OLEH :
NIM : P07120019069
TINGKAT 2.2
D-III KEPERAWATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
JURUSAN KEPERAWATAN
A. Pengertian
Retensi urin dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu retensi urin akut
dan retensi urin kronis. Retensi urin akut penderita seakan-akan tidak dapat
berkemih (miksi). Kandung kemih perut disertai rasa sakit yang hebat didaerah
suprapubik dan hasrat ingin miksi yang hebat disertai mengejan. Sering kali urin
keluar menetes atau sedikit-sedikit (Mansjoer et al., 2000). Retensi urin kronis
penderita secara perlahan dalam waktu yang lama tidak dapat berkemih (miksi),
merasakan
nyeri di daerah suprapubik hanya sedikit atau tidak sama sekali walaupun
kandung kemih penuh (Mansjoer et al., 2000).
Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor
yang terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc sudah cukup
untuk merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek
kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi
spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya terja
dipengosongan kandung kemih. Rangsangan yang menyebabkan kontraksi
kandung kemih dan relaksasi spinter interus dihantarkan melalui serabut –
serabut para simpatis. Kontraksi sfinger eksternus secara volunter bertujuan
untuk mencegah atau menghentikan miksi. Kontrol volunter ini hanya dapat
terjadi bila saraf – saraf yang menangani kandung kemih uretra medula spinalis
dan otak masih utuh. Bila terjadi kerusakan pada saraf – saraf tersebut maka
akan terjadi inkontinensia urin (kencing keluar terus – menerus tanpa disadari)
dan retensi urine (kencing tertahan).
Perubahan mikroskopik pada prostat telah terjadi pada pria usia 30-40
tahun. Bila perubahan mikroskopik ini berkembang, akan terjadi perubahan
patologi, anatomi yang ada pada pria usia 50 tahunan. Perubahan hormonal
menyebabkan hiperplasia jaringan penyangga stromal dan elemen glandular
pada prostat. Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan sehingga
perubahan pada saluran kemih juga terjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap
awal setelah terjadi pembesaran prostat, resistensi urin pada leher buli-buli dan
daerah prostat meningkat, serta otot detrusor menebal dan merenggang sehingga
timbul
sakulasi atau divertikel. Fase penebalan detrusor ini disebut fase kompensasi.
Apabila keadaan berlanjut, maka detrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami
dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi
urin yang selanjutnya dapat menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi saluran
kemih atas (Purnomo, 2003).
Objektif :
1. Disuria/anuria
2. Distensi kandung kemih
3. Inkontinesia berlebih
4. Residu urin 150 ml atau lebih
C. Pathway
Perubahan usia
(usia lanjut)
Ketidakseimbangan
produksi hormon
esterogen &
progesteron
Kadar progesteron menurun Kadar esterogen meningkat
Dekompensasi
otot detrusor
Akumulasi urin
di vesika
Peningkatan
Tekanan
Retensi Urin
Sukar berkemih,
berkemih tidak
lancar
D. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada kasus Retensi Urine adalah
pemeriksaan spesimen urine. Pada pemeriksaan ini diambil hasil dari :
1. Pengambilan: steril, random, midstream.
2. Pengambilan umum: pH, BJ, Kultur, Protein, Glukosa, Hb, KEton, Nitrit.
3. Sistoskopy, IVP.
E. Penatalaksanaan Medis
1. Melakukan Kateterisasi
Kateterisasi merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukkan kateter
ke dalam kandung kemih melalui uretra yang bertujuan membantumemenuhi
kebutuhan eleminasi dan sebagai pengambilan bahan pemeriksaan. Pelaksanaan
kateterisasi dapat dilakukan melalui dua cara: intermiten (straight kateter) dan
indwelling (foley kakteter).
2. Menggunakan Kondom Kateter
Menggunakan kondom kateter merupakan tindakan keperawatan dengan cara
memberikan kondom kateter kepada pasien yang tidak mampu mengontrol
berkemih. Cara ini bertujuan agar pasien dapat berkemih dan
mempertahankannya.
F. Pengkajian Keperawatan
1) Subjektif data :
a. Sensasi penuh pada kandung kemih
Normalnya, ginjal menghasilkan urin dengan kecepatan sekitar 60 ml per
jam atau sekitar 1.500 ml per hari. Pada retensi urin berat, kandung kemih
dapat menahan 2.000 sampai 3.000 ml urin (Perry& Potter, 2006).
b. Dribbling
Dribbling (urin yang menetes) adalah kebocoran/ rembesan urin walaupun
ada kontrol terhadap pengeluaran urin (Perry& Potter, 2006).
