Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ABDOMINAL PAIN

DI RUANG KEMUNING

RSUD RA KARTINI JEPARA

Di Susun Oleh :

HANIS FAROQI

72020040035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


A. PENGERTIAN
Abdomen adalah bagian tubuh yang berbentuk rongga terletak diantara
toraks dan pelvis rongga ini berisi viscera dan dibungkus dinding (abdominal
wall) yang terbentuk dari otot-otot abdomen, columna vertebralis, dan ilium.
Nyeri abdomen merupakan sensasi subjektif tidak menyenangkan yang
terasa disetiap region abdomen. (Pierce A. Grace & Neil R.Borley, 2009).
Nyeri abdomen ada 2 yaitu : Nyeri abdomen akut dan nyeri abdomen kronis
1. Nyeri abdomen akut : biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri
dengan onset mendadak, dan dalam durasi pendek. Nyeri alih (referred pain)
adalah persepsi nyeri pada suatu daerah yang letaknya jauh dari tempat asal
nyeri. (Nanda, 2012)
2. Nyeri abdomen kronis : merupakan pengalaman sensorik dan emosional
yang tidak menyenangkan dan muncul akibat kerusakan jaringan actual atau
potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa, awitan
yang tiba-tiba atau lambat dengan intensitas dan ringan hingga berat, terjadi
secara konstan atau berulang tanpa akhir yang dapat diantisipasi atau di
prediksi dan berlangsung 6 bulan. (Nanda,2012)
biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri berlanjut, baik yang berjalan
dalam watu lama atau berulang/hilang timbul.

B. ETIOLOGI
1. Faktor resiko
a) Nyeri akut
1) Melaporkan nyeri secara verbal dan non-verbal
2) Menunjukkan kerusakan
3) Posisi untuk mengurangi nyeri
4) Gerakan untuk melindungi
5) Tingkah laku berhati-hati
6) Muka dengan ekspresi nyeri
7) Gangguan tidur (mata sayu, tamak lingkaran hitam)
8) Focus pada diri sendiri
9) Focus menyempit (penurunan persepsi waktu, tempat dan orang)
10) Tingkah laku distraksi
11) Respon otonom (perubahan tekanan darah, nadi,suhu, dilatasi
pupil)
12) Perubahan nafsu makan
13) Tingkah laku ekspresif(gelisah, merintih, nafas panjang,
mengeluh)
b) Nyeri kronis
1) Perubahan berat badan
2) Melaporkan secara verbal dan non-verbal
3) Menunjukkan gerakan melindungi, gelisah, depresi, focus pada diri
sendiri
4) Perubahan pola tidur
5) Kelelahan
6) Atrofi yang melibatkan beberapa otot
7) Takut cedera
8) Interaksi dengan orang lain menurun
2. Faktor predisposisi
a) Trauma
1. Mekanik : rasa nyeri timbul akibat ujung saraf bebas mengalami
kerusakan, misalnya akibat benturan, gesekan, luka
2. Thermis : nyeri timbul karena ujung saraf reseptor mendapat
rangsangan akibat panas, dingin, misalnya api atau air panas
3. Khermis : nyeri timbul karena kontak dengan zat kimia yang
bersifat asam atau basa kuat
4. Elektrik : nyeri timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat
mengenai reseptor rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan otot
dan luka bakar
b) Neoplasma, bersifat jinak maupun ganas
c) Peradangan
d) Kelainan pembuluh darah dan gangguan sirkulasi darah
e) Trauma psikologis
3. Faktor presipitasi
- Lingkungan
- Suhu ekstrim
- Kegiatan
- Emosi

