1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. karena berkat rahmat-Nya penulis masih diberi
kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah student oral case analysis yang berjudul “Asuhan Keperawatan Perioperatif
Pada Klien G1P0A0 Inpartu Kala I Memanjang + Presentasi Kaki Dengan Tindakan Sectio
Caesarea Di Ruang Operasi RSUD Alimuddin Umar Liwa” ini disusun untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Praktik Klinik Keperawatan Perioperatif Jurusan Keperawatan Prodi Ners
Poltekkes Tanjung Karang. Penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dosen pembimbing akademik mata kuliah Praktik Klinik Keperawatan Perioperatif yang
telah memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
2. Pembimbing lahan RSUD Alimuddin Umar Liwa yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih miliki kekurangan, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan bahan untuk menambah ilmu
pengetahuan khususnya ilmu keperawatan.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Hal.
Halaman Judul .................................................................................................................... 1
Kata Pengantar ................................................................................................................... 2
Daftar Isi .............................................................................................................................. 3
BAB I. PENDAHULUAN
A. Dasar Teori
1. Definisi Diagnosa Medis ........................................................................................... 4
2. Epidemiologi Kasus................................................................................................... 4
3. Etiologi ...................................................................................................................... 4
4. Tanda Gejala.............................................................................................................. 5
5. Penatalaksanaan Medis ............................................................................................. 6
6. Pemeriksaan Penunjang............................................................................................. 6
7. Patofisiologi............................................................................................................... 6
8. Prosedur Tindakan Operasi........................................................................................ 8
B. Asuhan Keperawatan
1. Data Pendukung......................................................................................................... 10
2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul........................................................ 12
3. Rencana Tindakan...................................................................................................... 13
BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN
I. Tinjauan Kasus (Pengkajian) .................................................................................... 19
II. Analisa Data .............................................................................................................. 31
III. Diagnosa Keperawatan ............................................................................................. 31
IV. Rencana Tindakan Keperawatan ............................................................................... 32
V. Catatan Perkembangan .............................................................................................. 35
BAB III. ANALISA DAN PEMBAHASAN....................................................................... 39
BAB IV. PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................................. 42
B. Saran........................................................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. DASAR TEORI
1. DEFINISI
2. EPIDEMIOLOGI KASUS
Menurut World Health Organization (WHO) 2015 selama hampir 30 tahun tingkat
persalinan dengan section caesaria menjadi 10 % sampai 15% dari semua proses
persalinan dinegara Negara berkembang,
Berdasarkan survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI)2012, angka
kejadian section caesarea di indonesia 921.000 dari 4.039.000 persalinan atau
22,8% dari seluruh persalinan. Berdasarkan hasil data RISKESDAS 2013, angka
ibu melahirkan dengan section caesarea diindonesia 9,8% dengan proporsi
tertinggi di DKI Jakarta 19,9% dan terendah di Sulawesi tenggara 3,3%.
Menurut Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2012 tingkat persalinan section
caesarea di Indonesia sudah meleawati batas maksimal standar WHO 5-15%.
Tingkat persalinan section caesarea di Indonesia 15,3% sampel dari 20.591 ibu
yang melahirkan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir yang disurvey dari 33
provinsi. Gambaran adanya factor resiko ibu saat melahirkan atau dioprasi
caesarea adalah 13,4% karena ketuban pecah dini, 5,49% karena preeklamasia,
5,14% karena perdarahan, 4,40% kelainan letak janin, 4,25% karena jalan lahir
tertutup, 2,3% karena rumpur uteri (RISKESDAS, 2012).
3. ETIOLOGI
Indikasi yang berasal dari ibu (etiologi)
4
Adalah pada primigravida dengan kelainan letak, primi para tua disertai kelainan
letak ada, disproporsi sefalo pelvik (disproporsi janin/panggul) ada, sejarah
kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul, Plasenta
previa terutama pada primigravida, solutsio plasenta tingkat I – II, komplikasi
kehamilan yang preeklampsia-eklampsia, atas permintaan, kehamilan yang disertai
penyakit (jantung, DM), gangguan perjalanan persalinan (kata ovarium, mioma
uteri dan sebagainya).
Penyebab persalinan dengan bedah caesar ini bisa dikarenakan masalah dipihak
ibu maupun bayi. Terdapat dua keputusan bedah caesar. Pertama, keputusan bedah
caesar yang sudah didiagnosa sebelumnya. Penyebabnya antara lain,
ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dan panggul ibu (panggul sempit, anak
besar, letak dahi, letak muka, dsb), keracunan kehamilan yang parah,
preeklampsia, berat atau eklampsia, kelainan letak bayi (sungsang, lintang),
sebagian kasus mulut rahim tertutup plasenta (plasenta previa), bayi kembar,
kehamilan pada ibu berusia lanjut, sejarah bedah caesar pada kehamilan
sebelumnya, ibu menderita penyakit tertentu dan infeksi saluran persalinan.
