Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA IBU DENGAN POST PARTUM SECTIO CAESARIA (SC)

DISUSUN OLEH :
AFIFAH JIAN NABILLAH
NIM. P05120218001

PEMBIMBING PENDIDIKAN PEMBIMBING LAHAN

( Asmawati, S.Kp., M.Kep. ) ( Ansmida, SST )

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2021
LAPORAN KASUS
PADA IBU DENGAN POST PARTUM SECTIO CAESARIA (SC)

DISUSUN OLEH :
AFIFAH JIAN NABILLAH
NIM. P05120218001

PEMBIMBING PENDIDIKAN PEMBIMBING LAHAN

( Asmawati, S.Kp., M.Kep. ) ( Ansmida, SST )

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2021
A. Konsep Post Partum

1. Pengetian Post Partum


Pospartum atau masa nifas (peurpurinium) adalah masa yang
dimulai setelah partus selesai kira-kira setelah 6 minggu,tetapi seluruh
organ genetalia baru pulih kembali seperti sebelum hamil dalam waktu
kira-kira 6-8 bulan, (Saleh, 2013).
Post partum adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika
alat-alat organ reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil,
(Maritalia, 2012).
Menurut Ambarwati (2009), Tahapan Post Partum dibagi menjadi
tiga tahap yaitu :
a. Purperium Dini
Purperium Dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan.
b. Purperium Intermedial
Purperium Intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat
genitalia yang lamanya 6 – 8 minggu.
c. Remote Purperium
Remote Purperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih
dan sehat sempurna terutama bila selama hamil dan waktu
persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna
bisaberminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan.

B. Konsep Sectio Caesaria (SC)

1. Definisi
Sectio caesarea (SC) adalah kelahiran janin melalui insisi pada
dinding abdomen dan dinding uterus (Cunningham, 2009). SC juga
dapat didefinisikan sebagai suatu hysterectomia untuk melahirkan
janin dari dalam rahim (Sofian, 2011). SC adalah tindakan untuk
melahirkan janin dengan berat badan diatas 500 grm melalui sayatan
pada dinding uterus yang utuh (Gulardi & Wiknjosastro, 2010).
SC adalah membuka perut dengan sayatan pada dinding perut dan
uterus yang dilakukan secara verlical atau mediana, dari kulit sampai
fasia (Wiknjosastro, 2010). SC adalah suatu tindakan untuk melahirkan
bayi dengan berat diatas 500 gram, melalui sayatan pada dinding
uterus ( Syaifuddin,2009).
SC adalah upaya mengeluarkan janin melalui pembedahan pada
dinding abdomen dan uterus.Sectio aesarea merupakan bagian dari
metode obstetrik operatif. Persalinan SC dilakukan sebagai alternatif
jika persalinan lewat jalan lahir tidak dapat dilakukan. Tujuan
dilakukan persalinan SC agar ibu dan bayi yang dilahirkan sehat
danselamat (Sofian, 2011).

2. Indikasi medis dilakukan SC


a. Berasal dari ibu
Primigadiva dengan kelainan letak, primipara tua disertai kelainan
letak,ada chepalo pelvic disproportion( disporsi janin/panggul),
ada sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat
kesempitan panggul, plasenta previa tingkat 1-2, komplikasi
kehamilan yaitu preeklamsia- eklamsia, atas permintaan,
kehamilan yang disertai penyakit (Jantung,DM), gangguan
perjalanan persalinan ( kista ovarium,mioma uteri dan sebagainya)
(Wiknjosastro,2010).
b. Berasal dari janin
Gawat janin, malpresentasi dan malposisi kedudukan janin,
prolapses tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan
vakum atau forceps ekstraksi (Wiknjosastro,2010).

3. Klasifikasi Sectio Caesarea


Klasifikasi sectio caesar menurut Rasjidi (2009):
a. SC klasik atau corporal: insisi memanjang pada segmen atas
uterus.
b. SC transperitonealis profunda: insisi pada segmen bawah
rahim, paling sering dilakukan, adapun kerugiannya adalah
terdapat kesulitan dalam mengeluarkan janin sehingga
memungkinkan terjadinya perluasan luka insisi dan dapat
menimbulkan pendarahan.
c. SC ekstra peritonealis: dilakukan tanpa insisi peritoneum
dengan mendorong lipatan peritoneum keatas dan kandung
kemih kebawah atau ke garis tengah, kemudian uterus dibuka
dengan insisi di segmen bawah.
d. Sectio caesarea hysterectomi: dengan indikasi atonia uteri,
plasenta akreta, myoma uteri, infeksi intra uterin berat.

