Anda di halaman 1dari 11

MKA, Volume 37, Nomor 3, Desember 2014 http://jurnalmka.fk.unand.ac.

id

Tinjauan Pustaka

TEKNIK PEMERIKSAAN PADA MIKROTROPIA

Lona Diolanda, Sri Handayani Mega Putri

Abstrak
Mikrotropia merupakan strabismus sudut kecil (kurang dari 5) yang disertai dengan ARC dan
ketajaman stereopsis yang berkurang atau tidak ada sama sekali. Mikrotropia sering disertai
dengan sindroma monofiksasi. Ini ditandai dengan adanya fusi perifer dan supresi di daerah
sentral (foveal suppresion scotoma) mata yang mengalami deviasi. Mikrotropia dapat dibagi
menjadi dua bentuk yaitu mikrotropia primer (mikrotropia with identity dan mikrotropia without
identity) dan mikrotropia sekunder. Pemeriksaan diagnostik pada mikrotropia bertujuan untuk
menunjukkan adanya penglihatan binokular perifer tanpa disertai penglihatan binokular sentral
pada penderita mikrotropia. Pada makalah ini akan membahas karakteristik klinik dan
pemeriksaan mikrotropia.
Kata kunci: mikrotropia, fusi perifer, skotoma supresi fovea

Abstract
Microtropia is defined as strabismus with a small deviation (less than 5), combined with
Anomalous Retinal Correspondence (ARC) and reduced or absent stereoacuity. Microtropia is
often accompanied by monofixation syndrome. It is characterized by peripheral fusion and
suppression in the central area (foveal suppresion scotoma) of the misaligned eye. There are two
forms of microtropia: primary microtropia (microtropia with identity; microtropia without identity)
and secondary microtropia. Diagnostic examination of microtropia aims at demonstrating
existence of peripheral binocular vision but no central binocular vision. This paper will discuss
about clinical characteristic and diagnostic of microtropia.
Keywords: microtropia, peripheral fusion, foveal suppresion scotoma

Afiliasi Penulis: Ophthalmology Department Faculty of Medicine Andalas University / Dr.M.Djamil Hospital Padang
Korespondensi: Lona Diolanda, email: diolandalona@yahoo.com

226
MKA, Volume 37, Nomor 3, Desember 2014 http://jurnalmka.fk.unand.ac.id

PENDAHULUAN Pada makalah ini akan dibahas


mengenai teknik-teknik diagnostik pada
Strabismus sudut kecil yang dike- mikrotropia.
nal sebagai mikrotropia telah dikenal
sejak lebih dari dari 40 tahun yang lalu. METODE
Hal ini telah menjadi subjek perdebatan
sejak Lang menciptakan istilah untuk Artikel ini ditulis berdasarkan hasil
menggambarkan strabismus sudut kecil penelusuran dan review kepustakaan
dengan Anomalous Retinal Correspon- mengenai mikrotropia.
dence (ARC), amplitudo fusi normal dan
berkurangnya kemampuan stereopsis. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada awalnya, Helveston dan Noorden
memakai istilah ini untuk kasus-kasus Penglihatan binokular dapat diarti-
dengan fiksasi eksentrik dan tidak ada kan sebagai keadaan visual yang simul-
pergerakan yang nyata pada cover- tan, yang didapat dengan penggunaan
uncover test.1 yang terkoordinasi dari kedua mata,
Mikrotropia merupakan strabismus sehingga bayangan yang sedikit berbeda
dengan deviasi kecil dan secara kos- dan terpisah yang timbul di tiap-tiap
metik tidak mengganggu. Keluhan pada mata dianggap sebagai suatu bayangan
umumnya tidak ada, tapi sebagian kecil tunggal dengan proses fusi. Dengan
pasien mengeluh astenopia karena demikian penglihatan binokular dikata-
adanya gangguan penggunaan kedua kan normal apabila terdapat fusi bifoveal,
Normal Retinal Correspondence (NRC)
mata secara bersamaan. Kelainan ini
mulanya ditemukan pada pasien dan tidak terdapat deviasi yang manifes
strabismus deviasi besar dengan operasi (gambar 1)4,5.
yang sukses, tapi pada evaluasi
ditemukan mikrostrabismus dan supresi
fovea1,2.
Strabismus jenis ini bisa berupa
kelainan primer dan bisa juga sekunder
dari pengobatan strabismus non operatif,
deviasi vertikal dan lesi fovea.
Gambaran kliniknya sering membingung-
kan, sehingga banyak nama yang digu-
nakan untuk ini antara lain, micros-
trabismus, microtropia, mono-fixational
syndrome, retinal slip, fixation disparity, Gambar 1. Penglihatan binokular
monofixational phoria dan lain-lain1,2,3. yang normal5
Beberapa tes yang bisa digunakan
untuk menegakkan diagnosis mikro- Beda halnya dengan penglihatan
tropia, diantaranya pemeriksaan prisma binokular yang abnormal yang terjadi
cover tes, worth four dot test (WFDT), ketika bayangan dari obyek yang
lensa bagollini dan stereoacuity3,4. difiksasi diproyeksikan pada fovea satu
mata dan suatu area ekstra fovea pada