2) Objektif Data :
a. Disuria/Anuria
Disuria adalah sakit dan susah saat berkemih. Disuria dapat menyertai
striktur (pengecilan diameter) uretra, infeksi kemih, dan cedera pada
kandung kemih dan uretra. Sedangkan anuria adalah tidak ada produksi
urin (Kozier, 2010).
b. Distensi kandung kemih
Apabila pengosongan kandung kemih terganggu, urin akan terakumulasi
dan
akan terjadi distensi kandung kemih. Kondisi tersebut akan
menyebabkan retensi
urin (Kozier, 2010).
c. Inkontinensia berlebih
Inkontinensia urin, atau urinasi involunter adalah sebuah gejala, bukan
sebuah penyakit. Inkontinensia urin berlebih merupakan kehilangan urin
yang tidak terkendali akibat overdistensi kandung kemih (Tim Pokja
SDKI DPP, 2017).
d. Residu urin 150 ml atau lebih
Residu urin merupakan volume urin yang tersisa setelah berkemih
(volume 100 ml atau lebih). Hal ini terjadi karena inflamasi atau iritasi
mukosa kandung kemih akibat infeksi, kandung kemih neurogenik,
pembesaran prostat, trauma, atau inflamasi uretra (Perry& Potter, 2006).
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
Keadaan umum meliputi: kesan umum, kesadaran, postur tubuh, warna kulit,
turgor kulit, dan kebersihan diri.
b. Gejala Kardinal
c. Keadaan Fisik
H. Perencanaan Keperawatan
Retensi urine
Diagnosa
No. Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Eliminasi Urin Intervensi Utama : 1. Untuk
Retensi urin L.04034 mengetahui
Kateterisasi Urine
berhubungan Setelah dilakukan kondisi umum
tindakan I.04148 pasien sebelum
dengan keperawatan dilakukan
Observasi :
peningkatan selama ….x… tindakan
jam diharapkan 1.Periksa kondisi
tekanan uretra
eliminasi urin pasien (mis:
yang membaik dengan
kesadaran, tanda-
dibuktikan kriteria hasil :
1. Sensasi tanda vital, daerah
dengan
berkemih perineal, distensi
Sensasi penuh
menurun (1) kandung kemih,
pada kandung
2. Desakan inkontinensia urine,
kemih,
berkemih refleks berkemih)
Dribbling,
(urgensi)
Disuria/anuria,
menurun (5)
Distensi
3. Distensi
kandung
kandung kemih
kemih,
menurun (5)
Inkontinensia
4. Berkemih tidak
berlebih,
tuntas
Residu urin
(hesitancy)
150 ml atau
menurun (5)
lebih.
5. Volume residu Terapeutik : 1. Untuk
urine menurun 1. Siapkan peralatan, menjaga privasi
(5) bahan-bahan dan pasien saat
6. Nokturia ruangan tindakan dilakukan
menurun (5) 2. Siapkan pasien : tindakan proses
7. Mengompol bebaskan pakaian perawatan
menurun (5) bawah dan 2. Untuk
8. Enuresis posisikan dorsal meningkatkan
menurun (5) rekumben (untuk kenyamanan
9. Disuria wanita) dan pasien, teutama
menurun (5) supine (untuk dengan
10. Anuria laki-laki) ketegangan
menurun (5) 3. Pasang sarung punggung
11. Frekuensi tangan belakang
BAK membaik 4. Bersihkan daerah 3.Menurunkan
(5) perineal atau transmisi
12. Karakteristik preposium dengan mikroorganisme
urine membaik cairan NaCl atau 4. Untuk
(5) aquades menjaga aseptik
5. Lakukan insersi daerah yang
kateter urine akan dilakukan
dengan proses
menerapkan keperawatan
prinsip aseptik 5. Untuk
6. Sambungkan membantu
kateter urin mengeluarkan
dengan urine bag urin
7. Isi balon dengan 6. Untuk
NaCl 0,9% sesuai menampung
anjuran pabrik dan mengukur
8. Fiksasi selang banyaknya
kateter diatas
simpisis atau di output cairan
paha urin
9. Pastikan kantung 7.Untuk
uine ditempatkan menahan selang
lebih rendah dari kateter agar
kandung kemih tidak tertarik
10. Berikan label keluar
waktu 8.Untuk
pemasangan menghindari
terjadinya
lipatan pada
selang kateter
9.Untuk
memberikan
rasa nyaman
pada pasien
10.Untuk
mengetahui
waktu
pemasangan
dan mencegah
infeksi
Intervensi 1. Untuk
Pendukung : mengetahui
Dukungan kesiapan
Kepatuhan Program pasien
Pengobatan menjalani
I.12361 program
Observasi : pengobatan
1. Identifikasi
kepatuhan menjalani
program pengobatan
Terapeutik : 1.Agar pasien
1. Buat komitmen mematuhi
menjalani program
program pengobatan
pengobatan dengan baik
dengan baik 2.Agar pasien
2. Buat jadwal tetap
pendampingan didampingi saat
keluarga untuk melakukan
bergantian mobilisasi
menemani pasien 3.Sebagai bukti
selama menjalani bahwa pasien
program sudah
pengobatan, jika melakukan
perlu mobilisasi
3. Dokumentasikan 4.Untuk
aktivitas selama kelancaran
menjalani proses program yang
pengobatan diberikan
