PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Permasalahan
1. Definisi
Periode puerperium, nifas, post partum atau pasca persalinan adalah periode
setelah kelahiran bayi, dimulai sejak lahirnya plasenta sampai 6 minggu sesudahnya,
saat kondisi anatomi dan fisiologi dari hampir semua organ reproduksi dan organ-
organ lain telah mengalami involusi dan kembali ke kondisi seperti sebelum
kehamilan. Beberapa organ baru kembali ke kondisi semula beberapa minggu-bulan
sesudah persalinan (misalnya ureter), beberapa organ lain bahkan tidak mungkin
kembali ke kondisi sebelum kehamilan, misalnya perineum. Asuhan masa nifas
diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya.
Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan
dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Program dan kebijakan
pemantauan masa nifas minimal 4 kali. Pemantauan pertama (6-8 jam setelah
persalinan), kedua (6 hari setelah kelahiran), ketiga (2 minggu setelah kelahiran) dan
keempat (6 minggu setelah kelahiran).
Periode puerperium terdiri dari
a. Puerperium dini : Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-
jalan.
b. Puerperium Intermedial : Kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya
6-8 minggu.
c. Remote Puerperium : Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat. Sempurna
terutama bila selama hamil/ waktu persalinan mempunyai komplikasi.4
3. Pemeriksaan Pascapersalinan
Pada wanita yang bersalin secara normal, sebaiknya dianjurkan untuk kembali
6 minggu sesudah melahirkan. Namun bagi wanita dengan persalinan luar biasa harus
kembali untuk kontrol seminggu kemudian. Pemeriksaan pasca persalinan meliputi :
a) Pemeriksaan keadaan umum: tensi, nadi, suhu badan, selera makan, keluhan, dll
b) Keadaan payudara dan puting susu.
c) Dinding perut, perineum, kandung kemih, rektrum.
d) Sekret yang keluar (lochia, flour albus).
e) Keadaan alat-alat kandungan (cervix, uterus, adnexa).
Pemeriksaan sesudah 40 hari ini tidak merupakan pemeriksaan terakhir, lebih-
lebih bila ditemukan kelainan meskipun sifatnya ringan. Alangkah baiknya bila cara
ini dipakai sebagai kebiasaan untuk mengetahui apakah wanita sesudah bersalin
menderika kelainan biarpun ringan. Hal ini banyak manfaatnya agar wanita jangan
sampai menderita penyakit yang makin lama makin berat hingga tidak dapat atau
susah diobati.
Nasihat untuk ibu post natal:
a) Fisioterapi pastnatal adalah baik diberikan
b) Susukanlah bayi anda
c) Kerjakan senam hamil
d) Ber-KB untuk menjarangkan anak dan untuk kesehatan ibu, bayi dan
keluarganya.
e) Bawalah bayi untuk imunisasi.5
4. Masalah nifas
a. Metritis
Metritis ialah infeksi pada uterus setelah persalinan. Keterlambatan terapi akan
menyebabkan abses, peritonitis, syok, trombosis vena, emboli paru, infeksi
panggul kronik, sumbatan tuba, infertilitas.
1) Faktor Predisposisi: kurangnya tindakan aseptik saat melakukan tindakan,
kurangnya higiene pasien,kurangnya nutrisi
2) Tanda dan Gejala
a) Demam >380C dapat disertai menggigil
b) Nyeri perut bawah
c) Lokia berbau dan purulen
d) Nyeri tekan uterus
e) Subinvolusi uterus
f) Dapat disertai perdarahan pervaginam dan syok
b. Abeses pelvis
Abses pelvis adalah abses pada regio pelvis
1) Faktor Predisposisi: metritis (infeksi dinding uterus) pasca kehamilan
2) Diagnosis
a) Nyeri perut bawah dan kembung
b) Demam tinggi-menggigil
c) Nyeri tekan uterus
d) Respon buruk terhadap antibiotika
e) Pembengkakan pada adneksa atau kavum Douglas
f) Pungsi kavum Douglas berupa pus
c. Infeksi luka perineum dan abdominal
Infeksi luka perineum dan luka abdominal adalah peradangan karena masuknya
kuman-kuman ke dalam luka episotomi atau abdomen pada waktu persalinan dan
nifas, dengan tanda-tanda infeksi jaringan sekitar.