227
MKA, Volume 37, Nomor 3, Desember 2014 http://jurnalmka.fk.unand.ac.id

mata yang lain (gambar 2). Penglihatan Definisi Mikrotropia


binokular yang abnormal ini juga bisa Mikrotropia merupakan strabis-
terjadi dengan strabismus sudut kecil. mus dengan deviasi kecil (8-10 prisma
Beberapa bentuk dari penglihatan dioptri atau kecil dari 5) yang sering
binokular abnormal yaitu, mikrotropia diikuti dengan ambliopia anisometropik
atau sindroma monofiksasi, ARC dengan atau bisa juga berdiri sendiri. Ini me-
sudut > 106. rupakan gambaran awal dari gangguan
fungsi binokular yang disebabkan oleh
penglihatan yang abnormal selama
perkembangan penglihatan6,8.
Pasien dengan mikrotropia sering
disertai dengan sindroma monofiksasi,
dimana terjadi fusi di daerah perifer dan
supresi di area sentral pada mata yang
berdeviasi. Dengan kata lain, kedua
fovea tidak bisa bekerja secara simultan.
Untuk alasan inilah mikrotropia atau
Gambar 2. Anomalous Retinal mikrostrabismus bisa disebut juga
Correspondence5 disebut juga sebagai sindroma mono-
fiksasi8,9.
Penglihatan binokular dibagi da- Mikrotropia dapat dibedakan men-
lam tiga tingkat yaitu persepsi simultan, jadi mikrotropia menjadi primer dan se-
fusi dan stereopsis. Apabila terjadi kunder :1,2,6,10
deviasi visual aksis, maka bayangan 1. Mikrotropia primer, terjadi kalau tidak
pada bidang binokular akan bergeser. ada riwayat strabismus sudut besar
Pada keadaan ini akan terjadi dua hal, sebelumnya dan sering disertai de-
yaitu: ngan adanya ambliopia. Mikrotropia
1. Konfusi yaitu suatu keadaan dimana ini dibagi atas dua tipe yang bisa
objek yang berbeda akan diproyek- dibedakan berdasarkan bentuk fik-
sikan pada area yang koresponden sasi monokular, yaitu:
(dua bayangan yang muncul saling Fiksasi eksentrik dengan sudut a-
tumpang tindih). nomali ARC lebih besar dibanding
2. Diplopia yaitu objek yang identik (titik sudut fiksasi eksentrik. Pada
fiksasi) akan diproyeksikan di retina keadaan ini, titik yang digunakan
yang berbeda (di fovea pada satu untuk fiksasi oleh mata yang juling
mata dan di retina perifer mata yang koresponden dengan fovea mata
lain).4 yang tidak mengalami deviasi.
Keadaan ini dikenal juga dengan
Sehingga untuk mengatasi masalah istilah microtropia without identity
penglihatan binokular yang abnormal, dimana hasil cover test nya
ada beberapa mekanisme adaptasi yaitu terdapat sedikit gerakan.
supresi, ARC4,7. Fiksasi eksentrik dengan sudut
anomali ARC sama dengan sudut
fiksasi eksentrik. Titik fiksasi yang
228
MKA, Volume 37, Nomor 3, Desember 2014 http://jurnalmka.fk.unand.ac.id