4. Komplikasi Sectio Caesarea


Beberapa komplikasi yang kemungkinan muncul pada ibu post
partum dengan SC adalah :
a. Infeksi Puerpurial
Infeksi Pueperium adalah yang terjadi apabila sebelum
pembedahan telah ditemukan gejala gejala infeksi intra partum.
Infeksi dikatakan ringan apabila hanya terjadi peningkatan suhu
beberapa hari saja, SC infeksi sedang apabila suhu tinggi disertai
dehidrasi, perut kembung, sedangkan dikatakan infeksi berat bila
terdapat tanda infeksi sedang disertai peritonitis, sepsis dan ileus
paralitik, biasanya infeksi ditemukan pada kasus seperti partus
yang terlantar dan oetuban pecah dini.
b. Perdarahan
Perdarahan tak bisa di hindari dalam proses persalinan. Misalnya
plasenta lengket tak mau lepas. Bukan tak mungkin setelah
plasenta terlepas akan menyebabkan perdarahan. Darah yang
hilang lewat SC lebih sedikit dibandingkan lewat persalinan
normal. Namun dengan teknik pembedahan dewasa ini perdarahan
bisa ditekan sedemikian rupa sehingga sangat minim sekali. Darah
yang keluar saat SC adalah darah yang semestinya keluar dalam
persalinan normal.
c. Emboli Pulmonal
Emboli terjadi karena pada pasien SC dilakukan insisi pada
abdomen dan mobilisasi yang kurang jika dibandingkan dengan
kelahiran melalui vagina.
d. Luka pada kandung kemih
e. Kemungkinan ruptur uteri pada kehamilan berikutnya
(Guyton&Hall,2008)

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah lengkap dan golongan darah ibu
b. USG: bertujuan untuk melihat lokasi plasenta, menentukan
pertumbuhan, kedudukan dan prenentasi janin.
c. Urinalisis : Menentukan kadar albumin/glukosa (Doenges 2012).

6. Terapi Post Operasi SC


a. Suppositoria: Ketoprofen suppositoria 2 kali/12 jam. Ketoprofen
digunakan untuk meredakan rasa sakit setelah operasi.
b. Oral : asam mefenamat, B-com,ciprofloxacin digunakan untuk
mengatasi rasa nyeri dan sakit.
c. Injeksi : vitamin C, celocoid, oxytocin, tramadol, ketorolac, obat
penahan sakit yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit
saat melahirkan (Wiknjosastro, 2010 ; Saifuddin, 2009) ;
Trijatmo,2000).

