Anda di halaman 1dari 13

MANUSKRIP

MENINGKATKAN KINERJA PERAWAT MELALUI PELATIHAN MODEL


ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL

Disusun oleh :

TEDI ADRIANSAH
NIM. J.1814901013

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
TASIKMALAYA
2019
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1- KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
Laporan Tugas Akhir, September 2019

TEDI ARDIANSAH

ABSTRAK

MENINGKATKAN KINERJA PERAWAT MELALUI PELATIHAN MODEL


ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL DI RSUD dr. SOEKARDJO
TASIKMALAYA

ix bagian awal + 41 halaman + 4 lampiran

Perawat sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas asuhan keperawatan dan
merupakan faktor yang paling menentukan untuk tercapainya pelayanan kesehatan yang
optimal dengan asuhan keperawatan yang bermutu. Salah satu strategi yang untuk
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan adalah dengan pelaksanaan program model
asuhan keperawatan profesional. data dari Di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya BOR
(Bed Occupation Rate) pada tahun 2012 sebesar 58,05%, pada tahun 2013 menurun
menjadi 55,65%, dan menurut data terakhir pada tahun 2014 persentase BOR sebesar
50,78%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya dalam meningkatkan kinerja
perawat melalui pelatihan asuhan keperawatyan profesional di RSUD dr. Soekardjo
Tasikmalaya. Jenis penelitian kuantitatif menggunakan metode deskriptif dan
pendekatan studi literatur. Data diperoleh dengan menggunakan data reiew penelitian
sebelumnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa intervensi
untuk meningkatkan kinerja perawat diantaranya adalah manajemen model asuhan
keperawatan profesional, semakin baik komunikasi oleh perawat kepada pasien atau
keluarga pasien maka semakin baik penilaian terhadap kualitas pelayanan keperawatan.
Selain itu pelatihan komunikasi asertif meningkatkan kinerja perawat karena dengan
adanya pelatihan, perawat bisa menerapkan dilingkungan kerja sebagai salah satu
upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

