Anda di halaman 1dari 14

BAB 

I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang

Keperawatan merupakan salah satu profesi dalam dunia kesehatan. Sebagai


profesi, tentunya pelayanan yang diberikan harus professional, sehingga perawat/ners
harus memiliki kompetensi dan memenuhi standar praktik keperawatan, serta
memperhatikan kode etik dan moral profesi agar masyarakat menerima pelayanan dan
asuhan keperwatan yang bemutu. Tetapi bila kita lihat realita yang ada, dunia keprawatan
di Indonesia sangat memprihatinkan .Fenomene “gray area” pada berbagai jenis dan
jenjang keperawatan yang ada maupun dengan profesi kesehatan lainnya masih sulit
dihindari.
Berdasarkan hasil kajian (Depkes & UI, 2005) menunujukkan bahwa terdapat
perawat yang menetapkan diagnosis penyakit (92,6%), membuat resep obat (93,1%),
melakukan tindakan pengobatan didalam maupun diluar gedung puskesmas (97,1%),
melakukan pemeriksaan kehamilan (70,1%), melakukan pertolongan persalinan(57,7%),
melaksanakan tugas petugas kebersihan (78,8%), dan melakukan tugas administrasi
seperti bendahara,dll (63,6%).
Pada keadaan darurat seperti ini yang disebut dengan “gray area” sering sulit
dihindari. Sehingga perawat yang tugasnya berada disamping klien selama 24 jam sering
mengalami kedaruratan klien sedangkan tidak ada dokter yang bertugas. Hal ini membuat
perawat terpaksa melakukan tindakan medis yang bukan merupakan wewenangnya demi
keselamatan klien. Tindakan yang dilakukan tanpa ada delegasi dan petunjuk dari dokter,
terutama di puskesmas yang hanya memiliki satu dokter yang berfungsi sebagai
pengelola puskesmas, sering menimbulkan situasi yang mengharuskan perawat
melakukan tindakan pengobatan. Fenomena ini tentunya sudah sering kita jumpai di
berbagai puskesmas terutama di daerah-daerah tepencil. Dengan pengalihan fungsi ini,
maka dapat dipastikan fungsi perawat akan terbengkalai. Dan tentu saja ini tidak
mendapat perlindungan hukum karena tidak dipertanggungjawabkan secara professional.
Kemudian fenomena melemahkan kepercayaan masyarakat dan maraknya
tuntunan hukum terhadap praktik tenaga kesehatan termasuk keperawatan, sering
diidentikkan dengan kegagalan upaya pelayanan kesehatan. Hanya perawat yang
memeuhi persyaratan yang mendapat izin melakukan praktik keperawatan.
Saat ini desakan dari seluruh elemen keperawatan akan perlunya UU
Keperawatan semakin tinggi .
Uraian diatas cukup menggambarkan betapa pentingnya UU Keperawatan tidak
hanya bagi perawat sendiri, melainkan juga bagi masyarakat selaku penerima asuhan
keperawatan. Sejak dilaksanakan Lokakarya Nasional Keperawatan tahun 1983 yang
menetapkan bahwa keperawatan merupakan profesi dan pendidikan keperawatan berada
pada pendidikan tinggi, berbagai cara telah dilakukan dalam memajukan profesi
keperwatan.
Perlu kita ketahui bahwa untuk membuat suatu undang-undang dapat ditempuh
dengan 2 cara yakni melalui pemerintah (UUD 1945 Pasal 5 ayat 1) dan melalui DPR
(Badan Legislatif Negara). Selama hampir 20 tahun ini PPNI memperjuangkan RUU
Keperawtan melalui pemerintah, dalam hal ini Depkes RI. Dana yang dikeluarkan pun
tidak sedikit. Tapi kenyataannya hingga saat ini RUU Keperawatan berada pada urutan
250-an pada program Legislasi Nasional (Prolegnas) , yang ada pada tahun 2007 berada
pada urutan 160 (PPNI, 2008).
Tentunya pengetahuan masyarakat akan pentingnya UU Keperawatan mutlak
diperlukan. Hal ini terkait status DPR yang merupakan Lembaga Perwakilan Rakyat,
sehingga pembahasan-pembahasan yang dilakukan merupakan masalah yang sedang
terjadi di masyarakat. Oleh karena itu, pencerdasan kepada masyarakat akan pentingnya
UU Keperawatan pun masuk dalam agenda DPR RI.