7. Perubahan Fisik dan Psikologis


Masa puerperium atau nifas didefinisikan sebagai periode
selama dan tepat setelah kelahiran. Namun secara popular, diketahui
istilah tersebut mencakup 6 minggu berikutnya saat terjadi invulsi
kehamilan normal (Cunningham et al,2006).
a. Perubahan fisik
karakteristik fisik dan perilaku bayi baru periode post
partum adalah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ
organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil.
Periode ini kadang disebut puerperium atau trimester keempat
kehamilan ( Bobak et al, 2004). Memerlukan waktu sampai enam
bulan untuk kembali seperti semula.Relaksasi punggul
berhubungan dengan pemanjangan dan melemahnya topangan
permukaan struktur panggul.Struktur ini terdiri atas uterus,
kandung kemih dan rectum. Walaupun relaksasi dapat terjadi pada
setiap wanita, tetapi biasanya merupakan komplikasi langsung
yang timbul terlambat akibat melahirkan ( Muttaqin,2008).
b. Perubahan Psikologi
Menurut Saleha (2009): faktor adaptasi psikologi yang
terjadi pada ibu post partum terdiri dari 3 fase juga dapat
menyebabkan depresi post partum, yaitu:
1. Fase taking in disebut juga periode ketergantungan. Pada fase
ini ibu berfokus pada diri sendiri dan tergantung pada orang
lain. Pikiran ibu masih berfokus pada persalinan dan tenaganya
diarahkan untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya,
dibandingkan dengan merawat bayinya. Perilaku yang
ditunjukkan pasif dan tergantung, ibu memerlukan bantuan
untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosionalny. Fase ini
terjadi dalam 1 sampai 2 hari dan dapaat diobservasi pada satu
jam setelah persalinan.
2. Fase taking hold merupakan perpindahan dari periode
ketergantungan menjadi mandiri. Pada fase ini tenaga ibu
meningkat. Ibu merasa lebih nyaman dan lebih berfokus pada
bayi daripada dirinya sendiri. Ibu lebih mandiri untuk memulai
perawatan diri dan berfokus pada fungsi tubuh. Ibu dapat
menerima tanggung jawab dalam perawatan bayi seperti
mengontrol tubuhnya sendir. Fase ini sangat ideal untuk
memberikan edukasi tentang perawatan diri dan bayinya.
3. Fase letting go, yang merupakan periode kemandirian dalam
menjalankan peran sebagai ibu baru. Ibu mulai dapat
menjalankan peran barunya sebagai ibu secara penuh sejalan
dengan kemampuan merawat bayi dan semakin percaya diri.

8. Pengaruh Sistemik Persalinan Sectio Caesarea


a. Respon stress
SC dapat berdampak pada ketegangan fisik dan psikososial.
Ketika tubuh mengalami ketegangan baik fisik atau psikososial,
dapat berefek pada fungsi sistem tubuh. Respon stres muncul
akibat lepasnya epineprin dan norepineprin dari kelenjar medulla
adrenal. Epineprin menyebabkan peningkatan denyut jantung,
dilatasi bronkial, dan peningkatan kadar glukosa darah.
Norepineprine menimbulkan vasokonstriksi perifer dan
meningkatkan tekanan darah (Verdult, 2009).
b. Penurunan pertahanan tubuh
Kulit merupakan pelindung utama dari serangan bakteri
(Haniel, 2013). Ketika kulit diinsisi untuk prosedur operasi, batas
pelindung (garis pertahanan utama) secara otomatis hilang,
sehingga sangat penting untuk memperhatikan teknik aseptik
selama pelaksanaan operasi. Resiko terjadinya infeksi pasca
pembedahan sangatlah tinggi. Penelitian di sebuah rumah sakit di
Inggris menyatakan bahwa sebanyak 9.6% (394/4107)
mendapatkan infeksi post SC (Haniel, 2013).
c. Penurunan terhadap fungsi sirkulasi
Pemotongan pembuluh darah terjadi pada prosedur
pembedahan, meskipun pembuluh darah dijepit dan diikat selama
pembedahan, namun tetap menimbulkan perdarahan. Kehilangan
darah yang banyak menyebabkan hipovolemia dan penurunan
tekanan darah. Hal ini dapat menyebabkan tidak efektifnya perfusi
jaringan di seluruh tubuh jika tidak terlihat dan segera ditangani.
Jumlah kehilangan darah pada prosedur operasi cukup banyak
dibandingkan persalinan per vaginam, yaitu sekitar 500 ml sampai
1000 ml (Potter, 2010)
d. Penurunan terhadap fungsi organ
WHO (2012) menjelaskan bahwa selama proses SC,
kontraksi uterus berkurang sehingga dapat menyebabkan terjadinya
perdarahan postpartum. Setelah tindakan SC selain fungsi uterus
perlu pula dikaji fungsi bladder, intestinal, dan fungsi sirkulasi.
Penurunan fungsi organ terjadi akibat dari efek anastesi.
e. Penurunan terhadap harga diri dan gambaran diri
Pembedahan selalu meninggalkan jaringan parut pada area
insisi di kemudian hari. Biasanya hal ini menyebabkan klien
merasa malu Ada pula klien yang kurang merasa dirinya sebagai
seorang “wanita” karena tidak pernah merasakan persalinan
pervaginam (cultural awereness) (Sulistyawati, 2009).
9. Perubahan Sistem Musculoskeletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus.
Pembuluh-pembuluh darah yang berada diantara anyaman otot-otot
uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan
setelah plasenta dilahirkan.
Ligament-ligamen difragma pelvis, serta fasia yang meregang
pada waktu persalinan, secara berang sur-angsur menjadi ciut dan
pulih kembali sehingga tak jarang uterus jatuh kebelakang dan
menjadi retrofleksi karena ligam entumretundum menjadi kendor.
Tidak jarang pulah wanita meneluh “kandungannya turun” setelah
melahirkan karena ligament, fasia, jaringan penunjang alat
genitalia menjadi kendor stabilitasi secara sempurna terjadi pada
enam sampai delapan minggu setelah persalinan.
Sebagai akibat putusnya serat-serat plastic kulit dandistensiyang
berlangsunglama akibat besarnya uterus pada waktu hamil,
dinding abdomen masih agaklunak dan kendor untuk sementara
waktu.Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat
genitalia, serta otot-otot dinding perut dan dasar panggul,dianjurkan
untuk melakukan latihan-latihan tertentu. Pada dua haripost
partum,sudah dapat fisioterapi.