Kata Kunci : Kinerja perawat, pelatihan model asuhan keperawatan profesional

Kepustakaan : 23 (2010-2018)
PENDAHULUAN Sistem Pengembangan Manajemen
Perawat merupakan sumber daya Kinerja Klinik (SPMKK). Sistem ini
manusia yang ikut mewarnai pelayanan telah diuji cobakan pada tahun 2002,
kesehatan baik di rumah sakit maupun dievaluasi pada tahun 2003-2004, dan
puskesmas, karena selain jumlahnya pada saat ini telah diterapkan di 9
yang dominan, juga merupakan profesi propinsi dan 35 kabupaten/kota. Lebih
yang memberikan pelayanan yang lanjut SPMKK telah dijadikan kebijakan
konstan dan terus menerus 24 jam nasional dengan nama baru yaitu
kepada pasien setiap hari. Pelayanan Peningkatan Manajemen Kinerja (PMK)
keperawatan memberi konstribusi dalam melalui SK Menkes.
menentukan kualitas pelayanan di rumah Kinerja perawat pada tatanan
sakit maupun puskesmas (PPNI, 2011). klinis dapat diukur dnegan menggunakan
Rumah sakit adalah suatu unit "indikator kinerja klinis" sebagai langkah
pelayanan kesehatan yang merupakan untuk mewujudkan komitmennya agar
fasilitas kesehatan dasar. Suatu rumah dapat menilai tingkat kemampuan
sakit dituntut untuk lebih bermutu sesuai individu dalam tim kerja. Perawat
dengan masalah kesehatan masyarakat diharapkan tumbuh kesadaran, kemauan
yang potensial berkembang di wilayah dan mampu mengidentifikasi kualitas
kerjanya masing–masing. Departemen kinerja masing-masing, untuk dimonitor,
Kesehatan Indonesia bekerjasama diperbaiki serta ditingkatkan secara
dengan World Health Organiztion terus-menerus. Model pengembangan
(WHO) menilai terhadap 1.000 perawat dan manajemen kinerja klinis (SPMKK)
dan bidan di 4 propinsi, hasil penilaian bagi perawat, dimulai dari elemen
menunjukkan bahwa pada saat itu tidak terkecil dalam organisasi yaitu pada
terdapat sistem manajemen yang tingkat "First Line Manager" (kepala
mendukung terwujudnya kinerja klinik ruang), karena produktifitas (jasa) berada
yang baik. Atas dasar ini maka pada langsung ditangan individu-individu
tahun 2001 berbagai pihak dengan dalam kerja tim (Tjahyono, 2006).
dukungan dari WHO, Indonesia dan Upaya peningkatan kinerja
lembaga donor mengembangkan sebuah petugas kesehatan di rumah sakit sangat
sistem peningkatan kinerja klinik bagi penting dan sudah merupakan tuntutan
perawat dan bidan yang disebut sebagai karena adanya berbagai aspek yang
berhubungan dengan upaya peningkatan memuaskan tentunya dengan penerapan
pelayanan kesehatan. Termasuk model asuhan keperawatan professional
kemampuan apakah dari segi pendidikan, atau MAKP karena kepuasan pasien
pelatihan, dan lama kerja, juga motivasi ditentukan salah satunya dengan
kerja. Upaya mencapai kinerja yang baik, pelayanan keperawatan yang optimal
maka upaya tersebut harus dilaksanakan (Fisbach, 1991 dalam jurnal Nur
secara terpadu dan multi disiplin sera Hidayah, 2014).
melibatkan seluruh tenaga kesehatan Beberapa penelitian yang
yang terkait (Innong, 2010). berkaitan dengan faktor-faktor yang
Kinerja seseorang dipengaruhi mempengaruhi kinerja perawat, di
oleh faktor lingkungan internal antaranya oleh Zuhriana (2012)
organisasi, faktor lingkungan eksternal, mengenai faktor yang berhubungan
dan faktor internal karyawan atau dengan kinerja perawat di Unit Rawat
pegawai. Kinerja tenaga kesehatan Inap Rumah Sakit Umum Daerah
merupakan masalah yang sangat penting (RSUD) Bula Kabupaten Seram Bagian
untuk dikaji dalam rangka Timur. Hasil penelitiannya
mempertahankan dan meningkatkan menunjukkan, ada hubungan antara
pembangunan kesehatan. pengetahuan (p 0.021), motivasi (0.019),
Salah satu strategi yang untuk dan disiplin kerja (0.034) dengan kinerja
meningkatkan mutu pelayanan perawat di unit rawat inap RSUD.
keperawatan adalah dengan pelaksanaan Penelitian lain terkait metode
Sistem model asuhan keperawatan asuhan keperawatan profesi seperti
professional (MAKP).Model tersebut dilakukan oleh Bumulo (2017)
merupakan suatu kerangka kerja yang menemukan kualitas pelayanan
mendefinisikan empat unsur yakni keperawatan baik sebanyak 10 responden
standar, proses keperawatan, pendidikan (62,5%) dan post test sebanyak 16
keperawatan, sistem MAKP. Perawat responden (100%) dan didapatkan nilai
profesional dalam memberikan (p)= 0,014. Kesimpulan ini menunjukkan
pelayanan keperawatan di masa depan ada pengaruh manajemen terhadap
adalah harus dapat berkomunikasi secara kualitas pelayanan keperawatan. Hasil
lengkap, adekuat dan cepat (Nursalam, penelitian stefan (2013) dengan judul
2012). Pelayanan keperawatan akan lebih hubungan karakteristik pasien dengan
kepuasan pasien terhadap kualitas kesehatan sebesar 60-85% (Depkes RI
pelayanan kesehatan di puskesmas 2018).
kecamatan pesanggrahan Jakarta selatan Rumah sakit perlu
menunjukkan bahwa ada hubungan mempertimbangkan model asuhan
antara jenis kelamin dengan kepuasan keperawatan profesi sebagai salah satu
pasien terhadap mutu pelayanan program yang dapat diterapkan di ruang
kesehatan rawat inap. Berdasarkan uraian tersebut
Sebagai salah satu pemberi peneliti tertarik untuk mengetahui
layanan kesehatan yang berada di tingkat upaya dalam meningkatkan kinerja
Kota Tasikmalaya maka RSUD dr. perawat melalui pelatihan model
Soekardjo sebagai rumah sakit rujukan se asuhan keperawatan profesi Ners di
priangan timur yang menyediakan RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya.
berbagai fasilitas Rawat Inap harus METODE
memberikan pelayanan yang memuaskan Jenis penelitian kuantitatif menggunakan
bagi pasien. Menurut data dari Di RSUD metode deskriptif dan pendekatan studi
dr. Soekardjo Tasikmalaya BOR (Bed literatur. Data diperoleh dengan
Occupation Rate) pada tahun 2012 menggunakan data review penelitian
sebesar 58,05%, pada tahun 2013 sebelumnya.
menurun menjadi 55,65%, dan menurut
data terakhir pada tahun 2014 persentase PEMBAHASAN
BOR sebesar 50,78% (profil Di RSUD Penelitian yang dilakukan Bumulo
dr. Soekardjo , 2014). (2017) mengenai Pengaruh Manajemen
Melihat dari data diatas, dapat Model Asuhan Keperawatan Profesional
dikatakan bahwa mutu pelayanan rumah Tim Terhadap Kualitas Pelayanan
sakit dikatakan belum cukup baik, yang Keperawatan Di Bangsal Pria RSUD
dapat dibuktikan dengan BOR yang tidak Datoe Binangkang Kabupaten Bolaang
memenuhi standar nasional. Hasil Mongondow. Metode Penelitian yang
perhitungan BOR tersebut harus digunakan yaitu pre eksperimental
dibandingkan dengan standar mutu dengan rancangan penelitian pre and post
nasional yakni standar nasional test without control. Teknik pengambilan
persentase BOR 75-85% dan target sampel dalam penelitian ini
pencapaian BOR menurut Dinas menggunakan simple random sampling
dengan jumlah 16 sampel. Pengumpulan Melihat dari beberapa penelitian
data dilakukan dengan menggunakan didapatkan pada dasarnya hasil
kuesioner. Pengolahan data penelitian terdahulu menemukan adanya
menggunakan program komputer dengan pengaruh atau hubungan antara variabel
uji wilcoxon dengan tingkat kemaknaan bebas dengan variabel terikat. Yang
95% (a = 0.05). Hasil penelitian menjadi fokus dalam penelitian ini
menunjukkan jumlah responden saat pre adalah kinerja/kepuasan dan
test menyatakan kualitas pelayanan produktifitas kerja perawat, sedangkan
keperawatan baik sebanyak 10 responden intervensi yang dilakukan dalam
(62,5%) dan post test sebanyak 16 penelitian ini adalah model asuhan
responden (100%) dan didapatkan nilai perawatan profesi dalam upaya
(p)= 0,014. Kesimpulan ini menunjukkan meningkatkan kinerja perawat.
ada pengaruh manajemen terhadap Penelitian yang dilakukan oleh
kualitas pelayanan keperawatan. Bumulo (2017) yang meneliti tentang
Penelitian Allfar End Honey Kualitas Pelayanan Keperawatan
(2012) dalam penelitiannya diadpatkan bahwa adanya pengaruh dari
menunjukkan terdapat penurunan pelatihan penerapan model asuhan
kejadian konflik interpersonal dan keperawatan tyerhadap kualitas
peningkatan kinerja pada responden pelayanan. Dalam penelitiannya
dengan p =0,00 ( p < 0,05 ), ini dijelaskan satu cara untuk meningkatkan
menunjukkan terdapat pengaruh dari kualitas pelayanan keperawatan yaitu
pelatihan komunikasi asertif terhadap terdapat pada proses komunikasi yang
kinerjanya dalam memberikan asuhan baik yang dilakukan oleh perawat kepada
keperawatan diruangan rawat inap. pasien/keluarga pasien.
Disarankan kepada pihak rumah sakit Menurut Kuntoro (2010) bahwa
untuk memberikan pelatihan komunkasi manajemen keperawatan diartikan
asertif kepada seluruh perawat sehingga sebagai proses pelaksanaan pelayanan
perawat bisa menerapkan dilingkungan keperawatan melalui upaya staf
kerja sebagai salah satu upaya keperawatan untuk memberikan asuhan
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan, pengobatan dan rasa aman
keperawatan. kepada pasien/ keluarga serta
masyarakat.
Beberapa keuntungan dari metode dalam memberikan pelayanan lebih
tim dalam pemberian asuhan memperhatikan kebutuhan pasien
keperawatan adalah dapat memberikan misalnya keramahan dalam memberikan
kepuasan kepada pasien dan perawat, pelayanan keperawatan. Hal ini sesuai
Pasien merasa diperlakukan lebih dengan hasil penelitian Desimawati
manusiawi karena pasien memiliki (2013) di ruang rawat inap Kabupaten
sekelompok perawat yang lebih Jember bahwa ada hubungan layanan
mengenal dan memahami kebutuhannya, keperawatan dengan tingkat kepuasan
dan Perawat dapat mengenali pasien pasien.
secara individual karena perawatannya Hasil penelitian ini sesuai dengan
menangani pasien dalam jumlah yang Penelitian ahmad sigit (2009) bahwa
sedikit. manajemen di RSUD Blambangan yang
Kuntoro (2010) beberapa langkah menggunakan metode tim berjalan baik.
penting untuk melakukan pengawasan Nursalam (2011) bahwa salah satu
manajerial yaitu mengukur hasil/ prestasi bagian dalam strategi membuat
yang telah dicapai dan membandingkan perubahan yaitu Sistem komunikasi yang
hasil yang dicapai dengan tolak ukur atau jelas, singkat dan berkesinambungan
standar yang telah ditetapkan yaitu dimana semakin banyak orang yang
sebelumnya. Nursalam (2014) salah satu mengetahui tentang keadaan maka
peran anggota tim yaitu menjelaskan mereka akan semakin baik dan mampu
intervensi yang akan dilakukan pada dalam memberikan pandangan kedepan
pasien. dan mengurangi kecemasan.
Hasil penelitian Sudian (2012) Hasil ini konsisten dengan
bahwa ada hubungan yang bermakna penelitian Aulia,dkk (2014),yang
antara komunikasi dengan kepuasan menemukan bahwa pelatihan mempunyai
pasien. Hal ini sesuai dengan (Nursalam, pengaruh signifikan terhadap kinerja
2012) bahwa salah satu faktor yang perawat rawat inap di RSUD Kabupaten
mempengaruhi kepuasan pasien terdapat Siak. Hal ini menggambarkan bahwa
pada kinerja perawat dimana salah satu dengan adanya pelatihan dapat
unsur yang ikut mempengaruhi yaitu meningkatkan dan memperbaiki kinerja
keramahan perawat kepada pasien, perawat. Hal ini juga diperkuat penelitian
Institusi pelayanan dianggap baik apabila Lumbanraja (2010), yang membuktikan
bahwa terdapat perbedaan prestasi kerja seseorang bergantung pada besar atau
perawat sebelum dan sesudah mengikuti kecilnya keyakinan dalam individu itu
pelatihan di Badan Pelayanan Kesehatan sendiri bahwa dia akan berhasil dalam
Rumah Sakit Umum Daerah Langsa. memenuhi kebutuhannya (Marquis &
Pelatihan yang telah diikuti oleh perawat Huston,2013).
dapat meningkatkan prestasi kerja, begitu Pelatihan model asuhan
juga penelitian yang dilakukan oleh Dai keperawatan yang dilakukan dapat
(2008) tentang hubungan antara meningkatkan pengetahuan dan
pelatihan terhadap kinerja perawat, keterampilan perawat terhadap asuhan
menyatakan ada hubungan yang keperawatan terlebih lagi akan
signifikan antara pelatihan dengan memberikan dampak pada produktivitas
kinerja dengan interprestasi bahwa dan kepuasan kerja perawat sehingga
pelatihan yang diberikan sangat kinerja perawat semakin baik. Selain itu
menambah ilmu pengetahuan sehingga juga menurut peneliti, kinerja perawat
dapat meningkatkan kinerja. Hal ini meningkat karena proses model asuhan
membuktikan bahwa pelatihan keperawatan mampu membuat perawat
berpengaruh dalam kinerja seseorang. merasa di anggap penting, berharga dan
Peningkatan profesionalisme dibutuhkan dalam pekerjaannya. Perawat
perawat ini juga tidak terlepas dari merasa memperoleh penghargaan yang
berbagai faktor, yaitu salah satunya adil, mendapat pengaruh yang positif
adalah motivasi. Adanya motivasi dari rekan kerja, peningkatan prestasi
tersebut diharapkan perawat akan lebih dan pengembangan kemampuan diri,
semangat dan bergairah dalam otonomi dan tanggungjawab serta
melaksanakan pekerjaannya sesuai tercipta hubungan yang baik antara
dengan prosedur dan tanggung jawab kepala ruangan dan sesama teman kerja.
serta memiliki disiplin yang tinggi. Penelitian terakhir adakah Allfar
Motivasi bertujuan untuk meningkatkan End Honey (2012), dalam penelitiannya
prestasi dan produktivitas kerja bawahan menemukan terdapat penurunan kejadian
guna mencapai tujuan organisasi. konflik interpersonal dan peningkatan
Motivasi yang dimiliki oleh seseorang kinerja pada responden dengan p =0,000.
berkaitan dengan upaya untuk memenuhi Melihat dari penelitian tersebut dapat
kebutuhan, maka kuatnya motivasi dikemukakan bahwa salah satu faktor
yang turut mempengaruhi tinggi terjadi karena seseorang secara konstan
rendahnya kinerja perawat dalam berinteraksi dengan orang lain sehingga
melaksanakan pelayanan keperawatan di ditemukan perbedaan-perbedaan
rumah sakit adalah adanya konflik, (Kuntoro,2010 ;Nursalam, 2007).
pengambilan keputusan, gaya Untuk dapat berkomunikasi
kepemimpinan, supervisi, dan motivasi dengan cara asertif diperlukan latihan-
kerja. latihan untuk memperdalam kemampuan
Konflik yang terjadi dalam tersebut agar bisa diterapkan dalam
organisasi seperti di bangsal perawatan lingkungan kerja, hal ini dapat dilakukan
rumah sakit, haruslah segera dikenali dan melalui program pelatihan komunikasi
dikelola dengan baik, seorang perawat asertif (Assertive Training) yaitu suatu
harus mampu mengelola konflik yang rangkaian kegiatan yang memberikan
terjadi , karena apabila konflik tidak latihan keterampilan dalam
dikelola dengan baik dapat menurunkan berkomunikasi yang bertujuan
produktifitas dan kwalitas kerja perawat memberikan inspirasi, tips, dan
yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencerahan mengenai aspek-aspek dalam
pelayanan keperawatan di rumah sakit komunikasi asertif terutama yang
sebagai salah satu faktor penentu citra dibutuhkan oleh setiap individu di
suatu rumah sakit dimata masyarakat lingkungan kerjanya serta menghindari
(Kuntoro, 2010 ; Keizer, 1999). konflik dengan segala akibatnya.
Konflik didefenisikan sebagai (Kuntoro, 2010; Corey, 2007).
suatu kondisi dimana terjadi suatu Berdasarkan penelitian yang
pertentangan antara harapan terhadap dilakukan Kristianingsih (2008), yang
dirinya, orang lain, organisasi dengan mengidentifikasi hubungan antara
kenyataan. Konflik yang terjadi dapat perilaku asertif dengan stress kerja
dibedakan menjadi tiga, yaitu konflik sebagai penyebab konflik pada Perawat
intrapersonal, konflik interpersonal, dan di Rumah Sakit Umum Magetan dan
konflik antar kelompok. Rumah Sakit Griya Husada Madiun,
Konflik interpersonal adalah diperoleh hubungan yang berkolerasi
konflik yang terjadi antara dua orang antara stress dengan perilaku asertif,
atau lebih, disebabkan perbedaan nilai, dimana semakin perawat berperilaku
tujuan dan keyakinan, konflik ini sering
asertif maka stress kerja yang dialaminya itu, pelatihan terikat dengan berbagai
semakin rendah. tujuan organisasi, pelatihan yang dapat
Penelitian yang dilakukan oleh dipandang secara sempit maupun luas.
Kasenda (2006) mengenai hubungan Pelatihan tersebut ditekankan pada
antara pelatihan dan motivasi dengan penguasaan komponen SPMKK
kinerja perawat di ruang rawat inap diantaranya adalah standar, uraian tugas,
RSUD Liunkendage Tahuna, dalam indikator kinerja, sistem monitoring , dan
penelitiannya menemukan dari hasil diskusi refleksi kasus.
analisis dengan menggunakan uji fisher’s Hardjana (2001) menyatakan
exact diperoleh hasil p = 0,003 (p< 0,05). bahwa sebuah pelatihan efektif bila
Jadi terdapat hubungan antara pelatihan perusahaan mengadakan evaluasi
dengan kinerja perawat di Ruang Rawat terhadap kebutuhan pelatihan. Beberapa
Inap RSUD Liunkendage Tahuna. cara dalam menentukan kebutuhan
Menurut analisis peneliti, hal pelatihan melalui beberapa metode
diatas dapat membuktikan bahwa antara lain wawancara, kuesioner, audit
pelatihan ataupun diklat yang terhadap bagian terkait, biaya atau
dilaksanakan oleh suatu instansi dapat efisiensi. Sehingga dengan memperoleh
merubah kinerja dari pegawai atau pelatihan, dapat memberikan kintribusi
petugas. Hasil penelitian ini terhadap kinerja perawat yang pada
mengindikasikan bahwa pelatihan yang akhirnya dapat menimbulkan kepuasan
diikuti oleh perawat memberikan pasien
kontribusi terhadap peningkatan kinerja Proses pelatihan yang diikuti oleh
perawat, dengan demikian pelatihan perawat terikat dengan berbagai tujuan
perawat berpengaruh terhadap kinerja dari rumah sakit. Ada batasan yang
karena dengan proses pelatihan tersebut ditarik antara pelatihan dengan
dapat meningkatkan kemampuan dan pengembangan, pengembangan yang
kompetensi perawat. bersifat lebih luas dalam cakupan serta
Hal ini sesuai dengan teori dari memfokuskan pada individu untuk
Mathis (2002), pelatihan adalah suatu mencapai kemampuan baru yang
proses di saat orang-orang mencapai berguna baik bagi pekerjaannya saat ini
kemampuan tertentu untuk membantu maupun di masa mendatang.
mencapai tujuan organisasi. Oleh karena
Begitupun dengan supervisi dari asuhan keperawatan telah memberi
atasan, supervisi atau monitoring yang implikasi terhadap peningkatan
dilakukan oleh kepala atau atasan kerja kemampuan perawat baik dari aspek
memberikan kontribusi terhadap kinerja pengetahuan maupun keterampilan

perawat, hal ini karena dengan adanya perawat dalam pemberian asuhan

supervisi, kinerja merasa adanya keperawatan sehingga kinerja perawat

pengarahan atau dievaluasi kinerjanya dalam pemberian asuhan keperawatan


semakin optimal.
sehingga hal tersebut dapat
meningkatkan kinerja dalam asuhan
KESIMPULAN
keperawatan. Hal ini didukung melalui
Berdasarkan hasil penelitian dan
teori Gibson (2006) monitoring akan
uraian pembahasan mengenai pengaruh
dapat dipantau penyimpangan-
pelatihan terhadap kinerja perawat dapat
penyimpangan yang terjadi.
disimpulkan bahwa terdapat beberapa
Penyimpangan harus dikelola dengan
intervensi untuk meningkatkan kinerja
baik oleh manajer perawat untuk
perawat diantaranya adalah manajemen
diluruskan kembali agar kegiatan yang
model asuhan keperawatan profesional,
dilakukan sesuai dengan standar. Ada
semakin baik komunikasi oleh perawat
tiga indikator kinerja perawat yang perlu
kepada pasien atau keluarga pasien maka
dimonitor, yaitu ; administratif, klinis
semakin baik penilaian terhadap kualitas
dan pengembangan staf.
pelayanan keperawatan. Kemudian
Kinerja perawat dapat meningkat dengan
pelatihan model asuhan keperawatan
adanya faktor pengetahuan, motivasi,
yang telah memberi implikasi terhadap
pelatihan dan supervisi. Sehingga dari
peningkatan kemampuan perawat baik
hasil penelitian dapat menberikan
dari aspek pengetahuan maupun
implikasi bagi pelayanan yaitu sebagai
keterampilan perawat dalam pemberian
acuan dalam asuhan keperawatan.
asuhan keperawatan.
Semakin baik komunikasi oleh perawat
kepada pasien atau keluarga pasien maka SARAN

semakin baik penilaian terhadap kualitas 1. Bagi perawat

pelayanan keperawatan, serta ada pengaruh Perawat disarankan dapat


manajemen model asuhan keperawatan meningkatkan pengetahuan dengan
professional tim terhadap kualitas mengikuti pelatihan SPMKK,
pelayanan keperawatan. Pelatihan model mengikuti seminar terkait dengan
asuhan keperawatan sehingga dapat Interpersonal terhadap
Kinerjanya dalam Memberikan
meningkatkan kinerja.
Asuhan Keperawatan di Ruang
2. Bagi Di RSUD dr. Soekardjo Rawat Inap RSUD Solok
Bagi pihak stakeholder disarankan Bernadin dan Russel, 2008. Human
untuk memberikan motivasi kepada Resourcess Management,
Second Edition, MGIH, Boston.
perawat dengan cara melakukan
supervisi, memberikan penghargaan Cushway B, 2006. Human Resouces
Manajement, PT. Elex Media
bagi perawat yang memiliki kinerja Komputindo, Jakarta.
baik.
Gibson, JK, et al, 2006. Perilaku-
3. Bagi FIKes Universitas Struktur-Proses, Jilid I Edisi
Muhammadiyah Kedelapan, Adiami N (Alih
Bahasa), Bina Rupa Aksara,
Sebaiknya Fakultas Kesehatan dapat Jakarta.
menjadi sumber informasi dalam
Handoko, 2005. H, Manajemen
pengembangan ilmu pengetahuan Personalia dan Sumber Daya
khususnya manajemen keperawatan Manusia. Edisi II. BPFE,
Yogyakarta.
melalui seminar, workshop atau
kegiatan lainnya. Hardjana (2001) Hubungan Pelatihan,
Motivasi Kerja dengan Kinerja
4. Peneliti selanjutnya Perawat di Instalasi Rawat Inap
Perlu dilakukan penelitian lebih RSUD Kota Semarang 2003.
Pascasarjana IKM-Undip.
lanjut mengenai faktor yang http://www.indip.ac.id dikases
mempengaruhi kinerja perawat tanggal 10 September 2019
seperti faktor gaya kepemimpinan, Innong, 2010. Gambaran Kinerja
sikap, kemampuan dengan tenaga kesehatan di Puskesmas
Maritengngae Kabupaten
menggunakan analisis multivariat Sidrap.(Skripsi) Sekolah Tinggi
sehingga dapat diketahui faktor yang Ilmu kesehatan Baramuli.
Kasenda (2006). Hubungan Antara
lebih dominan yang mempengaruhi Pelatihan Dan Motivasi Dengan
kinerja perawat. Kinerja Perawat Di Ruang
Rawat Inap Rsud Liunkendage
Tahuna. http://www.usr.ac.id
DAFTAR PUSTAKA dikases tanggal 10 September
2019
Allfar End Honey 2012 Pengaruh
Pelatihan Komunikasi Asertif Kuncoro, 2007. Regulasi Kesehatan Di
pada Perawat Pelaksana yang Indonesia, Andi Yogyakarta,
Mengalami Konflik 2007
Luthans, fred, 2012 Organizational PPNI. 2011. Standar praktek
Bihavior, Singapore: McGraw keperawatan profesional ,
Hill Book. Jakarta 20101

Mathis (2002). Human Resource Suharjo, 2006. Manajemen Sumber


Management (Manajemen Daya Manusia. Jakarta:
Sumber Daya Manusia), Erlangga.
Salemba Empat Jakarta
Tjahyono, 2006. pengembangan
Mohammad Iqbal Bumulo (2017). Instrumen Pengembangan
Pengaruh Manajemen Model Manajemen kinerja (PMK)
Asuhan Keperawatan seluruh tenaga Klinik
Profesional Tim Terhadap puskesmas, pusat manajemen
Kualitas Pelayanan pelayanan kesehatan FK UGM
Keperawatan Di Bangsal Pria bekerja sama dengan WHO,
RSUD Datoe Binangkang
Kabupaten Bolaang Wijono, 2010. Manajemen Mutu
Mongondow. Pelayanan Kesehatan Vol 1,
Nur Nasution, 2005. Manajemen Mutu Airlangga University Pres
Terpadu Edisi Kedua, Ghalia
Indonesia, Zuhriana (2012) Faktor yang
berhubungan dengan kinerja
Nursalam, 2012. Manajemen perawat di Unit Rawat Inap
keperawatan (aplikasi dalam Rumah Sakit Umum Daerah
keprawatan praktek profesional) (RSUD) Bula Kabupaten Seram
edisi I Salemba Medica Jakarta Bagian Timur.

Anda mungkin juga menyukai