Disusun Oleh
Dede Ipah (MB1016007)
Fitri Nurwahyuni (MB1016012)
Muhammad Rizal (MB1016021)
Rifa Arifatul K (MB0915049)
PRODI SI KEPERAWATAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan berkat karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Perencanaan dalam Manajemen Keperawatan”.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas dalam pembelajaran mata kuliah
Manajemen Keperawatan. Dalam menyelesaikan makalah ini penulis banyak
mendapatkan dukungan, bimbingan dan bantuan baik di lapangan maupun secara
teori, maka dari itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Ns. H. Asep Rahmadiana, M.Kep selaku dosen Mata Kuliah Manajemen
Keperawatan di Universitas Bhakti Kencana Tasikmalaya.
2. Segenap rekan-rekan satu kelompok dan semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan dan kejanggalan, baik dari segi materi, tata bahasa maupun
penyusunan, hal ini disebabkan karena keterbatasan pengetahuan, waktu yang
tersedia maupun keterbatasan sumber-sumber yang ada, maka penulis dengan
rendah hati mengharapkan saran dan kritikan yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini di masa mendatang.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
khususnya bagi pelayanan sesama yang membutuhkan.
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini, yaitu:
1. Mengetahui konsep dasar komponen perencanaan, perumusan visi &
misi, perumusan pilosofi dan perumusan tujuan
2. Mengetahui jenis perencanaan yang disusun kepala ruang rawat.
3. Mengetahui proses penyusunan rencana penyelesaian masalah
manajemen.
4. Mengetahui perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di
ruang rawat dan puskesmas yang sesuai standar akreditasi nasional dan
internasional.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2. Perumusan visi
Istilah lain dari visi adalah mimpi, cita-cita. Visi merupakan
dasar untuk membuat suatu perencanaan sehingga harus disusun
secara singkat, jelas, dan mendasar, serta harus ada batasan waktu
pencapaiannya. Visi merupakan pernyataan yang berisi tentang
mengapa organisasi pelayanan keperawatan dibentuk. Contoh visi
ruang perawatan “Menjadi Ruang Anak yang Mampu
Menyelenggarakan Pelayanan Keperawatan Secara Profesional
Tahun 2015”.
3. Perumusan Misi
Misi adalah uraian yang berisi pernyataan-pernyataan
operasional guna mencapai visi yang telah ditetapkan. Contoh misi
ruang perawatan yaitu memberikan asuhan keperawanan kepada
klien secara komperehensif. Ini dapat meliputi peningkatan konsep
perawatan mandiri, sehingga tersebut harus meliputu definisi
keperawatan dan perawatan mandiri seperti didefinisikan oleh
perawat profesional.
4. Perumusan filosofi
Pernyataan tertulis dari filosofi menunjukkan nilai-nilai dan
keyakinan yang menyangkut administrasi keperawatan dan praktik
keperawatan dalam institusi atau organisasi. Ini mengemukakan
pandangan praktisi dan manajer perawat tetang apa yang mereka
yakini dari manajemen dan praktik keperawatan. Pernyataan ini
mengemukakan keyakinan mereka sebagaimana misi atau tujuan
dicapai, memberikan arahan ke arah akhirnya.
Pernyataan filosofi adalah abstrak dan terdiri dari nilai-nilai
kemanusiaan seperti klien atau pasien dan sebagai pekerja, tentang
pekerjaan yang akan dikerjakan oleh pekerja keperawatan untuk
klien atau pasien, tentang perawatan mandiri, tentang keperawatan
sebagai profesi, tentang pendidikan untuk mendapatkan kompetensi
pekerja keperawatan, dan tentang lingkungan atau komunitas dimana
pelayanan keperawatan diberikan. Karakter dan kekuatan pelayanan
disusun dengan perencanaan yang meliputi pernyataan tujuan dan
filosofi, satu dari yang lainnya, untuk divisi organisasi, departemen
atau pelayanan, dan ruangan atau unit.
Contoh filosofi ruang perawatan yaitu pasien adalah manusia
sebagai individu yang unik bermartabat.
5. Perumusan Tujuan
Tujuan merupakan sesuatu yang ingin dicapai. Tujuan
memberikan arah bagi organisasi untuk menentukan apa yang harus
dilakukan, bagaimana cara mencapainya, dan bagaimana cara
menilainya. Perumusan tujuan dalam organisasi pelayanan
keperawatan merupakan hal yang mutlak untuk dilakukan. Untuk
merumuskan suatu tujuan organisasi pelayanan keperawatan yang
baik, ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan. (Asmuji,
2014).
2) Bobot
Beri bobot masing-masing faktor mulai 1,0 (paling
penting) sampai dengan 0,0 tidak penting, berdasarkan
pengaruh faktor tersebut terhadap strategi perusahaan.
3) Peringkat (Rating)
Hitung peringkat masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai 4 (sangat baik) sampai dengan 1
(kurang) berdasarkan pengaruh faktor tersebut. Data
peringkat didapatkan berdasarkan hasil pengukuran baik
secara observasi, wawancara, pengukuran langsung. Faktor
kekuatan dan peluang menggambarkan nilai kinerja positif,
sebaliknya faktor kelemahan dan ancaman
menggambarkan nilai kinerja yang negatif. Kemudian,
bobot dikali dengan peringkat untuk mendapatkan nilai
masing-masing faktor.
4) Setelah didapatkan nilai masing-masing faktor, untuk
mendapatkan nilai IFAS adalah: kekuatan dikurangi
kelemahan (S – W) dan EFAS adalah peluang dikurangi
ancaman (O – T). Hasil dari nilai IFAS dan EFAS
kemudian dimasukkan di dalam diagram layang (Kit
Kuadran) untuk mengetahui masalah dan strategi
perencanaan berdasarkan letak kuadran.
a) Pada kuadran WO, strategi perencanaan bersifat
progresif/turn around dengan tujuan meningkatkan
kelemahan internal untuk mendapatkan kesempatan
(peluang).
b) Pada kuadran SO, strategi perencanaan bersifat agresif
dengan tujuan mengembangkan kekuatan internal yang
ada untuk mendapatkan peluang yang lebih dalam
menghadapi persaingan.
c) Pada kuadran ST, strategi perencanaan bersifat
diversifikasi dengan tujuan merubah kekuatan internal
yang ada untuk mengantisipasi faktor ancaman dari
luar.
d) Pada kuadran WT, strategi perencanaan bersifat
bertahan dnegan tujuan mempertahankan eksistensi
supaya institusi/perusahaan tetap ada dan dapat
menjalankan fungsinya secara minimal.
3) Analisis TOWS
Menurut Simamora (2012) model ini di kembangkan oleh
david (1989) yang tidak menggunakan singkatan SWOT seperti
yang lazimnya, namun menggunakan TOWS David tampaknya
ingin mendahulukan analisis ancaman dan peluang, untuk
kemudian melihat sejauh mana kapabilitas internal sesuai dan
cocok dengan factor – factor eksternal tersebut. Terdapat empat
strategi yang tampil dari hasil analisis TOWS tersebut.
Strategi SO digunakan untuk menarik keuntungan dari
peluang yang tersedia dalam lingkungan eksternal. Para manager
tidak akan meninggalkan kesempatan untuk memanfaatkan
kekuatannya mengejar peluang yang di maksud. Strategi WO
bertujuan memperbaiki kelemahan internal dengan
memanfaatkan peluang dari lingkungan luar. Sering di jumpai
dilema bahwa ada peluang terlihat, namun organisasi tidak
mampu mengejarnya. Strategi ST akan di gunakan organisasi
untuk menghindari, setidaknya memperkecil dampak ancaman
yang datang dari luar. Strategi WT adalah taktik pertahanan yang
di arahkan pada usaha memperkecil kelemahan internal dan
menghindari ancaman eksternal. Dalam hal ini, aktivitas
organisasi mungkin harus menghentikan sementara dan
membubarkannya, lalu organisasi yang baru atau melebur masuk
ke organisasi sejenis yang lain, mengadakan rasionalisasi, dan
lain – lain.
d. Persiapan Pendokumentasian
Dalam kegiatan pendokumentasian, hal yang perlu
dipersiapkan antara lain bentuk sistim dokumentasi keperawatan,
format pengkajian, format perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasinya. Termasuk didalam pesiapan ini adalah mengevaluasi
kesesuaian format yang dipergunakan selama ini berdasarkan
criteria : apakah sudah sesuai dengan standar dokumentasi
keperawatan, apakah mudah atau dipahami semua perawat yang ada
di ruangan, apakah efisien dan efektif dalam pelaksanaannya. Dari
pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian ditentukan tentang model
pendokumentasian yang sesuai.
e. Persiapan Evaluasi
Evaluasi meliputi penentuan teknik evaluasi, pembuatan alat
evaluasi dan sekaligus didalamnya adalah pendokumentasian hasil
kegiatannya secara umum.
Fungsi perencanaan pelayanan dan asuhan keperawatan
dilaksanakan oleh kepala ruang. Swanburg (2000) menyatakan
bahwa dalam keperawatan, perencanaan membantu untuk menjamin
bahwa klien akan menerima pelayanan.
1) Lingkup Manajemen Keperawatan (Suyanto, 2008) terdiri dari:
Manajemen pelayanan keperawatan dirumah sakit dikelola
oleh bidang perawatan yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial,
yaitu:
a) Manajemen puncak (kepala bidang keperawatan)
b) Manajemen menengah (kepala unit pelayanan/supervisor)
c) Manajemen bawah (kepala ruang perawatan)
d) Manajemen Asuhan Keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan yang dilakukan dengan
menggunakan proses keperawatan pada prinsipnya
menggunakan konsep-konsep manajemen seperti perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau evaluasi.
(Suyanto, 2008).
2) Proses manajemen keperawatan. Proses manajemen keperawatan
menurut Nursalam (2007) yaitu:
a) Pengkajian- pengumpulan data. Pada tahap ini seseorang
manajer dituntut tidak hanya mengumpulkan informasi
tentang keadaan pasien, melainkan juga mengenai institusi
(rumah sakit atau puskesmas):’’ tenaga keperawatan,
administrasi, dan bagian keuangan yang akan mempengaruhi
fungsi organisasi keperawatn secara keseluruhan. Manajer
perawat yang efektif harus mampu memanfaatkan proses
manajemen dalam mencapai suatu tujuan melalui usaha orang
lain.
b) Perencanaan. Menyusun suatu perencanaan yang strategis
dalam mencapai suatu tujuan organisasi yang telah
ditetapkan. Perencanaan disini dimaksud untuk menentukan
kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien,
menehgakkan tujuan, mengalokasikan anggaran belanja,
menetapkan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang
dibutuhkan.
c) Pelaksanaan. Manajemen keperawatan yang memerlukan
kerja melalui orang lain, maka tahap implementasi dalam
proses manajemen terdiri atas bagaimana manajer memimpin
orang lain untuk menjalankan tindakan yang telah
direncanakan.
d) Evaluasi. Tahap akhir manajerial adalah mengevaluasi
seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan. Tujuan evaluasi
adalah untuk menilai seberapa jauh staf mampu
melaksanakan perannya sesuai dengan organisasi yang telah
ditetapkan serta mengidentifikasi faktor-faktor yang
menghambat dan mendukung dalam pelaksanaan.
REVIEW JURNAL
A. Abstrak
Tujuan penulisan artikel ini adalah membahas pengaruh
implementasi kebijakan akreditasi puskesmas terhadap
manajemen pelayanan kesehatan masyarakat dalam
mewujudkan produktivitas kerja Pegawai di UPT
Puskesmas Pameungpeuk, Kecamatan Pameungpeuk,
Kabupaten Garut yang berada dalam naungan Dinas
Kesehatan Kabupaten Garut. Metoda analisis dalam
pembahasan topik utama ini menggunakan model analisis
jalur untuk membahas hubungan hubungan sebab akibat
antara implementasi kebijakan akreditasi puskesmas,
manajemen pelayanan kesehatan masyarakat dan
produktivitas kerja pegawai, dengan jumlah responden
sebanyak 85 orang. Pada pembahasan ini menunjukkan
hasil bahwa implementasi kebijakan akreditasi
Puskesmas berpengaruh signifikan terhadap manajemen
pelayanan kesehatan masyarakat dan produktivitas kerja
pegawai. Artikel ini berkesimpulan bahwa untuk
mewujudkan produktivitas kerja pegawai dapat dilakukan
dengan mengoptimalkan implementasi kebijakan
akreditasi Puskesmas serta manajemen pelayanan
kesehatan masyarakat.
B. Hasil Penelitian
Penelitian ini menguji fakta empiris tentang pengaruh
Implementasi Kebijakan Akreditasi Puskesmas terhadap
Manajemen Pelayanan Kesehatan Masyarakat dalam
Mewujudkan Produktivitas Kerja Pegawai. Selanjutnya untuk
mempermudah analisis, dilakukan pemodelan terhadap fokus
penelitian dalam bentuk paradigma penelitian. Model adalah
penyederhanaan dari dunia nyata yang dapat memperlihatkan
relasi antar variabel (Amin & Ramdhani, 2006).
C. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Implementasi kebijakan
akreditasi Puskesmas berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap manajemen pelayanan kesehatan masyarakat dalam
mewujudkan produktivitas kerja. Adapun saran untuk penelitian
lebih lanjut, mengingat terdapat beberapa temuan penting pada
penelitian serta keterbatasan dalam penelitian ini, maka diharapkan
pada masa yang akan datang berbagai pihak dapat meneliti lebih
lanjut faktor lain dari variabel- variabel penelitian ini. Penelitian
lanjutan lain yang disarankan diantaranya mengenai motivasi,
iklim tempat kerja, faktor tunjangan pegawai, kepemimpinan,
reward dan punishment, serta komitmen pegawai dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien (masyarakat).
II. Pengaruh Pelatihan terhadap Kinerja Pegawai di Puskesmas
Simpang Kawat Kota Jambi Tahun 2018
A. Abstrak
Penelitian ini berjudul “Pengaruh Pelatihan Terhadap Kinerja
Karyawan Simpang Kawat Pusat Kesehatan Di Kota Jambi ”.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas
pelatihan, dan kinerja Karyawan. Survei digunakan sebagai metode
penelitian ini. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner.
Untuk menganalisis data, metode verifikatif digunakan untuk
membuktikan bahwa pelatihan memengaruhi kinerja karyawan.
Pengaruh pelatihan terhadap kinerja karyawan dianalisis dengan
cara regresi sederhana. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
sesuai dengan kegiatan pelatihan karyawan dan kinerja Puskesmas
Simpang Kawat baik. Selain itu, pelatihan memiliki pengaruh
signifikan terhadap kinerja karyawan.
B. Hasil Penelitian
Variabel pelatihan mempunyai pengaruh yang sangat
signifikan terhadap variabel kinerja karena pelatihan mempunyai
tingkat signifikan 0,05 yaitu 0,002 ( 0,002 < 0,05 ). b. thitung
3,359 > ttabel 2,02619 untuk α = 0,05 sehingga dapat diambil
keputusan untuk menolak H1dan menerima H0, hal ini bearti
berdasarkan penelitian terdapat pengaruh positif yang sgnifikan
dari pelatihan terhadap kinerja pegawai pada Puskesmas Simpang
Kawat Kota Jambi.
C. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka kesimpulan penelitian ini
adalah : Pelatihan dan Kinerja pegawai pada Puskesmas
Simpang Kawat Kota Jambi baik.
2. Pelatihan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
pegawai pada Puskesmas Simpang Kawat Kota Jambi.
B. Kesimpulan
1. Peran perawat dalam pelaksanaan akreditasi puskesmas untuk
peningkatan mutu pelayanan kesehatan di Kabupaten Morowali
Peran perawat terkait pelaksanaan akreditasi sangat penting
karena sebagai pemberi pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan oleh puskesmas. Dalam pelaksanaan akreditasi
puskesmas terdapat 3 hal pokok yang menjadi instrumen
penilaian yaitu Adminstrasi Manajemen, Upaya Kesehatan
Masyarakat, dan Upaya Kesehatan Peorangan. Perawat dalam
pelaksanaan akreditasi berperan pada ketiga hal pokok tersebut
yaitu administrasi manajemen, upaya kesehatan masyarakat
(UKM) dan upaya kesehatan perorangan (UKP) sesuai tugas dan
kewenangannya. Upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perorangan merupakan peran imperative yang wajib
dilaksanakan oleh perawat, karena berhubungan dengan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam
rangka mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya melalui pelayanan yang bermutu dan berkualitas.
