efficacy. Hal
tersebut berarti bahwa ekspektasi hasil dan self-efficacy sama-sama penting
menentukan perilaku kesehatan. Pada umumnya, terdapat antisipasi bahwa
self-efficacyakan mempunyai dampak positif terhadap perilaku. Namun harus
dipahami bahwa ada waktu ketika self-efficacy tidak akan memberikan dampak
atau bahkan memberikan dampak yang negative terhadap suatu perilaku atau
performa.

C. Ulasan Singkat Hasil Kritik

Penelitian keperawatan yang menerapkan teori self-efficacy membuktikan


bahwa dukungan terhadap self-efficacy sangat penting untuk mendapatkan hasil
perubahan perilaku pada dewasa muda.Teori self-efficacy bersifat spesisfik pada
situasi tertentu saja, sehingga teori ini sulit untuk digeneralisasikan pada perilaku
antara invidu satu dengan individu lainnya.Pengaruh ekspektasi self-efficacy dan
outcome sebagaimana hal tersebut berhubungan dengan kepatuhan jangka panjang
dengan kepatuhan awal masih sulit dipahami dan membutuhkan penelitian lebih
lanjut.Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk membangun dan menyatukan
penelitian yang sudah dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu di negara
dan dunia secara global.

Teori Self Efficacy di definisikan oleh Barbara Resnick dengan sangat


jelas.Bahasa yang di gunakan sangat jelas dan mudah dipahami.Teori Self Efficacy
yang di cetuskan oleh Barbara Resnick selalu konsisten berfokus pada efikasi diri
pada lansia.Teori self-efficacy digunakan pada peneltian keperawatan yang
berfokus pada aspek perawatan klinis, edukasi, kompetensi perawat, dan
profesionalitas.Teori self-efficacy merupakan jenis teori dari middle-range yang
bersifat spesifik dibidang keperawatan sehingga mudah diaplikasikan. Teori ini
dapat diaplikasikan di semua proses keperawatan mulai pengkajian, analisa data,
penentuan diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi terutama dalam
melakukan asuhan keperawatan pada klien lansia (older adult) dengan penyakit
kronis.

Teori self-efficacy terdiri dari dua konsep dasar yaitu harapan self-efficacy
dan harapan hasil. Teori self-efficacy menyatakan bahwa semakin kuat harapan
akan self-efficacy dan harapan individu untuk suatu aktivitas, semakin besar
kemungkinan dia untuk memulai dan mempertahankan aktivitas itu. Teori ini
berperan dalam memberikan motivasi kepada individu yang sedang menjalani
kegiatan promosi kesehatan seperti latihan rutin, penyapihan rokok, penurunan
berat badan, dan skrining kanker.Salah satu contoh Resnick dan rekan
penelitiannya telah menggunakan teori efikasi diri sebagai dasar dari program yang
menyediakan kegiatan latihan, dan aktivitas fisik untuk orang dewasa.

D. Ulasan Singkat Hasil Penelitian dan PICO yang dibuat

Perawat memegang peranan penting dalam memecahkan masalah klien.


Intervensi keperawatan yang tepat akan menjadikan klien mendapatkan pelayanan
kesehatan yang maksimal. Banyak cara yang dapat diusahakan untuk membantu
penyelesaian masalah ataupun meningkatkan koping klien. Salah satu pendekatan
yang digunakan adalah dengan menggunakan PICO. PICO singkatan dari P:
(Patient atau Problem), I (Intervention), C (Comparison), O ( Outcome). Dalam
laporan ini akan dirumuskan PICO untuk membantu proses penelusuran jurnal
terkait teori Self Efficacy, yang disusun sebagai berikut :
P: Pasien
I: Intervensi self-efficacy
C: .N/A
O: Motivasi/Perubahan Perilaku

1. Pertanyaan Klinis
Berdasarkan PICO diatas maka dapat dirumuskan pertanyaan klinis sebagai
berikut “Apakah self efficacy dapat meningkatkan motivasi/perubahan perilaku
pada pasien (untuk menciptakan gaya hidup sehat)?”
2. Cara penelurusan Referensi
Pencarian referensi yang berhubungan dengan self efficacy di lakukan di
science direct, pubmed, nejm. Kemudian di persempit dengan pencarian self
efficacy model Barbara Resnick. Kemudian setelah melalui beberapa tahap
penyeleksian, maka di ambil jurnal yang berjudul “Testing the Senior Exerciese
Self-efficacy Project (SESEP) for Use With Urban Dwelling Minority Older
Adults”
Hasil penelitian menunjukkanbahwa terdapat perbedaan yang signifikan
pada penelitian ini yaitu pada kelompok intervensi memiliki ekspektasi hasil
yang secara signifikan lebih tinggi terkait dengan olahraga dan menghabiskan
lebih banyak waktu dalam berolahragadibandingkan kelompok kontrol. Tidak
ada perbedaan yang signifikan dalam harapan self-efficacy atau keseluruhan
aktivitas fisik (pada kedua kelompok.Ada gejala depresi yang lebih signifikan
pada kelompok intervensi setelah perlakuan 12 minggu bila dibandingkan
dengan kontrol. Pada latihan Chairs rise (naik turun dari kursi) hasilnya
mendekati signifikan, pada kelompok intervensisedikit waktu untuk bangkit
dari kursi. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok yang
mengikuti intervensi terkait nyeri, ketakutan akan jatuh, mobilitas, kesehatan
fisik dan kualitas hidup terkait kesehatan mental.
Hasil penelitian ini bisa diaplikasikan pada pasien usia lanjut baik di
Rumah sakit maupun dikomunitas, yaitu untuk meningkatkan motivasi diri
sebelum dilakukan terapi fisik dan olahraga.
BAB II
KONSEP DAN KRITIK TEORI

A. OVERVIEW TEORI KEPERAWATAN

Teori keperawatan merupakan upaya untuk menguraikan dan menjelaskan


berbagai fenomena dalam keperawatan. Teori keperawatan berperan dalam
membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu lain dan bertujuan untuk
menggambarkan, menjelaskan, memperkirakan dan mengontrol hasil asuhan
keperawatan yang dilakukan. Terdapat empat tingkatan teori dalam profesi
keperawatan, yaitu meta theory, grand theory, middle range theory, dan practice
theory.

Teori-teori tersebut diklasifikasikan berdasarkan tingkat keabstrakannya


mulai dari meta theory yang paling abstrak sampai practice theory yang paling
konkrit. Meta teori merupakan filsafat yang ada dibalik sebuah teori, berkaitan erat
dengan pengertian paradigma. Dalam hal ini maka meta theory dapat dikatakan
sebagai bagian dari proses pengembangan pemikiran seseorang peneliti yang
kemudian menentukan tahap-tahap berikutnya dalam kegiatan ilmiah, termasuk
tahap pemilihan teori yang akan digunakan. Dengan kata lain, meta theory adalah
landasan pemikiran yang lebih fundamental dari teori, sebagai kerangka dasar bagi
penelitian, pemikiran dan pembicaraan tentang sebuah fenomena. Grand theory
adalah setiap teori yang dicoba dari penjelasan keseluruhan dari kehidupan sosial,
sejarah, atau pengalaman manusia.

Grand theory menekankan pada konsep keseimbangan, pengambilan


keputusan, sistem dan bentuk komunikasi sebagai sarana dasar perangkat pengatur
(central organizing device) untuk mengkaji hubungan internasional. Middle range
theory adalah serangkaian idea atau gagasan yang saling berhubungan dan berfokus
pada suatu dimensi terbatas yaitu pada realitas keperawatan. Teori ini menjelaskan
fenomena spesifik dan telah diuji dalam penelitian dan digunakan untuk memandu
praktek keperawatan. Practice theory lebih spesifik dan jelas cakupannya dibanding
middle range theory. Practice theory menentukan tindakan atau intervensi
keperawatan yang cocok untuk mencapai tujuan tertentu, fokus pada fenomena
keperawatan yang spesifik dengan memberikan arahan langsung pada praktek
keperawatan dan mempunyai pernyataan teoritis yang jelas, hipotesis dengan
menguraikan kejelasan fenomena. Practice theory menyediakan kerangka kerja
untuk intervensi keperawatan dan memprediksi hasil dan efek dari praktek
keperawatan itu sendiri. Salah satu contoh middle range theory adalah efficacy
theory oleh Barbara Resnick.

B. TUJUAN TEORI

Teori self-efficacy diciptakan berdasarkan pada teori kognitif sosial dan


konsep interaksi manusia-perilaku-lingkungan sebagai trias timbal balik yang
merupakan dasar terbentuknya aturan timbal balik (bandura 1977, 1986). Trias
timbal balik merupakan inter-relasi diantara manusia, perilaku, dan lingkungan,
sementara determinisme timbal balik adalah kepercayaan bahwa faktor perilaku,
kognitif, dan faktor personal lain, serta lingkungan memengaruhi segala sesuatu
secara interaktif sebagai penentu satu sama lain. Factor perilaku, faktor personal
dan lingkungan tidak selalu mempengaruhi sesuatu secara seimbang.Hal tersebut
tergantung pada situasi, pengaruh dari satu factor mungkin lebih kuat daripada yang
lain, dan pengaruh tersebut mungkin berbeda di setiap waktu.

Pemikiran kognitif yang mana merupakan dimensi kritis dari interaksi


manusia-perilaku-lingkungan tidak begitu saja muncul. Bandura (1977,1986)
menyatakan bahwa pemikiran individu mengenai dirinya dikembangkan dan
diverifikasi melalui 4 proses yang berbeda, yaitu : (1) pengalaman langsung dari
tindakan yang dilakukan (2) pengalaman yang diwakilkan (3) penilaian orang lain
dan (4) Derivasi pengetahuan lebih lanjut tentang apa yang telah mereka ketahui
dengan menggunakan aturan inferensi (pengaruh). Pengaruh eksternal mempunyai
peran dalam aktivasi dan keberlanjutan perkembangan proses berfikir kognitif.
Seluruh ide mengenai pemikiran kognitif merupakan hal yang utama (central)
terhadap harapan self-efficacy, terdapat relevansi dalam penggunaan teori di praktik
dan research.Fungsional manusia dipandang sebagai suatu hal yang dinamis dari
pengaruh personal, perilaku, dan lingkungan.

Berdasarkan hal tersebut, teori mengenai self-efficacy dapat digunakan


sebagai pedoman dalam pemberian intervensi di bidang keperawatan karena telah
diketahu bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi keinginan seseorang
untuk berpartisipasi dalam latihan dan aktivitas yang fungsional.Oleh karena itu
teori ini membantu untuk memahami perilaku dan sebagai pedoman dalam
perkembangan intervensi terhadap perubahan perilaku.