Dalam UU Tentang praktik keperawatan pada bab 1 pasal 1 yang ke-3 berbunyi :
“ Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan baik langsung atau tidak langsung diberikan kepada sistem klien disarana
dan tatanan kesehatan lainnya, dengan menggunakan pendekatan ilmiah keperawatan
berdasarkan kode etik dan standar pratik keperawatan.

Dan pasal 2 berbunyi :


“ Praktik keperawatan dilaksanakan berdasarkan pancasila dan berdasarkan pada
nilai ilmiah, etika dan etiket, manfaat, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan dan
perlindungan serta keselamatan penerima dan pemberi pelayanan keperawatan.

1.2       Rumusan Masalah
Beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan dalam pembahasan makalah ini adalah:
1. Apakah  Praktik Keperawatan itu?
2.  Kenapa Undang-Undang Praktik Keperawatan itu penting?
3. Kenapa PPNI mendorong disahkannya Undang-Undang Praktik Keperawatan?
4. Apa Tugas Pokok dan Fungsi Keperawatan Dalam RUU Keperawatan?
5. Apa Landasan Hukum Profesi Perawat?
1.3       Maksud dan Tujuan
Sesuai dengan masalah yang dirumuskan diatas maksud dan tujuan inipun dirumuskan
guna memperoleh suatu deskripsi tentang:
1. Praktik Keperawatan itu
2. Undang-Undang Praktik Keperawatan itu penting
3. Tugas Pokok dan Fungsi Keperawatan Dalam RUU Keperawatan
4. Landasan Hukum Profesi Perawat
5. Perkembangan Perjuangan Undang-Undang Keperawatan
6. Penjelasan RUU Keperawatan
7. Pemecahan Masalah RUU Keperawatan

1.4       Manfaat
Dalam penyusunan makalah  ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak. Adapun manfaat penyusunan itu diantaranya :
1. Berfungsi sebagai literatur-literatur bagi pelajar yang ingin memperdalam wawasan
tentang masalah Landasan Hukum Praktik keperawatan
2. Para pembaca dapat mengetahui lebih dalam tentang  Ruu Keperawatan
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
            1.1       Latar Belakang
            1.2       Rumusan Masalah
            1.3       Maksud dan Tujuan
            1.4       Manfaa
BAB II
2.1       Praktik Keperawatan itu
2.2       Undang-Undang Praktik Keperawatan itu penting
2.3       PPNI mendorong disahkannya Undang-Undang Praktik Keperawatan
2.4       Undang-Undang yang ada di Indonesia yang berkaitan dengan praktik
keperawatan
2.5       Tugas Pokok dan Fungsi Keperawatan Dalam RUU Keperawatan
2.6       Landasan Hukum Profesi Perawat
2.7       Perkembangan Perjuangan Undang-Undang Keperawatan
2.8.      Isi RUU Keperawatan
2.9       Penjelasan RUU Keperawatan
2.10     Pemecahan Masalah RUU Keperawatan
BAB III PENUTUP
             3.1 Kesimpulan
             3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Praktik Keperawatan


Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan. Didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan
kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Praktek keperawatan juga adalah tindakan mandiri perawat melalui kolaborasi dengan
system klien dan tenaga kesehatan lain dalam membrikan asuhan keperawatan sesuai
lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk
praktik keperawatan individual dan berkelompok

PraTujuaktik keperawatan
Pengaturan penyelenggaraan praktik keperawatan bertujuan untuk:
1. Memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada penerima dan pemberi jasa
pelayanan keperawatan.
2. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang diberikan
oleh perawat.