C. Konsep Mobilisasi

1. Pengertian Mobilisasi Dini


Mobilisasi dini yaitu proses aktivitas yang dilakukan setelah
operasi dimulai dari latihan ringan diatas tempat tidur sampai dengan
bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan ke
luar kamar (Brunner & Suddarth, 2002).
Mobilisasi dini post SC adalah suatu pergerakan, posisi atau
adanya kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan
dengan persalinan SC. Untuk mencegah komplikasi post oprasi sectio
caesarea ibu harus segera dilakukan mobilisasi sesuai dengan
tahapannya. Oleh karena setelah mengalami SC, seorang ibu
disarankan tidak terhambat.

2. Manfaat Mobilisasi Dini


Adapun manfaat mobilisasi dini pada ibu Post Sectio Caesarea
(SC), yaitu:
a. Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan ambulasi dini dengan
bergerak, otot-otot dan panggul akan kembali normal sehingga
otot perutnya menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi rasa
sakit, membantu memperoleh kekuatan, mempercepat
kesembuhan serta membantu mempercepat organ-organ tubuh
bekerja seperti semula.
b. Mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli dengan
mobilisasi sirkulasi darah norma/lancar sehingga resiko
terjadinya trombosis dan tromboemboli dapat dihindari.
3. Faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi
Menurut Wahit (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi
mobilisasi dini diantaranya yaitu:
a. Gaya Hidup
Mobilitas dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai-nilai
yang dianut, serta lingkungan tempat tinggal (masyarakat).
Masyarakat akan membentuk pola kebiasaan dan tradisi yang
akan mempengaruhi lingkungan sosial seseorang dan
selanjutnya akan mempengaruhi gaya hidup.

b. Ketidakmampuan
Kelemahan fisik dan mental akan menghalangi seseorang untuk
melakukan aktivitas hidup sehari-hari, sehingga mengakibatkan
ketidakmampuan seseorang dalam mobilisasi. Secara umum,
ketidakmampuan ada dua macam, yakni ketidakmampuan
primer dan sekunder. Ketidakmampuan primer disebabkan oleh
penyakit atau trauma. Sedangkan ketidakmampuan sekunder
terjadi akibat ketidakmampuan primer, misalnya kelemahan
otot dan tirah baring.
c. Tingkat Energi
Energi dibutuhkan dalam segala hal, salah satunya adalah
mobilisasi. Cadangan energi yang dimiliki seseorang
bervariasi. Adapun seseorang yang memiliki kecenderungan
untuk menghindari stressor guna mempertahankan kesehatan
fisik dan psikologis.
d. Usia
Usia memiliki pengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam
melakukan mobilisasi. Kemampuan untuk melakukan aktivitas
dan mobilisasi akan menurun sejalan dengan penuaan.
4. Tahapan Mobilisasi pada Post Sectio Caesarea
Pada pasien Post SC biasanya mulai ambulasi 24-36 jam sesudah
melahirkan, jika pasien menjalani analgesia epidural pemulihan
sensibilitas yang total harus dibuktikan dahulu sebelum ambulasi
dimulai. Tahap-tahap mobilisasi dini pada pasien post SC, yaitu:
a. Sejak 6-8 jam setelah ibu sadar, dapat dilakukan gerakan telapak
kaki secara ringan apabila efek anestesi sudah mereda, kemudian
dapat dilanjutkan miring ke kanan dan ke kiri. Latihan pernapasan
dapat dilakukan ibu sambil tidur terlentang sedini mungkin setelah
sadar.
b. Pada hari pertama atau setelah 24 jam post SC, ibu dapat duduk
dan dianjurkan untuk bernapas dalam-dalam lalu
menghembuskannya disertai batuk-batuk kecil yang gunanya
untuk melonggarkan pernapasan dan sekaligus menumbuhkan
kepercayaan pada diri ibu bahwa ia mulai pulih, kemudian posisi
tidur terlentang diubah menjadi setengah duduk.
c. Pada hari ke-2 dan selanjutnya secara berturut-turut, hari demi hari
ibu dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berdiri
kemudian berjalan dengan bantuan. Selanjutnya secara berturut-
turut belajar berjalan sendiri dan melakukan aktivitas yang ringan,
sampai saat ibu diperbolehkan pulang setelah operasi.