C. LATAR BELAKANG PENGGAGAS TEORI

Barbara M Resnick, PhD, CRNP, FAAN, FAANP, adalah seorang


professor di Department of Organizational Systems and Adult Health di
University of Maryland School of Nursing. Dia bertanggungjawab terhadap The
Sonya Ziporkin Gershowitz Chair di bidang gerontologi dan dia mengurus posisi
fakultas/klinik dengan pekerjaan klinik di Roland Park Place, sebuah komunitas
lifecare. Dia bertanggungjawab terhadap sebuah BSNdari Universitas
Connecticut, sebuah MSN dari Universitas Pennsylvania di program
Gerontological Nurse Clinician/Nurse Practitioner, dan juga seorang PhD di
keperawatan dari University of Maryland. Barbara Resnick telah mempublikasikan
lebih dari 150 artikel di keperawatan atau jurnal-jurnal medis, beberapa bab dalam
buku teks keperawatan dan kedokteran yang berkaitan dengan perawatan orang
dewasa yang lebih tua, dan sebuah buku tentang Restorative Care Nursing. Dia
juga telah mempresentasikan beberapa topik baik nasional maupun internasional.
Selain itu, dia juga terkenal sebagai peneliti dan konsultasn edukasi pada beberapa
proyek dan aktivitas yang melibatkan perawatan pada kelompok dewasa tua (older
adult) dan telah menerima banyak penghargaan terhadap karyanya, meliputi: The
University of Connecticut Researcher of the Year Award tahun 2001, the University
of Pennsylvania2003 Award untuk Clinical Excellence, the 2003 Founders Week
Research Lecturer of the Year Award di University of Maryland, tahun 2004
sebagai Distinguished Scholar Award dari University of Connecticut, dan tahun
2004 sebagai Springer Geriatric Nursing Research Award, dan masih banyak yang
lainnya.

Berikut ini beberapa profil mengenai Barbara Resnick:

1. Pendidikan
 PhD, University of Maryland Baltimore, 1996
 MSN, University of Pennsylvania, 1982
 BSN with Distinction, University of Connecticut Storrs, 1978
2. Penelitian
 Testing the Effectiveness of the Function Focused Care
Intervention in Trauma Patients. NINR 6/13-5/15
 Dissemination of Function Focused Care in Assisted
Living. The Stulman Foundation
 Testing the PRAISEDD-2 Intervention in Senior Housing.
 Evaluation Outcomes of the Patient Centered Hospital
Discharge Program.
 Genetic Variability in Physical Resilience Among Older Adults.
 Exploring Volunteer Behavior Among Older Adults.
 Testing the effectiveness of the Res-Care-AL Intervention.
Robert Wood Johnson Foundation's Interdisciplinary Nursing
Quality Research Initiative. 9/08 to 9/10.
 Pilot Testing of Res-Care-Acute Care. University of Maryland
Medical Systems and the University of Maryland School of
Nursing Research funding. 9/08 to 9/09.
 Effects of a Hip Fracture Prevention Website for Seniors. (Nahm,
E.S., Principal Investigator; Resnick, B., Co-investigator).
Funded by the National Institute of Aging. Grant No. R21
AG026013. 2/15/06-1/31/08.
 Hip Fracture Recovery in Males. (Magaziner, J., Principal
Investigator; Resnick, B., Co- Investigator, among many others)
9/05-9/10.
 Claude D. Pepper Older Americans Independence Center
(OAIC) . (Goldberg, A., Magaziner, J., Principal Investigators;
Resnick, B. Co-investigator). Funded by National Institute of
Aging Grant P60 AG12583. 07/01/06-06/30/11
 The National Tuberculosis Curriculum Consortium (NTCC).
(Catanzaro, A., Principal Investigator, University of California,
San Diego; Resnick, B., Co-investigator). Funded by the
National Heart Lung and Blood Institute. 2004 -2009.
 Health Promotion Activities of the Older Adult. (Resnick, B.,
Principal Investigator). 9/98-ongoing.

3. Publikasi
 Resnick B, Galik E, Gruber-Baldini A, Zimmerman
S. Understanding Dissemination and Implementation of a New
Intervention in Assisted Living Settings: The Case of Function
Focused Care. J of Applied Gerontology, In press.
 Resnick, B., Michael, K, Griffith, K, Klinedinst, J, & Galik
E. (in press). The Impact of PRAISEDD on Adherence and
Initiation of Heart Health Behaviors in Senior Housing. Public
Health Nursing.
 Resnick, B., Wells, C., Brotemarkle, R. (in press). Older
Trauma Patients Exposure to Therapy and Factors that Influence
Therapy Opportunities. Physical Therapy.
 Resnick, B., Galik, E., Boltz, M., Wells, C. (2013). Physical
Capability Scale: Psychometric Testing. Clinical Nursing
Research 22(1), 7-29.
 Resnick, B., Klinedinst J, Dorsey S, Holtzman L, Abuelhiga SL.
(2013). Volunteer Behavior and Factors that Influence
Volunteering Among Residents in Continuing Care Retirement
Communities. Journal of Housing for the Elderly.
 Resnick B, Galik E, Boltz M. (2013). Function Focused Care
Approaches: Literature Review of Progress and Future
Possibilities. Journal of the American Medical Directors
Association
 Resnick B. Antipsychotic Use in Nursing Homes: Response to
the Editorials by Dr. Morley and Dr. Volicer. Journal of the
American Medical Directors Association, 14(3):222-224.
 Resnick B, Galik E, Gruber-Baldini A, Zimmerman
S. (2012). Falls and Fall-Related Injuries Associated With
Function-Focused Care. Clinical Nursing Research, 21 (1),
34-54.
 Resnick B, Galik E, Gruber-Baldini AL, Zimmerman S.
(2012). Falls and fall-related injuries associated with
function-focused care. Clinical Nursing Research, 21(1), 43-63.
 Yu-Yahiro J, Resnick B, Orwig D, et al. (2009) Design and
Implementation of a Home-Based Exercise Program Post-Hip
Fracture: The Baltimore Hip Studies Experience. Physical
Medicine & Rehabilitation.
 Resnick, B., Gruber-Baldini A., Zimmerman S., Galik E,
Pretzer-Aboff I, Russ K, Hebel R. (2009). Nursing Home
Resident Outcomes from the Res-Care Intervention. Journal of
the American Geriatrics society.
 Resnick B. (2009). Promoting exercise for older adults. J Am
Acad Nurse Pract. 21(2), 77-8.
 Galik EM, Resnick B, Pretzer-Aboff I. (2009). Knowing what
makes them tick': motivating cognitively impaired older adults
to participate in restorative care. Int J Nurs Pract., 15(1), 48-55
 Young, Y. & Resnick, B. (2009). Don't worry and be positive:
what helps the most in functional recovery one year after hip
fracture? An exit interview. Rehabilitation Nursing.
 Resnick, B. (2008). Utilization of pen devices can improve
diabetes treatment for LTC residents.Annal of long-term care.
16(11), 28-32.
4. Aktivitas Profesional dan akademik
 1978-Sekarang: American Nurses Association
 1982-Sekarang: National Gerontological Nursing Association
 1995-Sekarang: National Conference of Gerontological Nurse
Practitioners
 1996-Sekarang: American Geriatrics Society
 1996-Sekarang: Gerontological Society of America
 1998-Sekarang: American Academy of Nurse Practitioners
 1998-Sekarang: American Medical Directors Association
 1999-Sekarang: Society of Behavioral Medicine
 1996-2007: Eastern Nursing Research Society
 1995-1998: National Diabetes Education Program
 2008: Southern Nursing Research Society

D. TEORI KEPERAWATAN SELF-EFFICACY : BARBARA RESNICK


1. Initial theory development and research

Pada tahun 1963, Bandura and Walters menulis mengenai Social Learning
and Personality Development yang diperluas pada teori pembelajaran sosial. Pada
tahun 1970-an, Bandura menggabungkan apa yang dia anggap sebagai komponen
yang hilang dari teori tersebut, yaitu mengenai self-efficacy, dan Bandura
mempublikasikan mengenai Self-efficacy: Toward a Unifying Theory of Behavior
Change (Bandura, 1997). Keyakinan terhadap self-efficacy tersebut berdasarkan
pada penelitian yang menguji asumsi bahwa paparan terhadap kondisi pengobatan
dapat menyebabkan perubahan perilaku dengan mengubah tingkat dan kekuatan
self-efficacy individu. Pada penelitian awal yang dilakukan oleh Bandura, Adams,
dan Bayer (1977), Bandura, Reese dan Adams (1982), sebanyak 33 subjek yang
mengalami pobia ular secara acak dibagi menjadi tiga kondisi treatment yang
berbeda, yaitu : (1) enactive attainment (pencapaian enaktif) yang melibatkan
individu untuk menyentuh ular secara langsung, (2) role modelling atau melihat
orang lain memegang ular, dan (3) control grup. Hasil penelitian tersebut
menyatakan bahwa self-efficacy merupakan perilaku yang dapat diprediksi, dan
enactive attainment menghasilkan harapan self-efficacy yang lebih kuat dan lebih
umum (terhadap ular lain).

Perluasan dari penelitian terdahulu melibatkan 3 penelitian tambahan: (1)


10 subjek dengan pobia ular, (2) 14 subjek dengan pobia laba-laba, dan (3) 12
subjek dengan pobia laba-laba. Hampir sama dengan penelitian self-efficacy awal,
enactive attainment dan role modelling merupakan intervensi yang efektif untuk
menguatkan sefl-efficacy dan mempengaruhi perlilaku. Penelitian terhadap 12
subjek dengan pobia laba-laba juga mempertimbangkan komponen psikologis dari
self-efficacy.Nadi dan tekanan darah diukur sebagai indikator ketakutan ketika
berinteraksi dengan laba-laba.Setelah intervensi terhadap penguatan self-efficacy
(enactive attainment dan role modelling), heart rate menurun dan tekanan darah
stabil.

Penelitian self-efficacy ini menggunakan setting control yang ideal yaitu


bahwa individu dengan pobia ular tidak suka mencari kesempatan untuk
berinteraksi dengan ular ketika jauh dari lingkungan laboratorium. Oleh karena itu,
input dikontrol dari informasi efficacy.Meskipun situasi yang ideal tidak
memungkinkan di setting klinik, teori self-efficacy telah digunakan untuk meneliti
dan memprediksi perubahan perilaku kesehatan dan managemen dalam berbagai
macam setting.

Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi keinginan seseorang untuk


berpartisipasi dalam latihan dan aktivitas yang fungsional.Terdapat tema yang
berulang yang menunjukkan bahwa ekspektasi self-efficacy dan outcome penting
terhadap keinginan individu (willingness).Oleh karena itu teori ini membantu untuk
memahami perilaku dan sebagai pedoman dalam perkembangan intervensi
terhadap perubahan perilaku.