Lingkup praktik keperawatan


1. Memberikan asuhan keperawatan pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
dalam menyelesaikan masalah kesehatan sederhana dan kompleks.
2. Memberikan tindakan keperawatan langsung, pendidikan, nasehat, konseling, dalam
rangka penyelesaian masalah kesehatan melalui pemenuhan kebutuhan dasar manusia
dalam upaya memandirikan sistem klien
3. Memberikan pelayanan keperawatan di sarana kesehatan dan tatanan lainnya.
4. Memberikan pengobatan dan tindakan medik terbatas, pelayanan KB, imunisasi,
pertolongan persalinan normal dan menulis permintaan obat/resep.
5. Melaksanakan program pengobatan secara tertulis dari dokter
6. •Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996 KEPMENKES                   NO.1239/2001:
    Registrasi & praktik perawat
   Mengatur :
1. SIP (Surat Ijin Perawat)
2. SIK (Surat Ijin Kerja)
3. SIPP (Surat Ijin Praktik Perawat

Perkembangan praktik keperawatan di indonesia  :


1. TAHUN 1963
Perawat adalah pelaksana perintah dokter dalam pengobatan pasien (UU No : 6
Tahun 1963
Tentang tenaga kesehatan )
2. TAHUN 1979
Pembagian tenaga kesehatan menjadi medis dan paramedis.
Paramedis dibagi dua  yaitu paramedis perawat (perawat dan bidan ) dan non
Perawat.
Permenkes No : 262/Per/VII/1979
3. TAHUN 1980
Bidan diijinkan untuk melakukan praktik swasta (Persalinan dan KB)
Permenkes No : 363/Menkes/XX/1980
4. TAHUN 1992 – Sekarang
Keperawatan sebagai profesi dengan kewenangan tertentu :
a. UU No. 23 Th. 1992 tentang Kesehatan
b. PP No. 32 Th. 1996 tentnag Tenaga Kesehatan
c. Kepmenkes  1239 Th. 2001 tentang Registrasi dan Praktek Perawat
d. Kepmenkes  900 Th. 2002 tentang Registrasi   dan Praktek Bidan 

2.2.  Pentingnya Undang-Undang Praktik Keperawatan


Ada beberapa alasan mengapa Undang-Undang Praktik Keperawatan dibutuhkan. Yaitu:
1. Pertama, alasan filosofi. Perawat telah memberikan konstribusi besar dalam
peningkatan derajat kesehatan.
Perawat berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan mulai dari pelayanan
pemerintah dan swasta, dari perkotaan hingga pelosok desa terpencil dan perbatasan.
Tetapi pengabdian tersebut pada kenyataannya belum diimbangi dengan pemberian
perlindungan hukum, bahkan cenderung menjadi objek hukum. Perawat juga
memiliki kompetensi keilmuan, sikap rasional, etis dan profesional, semangat
pengabdian yang tinggi, berdisiplin, kreatif, terampil, berbudi luhur dan dapat
memegang teguh etika profesi. Disamping itu, Undang-Undang ini memiliki tujuan,
lingkup profesi yang jelas, kemutlakan profesi, kepentingan bersama berbagai pihak
(masyarakat, profesi, pemerintah dan pihak terkait lainnya),
2. Kedua, alasan yuridis. UUD 1945, pasal 5, menyebutkan bahwa Presiden memegang
kekuasaan membentuk Undang-Undang dengan persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat.
Demikian Juga UU Nomor 23 tahun 1992, Pasal 32, secara eksplisit menyebutkan
bahwa pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran dan
atau ilmu keperawatan, hanya dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.
3. Ketiga, alasan sosiologis. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan
khususnya pelayanan keperawatan semakin meningkat.
Hal ini karena adanya pergeseran paradigma dalam pemberian pelayanan
kesehatan, dari model medikal yang menitikberatkan pelayanan pada diagnosis
penyakit dan pengobatan, ke paradigma sehat yang lebih holistik yang melihat
penyakit dan gejala sebagai informasi dan bukan sebagai fokus pelayanan (Cohen,
1996).

