Bab 2 Konsep Teori
Bab 2 Konsep Teori
1. Biologis: penyebab nyeri karena kerusakan fungsi organ atau jaringan tubuh.
4. Psikologi penyebab nyeri yang bersifat psikologi seperti kelainan organic, nekrosis traumatic,
eulzofronia. (SDKI, 2016)
Reseptor nyeri adalah organ yang berfungsi untuk menerima rangsangan nyeri. Organ tubuh
yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya
terhadap sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya
terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor,
secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien da nada juga yang tidak
bermielin dari syaraf perifer. Berdasarkan letaknya, nosireceptor dapat dikelompokan dalam
beberapa bagian tubuh yaitu pada kulit (kutaneus), somatic dalam (deep somatic), dan pada
daerah viseral, karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki
sensasi yang berbeda. Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan subkutan nyeri berasal dari
kulit dan subkutan biasanya mudah untuk dialokasi da didefinisikan. Reseptor jaringat kulit
(Kutaneus) dibagi menjadi 2 komponen yaitu:
6-30m/detik) yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang cepat hilang apabila penyebab
nyeri dihilangkan.
0,5m/detik) yang terdapat pada daerah yang lebih dala, nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit
dilokalisasi. (SDKI, 2016)
E. Patofisiologi
Reseptor nyeri (nosiseptor) mencakup ujung-ujung saraf bebas yang berespon terhadap berbagai
rangsangan termasuk tekanan mekanik, deformasi, suhu yang ekstrim dan berbagai bahan kimia.
Pada rangsangan yang intensif, reseptor-reseptor lain misalnya badan pacini danmisner juga
mengirim informasi yang dipresepsikan sebagai nyeri. Zat-zat kimia yang memperparah nyeri
antara lain adalah histamine, bradikini serotonin, beberapa prostaglandin, ion kalium dan ion
hydrogen. Masing-masing zat tersebut tertimbun ditempat cidera hipoksi atau kematian sel.
Nyeri cepat (fast pain) disalurkan kekorda spindlis oleh serat A delta, nyeri lambat (slow pain)
disalurkan ke korda spinalis oleh seraC lambat (Kowalak, 2013).
F. Manifestasi Klinis.
a. Mengeluh nyeri.
b. Tampak meringis.
c. Bersikap protektif.
e. Gelisah
f. Sulit tidur.
a. Mengeluh nyeri.
d. Gelisah
g. Bersikap protektif
h. Waspada.
i. Pola tidur berubah
j. Anoreksia.
G.Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan USGdiabdomen
(Asmadi, 2010).
H. Penatalaksanaan Nyeri.
2. Non farmakolongi:
a. Imaging guide.
b. Music theraphy.
d Akupresus/akupuntur.
e. Distrksi/relaksasi.
f. Hipnotis
Interventions Classification)
A. Pengkajian
1.Identitas
a. Pasien
b. Penanggung jawab
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Mulai kapan dimulai nyeri, skala nyeri, lokasi, intensitas, kualitas, gejala yang menyertai
perjalanan nyeri dan pengaruh terhadap aktivitas seharihari. Skala nyeri yang digunakan adalah
0-5/0-10.
Keterangan:
0 = tidak nyeri
g. Pola Beribadah
h. Pola Bekerja
i. Pola Sekesualitas
B. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Umum
1) Kesadaran umum
2) Kesadaran
3) Tekanan darah
4) Nadi
5) Suhu
6) Respirasi rate
7) Berdasarkan P,Q,R,S.T
ringannya nyeri.
atau tertusuk.
(0-10 skala)
b. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Ada lesi atau tidak, hematom maupun ada kelainan bentuk kepala
a. Pola Oksigenasi
b. Pola Nutrisi
c. Pola Eliminasi
d. Pola Aktivitas
e. Pola Istirahat
f. Personal Hygiene
h. Pola Bekerja
Pola Sekesualitas
B. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Umum
1. Kesadaran umum
2. Kesadaran
3. Tekanan Darah
4. Nadi
5. Suhu
6. Respirasi
7. Berdasarkan P,Q, R, S, T
a. P (problem) : factor yg mempengaruhi berat/ringannya nyeri
b. Q (Quality) : kualitas nyerivseperti tajam, tumpul, riwayat tertusuk
c. R (Region) : daerah perjalana nyeri
d. S (Severtiy) : parahnya nyeri, skala nyeri secara umum (0-1- skala)
b. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Ada lesi atau tidak, hematom maupun ada kelainan bentuk kepala pasien serta keadaan rambut
pasien
2) Mata
Bentuk simetris atau tidak, konjumgtiva anemis atau tidak, ada nyeri atau tidak, ada alat bantu
atau tidak. Fungsi dari pemeriksaan mata untuk mengetahui adanya kelainan atau tidak.
3) Hidung
Bentuk simetris atau tidak, ada sekret atau tidak, ada pembengkakan didaerah polip atau tidak,
ada alat bantu atau tidak. Fungsi dari pemeriksaan hidung untuk mengetahui adanya secret dan
pembengkakan
4) Telinga
Bentuk simetris atau tidak, ada cairan berlebih atau tidak, ada infeksi atau tidak, ada alat bantu
atau tidak. Fungsi dari pemeriksaan telinga untuk mengetahui ada cairan yang berlebih atau
adanya infeksi di sekitar telinga.
5) Mulut
Bibir kering atau tidak, gigi kotor atau tidak. Fungsi untuk pemeriksaan mulut untuk mengetahui
adanya infeksi mulut atau adanya gigi kotor dan berlubang.
6) Leher
Ada lesi atau tidak, ada pembengkakak kelenjar getah bening atau tidak, ada pembengkakan
kelenjar tiroid atau tidak
7) Dada
Ada lesi atau tidak, inspirasi dan ekspirasi, suara paru, suara jantung.
b) Perkusi : Sonor/Resonan.
8) Abdomen
9) Integumen
10) Genetalia
C. Diagnosa Keperawatan
b) Batasan karakteristik:
1. Bukti nyeri dengan menggunakan standard daftar periksa nyeri
2. Diforesis
3. Dilatasi pupil
5. Perilaku distraksi
7. Putus asa
terpotong)
mustard)
d) Pemeriksaan P,Q,R,S,T
F. Evaluasi
S (Subjective) : Data berdasarkan keluhan yang disampaikan pasien setelah dilakukan tindakan
o Objektif): data berdasarkan hasil pengukuran / observasi langsung kepada pasien setelah
dilakukan tindakan
A (Analysis) : Masalah keperawatan yang terjadi akibat perubahan status klien dalam data
subyektif dan obyektif