C. TANDA & GEJALA / MANIFESTASI KLINIS


1) Nyeri pada abdomen
2) Mual, muntah
3) Tidak atau berkurangnya nafsu makan
4) Lidah dan mukosa bibir kering
5) Turgor kulit tidak elastic
6) Urine sedikit dan pekat
7) Pasien terlihat Lemah dan kelelahan
D. PATHOFISIOLOGI
Rasa nyeri pada abdominal baik mendadak maupun berulang, biasanya
selalu bersumber pada : visera abdomen (organ yang ada di abdomen), organ lain
di luar abdomen, lesi pada susunan saraf spinal, gangguan metabolic dan
psikosmotik. Rasa nyeri pada abdomen berasal dari suatu proses penyakit yang
menyebar ke seluruh peritoneum ke ujung saraf, yang lebih dapat meneruskan
rasa nyerinya dan lebih dapat melokalisasi rasa nyeri dari pada saraf otonom.
Telah diketahui pula bahwa gangguan pada visera pada mulanya akan
menyebabkan rasa nyeri visera, tetapi kemudian akan diikuti oleh rasa nyeri
somatic pula, setelah peritoneum terlibat. Rasa nyeri somatic yang dalam akan
disertai oleh tegangan otot dan rasa mual yang merupakan gejala khas peritonitis.
Reflek rasa nyeri abdomen dapat timbul karena adanya rangsangan nervus
frenikus (syaraf diafragma), misalnya pada pneumonia. Rasa nyeri yang berasal
dari usus halus akan timbul didaerah abdomen bagian atas epigastrium, sedangkan
rasa nyeri dari usus besar akan timbul dibagian bawah abdomen. Reseptor rasa
nyeri didalam traktus digestivus terletak pada saraf yang tidak bermielin yang
berasal dari sistem saraf otonom pada mukosa usus. Jarak syaraf ini disebut
sebagai serabut saraf C yang dapat meneruskan rasa nyeri lebih menyebar dan
lebih lama dari rasa nyeri yang dihantarkan dari kulit oleh serabut saraf A. nyeri
ini khas bersifat tumpul, pegal, dan berbatas tak jelas serta sulit dilokalisasi.
Implus nyeri dari visera abdomen atas (Lambung, duodenum, pancreas, hati,dan
sistem empedu), mencapai medulla spinalis pada segmen torakalis 6,7,8 serta
dirasakan didaerah epigastrium. Implus nyeri yang timbul dari segmen usus yang
meluas dari ligamentum. Treits sampai fleksura hepatica memasuki segmen
torakalis 9 dan 10, dirasakan disekitar umbilicus. Dari kolon distalis, ureter,
kandung kemih, dan traktus genetalia perempuan implus nyeri mencapai segmen
torakal 11 dan 12 serta segmen lumbalis pertama. Nyeri dirasakan pada daerah
suprapubik dan kadang-kadang menjalar ke labium atau skrotum. Jika proses
penyakit menular ke peritorium maka implus nyeri dihantarkan oleh serabut
aferen somatic ke radikal spinal segmentalis 1,3 nyeri yang disebabkan oleh
kelainan metabolic seperti pada keracunan timah, dan porfirin belum jelas
patofisiologi dan patogenesisnya. Jadi permasalahan keperawatan adalah nyeri
dan ketika nyeri muncul akan mengakibatkan pola tidur pasien terganggu.
(Nurarif, 2015)
E. PATHWAY

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Darah lengkap
2. Amylase : kadar serum >3x batas atas kisaran normal merupakan diagnostic
pancreatitis
3. Gas darah arteri : Asidosis metabolic (iskemia usus, peritonitis, pnkreatitis)
4. Urin porsi tengan (MSU) : untuk mengetahui infeksi saluran kemih
5. EKG : Infark miokard
6. Rontgen thorak : Viskus perforasi (udara bebas), pneumonia
7. Rontgen abdomen : usus iskemik (dilatasi, usus yang edema dan menebal),
pancreatitis (pelebaran jejunum bagian atas sentimel), kolangitis (udara dalam
cabang bilier), colitis akut (kolon mengalami dilatasi, edema dan gambaran
menghilang), obstruksi akut (usus mengalami dilatasi), batu ginjal (radioopak
dalam saluran ginjal)
8. Ultrasonografi (USG)
9. CT Scan : merupakan pemeriksaan penunjang pilihan untuk inflamasi
peritoneum yang tidak terdiagnosis (terutama pada orang tua ynag diagnosis
bandingnya luas, pada pasien yang dpertimbangkan untuk dilaukan laparatomi
dan diagnosis belum pasti, pancreatitis, trauma hati/limpa)

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pemberian analgesik
Obat golongan analgesic akan merubah persepsi dan interprestasi nyeri
dengan jalan mendepresi sistem saraf pusat pada thalamus dan korteks serebri.
Analgesic akan lebih efektif diberikan sebelum pasien merasa nyeri yang berta
dibandingkan stelah mengeluh nyeri. Contoh obat analgesic yakni asam
salisilat (non narkotik), morphin (narkotik) dll.
2. Plasebo
Plasebo merupakan obat yang tidak mengandung komponen obat analgesic
seperti gula, larutan garam/normal saline, atau air. Terapi ini dapat
menurunkan rasa nyeri, hal ini karena faktor persepsi kepercayaan pasien
3. Tindakan pembedahan

H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN (POLA FUNGSI KESEHATAN)
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
a. Identitas Pasien
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Suku/bangsa :
Status perkawinan :
Alamat :
Tanggal masuk RS :
No. RM :
Diagnose Medis :

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Hubungan dengan pasien :
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan utama :
Pasien biasanya mengeluh nyeri pada luka, terkadang disertai demam, menggigil
dan malaise.
b. Riwayat penyakit sekarang
Terdapat luka pada bagian tubuh tertentu dengan karakteristik berwarn merah,
terasa lembut, bengkak, hangat, terasa nyeri, kulit menegang dan mengilap.
c. Riwayat penyakit dahulu
Ditanyakan penyebab luka pada pasien dan pernahkah sebelumnya mengidap
penyakit seperti ini, adakah alergi yang dimiliki dan riwat pemakaian obat.
d. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya dikeluarga pasien terdapat riwayat mengidap penyakit selulitis atau
penyekit kulit lainnya.
e. Riwayat alergi
Biasanya pasien di Tanya oleh perawat apakah ada alergi obat atau tidak
f. Genogram
Biasanya ada yang di kaji ada yang tidak. Genogram 3 keturunan.

