Anda di halaman 1dari 36

PERENCANAAN DALAM MANAJEMEN ASUHAN

KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT DAN


PUSKESMAS SESUAI DENGAN STANDAR
AKREDITASI NASIONAL DAN
INTERNASIONAL

Disusun Oleh
Dede Ipah (MB1016007)
Fitri Nurwahyuni (MB1016012)
Muhammad Rizal (MB1016021)
Rifa Arifatul K (MB0915049)

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA TASIKMALAYA

PRODI SI KEPERAWATAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan berkat karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Perencanaan dalam Manajemen Keperawatan”.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas dalam pembelajaran mata kuliah
Manajemen Keperawatan. Dalam menyelesaikan makalah ini penulis banyak
mendapatkan dukungan, bimbingan dan bantuan baik di lapangan maupun secara
teori, maka dari itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Ns. H. Asep Rahmadiana, M.Kep selaku dosen Mata Kuliah Manajemen
Keperawatan di Universitas Bhakti Kencana Tasikmalaya.
2. Segenap rekan-rekan satu kelompok dan semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan dan kejanggalan, baik dari segi materi, tata bahasa maupun
penyusunan, hal ini disebabkan karena keterbatasan pengetahuan, waktu yang
tersedia maupun keterbatasan sumber-sumber yang ada, maka penulis dengan
rendah hati mengharapkan saran dan kritikan yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini di masa mendatang.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
khususnya bagi pelayanan sesama yang membutuhkan.

Tasikmalaya, April 2020


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam manajemen, perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan
organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan
mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan
merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen, karena tanpa
perencanaan fungsi-fungsi lain tak akan dapat berjalan.
Memikirkan masalah sebagai sesuatu hal yang buruk adalah suatu hal
yang mudah untuk dilakukan, karena kita jarang mengartikan frase
mengambil keuntungan dari sebuah situasi sama halnya dengan kita
mengartikan frase memperbaiki sebuah situasi yang buruk. Kita akan
memperhitungkan peraihan kesempatan kedalam pemecahan masalah
dengan mendefinisikan masalah sebagai suatu kondisi atau peristiwa yang
merugikan atau memiliki potensi untuk merugikan bagi sebuah perusahaan
atau yang menguntungkan atau memiliki potensi untuk menghasilkan
keuntungan. Selama proses pemecahan masalah, manajer akan terlibat
dalam pengambilan keputusan. Di kehidupan sehari-hari kita sebenarnya
kehidupan yang selalu bersangkutan dengan keputusan. Keputusan
merupakan kesimpulan terbaik yang diperoleh setelah melakukan
musyawarah. Pengambilan keputusan sangat penting dalam manajemen
dan merupakan tugas utama dari seorang pemimpin.
Puskesmas merupakan pusat pengembangan, pembinaan dan
pelayanan kesehatan masyarakat sekaligus merupakan pos terdepan dalam
pembangunan kesehatan masyarakat untuk maksud tersebut, puskesmas
berfungsi melaksanakan tugas teknis dan administrative.
Pusat kesehatan masyarakat berfungsi sebagai penggerak sumber daya
masyarakat dalam bidang kesehatan, motor pembangunan berwawasan
kesehatan dan pelayanan kesehatan strata pertama. Selama ini yang
banyak berkembang adalah puskesmas merupakan pelayanan kesehatan
masyarakat strata pertama sehingga fungsi yang lain seolah tertinggal.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini, yaitu:
1. Bagaimana konsep dasar komponen perencanaan, perumusan visi &
misi, perumusan pilosofi dan perumusan tujuan?
2. Bagaimana jenis perencanaan yang disusun kepala ruang rawat?
3. Bagaimana proses penyusunan rencana penyelesaian masalah
manajemen?
4. Bagaimana perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di
ruang rawat dan puskesmas yang sesuai standar akreditasi nasional dan
internasional?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini, yaitu:
1. Mengetahui konsep dasar komponen perencanaan, perumusan visi &
misi, perumusan pilosofi dan perumusan tujuan
2. Mengetahui jenis perencanaan yang disusun kepala ruang rawat.
3. Mengetahui proses penyusunan rencana penyelesaian masalah
manajemen.
4. Mengetahui perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di
ruang rawat dan puskesmas yang sesuai standar akreditasi nasional dan
internasional.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Komponen Perencanaan, Perumusan Visi & Misi,


Perumusan Pilosofi dan Perumusan Tujuan
1. Komponen Perencanaan
Menurut Nursalam (2011) manajemen keperawatan terdiri atas
beberapa komponen yang saling berinteraksi. Pada umumnya suatu
sistem dicirikan oleh 5 elemen, yaitu: input, proses, output, control dan
mekanisme umpan balik.
a. Input
Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa
informasi, personel, peralatan dan fasilitas. Proses pada umumnya
merupakan kelompok manajer dan tingkat pengelola keperawatan
tertinggi sampai keperawatan pelaksana yang mempunyai tugas
dan wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan
keperawatan. Input yang dapat mengukur pada bahan alat sistem
prosedur atau orang yang memberikan pelayanan misalnya jumlah
dokter, kelengkapan alat, prosedur tetap dan lain-lain.
b. Output
Elemen lain dalam pendekatan sistem adalah output atau
keluaran yang umumnya dilihat dan hasil atau kualitas pemberian
asuhan keperawatan dan pengembangan staf, serta kegiatan
penelitian untuk menindaklanjuti hasil atau keluaran.
c. Output yang menjadi tolak ukur pada hasil yang dicapai, misalnya
jumlah yang dilayani, jumlah pasien yang dioperasi, kebersihan
ruangan.
d. Control
Control dalam proses manajemen keperawatan dapat dilakukan
melalui penyusunan anggaran yang proporsional, evaluasi 
penampilan kerja perawat, pembuatan prosedur yang sesuai standar
dan akreditasi.
e. Mekanisme umpan balik
Mekanisme umpan balik dapat dilakukan melalui laporan
keuangan, audit keperawatan, dan survey kendali mutu, serta
penampilan kerja perawat.
Proses manajemen keperawatan dalam aplikasi di lapangan berada
sejajar dengan proses keperawatan sehingga keberadaan manajemen
keperawatan dimaksudkan untuk mempermudah pelaksanaan proses
keperawatan. Proses manajemen, sebagaimana juga proses
keperawatan, terdiri atas kegiatan pengumpulan data, identifikasi
masalah, pembuatan rencana, pelaksanaan kegiatan, dan kegiatan
penilaian hasil. (Gillies, 1985 ).
f. Proses
Proses  adalah suatu rangkaian tindakan yang mengarah pada
suatu tujuan. Di dalam proses keperawatan, bagian akhir mungkin
berupa sebuah pembebasan dari gejala, eliminasi resiko, pencegahan
komplikasi, argumentasi pengetahuan atau ketrampilan kesehatan
dan kemudahan dari kebebasan maksimal. Di dalam proses
manajemen Keperwatan, bagian akhir adalah perawatan yang efektif
dan ekonomis bagi semua kelompok pasien. Proses yang dapat
mengukur perubahan pada saat pelayanan misalnya kecepatan
pelayanan, pelayanan dengan rumah dan lain-lain.

2. Perumusan visi
Istilah lain dari visi adalah mimpi, cita-cita. Visi merupakan
dasar untuk membuat suatu perencanaan sehingga harus disusun
secara singkat, jelas, dan mendasar, serta harus ada batasan waktu
pencapaiannya. Visi merupakan pernyataan yang berisi tentang
mengapa organisasi pelayanan keperawatan dibentuk. Contoh visi
ruang perawatan “Menjadi Ruang Anak yang Mampu
Menyelenggarakan Pelayanan Keperawatan Secara Profesional
Tahun 2015”.

3. Perumusan Misi
Misi adalah uraian yang berisi pernyataan-pernyataan
operasional guna mencapai visi yang telah ditetapkan. Contoh misi
ruang perawatan yaitu memberikan asuhan keperawanan kepada
klien secara komperehensif. Ini dapat meliputi peningkatan konsep
perawatan mandiri, sehingga tersebut harus meliputu definisi
keperawatan dan perawatan mandiri seperti didefinisikan oleh
perawat profesional.

4. Perumusan filosofi
Pernyataan tertulis dari filosofi menunjukkan nilai-nilai dan
keyakinan yang menyangkut administrasi keperawatan dan praktik
keperawatan dalam institusi atau organisasi. Ini mengemukakan
pandangan praktisi dan manajer perawat tetang apa yang mereka
yakini dari manajemen dan praktik keperawatan. Pernyataan ini
mengemukakan keyakinan mereka sebagaimana misi atau tujuan
dicapai, memberikan arahan ke arah akhirnya.
Pernyataan filosofi adalah abstrak dan terdiri dari nilai-nilai
kemanusiaan seperti klien atau pasien dan sebagai pekerja, tentang
pekerjaan yang akan dikerjakan oleh pekerja keperawatan untuk
klien atau pasien, tentang perawatan mandiri, tentang keperawatan
sebagai profesi, tentang pendidikan untuk mendapatkan kompetensi
pekerja keperawatan, dan tentang lingkungan atau komunitas dimana
pelayanan keperawatan diberikan. Karakter dan kekuatan pelayanan
disusun dengan perencanaan yang meliputi pernyataan tujuan dan
filosofi, satu dari yang lainnya, untuk divisi organisasi, departemen
atau pelayanan, dan ruangan atau unit.
Contoh filosofi ruang perawatan yaitu pasien adalah manusia
sebagai individu yang unik bermartabat.

5. Perumusan Tujuan
Tujuan merupakan sesuatu yang ingin dicapai. Tujuan
memberikan arah bagi organisasi untuk menentukan apa yang harus
dilakukan, bagaimana cara mencapainya, dan bagaimana cara
menilainya. Perumusan tujuan dalam organisasi pelayanan
keperawatan merupakan hal yang mutlak untuk dilakukan. Untuk
merumuskan suatu tujuan organisasi pelayanan keperawatan yang
baik, ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan. (Asmuji,
2014).

B. Jenis Perencanaan yang disusun Kepala Ruang Rawat


Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada klien sangat
tergantung kepada jenis perencanaan yang disusun kepala ruangan
diantaranya adalah :
1. Menunjuk ketua tim yang bertugas didalam ruangan.
2. Mengikuti serah terima pasien di shif sebelumnya.
3. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien : gawat, transisi dan
persiapan pulang bersama ketua tim.
4. Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan
aktivitasdan kebutuhan klien bersama ketua tim, mengatur
penugasan atau penjadwalan.
5. Merencanakan strategis pelaksanaan keperawatan.
6. Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi,
tindakan, medis yang dilakukan, progam pengobatan dan
mendiskusikan dengan dokter.
7. Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan.
8. Membantu dan mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri.
9. Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan.
10. Menjaga terwujudnya visi, misi keperawatan dan rumah sakit.
(Syahputra, 2014).
Menurut Asmuji (2014) jenis perencanaan yang disusun kepala
ruang rawat selain yang sudah disebutkan dan dijelaskan di atas,
kegiatan perencanaan dalam manajemen keperawatan adalah membuat
perencanaan jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek.
Perencanaan jangka pendek atau disebut juga “perencanaan
operasional” adalah perencanaan yang dibuat untuk kegiatan satu jam
sampai dengan satu tahun; perencanaan jangka menengah adalah
perencanaan yang dibuat untuk kegiatan satu hingga lima tahun;
sedangkan perencanaan jangka panjang atau sering disebut
“perencanaan strategis” adalah perencanaan yang dibuat untuk kegiatan
tiga sampai dengan 20 tahun.
Dalam ruang perawatan, perencanaan biasanya hanya dibuat untuk
jangka pendek. Menurut Keliat, dkk (2006), rencana jangka yang dapat
diterapkan di ruang perawatan adalah rencana harian, rencana bulanan,
dan rencana tahunan.
1. Rencana harian
Rencana harian adalah rencana yang berisi kegiatan masing-
masing perawat yang dibuat setiap hari sesuai perannya. Rencana
harian ini dibuat oleh kepala ruang, ketua tim/ perawat primer, dan
perawat pelaksana.
2. Rencana bulanan
Rencana bulanan adalah rencana yang berisi kegiatan dalam satu
bulan. Rencana bulanan ini harus disinkronkan dengan rencana
harian. Rencana bulanan dapat dibuat oleh kepala ruang dan ketua
tim/ perawat primer.
3. Rencana tahunan
Rencana tahunan adalah rencana yang dibuat setiap tahun sekali.
Rencana tahunan disusun berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun
sebelumnya. Rencana tahunan dibuat oleh kepala ruang.
Ada dua jenis perencanaan, yaitu:
a. Perencanaan strategi merupakan perencanaan yang sifatnya
jangka panjang yang ditetapkan oleh pemimpin dan merupakan
umum suatu organisasi. Perencanaan jangka panjang digunakan
untuk mengembangkan pelayanan keperawatan yang diberikan
kepada pasien, juaga digunakan untuk merevisi pelayanan yang
sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan masa kini.
b. Perencanaan operasional menguraikan kativitas dan prosedur
yang akan digunakan serta menyusun jadwal waktu pencapaian
tujuan, menentukan siapa orang-orang yang bertanggung jawab
untuk setiap aktivitas, menetapkan prosedur serta
menggambarkan cara menyiapkan orang-orang untuk bekerja
dan metode untuk mengevaluasi perawatan pasien.
Adapun fungsi kepala ruangan menurut Marquis dan Houston (2000)
sebagai berikut: Perencanaan : dimulai dengan penerapan filosofi, tujuan,
sasaran, kebijaksanaan, dan peraturan – peraturan : membuat perencanaan
jangka pendek dan jangka panjang untuk mencapai visi, misi, dan tujuan,
organisasi, menetapkan biaya – biaya untuk setiap kegiatan serta
merencanakan dan pengelola rencana perubahan.
Sebagai manajer keperawatan, uraian tugas kepala ruangan Menurut
depkes (1994), dengan melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi:
merencanakan jumlah dan kategori tenaga perawatan serta tenaga lain
sesuai kebutuhan, merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang
diperlukan, merencanakan dan menentukan jenis kegiatan/ asuhan
keperawatan yang akan diselenggarakan sesuai kebutuhan pasien.
C. Proses Penyusunan Rencana Penyelesaian Masalah Manajemen
Proses manajemen merupakan proses yang holistic, melibatkan
banyak sisi yang akan saling berinteraksi. Sebagai langkah awal dari
proses ini, langkah teknis yang dapat dipelajari adalah bagaimana
keperawatan mampu memetakan masalah dengan suatu metode
analisis tertentu seperti mengguanakan analisis SWOT dan TOWS.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk membuat perencanaan
adalah:
1. Pengumpulan data.
2. Analisis lingkungan
a. Analisis Situasi
Jika keperawatan ingin berhasil, jangan takut untuk
berpikir besar. Oleh karena itu, keperawatan harus memulai
bertindak berdasarkan tujuan. Perawat sebagai manusia
seringkali melewatkan hal-hal semestinya perawat lakukan dan
melakukan hal-hal yang mestinya perawat lewatkan. Hal ini
terjadi karena sebagian besar perawat lupa merumuskan tujuan
dari setiap langkah yang diambilnya sehingga sering kali terjadi
perawat tersesat ditengah jalan dan hanya berputar-putar. Selalu
diperlukan upaya untuk memusatkan konsentrasi organisasi
layanan keperawatan untuk melihat apa yang diinginkanya,
bagaimana cara mencapainya dan melakukan evaluasi sejauh
mana hal tersebut terlaksana.
Proses manajemen merupakan proses yang holistik,
melibatkan banyak sisi yang akan saling berinteraksi. Sebagai
langkah, langkah teknis yang dapat dilaksanakan adalah
bagaimana keperawatan dapat memetakan masalah dengan
suatu metode analisis tertentu seperti SWOT< TOWS dan
analisis “tulang ikan”.
b. Analisis SWOT: Strenght, Weakness, Opportunities, Threats.
Analisis SWOT adalah bentuk analisis situasi dan kondisi
yang bersifat deskriptif (memberi gambaran). Analisis ini
menempatkan situasi dan kondisi sebagai sebagai factor
masukan, yang kemudian di kelompokkan menurut
kontribusinya masing-masing. Satu hal yang harus di ingat baik
– baik oleh para pengguna analisis SWOT bahwa analisis
SWOT adalah semata – mata alat analisis yang di tujukan untuk
menggambarkan situasi yang sedang di hadapi atau yang
mungkin akan di hadapi oleh organisasi, dan bukan sebuah alat
analisis “ajaib” yang mampu memberikan jalan keluar yang
“ajaib” bagi masalah – masalah yang di hadapi oleh organisasi
layanan keperawatan. Analisis tersebut terbagi atas empat
komponen dasar berikut:
1) Srength (S) adalah situasi atau kondisi yang merupakan
kekuatan dari keperawatan pada saat ini.
2) Weakness (W) adalah situasi atau kondisi yang merupakan
kelemahan dari keperawatan atau program layanan asuhan
keperawatan pada saat ini.
3) Opportunity (O) adalah situasi atau kondisi yang merupakan
peluang berkembang bagi layanan keperawatan di masa
depan.
4) Threat (T).
Tabel 2.1 contoh pasangan kekuatan dan kelemahan dalam analisis
situasi.
Komponen Subkomponen Komponen Subkomponen
S Perawat di ruangan W Jumlah anggota
saat ini memiliki yang besar
jumlah anggota menurunkan tingkat
yang sangat besar. efektivitas
koordinasi dan
komunikasi antar –
anggota

Tabel 2.2 Contoh pasangan kesempatan dan ancaman dalam analisis


situasi.
Komponen Subkomponen Komponen Subkomponen
O Tersedianya T Lulusan perawat
pendidikan yang di hasilkan
keperawatan tidak sesuai dengan
membuat makin kompetensi yang di
banyak perawat harapkan dari
yang bersekolah seorang perawat.
hingga perguruan
tinggi.
Tabel 2.3 Contoh analisis SWOT model kualitatif
Komponen Subkomponen Komponen Subkomponen
S 1. Organisasi W 1. Budaya
memiliki anggota organisasi
yang banyak. adalah budaya
2. Organisasi tradisional yang
memiliki menghambat
cadangan dana tercapainya
yang besar. kondisi kerja
3. Organisasi yang efisien.
memiliki 2. Keinginan
peraturan yang anggota untuk
lengkap. belajar dari
4. Organisasi kesalahan sangat
memiliki rendah.
sekertariat yang
representatif.
Adalah situasi yang merupakan ancaman bagi keperawatan
yang datang dari luar organisasi dan dapat mengancam eksistensi
layanan keperawatan di masa depan.
Selain empat komponen dasar analisis SWOT ini, berkembang pula
beberapa subkomponen hasil proses analisis yang jumlahnya
bergantung pada kondisi organisasi. Sebenarnya masing – masing
subkomponen adalah pengejawatahan dari masing – masing
komponen, seperti komponen Strength mungkin memiliki 12
subkomponen, komponen weakness mungkin memiliki 8
subkomponen, dan seterusnya. Terdapat 2 model analisis SWOT
yang umum di gunakan dalam melakukan analisis situasi antara lain
model kuantitatif dan model kualitatif.
1) Model kuantitatif
Suatu asumsi dasar dari model ini adalah kondisi yang
berpasangan antara S dan W serta O dan T. kondisi
berpasangan ini terjadi karena di asumsikan bahwa dalam setiap
kekuatan, selalu ada kelemahan yang tersembunyi dan dari
setiap kesempatan yang terbuka, selalu ada ancaman yang harus
di waspadai. Ini berartibahwa setiap satu rumusan Srength (S),
harus selalu memiliki satu pasangan Weakness (W), dan setiap
satu rumusan Opprtunity (O) harus memiliki pasangan satu
Threat (T).
2) Model kualitatif, unit urutan dalam membuat analisis SWOT
kualitatif, tidak berbeda jauh dengan urut – urutan model
kuantitatif. Perbedaan besar di antara keduanya adalah pada saat
pembuatan subkomponen dari masing – masing komponen.
Apabila pada model kuantitatif, setiap subkomponen S memiliki
pasangan subkomponen W, dan satu subkomponen T. Akan
tetapi, dalam model kualitatif hal tersebut tidak terjadi. Selain
itu, subkomponen pada masing – masing komponen (S-W-O-T)
adalah berdiri bebas dan tidak memiliki hubungan satu sama lain.
Matriks TOWS Strenghts Weaknesses
Opportunities Srategi SO Srategi WO
Susun daftar Gunakan kekuatan Tanggulangi
peluang untuk memanfaatkan kelemahan dengan
peluang memanfaatkan
peluang
Threats Strategi ST Strategi WT
Susun daftar Gunakan kekuatan Perkecilan
ancaman untuk menghindari kelemahan dan
ancaman hindari ancaman
Sebagai alat analisis, analisis SWOT berfungsi sebagai
panduan pembuatan peta. Ketika berhasil membuat peta,
langkah tidak boleh berhenti karena peta tidak menunjukkan
kemana harus pergi, tetapi peta dapat menggambarkan banyak
jalan yang dapat di temput jika ingin mencapai tujuan tertentu.
Peta baru akan berguna jika tujuan telah di tetapkan. Tujuan
dapat di tetapkan dengan membangun visi – misi atau program
dalam layanan keperawatan yang akan di bahas. (Simamora,
2012). Pada analisis SWOT ini ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan:
1) Pengisian Item Internal Dactors (IFAS) dan External
factors (EFAS)
Cara pengisian IFAS dan EFAS disesuaikan dengan
komponen yang ada dalam pengumpulan data (bisa
merujuk pada data fokus dan contoh pengumpulan data
pada bagian lain di dalam buku ini).Data tersebut
dibedakan menjadi dua, yaitu IFAS yang meliputi aspek
kelemahan (weakness) dan kekuatan (strength) dan EFAS
yang meliputi aspek peluang (opportunity) dan ancaman
(Threatened).

2) Bobot
Beri bobot masing-masing faktor mulai 1,0 (paling
penting) sampai dengan 0,0 tidak penting, berdasarkan
pengaruh faktor tersebut terhadap strategi perusahaan.
3) Peringkat (Rating)
Hitung peringkat masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai 4 (sangat baik) sampai dengan 1
(kurang) berdasarkan pengaruh faktor tersebut. Data
peringkat didapatkan berdasarkan hasil pengukuran baik
secara observasi, wawancara, pengukuran langsung. Faktor
kekuatan dan peluang menggambarkan nilai kinerja positif,
sebaliknya faktor kelemahan dan ancaman
menggambarkan nilai kinerja yang negatif. Kemudian,
bobot dikali dengan peringkat untuk mendapatkan nilai
masing-masing faktor.
4) Setelah didapatkan nilai masing-masing faktor, untuk
mendapatkan nilai IFAS adalah: kekuatan dikurangi
kelemahan (S – W) dan EFAS adalah peluang dikurangi
ancaman (O – T). Hasil dari nilai IFAS dan EFAS
kemudian dimasukkan di dalam diagram layang (Kit
Kuadran) untuk mengetahui masalah dan strategi
perencanaan berdasarkan letak kuadran.
a) Pada kuadran WO, strategi perencanaan bersifat
progresif/turn around dengan tujuan meningkatkan
kelemahan internal untuk mendapatkan kesempatan
(peluang).
b) Pada kuadran SO, strategi perencanaan bersifat agresif
dengan tujuan mengembangkan kekuatan internal yang
ada untuk mendapatkan peluang yang lebih dalam
menghadapi persaingan.
c) Pada kuadran ST, strategi perencanaan bersifat
diversifikasi dengan tujuan merubah kekuatan internal
yang ada untuk mengantisipasi faktor ancaman dari
luar.
d) Pada kuadran WT, strategi perencanaan bersifat
bertahan dnegan tujuan mempertahankan eksistensi
supaya institusi/perusahaan tetap ada dan dapat
menjalankan fungsinya secara minimal.
3) Analisis TOWS
Menurut Simamora (2012) model ini di kembangkan oleh
david (1989) yang tidak menggunakan singkatan SWOT seperti
yang lazimnya, namun menggunakan TOWS David tampaknya
ingin mendahulukan analisis ancaman dan peluang, untuk
kemudian melihat sejauh mana kapabilitas internal sesuai dan
cocok dengan factor – factor eksternal tersebut. Terdapat empat
strategi yang tampil dari hasil analisis TOWS tersebut.
Strategi SO digunakan untuk menarik keuntungan dari
peluang yang tersedia dalam lingkungan eksternal. Para manager
tidak akan meninggalkan kesempatan untuk memanfaatkan
kekuatannya mengejar peluang yang di maksud. Strategi WO
bertujuan memperbaiki kelemahan internal dengan
memanfaatkan peluang dari lingkungan luar. Sering di jumpai
dilema bahwa ada peluang terlihat, namun organisasi tidak
mampu mengejarnya. Strategi ST akan di gunakan organisasi
untuk menghindari, setidaknya memperkecil dampak ancaman
yang datang dari luar. Strategi WT adalah taktik pertahanan yang
di arahkan pada usaha memperkecil kelemahan internal dan
menghindari ancaman eksternal. Dalam hal ini, aktivitas
organisasi mungkin harus menghentikan sementara dan
membubarkannya, lalu organisasi yang baru atau melebur masuk
ke organisasi sejenis yang lain, mengadakan rasionalisasi, dan
lain – lain.

Matriks TOWS Strenghts Weaknesses


Opportunities Srategi SO Srategi WO
Susun daftar Gunakan kekuatan Tanggulangi kelemahan
peluang untuk dengan memanfaatkan
memanfaatkan peluang
peluang
Threats Strategi ST Strategi WT
Susun daftar Gunakan kekuatan Perkecilan kelemahan
ancaman untuk menghindari dan hindari ancaman
ancaman
4) Analisis Tulang Ikan
Analisis tulang ikan digunakan untuk mengategorikan
berbagai sebab potensial dari satu masalah atau pokok
persoalan dengan cara yang mudah dimengerti dan rapi. Cara
ini juga membantu dalam menganalisis apa yang sesungguhnya
terjadi dalam proses, yaitu dengan cara memecah proses
menjadi sejumlah kategori yang berkaitan dengan proses,
mencakup manusia, material, mesin, prosedur, kebijakan, dan
lain-lain. Menfaat analisis tulang ikan adalah memperjelas
sebab-sebab suatu masalah atau persoalan. Langkah-langkah
dalam membuat analisis tulang ikan:
a) Mengidentifikasi akibat atau masalah. Tulis akibat atau masalah
yang akan ditangani pada kotak paling kanan diagram tulang
ikan, misalnya laporan keperawatan akhir bulan terlambat
b) Mengidentifikasi berbagai kategori sebab utama. Dari garis
horizontal utama, terdapat empat garis diagonal yang menjadi
“cabang”. Sebab tipa cabang mewaliki “sebab utama” dari
masalah yang ditulis.
c) Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang
saram. Setiap kategori memiliki penyebab yang perlu diuraikan
dengan menggunanakan curah pendapat. Bila penyebab
dikemukakan, tentukan bersama-sama karena penyebab
tersebut harus ditempatkan pada diagram tulang ikan. Sebab-
sebab dituliskan pada garis horizontal sehingga banyak
“tulang” kecil keluar dari garis horizontal utama.
d) Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama. Setelah setiap
kategori diisi, cari sebab-sebab yang muncul pada lebih dari
satu kategori. Sebab sebab inilah yang merupakan petunjuk
:sebab yang tampaknya paling mungkin”. Catat jawabanya pada
kertas flipchart terpisah
e) Mencapai kesepakatan atas sebab yang paling mungkin. Di
antara sebab sebab harus dicari sebab yang paling mungkin.
Kaji kembali sebab yang telah didaftarkan dan tanyakan,
“mengapa ini sebabnya?”. Tanyakan mengapa sampai
pertanyaan itu tidak dapat dijawab lagi, dan pada tahap ini
sebab pokok teridentifikasi.
Unsur manajemen atau sumber daya bagi manajemen adalah
hal-hal yang merupakan modal bagi pelayanan anajemen, dengan
modal itu akan lebih menjamin pencapaian tujuan yang terdiri
dari 6M yaitu:
a) M1 (Man) : Ketenagaan/sumber daya manusia.
b) M2 (Material) : Sarana dan prasarana.
c) M3 (Method) : Metode asuhan keperawatan.
d) M4 (Money) : Pemasukan.
e) M5 (Mutu) : Keselamatan pasien, kepuasan pasien,
kenyamanan, kecemasan, perawatan diri,
pengetahuan/perilaku pasien.
f) M6 (Machine) : Alat, mesin.
(1) Pengorganisasian data: memilih data yang mendukung dan
data yang menghambat.
(2) Pembuatan rencana: tentukan objektif, uraian kegiatan,
prosedur, target, waktu, penanggung jawab, sasaran,
biaya, peralatan, metode yang digunakan.

D. Perencanaan dalam Manajemen Asuhan Keperawatan di Ruang


Rawat dan Puskesmas yang Sesuai dengan Standar Akreditasi
Nasional dan Internasional
1. Perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di ruang rawat
inap
a. Pengorganisasian
Berdasarkan hasil analisa maka perlu untuk membuat tim
kerja dengan pembagian tugas dari masing-masing personel.
Sebagai contoh untuk pengelolaan di ruang rawat inap, maka
diselenggarakan pengorganisasian dengan pembagian peran
sebagai berikut :
1) Kepala Ruangan.
2) Perawat Primer.
3) Perawat Asosiet.
Adapun penetapan tugas perawat diatas harus sesuai dengan
visi dan misi Rumah sakit atau Puskesmas, hasil penyelenggaraan
model asuhan keperawatan sebelumnya, bagaimana kekuatan
sumber daya yang ada dan sarana serta prasarana yang telah
diidentifikasi pada pengumpulan data sebelumnya.
b. Rencana Strategi Perencanaan
Pada tahap ini organisasi yang sudah terbentuk mulai
merencanakan bagaimana rencana strategis yang akan dijalankan
untuk mencapai tujuan didalam Manajemen Keperawatan.
Organisasi mulai menentukan dan mendiskusikan bentuk dan
penerapan praktek keperawatan yang professional, bagaimana
format dan pendokumentasian, mengatur kebutuhan tenaga perawat,
mengatur tugas dan wewenang dari masing-masing perawat di
ruangan, jadwal kerja dari masing-masing perawat, bagaimana
mensupervisi perawat, bagaimana system kepemimpinannya,
instalasi instalasi yang menunjang idalam proses keperawatan
seperti farmasi, radiologi, laboratorium, gizi (jalur opersional).
Hubungan dengan bagian-bagian lain yang turut mendukung
didalam organisasi rumah sakit ini (anggaran, karyawan, non
medis).
c. Pengaturan dan Kegiatan
Pada tahap ini setelah semua rencana strategis disusun maka
mulai dilakukan penentuan kegiatan apa saja yang harus dilakukan
dan kapan waktunya. Sebagai contoh dibawah ini akan diberikan
rencana kegiataan kelompok dalam penerapan model asuhan
keperawatan professional yang akan dilakukan dalam satu bulan
Minggu Uraian rencana kerja
1 1. Pembuatan struktur organisasi kelompok
2. Orientasi ruangan dan perkenalan
3. Analisa situasi dan perumusan masalah
4. Penyusunan progam kerja
5. Penyusunan proposal pelaksanaan model asuhan
keperawatan professional
6. Penyusunan jadwal dan rancangan pembagian peran
dalam penerapan model praktek keperawatan
professional
7. Penyusunan format pengkajian khusu dan sistim
dokumentasi asuhan keperawatan.
8. Penyusunan proposal, prosedur sentralisasi obat dan
kelengkapan administrasinya.
9. Penyusunan format supervise
10. Penyusunan format penunjang kegiatan lainnyaa
seperti format kegiatan harian
11. Uji coba peran
1. Penerapan model asuhan keperawatan
professional : aplikasi peran, pendelegasian tugas
dan proses dokumentasi keperawatan
2. Penyempurnaan format kajian dan dokumentasi
2
keperawatan
3. Penyelengaraan supervise keperawatan
4. Penyelenggaraan sentralisasi obat
5. Persiapan penyelengaraan rotasi dinas 24 jam
1. Penerapan model asuhan keperawatan
professional : aplikasi peran, pendelegasian tugas,
3 dan proses dokumentasi keperawatan
2. Penerapan semua progam
3. Penyelengaraan rotasi 24 jam
2. Evaluasi penerapan model asuhan keperawatan
4 professional
3. Penyusunan laporan
Setelah seluruh kegiatan ditentukan dan sudah pula
ditentukan waktu pelaksanaanya, selanjutnya mulai dilakukan
persiapan untuk pelaksanaannya. Inti dari tahap ini adalah mulai
menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan seperti dokumen-
dokumen untuk pemberian bukti pelaksanaan, bagaimana deskripsi
tugasnya, sekaligus juga pengaturan kembali jadwal (pembagian
tugas).

d. Persiapan Pendokumentasian
Dalam kegiatan pendokumentasian, hal yang perlu
dipersiapkan antara lain bentuk sistim dokumentasi keperawatan,
format pengkajian, format perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasinya. Termasuk didalam pesiapan ini adalah mengevaluasi
kesesuaian format yang dipergunakan selama ini berdasarkan
criteria : apakah sudah sesuai dengan standar dokumentasi
keperawatan, apakah mudah atau dipahami semua perawat yang ada
di ruangan, apakah efisien dan efektif dalam pelaksanaannya. Dari
pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian ditentukan tentang model
pendokumentasian yang sesuai.
e. Persiapan Evaluasi
Evaluasi meliputi penentuan teknik evaluasi, pembuatan alat
evaluasi dan sekaligus didalamnya adalah pendokumentasian hasil
kegiatannya secara umum.
Fungsi perencanaan pelayanan dan asuhan keperawatan
dilaksanakan oleh kepala ruang. Swanburg (2000) menyatakan
bahwa dalam keperawatan, perencanaan membantu untuk menjamin
bahwa klien akan menerima pelayanan.
1) Lingkup Manajemen Keperawatan (Suyanto, 2008) terdiri dari:
Manajemen pelayanan keperawatan dirumah sakit dikelola
oleh bidang perawatan yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial,
yaitu:
a) Manajemen puncak (kepala bidang keperawatan)
b) Manajemen menengah (kepala unit pelayanan/supervisor)
c) Manajemen bawah (kepala ruang perawatan)
d) Manajemen Asuhan Keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan yang dilakukan dengan
menggunakan proses keperawatan pada prinsipnya
menggunakan konsep-konsep manajemen seperti perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau evaluasi.
(Suyanto, 2008).
2) Proses manajemen keperawatan. Proses manajemen keperawatan
menurut Nursalam (2007) yaitu:
a) Pengkajian- pengumpulan data. Pada tahap ini seseorang
manajer dituntut tidak hanya mengumpulkan informasi
tentang keadaan pasien, melainkan juga mengenai institusi
(rumah sakit atau puskesmas):’’ tenaga keperawatan,
administrasi, dan bagian keuangan yang akan mempengaruhi
fungsi organisasi keperawatn secara keseluruhan. Manajer
perawat yang efektif harus mampu memanfaatkan proses
manajemen dalam mencapai suatu tujuan melalui usaha orang
lain.
b) Perencanaan. Menyusun suatu perencanaan yang strategis
dalam mencapai suatu tujuan organisasi yang telah
ditetapkan. Perencanaan disini dimaksud untuk menentukan
kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien,
menehgakkan tujuan, mengalokasikan anggaran belanja,
menetapkan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang
dibutuhkan.
c) Pelaksanaan. Manajemen keperawatan yang memerlukan
kerja melalui orang lain, maka tahap implementasi dalam
proses manajemen terdiri atas bagaimana manajer memimpin
orang lain untuk menjalankan tindakan yang telah
direncanakan.
d) Evaluasi. Tahap akhir manajerial adalah mengevaluasi
seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan. Tujuan evaluasi
adalah untuk menilai seberapa jauh staf mampu
melaksanakan perannya sesuai dengan organisasi yang telah
ditetapkan serta mengidentifikasi faktor-faktor yang
menghambat dan mendukung dalam  pelaksanaan.

3. Penerapan Manajemen Keperawatan Pada Setting Pelayanan di Rumah Sakit


Keberhasilan manajemen keperawatan dalam mengelola suatu organisasi
keperawatan dapat dicapai melalui upaya penerapan prinsip-prinsip
manajemen keperawatan yaitu:
a. Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan
b. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang
efektif
c. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan
d. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien
e. Manajemen keperawatan harus terorganisir
f. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan
g. Divisi keperawatan yang baik
h. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif
i. Pengembangan staf
j. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawanan
Pada setting ruang rawat rumah sakit kita mengenal adanya kepala
ruangan (karu). Kepala ruangan adalah tenaga perawat yang diberikan tugas
memimpin satu ruang rawat dan bertanggung jawab terhadap pemberian
asuhan keperawatan. Adapun hal-hal yang dikelola oleh kepala ruang yaitu:
a. SDM Keperawatan
b. Sarana dan prasarana
c. Biaya/anggaran
d. Sistem informasi
e. Karu secara terus menerus belajar dan menguasai pengetahuan
manajemen yang digunakan untuk menyelesaikan masalah manajerial.
f. Karu berasumsi bahwa perawat pelaksana memerlukan peningkatan
kompetensi.
g. Organisasi tetap eksis melalui upaya karu melakukan
perubahan/pembaharuan.
Adapun lingkup kegiatan kepala ruangan (Huber, 2006) yaitu:
a. Mengelola praktik klinik keperawatan dan askep di ruang rawat
b. Mengkoordinasikan pelayanan ruangan dengan dengan tim
kesehatan.
c. Mengelola keuangan
d. Mengelola SDM keperawatan di ruangan
e. Bertanggung jawab terhadap staf dan pengaturan shift.
f. Mengevaluasi kualitas dan askep yang tepat.
g. Mengorientasikan dan mengembangkan staf
h. Menjamin terlaksananya standar dan aturan lain.
i. Mempertahankan kenyaman/keamanan pasien.

4. Ketenagaan keperawatan di ruang rawap inap


Pengaturan staf dan penjadwalan adalah komponen utama dalam
manajemen keperawatan. Swanburg (2000) menyatakan bahwa pengaturan
staf keperawatan merupakan proses yang teratur, sistematis, rasional
diterapkan untuk menentukan jumlah dan jenis personel keperawatan yang
dibutuhkan untuk memberikan asuhan keperawatan pada standar yang
ditetapkan sebelumnya. Manajer bertanggung jawab dalam mengatur sistem
kepegawaian secara keseluruhan (Gillies, 2000). Ketenagaan adalah kegiatan
manajer keperawatan untuk merekrut, memimpin, memberikan orientasi, dan
meningkatkan perkembangan individu untuk mencapai tujuan organisasi
(Marquis dan Huston, 2010). Ketenagaan juga memastikan cukup atau
tidaknya tenaga keperawatan yang terdiri dari perawat yang profesional,
terampil, dan kompeten. Kebutuhan ketenagaan dimasa yang akan datang
harus dapat diprediksi dan suatu rencana harus disusun secara proaktif untuk
memenuhi kebutuhan.
Manager harus merencanakan ketenagaan yang memadai untuk
memenuhi kebutuhan asupan pasien. Upaya harus dilakukan untuk
menghindari kekurangan dan kelebihan personalia saat ada fluktuasi jumlah
dan akuitas pasien. Kebijakan prosedur ketenagaan dan penjadwalan harus
tertulis dan dikomunikasikan kepada semua staf. Kebijakan dan penjadwalan
tidak boleh melanggar undang-undang ketenagakerjaan atau kontrak pekerja.
Kebijakan ketenagaan harus yang ada harus diteliti secara berkala untuk
menentukan apakah memenuhi kebutuhan staf dan organisasi. Upaya harus
terus dilakukan agar dapat menggunakan metode ketenagaan dengan inovatif
dan kreatif (Marquis dan Huston, 2010).

5. Perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di puskesmas


Menurut Menkes (2015) yaitu puskesmas merupakan garda depan dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan dasar. Puskesmas yang merupakan Unit
Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat
dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Untuk menjamin bahwa perbaikan mutu, peningkatan kinerja dan
penerapan manajemen risiko dilaksanakan secara berkesinambungan di
Puskesmas, maka perlu dilakukan penilaian oleh pihak eksternal dengan
menggunakan standar yang ditetapkan yaitu melalui mekanisme akreditasi.
Puskesmas wajib untuk diakreditasi secara berkala paling sedikit tiga tahun
sekali, demikian juga akreditasi merupakan salah satu persyaratan kredensial
sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bekerja sama
dengan BPJS.
Tujuan utama akreditasi Puskesmas adalah untuk pembinaan peningkatan
mutu, kinerja melalui perbaikan yang berkesinambungan terhadap sistem
manajemen, sistem manajemen mutu dan sistem penyelenggaraan pelayanan
dan program, serta penerapan manajemen risiko, dan bukan sekedar penilaian
untuk mendapatkan sertifikat akreditasi.
Pendekatan yang dipakai dalam akreditasi Puskesmas adalah keselamatan
dan hak pasien dan keluarga, dengan tetap memperhatikan hak petugas.
Prinsip ini ditegakkan sebagai upaya meningkatkan kualitas dan keselamatan
pelayanan.

REVIEW JURNAL

I. Pengaruh Implementasi Kebijakan Akreditasi Puskesmas


terhadap Manajemen Pelayanan Kesehatan Masyarakat dalam
Mewujudkan Produktivitas Kerja tahun 2018

A. Abstrak
Tujuan penulisan artikel ini adalah membahas pengaruh
implementasi kebijakan akreditasi puskesmas terhadap
manajemen pelayanan kesehatan masyarakat dalam
mewujudkan produktivitas kerja Pegawai di UPT
Puskesmas Pameungpeuk, Kecamatan Pameungpeuk,
Kabupaten Garut yang berada dalam naungan Dinas
Kesehatan Kabupaten Garut. Metoda analisis dalam
pembahasan topik utama ini menggunakan model analisis
jalur untuk membahas hubungan hubungan sebab akibat
antara implementasi kebijakan akreditasi puskesmas,
manajemen pelayanan kesehatan masyarakat dan
produktivitas kerja pegawai, dengan jumlah responden
sebanyak 85 orang. Pada pembahasan ini menunjukkan
hasil bahwa implementasi kebijakan akreditasi
Puskesmas berpengaruh signifikan terhadap manajemen
pelayanan kesehatan masyarakat dan produktivitas kerja
pegawai. Artikel ini berkesimpulan bahwa untuk
mewujudkan produktivitas kerja pegawai dapat dilakukan
dengan mengoptimalkan implementasi kebijakan
akreditasi Puskesmas serta manajemen pelayanan
kesehatan masyarakat.
B. Hasil Penelitian
Penelitian ini menguji fakta empiris tentang pengaruh
Implementasi Kebijakan Akreditasi Puskesmas terhadap
Manajemen Pelayanan Kesehatan Masyarakat dalam
Mewujudkan Produktivitas Kerja Pegawai. Selanjutnya untuk
mempermudah analisis, dilakukan pemodelan terhadap fokus
penelitian dalam bentuk paradigma penelitian. Model adalah
penyederhanaan dari dunia nyata yang dapat memperlihatkan
relasi antar variabel (Amin & Ramdhani, 2006).

C. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Implementasi kebijakan
akreditasi Puskesmas berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap manajemen pelayanan kesehatan masyarakat dalam
mewujudkan produktivitas kerja. Adapun saran untuk penelitian
lebih lanjut, mengingat terdapat beberapa temuan penting pada
penelitian serta keterbatasan dalam penelitian ini, maka diharapkan
pada masa yang akan datang berbagai pihak dapat meneliti lebih
lanjut faktor lain dari variabel- variabel penelitian ini. Penelitian
lanjutan lain yang disarankan diantaranya mengenai motivasi,
iklim tempat kerja, faktor tunjangan pegawai, kepemimpinan,
reward dan punishment, serta komitmen pegawai dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien (masyarakat).
II. Pengaruh Pelatihan terhadap Kinerja Pegawai di Puskesmas
Simpang Kawat Kota Jambi Tahun 2018
A. Abstrak
Penelitian ini berjudul “Pengaruh Pelatihan Terhadap Kinerja
Karyawan Simpang Kawat Pusat Kesehatan Di Kota Jambi ”.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas
pelatihan, dan kinerja Karyawan. Survei digunakan sebagai metode
penelitian ini. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner.
Untuk menganalisis data, metode verifikatif digunakan untuk
membuktikan bahwa pelatihan memengaruhi kinerja karyawan.
Pengaruh pelatihan terhadap kinerja karyawan dianalisis dengan
cara regresi sederhana. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
sesuai dengan kegiatan pelatihan karyawan dan kinerja Puskesmas
Simpang Kawat baik. Selain itu, pelatihan memiliki pengaruh
signifikan terhadap kinerja karyawan.

B. Hasil Penelitian
Variabel pelatihan mempunyai pengaruh yang sangat
signifikan terhadap variabel kinerja karena pelatihan mempunyai
tingkat signifikan 0,05 yaitu 0,002 ( 0,002 < 0,05 ). b. thitung
3,359 > ttabel 2,02619 untuk α = 0,05 sehingga dapat diambil
keputusan untuk menolak H1dan menerima H0, hal ini bearti
berdasarkan penelitian terdapat pengaruh positif yang sgnifikan
dari pelatihan terhadap kinerja pegawai pada Puskesmas Simpang
Kawat Kota Jambi.

C. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka kesimpulan penelitian ini
adalah : Pelatihan dan Kinerja pegawai pada Puskesmas
Simpang Kawat Kota Jambi baik.
2. Pelatihan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
pegawai pada Puskesmas Simpang Kawat Kota Jambi.

III. Peran Perawat Dalam Pelaksanaan Akreditasi Puskesmas Untuk


Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan Di Kabupaten Morowali
Tahun 2019
A. Abstrak
Peran perawat sebagai petugas kesehatan yang bekerja di
Puskesmas adalah untuk menyediakan layanan kesehatan melalui
upaya kesehatan publik dan individu. Pemberian layanan kesehatan
oleh perawat diharapkan dapat meningkatkan kualitas layanan
kesehatan agar dapat memberikan layanan yang optimal bagi
masyarakat yang dilakukan secara terpadu, komprehensif, dan
berkelanjutan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat
peran perawat dalam menerapkan akreditasi Puskesmas dalam
upaya meningkatkan pelayanan kesehatan di Kabupaten Morowali.
Penelitian ini menggunakan pendekatan studi sosio-legal dengan
spesifikasi analitik-deskriptif. Itu menggunakan data primer dan
sekunder. Teknik pengumpulan data primer adalah melalui
wawancara dengan responden dan narasumber. Responden terdiri
dari perawat yang bekerja di Puskesmas Kabupaten Morowali
sedangkan nara sumber adalah kepala Puskesmas. Data sekunder
diperoleh melalui studi literatur terkait. Peran perawat dan
akreditasi Puskesmas di Kabupaten Morowali kemudian dianalisis
secara kualitatif. Dalam proses akreditasi sebagaimana diatur oleh
Peraturan Menteri Kesehatan No. 46 tahun 2015 tentang Akreditasi
dan Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan ada tiga jenis instrumen penilaian, yaitu administrasi
manajemen, upaya perawatan kesehatan masyarakat, dan upaya
perawatan kesehatan individu. Peran perawat dalam akreditasi
mencakup tiga instrumen. Perawat di sini memainkan peran
penting dalam meningkatkan kualitas layanan kesehatan sebagai
tujuan akreditasi. Faktor pendukung peran perawat dalam proses
akreditasi berkaitan dengan peraturan perundang-undangan dan
sumber daya manusia, sedangkan faktor penghambatnya berkaitan
dengan ketersediaan sumber daya kesehatan, beban kerja pekerja
Pusat Kesehatan, kurangnya fasilitas dan infrastruktur.

B. Kesimpulan
1. Peran perawat dalam pelaksanaan akreditasi puskesmas untuk
peningkatan mutu pelayanan kesehatan di Kabupaten Morowali
Peran perawat terkait pelaksanaan akreditasi sangat penting
karena sebagai pemberi pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan oleh puskesmas. Dalam pelaksanaan akreditasi
puskesmas terdapat 3 hal pokok yang menjadi instrumen
penilaian yaitu Adminstrasi Manajemen, Upaya Kesehatan
Masyarakat, dan Upaya Kesehatan Peorangan. Perawat dalam
pelaksanaan akreditasi berperan pada ketiga hal pokok tersebut
yaitu administrasi manajemen, upaya kesehatan masyarakat
(UKM) dan upaya kesehatan perorangan (UKP) sesuai tugas dan
kewenangannya. Upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perorangan merupakan peran imperative yang wajib
dilaksanakan oleh perawat, karena berhubungan dengan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam
rangka mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya melalui pelayanan yang bermutu dan berkualitas.
Sehingga dengan terciptanya pelayanan kesehatan yang
berkualitas dan bermutu dapat mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal serta hal tersebut akan memberi
manfaat suksesnya penyelenggaraan akreditasi puskesmas
tersebut.
2. Faktor yang mendukung dan menghambat peran perawat dalam
pelaksanaan akreditasi puskesmas di Kabupaten Morowali
Faktor pendukung peran perawat dalam pelaksanaan
akreditasi puskesmas untuk peningkatan mutu pelayanan
kesehatan yaitu Peraturan Perundang-Undangan dan
Ketersediaan Sumber Daya Kesehatan. Negara mempunyai
peranan lewat pemerintah untuk menyusun peraturan dalam
memberikan kepastian hukum terhadap pelaksanaan akreditasi
puskesmas. Peraturan tersebut merupakan kebijakan yang 94
dilakukan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan di fasilitas
kesehatan tingkat pertama khususnya Puskesmas. Adapun
Ketersediaan sumber daya manusia sangat berpengaruh pada
penyelenggaraan pelayanan kesehatan di puskesmas. Sebagian
puskesmas mempunyai kendala dalam jumlah tenaga yang
kompeten terhadap program kesehatan. Kendala tenaga ini
sangat kecil bisa diatasi oleh puskesmas, dimana peraturan tidak
memungkinkan puskesmas untuk menambah tenaga sendiri.
Ketersediaan tenaga sangat tergantung dari tingkat yang lebih
tinggi baik pemerintah kabupaten maupun pemerintah pusat.
Faktor penghambat peran perawat dalam pelaksanaan akreditasi
puskesmas untuk peningkatan mutu pelayanan kesehatan yaitu
tidak tersedianya sumber daya kesehatan setiap puskesmas
sehingga perlunya penambahan tenaga kesehatan untuk
menunjang pelayanan kesehatan yang efisien dan optimal,
keterbatasan tenaga di puskesmas menyebabkan satu tenaga bisa
memegang beberapa program, apabila mengacu pada standar
akreditasi dimana satu program mempunyai SOP dan
pertanggungjawaban tersendiri, maka seharusnya setiap perawat
hanya memegang satu program kemudian ketidaklengkapan
sarana dan prasarana akan mempengaruhi pelaksanaan
pelayanan sehingga perlunya sarana dan prasarana yang
memadai.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perencanaan dalam keperawatan merupakan upaya dalam
meningkatkan profesionalisme pelayanan keperawatan sehingga mutu
pelayanan keperawatan dapat dipertahankan, bahkan ditingkatkan.
Dengan melihat pentingnya fungsi perencanaan, dibutuhkan
perencanaan yang baik dan professional.
Fungsi perencanaan manajemen keperawatan di ruang rawat inap
yang dilaksanakan oleh kepala ruangan melibatkan seluruh personil
mulai dari perawat pelaksana, ketua tim, dan kepala ruangan. Sebelum
melakukan perencanaan terlebih dahulu dianalisa dan dikaji sistem,
strategi organisasi, sumber-sumber organisasi, kemampuan yang ada,
aktifitas spesifik dan prioritas.
Proses manajemen merupakan proses yang holistic, melibatkan
banyak sisi yang akan saling berinteraksi. Sebagai langkah awal dari
proses ini, langkah teknis yang dapat dipelajari adalah bagaimana
keperawatan mampu memetakan masalah dengan suatu metode analisis
tertentu seperti mengguanakan analisis SWOT dan TOWS.

B. Saran
Kami menyarankan kepada pembaca agar makalah ini dapat
dimengerti dan dipahami dengan baik, sehingga kita dapat mengetahui
tentang menyusun perencanaan manajemen keperawatan suatu unit
ruang rawat dan puskesmas. Agar dapat menjadi pedoman buat kita
sebagai perawat.

DAFTAR PUSTAKA

Kozier, B., Erb, G., Berwan, A.J., & Burke, K. (2008). Fundamental of
Nursing Concept, Process, and Practice. New Jersey: Prentice Hall Health

Lynn, P. (2011). Taylor’s Handbook of Clinical Nursing Skills. 3rd ed.


Wolter Kluwer, Lippincott Wiliams & Wilkims. Philadelphia

Potter, P.A. & Perry, A.G. (2010). Fundamental Keperawatan (3 vol-set).


Edisi Bahasa Indonesia 7. Elsevier ( Singapore) Pte.Ltd

Purwoastuti, E.,Walyani, E.S. (2015). Mutu Pelayanan Kesehatan dan


Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka Baru Pers

Putra, Chandra Syah. (2017). Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Bogor:


In Media

Robeiro G., Jack L.,Scully N., Wilson D., Novieastari E., Supartini Y.
(2015). Keperawatan Dasar: Manual Ketrampilan Klinis. Edisi Indonesia.
Elsevier ( Singapore) Pte.Ltd

http://journal.uniga.ac.id/index.php/JPB/article/view/283 diakses pada


tanggal 12 April 2020

http://ji.unbari.ac.id/index.php/ilmiah/article/view/533 diakses pada tanggal


12 April 2020

http://repository.unika.ac.id/19806/ diakses pada tanggal 12 April 2020.

Anda mungkin juga menyukai