5
h. Keluar air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau, atau kecoklatan sedikit
± sedikit atau sekaligus banyak.
i. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
6. PENATALAKSANAAN MEDIS
1) Analgesik diberikan setiap 3 – 4 jam atau bila diperlukan seperti Asam Mefenamat,
Ketorolak, Tramadol.
2) Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan partum yang hebat.
3) Pemberian antibiotik seperti Cefotaxim, Ceftriaxon dan lain-lain.
4) Pemberian cairan parenteral seperti Ringer Laktat dan NaCl.
7. PATOFISIOLOGI
Adanya beberapa kelainan atau hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan
bayi tidak dapat lahir secara normal atau spontan, misalnya plasenta previa sentralis
dan lateralis, panggul sempit, ruptur uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju,
pre-eklamsia dan malpresentasi janin. Kondisi ini menyebabkan perlu adanya satu
tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea.
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anastesi yang akan menyebabkan pasien
mengalami kelemahan dan sulit menggerakkan ekstremitas sehingga menimbulkan
masalah intoleransi aktivitas. Akibat dari intoleransi aktivitas akan terjadi kelemahan
6
pada abdomen sehingga menyebabkan motilitas cerna mengalami penurunan yang
menyebabkan konstipasi. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan
menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara
mandiri sehingga timbul masalah defisist perawatan diri.
Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada
dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan,
pembuluh darah, dan saraf-saraf disekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang
pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menyebabkan nyeri (nyeri akut),
akibat nyeri yang dirasakan dapat menyebabkan sering terbangun saat tidur dan
terjadi masalah gangguan pola tidur, setelah proses pembedahan daerah insisi akan
menutup dan menimbulkan luka post operasi yang bila tidak dirawat dengan baik
akan menimbulkan kemerahan dan menyebabkan masalah risiko infeksi. (Mitayani,
2011).
7
8. PROSEDUR TINDAKAN OPERASI
- Klien diposisikan duduk untuk dilakukan prosedur anestesi spinal
- Klien kembali ke posisi supinasi
- Dipasang penghalang pada bagian atas Klien
- Dilakukan tindakan desinfeksi area operasi
- Dilakukan drapping
- Melakukan time out
- Melakukan insisi kulit dengan aclpel secara mediana atau panenstil pada abdomen
- Membuka lapisan subkutis
- Membuka lapisan fascia dengan pisau bedah dan kemudian dilebarkan dengan
gunting fascia dengan bantuan haak langen back
- Membuka lapisan otot rektus
- Membuka rongga peritoneum dengan menjepit 2 klem dan di gunting
- Pisahkan vesika urinaria dan miometrium dengan diseksi tumpul pada ruang antara
vesikouterina
- Agar uterus terlihat, gunakan haak
- Lakukan insisi miometrium dengan hati-hati mengguanakan pisau bedah secara
horizontal
- Membuka uterus dengan gunting
- Setelah akses ke dalam rongga uterus didapat, lebarkan secara tumpul dengan
tangan operator atau gunting.
- Selipkan tangan ke dalam rongga uterus di antara simfisis dan kepala bayi untuk
mengeluarkan kepala
- Lakukan traksi ke atas secara perlahan untuk melahirkan bahu posterior. Lanjutkan
traksi ke luar secara perlahan sampai seluruh bagian tubuh bayi lahir
- Dilakukan penjepitan tali pusat dengan menggunakan klem dan digunting
- Mengeluarkan plasenta
- Setelah bayi dan plasenta lahir, pastikan tidak terdapat jaringan yang tertinggal dan
tangani perdarahan sebelum melakukan reparasi uterus.
- Uterus dipegang dengan 4 klem kocher
- Menutup insisi uterus dengan menggunakan benang PGA no. 2 dan lapisan
miometrium dengan benang plain no. 2.0
8
- Sebelum menutup abdomen, operator dan asisten operasi harus memastikan bahwa
seluruh instrumen operasi sudah lengkap dan tidak ada yang tertinggal di dalam
rongga abdomen.
- Membersihkan darah dan cairan amnion dengan suction. Irigasi dapat dilakukan.