D. Konsep Asuhan keperawatan Teoritis

1. Pengkajian keperawatan
a. Pengkajian Identitas
Identitas klien : nama, umur, status, agama,pendidikan,
suku/bangsa, pekerjaan, alamat, N0.RM, suku, status perkawinan,
alamat dan identitas suami
b. Riwayat keperawatan :
a) keluhan utama : pada pasien post sectio caesarea biasanya
mengeluh nyeri insisi bedah, haus, letih, lemah, gelisah atau
tidak mampu tidur setelah pulih dari anastesi dan susah untuk
bergerak
( baal ).
b) riwayat kesehatan sekarang : Meliputi keluhan atau yang
berhubungan dengan gangguan atau penyakit diraakan saat ini
dan keluhan yang dirasakan pasien setelah operasi meliputi,
riwayat nyeri, karakteristik nyeri ynag dirasakan, mobilisasi.
c) Riwayat kesehatan dahulu : Segala penyakit yang dialami pasien
misalnya penyakit keturunan : hipertensi, jantung, diabettes
mellitus (DM), penyakit ginjal kronik, riwayat asma bronchial,
komplikasi kehamilan.
d) Riwayat kesehatan keluarga : Riwayat penyakit keturunan yang
diderita keluarga seperti hipertensi, jantung, diabettes mellitus,
epilepsi, serta keturunan kembar, TBC, penyakit kelmain, atau
penyakit infeksi menular dikeluarga dan lainya.
e) Riwayat Psikososial, Spiritual dan Budaya
Riwayat ini dikaji untuk mengetahui keadaan psikologis ibu
terhadap kehamilannya, biasanya ibu hamil memiliki emosi yang
tinggi dan tidak stabil.Budaya ditanyakan untuk mengetahui
kebiasaan dan tradisi yang dilakukan ibu dan keluarga
berhubungan dengan kepercayaan pada tahayul dan bertentangan
dengan ilmu kesehatan. Riwayat spiritual pada ibu hamil yaitu
untuk mengetahui kebiasaan ibu hamil dalam menjalankan
ibadah, apakah sering atau tidak.
c. Riwayat Haid
Ditanyakan mengenai :
1) Kapan mendapat haid terakhir (HT). Bila hari pertama haid
terakhir diketahui, maka dapat dijabarkan tafsiran tanggal
persalinan memakai rumus Naegele : hari + 7, bulan – 3
(januari-maret) atau +9 (april-desember), dan tahun + 1.
2) Menarche adalah terjadi haid yang pertama kali. Menarche
terjadi pada usia pubertas yaitu sekitar12-16 tahun.
3) Siklus haid pada setiap wanita tidak sama. Siklus haid yang
normal / dianggap sebagai siklus adalah 28 hari, tetapi siklus ini
bisa maju sampai 3 hari atau mundur sampai 3 hari. Panjang
siklus haid yang biasa pada manusia adalah 25-32 hari.
4) Lamanya Haid. Biasanya antara 2-5 hari, ada yang 1-2 hari
diikuti darah sedikit-sedikit dan ada yang sampai 7-8 hari. Pada
wanita biasanya lama haid ini tetap.
d. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang Lalu
Untuk mengetahui bagaimana kehamilan, persalinan dan nifas yang
terdahulu apakah pernah ada komplikasi atau penyulit sehingga
dapat memperkirakan adanya kelainan atau keabnormalan yang
dapat mempengaruhi kehamilan selanjutnya.
e. Riwayat Alergi : kaji apakah pasien memiliki riwayat alergi
terhadap obat, makanan dan minuman.
f. Riwayat Obstresi
1) Manarche (Menstruasi Pertama) : Umur, waktu haid, siklus
lama haid, banyak darah yang keluar, teratur atau tidak teratur
haid, bau, keluhan dan dismenorea atau nyeri menstruasi.
2) Riwayat ANC : kaji berapa kali ibu memeriksa kehamilanya,
kaji pemeriksaan kehamilan meliputi tinggi badan,berat badan
saat hamil, tinggi fundus uteri, konsumsi tablettambah darah,
kaji pemeriksaan janin, meliputi pemantauan denyutjantung
janian, gerakan janin. Kaji pemeriksaan darah, HB, HBSAG.
3) Riwayat Persalianan Sebelumnya : kaji siapa yang menolong
persalinan, jenis persalinan, masalah saat persalinan, berapa
kali bersalin.
4) Lohcea
Lochea terus ada hingga kira-kira 2-6 minggu setelah
persalinan. Kekuningan berisi selaput lendir leucocye dan
kuman yang telah mati.Jumlah lochea digambarkan seperti
sangat sedikit, moderat dan berat.
g. Pola - Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola Nutrisi dan Metabolisme : Pada klien nifas biasanya
terjadi peningkatan nafsu makan karena dari keinginan untuk