3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum
b. Ttv : TD, S, RR, N
 TD : Menurun (< 120/80 mmHg).
 Nadi : Turun (< 90).
 Suhu : Meningkat (> 37,50)
 RR : Normal
c. Kepala : Dilihat kebersihan, bentuk, adakah oedem atau tidak
d. Mata : Tidak anemis, tidak ikterus, reflek cahaya (+).
e. Hidung : Tidak ada pernafasan cuping.
f. Mulut : Kebersihan, tidak pucat.
g. Telinga : Tidak ada serumen.
h. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar.
i. Dada
- Paru : IPPA
- Jantung : IPPA
- Abdomen : IAPP
- Genetalia :
- Ekstermitas :

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d agen cidera biologis
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
3. INTERVENSI KEPERAWATAN

Dx Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1 Setelah diberikan asuhan 1. Observasi 1. Untuk
keperawatan selama 2x24 jam TTV. mengetahui
diharapkan pola tidur pasien perkembanga
kembali normal dengan criteria n pasien.
2. Pantau 2. Untuk
hasil :
keadaan mengetahui
Pasien tidur dengan
umunm keadaan
nyenyak.
pasien. umum
Kuantitas dan kualitas
pasien.
tidur normal kurang
3. Ciptakan 3. Dengan
lebih 8 jam.
lingkungan menciptakan
Pasien tampak segar
yang aman lingkungan
(tidak mengantuk).
dan nyaman. yang
kondusifdapa
t membantu
pasien tidur
lebih
berkulitas.
4. Lakukan 4. Untuk
identifikasi mengetahui
factor yang kualitas dan
mempengar kuantitas
uhi masalah pola tidur
tidur (Pola pasien.
tidur,waktu
tidur )

5. Atur posisi 5. Dengan


tidur pasien. memberikan
posisi yang
nyaman
dapat
membuat
pasien lebih
rileks untuk
menuju
kualitas tidur
yang lebihh
baik.
6. Kurangi 6. Untuk
potensial- menghindari
potensial pasien dari
cedera cedera pada
selama tidur saat pasien
tidur.
7. Beri alat 7. Mencegah
bantu aspirasi.
tidur
seperti
bantal

8. He pasien 8. Agar psien


tentang mengetahui
pentingnya akan
tidur yang pentingnya
cukup untuk tidur bagi
tubuh kesehatan.
pasien.
2 Setelah diberikan asuhan 1. Observasi 1. Untuk
keperawatan selama 2x24 jam TTV. mengetahui
diharapkan kebutuhan nutrisi perkembanga
pasien terpenuhi dengan n pasien.
criteria hasil : 2. Kaji keluhan 2. Untuk
Pasien dapat mual, sakit menetapkan
menghabiskan menelan, cara
makanan 1 porsi yang dan muntah mengatasinya
telah diberikan. yang .
Nafsu makan pasien dialami
bertambah. pasien.
3. Cara 3. Cara
Bising usus 6-12
bagaimana menghidangk
kali/menit.
menghidang an makanan
Mukosa bibir lembab.
kan dapat
Tekstur kulit baik.
makanan. memningkatk
Berat badan pasien
an nafsu
meningkat.
makan
pasien.
4. Berikan 4. Membantu
makanan meningkatka
yang mudah n asupan
ditelan makanan dan
seperti mengurangi
bubur. kelelahan
pasien.
5. Berikan 5. Untuk
makanan mengurangi
dalam porsi atau
sedikit tapi menghindari
sering. mual.

6. Catat jumlah 6. Untuk


atau porsi mengetahui
makanan pemenuhan
yang kebutuhan
dihabiskan nutrisi
oleh pasien pasien.
setiap hari.
Perhitungan
balance
cairan
Input :
Makanan =
100
Minuman =
100
Infuse = 200
Total = 400
Output :
Muntah =
200
Urine = 100
Keringat =
100
Feses = 50
Total = 450
IWL = input
– output
IWL = 400-450 =
-50 (dehidrasi
ringan)
7. Jelaskan 7. peningkatan
pada klien pengetahuan
tentang klien dapat
pentingnya menaikan
nutrisi bagi partisipasi
tubuh bagi klien
dalam asuhan
keperawatan.
4. REFERENSI
 Grace, Pierce A dan Neil R. Borley. At a Glance Ilmu Bedah. Alih
bahasa dr. Vidia Umami. Editor Amalia S. Edisi 3. Jakarta: Erlangga.
2009
 NANDA, 2012 Diagnosa Nanda (NIC dan NOC). Jakarta: Perima
Medika
 Muttaqin, Arif dan kumala Sari. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi
Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika, 2011

Anda mungkin juga menyukai