4. Diskusikan hal- 5.Agar pasien
hal yang dapat terdukung
mendukung atau melakukan
menghamat mobilisasi
berjalannya
program
pengobata
5. Libatkan keluarga
untuk mendukung
program
pengobatan yang
dijalani
Edukasi : 1.Agar pasien
1. Informasikan mengetahui
program pengobatan program yang
yang harus dijalani akan dijalani
2. Informasikan 2.Agar pasien
manfaat yang akan terdorong
diperoleh jika teratur melakukan
menjalani program mobilisasi
pengobatan 3.Agar pasien
3. Anjurkan tetap
keluarga untuk didampingi
mendampingi dan selama
merawat pasien mobilisasi
selama menjalani 4.Agar pasien
program pengobatan dan keluarga
4. Anjurkan mengetahui
pasien dan keluarga tindakan
melakukan konsultasi pengobatan apa
ke pelayanan yang tepat untuk
kesehatan terdekat, kesembuhan
jika perlu pasien
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta :
Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta :
Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta :
Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Pupung, Dede Ayu (2019) Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Eliminasi Urin pada
Kasus Perioperatif Benigna Prostat Hiperplasia Terhadap Tn.B di Ruang Bedah RSD
Mayjend HM Ryacudu Kotabumi Lampung Utara Tanggal 14-16 Mei 2019. Diploma
thesis, Poltekkes Tanjungkarang.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN.P
I. PENGKAJIAN
A. Identitas Pasien
Nama : Tn.P
No RM 0023456
Umur : 55 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Hindu
Status : Menikah
Tanggal MRS : 3 November 2020
Tanggal Pengkajian : 3 November 2020
B. Keluhan Utama
Pasien mengatakan susah buang air kecil
C. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan sebelumnya belum pernah mengalami hal ini
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien datang ke UGD RSUD Bangli pada tanggal 3 November 2020 pada pukul
11.00 WITA dengan keluhan Pasien mengatakan susah buang air kecil sejak 2
hari yang lalu. Pasien mengatakan perlu mengejan dan terasa tidak tuntas saat
buang air kecil. Kandung kemih Pasien tampak penuh. Setelah dilakukan
pemeriksaan, Tanda-tanda vital yang didapatkan TD: 160/90 mmHg, Suhu :
36°C, Nadi : 110x/menit, RR: 18x/menit. Oleh dokter, pasien didiagnosa BPH
(Benigna Prostat Hiperplasia) dan dokter menyarankan untuk memasang kateter.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga mengatakan tidak ada yang mengalami penyakit yang sama seperti
yang sedang dialami pasien pada saat ini.
D. Fisiologi
Eliminasi
Retensi Urin
Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor
Sensasi penuh pada kandung kemih √ Dribbling ×
Disuria/anuria √ Inkontinensia berlebih ×
Distensi kandung kemih √ Residu urin 150 ml atau lebih √
E. Analisis Data
Dekompensasi otot
detrusor
Peningkatan Tekanan
Uretra
Sukar berkemih,
berkemih tidak lancar
Retensi Urin
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PRIORITAS MASALAH
IV. PELAKSANAAN
No Tgl/ jam Implementasi Respon Paraf
1 3 - Menjelaskan DS : Pasien
November tujuan dan mengatakan sudah
2020/12.00 prosedur mengerti dengan
WITA pemasangan penjelasan yang
kateter diberikan oleh
perawat
DO : Pasien tampak
mengerti dengan
penjelasan yang
diberikan oleh
perawat dan mampu
untuk menjelaskan
kembali.
3 - Memeriksa kondisi DS : Pasien
November pasien (mis: mengatakan sudah
2020/12.30 kesadaran, tanda- tidak merasa sulit
WITA tanda vital, daerah saat kencing
perineal, distensi DO : Pasien tampak
kandung kemih, rileks ,TD :
inkontinensia 130/80mmHg, N.
urine, refleks 88x/mnt,RR :
berkemih) 20x/mnt
3 - Menyiapkan DS : -
November DO : pasien tampak
peralatan, bahan-
2020/12.50 terpasang kateter
WITA bahan dan ruangan pada tgl 3 november
2020
tindakan
- Membersihkan
daerah perineal
atau preposium
dengan cairan
NaCl atau aquades
- Melakukan insersi
kateter urine
dengan
menerapkan
prinsip aseptik
- Menyambungkan
kateter urin dengan
urine bag
- Mengisi balon
dengan NaCl 0,9%
sesuai anjuran
pabrik
- Memfiksasi selang
kateter diatas
simpisis atau di
paha
- Memberikan label
waktu
pemasangan
V. EVALUASI
2. Kateter steril
3. Urobag steril
7. Pinset steril
8. Klem
11. Plester
12. Gunting plester
13. Bengkok
14. Pengalas
2. Cuci tangan
3. Bereskan alat-alat