menyusui bayinya.
2) Pola Aktivitas : Pada pasien post partum SC klien dapat
melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas pada aktivitas
ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, pada
klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami
kelemahan dan nyeri.
3) Pola Eliminasi : Pada pasien post partum SC sering terjadi
adanya perasaan sering atau susah kencing selama masa nifas
yang ditimbulkan karena terjadinya odema, yang menimbulkan
infeksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena
penderita takut melakukan BAB.
4) Istirahat dan Tidur : Pada klien nifas terjadi perubahan pola
istirahat dan tidur karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri
setelah persalinan.
5) Pola Hubungan dan Peran : Peran klien dalam keluarga
meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang lain.
6) Pola Penanggulangan Stress : Biasanya klien sering melamun
dan merasa cemas akan kondisinya.
7) Pola Sensoridan Kognitif : Pola sensori klien merasakan nyeri
pada perineum akibat luka jahitan dan nyeri akibat involusi
uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi
kurangnya pengetahuan merawat bayinya.
8) Pola Persepsi dan Konsep Diri : Biasanya terjadi kecemasan
terhadap keadaan kehamilanya, lebih menjelang persalinan
dampak psikologis terjadi perubahan konsep diri antara lain
body image dan ideal diri.
9) Pola Reproduksi dan Sosial : Terjadi disfungsi sosial yaitu
perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi dari seksual
yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas,
serta penggunaaan alat kontrasepsi.
2. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : kesadaran, tanda-tanda vital, tekanan
darah, denyut nadi, suhu tubuh, pernapasan, berat badan sebelum
hamil, setelah melahirkan, tinggi badan.
a) Payudara : keadaan payudara, lesi, pembesaran, keadaan
puting susu, penonjolan puting susu, massa, kolostrum, nyeri
payudara, konsistensi payudara, pengeluaran ASI, adanya
pembekakan.
b) Perubahan uterus
Segera setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang
berkontraksi posisi fundus uteri berada kurang lebih
pertengahan antara umbilikus dan simfisis, atau sedikit lebih
tinggi. Dalam keadaan normal, uterus mencapai ukuran
besar pada masa sebelum hamil sampai dengan kurang dari 4
minggu, berat uterus setelah kelahiran kurang lebih 1 kg
sebagai akibat involusi. Satu minggu setelah melahirkan
beratnya menjadi kurang
c). Kandung kemih : memaparkan bahwa wanita pascapartum
dianjurkan untuk berkemih sesegera mumngkin setelah
melahirkan guna menghindari distensi kandung
kemih.bahkan kandung kemih yang penuh, wanita yang
baru melahiran mungkin tidak merasakan desakan untuk
berkemih. Perawat mengkaji kondisi kandung kemih
dengan palpasi dengan pengamatan abdomen, tinggi dan
konsistensi fundus uteri.
d). Genetalia : Genetalia
Jumlah dan jenis lochea biasanya terdapat pengeluaran
lokhea rubra (berwaritna merah) yang menetap selama 3
hari. ,berapa kali ganti duk dalam sehari,biasanya pasien
terpasang katetersatu hari setelah post sc.
e). Ekstremitas
Atas :
Pada pasien post sc dapat terjadi kelemahan sebagai dampak
anastesi yang mendefresikan system saraf pada
musculoskeletal sehingga menurunkan tonus otot. (Mitayani ,
2011)
Bawah :
Edema atau tidak,varises ada atau tidak,dan tanda-tanda
thromboplebitis yang diakibatkan kurangnya mobilitas fisik.
tanda-tanda thromboplebitis adalah kemerahan,rasa
hangat,nyeri,perasaan berat pada ekstremitas.
f). Neurosensori
Kerusakan gerak di daerah tingkat anastesi spinsi apidural
g). Nyeri / kenyamanan
Pada ibu post SC kebanyakan mengeluh nyeri pada area insisi
pembedahan (Bobak L.2004).
h). System muskoloskeletal
Teregangnya otot dinding abdomen secara bertahap selama
kehamilan mengakibatkan hilangnya kekenyalan otot. Hal ini
jelas terlihat setelah melahirkan dinding perut tampak lembek
dan kendor.