- Memegang lapisan periotnium pada 4 sudut dengan kocher dan jahit dengan
benang plain no. 2.0
- Jahit otot rectus dengan benang plain 2.0
- Tutup lapisan fascia dengan benang PGA no. 2
- Lapisan subkutis dijahit dengan plain 2.0
- Kulit dapat ditutup dengan jahitan subkutikuler dengan benang polypropilene 2.0
- Bersihkan area insisi dan dilakukan penutupan luka
9
B. ASUHAN KEPERAWATAN
10
- Kontak mata
buruk
2. RISIKO Berisiko mengalami 1) Aneurisma S:- S:- 1) Aneurisma
PERDARAHA kehilangan darah 2) Gangguan 2) Ulkus lambung
N baik internal (terjadi gastrointestinal O:- O:- 3) Varises
(D.0012) di dalam tubuh) 3) Gangguan fungsi hati 4) KPD
maupun eksternal 4) Komplikasi pasca partum 5) Plasenta previa
(terjadi hingga 5) Tindakan pembedahan 6) Atonia uterus
keluar tubuh). 6) Trauma 7) Retensi plasenta
7) Proses keganasan 8) Tindakan
pembedahan
3. RISIKO Berisiko mengalami 1) Pemajanan peralatan S:- S:- 1) Kejang
CEDERA bahaya atau 2) Hipoksia jaringan 2) Sinkop
(D.0136) kerusakan fisik yang 3) Ketidakmampuan O:- O:- 3) Vertigo
menyebabkan transportasi 4) Gangguan englohatan
seseorang tidak lagi 4) Terpapar patogen 5) Hipotensi
sepenuhnya sehat 5) Terpapar agen 6) Retardasi mental
atau dalam kondisi nosokomial 7) Difungsi autoimun
baik
4. RISIKO Beresiko mengalami 1) Kerusakan hipotalamus S:- S:- 1) BB ekstrim
HIPOTERMIA penurunan suhu 2) Kurangnya lapisan lemak 2) Dehidrasi
11
(D.0140) tubuh dibawah 36oC 3) Suhu lingkungan rendah O:- O:- 3) Kurang mobilitas
secara tiba - tiba 4) Pemakaian pakaian yang fisik
yang terjadi satu jam tipis
sebelum 5) Trauma
pembedahan hingga 6) BBLR
24 jam setelah
pembedahan.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ansietas berhubungan dengan Krisis Situasional
2. Risiko Perdarahan berhubungan dengan Tindakan Pembedahan
3. Risiko Cedera berhubungan dengan Pemajanan Peralatan
4. Risiko Hipotermia berhubungan dengan Suhu Lingkungan Rendah
12
D. RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
NO. TUJUAN RENCANA KEPERAWATAN
KEPERAWATAN
1. Ansietas berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi Reduksi Ansietas
krisis situasional keperawatan selama 1 jam, maka Observasi
tingkat ansietas menurun dengan 1) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah ( misal :
kriteria hasil : kondisi, waktu, stresor)
- Perilaku gelisah menurun 2) Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
- Perilaku tegang menurun 3) Monitor tanda-tanda ansietas ( verbal dan non verbal)
- Konsentrasi membaik
Terapeutik
- Kontak mata membaik
1) Ciptakan suasana teraupetik untuk menumbuhkan
- Frekuensi napas membaik
kepercayaan
- TD membaik
2) Temani Klien untuk mengurangi kecemasan
- Frekuensi nadi membaik
3) Pahami situasi yang membuat ansietas
- Pucat menurun
4) Dengarkan dengan penuh perhatian
5) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
6) Tempatkan barang pribadi yang memberikan
kenyamanan
7) Motivasi mengidentifikasi situassi yang memicu
kecemasan
8) Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang
13
akan datang
Edukasi
1) Jelaskan prosedur serta sensasi yang mungkin dialami
2) Informasikan secara faktual mengenai diagnosis,
pengobatan dan prognosis
3) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama Klien
4) Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif
5) Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
6) Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan
7) Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang
tepat
8) Latih tekhnik relaksasi
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian obat antiansietas
2. Risiko perdarahan Setelah dilakukan intervensi Pencegahan Perdarahan
berhubungan dengan tindakan keperawatan selama 2 – 3 jam, maka Observasi
pembedahan tingkat pedarahan menurun dengan 1) Monitor tanda dan gejala perdarahan
kriteria hasil : 2) Monitor nilai hematokrit/hemoglobin sebelum dan
