Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI URIN :


RETENSI URIN

OLEH :

NI KADEK ANIK SUASTIARI

NIM : P07120019069

TINGKAT 2.2

D-III KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLTEKKES KEMENKES DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2020/2021


LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
ELIMINASI URIN : RETENSI URIN

A. Pengertian

Eliminasi merupakan salah satu kebutuhan dasar yang harus di penuhi


oleh setiap manusia. Kebutuhan dasar manusia terbagi menjadi 14 kebutuhan
dasar, menyatakan bahwa kebutuhan eliminasi terdapat pada urutan ke tiga.
Apabila sistem perkemihan tidak dapat berfungsi dengan baik, sebenarnya
semua organ akhirnya akan terpengaruh. Secara umum gangguan pada ginjal
mempengaruhi eliminasi. Sehingga mengakibatkan masalah kebutuhan eliminasi
urine, antara lain : retensi urine, inkontinensia urine, enuresis, dan ureterotomi.
Masalah kebutuhan eliminasi urine sering terjadi pada pasien – pasien rumah
sakit yang terpasang kateter tetap (Hidayat, 2010).

Retensi urin adalah pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap.


(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016, Hal 115)

Retensi urin adalah ketidakmampuan seseorang untuk mengeluarkan urin


yang terkumpul di dalam kandung kemih hingga kapasitas maksimal kandung
kemih terlampaui. Proses miksi terjadi karena adanya koordinasi harmonik
antara otot detrusor kandung kemih sebagai penampung dan pemompa urin
dengan uretra yang bertindak sebagai pipa untuk menyalurkan urin. Adanya
penyumbatan pada uretra, kontraksi kandung kemih yang tidak adekuat, atau
tidak adanya koordinasi antara kandung kemih dan uretra dapat menimbulkan
terjadinya retensi urin (Purnomo, 2014).

Retensi urin dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu retensi urin akut
dan retensi urin kronis. Retensi urin akut penderita seakan-akan tidak dapat
berkemih (miksi). Kandung kemih perut disertai rasa sakit yang hebat didaerah
suprapubik dan hasrat ingin miksi yang hebat disertai mengejan. Sering kali urin
keluar menetes atau sedikit-sedikit (Mansjoer et al., 2000). Retensi urin kronis
penderita secara perlahan dalam waktu yang lama tidak dapat berkemih (miksi),
merasakan
nyeri di daerah suprapubik hanya sedikit atau tidak sama sekali walaupun
kandung kemih penuh (Mansjoer et al., 2000).

Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor
yang terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc sudah cukup
untuk merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek
kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi
spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya terja
dipengosongan kandung kemih. Rangsangan yang menyebabkan kontraksi
kandung kemih dan relaksasi spinter interus dihantarkan melalui serabut –
serabut para simpatis. Kontraksi sfinger eksternus secara volunter bertujuan
untuk mencegah atau menghentikan miksi. Kontrol volunter ini hanya dapat
terjadi bila saraf – saraf yang menangani kandung kemih uretra medula spinalis
dan otak masih utuh. Bila terjadi kerusakan pada saraf – saraf tersebut maka
akan terjadi inkontinensia urin (kencing keluar terus – menerus tanpa disadari)
dan retensi urine (kencing tertahan).

Sjamsuhidajat dan Wim de Jong (2005), menyebutkan bahwa pada


umumnya gangguan ini terjadi setelah usia pertengahan akibat perubahan
hormonal. Bagian paling dalam prostat membesar dengan terbentuknya adenoma
yang tersebar. Pembesaran adenoma yang progresif menekan atau mendesakn
jaringan jaringan prostat yang normal ke kapsula sejati yang menghasilkan
kapsula bedah. Kapsula bedah ini menahan perluasannya dan adenoma
cenderung tumbuh ke dalam lumennya, yang membatasi pengeluaran urin.
Akhirnya diperlukan peningkatan penekanan untuk mengosongkan kandung
kemih.

Perubahan mikroskopik pada prostat telah terjadi pada pria usia 30-40
tahun. Bila perubahan mikroskopik ini berkembang, akan terjadi perubahan
patologi, anatomi yang ada pada pria usia 50 tahunan. Perubahan hormonal
menyebabkan hiperplasia jaringan penyangga stromal dan elemen glandular
pada prostat. Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan sehingga
perubahan pada saluran kemih juga terjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap
awal setelah terjadi pembesaran prostat, resistensi urin pada leher buli-buli dan
daerah prostat meningkat, serta otot detrusor menebal dan merenggang sehingga
timbul
sakulasi atau divertikel. Fase penebalan detrusor ini disebut fase kompensasi.
Apabila keadaan berlanjut, maka detrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami
dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi
urin yang selanjutnya dapat menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi saluran
kemih atas (Purnomo, 2003).

Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra prostatika


dan menghambat aliran urine. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan
intravesikal. Untuk dapat mengeluarkan urine, buli–buli harus berkontraksi lebih
kuat guna melawan tekanan itu.

B. Gejala dan Tanda


Subjektif :
1. Sensasi penuh pada kandung kemih
2. Dribbling

Objektif :

1. Disuria/anuria
2. Distensi kandung kemih
3. Inkontinesia berlebih
4. Residu urin 150 ml atau lebih
C. Pathway
Perubahan usia
(usia lanjut)

Ketidakseimbangan
produksi hormon
esterogen &
progesteron
Kadar progesteron menurun Kadar esterogen meningkat

Mempengaruhi RNA dlm inti sel


Hiperplasi sel
stoma pada
jaringan
Pembesaran Prostat

Obstruksi saluran kemih


yang bermuara ke vesika
urinaria
Penebalan otot detrusor

Dekompensasi
otot detrusor

Akumulasi urin
di vesika
Peningkatan
Tekanan

Retensi Urin
Sukar berkemih,
berkemih tidak
lancar

D. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada kasus Retensi Urine adalah
pemeriksaan spesimen urine. Pada pemeriksaan ini diambil hasil dari :
1. Pengambilan: steril, random, midstream.
2. Pengambilan umum: pH, BJ, Kultur, Protein, Glukosa, Hb, KEton, Nitrit.
3. Sistoskopy, IVP.

E. Penatalaksanaan Medis
1. Melakukan Kateterisasi
Kateterisasi merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukkan kateter
ke dalam kandung kemih melalui uretra yang bertujuan membantumemenuhi
kebutuhan eleminasi dan sebagai pengambilan bahan pemeriksaan. Pelaksanaan
kateterisasi dapat dilakukan melalui dua cara: intermiten (straight kateter) dan
indwelling (foley kakteter).
2. Menggunakan Kondom Kateter
Menggunakan kondom kateter merupakan tindakan keperawatan dengan cara
memberikan kondom kateter kepada pasien yang tidak mampu mengontrol
berkemih. Cara ini bertujuan agar pasien dapat berkemih dan
mempertahankannya.

F. Pengkajian Keperawatan

1. Identitas Pasien dan Penanggung Jawab


Identitas pasien meliputi: nama, umur, jenis kelamin, alamat, status, agama,
suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, no CM, diagnosa medis, sumber biaya.
Identitas penanggung jawab meliputi: nama, umur, jenis kelamin, alamat, status,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan pasien.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama seperti menanyakan
tentang perjalanan sejak timbul keluhan hingga subyek meminta pertolongan.
Misalnya: sejak kapan keluhan eliminasi urin dirasakan, berapa lama dan berapa
kali keluhan tersebut terjadi, bagaimana sifat dan hebatnya keluhan. Setiap
keluhan utama harus ditanyakan kepada subyek sedetail-detailnya, dan
semuanya diterangkan pada riwayat kesehatan sekarang (Muttaqin, 2011).
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Perawat menanyakan tentang penyakit-penyakit yang pernah dialami
sebelumnya, terutama yang mendukung atau memperberat kondisi gangguan
system perkemihan pada subyek saat ini seperti pernakah subyek menderita
penyakit kencing manis, riwayat kaki bengkak (edema), hipertensi, penyakit
kencing batu, kencing berdarah, dan lainnya. Tanyakan: apakah subyek pernah
dirawat sebelumnya, dengan penyakit apa, apakah pernah mengalami sakit
yang berat, dan sebagainya (Muttaqin, 2011).
c. Riwayat Kesehatan Keluarga

3. Kebutuhan Bio- Psiko- Sosial- Spiritual


Pengkajian psikologis subyek meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan
perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif, dan
prilaku subyek. Perawat mengumpulkan pemeriksaan awal subyek tentang
kapasitas fisik dan intelektual saat ini, yang menentukan tingkat perlunya
pengkajian psikososiospiritual yang saksama (Muttaqin, 2011).
Kebutuhan Bio- Psiko- Sosial- Spiritual meliputi:

1) Subjektif data :
a. Sensasi penuh pada kandung kemih
Normalnya, ginjal menghasilkan urin dengan kecepatan sekitar 60 ml per
jam atau sekitar 1.500 ml per hari. Pada retensi urin berat, kandung kemih
dapat menahan 2.000 sampai 3.000 ml urin (Perry& Potter, 2006).
b. Dribbling
Dribbling (urin yang menetes) adalah kebocoran/ rembesan urin walaupun
ada kontrol terhadap pengeluaran urin (Perry& Potter, 2006).
2) Objektif Data :

a. Disuria/Anuria
Disuria adalah sakit dan susah saat berkemih. Disuria dapat menyertai
striktur (pengecilan diameter) uretra, infeksi kemih, dan cedera pada
kandung kemih dan uretra. Sedangkan anuria adalah tidak ada produksi
urin (Kozier, 2010).
b. Distensi kandung kemih
Apabila pengosongan kandung kemih terganggu, urin akan terakumulasi
dan
akan terjadi distensi kandung kemih. Kondisi tersebut akan
menyebabkan retensi
urin (Kozier, 2010).

c. Inkontinensia berlebih
Inkontinensia urin, atau urinasi involunter adalah sebuah gejala, bukan
sebuah penyakit. Inkontinensia urin berlebih merupakan kehilangan urin
yang tidak terkendali akibat overdistensi kandung kemih (Tim Pokja
SDKI DPP, 2017).
d. Residu urin 150 ml atau lebih
Residu urin merupakan volume urin yang tersisa setelah berkemih
(volume 100 ml atau lebih). Hal ini terjadi karena inflamasi atau iritasi
mukosa kandung kemih akibat infeksi, kandung kemih neurogenik,
pembesaran prostat, trauma, atau inflamasi uretra (Perry& Potter, 2006).
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum

Keadaan umum meliputi: kesan umum, kesadaran, postur tubuh, warna kulit,
turgor kulit, dan kebersihan diri.

b. Gejala Kardinal

Gejala cardinal meliputi: suhu, nadi, tekanan darah, dan respirasi.

c. Keadaan Fisik

Keadaan fisik meliputi pemeriksaan dari kepala sampai ekstremitas bawah.


5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang merupakan hasil pemeriksaan laboratorium.
G. Diagnosa Keperawatan
Retensi urin berhubungan dengan peningkatan tekanan uretra yang dibuktikan
dengan Sensasi penuh pada kandung kemih, Dribbling, Disuria/anuria, Distensi
kandung kemih, Inkontinensia berlebih, Residu urin 150 ml atau lebih.

H. Perencanaan Keperawatan
Retensi urine

Diagnosa
No. Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Eliminasi Urin Intervensi Utama : 1. Untuk
Retensi urin L.04034 mengetahui
Kateterisasi Urine
berhubungan Setelah dilakukan kondisi umum
tindakan I.04148 pasien sebelum
dengan keperawatan dilakukan
Observasi :
peningkatan selama ….x… tindakan
jam diharapkan 1.Periksa kondisi
tekanan uretra
eliminasi urin pasien (mis:
yang membaik dengan
kesadaran, tanda-
dibuktikan kriteria hasil :
1. Sensasi tanda vital, daerah
dengan
berkemih perineal, distensi
Sensasi penuh
menurun (1) kandung kemih,
pada kandung
2. Desakan inkontinensia urine,
kemih,
berkemih refleks berkemih)
Dribbling,
(urgensi)
Disuria/anuria,
menurun (5)
Distensi
3. Distensi
kandung
kandung kemih
kemih,
menurun (5)
Inkontinensia
4. Berkemih tidak
berlebih,
tuntas
Residu urin
(hesitancy)
150 ml atau
menurun (5)
lebih.
5. Volume residu Terapeutik : 1. Untuk
urine menurun 1. Siapkan peralatan, menjaga privasi
(5) bahan-bahan dan pasien saat
6. Nokturia ruangan tindakan dilakukan
menurun (5) 2. Siapkan pasien : tindakan proses
7. Mengompol bebaskan pakaian perawatan
menurun (5) bawah dan 2. Untuk
8. Enuresis posisikan dorsal meningkatkan
menurun (5) rekumben (untuk kenyamanan
9. Disuria wanita) dan pasien, teutama
menurun (5) supine (untuk dengan
10. Anuria laki-laki) ketegangan
menurun (5) 3. Pasang sarung punggung
11. Frekuensi tangan belakang
BAK membaik 4. Bersihkan daerah 3.Menurunkan
(5) perineal atau transmisi
12. Karakteristik preposium dengan mikroorganisme
urine membaik cairan NaCl atau 4. Untuk
(5) aquades menjaga aseptik
5. Lakukan insersi daerah yang
kateter urine akan dilakukan
dengan proses
menerapkan keperawatan
prinsip aseptik 5. Untuk
6. Sambungkan membantu
kateter urin mengeluarkan
dengan urine bag urin
7. Isi balon dengan 6. Untuk
NaCl 0,9% sesuai menampung
anjuran pabrik dan mengukur
8. Fiksasi selang banyaknya
kateter diatas
simpisis atau di output cairan
paha urin
9. Pastikan kantung 7.Untuk
uine ditempatkan menahan selang
lebih rendah dari kateter agar
kandung kemih tidak tertarik
10. Berikan label keluar
waktu 8.Untuk
pemasangan menghindari
terjadinya
lipatan pada
selang kateter
9.Untuk
memberikan
rasa nyaman
pada pasien
10.Untuk
mengetahui
waktu
pemasangan
dan mencegah
infeksi

Edukasi : 1.Agar pasien


1. Jelaskan tujuan mengetahui
dan prosedur tindakan apa
pemasangan yang dilakukan
kateter urine oleh perawat
2. Anjurkan menarik 2. Agar
napas saat insersi mengurangi
selang kateter rasa nyeri pada
saat
pemasangan
kateter

Intervensi 1. Untuk
Pendukung : mengetahui
Dukungan kesiapan
Kepatuhan Program pasien
Pengobatan menjalani
I.12361 program
Observasi : pengobatan
1. Identifikasi
kepatuhan menjalani
program pengobatan
Terapeutik : 1.Agar pasien
1. Buat komitmen mematuhi
menjalani program
program pengobatan
pengobatan dengan baik
dengan baik 2.Agar pasien
2. Buat jadwal tetap
pendampingan didampingi saat
keluarga untuk melakukan
bergantian mobilisasi
menemani pasien 3.Sebagai bukti
selama menjalani bahwa pasien
program sudah
pengobatan, jika melakukan
perlu mobilisasi
3. Dokumentasikan 4.Untuk
aktivitas selama kelancaran
menjalani proses program yang
pengobatan diberikan
4. Diskusikan hal- 5.Agar pasien
hal yang dapat terdukung
mendukung atau melakukan
menghamat mobilisasi
berjalannya
program
pengobata
5. Libatkan keluarga
untuk mendukung
program
pengobatan yang
dijalani
Edukasi : 1.Agar pasien
1. Informasikan mengetahui
program pengobatan program yang
yang harus dijalani akan dijalani
2. Informasikan 2.Agar pasien
manfaat yang akan terdorong
diperoleh jika teratur melakukan
menjalani program mobilisasi
pengobatan 3.Agar pasien
3. Anjurkan tetap
keluarga untuk didampingi
mendampingi dan selama
merawat pasien mobilisasi
selama menjalani 4.Agar pasien
program pengobatan dan keluarga
4. Anjurkan mengetahui
pasien dan keluarga tindakan
melakukan konsultasi pengobatan apa
ke pelayanan yang tepat untuk
kesehatan terdekat, kesembuhan
jika perlu pasien

Selasa, 3 November 2020


Nama Clinical Teacher / CT, Nama Mahasiswa,

Ns.I Wayan Sukawana,S.Kep.,M.Pd. Ni Kadek Anik Suastiari


................................................... ..............................................................
NIP :1967092819900310001 NIM : P07120019069
REFERENSI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta :
Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta :
Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta :
Dewan Pengurus Pusat PPNI.

KUSUMA, ANGGA SURYA (2014) ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S


DENGAN BENIGNA PROSTATIC HYPERPLASIA (BPH) POST PROSTATEKTOMI
HARI KE 4 -
5 di RUANG DAHLIA RSUD Dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA
PURBALINGGA. Diploma thesis, UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PURWOKERTO.

Darmarianto, Ardea (2014) Asuhan Keperawatan Pada TN.S Dengan Gangguan


Perkemihan: Benign Prostatic Hyperplasia Diruang Mawar 2 Rsud Dr
Moewardi. Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Trisnandi, Ni Komang Pipin (2018) GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN


PEMBERIAN PROSEDUR BLADDER RETRAINING UNTUK MENGATASI RISIKO
INKONTINENSIA URIN URGENSI PADA PASIEN POST TRANSURETHRAL
RESECTION PROSTATE BENIGNA. Diploma thesis, Jurusan Keperawatan 2018.

Juliartini, Ni Ketut Catur (2018) GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN


PEMBERIAN PROSEDUR IRIGASI BLADDER UNTUK MENGATASI RETENSI URIN
PADA PASIEN POST TRANSURETHRAL RESECTION OF THE
PROSTATE. Diploma thesis, Jurusan Keperawatan 2018.

Pupung, Dede Ayu (2019) Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Eliminasi Urin pada
Kasus Perioperatif Benigna Prostat Hiperplasia Terhadap Tn.B di Ruang Bedah RSD
Mayjend HM Ryacudu Kotabumi Lampung Utara Tanggal 14-16 Mei 2019. Diploma
thesis, Poltekkes Tanjungkarang.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN.P

DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI URIN :


RETENSI URIN

DI RUANG ANGGREK RSUD BANGLI

TANGGAL 3 Sd 4 NOVEMBER 2020

I. PENGKAJIAN
A. Identitas Pasien
Nama : Tn.P
No RM 0023456
Umur : 55 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Hindu
Status : Menikah
Tanggal MRS : 3 November 2020
Tanggal Pengkajian : 3 November 2020
B. Keluhan Utama
Pasien mengatakan susah buang air kecil
C. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan sebelumnya belum pernah mengalami hal ini
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien datang ke UGD RSUD Bangli pada tanggal 3 November 2020 pada pukul
11.00 WITA dengan keluhan Pasien mengatakan susah buang air kecil sejak 2
hari yang lalu. Pasien mengatakan perlu mengejan dan terasa tidak tuntas saat
buang air kecil. Kandung kemih Pasien tampak penuh. Setelah dilakukan
pemeriksaan, Tanda-tanda vital yang didapatkan TD: 160/90 mmHg, Suhu :
36°C, Nadi : 110x/menit, RR: 18x/menit. Oleh dokter, pasien didiagnosa BPH
(Benigna Prostat Hiperplasia) dan dokter menyarankan untuk memasang kateter.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga mengatakan tidak ada yang mengalami penyakit yang sama seperti
yang sedang dialami pasien pada saat ini.
D. Fisiologi
Eliminasi
Retensi Urin
Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor
Sensasi penuh pada kandung kemih √ Dribbling ×
Disuria/anuria √ Inkontinensia berlebih ×
Distensi kandung kemih √ Residu urin 150 ml atau lebih √

E. Analisis Data

Data focus Analisis Masalah


Data Subyektif : Perubahan usia (usia
- Pasien mengatakan susah lanjut)
buang air kecil Retensi Urin
- Pasien mengatakan perlu Ketidakseimbangan
mengejan dan terasa tidak produksi hormon
tuntas saat buang air esterogen & progesteron
kecil.
Data Obyektif : Poliferasi sel prostat
- Kandung kemih Pasien
tampak penuh.
Benigna prostat
- TD: 160/90 mmHg, Suhu
hiperplasia
: 36°C, Nadi : 88x/menit,
RR:18x/menit
Obstruksi saluran kemih
yang bermuara ke vesika
urinaria

Penebalan otot detrusor

Dekompensasi otot
detrusor

Akumulasi urin di vesika

Peningkatan Tekanan
Uretra

Sukar berkemih,
berkemih tidak lancar

Retensi Urin
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PRIORITAS MASALAH

1. Retensi urin berhubungan dengan peningkatan tekanan uretra ditandai dengan


pasien merasakan Sensasi penuh pada kandung kemih, Distensi kandung kemih,
Disuria/Anuria.

III. PERENCANAAN KEPERAWATAN

No. Tujuan Intervensi Rasional


Dx
1 Eliminasi Urin Intervensi Utama : Observasi :
L.04034 - Untuk mengetahui
Kateterisasi Urine
kondisi umum
Setelah dilakukan I.04148 pasien sebelum
tindakan dilakukan tindakan
Observasi:
keperawatan selama Terapeutik :
- Periksa kondisi
1 x 24 jam - Untuk menjaga
pasien (mis:
diharapkan privasi pasien saat
kesadaran, tanda-
eliminasi urin dilakukan tindakan
tanda vital, daerah
membaik dapat proses perawatan
perineal, distensi
teratasi dengan - Untuk menjaga
kandung kemih,
kriteria hasil : aseptik daerah yang
inkontinensia urine,
akan dilakukan
refleks berkemih)
1. Distensi proses keperawatan
Terapeutik :
kandung - Untuk membantu
- Siapkan peralatan,
kemih mengeluarkan urin
menurun (5) bahan-bahan dan - Untuk menampung
2. Berkemih dan mengukur
ruangan tindakan
tidak tuntas banyaknya output
- Bersihkan daerah cairan urin
(hesitancy)
- Untuk menahan
menurun (5) perineal atau
selang kateter agar
3. Anuria
preposium dengan tidak tertarik keluar
menurun (5) - Untuk menghindari
cairan NaCl atau
terjadinya lipatan
aquades pada selang kateter
- Untuk mengetahui
- Lakukan insersi
waktu pemasangan
kateter urine dengan dan mencegah
infeksi
menerapkan prinsip
Edukasi :
aseptik - Agar pasien mau
mengikuti arahan
yang diberikan
- Sambungkan kateter selama dilakukan
tindakan.
urin dengan urine
bag
- Isi balon dengan
NaCl 0,9% sesuai
anjuran pabrik
- Fiksasi selang
kateter diatas
simpisis atau di
paha
- Berikan label waktu
pemasangan
Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan
prosedur
pemasangan kateter
urine

IV. PELAKSANAAN
No Tgl/ jam Implementasi Respon Paraf
1 3 - Menjelaskan DS : Pasien
November tujuan dan mengatakan sudah
2020/12.00 prosedur mengerti dengan
WITA pemasangan penjelasan yang
kateter diberikan oleh
perawat
DO : Pasien tampak
mengerti dengan
penjelasan yang
diberikan oleh
perawat dan mampu
untuk menjelaskan
kembali.
3 - Memeriksa kondisi DS : Pasien
November pasien (mis: mengatakan sudah
2020/12.30 kesadaran, tanda- tidak merasa sulit
WITA tanda vital, daerah saat kencing
perineal, distensi DO : Pasien tampak
kandung kemih, rileks ,TD :
inkontinensia 130/80mmHg, N.
urine, refleks 88x/mnt,RR :
berkemih) 20x/mnt

3 - Menyiapkan DS : -
November DO : pasien tampak
peralatan, bahan-
2020/12.50 terpasang kateter
WITA bahan dan ruangan pada tgl 3 november
2020
tindakan
- Membersihkan
daerah perineal
atau preposium
dengan cairan
NaCl atau aquades
- Melakukan insersi
kateter urine
dengan
menerapkan
prinsip aseptik
- Menyambungkan
kateter urin dengan
urine bag
- Mengisi balon
dengan NaCl 0,9%
sesuai anjuran
pabrik
- Memfiksasi selang
kateter diatas
simpisis atau di
paha
- Memberikan label
waktu
pemasangan

V. EVALUASI

No Tgl / jam Catatan Perkembangan Paraf

1 4 November S : pasien mengatakan sudah tidak


2020/14.00 susah buang air kecil dan pasien
WITA mengatakan sudah tidak perlu
mengejan pada saat berkemih.
O : pasien sudah mampu untuk
berkemih dan pasien tampak rileks
dan merasa tenang
TTV :
- TD: 130/90 mmHg
- Suhu : 36°C
- Nadi : 90x/menit
- RR: 18x/menit.
A : Tujuan tercapai Masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi pasien

Selasa, 4 November 2020


Nama Clinical Teacher / CT, Nama Mahasiswa,

Ns.I Wayan Sukawana,S.Kep.,M.Pd. Ni Kadek Anik Suastiari


................................................... ..............................................................
NIP :1967092819900310001 NIM : P07120019069
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR JURUSAN
KEPERAWATAN

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)


LABORATORIUM KEPERAWATAN

PEMASANGAN INDWELLING CATHETER

Pengertian Suatu tindakan memasukkan catheter melalui uretra


kedalam vesika urinaria dengan tehnik steril untuk
membantu mengeluarkan urine atau mengosongkan
vesika urinaria, irigasi vesika urinaria,memasukkan obat,
mengukur residual

volume, mengukurpengeluaran urine lebih akurat.

Tujuan 1. Menghilangkan distensi vesika urinaria

2. Penatalaksanaan vesika urinaria inkopeten

3. Mendapatkan urine steril

4. Mengosongkan vesika urinaria secara lengkap

Prosedur : Persiapan alat 1. Side table/ trolly beserta tempat sampah

2. Kateter steril

3. Urobag steril

4. Duk steril dan handuk

5. Sarung tangan steril dan sarung tangan disposible

6. Kapas pembersih steril + cairan antiseptik


(povidonedine/savlon)

7. Pinset steril

8. Klem

9. Air steril dan spuit 10 cc

10. Jelly dalam spuit steril

11. Plester
12. Gunting plester

13. Bengkok

14. Pengalas

15. Kom steril (laki-laki 3 buah dan perempuan 2


buah)

Preinteraksi 1. Cek catatan keperawatan dan catatan medis pasien


(indikasi/instruksi dokter, kontraindikasi dan hal
lain yang diperlukan)

2. Cuci tangan

3. Siapkan alat-alat yang diperlukan

Tahap Orientasi 1. Beri salam, dan perkenalkan diri

2. Identifikasi pasien : tanyakan nama, tanggal lahir,


alamat (minimal 2 item). Cocokan dengan gelang
identitas.

3. Tanyakan kondisi dan keluhan pasien

4. Jelaskan tujuan, prosedur, lama tindakan, dan hal


yang perlu dilakukan pasien

5. Berikan kesempatan kepada pasien/ keluarga


bertanya sebelum kegiatan dilakukan

Tahap kerja 1. Jaga privacy pasien.

2. Dekatkan alat dan tempat sampah pada tempat yang


sesuai dan mudah dijangkau.

3. Pastikan pencahayaan memadai dan tinggikan


tempat tidur sampai ketinggian yang nyaman untuk
melakukan pekerjaan. Kaji kenyamanan posisi
pasien.

4. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan disposible.

5. Lepaskan pakaian bawah pasien.

6. Atur posisi pasien untuk laki-laki posisi supinasi


dengan paha sedikit diabduksi sedangkan untuk
wanita posisi dorsal rekumben dengan paha
direlaksasi sehingga dapat dirotasi kearah luar.

7. Pada pasien wanita, letakkan pengalas dibawah


bokong. sedangkan pada pasien laki-laki, letakkan
pengalas diatas paha lalu letakkan penis diatas
pengalas tersebut.

8. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.

9. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan dengan


mempertahankan prinsip sterilitas (buka sebagian
set kateter, buka sebagian set urobag, jelly, cairan
fiksasi, buka spuit untuk fiksasi, buka spuit untuk
memasukkan jelly pada pemasangan kateter laki-
laki, untuk wanita siapkan kassa dengan jelly,
siapkan kapas dengan cairan antiseptic, dekatkan
bengkok).

10. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan steril.

11. Aspirasi cairan fiksasi dengan spuit. Pada


pemasangan kateter menetap, lakukan tes balon
fiksasi kateter dengan memasukkan cairan yang ada
dalam spuit, pastikan balon tidak bocor. Tarik
kembali cairan dan pertahankan kesterilan spuit.
Masukkan jelly dalam spuit untuk pertahankan
kesterilan alat.

12. Pasang duk steril.

13. Dengan tangan non dominan pasang glad penis dan


buka preputium (laki-laki) atau pengang dan
sibakkan labia (wanita).

14. Dengan tangan dominan dan menggunakan pinset


bersihkan daerah preputium (laki-laki) atau labia
minora dan mayora (wanita).

15. Pada laki-laki, masukan jelly dalam spuit sebanyak


10cc ke uretra sedangkan pada wanita, olesi jelly
pada ujung kateter 2,5-5 cm.
16. Letakkan bengkok di dekat uretra, untuk
menampung kencing yang akan keluar dari kateter
setelah kateter dimasukkan ke dalam uretra

17. Pegang dan angkat penis tegak lurus terhadap tubuh


lalu masukkan ujung kateter secara perlahan-lahan
sampai terasa tahanan kemudian posisikan penis 45-
600 dan lanjutkan memasukkan kateter perlahan-
lahan sepanjang 17-22,5 cm pada orang dewasa, 5-
7,5 cm pada anak kecil atau sampai urine keluar.

18. Pada wanita sibakkan labia minora kemudian


masukkan perlahan-lahan ujung kateter sepanjang 5-
7,5 cm pada orang dewasa dan 2,5 cm pada anak
atau sampai urine keluar. Anjurkan pasien berbapas
dalam saat memasukkan kateter. Baik laki-laki
maupun perempuan, kemudian masukkan kateter
sepanjang 2.5 cm lagi.

19. Setelah urine keluar, klem kateter

20. Lakukan fixasi dengan air steril.

21. Tanyakan ke pasien apakah merasa tidak nyaman


kemudian tarik kateter perlahan sampai ada tahanan.

22. Sambungkan kateter dengan urobag

23. Fiksasi kateter dengan plester dan beri tanggal


pemasangan.

24. Tempatkan dan fixasi urobag lebih rendah dari


blader (disisi tempat tidur).

25. Rapikan alat-alat.

26. Bantu pasien mengenakan pakaian bawah dan bantu


pasien mendapatkan posisi yang nyaman.

27. Lepaskan sarung tangan.

28. Cuci Tangan.


Terminasi 1. Evaluasi karakteristik urine, perasaan pasien, simpulkan
hasil kegiatan, berikan umpan balik positif

2. Kontrak pertemuan selanjutnya

3. Bereskan alat-alat

29. Cuci tangan.

Dokumentasi 1. Catat hasil kegiatan didalam catatan keperawatan

Anda mungkin juga menyukai