2. Konsep teori

Bandura, seorang scientist sosial, membedakan diantara 2 komponen dari


teori self-efficacy : ekspektasi self-efficacy dan ekspektasi outcome. Dua komponen
tersebut merupakan ide utama dari teori.Ekspektasi self-efficacy merupakan
penilaian mengenai kemampuan personal untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan. Ekspektasi outcome merupakan penilaian mengenai apa yang akan
terjadi jika tugas yang diberikan berhasil diselesaikan.

Ekspektasi outcome dan self-efficacy dibedakan karena indiividu-individu


dapat meyakini perilaku tertentu yang akan menghasilkan outcome yang spesifik;
namun, mereka mungkin tidak percaya bahwa mereka mampu menunjukkan
perilaku yang dibutuhkan untuk mencapai outcome. Sebagai contoh, Mrs.White
mungkin percaya bahwa rehabilitasi akan membuat dia mampu pulang ke rumah
secara mandiri, namun, dia mungkin tidak percaya dia mampu berjalan melewati
ruangan. Oleh karena itu Mrs. White mungkin tidak berpartisipasi dalam program
rehabilitasi atau bersedia untuk praktik berjalan.

Bandura (1977,1986,1995,1997)) menyatakan bahwa ekspektasi outcome


sangat didasarkan pada ekspektasi self-efficacy individu. Tipe dari outcome
antisipasi masyarakat secara umum bergantung pada penilaian mereka terhadap
bagaimana baiknya mereka akan mampu berperilaku. Seluruh individu yang
menganggap/mempertimbangkan dirinya akan sangat berhasil dalam pencapaian
perilaku yang ditugaskan akan mengharapkan hasil yang baik/menguntungkan
terhadap perilakunya. Ekspektasi outcome tergantung pada penilaian terhadap
self-efficacy.Oleh karena itu, Bandura menyatakan bahwa hasil yang diharapkan
mungkin tidak banyak menambah prediksi perilaku mereka sendiri.
Bandura (1986) menyatakan bahwa terdapat contoh ketika ekspektasi hasil
dapat dipisahkan dari ekspektasi self-efficacy. Hal tersebut terjadi ketika tidak ada
tindakan yang akan menghasilkan outcome spesifik, atau hasilnya (outcome) secara
bebas terkait dengan tingkat atau kualitas kinerja. Sebagai contoh, jika Mrs. White
tau bahwa jika dia mendapatkan kemandirian fungsional dengan berpartisipasi
dalam rehabilitasi dia akan tetap dipindahkan (discharged) ke fasilitas keperawatan
yang terampil daripada dipulangkan ke rumah, perilakunya cenderung dipengaruhi
oleh ekspektasi outcomenya (discharge ke fasilitas keperawatan terampil). Dalam
situasi ini, tidak masalah apakah kinerja(performance) Mrs. White, hasilnya sama;
sehingga ekspektasi outcome mungkin mempengaruhi perilaku mandiri dari
keyakinan self-efficacy nya.

Hasil yang diharapkan juga sebagian terpisah dari penilaian self-efficacy


ketika hasil ekstrinsik diperbaiki. Sebagai contoh, ketika seorang perawat merawat
6 pasien selama 8 jam per shif, perawat menerima upah tertentu. Ketika perawat
yang sama merawat 10 pasien selama shift, dia menerima upah yang sama. Hal
tersebut menjadi kinerja yang berdampak negative.Hal tersebut juga
memungkinkan untuk individu percaya bahwa dia mampu melakukan perilaku
yang spesifik, tetapi tidak percaya bahwa hasil dari kinerja tersebut
bermanfaat/berharga. Sebagai contoh, orang dewasa yang menjalani rehabilitasi
mungkin percaya bahwa mereka mampu melakukan olahraga dan aktivitas2 yang
terlibat dalam proses rehabilitasi, tetapi mereka mungkin tidak percaya bahwa
melakukan olahraga akan meningkatkan kemampuan fungsionalnya. Beberapa
orang percaya bahwa istirahat akan mempercepat penyembuhan dibandingkan
dengan olahraga. Dalam situasi ini, ekspektasi outcome mungkin langsung
berdampak pada performance.

Baik ekspektasi self-efficacy maupun outcome, kedua-duanya sama-sama


mempengaruhi kinerja terhadap aktivitas fungsional (Galik, Pretzer-Aboff, &
Resnick, 2011; Harnirattisai & Johnson, 2005; Pretzer-Aboff, Galik, & Resnick,
2011; Resnick, 2011; Resnick & D’Adamo, 2011; Resnick et al, 2009), adopsi dan
pemeliharaan terhadap perilaku latihan (exercise) (Chase, 2011; Grim, Hortz, &
Petosa, 2011; Harnirattisai & Johnson, 2005; Hays, Pressler, Damush, Rawl, &
Clark, 2010; nahm et al, 2010; Qi, Resnick, Smeltzer, & bausell, 2011), smoking
cessation (Kamish & Oz, 2011), seks edukasi untuk anak-anak (Akers, Holland, &
Bost, 2011), dan perilaku pencegahan fraktur pinggul (Nahm et al., 2010).
Ekspektasi outcome relevan terutama pada orang dewasa. Individu mungkin
mempunyai ekspektasi self-efficcay yang tinggi untuk berlatih/olahraga, namun
jika merea tidak meyakini bahwa outcome yang dapatkan merupakan hasil dari
exercise/ olahraga (sebagai contoh: perbaikan kesehatan, penguatan, dan fungsi),
maka tidak mungkin terjadi program untuk olahraga secara teratur (Chase, 2011;
Collins, Lee Albright, & King, 2004; Cress et al, 2005; Resnick, Luisi, & Vogel,
2008).

Beberapa peneliti menemukan bahwa ekspektasi self-efficacy yang


dirasakan dapat memprediksi perilaku dengan lebih baik daripada ekspektasi
outcome, sementara yang lain menemukan bahwa ekspektasi outcome lebih penting
untuk memprediksi perilaku. Stanley and Maddux (1986) melibatkan ekspektasi
outcome dan nilai outcome atau pertimbangan yang lebih general dari outcome.,
dalam sebuah investigasi terhadap partisipasi perilaku promosi kesehatan. Hasilnya
menyatakan bahwa self-efficacy dan ekspektasi outcome secara signifikan
memprediksi perilaku.Namun, nilai outcome tidak menambah model secara
signifikan. Pada penelitian kualitatif dan kuantitaif Resnick
(1994,1996,1998a,1998b,2001,2002); Resnick & Spellbring (2000),
mendemonstrasikan bahwa berkenaan dengan orang dewasa, ekspektasi outcome
menjelaskan perilaku sebagai pengaruh terhadap ekspektasi self-efficacy. Hal
tersbeut berarti bahwa ekspektasi hasil dan self-efficacy sama-sama penting
menentukan perilaku kesehatan.Yangmana satu yang lebih penting dalam setiap
situasi yang ditugaskan mungkin bergantung pada situasi kondisi yang ada, seperti
biaya untuk melakukan aktivitas tertentu atau hal tertentu yang dirasakan sebagai
keuntungan atau hasilnya.

Pada umumnya, terdapat antisipasi bahwa self-efficacyakan mempunyai


dampak positif terhadap perilaku. Namun harus dipahami bahwa ada waktu ketika
self-efficacy tidak akan memberikan dampak atau bahkan memberikan dampak
yang negative terhadap suatu perilaku atau performa. Beberapa penelitian
menemukan bahwa terdapat efek negative dari tujuan personal self-reported
terhadap aktivitas seperti lebih tingginya tujuan personal yang menyebabkan
rendahnya aktivitas (performance) (Vancouver & Kendell, 2006; Vancouver,
Thompson, & Williams, 2001). Konsisten terhadap konseptual proses tujuan yang
multiple, self-efficacy juga diketahui berhubungan positif untuk mengarahkan
sumberdaya menuju tujuan tetapi berhubungan negative untuk sumberdaya besar
yang dialokasikan untuk tujuan yang diterima (Vancouver, More, & Yoder, 2008).
Ekspektasi self-efficacy yang tinggi dapat menjadi kontraproduktif.Self-efficacy
yang tinggi juga dapat membuat orang memperoleh rasa percaya diri yang salah
dan menyebakan untuk tidak melakukan usaha secara maksimal sesuai yang
dibutuhkan (Jones, harris, Waller, & Coggins, 2005). Hal tersebut berlaku terutama
pada perilaku seperti olahraga yang merupakan sumber yang cukup yang
dibutuhkan (contoh: kekuatan fisik yang adekuat) dan setiap individu mungkin
mempunyai pengalaman yang terbatas untuk mengevaluasi ekspektasi self efficacy
mereka.

3. Sumber penilaian self-efficacy

Bandura (1986) menyatakan bahwa penilaian mengenai self-efficacy


seseorang adalah berdasarkan pada 4 sumber informasional, yaitu: (1) enactive
attaintment yang merupakan aktivitas actual terhadap suatu perilaku; (2) vaicarious
experiences atau melihat orang yang melakukan perilaku tertentu yang hampir
sama; (3) verbal persuasion atau exhortation; dan (4) status fisiologis atau feedback
fisiologis selama berperilaku seperti nyeri atau fatigue. Pendekatan kognitif
terhadap factor-faktor ini menghasilkan suatu persepsi dari tingkat kepercayaan diri
dalam kemampuan individu untuk melakukan perilaku tertentu. Kegiatan positif
dari perilaku tersebut akan menguatkan self-efficacy (Bandura, 1995).

4. Enactive attaintment (Pengalaman akan kesuksesan)

Enactive attainment dideskripsikan sebagai sumber yang paling


berpengaruh terhadap informasi self-efficacy (Bandura, 1977;1986), dan
merupakan intervensi yang paling umum yang digunakan untuk menguatkan
ekspektasi self-efficacy untuk golongan dewasa tua (older adult) (Estabrooks, Fox,
Doerksen, Bradshaw, & King, 2005). Terdapat beberapa verifikasi empiris yang
menunjukkan sebuah aktivitas yang memperkuat keyakinan terhadap
self-efficacy.Secara spesifik, dampak dari enactive attainment telah dibuktikan
dengan pada penelitian mengenai pobia ular, smoking cessation, perilaku olahraga,
aktivitas fungsional, dan penurunan berat badan.Enactive attainment pada
umumnya menghasilkan penguatan yang lebih besar terhadap self-efficacy
dibandingkan dari sumber atau factor lainnya. Namun jika enactive attainment
dilakukan sendiri tidak akan menghasilkan keyakinan terhadap self-efficacy. Faktor
lain seperti prekonsepsi terhadap kemampuan, perasaan terhadap tingkat kesulitan
tugas, jumlah usaha yang dilakukan, penerimaan bantuan eksternal, situasi kondisi,
kesuksesan dan kegagalan dimasa lalu yang berdampak pada penilaian kognitif
individu terhadap self-efficacy (Bandura, 1995).

Orang dewasa tua (older) yang sangat meyakini bahwa mereka mampu
untuk mandi dan berpakaian secara mandiri karena mereka telah melakukan
aktivitas tersebut selama lebih dari 90 tahun tidak akan mengubah harapan
self-efficacy jika mereka jika mereka bangun dengan gejala artritis yang berat di
pagi hari sehingga mereka tidak mampu berpakaian secara mandiri. Kegagalan
yang terjadi berulang-ulang dapat mempengaruhi ekspektasi self-efficacy mereka.

5. Vicarious experience (Pengalaman individu lain)

Harapan self-efficacy juga dipengaruhi oleh pengalaman individu lain yang


melakukan perilaku/aktivitas yang sama (Bandura, 1977; Chase, 2011; Martin et al,
2011). Terdapat beberapa kondisi yang mempengaruhi vicarious experience, yaitu
jika individu belum terpapar oleh suatu perilaku atau hanya mempunyai
pengalaman yang sedikit tentang perilaku tersebut biasanya vicarious experience
akan memberikan dampak yang lebih besar terhadap self-efficacy. Pengamatan
individu akan keberhasilan individu lain dalam bidang tertentu akan meningkatkan
self-efficacy individu tersebut pada bidang yang sama. Individu melakukan persuasi
terhadap dirinya dengan mengatakan jika individu lain dapat melakukannya dengan
sukses, maka individu tersebut juga memiliki kemampuan untuk melakukanya
dengan baik. Pengamatan individu terhadap kegagalan yang dialami individu lain
meskipun telah melakukan banyak usaha menurunkan penilaian individu terhadap
kemampuannya sendiri dan mengurangi usaha individu untuk mencapai
kesuksesan.

6. Persuasi Verbal

Persuasi verbal yaitu mengatakan kepada individu bahwa dirinya mampu


melakukan perintah atau anjuran yang diberikan.Pengaruh persuasi verbal telah
didokumentasikan sejak tahun 1977 oleh penelitian Bandura.Persuasi verbal
memiliki pengaruh positif berupa dukungan untuk kesembuhan individu terutama
pada kasus penyakit kronis dan promosi kesehatan.Persuasi verbal juga sangat
berpengaruh pada individu dengan tingkat efikasi yang tinggi agar individu tersebut
lebih intensif dalam berusaha merubah kebiasaan hidupnya yang berisiko terhadap
penurunan status kesehatan.Metode ini dapat dilakukan sendiri melalui konseling
dan edukasi dari narasumber yang terpercaya.Tidak hanya itu, persuasi verbal juga
dapat dilakukan melalui telepon sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas fisik
orang dewasa.

7. Timbal balik Psikologi

Indikator psikologi seorang individu sangat penting jika dihubungkan


dengan mekanisme koping, kegiatan fisik, dan fungsi kesehatan. Seorang individu
akan mengevaluasi status psikologinya dan jika individu tersebut merasa terdapat
penurunan pada status psikologinya, individu tersebut dapat mencegah kebiasaan
yang dilakukannya. Sebagai contoh, ketika seseorang merasa takut dan khawatir
akan terluka saat berjalan, maka pada saat itu, hal tersebut akan menurunkan
kepercayaan diri dan performa nya dalam melakukan aktivitas yang dianjurkan.
Seperti halnya pada saat kegiatan rehabilitasi yang menimbulkan nyeri, kelelahan,
dan ketidaknyamanan, maka seorang individu dapat merasa tidak mampu untuk
melanjutkan aktivitas tersebut.intervensi dapat dilakukan untuk membantu individu
dalam melakukan koping terhadap sensasi fisik yang berpengaruh terhadap status
psikologisnya. Intervensi tersebut diantaranya (a) memberikan gambaran individu
yang lebih berpengalaman dalam menghilangkan reaksi emosional terhadap situasi
yang diberikan (b) meningkatkan status fisik (c) merubah interpretasi diri terhadap
kondisi tubuh.Salah satu contoh konkretnya adalah dengan pemberian obat anti
nyeri pada individu yang takut berjalan dikarenakan rasa nyeri yang dialaminya.

8. Hubungan Diantara Konsep : Model

Teori Efikasi Diri diturunkan dari teori sosial kognitif dan harus
dipertimbangkan dengan konteks penentuan timbal baliknya.Empat sumber
pengalaman (pengalaman langsung, pengalaman orang lain, penentuan dari orang
lain, dan turunan dari pengetahuan) yang dapat secara potensial mempengaruhi
efikasi diri dan ekspektasi hasilnya yang juga berinteraksi dengan karakteristik
individu dan lingkungannya.Idealnya, efikasi diri dan ekspektasi hasil diperkuat
oleh pengalaman dan kebiasaan yang dilakukan.Sejak efikasi diri dan ekspektasi
hasil sangat dipengaruhi oleh performa dan kebiasaan, sepertinya terdapat
hubungan yang saling timbale balik antara performa dan efikasi yang diharapkan.

9. Pengukuran Efikasi Diri Dan Hasil Yang Diharapkan

Ukuran efikasi diri dikembangkan sebagai ukuran kertas dan pensil yang
menuliskan berbagai aktivitas dari yang mudah ke yang paling sulit di domain
kebiasaan yang spesifik.Pada penelitian Bandura, partisipan ditanya tentang
indikasi melakukan suatu kegiatan dan mengevaluasi tingkat kepercayaan dirinya
terhadap aktivitas yang diberikan.

Individu

Sumber Informasi : Efikasi diri

Harapan Kebiasaan
 Performa
 Persuasi Verbal
 Role Model
 Timbal balik Psikologis Hasil yang
diharapkan

Lingkungan
Secara tradisional, pada perkembangan ukuran efikasi diri,
komponen-komponennya diturunkan berdasarkan pada kombinasi antara penelitian
kualitatif dan kuantitatif yang meneliti berbagai faktor yang mempengaruhi
kepatuhan pada suatu kebiasaan spesifik, misalnya latihan.Sebagai contoh, skala
efikasi diri untuk kegiatan latihan terdiri dari 9 komponen, dimana setiap
komponen merefleksikan tantangan dalam kegiatan latihan.Nilai 0 diberikan untuk
yang tidak memiliki kepercayaan diri, sedangkan nilai 10 diberikan kepada
individu yang sangat percaya diri.

Perkembangan ukuran untuk ekspektasi haril kurang begitu baik


walaupun proses pembentukannya sama dengan ekspektasi efikasi diri. Akan tetapi,
terdapat peningkatan pada penelitian tentang ekspektasi hasil dengan beberapa
kebiasaan seperti aktivitas fisik, latihan khusus, kepatuhan pengobatan, dan
perawatan kanker payudara.

10. Penggunaan Teori Pada Penelitian Bidang Keperawatan

Teori efikasi diri telah digunakan pada penelitian keperawatan berfokus


pada aspek perawatan klinis, edukasi, kompetensi perawat dan profesionalitas.

a. Studi tentang efikasi diri untuk penatalaksanaan penyakit kronis


Efikasi diri biasanya digunakan untuk menjelaskan manajemen penyakit
kronis seperti penyakit kardiovaskuler, hipertensi, diabetes, rheumatoid arthritis,
stroke, penyakit ginjal bahkan penyakit jiwa.Penelitian efikasi diri pada sejumlah
kasus penyakit kronis berfokus pada manajemen diri dan tanda gejala pada
penyakit kronis yaitu nyeri.
Gortner dan rekannya adalah bebarapa dari perawat pertaa yang
mengintenversi dengan mnggunakan dengan self eficacy pada manajemen penyakit
kronis yang berfokus pada penyakit kardiovaskular, mereka menguji self efficacy
pada penyembuhan 156 pasien operasi jantung. ( Gortner dan Jenkiss 1990).
Dalam penelitian ini pasien mendapatkan informasi mengenai penyembuhan
setelah operasi jantung atau intervensi pemberian informasi rutin ditambah dengan
slide, conseling secara langsung, ataupun follow up mingguan untuk memonitor
penyembuhan.
Allen Becker, Swan (1990) tentang dampak self efficacy expectation 125
pasien laki-laki dengan operasi jantung, pasien dinilai hari ke-5 , kemudian
minggu ke-4 dan 6 bulan, self efficacy behubungan dengan pencapain aktifitas
yang sudah ditentukan pada bulan ke-6. Borsody, Courtney, Taylor dan Jairath
(1994) menguji Self efficacy untuk peningkatan aktifitas fisik pada pasien dnegan
gagal jantung. Perilaku exercise berhubungan Hasil yang diharapkan dengan
adanya exercise pada pasien lansia ( Resnick, Luis et al., 2008 ; Wilcox, et al.,
2008). Collins, et al (2011) melakukan self efficacy pada pasien diabetic, Gau et al
( 2011)

b. Efikasi diri untuk aktifitas promosi kesehatan seperti latihan fisik


dan penurunan berat badan
Pendekatan efikasi diri sudah biasa digunakan untuk mempengaruhi latihan
dan juga kebiasaan. Hasil yang signifikan telah diobservasi melalui penelitian
tentang efikasi diri dan penurunan berat badan sama baiknya dengan berat badan
yang dipengaruhi oleh dua intervensi yaitu diet dan aktivitas fisik.
Pendekatan self-efficacy banyak digunakan untuk mempengaruhi perilaku
olahraga dan diet. Harapan self-efficacy memberikan dampak positif terhadap
perubahan perilaku olahraga (Chase, 2011; Grim et al., 2011; Nahm et al., 2010;
Resnick, 2005; Van Stralen et al., 2011). Penggunaan teori self-efficacy banyak
dikembangkan dan diuji untuk meningkatkan perilaku olahraga di komunitas (King
et al., 2007; Resnick et al., 2009), dan juga pada pasien yang mengalami cedera
ortopedi (Hays et al., 2010; Orwig et al., 2011), atau pada pasien dengan penyakit
jantung (Duncan et al., 2011, Resnick et al., 2007) dan beberapa kondisi lainnya.
Intervensi berdasarkan self-efficacyi diaplikasikan dengan menerapkan
empat sumber informasi self-efficacy yaitu mastery, verbal persuasion,
self-modelling, dan timbal balik fisiologis untuk meningkatkan self-efficacy pada
perilaku olahraga.Self-efficacy juga dipalikasikan dalam pemberian intervensi
untuk diet. Oberg et al. (2011), melakukan penelitian terkait sefl-efficacy untuk
meningkatkan perilaku diet pada pasien diabetes dan didapatkan hasil bahwa
dengan kuatnya self-efficacy maka perilaku diet pasien diabetes juga semakin baik.

c. Efikasi diri untuk manajemen gejala


Intervensi efikasi diri telah berkembang untuk penatalaksanaan manajemen
nyeri, rasa takut terjatuh dan perubahan daya ingat.Selain untuk mengubah perilaku
hidup sehat, pendekatan self-efficacy juga dikembangkan dan diuji untuk
memanagemen gejala di berbagai area dan sebagian besar berfokus pada gejala
untuk managemen nyeri (Bennett et al., 2011; Gustavsson et al., 2011), perubahan
memori (McDougall et al., 2011; Williams, 2011). Sebagai contoh, penelitian yang
dilakukan oleh McDougall et al. (2011), memberikan intervensi yang berfokus
pada gelaja pada penderita kanker terkait memori pada usia>65 tahun. Penelitian ini
membandingkan memori dengan intervensi health training pada sample.Memori
training dilakukan untuk meningkatkan performa kognitif, menurunkan ansietas,
promosi kesehatan, dan meningkatkan memori selef-efficacy.

d. Efikasi diri untuk edukasi penyedia layanan kesehatan


Pada kasus klinis, penelitian berbasis efikasi diri telah membuka wawasan
perawat tentang edukasi kesehatan.Pemberian edukasi terhadap sejumlah perawat
dan mahasiswa keperawatan selama 1 tahun terbukti secara signifikan menurunkan
kejadian kesalahan pemberian obat dan meningkatkan kepuasan program.
Sebagai tambahan pada fokus klinik, self efficacy berdasarkan penelitian
juga memandu eksplorasi teknik pendidikan pada keperawatan.Penelitian
mahasiswa berfokus pada ekspektasi self efficacy yang berhubungan dengan
penampilan akademik, keterampilan klinis dan perilaku keperawatan.Sebagai
contoh salah satu penelitian yang berfokus pada pendidikan mahasiswa dan
mengevaluasi pengaruh online, perhitungan obat dan program testing.Hasil
menunjukan bahwa keahlian mahasiswa dalam menghitung obat dan ekspektasi self
efficacy berhubungan dengan hasil perhitungan obat.responden penelitian tersebut
merupakan perawat yang teregistrasi dan mahasiswa keperawatan. Pengukuran
hasil meliputi jumlah percobaan tes, self efficacy, rasio kesalahan perhitungan obat
dan kepuasan terhadap program.Skor perhitungan obat pada tes pertama
menunjukkan peningkatan selama program dijalankan 1 tahun.dua dari skala self
efficacy meningkat dan perawat melaporkan kepuasan dengan program online.
Sebuah contoh dari jenis self efficacy berdasar pada intervensi digunakan
pada praktik keperawatan yang lebih maju, meliputi simulasi pengkajian
kardiovaskuler.Intervensi pendidikan meliputi presentasi kasus berbasis simulasi
dan sesi pembelajaran mandiri menggunakan CPS (Cardiopulmonary Patient
Simulator) dan multimedia, serta program berbasis computer.Hasil yang diukur
meliputi ujian tertulis, checklist keterampilan, self efficacy pelajar dan survei
kepuasan.Sebanyak 36 mahasiswa yang menerima pelatihan berbasis simulasi
menunjukkan peningkatan kepuasan pada pengetahuan kognitif dan keterampulan
pengkajian kardiovaskuler.
Beberapa contoh telah disediakan untuk jenis self efficacy berdasarkan
penggunaan intervensi pada keperawatan meliputi aktivitaspromosi kesehatan
berbasis komunitas dan edukasi pasien pada pelayanan kesehatan.ada banyak sudi
lain yang mencontohkan self efficacy dapat merubah perilaku dan meningkatkan
pengetahuan pada penyedia layanan kesehatan. Jadi teori self efficacy ini digunakan
secara luas untuk memandu penelitian dan praktik klinis.

11. Ekspektasi Efikasi Diri, Ekspektasi Hasil, Dan Kebiasaan

Bandura mengemukakan bahwa efikasi diri dan ekspektasi hasil meningkat


seiring dengan efikasi diri berdasarkan intervensi dan sebagian performa dari
kebiasaan.Walaupun begitu, teori tersebut tidak selalu didukung oleh berbagai studi
dimana orang dewasa telah terpapar efikasi diri berdasarkan intervensi untuk
kegiatan latihan.Studi tersebut menunjukkan hasil tidak ada perubahan pada
ekspektasi efikasi diri walaupun terdapat peningkatan kebiasaan.

12. Penggunaan Teori Pada Praktik Keperawatan

Teori efikasi diri ini dapat membantu perawat secara langsung.Teori ini
berperan dalam memberikan motivasi kepada individu yang sedang menjalani
kegiatan promosi kesehatan seperti latihan rutin, penyapihan rokok, penurunan
berat badan, dan skrining kanker.Sebagai contoh, Resnick dan rekan penelitiannya
telah menggunakan teori efikasi diri sebagai dasar dari program yang menyediakan
kegiatan latihan, dan aktivitas fisik untuk orang dewasa. Diantara intervensi
tersebut, pendekatan Function Focus Care (FFC) telah diuji intensif dan akan
mendeskripsikannya sebagai sebuah eksemplar.

13. Function Focus Care

FFC yang diperankan sebagai perawatan untuk penyembuhan, adalah


filosofi dari perawatan yang berfokus pada evaluasi kemampuan manusia dewasa
untuk melakukan aktivitas fisik dan menolong dirinya sendiri guna
mengoptimalisasikan kegiatan fisik sehari-hari.

FFC diimplementasikan menggunakan 4 komponen :

a. Lingkungan dan kebijakan/prosedur pengkajian


Komponen ini meliputi kegiatan melengkapi pengkajian
lingkungan dan kebijakan yang relevan dengan kegiatan fisik.
b. Edukasi
Komponen ini meliputi kegiatan mengajarkan staf perawat dan
profesi kesehatan lain, pasien serta keluarga tentang filosofi FFC.
c. Peningkatan tujuan fokus-fungsi
Komponen ini meliputi kegiatan membangun tujuan individu
yang ingin meningkatkan durasi atau banyaknya kegiatan fisik
yang akan dicapai.
d. Mentoring dan motivasi
Komponen ini diimplementasikan menggunakan empat sumber
efikasi diri (performa, persusai verbal, role model dan timbale
balik psikologis) agar pemberi layanan kesehatan dan pasien
sama-sama terpapar dengan FFC.
Tenaga kesehatan diajarkan untuk menerapkan pendekatan berdasarkan self
efficacy untuk memotivasi pasien dewasa tua dalam berkomitmen pada aktivitas
fisiknya. Dengan segala jenis perilaku, penampilan aktual merupakan cara terbaik
untuk memperkuat self efficacy dan ekspektasi hasil. Oleh karena itu, pemberi
pelayanan kesehatan diajarkan untuk mengajak masyarakat dalam aktivitas yang
dikuasainya tanpa adanya rasa ketidaknyamanan atau ketakutan akan nyeri.
Performa pemberi pelayanan kesehatan diukur saat mereka mampu memeberikan
reinforcement kepada masyarakat yang telah berkomitmen melakukan
aktivitasnya.Contohnya berupa pelukan, senyuman dan tepuk tangan.

Memberikan role model sangat berguna untuk memotivasi pasien yang


lebih tua.Role model dapat diterapkan pada pemberi layanan kesehatan dengan
teman sejawat dan dapat berupa contoh sederhana tentang apa yang ingin mereka
lakukan. Hal ini sangat bermanfaat terutama pada mereka yang mengalami
gangguan kognitif sehingga tidak bisa mengingat perintah atau langkah-langkah
yang banyak.Seperti halnya mengingatkan lansia bahwa kemarin dirinya berhasil
berjalan ke kamarmandi tanpa bantuan dan seharusnya lansia tersebut dapat
melakukannya lagi hari ini.hal tersebut merupakan pembentukan self modeling
yang lebih efektif.

Untuk dewasa tua, pengalaman melakukan aktivitas fisik yang terjadi harus
bebas dari perasaan ketidaknyamanan dan ketakutan akan nyeri. Berikan informasi
pada mereka bahwa kejadian penyakit musculoskeletal berhubungan dengan nyeri
dan ketakutan akan terjatuh. Kita dapat berbicara pada mereka bahwa kita “tidak
ingin mereka jatuh” atau “tidak akan melakukan sesuatu yang bisa membuat
mereka merasa nyeri”. Obat anti nyeri dan penggunaan kompres dingin atau panas
pada sendi merupakan cara lain untuk mengatur nyeri sebelum diberikan aktivitas.

Sebagai tambahan, untuk memberitahukan sensasi ketidaknyamanan yang


berhubungan dengan aktivitas, kita dapat menginformasikan tentang hasil yang
positif dan menyenangkan.Kita dapat membuat aktivitas mereka menjadi lebih
menyenangkan misalnya menggunakan musik, tarian dan humor.Kita dapat
memberitahu pengaruh positif aktivitas pada perbaikan tekanan darah, gula darah
berat badan dan lain sebagainya.
14. KESIMPULAN TEORI SELF-EFFICACY

Penelitian keperawatan yang menerapkan teori self-efficacy membuktikan


bahwa dukungan terhadap self-efficacy sangat penting untuk mendapatkan hasil
perubahan perilaku pada dewasa muda. Penting untuk diketahui bahwa self-efficacy
dan ekspektasi outcome bukan menjadi satu-satunya factor terhadap perubahan
perilaku, namun perubahan perilaku juga dipengaruhi oleh factor genetic,
ketegangan/ansietas, hambatan perilaku, atau pengalaman psikososial.

Teori self-efficacy bersifat spesisfik pada situasi tertentu saja, sehingga teori
ini sulit untuk digeneralisasikan pada perilaku antara invidu satu dengan individu
lainnya.Pengaruh ekspektasi self-efficacy dan outcome sebagaimana hal tersebut
berhubungan dengan kepatuhan jangka panjang dengan kepatuhan awal masih sulit
dipahami dan membutuhkan penelitian lebih lanjut.Teori kognitif sosial dan teori
self-efficacy telah membantu penelitian keperawatan yang berhubungan dengan
perubahan perilaku.Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk membangun dan
menyatukan penelitian yang sudah dilakukan untuk meningkatkan kesehatan
individu di negara dan dunia secara global.
Kritik terhadap teori Barbara Resnick

A. Relationship Between Structure and Function


Relationship Clarity Teori Self Efficacy di definisikan oleh Barbara
Between Resnick dengan sangat jelas mengenai konsep terkait
Structure and self expectatition dan expectation outcome, serta
Function faktor-faktor yang mempengaruhi self-efficacy dan
hubungannya dengan perubahan perilaku pada pasien.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa teori self-efficacy
dari Barbara resnick jelas.
Consistency Teori Self Efficacy yang di cetuskan oleh barbara
resnick konsisten dibuktikan dengan kesesuaian
antara asumsi dan konsep yang dijelaskan. Dimana
asumsi bersumber dari keyakinan bahwa perilaku
dapat diubah dengan adanya pengaruh dari
self-expectation dan expectation outcome dan
konsepnya juga menjelaskan faktor-faktor yang
berpengaruh pada self-expectation dan expectation
outcome
Simplcity/ Teori ini simple karena dalam konsep teori tidak
Complexity dijelaskan mengenai fenomena lebihluas yang
menjadi pertimbangan asumsi dan konsep
self-efficacy yang dicetuskan oleh Barbara resnick.
Tautology/tel Teori self-efficacy dari Barbara Resnick merupakan
eology teleology. Konsep teori menjelaskan konsekuensi dan
tidak menjelaskan definisi dari self efficacy. Dan
Barbara menjelaskan konsep baru yang sedikit
berbeda dari konsep teori asal self-efficacy

Diagram teori Presentasi Diagram teori cukup sederhana , namun representasi


Visual dan diagram tentang konsep kurang dapat dipahami. Ada
grafik beberapa komponen di dalam diagram yang tidak
dijelaskan dalam konsep.
Representasi Representasi tidak logis karena ada beberapa
logis komponen di dalam diagram yang tidak dijelaskan
dalam konsep.
Geographical Teori Self-efficacyBarbara Resnick diadaptasi dari
origin of Bandura, seorang scientist sosial
Circle of
theory and Pada tahun 1963, Bandura and Walters menulis
Contagiouses
geographical mengenai Social Learning and Personality
spread Development.
Pada tahun 1970-an, Bandura menggabungkan apa
yang dia anggap sebagai komponen yang hilang dari
teori tersebut, yaitu mengenai self-efficacy.
Teori Self Effcacy telah banyak digunakan dalam
penelitian-penelitian di berbagai negara di dunia
seperti di Amerika, Afrika selatan, China, Taiwan,
dan bahkan di Indonesia.
Influence of Barbara Resnick menempuh jenjang pendidikan dan
theorist mendapatkan gelar BSN with Distinction, University
versus theory of Connecticut Storrs(1978), MSN University of
Pennsylvania (1982) PhD, University of Maryland
Baltimore (1996). Barbara Resnick telah
mempublikasikan lebih dari 150 artikel di keperawatan
atau jurnal-jurnal medis, beberapa bab dalam buku,
dan terkenal sebagai peneliti dan konsultan edukasi
pada beberapa proyek dan aktivitas yang melibatkan
perawatan pada kelompok older adult.
Pada tahun 1994, Barbara Resnick melakukan
penelitian pertama tentang self efficacy pada older
adult yang hasilnya bahwa ekspektasi outcome dan
ekspetasi self-efficacy sama-sama penting
menentukan perilaku kesehatan.

B. Kritik terhadap Usefulness


Kriteria Unit Kritik
yang
dianalisa
Praktik Direction Teori self-efficacy memberikan arah yang cukup jelas dalam
praktik keperawatan, dimana teori tersebut sangat bermanfaat
untuk meningkatkan motivasi pasien untuk meningkatkan atau
mempertahankan status kesehatannya. Sudah terdapat frame
work yang cukup jelas untuk mengaplikasikan teori self
efficacy ini, yaitu dengan cara mendukung enactive attaintment,
role model, persuasi verbal, maupun memperhatikan pengaruh
fisiologis pada klien.
Applicabi Terkait dengan kemudahan mengaplikasikan teori ini, teori
lity self-efficacy merupakan jenis teori dari middle-range sehingga
teori yang ada bukan teori yang mempunyai tingkat
keabstrakan yang tinggi, teori tersebut bersifat spesifik
dibidang keperawatan dan memberikan konsep yang jelas
tentang tindakan yang dapat dilakukan serta didukung banyak
penelitian yang menunjukkan keefektifan self-efficacy untuk
meningkatkan status kesehatan. Berdasarkan hal tersebut, dapat
disimpulkan bahwa teori ini mudah diaplikasikan. Namun,
dalam konsep teori tersebut tidak dijelaskan secara eksplisit
apakah teori self-efficacy dapat diaplikasikan disemua proses
keperawatan.
Generaliz Teori self-efficacy ini termasuk teori yang dapat
ability digeneralisasikan, hal tersebut dikarenakan sudah banyak
penelitian yang mengaplikasikan teori ini dalam berbagai aspek
keperawatan, seperti keperawatan untuk gerontologi,
maternitas, dan keperawatan medikal bedah.
Cost of Teori ini memberikan manfaat dalam hal penghematan biaya
effectiven (cost effectiveness), hal tersebut dikarenakan pengaplikasian
ess teori self-efficacy tergolong mudah dan memberikan outcome
yang bermanfaat untuk peningkatan status kesehatan pasien
melalui peningkatan motivasi untuk mengubah perilaku
menjadi lebih baik
Relevanc Teori self-efficacy yang dikemukakan oleh Barbara Resnick
e merupakan teori yang relevan dengan keadaan sekarang, salah
satunya adalah tentang pemberian asuhan keperawatan dari sisi
psikologis untuk merubah perilaku klien. Teori ini tidak
dijelaskan secara eksplisit apakah teori self-efficacy dapat
diaplikasikan disemua proses keperawatan.
Penelitian Consisten Dari beberapa penelitian, aplikasi teori selalu konsisten dengan
cy konsep yang dijelaskan oleh Barbara resnick.
Telah banyak penelitian yang sudah dilakukan seperti
penelitian untuk meningkatkan exercise pada dewasa tua (older
adult) yang mempunyai penyakit kronik dan intervensi tersebut
memberikan dampak positif terhadap perubahan perilaku
klien.
Testabilit Definisi operasional dari teori self-efficacy cukup jelas, yaitu
y bahwa self efficacy berfokus pada tindakan keperawatan
dengan memberikan motivasi psikologis untuk terjadi
perubahan perilaku pada klien. Konsep teori cukup jelas
dengan pemberian enactive attaintment, role model, persuasi
verbal, maupun memperhatikan pengaruh psikologis pada
klien. Telah banyak penelitian yang sudah dilakukan seperti
penelitian untuk meningkatkan exercise pada dewasa tua (older
adult) yang mempunyai penyakit kronik dan intervensi tersebut
memberikan dampak positif terhadap perubahan perilaku
klien.
Predictab Teori ini dapat diprediksi untuk dapat meningkatkan outcome
ility pasien menjadi lebih baik dengan meningkatkan self efficacy
melalui enacitve attaintment, role model, persuasi verbal,
maupun memperhatikan pengaruh psikologis pada klien.
Edukasi Pernyataa Teori ini menggunakan filosofi Function Focus Care. Filosofi
n filosofis ini berfokus pada evaluasi kemampuan individu untuk
melakukan aktivitas fisik dan menolong dirinya sendiri guna
mengoptimalisasi kegiatan sehari-hari.
Objective Tujuan dari edukasi self efficacy adalah mengajarkan staf
s perawat, tenaga kesehatan lain dan pasien serta keluarga
tentang filosofi Function Focus Care dari teori self efficacy.
Concept Konsep edukasi dalam self efficacy berupa mentoring dan
motivasi yang diwujudkan dalam kegiatan role model atau
simulasi, persuasi verbal, kinerja individu dan saling
memberikan feedback.
Administr Structure Teori self efficacy dapat digunakan pada kasus pasien yang
asi of Case mengalami kecemasan, ketakutan dan kurangnya informasi
mengenai penyakitnya, sehingga dirinya tidak memiliki
motivasi untuk melakukan aktivitas yang bermanfaat untuk
mengurangi dampak dari penyakitnya.
Organiza a. Efikasi diriuntuk penatalaksanaan penyakit kronis
tion of Perawatan efikasi diri pada sejumlah kasus penyakit kronis
Care berfokus pada manajemen diri dan tanda gejala pada
penyakit kronis yaitu nyeri.
b. Efikasi diri untuk aktifitas promosi kesehatan seperti
latihan fisik dan penurunan berat badan
Pendekatan efikasi diri sudah biasa digunakan untuk
mempengaruhi latihan dan juga kebiasaan. Hasil yang
signifikan telah diobservasi melalui penelitian tentang
efikasi diri dan penurunan berat badan sama baiknya
dengan berat badan yang dipengaruhi oleh dua intervensi
yaitu diet dan aktivitas fisik.
c. Efikasi diri untuk manajemen gejala
Efikasi diri sebaiknya diterapkan pada manajemen nyeri,
rasa takut terjatuh dan perubahan daya ingat.
d. Efikasi diri untuk edukasi penyedia layanan kesehatan
Untuk penyedia layanan kesehatan, efikasi diri digunakan
dengan kegiatan mentoring dan motivasi seperti role model,
simulasi dan pendidikan kesehatan.
Guideline Penggunaan intervensi self efficacy dinilai dengan cara
s of partisipan ditanya tentang indikasi melakukan suatu kegiatan
Patient dan mengevaluasi tingkat kepercayaan dirinya terhadap
Care aktivitas yang diberikan.

Patient Skala efikasi diri untuk kegiatan latihan terdiri dari 9


Classifica komponen, dimana setiap komponen merefleksikan tantangan
tion dalam kegiatan latihan. Nilai 0 diberikan untuk yang tidak
System memiliki kepercayaan diri, sedangkan nilai 10 diberikan
kepada individu yang sangat percaya diri.

C. External Component
Kriteria Unit yang Critique
dianalisis
Personal Theorist Teori self-efficacy terdiri dari dua konsep dasar yaitu yang
Values dan Critic pertama harapan self-efficacy, yang merupakan kepercayaan
individu terhadap kemampuan mereka untuk melakukan
tindakan untuk mencapai hasil yang diinginkan; dan yang kedua
harapan hasil, yang merupakan keyakinan bahwa konsekuensi
tertentu akan dihasilkan oleh tindakan pribadi. Barbara myakini
bahwa self-efficacy expectation dan expectation outcome
berkaitan satu sam lain dan bisa dipisahkan untuk
mempengaruhi perilaku. Semakin kuat harapan akan
self-efficacy dan harapan individu untuk suatu aktivitas,
semakin besar kemungkinan dia untuk memulai dan
mempertahankan aktivitas itu.
Congruency Compleme Teori ini bersifat komplementer. Karena akan lebih optimal jika
With Other ntarity diaplikasikan dengan teori lain yang memberikan tindakan
Professional keperawatan secara holistik.
Values

Congruency Beliefs dan Peran perawat dan tindakan perawat kongruen dengan harapan
With Social Values masyarakat yang dibuktikan dengan aplikasi teori yang
Values memberikan perawatan tidak hanya focus padakondisi fisik
pasien tapi juga memperhatikan sisi psikologis pasien yang
akan mengoptimalkan health outcome patient

Social Value to Teori self-efficacy telah memberikan dukungan yang signifikan


Signifiance Humanity pada efikasi diri dan ekspektasi hasil yang berhubungan dengan
perilaku dan perubahan perilaku. Teori ini berperan dalam
memberikan motivasi kepada individu yang sedang menjalani
kegiatan promosi kesehatan seperti latihan rutin, penyapihan
rokok, penurunan berat badan, dan skrining kanker. Sehingga
teori ini memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
masyarakat karena dengan mengaplikasikan teori ini dapat
meningkatkan kualitas hidup melalui motivasi terhadap
perubahan perilaku

BAB III

ANALISA ARTIKEL

Perawat memegang peranan penting dalam membantu dan memecahkan


permasalahan self efficacy pasien. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu
membantu menumbuhkan motivasi diri pada pasien, baik secara fisik maupun
psikologis.
A. PICO
PICO merupakan salah satu analisa jurnal yang meliputi P (Population), I
(Intervention), C (comparation), dan O (Outcome)
P: Pasien (dengan berbagai kondisi)
I: Intervensi self-efficacy
C: .N/A
O: Motivasi/Perubahan Perilaku
B. Pertanyaan Klinis
Berdarasarkan PICO diatas maka dapat dirumuskan pertanyaan klinis
sebagai berikut “Apakah metode SESEP efektif di gunakan pada pasien
lansia?”
C. Proses Pencarian Referensi
Pencarian referensi yang berhubungan dengan self efficacy di lakukan
di science direct, pubmed, nejm. Kemudian di persempit dengan pencarian
self efficacy model Barbara Resnick. Kemudian setelah melalui beberapa
tahap penyeleksian, maka di ambil jurnal yang berjudul “Testing the
Senior Exerciese Self-efficacy Project (SESEP) for Use With Urban
Dwelling Minority Older Adults”
D. Analisa Jurnal
1. Judul
Testing the Senior Exerciese Self-efficacy Project (SESEP) for Use With
Urban Dwelling Minority Older Adults.

2. Peneliti
Penelitian ini di lakukan oleh Barbara Resnick, di publikasikan pada
tahun 2008.
3. Latar Belakang
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan dan
efektifitas dari metode proyek latihan “Senior Exerciese Self-efficacy
Project” (SESEP).
Etnis minoritas seperti orang Afrika Amerika, Hispanis Amerika,
dan penduduk asli amerika lebih sering menderita penyakit obesitas,
kecacatan kronis dan kerusakan pada fungsi tubuh serta lebih berresiko
tinggi terhadap penyakit kardiovaskuler dibandingkn dengan orang
pada ras kulit putih.
Senior Exerciese Self-efficacy Project (SESEP) adalah gabungan
aktifitas fisik dan peningkatan motifasi pada pasien dengan usia lanjut
yang tinggal didaerah perkotaan.
SESEP dirancang untuk menggunakan sumber informasi yang
diketahuidapat mempengaruhi harapan self-efficacy dan hasilnya.
Secara singkat, peserta dikaitkan dalam kelas yang melibatkan
olahraga, belajar tentang manfaat olahraga dan aktivitas fisik,
mendapat dorongan verbal dengan tujuan pengembangan, dan
mendiskusikan sensasi yang tidak menyenangkan yang terkait dengan
olahraga dan belajar bagaimana menghilangkan sensasi tidak
menyenangkan ini.misalnya rasa sakit dan ketakutan terjatuh).
hipotesa dalam penelitian ini adalah: (1) Peserta yang terpapar SESEP
akan memiliki harapan self-efficacy dan outcome yang lebih kuat dan
menghabiskan lebih banyak waktu dalam berolahraga dan aktivitas
fisik secara keseluruhan daripada yang diacak untuk dikontrol; dan (2)
Peserta yang terpapar SESEP akan memiliki kualitas hidup fisik dan
fisik yang lebih baik, memiliki lebih sedikit gejala depresi, sedikit rasa
sakit, kurang takut terjatuh, dan mobilitas dan kenaikan kursi yang
lebih baik dibandingkan dengan yang diacak untuk dikontrol.

4. Metode Penelitian
a. Desain penelitian
Metode atau design penelitian yang digunakan pada penelitian ini
adalah randomize control trial.
b. Sampel dan Prosedur penelitian
Pada awal penelitian, jumlah sample yang digunakan dalam
penelitian ini sebanyak 166 orang, yang terbagi dalam dua
kelompok yaitu kelomok intervensi dan kelompok kontrol.
Kelompok intervensi terdiri dari 100 orang yang terbagi kedalam 6
kelompok. Pada kelompok kontrol terdiri dari 66 orang yang terbagi
ke dalam 7 kelompok. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah
pasien dengan usia 60 tahun atau lebih, mempunyai tekanan darah
sistolik < 200 mmhg dan diastolik < 100 mmhg, heart rate 60 - 120/
menit, tidak mempunyai riwayat penyakit jantung, stroke ataupun
gangguan irama jantung selama 6 bulan terakhir.
Penelitian ini dimulai dari pengumpulan data dan pengambilan
sample, kemudian dilakukan screening kesehatan pada sample
untuk menentukan kriteria inklusi dan ekslusi. Kemudian penentuan
sample dilakukan secara acak. Pada kelompok intervensi diberikan
perlakuan motivasi dengan metode SESEP dan latihan fisik selama
12 minggu. Sedangkan pada kelompok kontrol di berikan
pendidikan nutrisi dan latihan fisik selama 12 minggu. Latihan
SESEP dilakukan sebanyak 2 kali dalam seminggu dengan jumlah
masing-masing pertemuan selama 1-1,5 jam setiap pertemuan.`

c. Analisa Data
Data yang terkumpul dalam penelitian ini kemudian di analisa
menggunakan uji chi-square.

5. Hasil penelitian & pembahasan


Ekspektasi self-efficacy dapat ditingkatkan dengan empat sumber
informasi (Bandura, 1997): (1) pengalaman penguasaan aktif, yang
melibatkan kinerja aktivitas bunga yang berhasil; (2) persuasi verbal
atau dorongan verbal oleh sumber yang kredibel, terdiri dari pesan
bahwa seseorang mampu melakukan aktivitas; (3) pengalaman
perwakilan, yang melibatkan melihat individu yang serupa dengan diri
mereka melakukan aktivitas; dan (4) keadaan fisiologis dan afektif
seperti kegembiraan, rasa sakit, kelelahan, atau kecemasan yang terkait
dengan atau dialami selama aktivitas berlangsung. Mengingat bahwa
self-efficacy mempengaruhi ekspektasi hasil, diantisipasi bahwa
faktor-faktor ini juga akan memperkuat harapan hasil, seperti yang
telah dicatat sebelumnya (Jette et al., 1998; Resnick, 2000).
Baik self-efficacy maupun outcome expectations memiliki peran
yang berpengaruh dalam adopsi dan selalu melakukan kegiatan
olahraga (Hiltunen et al., 2005; McAuley, Jerome, Elavsky, Marquez,
& Ramsey, 2003; McAuley et al., 2006; Moore et al. , 2006; Resnick,
Vogel, & Luisi, 2006). Ekspektasi self-efficacy untuk olahraga yang
berfokus pada mengatasi tantangan yang berkaitan dengan olahraga
dikaitkan dengan waktu yang dihabiskan dalam latihan untuk orang
dewasa sehat yang lebih tua yang tinggal di masyarakat (Jette et al.,
1998; Resnick & Nigg, 2003), dan juga mereka yang baru sembuh dari
patah tulang pinggul (Resnick et al.,2007) dan stroke (Shaughnessy,
Resnick, & Macko, 2005). Minoritas orang lansia melaporkan bahwa
dorongan verbal yang mereka dapatkan selama program latihan
berbasis kelompok sangat penting untuk membantu mereka mengatasi
rintangan untuk berolahraga dan memotivasi mereka untuk terlibat
dalam aktivitas olahraga (Izquierdo-Porrera, Powell, Reiner, &
Fontaine, 2002; Laffrey & Asawachaisuwikrom , 2001;
Lavizzo-Mourey et al., 2001).
Perilaku juga bisa diubah oleh hasilnyaharapan individu
mempertahankan. Secara khusus, distudi dengan orang dewasa kulit
putih yang lebih tua (Jette et al., 1998;Resnick, Palmer, Jenkins, &
Spellbring, 2000), jugasebagai orang Afrika Amerika dan Hispanik
(Henderson &Ainsworth, 2003; Laffrey & Asawachaisuwikrom,2001),
kesehatan fisik dan mental yang terkaitmanfaat (yaitu, harapan hasil)
dari olahragadan aktivitas fisik keseluruhan dilaporkan terjadifaktor
pendorong penting Apalagi untuk yang lebih tuaOrang dewasa
menghasilkan harapan yang berkaitan dengan olahragasangat penting
untuk mematuhi latihandari waktu ke waktu (Wilcox, Castro, & King,
2006).Paparan pengalaman penguasaan enaktif, begitulahSebagai
partisipasi dalam kelas latihan, umumnyaIntervensi yang paling umum
digunakan untuk memperkuat selfefficacydan harapan hasil pada orang
dewasa yang lebih tua (Hiltunen et al., 2005; Moore et al., 2006).
Lisandorongan dari sumber terpercaya dan kredibel dibentuk konseling
dan pendidikan telah digunakansendirian, dan dengan penguasaan
enaktif, untuk memperkuatHarapan khasiat (Castro, King, &
Brassington,2001; Hiltunen et al., 2005; Moore et al., 2006;Resnick et
al., 2006). Kurang sering pengalaman perwakilan(McAuley et al., 2003;
Resnick, 1998), selfmodeling(Resnick, 2002), atau implementasi
dariintervensi untuk mengurangi sensasi yang tidak menyenangkanatau
menambah sensasi menyenangkan yang terkait dengannyaolahraga
telah digunakan untuk memperkuat self-efficacyterkait dengan
melakukan latihan serta mengatasihambatan untuk berolahraga dan
meningkatkan kepatuhan terhadapAktivitas latihan (Rejeski, Katula,
Rejeski, Rowley,& Sipe, 2005; Resnick, 1998, 2002; Resnick,
Orwig,Zimmerman, Simpson, & Magaziner, 2005).
SESEP dirancang untuk menggunakan keempat sumber informasi
yang diketahui mempengaruhi selfefficacy dan harapan hasil (Tabel 1).

Tabel3.1.
Deskripsi Komponen Peningkatan Efektivitas Proyek Self-efficacy Latihan
Senior (SESEP)
Sumber informasi
Deskripsi aktivitas peningkatan kemanjuran di
self-efficacy
SESEP

1. Latihan dua kali seminggu untuk meningkatkan


intensitas, termasuk tari / aerobik,latihan resistif,
dan latihan keseimbangan.
1) pengalaman 2. Pengembangan tujuan jangka pendek dan jangka
penguasaan aktif panjang individu dan penghargaan bulanan untuk
Mereka yang mencapai tujuan. Tujuan mingguan
ditujukan dan melangkah menuju
Prestasi dihargai
Penguatan verbal positif dari instruktur latihan dalam
pengaturan kelompok daninteraksi individu Peserta
mendapat penguatan positif untuk terlibatolahraga
selama kelas, menetapkan tujuan, dan mencapai
tujuan.
2) Bujukan atau dorongan
Penguatan diberikan untuk berhasil melakukan
verbal oleh sumber
latihan SESEP selama kelas dan di rumah.
yang kredibel
Mingguan Buku Latihan ditinjau ulang dengan
peserta kelas (buklet yang dikembangkan oleh tim
investigasi). Buklet ini berfokus pada manfaat
olahraga dan mengatasi hambatan seperti tidak punya
waktu, rasa sakit, takut jatuh, merasa terlalu tua, dan
terlalu lelah untuk berolahraga.

Instruktur awam paruh baya dan peserta kelas


dewasa yang lebih tua lainnya berperan sebagai
3) Pengalaman / panutan.
pemodelan Kelompok diskusi mingguan di kelas
perwakilan memungkinkan peserta untuk berbagi informasi
tentang bagaimana mereka mencapai tujuan latihan.
Mereka berperan sebagai panutan bagi peserta
lainnya.
Pendidikan tentang sensasi normal berhubungan
dengan olahraga seperti keringat dan denyut jantung
tinggi. Pelatihan oleh instruktur awam tentang
4) Reinterpretasi /
bagaimana mengurangi sensasi yang tidak
kontrol negara
menyenangkan yang terkait dengan olahraga,
fisiologis dan
termasuk rasa sakit, kelelahan, dan ketakutan
afektif
terjatuh. Suasana kelas yang menyenangkan untuk
mendorong asosiasi negara afektif positif seperti
kebahagiaan dengan olahraga.
Pendidikan tentang manfaat kesehatan dari latihan
5) Promosi harapan
dengan menggunakan Buklet Latihan Pendidikan
hasil positif
yang diselidiki oleh peneliti.

Pada kelompok intervensi memiliki ekspektasi hasil yang secara signifikan


lebih tinggi terkait dengan olahraga (F 55,6, p 5,02) dan menghabiskan lebih
banyak waktu dalam berolahraga (F5 4.5, p 5, 06) dibandingkan kelompok kontrol.
Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam harapan self-efficacy (F 51.6, p 5.21)
atau keseluruhan aktivitas fisik (F 5.28, p 5, 63) pada kedua kelompok.
Ada gejala depresi yang lebih signifikan pada kelompok intervensi setelah
perlakuan 12 minggu bila dibandingkan dengan kontrol (F 55,4, p 5,02). Pada
latihan Chairs rise (naik turun dari kursi) hasilnya mendekati signifikan, pada
kelompok intervensisedikit waktu untuk bangkit dari kursi (F 54.0, p 5.05). Tidak
ada perbedaan yang signifikan antara kelompok yang mengikuti intervensi terkait
nyeri (F 5.89, p 5.35), ketakutan akan jatuh (F 51.9, p 5.17), dan kualitas hidup
terkait kesehatan mental (F 51.6, p 5.22). Terdapat hasil yang signifikan pada
variable kesehatan fisik (p: 0.04) dan mobility (p: 0.03).
Barbara Resnick dalam teorinya menyatakan bahwa semakin besar efikasi
diri seseorang akan efektifitas yang spesifik, maka akan semakin besar motivasi
untuk melakukan aktifitas fisik. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yaitu Ada
peningkatan yang signifikan pada ekspektasi hasil peserta untuk berolahraga,
peningkatan jumlah waktu yang dihabiskan dalam olahraga, penurunan jumlah
gejala depresi, dan kecenderungan naiknya kursi yang lebih cepat pada orang
yang terpapar. SESEP.Manfaat ini didasarkan pada partisipasi 77% di kelas dan
62% partisipasi dalam tes lanjutan.Sementara perbaikannya signifikan secara
statistik, skornya minimal dan mungkin atau mungkin tidak signifikan secara
klinis. Skor harapan hasil rata-rata untuk kedua kelompok tinggi, menunjukkan
bahwa mereka percaya pada manfaat olahraga, dan dengan demikian sedikit
peningkatan harapan hasil mungkin tidak mempengaruhi perilaku masa depan.
Namun, kedepannya harus mempertimbangkan dampak jangka panjang dari
intervensi tersebut untuk menentukan apakah ada atau tidak
peningkatanexpectation outcome terkait dengan partisipasi dalam aktivitas
olahraga yang berlebihan (Wilcox et al., 2006).
Meskipun bukan hasil utama dari penelitian, manfaat kesehatan mental
yang terkait dengan partisipasi dalam SESEP mungkin merupakan temuan klinis
yang penting.Berulang kali, peneliti telah mencatat bahwa terdapat manfaat
psiko-logis yang terkait dengan olahraga (Lampinen, Heikkinen, & Ruoppila,
2000; Mummery, Schofield& Caperchione, 2004; Owen & Croucher, 2000;
Rejeski & Mihalko, 2001).Selain itu, orang dewasa yang berusia lebih muda
mengindikasikan bahwa itu adalah manfaat kesehatan mental dan fisik yang
memiliki dampak besar pada keinginan mereka untuk berolahraga (Belza et al.,
2004).Intervensi peningkatan efikasi yang efektif, oleh karena itu, mungkin untuk
menekankan manfaat olahraga terkait kesehatan mental.
Meskipun terdapat bias spesifik sampel, temuan tersebut menunjukkan
bahwa orang tua minoritas berpenghasilan rendah lebih tua umumnya tertarik dan
bersedia datang ke kelas SESEP, dan mendapatkan beberapa keuntungan dari
partisipasi ini. Tingkat kehadiran 77% untuk intervensi SESEP konsisten dengan
temuan lain dengan tingkat kehadiran dalam program latihan berkisar antara 60%
(Schmidt, Gruman, King, & Wolfson, 2000) sampai 90% (Sherrington, Lord, &
Herbert, 2004) .
Temuan saat ini juga menambah pengetahuan yang berkembang yang
menunjukkan efektivitas intervensi berbasis self-efficacy untuk melibatkan orang
dewasa yang lebih tua dalam program latihan (Collins, Lee, Albright, & King,
2004; Conn, Minor, Burks, Rantz, &Pomeroy , 2003; Harnirattisai & Johnson,
2005; King et al., 2000). Berdasarkan temuan penelitian dari penelitian ini dan
penelitian kualitatif lainnya (Resnick et al., 2006), teknik teknik yang
diterjemahkan dari SESEP mencakup hal-hal seperti mengajarkan orang tua yang
lebih muda manfaat latihan dan aktivitas fisik secara keseluruhan, yang secara
eksplisit mengikat perbaikan klinis misalnya, peningkatan tekanan darah atau gula
darah) terhadap aktivitas fisik, menetapkan outcome aktivitas fisik spesifik untuk
individu, dan memberi dorongan verbal yang terus berlanjut untuk terlibat dalam
kegiatan fisik. SESEP dapat dengan mudah komunitas, pusat-pusat senior, atau di
tempat tinggal yang dibantu atau masyarakat penerima perawatan yang
berkelanjutan.

6. Aplikasi Penelitian
Hasil penelitian ini bisa diaplikasikan pada pasien usia lanjut baik di
Rumah sakit maupun dikomunitas, yaitu untuk meningkatkan
motivasi diri sebelum dilakukan terapi fisik dan olahraga.

7. Kekurangan penelitian
a. Jumlah sample yang digunakan tidak sama antara kelompok
intervensi dengan kelompok kontrol. Kelompok intervensi terdiri
dari 100 orang (terdiri dari 6 kelompok) intervensi dan pada
kelompok kontrol 66 orang (terdiri dari 7 kelompok) .
b. Pada kelompok intervensi kehadiran peserta (sample) di evaluasi,
sedangkan pada kelompok kontrol tidak.
BAB IV
KESIMPULAN

Teori keperawatan merupakan upaya untuk menguraikan dan menjelaskan


berbagai fenomena dalam keperawatan dan berperan dalam membedakan
keperawatan dengan disiplin ilmu lain yang bertujuan untuk menggambarkan,
menjelaskan, memperkirakan dan mengontrol hasil asuhan keperawatan yang
dilakukan.

Terdapat empat tingkatan teori dalam profesi keperawatan, yaitu meta


theory, grand theory, middle range theory, dan practice theory.Salah satu middle
range theory adalah theory self-efficacy oleh Barbara Resnick.Teori self-efficacy
merupakan penilaian individu terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk
melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan, dan menghasilkan sesuatu.Teori ini
merupakan teori komplementer yang harus dilengkapi oleh teori lain untuk
melakukan perawatan pasien secara holistik. Secara keseluruhan teori Barbara ini
merupakan teori yang dapat diaplikasikan di ranah keperawatan dan dapat
memberikan manfaat terhadap peningkatan kesehatan pasien khususnya dalam
perubahan perilaku pasien. Dalam teori ini terdapat 4 sumber informasi yang
penerapan self-efficacy antara lain: performa, persuasi verbal, role model, timbal
balik psikologis. Penggunaan teori sudah banyak digunakan di beberapa Negara,
dan memberikan hasil yang efektif terhadap perubahan perilaku pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Pattricia Ann Potter & Anne Griffin Perry (2009).Fundamentals of Nursing. 7 th


Edition

Smith, MJ. et al. (2014). Middle Range Theory For Nursing : Third Edition.
Springer Publishing Company : New York.

Smith, Mary Janedan Patricia R. Liehr. 2003. Middle Range Theory for Nursing.
New York: Springer Publishing Company, Inc.

Peterson, Sandra J, dan Timothy S. Bredow. 2009. Middle Range Theories:


Application To Nursing Research. 2nd Edition. United States of America:
Lippincott Williams & Wilkins.

Smith, Mary Janedan Patricia R. Liehr. 2014. Middle Range Theory for Nursing
3rd Edition. New York: Springer Publishing Company, Inc.
https://primeinc.org/faculty/biography/371/Barbara_M_Resnick,_PhD,_CRNP,_F
AAN,_FAANP

http://www.nurses.info/nursing_theory_midrange_theories_barbara_resnick.htm

Anda mungkin juga menyukai