- Membran mukosa lembab sesudah kehilangan darah
- Gelisah menurun 3) Monitor tanda-tanda vital ortostatik
14
- Muntah menurun 4) Monitor koagulasi
- Mual menurun
- Perdarahan pasca operasi
Terapeutik
menurun
1) Pertahankan bedrest selama perdarahan
- Hemoglobin membaik
2) Batasi tindakan invasif, jika perlu
- Tekanan darah dan denyut nadi
3) Gunakan kasur pencegah dekubitus
membaik
4) Hindari pengukuran suhu rektal
Edukasi
1) Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
2) Anjurkan menggunakan kaus kaki saat ambulasi
3) Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk mencegah
konstipasi
4) Anjurkan menghindari aspirin atau antikoagulan
5) Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin K
6) Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan, jika
perlu
2) Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
15
3) Kolaborasi pemberian pelunak tinja
3. Risiko Cedera berhubungan Setelah dilakukan intervensi Manajemen Keselamatan Lingkungan
dengan Pemajanan Peralatan keperawatan selama 1 jam, maka Observasi
tingkat cedera menurun dengan 1) Identifikasi kebutuhan keselamatan
kriteria hasil : 2) Monitor perubahan status keselamatan
- Kejadian cedera menurun
Terapeutik
- Luka atau lecet menurun
1) Letakkan plate diatermi sesuai prosedur
- Perdarahan menurun
2) Gunakan ESU sesuai prosedur
3) Pastikan dan catat jumlah pemakaian BHP dan alat
4. Risiko Hipotermia Setelah dilakukan intervensi Manajemen Hipotermia
berhubungan dengan Suhu keperawatan selama 1 jam, maka Observasi
Lingkungan Rendah termoregulasi membaik dengan 1) Monitor suhu tubuh
kriteria hasil : 2) Identifikasi penyebab hipotermia, (misal : terpapar suhu
- Menggigil menurun lingkungan rendah, kerusakan hipotalamus, penurunan
- Pucat menurun laju metabolisme, kekurangan lemak subkutan)
- Suhu tubuh membaik 3) Monitor tanda dan gejala akibat hipotermia
- Suhu kulit membaik
Terapeutik
1) Sediakan lingkungan yang hangat (misal: atur suhu
ruangan)
2) Lakukan penghangatan pasif (misal: Selimut, menutup
kepala, pakaian tebal)
16
3) Lakukan penghatan aktif eksternal (misal: kompres
hangat, botol hangat, selimut hangat, metode kangguru)
4) Lakukan penghangatan aktif internal (misal : infus
cairan hangat, oksigen hangat, lavase peritoneal dengan
cairan hangat)
17
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
Identitas Klien
Nama : Ny. A No. RM : 12.15.52
Umur : 24 tahun Tgl. MRS : 17 Juni 2021
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Lampung
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SD
Gol. Darah :B
Alamat : Kebun Tebu
Diagnosa : G1P0A0 inpartu kala I memanjang + Presentasi kaki
A. Riwayat Praoperatif
1. Klien mulai dirawat pada tanggal 17 J u ni 2021 pada pukul 13.00 WIB
2. Ringkasan hasil anamnese preoperatif :
Klien datang ke rumah sakit melalui IGD pada tanggal 17 J un i 2021 pukul 13.00 WIB
dengan keluhan keluar mulas-mulas pada perut sejak 04.00 WIB Usia kehamilan 41
minggu HPHT 03 september 2020 dan HPL 30 juni 2021. Klien dilakukan vaginal
touche dipuskesmas pada pukul 04.00 WIB didapatkan pembukaan 6, dan kembali
diperiksa vaginal touche pada pukul 08.00 dipuskesmas masih pembukaan 6. Kemudian
diperiksa kembali pada pukul 10.00 WIB di puskesmas masih pembukaan 6. Kemudian
pada pukul 06.30 pagi sudah keluar air-air. Keluarga menolak tindakan induksi.
Klien akan dilakukan tindakan operasi sectio caesarea pada tanggal 17 Juni 2021 pukul
13.30 WIB dengan diagnosa medis G1P0A0 inpartu kala I memanjang + presentasi
kaki. Klien mengatakan khawatir dengan tindakan operasi karena baru pertama kali
menjalani operasi. Klien tampak banyak bertanya tentang prosedur operasi. Wajah
klien tampak tegang dan pucat. Klien tampak lemah.
Skor kecemasan 49 dengan tingkat kecemasan sedang di ukur dengan alat ukur
kecemasan Zung-Self Anxiety Rating Scale (ZSAS).
19
3. Hasil pemeriksaan fisik
a. Tanda- tanda vital (17 Juni 2021, pukul 13.00 WIB)
Kesadaran : Composmentis
GCS : 15 (E : 4, M : 6, V : 5)
Orientasi : Baik
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
RR : 24 x/menit
Suhu : 36,5ͦC
Saturasi : 100%
b. Pemeriksaan Fisik
- Inspeksi : Simetris
- Palpasi : Pulsasi pada dinding dada teraba kuat, tidak ada nyeri tekan
bawah ICS IV linea parasternal dextra, kiri atas ICS II linea parasternal
sinistra, kiri bawah ICS V medial linea midklavikularis sinistra
- Perkusi : Sonor
5555 5555
c. Pemeriksaan Penunjang :
1. Laboratorium (17 Juni 2021, pukul 13.15 WIB)
Hasil :
HEMATOLOGI
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hemoglobin 13,9 gr% 12 – 14 gr%
Leukosit 13.200 ul 4500 – 10500 ul
Eritrosit 4,5 jt ul 4,2 – 5,4 jt ul
Trombosit 224000 ul 159 – 400 rb ul
Hematokrit 39 % 38 – 47 %
URINE
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Jernih Jernih
21
Protein Negatif Negatif (< 30 mg/dl)
Glukosa Negatif Negatif (< 30 mg/dl)
Keton Negatif Negatif (< 50 mg/dl)
IMUNOLOGI
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
HbSAg NR NR
Rapid Test NR NR
KIMIA DARAH
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Urea 20 mg/dl 10 – 40 mg/dl
Creatinin 0,9 mg/dl 0,7 – 1,3 mg/dl
GDS 80 mg/dl < 200 mg/dl
5. Pengkajian kecemasan
Kuesioner Zung-Self Anxiety Rating Scale (ZSAS)
Kadang-
Pertanyaan Sangat Jarang Sering Selalu
Kadang
Saya merasa lebih gugup dan
22
cemas dari biasanya 2
Saya merasa takut tanpa alasan 3
Saya mudah marah atau 3
Merasa panik
Saya merasa seperti tak berdaya 3
Saya merasa baik-baik saja dan
tidak ada sesuatu yang buruk 2
akan terjadi
Tangan dan kaki saya gemetar
2
akhir-akhir ini
Saya merasa terganggusakit
kepala, leher dan
nyeri 3
punggung
Saya merasa lemah dan cepat
lelah 3
Saya tidak merasa tenang dan
dapat duduk dengan santai 2
Saya merasa jantung saya
3
berdetak sangat cepat
Saya terganggu karena pusing 3
Saya pingsan atau merasa
1
seperti mau pingsan
Saya tidak dapat bernapas
dengan mudah 3
Saya merasa mati rasa dan
kesemutan di jari tangan 2
dan jari kaki
Saya merasa perut saya
terganggu 2
Saya sering kencing 3
Tangan saya basah dan dingin 2
Wajah saya terasa panas dan
2
kemerahan
Saya tidak dapat tidur dengan
Mudah 3
Saya mengalami mimpi buruk 2
Total 49
Keterangan :
- Tidak pernah/ sedikit : 1
- Kadang-kadang :2
23
- Cukup sering :3
6. Pemberian obat-obatan :
a. Obat – obatan (diberikan sebelum hari pembedahan)
Nama Obat /
Tgl / jam Jenis Obat Dosis Rute
Cairan
Cairan
17/06/2021 Ringer Lactat 20 tpm IV
kristaloid
B. INTRAOPERATIF
1. Tanda- tanda vital (17 Juni 2021, pukul 13.47 WIB)
TD : 140/90 mmHg
Nadi : 90 x/menit
RR : 24 x/menit
24
Suhu : 35,2 ͦC
Saturasi 02 : 100%
2. Posisi klien di meja operasi : Supine
3. Jenis operasi : Mayor
Nama operasi : Sectio Caesarea
Area / bagian tubuh yang dibedah : Abdomen bawah di atas simfisis pubis
4. Tenaga medis dan perawat di ruang operasi
Dokter Anestesi : dr. Dedi Tanto, Sp. An
Asisten : Anastasya
Dokter Bedah : dr. Syarifah Komariah, Sp. OG
Asisten : anwar, nadila okti fariza
Perawat Instrument : meci pramulia
Perawat Sirkuler : yunizar
25
peralatan
14.00 WIB Menyelipkan tangan ke dalam rongga uterus di antara simfisis dan
kepala bayi untuk mengeluarkan kepala
26
Penjepitan tali pusat dengan menggunakan klem dan digunting
kemudian mengeluarkan plasenta
- Pemberian suction
- Pemberian selimut
8. Pembedahan berlangsung selama : 45 menit
9. Komplikasi dini setelah pembedahan (saat klien masih berada di ruang operasi)
Tidak ada komplikasi dini pasca pembedahan, perdarahan ± 250 cc, insisi ± 12 cm di
abdomen bawah di atas simfisis pubis.
C. POST OPERASI
1. Klien pindah ke recovery room pukul 14.30 WIB
2. Keluhan saat di RR/PACU :
Klien mengatakan badan terasa dingin. Klien tampak menggigil, akral teraba dingin.
Suhu ruangan 22ͦC.
TTV :
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 76 x/menit
RR : 22 x/menit
Suhu : 34,8 ͦC
SpO2 : 98%
3. Air Way :
Tidak terpasang OPA, tidak ada sekret. Tidak ditemukan masalah.
4. Breathing :
Napas spontan dengan RR 22 x/menit
5. Sirkulasi :
Saturasi oksigen 99%, Tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 76 x/menit, Pernapasan 22
x/menit, Suhu 34,8 ͦC.
6. Observasi Recovery Room
27
BROMAGE SCORE
NO KRITERIA SCORE SCORE
1 Dapat mengangkat tungkai bawah 0
Tidak dapat menekuk lutut tetapi dapat
2 1 1
mengangkat kaki
Tidak dapat mengangkat tungkai bawah tetapi
3 2
masih dapat mengangkat lutut
4 Tidak dapat mengangkat kaki sama sekali 3
KETERANGAN
Pasien dapat di pindah kebangsal, jika score kurang dari 2
9. Kesadaran : Composmentis
10. Balance cairan : + 247
Intake Jumlah (cc) Output Jumlah (cc)
Oral Urine 1800 cc
Enteral Muntah
Parenteral 2500 cc IWL 53 cc
Perdarahan 250 cc
Ketuban 100 cc
Jumlah 2500 cc Jumlah 2203 cc
28
ANALISA DATA
29
Pre Operasi
DS :
- Klien mengatakan khawatir
dengan tindakan operasi yang akan
dilakukan
- Klien mengatakan baru pertama
kali menjalani operasi
DO :
- Klien tampak lemah
- Wajah klien tampak tegang dan
pucat Krisis Situasional
Ansietas
(Pre Operasi
- Klien tampak banyak bertanya
Sectio Caesarea)
tentang prosedur operasi
- Tanda – tanda vital :
TD : 130/85 mmhg
Nadi : 86 x/menit
RR : 26 x/menit
Suhu : 36,4C
SpO2 : 100%
- Skor kecemasan 49 dengan tingkat
kecemasan sedang di ukur dengan
alat ukur kecemasan Zung- Self
Anxiety Rating Scale (ZSAS)
Intra Operasi
DS : -
DO :
- Pasien dilakukan pembedaha pada
abdomen
- Pasien tampak mengalami
perdarahan 250cc Risiko Perdarahan Tindakan
- Pasien tampak terpasang infuse RL Pembedahan
28 tetes/menit
- Akral dingin
- TTV
TD :140/90 mmHg
Nadi : 90x/menit
Pernafasan : 24x/menit
Suhu : 35,2
Post Operasi (di RR/PACU) Risiko Hipotermia Efek Agen
DS : Farmakologis
- Klien mengatakan badan terasa (Spinal Anestesi)
30
dingin
DO :
- Klien tampak mengigil
- Akral teraba dingin
- Terpasang selimut pada seluruh
tubuh klien dan area kepala
- Perdarahan ± 250 ml
- Dilakukan spinal anestesi
(bunascan)
- Suhu ruangan RR 22ͦC
- Suhu tubuh klien 34,8 ͦC
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional (pre operasi sectio caesarea)
2. Resiko perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan
3. Risiko hipotermia berhubungan dengan efek agen farmakologis (spinal anestesi)
31
INTERVENSI KEPERAWATAN
32
INTERVENSI KEPERAWATAN
33
INTERVENSI KEPERAWATAN
34
CATATAN PERKEMBANGAN
2. Memonitor tanda-tanda ansietas (verbal - Klien mengatakan sudah mengerti tentang prosedur
35
A : Ansietas
P : Lanjutkan Intervensi
1. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama klien
2. Latih tekhnik relaksasi nafas dalam
CATATAN PERKEMBANGAN
36
Nama Klien : Ny. A
Dx. Medis : G1P0A0 inpartu kala I memanjang + presentasi kaki
No. MR : 12.15.52
CATATAN PERKEMBANGAN
37
Nama Klien : Ny. A
Dx. Medis : G1P0A0 inpartu kala I memanjang + presentasi kaki
No. MR : 12.15.52
(atur suhu ruangan) - Terpasang selimut pada seluruh tubuh dan area kepala
4. Melakukan penghangatan pasif (Selimut, - Terpasang baju hangat pada klien
menutup kepala, pakaian tebal) - Suhu ruangan RR menjadi 24ͦC
- Suhu tubuh : 34,8 ͦC
38
BAB III
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Klien datang ke rumah sakit melalui IGD pada tanggal 17 J u ni 2021 pukul 13.00 WIB
dengan keluhan keluar mulas-mulas pada perut sejak 04.00 WIB Usia kehamilan 41 minggu
HPHT 03 september 2020 dan HPL 30 juni 2021. Klien dilakukan vaginal touche dipuskesmas
pada pukul 04.00 WIB didapatkan pembukaan 6, dan kembali diperiksa vaginal touche pada
pukul 08.00 dipuskesmas masih pembukaan 6. Kemudian pada pukul 06.30 pagi sudah keluar air-
air. Keluarga menolak tindakan induksi. Dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan hasil lab
leukosit lebih dari nilai normal, maka dokter penanggung jawab pasien memberikan instruksi
untuk dilakukan tindakan operasi.
Klien mengatakan khawatir dengan tindakan operasi karena baru pertama kali menjalani
operasi. Klien tampak banyak bertanya tentang prosedur operasi. Wajah klien tampak tegang dan
pucat. Klien tampak lemah. Skor keemasan 49 dengan tingkat kecemasan sedang.
Dalam Jurnal Abulyatama (2019), pada periode pre operasi pasien dapat mengalami
kecemasan kemungkinan karena merupakan suatu respon antisipasi terhadap suatu pengalaman
yang dapat dianggap pasien sebagai suatu ancaman terhadap perannya dalam hidup, integritas
tubuh, bahkan kelangsungan hidup pasien itu sendiri.
Pada tanggal 17 Juni 2021 pukul 13.47 WIB, dilakukan tindakan operasi sectio caesarea
dengan spinal anestesi. Insisi dilakukan pada abdomen bawah di atas simfisis pubis dengan
panjang ± 12 cm, total perdarahan ± 250 cc, dan air ketuban ± 500 cc. Saat pembedahan klien
diberikan oksigen 5L/menit, tindakan suction, penggunaan ESU, dan pemberian selimut.
Tindakan pembedahan dilakukan sesuai prosedur.
Pukul 14.30 WIB, klien di pindahkan ke ruang recovery room. Klien mengeluh badan
terasa dingin dengan suhu tubuh 34,8ͦC. Klien tampak menggigil dan akral teraba dingin.
Dalam Jurnal Keperawatan (2013), beberapa kejadian menggingil (hipotermia) yang tidak
diinginkan mungkin dialami pasien akibat suhu yang rendah diruang operasi, infus dengan cairan
yangdingin, inhalasi gas - gas yang dingin, kavitas atau luka terbuka pada tubuh, aktivitas
ototyang menurun, usia yang lanjut, atau agen obat - obatan yang digunakan seperti vasodilator
atau fenotiasin.
Pada kasus ini mahasiswa mengangkat 3 diagnosa keperawatan antara lain :
1. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional (pre operasi sc). Pada diagnosa ansietas
39
didapatkan data subjektif bahwa klien mengatakan khawatir dengan tindakan operasi yang
akan dilakukan karena baru pertama kali menjalani tindakan operasi. Sedangkan pada data
objektif keadaan umum klien lemah, wajah klien tampak tegang dan pucat, klien tampak
banyak bertanya tentang prosedur operasi, dan didapatkan skor kecemasan 49 yang berarti
tingkat kecemasan sedang.
Pada SDKI, kriteria mayor pada data objektif yang muncul adalah tampak gelisah, tampak
tegang, dan sulit tidur. Sedangkan pada kriteria minor, data subjektif yang muncul adalah
parastesia, nyeri ekstremitas, dan pada data objektif adalah frekuensi napas meningkat,
frekuensi nadi meningkat, TD meningkat, tremor, dan wajah tampak pucat.
2. Risiko perdarahan berhubungan dengan tindaka pembedahan. Pada diagnosa risiko perdarahan
didapatkan data objektif bahwa pasien dilakukan pembedahan pada abdomen, pasien tampak
mengalami perdarahan ±250cc, pasie terpasang infuse RL 28tetes/menit, akral dingin, TD :
140/90 mmHg, Nadi : 90x/menit, Pernafasan : 24x/menit, Suhu : 35,2ͦC.
3. Risiko hipotermia berhubungan dengan efek agen farmakologis (spinal anestesi). Pada
diagnosa risiko hipotermia didapatkan data subjektif bahwa klien mengeluh badan terasa
dingin. Sedangkan pada data objektif klien tampak menggigil, akral teraba dingin, dilakukan
spinal anestesi, suhu ruangan 22ͦC, terpasang selimut pada seluruh tubuh dan kepala, dan suhu
klien 34,8ͦC.