Sehingga dengan terciptanya pelayanan kesehatan yang
berkualitas dan bermutu dapat mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal serta hal tersebut akan memberi
manfaat suksesnya penyelenggaraan akreditasi puskesmas
tersebut.
2. Faktor yang mendukung dan menghambat peran perawat dalam
pelaksanaan akreditasi puskesmas di Kabupaten Morowali
Faktor pendukung peran perawat dalam pelaksanaan
akreditasi puskesmas untuk peningkatan mutu pelayanan
kesehatan yaitu Peraturan Perundang-Undangan dan
Ketersediaan Sumber Daya Kesehatan. Negara mempunyai
peranan lewat pemerintah untuk menyusun peraturan dalam
memberikan kepastian hukum terhadap pelaksanaan akreditasi
puskesmas. Peraturan tersebut merupakan kebijakan yang 94
dilakukan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan di fasilitas
kesehatan tingkat pertama khususnya Puskesmas. Adapun
Ketersediaan sumber daya manusia sangat berpengaruh pada
penyelenggaraan pelayanan kesehatan di puskesmas. Sebagian
puskesmas mempunyai kendala dalam jumlah tenaga yang
kompeten terhadap program kesehatan. Kendala tenaga ini
sangat kecil bisa diatasi oleh puskesmas, dimana peraturan tidak
memungkinkan puskesmas untuk menambah tenaga sendiri.
Ketersediaan tenaga sangat tergantung dari tingkat yang lebih
tinggi baik pemerintah kabupaten maupun pemerintah pusat.
Faktor penghambat peran perawat dalam pelaksanaan akreditasi
puskesmas untuk peningkatan mutu pelayanan kesehatan yaitu
tidak tersedianya sumber daya kesehatan setiap puskesmas
sehingga perlunya penambahan tenaga kesehatan untuk
menunjang pelayanan kesehatan yang efisien dan optimal,
keterbatasan tenaga di puskesmas menyebabkan satu tenaga bisa
memegang beberapa program, apabila mengacu pada standar
akreditasi dimana satu program mempunyai SOP dan
pertanggungjawaban tersendiri, maka seharusnya setiap perawat
hanya memegang satu program kemudian ketidaklengkapan
sarana dan prasarana akan mempengaruhi pelaksanaan
pelayanan sehingga perlunya sarana dan prasarana yang
memadai.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perencanaan dalam keperawatan merupakan upaya dalam
meningkatkan profesionalisme pelayanan keperawatan sehingga mutu
pelayanan keperawatan dapat dipertahankan, bahkan ditingkatkan.
Dengan melihat pentingnya fungsi perencanaan, dibutuhkan
perencanaan yang baik dan professional.
Fungsi perencanaan manajemen keperawatan di ruang rawat inap
yang dilaksanakan oleh kepala ruangan melibatkan seluruh personil
mulai dari perawat pelaksana, ketua tim, dan kepala ruangan. Sebelum
melakukan perencanaan terlebih dahulu dianalisa dan dikaji sistem,
strategi organisasi, sumber-sumber organisasi, kemampuan yang ada,
aktifitas spesifik dan prioritas.
Proses manajemen merupakan proses yang holistic, melibatkan
banyak sisi yang akan saling berinteraksi. Sebagai langkah awal dari
proses ini, langkah teknis yang dapat dipelajari adalah bagaimana
keperawatan mampu memetakan masalah dengan suatu metode analisis
tertentu seperti mengguanakan analisis SWOT dan TOWS.
B. Saran
Kami menyarankan kepada pembaca agar makalah ini dapat
dimengerti dan dipahami dengan baik, sehingga kita dapat mengetahui
tentang menyusun perencanaan manajemen keperawatan suatu unit
ruang rawat dan puskesmas. Agar dapat menjadi pedoman buat kita
sebagai perawat.
DAFTAR PUSTAKA
Kozier, B., Erb, G., Berwan, A.J., & Burke, K. (2008). Fundamental of
Nursing Concept, Process, and Practice. New Jersey: Prentice Hall Health
Robeiro G., Jack L.,Scully N., Wilson D., Novieastari E., Supartini Y.
(2015). Keperawatan Dasar: Manual Ketrampilan Klinis. Edisi Indonesia.
Elsevier ( Singapore) Pte.Ltd