2.3. PPNI mendorong disahkannya Undang-Undang Praktik Keperawatan


Dalam peringatan Hari Perawat Sedunia ini Persatuan Perawat Nasional Indonesia
(PPNI) lebih mendorong disahkannya Undang-Undang Praktik Keperawatan. Hal ini
disebabkan karena
1. Pertama, Keperawatan sebagai profesi memiliki karateristik yaitu, adanya kelompok
pengetahuan (body of knowledge) yang melandasi keterampilan untuk menyelesaikan
masalah dalam tatanan praktik keperawatan; pendidikan yang memenuhi standar dan
diselenggarakan di Perguruan Tinggi; pengendalian terhadap standar praktik;
bertanggungjawab dan bertanggungugat terhadap tindakan yang dilakukan; memilih
profesi keperawatan sebagai karir seumur hidup, dan; memperoleh pengakuan
masyarakat karena fungsi mandiri dan kewenangan penuh untuk melakukan pelayanan
dan asuhan keperawatan yang beriorientasi pada kebutuhan sistem klien (individu,
keluarga, kelompok dan komunitas)
2. Kedua, kewenangan penuh untuk bekerja sesuai dengan keilmuan keperawatan yang
dipelajari dalam suatu sistem pendidikan keperawatan yang formal dan terstandar
menuntut perawat untuk akuntabel terhadap keputusan dan tindakan yang dilakukannya.
Kewenangan yang dimiliki berimplikasi terhadap kesediaan untuk digugat, apabila
perawat tidak bekerja sesuai standar dan kode etik. Oleh karena itu, perlu diatur sistem
registrasi, lisensi dan sertifikasi yang ditetapkan dengan peraturan dan perundang-
undangan. Sistem ini akan melindungi masyarakat dari praktik perawat yang tidak
kompeten, karena Konsil Keperawatan Indonesia yang kelak ditetapkan dalam Undang
Undang Praktik Keperawatan akan menjalankan fungsinya.
3. Ketiga, perawat telah memberikan konstribusi besar dalam peningkatan derajat
kesehatan. Perawat berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan mulai dari
pelayanan pemerintah dan swasta, dari perkotaan hingga pelosok desa terpencil dan
perbatasan. Perawat juga memiliki kompetensi keilmuan, sikap rasional, etis dan
profesional, semangat pengabdian yang tinggi, berdisiplin, kreatif, terampil, berbudi
luhur dan dapat memegang teguh etika profesi. Indonesia menghasilkan demikian banyak
tenaga perawat setiap tahun. Daya serap Dalam Negeri rendah. Sementara peluang di
negara lain sangat besar. Inggris merekrut 20.000 perawat/tahun, Amerika sekitar 1 juta
RN sampai dengan tahun 2012, Kanada sekitar 78.000 RN sampai dengan tahun 2011,
Australia sekitar 40.000 sampai dengan tahun 2010. Belum termasuk Negara-negara
Timur Tengah yang menjadi langganan kita. Peluang ini sulit dipenuhi karena perawat
kita tidak memiliki kompetensi global. Oleh karena itu, keberadaan Konsil
Keperawatan/Nursing Board sangat dibutuhkan. Konsil ini yang memiliki kewenangan
untuk melakukan pengaturan, pengesahan, serta penetapan kompetensi perawat yang
menjalankan praktik dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan. Konsil bertujuan
untuk melindungi masyarakat, menentukan siapa yang boleh menjadi anggota komunitas
profesi (mekanisme registrasi), menjaga kualitas pelayanan dan memberikan sangsi atas
anggota profesi yang melanggar norma profesi (mekanisme pendisiplinan). Konsil akan
bertanggungjawab langsung kepada presiden, sehingga keberadaan Konsil Keperawatan
harus dilindungi oleh Undang-Undang Praktik Keperawatan.

2. 4. Tugas Pokok dan Fungsi Keperawatan Dalam RUU Keperawatan


1. Fungsi Keperawatan
Pengaturan, pengesahan serta penetapan kompetensi perawat yang menjalankan
praktik keperawatan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan keperawata.
2. Tugas Keperawatan
1. Melakukan uji kompetensi dalam registrasi keperwatan
2. Membuat peraturan-peraturan terkait dengan praktik keperwatan untuk
melindungi masyarakat.
3. Wewenang
1. Menyetujui dan menolak permohonan registrasi keperawatan
2. Mengesahkan standar kompetensi perawat yang dibuat oleh organisasi profesi
keperawatan dan asosiasi institusi pendididkan keperawatan
3. Menetapkan ada tidaknya kesalahan yang dilakukan oleh perawat
4. Menetapkan sanksi terhadap kesalahan praktik yang dilakukan oeh perawat
5. Menetapkan penyelenggaraan program pendidikan keperawatan
2.5. Landasan Hukum Profesi Perawat
Manusia sebagai makhluk sosial yang selalu senantiasa berhubungan dengan manusia
lain dalam masyarakat, senantiasa diatur diantaranya norma agama, norma etik dan norma
hukum. Ketiga norma tersebut, khususnya norma hukum dibutuhkan untuk menciptakan
ketertiban di dalam masyarakat. Dengan terciptanya ketertiban, ketentraman dan pada
kahirnya perdamaian dalam berkehidupan, diharapkan kepentingan manusia dapat
terpenuhi. Kesehatan, sebagai salah satu kebutuhan pokok manusia selain sandang, pangan,
papan dan pendidikan, perlu diatur dengan berbagai piranti hukum. Sebab pembangunan di
bidang kesehatan diperlukan tiga faktor :
1. Perlunya perawatan kesehatan diatur dengan langkah-langkah tindakan konkrit dar
Pemerintah
2. Perlunya pengaturan hukum di lingkungan sistem perawatan kesehatan
3. Perlunya kejelasan yang membatasi antara perawatan kesehatan dengan tindakan
tertentu.
Ketiga faktor tersebut memerlukan piranti hukum untuk melindungi pemberi dan penerima
jasa kesehatan, agar ada kepastian hukum dalam melaksanakan tugas profesinya.

2.6. Perkembangan Perjuangan Undang-Undang Keperawatan


Berikut adalah perkembangan perjuangan UUK yang telah terjadi;

1. Paska aksi di DPR, komisi 9 menulis surat resmi untuk memproses UUK kepada Baleg DPR
RI. kemudian DPR mengatakan bahwa masalah bukan hanya di DPR tapi juga di eksekutif
(MENKES). Segala upaya via jalur normal kandas.

2. Aksi damai di Depkes diakukan dengan dukungan dari elemen perawat DKI, Jabar dan Banten
serta mahasiswa (jumlah lebih sedikit dari aksi di DPR). issu yang disampaikan adalah dosa2
depkes terhadap perawat seperti: standard kompetensi perawat tidak disahkan sejak tahun 2002,
15 profesi lain yang mengusulkan lebih lambat (sekitar 2007) telah disahkan.

3. penyelenggarakan Mukernaslub
4. pengirman sms ke presiden
5. paska aksi tersebut, Menegneg memanggil PPNI untuk beraudiensi. mereka mendukung penuh
UUK dan segera di proses bila telah tiba dari DPR
6. Melibatkan PPNI di Mensesneg dalam rapat koordinasi antar departemen terkait keberadaan
perawat
7. Staff ahli baleg (23/6) mengundang PPNI untuk presentasi paparan urgensi UUK segera
disahkan.
8. Sehari setelah itu (24/6), Anggota Baleg, mengudang secara resmi PPNI untuk 
menyampaikan UUK di hadapan dewan.
9. Menkes mengudang PPNI untuk beraudiensi dengan PPNI (26/6). beliau intinya sangat
mendukung UUK, menyetujui amandemen Kepmenkes 1239/2001, menyetujui KNKP (komite
kompetensi nasional perawat) yang dibentuk PPNI dll. termasuk hambatan PPNI yang selama ini
dirasakan akan diratakan. Surat-surat permohonan audiensi sebelumnya tidak pernah ditanggapi.

2.7. Lingkup Praktik Keperawatan


Asuhan keperawatan diberikan akibat kebutuhan dasar yang  tidak terpenuhi, akibat kelemahan
fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemampuan untuk berfungsi
optimal, dan kurangnya  kemampuan melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri
Pegobatan adalah pemberian obat-obatan (kecuali obat-obat yang berlabel merah
tidak termasuk obat-obat yang masuk dalam DOA /Daftar obat Apotik)
Tindakan medik terbatas yang dimaksud adalah tindakan medik termasuk pengobatan dalam
rangka penyembuhan dan pemulihan penyakit-penyakit ringan yang biasa timbul dimasyarakat
disuatu wilayah (common illness) yang dilakukan oleh perawat professional yang kompeten.
BAB III

2.8. Kesimpulan

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral


dari pelayanan kesehatan Pengaturan penyelenggaraan praktik keperawatan bertujuan untuk:
  memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada penerima dan pemberi jasa pelayanan
keperawatan.
  Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang diberikan oleh perawat.

Ada beberapa alasan mengapa Undang-Undang Praktik Keperawatan dibutuhkan. Yaitu:


.           1.    Pertama, alasan filosofi. Perawat telah memberikan konstribusi besar dalam peningkatan
derajat kesehatan.

          2. kedua, alasan yuridis. UUD 1945, pasal 5, menyebutkan bahwa Presiden memegang kekuasaan
membentuk Undang-Undang dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. Demikian Juga UU
Nomor 23 tahun 1992, Pasal 32, secara eksplisit menyebutkan bahwa pelaksanaan pengobatan
dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran dan atau ilmu keperawatan, hanya dapat
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.
3. Ketiga, alasan sosiologis. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan
keperawatan semakin meningkat.

Dalam peringatan Hari Perawat Sedunia ini Persatuan Perawat Nasional Indonesia
(PPNI) lebih mendorong disahkannya Undang-Undang Praktik Keperawatan. Hal ini disebabkan
karena
a.    Pertama, Keperawatan sebagai profesi memiliki karateristik yaitu, adanya kelompok
pengetahuan (body of knowledge
b.    Kedua, kewenangan penuh untuk bekerja sesuai dengan keilmuan keperawatan yang dipelajari
dalam suatu sistem pendidikan keperawatan yang formal dan terstandar menuntut perawat untuk
akuntabel terhadap keputusan dan tindakan yang dilakukannya.
c.    Ketiga, perawat telah memberikan konstribusi besar dalam peningkatan derajat kesehatan

Undang-Undang yang ada di Indonesia yang berkaitan dengan praktik keperawatan :


1. UU No. 9 tahun 1960, tentang pokok-pokok kesehatan
2. UU No. 6 tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan.
3. UU Kesehatan No. 14 tahun 1964, tentang Wajib Kerja Paramedis.
4. SK Menkes No. 262/Per/VII/1979 tahun 1979
5. Permenkes. No. 363/Menkes/Per/XX/1980 tahun 1980
6. SK Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 94/Menpan/1986,
7. UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992

Perkembangan Terakhir Ruu Keperawatan


1. Komisi IX sudah mengirim surat ke BALEG DPR RI untuk memproses inisiatif DPR dan
membentuk PANSUS Undang - Undang Keperawatan
2. Sidang Paripurna selasa 09/06/2009 Bpk.Zuber (F-PKS) dan Bpk.Sonny (F-PDIP) sudah
melakukan Interupsi agar Undang - Undang Keperawatan di sah kan Tahun ini (2009)
3. PPNI diterima F-Demokrat mendorong pemerintah untuk segera mensahkan Undang
-Undang Keperawatan.
4. PPNI diterima BALEG DPR RI
2.9. Saran

Jadi Kita harus ikut serta dalam mendukung segala program percepatan legislasi undang-
undang di DPR sehingga apa yang kita harapkan dapat tercapai dan Indonesia dapat  mencapai
Kesehatan yang lebih baik dengan tenaga kesehatan yang berkualitas dan patut untuk di
perhitungkan serta bertanggungjawab.

Anda mungkin juga menyukai