Hal ini menandakan bahwa antara teori dengan diagnosa aktual memiliki kesamaan.
Untuk diagnosa pertama tindakan yang dilakukan adalah mengidentifikasi saat tingkat ansietas
berubah, memonitor tanda ansietas, menganjurkan keluarga untuk tetap bersama klien,
relaksasi nafas dalam, dan menjelaskan prosedur tindakan.
Dalam Jurnal Abulyatama (2019), dengan penjelasan informasi pre operasi akan membantu
mengurangi kecemasan, stress, persepsi buruk tentang operasi sehingga pasien mengerti
tentang tindakan yang akan dilakukan kepadanya. Kemudian dapat memenuhi kebutuhan
pasien tentang pengetahuan operasi, meningkatkan keamanan pada pasien, meningkatkan
kenyamanan psikologis dan fisiologis, meningkatkan kepatuhan terhadap interuksi yang
dijelaskan. Sehinggga dapatmenurunkan tingkat kecemasan pada pasien sebelum melakukan
tindakan operasi.
Untuk diagnosa kedua tindakan yang dilakukan adalah meminimalkan perdarahan pada
tindakan pembedahan.
Untuk diagnosa ketiga tindakan yang dilakukan adalah monitor suhu tubuh, mengatur suhu
40
ruangan, dan pemberian selimut serta pakaian tebal.
Dalam Jurnal Ilmiah Bidan (2018), terdapat dua jenis intervensi untuk mencegah dan
menangani penurunan suhu tubuh pasien yaitu penggunaan mesin penghangat udara dan
selimut, matras hangat, penggunaan Fluid Warmer dan cairan hangat, serta pengaturan suhu
ruangan adalah contoh dari pemanasan metode aktif, sedangkan penggunaan Isolating Heat
Blankets, selimut hangat dan baju hangat adalah contoh dari metode pasif.
41
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny.A dengan diagnosa medis G1P0A0
inpartu kala I memanjang + presentasi kaki di RSUD Alimuddin Umar Lampung Barat, dapat
disimpulkan :
1. Pengkajian
Saat dilakukan pengkajian ditemukan data-data sesuai dengan penyakit klien yaitu ketuban
pecah dini dan data tersebut akan menjadi data penunjang untuk menegakkan diagnosa
dalam melakukan tindakan keperawatan.
2. Diagnosa
Berdasarkan data yang didapat, didapatkan tiga diagnosa pada kasus Ny.A yaitu :
- Ansietas berhubungan dengan krisis situasional (pre operasi sectio caesarea)
- Resiko perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan
- Risiko hipotermia berhubungan dengan efek agen farmakologis (spinal anestesi)
3. Intervensi keperawatan
Intervensi yang dilakukan mengacu pada diagnosa yang ditegakkan dan dibuat sesuai
dengan buku panduan SIKI berupa tindakan observasi, terapetik, edukasi, dan kolaborasi.
4. Implementasi
Implementasi yang dilakukan diruangan difokuskan pada tindakan keperawatan yang
bersifat observasi, terapetik, edukasi, dan kolaborasi.
B. SARAN
Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada Ny. A di RSUD Alimuddin
Umar Lampung Barat dan kesimpulan yang telah disusun seperti diatas, maka mahasiswa
memberikan beberapa saran sebagai berikut :
42
1. Dalam pemberian asuhan keperawatan perlu adanya partisipasi keluarga karena
keluarga merupakan orang terdekat pasien yang tahu perkembangan dan kesehatan
pasien.
2. Dalam memberikan tindakan keperawatan tidak harus sesuai dengan apa yang ada pada
teori, akan tetapi harus sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien serta menyesuaikan
dengan kebijakan dari rumah sakit
3. Dalam memberikan asuhan keperawatan setiap pengkajian, diagnosa, perencanaan,
tindakan, dan evaluasi perlu di dokumentasikan dengan baik.
43
DAFTAR PUSTAKA
PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPD PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018, Standard Luaran Keperawatan Indonesia edisi I, Jakarta
Selatan
Rahmi Yulia. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Ny. M Dengan Postpartum Diruang Rawat Inap
Kebidanan RSUD DR. Achmad Mochtar Bukit Tinggi Tahun 2019. Karya Tulis Ilmiah.
Irmawati & Anggorowati. 2017. Surgical Cheklist Sebagai Upaya Meningkatkan Patient Safety.
Jurnal Ilmiah
Bella Anggara. 2016. Asuhan Keperawatan Intra Natal Ruang VK RS Margono Soekarjo
Purwokerto. Laporan Studi Kasus.
44