1) Faktor Predisposisi: kurangnya tindakan aseptik saat melakukan penjahitan,
kurangnya higiene pasien, kurangnya nutrisi
2) Diagnosis
a) Luka mengeras
b) Keluar cairan bernanah
c) Merah di sekitar luka
d. Abses, seroma, dan hematoma pada luka
1) Diagnosis
a) Nyeri tekan pada luka disertai keluarnya cairan atau darah
b) Eritema ringan di luar tepi insisi
e. Tetanus
Tetanus merupakan penyakit yang langka dan fatal yang mempengaruhi susunan
saraf pusat dan menyebabkan kontraksi otot yang nyeri.
1) Diagnosis
a) Trismus
b) Kaku kuduk, wajah
c) Punggung melengkung
d) Perut kaku seperti papan
e) Spasme spontan
2) Faktor Predisposisi
a) Imuniasasi tidak lengkap / tidak imunisasi
b) Luka tusuk
c) Sisa paku atau kayu yang menusuk tertinggal di dalam
d) Adanya infeksi bakteri lainnya
f. Mastitis
Inflamasi atau infeksi payudara
1) Diagnosis
a) Payudara (biasanya unilateral) keras, memerah, dan nyeri
b) Dapat disertai demam >380 C
c) Paling sering terjadi di minggu ke-3 dan ke-4 postpartum, namun dapat
terjadi kapan saja selama menyusui
2) Faktor Predisposisi
a) Menyusui selama beberapa minggu setelah melahirkan
b) Puting yang lecet
c) Menyusui hanya pada satu posisi, sehingga drainase payudara tidak
sempurna
d) Menggunakan bra yang ketat dan menghambat aliran ASI
e) Riwayat mastitis sebelumnya saat menyusui
g. Bendungan payudara
Bendungan payudara adalah bendungan yang terjadi pada kelenjar
payudara oleh karena ekspansi dan tekanan dari produksi dan penampungan ASI.
1) Diagnosis
a) Payudara bengkak dan keras
b) Nyeri pada payudara
c) Terjadi 3 5 hari setelah persalinan
d) Kedua payudara terkena
2) Faktor Predisposisi
a) Posisi menyusui yang tidak baik
b) Membatasi menyusui
c) Membatasi waktu bayi dengan payudara
d) Memberikan suplemen susu formula untuk bayi
e) Menggunakan pompa payudara tanpa indikasi sehingga menyebabkan
suplai berlebih
f) Implan payudara Tatalaksana
h. Retraksi puting
Suatu kondisi dimana putting tertarik ke dalam payudara. Pada beberapa
kasus, puting dapat muncul keluar bila di stimulasi, namun pada kasuskasus lain,
retraksi ini menetap.
1) Diagnosis
a) Grade 1 Puting tampak datar atau masuk ke dalam, puting dapat
dikeluarkan dengan mudah dengan tekanan jari pada atau sekitar areola.
Terkadang dapat keluar sendiri tanpa manipulasi, saluran ASI tidak
bermasalah, dan dapat menyusui dengan biasa.
b) Grade 2 Dapat dikeluarkan dengan menekan areola, namun kembali
masuk saat tekanan dilepas, terdapat kesulitan menyusui. Terdapat fibrosis
derajat sedang. Saluran ASI dapat mengalami retraksi namun pembedahan
tidak diperlukan. Pada pemeriksaan histologi ditemukan stromata yang
kaya kolagen dan otot polos.
c) Grade 3 Puting sulit untuk dikeluarkan pada pemeriksaan fisik dan
membutuhkan pembedahan untuk dikeluarkan. Saluran ASI terkonstriksi
dan tidak memungkinkan untuk menyusui. Dapat terjadi infeksi, ruam,
atau masalah kebersihan u Secara histologis ditemukan atrofi unit lobuler
duktus terminal dan fibrosis yang parah.6
DAFTAR PUSTAKA
1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Pusat data dan informasi kesehatan
RI. http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-ibu.pdf.
Diakses Agustus 2017
3. WHO, Departemen Kesehatan RI, et al. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas
Kesehatan Dasar dan Rujukan (Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan) Edisi Pertama. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI; 2013.
4. Mochtar, R. (2004), Sinopsis Obstetri Fisiologi Patologi, Edisi III, EGC, Jakarta.
6. Kementerian Kesehatan RI. 2013. Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas
kesehatan dasar dan rujukan. Jakarta:Kemenkes RI.