2. Diagnosa
a. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri post operasi
b. Resiko infeksi b.d post operasi
c. Gangguan pola tidur b.d nyeri insisi akibat agen ijury
3. Perencanaan/Intervensi

Perencanaan keperawatan adalah rencana keperawatan kepada


klien sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan sehingga kebutuhan
klien dapat terpenuhi. Dalam teori perencanaan keperawatan dituliskan
sesuai dengan rencana dan kriteria hasil berdasarkan Standar Luaran
Keperawatan Indonesia (SLKI) dan Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SIKI).

Perencanaan keperawatan dan disesuaikan dengan kondisi klien


dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat diselesaikan
dengan Spesifik, Measure, Arhieverble, Rasional, Time (SMART)
selanjutnya akan diuraikan rencana asuhan keperawatan dari diagnosa
yang ditegakkan (SDKI, 2016)
PERENCANAAN
DIAGNOSA
KEPERAWATAN TUJUAN/KRITERIA HASIL RENCANA TINDAKAAN
NO
1
Gangguan mobilitas Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama SIKI : Dukungan mobilisasi
fisik b.d nyeri 1 x 24 jam diharapkan tidak terjadi hambatan 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
dalam mobilitas fisik ditandai dengan : 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
SLKI : mobilitas fisik 3. Monitor kondisi umum selama melakukan
Ditingkatkan pada level : mobilisasi
1. Menurun 4. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
2. Cukup menurun 5. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
3. Sedang meningkatkan pergerakan
4. Cukup meningkat 6. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
5. Meningkat 7. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
Dengan kriteria hasil : 8. Ajarkan mobilisasi sederhana (misal.duduk di
1. Pergerakan ekstermitas meningkat tempat tidur duduk disisi tempat tidur, pindah
2. Kekuatan otot meningkat tempat tidur, pindah dari tempat tidur ke kursi)
3. Kecemasan menurun
4. Kaku sendi cukup menurun
5. Gerakan terbatas menurun

2. Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama SLKI: Pencegahan infeksi
1 x 24 jam diharapkan tidak terjadi hambatan 1. Monitor tanda dan gejalan] infeksi local dan
dalam mobilitas fisik ditandai dengan : sistemik
SLKI : kontrol resiko 2. Batasi jumlah pengunjung
Ditingkatkan pada level : 3. Berikan perwatan kulit
1. Menurun 4. Cuci tangan setelah dan sebelum kontak dengan
2. Cukup menurun pasien
3. Sedang 5. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
4. Cukup meningkat 6. Anjurkan untuk meningkatkan asupan nutrisi
5. Meningkat 7. Ajarkan cara memeriksa luka operasi
Dengan kriteria hasil :
1. Kemampuan mencari informasi
tentang faktor resiko
3. Komitmen terhadap strategi
kontrol resiko
4. Kemampuan mampu mengenali
perubahan status kesehatan
5. Mengidentifikasi faktor resiko
6. Penggunaan fasilitas Kesehatan
3 Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama SIKI: dukungan tidur
3 x 24 jam diharapkan tidak terjadi hambatan 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
dalam mobilitas fisik ditandai dengan : 2. Identifikasi faktor penggangu tidur
SLKI : Pola tidur 3. Identifikasi makanan dan minuman yang
Ditingkatkan pada level : menggangu tidur
1. Menurun 4. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
2. Cukup menurun 5. Modifikasi lingkungan
3. Sedang 6. Batasi waktu tidur siang
4. Cukup meningkat 7. Fasilitasi menghilangkan stress saat tidur
5. Meningkat 8. Terapkan jadwal tidur rutin
Dengan kriteria hasil 9. Jelaskan pentingnya cukup tidur
1. Kesulitan tidur 10. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
2. Keluhan sering terjaga 11. Ajarkan relaksasi otot autogenic atau cara
3. Keluahan tidak puas tidur nonfarmakologi lainnya
4. Keluhan pola tidur berubah
5. Keluhan istirahat tidak cukup
DAFTAR PUSTAKA

Alfha, Liese Margaretha. 2008. Karakteristik Persalinan dengan Tindakan Sectio


Caesar. Di Bagian Obstetri Dan Ginekologi RSMH Palembang Periode 1
Januari-30 Juni 2007. Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.

Aliahani. 2010. Mobilisasi Dini Pada Ibu Post SC, Jurnal Catatan Bidan.

Ambarwati.2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Yugyakarta: Mitra Cendikia

Amira. 2020. Gambaran Tingkat Cemas, Mobilisasi, Dan Nyeri Pada Ibu Post
Operasi Sectio Cesarea Di RSUD. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada.
Boba, L M. Lowdermik, D.I, dan Jensen, M, D. 2004. Buku Ajar Keperawatan
Maternitas. Jakarta : EGC

Brunner & Suddarth. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. EGC : Jakarta.

Cuningham. 2009. Obsterti William Edisi 21. Jakarta: EGC

Departemen Kesehatan RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta


Departemen Kesehatan.

Feldman, dkk. 2012. Pengantar Psikologi Understanding Psychology Edisi 10.


Jakarta: Salemba Humanika.

Green, Carol j. Wilkinson, judith M. 2012. Rencana Auhan Keperawatan Maternal


dan Bayi Baru Lahir. Jakarta : EGC

Guyton A.C, dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta :
EGC.

Handiyani. 2009. Asuhan Keperawatan Ibu Masa Nifas. Yogyakarta : Gosyen


Publishing.

Haniel. 2013. Cytokines and the skin Barrier.


Hartati, Suryani, dan Yati Afiyanti. 2014. Faktor-Faktor Yang
MempengaruhiIbuPostpartum Pasca Seksio Sesarea Untuk Melakukan
Mobilisasi Dini Di

Kasdu Deni, 2005. Operasi Caesarea Masalah dan Solusinya. Puspa Swara, Jakarta

Kasdu. 2003. operasi caesar masalah dan solusinya . jakarta: puspa swara.

Kemenkes RI. 2016. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2016. Jakarta : Kemenkes RI

Manauba. 2003. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana


Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran : EGC.

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

Maritalia. 2012. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar..

Ns Umi S, SH, M.Kep., Sp.Mat.dkk. 2013. Asuhan Kebidanan Pospartum


Dilengkapi Dengan Asuhan Kebidanan Sectio Ccaesarea. Bandung

Potter & Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta : Salemba


Medika.

PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Defenisi dan Tindakan


Keperawatan edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar intervensi keperawatan indonesia : Defenisi dan Tindakan


Keperawatan, edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Defenisi dan Tindakan


Keperawatan edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai