Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

H DENGAN DIAGNOSA
TUMOR MANDIBULA DAN TINDAKAN EKSISI
DI INSTALASI BEDAH SENTRAL RSD. DR SOEBANDI

MAKALAH INI DISUSUN SEBAGAI TUGAS PRAKTIK PELATIHAN


BASIC SKILL COURSE OPERATING ROOM NURSES 2019
DENGAN PEMBIMBING FAJAR GUNTUR W.G, AMd.Kep

Disusun Oleh:

Wiresti Desta Eliyana, AMd.Kep


Rahmad Kurniawan, AMd.Kep

BASIC SKILL COURSE OPERATING ROOM NURSES 2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat Rahmat, Hidayah dan
Karunia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan tugas soca dengan judul “Asuhan
Keperawatan pada pasien Ny.H dengan Tumor Mandibula dan tindakan Eksisi di Instalasi
Bedah Sentral RSD. Dr Soebandi” pada kegiatan pelatihan basic skill course operating
room nurses. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, hal ini dikarenakan keterbatasan
kemampuan yang penulis miliki.

Atas segala kekurangan dan ketidaksempurnaan makalah ini, penulis sangat mengharapkan
saran yang bersifat membangun kearah perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan peserta pelatihan basic skill course
operating room nurses.

Jember, Januari 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. H DENGAN DIAGNOSA ............................................ 1
KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................................................... 3
BAB I ............................................................................................................................................... 4
BAB II.............................................................................................................................................. 6
2.1 Definisi Tumor Mandibula ............................................................................................... 6
2.2 Klasifikasi tumor mandibula............................................................................................. 6
2.3 Etiologi ............................................................................................................................. 8
2.4 Pathofisiologi ................................................................................................................... 8
2.5 Tanda dan Gejala Tumor Mandibula ................................................................................ 9
2.6 Pemeriksaan Penunjang .................................................................................................. 10
2.7 Penatalaksanaan Medis ................................................................................................... 10
BAB III .......................................................................................................................................... 11
3.1 Pengkajian ...................................................................................................................... 11
3.2 Diagnosa Keperawatan, Intervensi pada Tumor Mandibula ........................................... 13
BAB IV .......................................................................................................................................... 16
4.1 Bedah Eksisi ................................................................................................................... 16
4.2 Tehnik eksisi .................................................................................................................. 16
4.3 Prosedur tindakan ........................................................................................................... 17
4.4 Set Instrumen Steril ........................................................................................................ 17
4.5 Set Instrumen On Steril .................................................................................................. 18
4.6 Bahan Habis Pakai.......................................................................................................... 18
4.7 Pelaksanaan .................................................................................................................... 19
BAB V ........................................................................................................................................... 21
5.1 Kesimpulan .................................................................................................................... 21
5.2 Saran............................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 22

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tumor mandibula merupakan tumor yang terdapat didaerah mandibula atau rahang
bawah. Tumor atau neoplasma adalah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-
sel yang tumbuh terus menerus secara tidak terbatas, tidak berkoordinasi dengan
jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh. Pada rongga mulut, tumor atau
neoplasma dapat didefinisikan sebagai suatu pertumbuhan jaringan di dalam dan di
sekitar rongga mulut yang pertumbuhannya tidak dapat dikembalikan dan tidak
berguna bagi tubuh (Black,J.M & Hawks, 2014).

Etiologi tumor mandibula sampai saat ini belum diketahui dengan jelas, tetapi
beberapa ahli mengatakan bahwa tumor mandibula dapat terjadi setelah pencabutan
gigi, pengangkatan kista dan atau iritasi lokal dalam rongga mulut. tumor mandibula
dapat terjadi pada segala usia, namun paling banyak dijumpai pada usia dekade 4
dan 5. Tidak ada perbedaan jenis kelamin, tetapi prediksi pada golongan penderita
kulit berwarna. Tumor mandibula dapat dibedakan menjadi tumor jinak seperti kista
dentigerouus, ameloblastoma, dan displasia fibrosa dan tumor ganas seperti karsinoma
sel skuamous, osteosarkoma, dan adenokarsinoma (Arief Mansjoer, 2010)

Pencegahan terjadinya penyakit ini membutuhkan kerjasama multidisiplin dan


dukungan dari berbagai pihak, termasuk dokter, dokter gigi, perawat, dan seluruh
tenaga kesehatan. Dokter umum harus mengetahui faktor risiko, manifestasi klinis
pada gigi dan mulut pada pasien tumor mandibula beserta penganganannya. Meski
tumor mandibula merupakan kasus spesialis, namun pemahaman dokter umum
tentang hal ini sangat membantu apabila ada pasien yang dicurigai tumor mandibula di
tatanan layanan primer. Tulisan mengenai penyakit tumor mandibuula belum banyak
didapat, sehingga penulis merasa tertarik untuk membahasnya. Diharapkan makalah
ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan mengenai manifestasi penyakit
sistemik dalam rongga mulut dan penatalaksanaannya.

4
1.2 Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor mandibula di
instalasi bedah sentral Rumah Sakit Dr. Soebandi Jember.

2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien tumor mandibula
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan selama memberikan asuhan
keperawatan dengan tepat
c. Mampu merumuskan rencana tindakan selama memberikan asuhan keperawatan
d. Mampu melakukan rencana tindakan keperawatan
e. Mampu melakukan evaluasi dari asuhan keperawatan yang telah diberikan

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Tumor Mandibula


Neoplasma adalah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh
terus menerus secara tidak terbatas, tidak berkoordinasi dengan jaringan sekitarnya
dan tidak berguna bagi tubuh. Pada rongga mulut, tumor atau neoplasma dapat
didefinisikan sebagai suatu pertumbuhan jaringan di dalam dan di sekitar rongga
mulut yang pertumbuhannya tidak dapat dikembalikan dan tidak berguna bagi tubuh.
Jaringan tersebut dapat tumbuh pada bibir, pipi, dasar mulut, palatum, lidah, dan
didalam tulang rahang. Jaringannya dapat terdiri dari jaringan epitel, jaringan ikat,
jaringan otot, jaringan saraf, jaringan tulang, pembuluh darah.

Tumor mandibula adalah tumor jinak ondotogenik pada mandibula yang berasal dari
epitelium yang terlibat dalam proses pertumbuhan gigi hingga menimbulkan
deformitas wajah dan bersifat idiopatik (Arief Mansjoer, 2010). Neoplasia
mandibula adalah suatu kondisi medis yang jarang terjadi ditandai dengan
pertumbuhan sel yang abnormal pada sendi temporomandibular (TMJ). TMJ
menghubungkan maksila, yang merupakan tulang rahang bagian atas dengan tulang
rahang bagian bawah yang dikenal sebagai mandibula.

2.2 Klasifikasi tumor mandibula


Klasifikasi tumor berdasarkan keadaan tumor (T), pembesaran kelenjar regional (N),
dan metastasis jauh (M).
Stadium : I : T1 No Mo
II : T2 No Mo
III : T3 No Mo, T2 N1 Mo, T3 N1 Mo
IV : T4 No Mo, semua T N2 M1, semua T semua N dan M.
Berdasarkan garis besarnya dan keganasannya neoplasma atau tumor dapat
diklasifikasikan menjadi : jinak (benigna) dan ke pertumbuhan ganas (maligna atau
kanker) (Black,J.M & Hawks, 2014). Tumor di daerah mandibula dapat dibedakan
menjadi dua jenis yaitu:

6
a. Jinak
1. Kista odontogenik (Kista Dentigerous)
Kista dentigerous adalah kista yang membungkus mahkota gigi yang tidak
erupsi dan melekat ke servikal gigi. Kista ini lebih sering melibatkan gigi
molar tiga mandibula, kemudian gigi kaninus maxila, premolar dua mandibula
dan molar maxilla. Kista ini juga dapat menyebabkan maloklusi, nyeri dan
bahkan gangguan respirasi.
2. Tumor odontogenik epitelium (Ameloblastoma)
Ameloblastoma merupakan tumor odontogenik yamg sering terjadi. Tumor
ini berasal dari beberapa sisa- sisa elemen epitel dari pertumbuhan gigi :
epitel enamel yang berkurang, sisa sisa dari Serres, sisa- sisa Malassez,
atau lapisan basal dari mukosa oral. Lesi ini juga bisa tumbuh dan
berasal folikel dental atau kista dentigerous.
3. Lesi mandibula lainnya (Displasia fibrotik)
Displasia fibrous adalah tumor jinak dimana tulang normal digantikan oleh
jaringan ikat fibrosa akibat adanya defek dalam diferensiasi dan maturasi
osteoblast. Manifestasi klinis dari displasia fibrous ini adalah massa tidak
nyeri, paling sering di maksila. Lesi biasanya tidak melewati garis tengah dan
biasanya terbatas pada tulang yang terlibat, dapat menyebabkan asimetri.

b. Ganas
1. Tumor osteoklastik (Karsinoma Sel skuamos)
Karsinoma sel skuamous merupakan malignansi yang paling sering terjadi di
cavitas oral.
2. Tumor osteoklastik/ osteoblastik (osteosarkoma)
Osteosarkoma merupakan tumor tulang yang ganas, dan merupakan keganasan
utama tulang yang paling umum (terlepas dari myeloma). Ostesarkoma
mandibula cenderung tidak bermetastasis, namun sayangnya, prognosisnya
tidak membaik dengan penggunaan kemoterapi seperti osteosarcoma pada
tulang panjang.
3. Tumor kelenjar liur (Adenokarsinoma)
Istilah adenokarsinoma ini berasal dari makna „adeno‟ yang berarti mengenai
kelenjar dan „karsinoma‟ yang menggambarkan suatu kanker yang
berkembang dalam sel epitel. Maka adenokarsinoma dapat diartikan sebagai

7
suatu kanker yang berasal dari jaringan kelenjar. Adenokarsinoma dapat terjadi
pada beberapa mamalia yang lebih tinggi, termasukmanusia. Kanker ini
mungkin muncul sebagai kelenjar dan memiliki sifat sekresi.
2.3 Etiologi
Tumor ini dari berbagai asal, walaupun rangsangan awal dari pembetukan tumor ini
masih bersifat idiopatik, akan tetapi tumor ini dapat berasal dari :
a. Kelainan congenital
b. Kista ondotogenik
c. Genetic
d. Trauma
e. Rangsangan fisik berulang
2.4 Pathofisiologi
Neoplasia mandibula banyak dijumpai pada usia lanjut diatas 40 tahun. Kebanyakan
pada orang laki-laki. Hal ini mungkin berkaitan dengan kebiasaan makan, kebiasaan
merokok, bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia toksik atau serbuk, logam berat.
Bagaimana terjadinya belum diketahui secara pasti oleh para ahli. Kanker kepala dan
leher menyebabkan 5,5% dari semua penyakit keganasan. Terutama neoplasma
laringeal 95% adalah karsinoma sel skuamosa.Bila kanker terbatas pada pita suara (
intrinsik ) menyebar dengan lambat. Pita suara miskin akan pembuluh limfe sehingga
tidak terjadi metastase kearah kelenjar limfe. Bila kanker melibatkan epiglotis (
ekstrinsik ) metastase lebih umum terjadi.

Infeksi pada ruang ini berasal dari gigi molar kedua dan ketiga dari mandibula, jika
apeksnya ditemukan di bawah perlekatan dari musculus mylohyoid. Infeksi dari gigi
dapat menyebar ke ruang mandibula melalui beberapa jalan yaitu secara langsung
melalui pinggir myolohioid, posterior dari ruang sublingual, periostitis dan melalui
ruang mastikor. Terdapat demam dan nyeri leher disertai pembengkakan di bawah
mandibula dan atau di bawah lidah, mungkin berfluktuasi dan muncl pembengkakan.

Bila pembengkakan semakin besar dapat mengakibatkan terangkatnya lidah dan


penyulitan dalam pernafasan dan penelanan di dalam mulut. Proses infeksi juga
menstimulasi penumpukan secret yang berlebih dalam saluran pernafasan. Sehingga
pada tahap ini penderita akan mengalami ganngguan dalam pemenuhan O2 dan
asupan nutrisi.

8
Gambar 1. 1 Pathofisiologi

2.5 Tanda dan Gejala Tumor Mandibula


Keadaan lemah, lesu, malaise dan disertai demam. Pada pemeriksaan ektra oral
didapatkan :
a. Asimetris wajah
b. Tanda rahang tidak jelas
c. Fluktuasi positif
d. Tepi rahang sering tidak teraba
e. Terdapat benjolan di area lahang bawah
Pada pemeriksaan intra oral didapatkan :
a. Peridontitis akut
b. Muccobucal fold
c. Fluktasi negative

9
2.6 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan CT-Scan daerah kepala dan leher untuk mengetahui keberadaan
tumor sehingga tumor primer yang tersembunyi pun akan ditemukan.
b. X-Ray kepala, yang menghasilkan satu dimensi gambar dan leher untuk
membantu mencari daerah yang tidak normal pada rahang
c. MRI (magnetic resonance imaging), yang menggunakan magnet dan gelombang
radio untuk membuat gambar tiga dimensi yang dapat mengungkapkan
abnormalitas kecil di kepala dan leher. Dokterjuga menggunakan MRI scan
untuk menentukan apakah ameloblastoma telah menyebar kerongga mata atau
sinuses
d. Tumor marker (penanda tumor)
e. Pemeriksaan Serologi IgA anti EA dan IgA anti VCA untuk mengetahui infeksi
virus E-B.
f. Untuk diagnosis pasti ditegakkan dengan biopsi mandibula yaitu dengan
melakukan reseksi di area mandibula.
g. Pengerokan dengan kuret daerah mandibula yang mengalami metastase.

2.7 Penatalaksanaan Medis


a. Radioterapi merupakan pengobatan utama
b. Pengobatan tambahan yang diberikan dapat berupa diseksi leher (benjolan di
leher yang tidak menghilang pada penyinaran atau timbul kembali setelah
penyinaran dan tumor induknya sudah hilang yang terlebih dulu diperiksa
dengan radiologik dan serologik) , pemberian tetrasiklin, faktor transfer,
interferon, kemoterapi, seroterapi, vaksin dan antivirus.
Pemberian ajuan kemoterapi yaitu Cis-platinum, bleomycin dan 5-fluorouracil.
Sedangkan kemoterapi praradiasi dengan epirubicin dan cis-platinum.
Kombinasi kemo-radioterapi dengan mitomycin C dan 5-fluorouracil oral
sebelum diberikan radiasi yang bersifat “Radiosensitizer”.

10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
a. Identitas Pasien
1. Nama Pasien : Ny.H
2. Tgl lahir/ Umur : 12-07-1988
3. Agama : Islam
4. Pendidikan : SMA
5. Alamat : Rowosari-SumberJambe
6. No CM : 278063
7. Diagnosa Medis : Tumor Mandibula

b. Pre Operasi
1. Keluhan utama : Nyeri di bagian benjolan dagu kanan
2. Riwayat penyakit : DM Asma HT √ Tidak ada
3. Riwayat operasi : ada, √ Tidak ada
4. Riwayat alergi : ada, sebutkan …………….. √ Tidak ada
5. Jenis operasi : Besar Kontaminasi
6. TTV : Suhu 36,2 0C, Nadi 92x/mnt, Respirasi 26x/mnt,
TD 109/63 mmHg.
7. ASA :1

Riwayat Psikososial/Spiritual
a. Status emosional :
√ Tenang □ Bingung □ Kooperatif □ Tidak kooperatif □ Menangis

b. Tingkat kecemasan :
□ Tidak cemas √ Cemas

c. Skala kecemasan (Tidak terkaji)


□ 0 = Tidak cemas
1 = Mengungkapkan kerisauan .
□ 2 = tingkat perhatian tinggi
□ 3 = kerisauan tidak berfokus

11
□ 4 = respon simpati-adrenal
□ 5 = panik

d. Pemeriksaan head to toe secara prioritas


Normal
Bagian Jika tidak, jelaskan
Ya Tidak
Kepala √
Wajah √ Terdapat benjolan di dagu kanan
Leher √

Dada √

Abdomen √

Genitalia √

Integument √

Ekstremitas √

c. Intra Operasi
a. Anestesi dimulai jam : 07.45 wib
b. Pembedahan dimulai jam : 08.00 wib
c. Jenis anestesi : General anestesi
d. Posisi operasi : Supine
e. Catatan anestesi : Pasien ASA 1
f. Pemasangan alat-alat : EKG, Oksimetri, Oksigen, Warmer, Infus hangat
g. TTV : Suhu 36 0C, Nadi 89x/mnt teraba kuat,
RR 25 x/mnt spontan, TD 113/76 mmHg,
Saturasi O2 99%.
d. Post Operasi
a. Pasien pindah ke : RR, Jam 09.00 WIB
b. Keluhan saat di RR : Nyeri di bagian post operasi
c. Keadaan umum : Sedang

d. TTV : Suhu 36,1 0C , Nadi 91 x/mnt, TD 122/73 mmHg,


RR 22 x/mnt

e. Kesadaran : Somnolen

12
3.2 Diagnosa Keperawatan, Intervensi pada Tumor Mandibula
N Rencana Keperawatan
Diagnosa
o Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Pre Operasi
1 Dx. Nyeri b.d adanya NOC: 1. Kaji tingkat nyeri pasien
massa tumor - Pain Level, 2. Ajarkan penggunaan
- Pain control, teknik manajemen nyeri
DS : Pasien mengatakan - Comfort level (latihan nafas dalam,
“dagu kanan saya terasa imajinasi visual, doa)
Setelah dilakukan tinfakan
sakit dan ada benjolannya” 3. Kontrol lingkungan yang
keperawatan selama 1x 30
mempengaruhi pasien
menit nyeri pasien berkurang,
DO : 4. Observasi reaaksi
dengan kriteria hasil:
- Ekspresi wajah nonverbal dari
pasien terlihat - Mampu mengontrol ketidaknyamanan
meringis nyeri (tahu penyebab Evaluasi TTV
- Pasien tampak nyeri, mampu
memegang menggunakan tehnik
perutnya nonfarmakologi untuk
- Skala nyeri 7 mengurangi nyeri,
- Nyeri dirasa mencari bantuan)
seperti tertekan - Melaporkan bahwa nyeri
- Muncul nyeri berkurang dengan
ketika berbicara menggunakan manajemen
dan pada saat nyeri
makan - Mampu mengenali
nyeri (skala,
intensitas, frekuensi dan
tanda nyeri)
- Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
- Tanda vital dalam rentang
normal
-
2 Dx: Cemas b.d interpretasi NOC: 1. BHSP
yang salah dengan - Kontrol kecemasan 2. Gunakan komunikasi
prosedur pembedahan - Koping afektif terapeutik
3. Tanyakan penyebab
Setelah dilakukan asuhan
DS : Pasien mengatakan cemas
selama 1x30 menit klien
“saya takut karrna 4. Beri kesempatan
kecemasan teratasi dgn kriteria
sebelumnya sy pernah pasien untuk bertanya
hasil:
operasi tp bius lokal jd 5. Kenalkan pasien pada
sesudahnya sakit sekali” - Klien mampu lingkungan kamar
mengidentifikasi dan operasi
DO : mengungkapkan gejala 6. Anjurkan pasien
- Ekspresi wajah pasien cemas untuk berdoa
tegang - Mengidentifikasi,
- Pasien tidak berfokus mengungkapkan dan
pada pertanyaan menunjukkan tehnik untuk
perawat mengontrol cemas
- Vital sign dalam batas

13
- Pasien terus normal
menanyakan apakah - Postur tubuh, ekspresi
operasi akan berhasil wajah, bahasa tubuh dan
dan akan sembuh tingkat aktivitas
- Verbalisasi pasien menunjukkan berkurangnya
meningkat kecemasan
Intra Operasi
1 Dx: Resiko hipotermi b.d NOC: 1. Monitor temperature
tindakan perioperatif - Kontrol hipotermi tubuh pasien
2. Evaluasi respon terhadap
DS: - Setelah dilakukan tindakan
thermoregulasi
keperawatan selama 1 x 3 jam
DO: 3. Gunakan infuse hangat
resiko hipotermi pasien teratasi
- Kulit pasien teraba dan irigasi hangat selama
dengan kriteria hasil:
dingin prosedur operasi
- Kondisi suhu dikamar - Suhu tubuh dalam batas
operasi 19 0C normal
- TTV dalam batas normal
- Tidak terjadi nyeri otot
- Berkeringat saat dalam
kondisi suhu yang panas
2 Dx: Resiko cidera NOC : 1. Gunakan alat pelindung
positioning b.d tindakan - Cidera positioning tidak maksimal untuk
perioperatif terjadi mencegah cidera akibat
listrik, laser, radiasi
DS: - Setelah dilakukan tindakan
2. Catat alat yang tertanam
keperawatan selama 1x 2 jam
DO: selama prosedur invasive
resiko cidera positioning
- Terpasang plate di betis 3. Evaluasi adanya
pasien teratasi dengan kriteria
kiri pasien tanda/gejala cidera laser,
hasil:
- Posisi operasi pasien listrik, radiasi
- Kesadaran dalam batas
supine
normal
- Posisi operasi di bagian
- Gerak motoric dalam batas
mulut dengan posisi
normal
mulut yang di paksa
- Vital sign dalam rentang
terbuka selama 1 jam
normal
- Tidak ada sakit kepala

Post Operasi
1 Dx: Resiko infeksi b.d NOC : 1. monitor tanda dan gejala
prosedur infasif - Tidak ada infeksi berulang infeksi sistemik dan lokal
- Jumlah WBC dalam batas 2. batasi pengunjung
DS : -
normal 3. pertahankan teknik
DO : aseptik pada pasien yang
Setelah dilakukan tindakan
- Terdapat luka post beresiko
keperawatan selama 1x 4 jam
operasi di bagian 4. inspeksi kulit dan
tidak terjadi infeksi pada
mulut paisen 5cm membran mukosa akan
pasien dengan kriteria hasil:
- Suhu 36,1 0C , adanya kemerahan ,
- Tidak ada infeksi
Nadi 91 x/mnt, TD hangat, atau drainae
- Tidak ada benjolan
122/73 mmHg RR 5. ajarkan pasien dan
- Suhu tubuh dalam rentang
22 x/menit, keluarga tentang cara
yang diharapkan
untuk menghindari
14
- Kulit utuh infeksi
- Mukosa
R utuh
R

2 Dx: Nyeri b.d Insisi NOC : 1. Observasi dan


pembedahan - Pain Level, monitoring tanda nyeri
- Pain control, pasien
DS : -
- Comfort level 2. Lakukan teknik
DO : pengurangan nyeri
Setelah dilakukan tinfakan
- Keadaan umum: dengan menyentuh
keperawatan selama 1x 4 jam
sedang tubuh pasien
nyeri pasien berkurang, dengan
- Suhu 36,1 0C , 3. Tenangkan pasien agar
kriteria hasil:
Nadi 91 x/mnt, TD rasa nyeri tidak
122/73 mmHg, RR - Mampu mengontrol nyeri bertambah
22 x/mnt (tahu penyebab nyeri 4. Kontrol lingkungan
- Ekspresi wajah - Mampu menggunakan yang mempengaruhi
pasien terlihat tehnik nonfarmakologi pasien
meringis untuk mengurangi nyeri, 5. Observasi reaaksi
- Pasien tampak mencari bantuan) nonverbal dari
memegang bagian - Melaporkan bahwa nyeri ketidaknyamanan
pipi pasien Skala berkurang dengan 6. Evaluasi TTV
nyeri 8 menggunakan manajemen
- Nyeri dirasa seperti nyeri
teriris - Mampu mengenali nyeri
(skala, intensitas,
frekuensi dan tanda nyeri)
- Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
- Tanda vital dalam rentang
normal

15
BAB IV
TINJAUAN KASUS

4.1 Bedah Eksisi


Bedah eksisi adalah salah satu tindakan bedah dengan membuang jaringan (tumor)
dengan cara memotong. Tindakan ini dilakukan untuk berbagai tujuan antara lain
pemeriksaan penunjang (biopsi), pengobatan lesi jinak ataupun ganas dan
memperbaiki penampilan secara kosmetis. Sebelum melakukan tindakan eksisi,
anatomi daerah yang akan dieksisi harus dikuasai lebih dahulu. Pada badan dan
anggota gerak, eksisi dapat dilakukan dengan mudah, tetapi pada daerah tangan dan
kaki harus hati-hati karena banyak pembuluh darah dan saraf superficial dan tendon
(Arief Mansjoer, 2010).

Eksisi banyak dilakukan pada muka dan leher, sehingga pengetahuan anatomi di
daerah ini sangat penting. Irisan operasi yang sejajar dengan garis regangan kulit
alami akan membuat jaringan parut kurang terlihat. Arah garis ini biasanya tegak
lurus terhadap otot dibawahnya.

4.2 Tehnik eksisi


Teknik eksisi ada beberapa macam yaitu eksisi elips simple, eksisi wedge, eksisi
sirkular dan eksisi multiple.
a. Eksisi elips
Merupakan bentuk eksisi dasar, dengan arah yang sejajar dengan garis dan
lipatan kulit. perbandingan panjang dan lebar minimal 3:1 dengan sudut 30
derajat. Irisan tegak lurus atau lebih meluas kedalam sampai dengan subkutis.
Bila perlu dapat dilakukan undermining. Perdarahan yang terjadi di kulit dapat
ditekan beberapa saat dan bila perlu dilakukan hemostasis dengan
elektrokoagulasi, tetapi jangan berlebihaan terutama pada perdarahan dermis.
Perdarahan dari pembuluh darah kecil dapat dielektrokoagulasi tetapi yang besar
harus diikiat.
b. Eksisi wedge
Lesi-lesi yang terletak pada area bebas seperti bibir, sudut mata,cupig hidung,
dan telinga dapat dieksisi dengan eksisi wedge.

16
c. Eksisi sirkular
Eksisi sirkular dilakukan dengan bentuk sirkular dan defek ditutup dengan skin
graf full thicknesss. Teknik ini juga dapat digunakan pada bagian tubuh dengan
lesi yang sangat luas.
d. Eksisi multiple
Eksisi serial atau ekspansi jaringan yang diperlukan untuk lesi-lesi yang luas.
Teknik ini memungkinkan luka ditutup dengan skar yang lebih pendek
dibandingkan dengan eksisi elips satu langkah.

4.3 Prosedur tindakan


a. Persiapan ruangan
1. Menata ruangan dangan mengatur penempatan mesin suction, mesin couter,
meja instrumen, meja mayo sesuai kebutuhan dan luas kamar operasi
2. Memberi alas perlak dan linen pada meja mayo
3. Memberi alas under pad pada bagian kepala pasien
4. Menempatkan tempat sampah yang sesuai agar mudah penggunaannya
b. Persiapan Pasien
1. Meninggalkan semua perhiasan dan gigi palsu
2. Informed consent
3. Persiapan psikologis

4.4 Set Instrumen Steril


a. Di Meja Instrumen / Meja Besar
1. Set linen, terdiri dari :
a) Duk besar (buntu) : 2 buah
b) Duk panjang / sedang : 2 buah
c) Duk kecil : 2 buah
2. Gown / jas operasi / scort : 5 buah
3. Handuk steril : 5 buah
4. Sarung meja mayo : 1 buah
5. Kertas steril : 2 buah
6. Round bowls (kom) besar / cucing : 1 / 1 buah
7. Selang suction : 1 buah
8. Electronic surgical pen : 1 buah

17
b. Di Meja Mayo
1. Handle mess no.4 : 1 buah
2. Chirugis Forcep : 2 buah
3. Dissecting forceps : 2 buah
4. Surgical scissors / gunting prepare / mayo : 1 buah
5. Metzenboum scissors : 1 buah
6. Suture scissors / gunting benang : 1 buah
7. Towel forcep : 5 buah
8. Sponge holding forcep : 1 buah
9. Pean forceps lurus : 4 buah
10. Pean forceps bengkok : 4 buah
11. Needle holder : 2 buah
12. Langenbeck retraktor : 2 buah
13. Pean manis / sweet clamp : 1 buah
14. Allise clamp : 2 buah
15. Volkmann : 1 buah
16. Epsen : 1 buah

4.5 Set Instrumen On Steril


a. Plester lebar : Sesuai kebutuhan
b. Gunting verban : 1 buah
c. Mesin suction : 1 buah
d. Lampu operasi : 1 set
e. Lampu foto rontgent : 1 buah
f. Meja operasi : 1 buah
g. Alas meja operasi : 1 buah
h. Meja mayo : 1 buah
i. Standar infus : 1 buah
j. Tempat sampah : 1 buah
k. Mesin diatermi : 1 buah

4.6 Bahan Habis Pakai


a. Handscoon sesuai ukuran : 4 buah
b. Scalpel Blades no. 15 : 1 buah
c. NS 0.9 % : 200cc / secukupnya

18
d. Alcohol 70 % : 100cc
e. Absorbable, syntethic, braided 3/0 : 3 buah
f. Kassa kecil : 60 buah
g. Dispoosibble absorbent pad on : 1 buah
h. Spuit 10cc : 2 buah
i. Spuit 3 cc : 1 buah
j. Pehacain : 1 ampule

4.7 Pelaksanaan
1. Sign In
2. Pasien diposisikan supinasi
3. Perawat sirkular memasang plat diatermi pada tungkai pasien
4. Perawat sirkuler melakukan pembersihan atau antisepsis menggunakan
chlorhexidine gluconat 4 % di dalam mulut pasien.
5. Perawat instrumen melakukan surgical scrub, gowning dan gloving kemudian
membantu operator dan asisten memakaikan gown, handscoon steril.
6. Berikan sponge holding forcep + kassa yang diberikan alcohol 70% cucing
pada asisten perawat untuk melakukan antisepsis.
7. Berikan Doek besar di bagian ekstremitas bawah pasien. Berikan doek segitiga
(doek kecil+kertas steril) lalu doek kecil 2 buah di sisi kanan-kiri kepala pasien
dan fiksasi dengan towel forcep.
8. Perawat instrumen memasang couter dan connecting suction didekat pasien
kemudian difiksasi dengan towel forcep .
9. Dekatkan meja mayo ke pasien.
10. Time out
11. Perawat memberikan kasa basah dan kering pada operator
12. Berikan assisten perawat 1 langen back 2 buah
13. Operator melakukan injeksi pehacain l ampule yang di encerkan dengan NaCl
8ml, berikan pada operator dan tunggu selama beberapa menit sebelum
dilakukan insisi, berikan cirughis forcep .
14. Berikan handle mess no. 4 yang telah dipasang scalpel blades no 15 pada
operator untuk insisi sample tumor.

19
15. Berikan pean kecil dan kasa kecil pada assisten operator untuk merawat
pendarahan.
16. Operator memperdalam insisi lapis demi lapis dengan handle mess no. 4 yang
telah dipasang scalpel blades no 15 , kemudian berikan metzemboum , epsen
dan Volkmann hingga tumor dapat terlepas
17. Berikan alise klem untuk memegang sample tumor
18. Sample tumor yang sudah didapat ditaruh dikassa steril
19. Berikan sample tumor kepada perawat sirkular untuk dimasukkan kebotol PA
yang berisi formalin untuk pemeriksaan lebih lanjut
20. Rawat perdarahan dengan couter dan kassa
21. Sign out
22. Cek jumlah kasa dan instrumen yang terpakai apakah sesuai dengan instrumen
yang disiapkan sebelumnya
23. Beri operator chirrugis forcep, needle holder yang sudah terpasang benang
Absorbable, syntethic, braided 3/0 yang sudah disiapkan untuk menutup area
pembedahan.
24. Beri asisten gunting benang dan Pean forceps bengkok untuk menjepit benang
25. Beri kassa basah (Ns) pada operator untuk membersihkan sisa darah di area
pasca pembedahan dan koreksi adanya perdarahan.
26. Beri kasa kering untuk mebersihkan area operasi
27. Pasien dirapikan
28. Perawat Instrument menginventaris alat (cuci, pengepakan dan steril ulang)
dan bahan habis pakai pada form depo farmasi

20
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, baik secara teoritis maupun secara tinjauan
kasus didapatkan kesimpulan sebagai berikut: Diagnosa keperawatan yang
berhubungan pada pasien dengan diagnosa tumor mandibular dengan tindakan eksisi
ada enam diagnosa keperawatan, yaitu Nyeri b.d adanya massa tumor , Cemas b.d
interpretasi yang salah dengan prosedur pembedahan, resiko hipotermi b.d tindakan
perioperatif, Resiko cidera positioning b.d tindakan perioperatif, Resiko infeksi b.d
prosedur infasif dan nyeri b.d Insisi pembedahan.
Intervensi dan implementasi yang diberikan kepada pasien disesuaikan dengan
kondisi pasien saat pre, intra dan post operasi. Adapun evaluasi yang dilakukan
selama pemberian asuhan keperawatan sudah sesuai dengan intervensi yang disusun
oleh penulis.

5.2 Saran
a. Pasien
Diharapkan pasien dapat mengetahui cara menjaga luka operasi dan selalu
memperhatikan petunjuk dokter/perawat serta dukungan keluarga sangat penting
dalam proses penyembuhan pada pasien dengan diagnosa tumor mandibular
dengan tindakan eksisi
b. Perawat
Perawat maupun tim medis lainya harus terampil dalam melakukan asuhan
keperawatan perioperative dan harus memperhatikan konsep aspetik untuk
mencegah terjadinya resiko infeksi pada pasien.

21
DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansjoer. (2010). Kapita selekta kedokteran, edisi 4 (4th ed.). Jakarta: Media
Aesculapius.
Audrey Berman, Shirlee Snyder, G. F. (2016). Fundamental of Nursing Concepts, Process,
and Practice. (K. Wilson, Ed.) (Tenth). Julie Levin Alexander.
Black,J.M & Hawks, J. . (2014). Medical surgical nursing: clinical management for
positive outcomes. USA: Sounders Elseiver.
Herdman, T. H. (2015). NANDA International Inc. Nursing Diagnose:
Defenitions&clasification 2015-2017. Jakarta: EGC.

22

Anda mungkin juga menyukai