digunakan mata yang juling, tidak mikrotropia primer mempunyai gejala


koresponden dengan mata yang ambliopia tetapi presentasenya ber-
tidak mengalami deviasi. Pada variasi tergantung penyebabnya.
keadaan ini tidak ada gerakan
pada pemeriksaan cover test dan 4. Fiksasi eksentrik
dikenal juga dengan istilah micro- Pada mikrotropia, hilangnya fiksasi
tropia with identity. Pada bentuk sentral disebabkan karena timbulnya
ini, area retina yang sama diguna- skotoma supresi sentral. Jika besar
kan secara monokular dan bino- derajat eksentriknya sama dengan
kular. besarnya sudut deviasi, mata tidak
2. Mikrotropia sekunder yang terjadi bergerak pada pemeriksaan cover
setelah koreksi bedah atau koreksi test, tapi apabila besar eksentrik
optik dari strabismus sudut besar lebih kecil dari deviasi, maka pada
atau yang berhubungan dengan pemeriksaan cover test akan terlihat
kelainan mata lainnya. Pada bentuk sedikit gerakan.
ini bisa disertai ambliopia pada satu
mata atau tidak ada sama sekali. 5. Skotoma supresi sentral
Pada pasien dengan mikrotropia
Gambaran Klinis Mikrotropia terdapat skotoma dengan supresi
Beberapa petunjuk atau gejala sentral yang kecil dan fusi perifer.
dari mikrotropia :1,3,11 Hal ini terjadi karena bagian sentral
1. Sudut deviasi yang kecil yaitu 8-10 retina mempunyai lapangan persepsi
PD yang lebih kecil dengan sensitivitas
yang tinggi terhadap perbedaan
ukuran bayangan antara kedua
mata. Sedangkan pada retina perifer
lapangan persepsi lebih luas dengan
sensitivitas yang rendah terhadap
ukuran bayangan sehingga masih
Gambar 3. Mikrotropia primer pada bisa dihasilkan fusi perifer. Sehingga
mata kanan11 posisi mata yang lurus bisa
dipertahankan dengan adanya fusi
2. Penurunan tajam penglihatan pada perifer ini.
mata yang mengalami deviasi. Ta-
jam penglihatan pada mata yang 6. ARC berasal dari perkembangan
mengalami mikrotropia dapat men- strabismus dengan deviasi lebih dari
capai 6/12-6/9. 8.Fusi ekstramakula merupakan
adaptasi ARC untuk mengeliminasi
3. Ambliopia diplopia dan visual confusion pada
Ambliopia biasanya terjadi karena bagian perifer lapangan pandang
adanya defek pada penglihatan sen- binokular. Pada microtropia with
tral, sedangkan penglihatan perifer identity tidak terdapat gerakan mata
biasanya normal. Pada sebagian yang deviasi waktu pemeriksaan
besar pasien mikrotropia terutama dengan cover test (harmonious
229
MKA, Volume 37, Nomor 3, Desember 2014 http://jurnalmka.fk.unand.ac.id

anomalous retinal correspondence). akan terjadi gerakan yang halus/ se-


Sedangkan pada microtropia without dikit pada pemeriksaan cover test1,4,12.
identity, terdapat sedikit gerakan Cover test bisa mengungkap ada atau
mata pada cover test (unharmonious tidak adanya deviasi laten, yaitu pada
anomalous retinal correspondence). pasien dengan microtropia with iden-
tity atau pada microtropia without
7. Stereopsis derajat rendah. identity dengan deviasi manifest kecil
Penglihatan tiga dimensi pengertian- (<5). Deviasi manifest kecil biasanya
nya sama dengan penglihatan bino- terlihat, kecuali pada microtropia with
kular atau stereopsis. Dengan kata identity1,6.
lain, stereopsis itu merupakan ke- 3. Fiksasi
mampuan untuk menerima persepsi Saat mata normal berfiksasi, baya-
kedalaman berdasarkan disparitas ngan akan jatuh di foveola yang
bayangan yang dibentuk oleh kedua terletak di pusat dalam fovea. Titik
mata. Proses stereopsis ini ter- fiksasi bisa diklasifikasikan menjadi
ganggu karena beberapa faktor fiksasi sentral (foveolar) dan eksentrik.
seperti gangguan refraksi, perbe- Pada fiksasi eksentrik, area retina
daan sensitifitas kontras antara yang digunakan untuk fiksasi adalah
kedua mata dan strabismus. Pada di parafoveolar atau di parafovea atau
mikrotropia akan dijumpai penurunan bisa juga di perifer (di luar fovea)
kemampuan stereopsis. (gambar 4). Fiksasi parafovea sering
terlihat pada banyak kasus mikro-
Pemeriksaan Mikrotropia tropia. Pemeriksaan fiksasi dengan of-
Diagnosis akurat ditegakkan bila talmoskop yang dikenal dengan visus-
pada pemeriksaan klinis ditemukan kop yang berguna untuk mendiagnosa
hilangnya penglihatan binokuler sentral bentuk fiksasi5,6.
(bifiksasi) dan terdapatnya fusi perifer.
Meskipun kelainan motorik sering dijum-
pai pada mikrotropia, namun diagnosis
baru bisa ditegakkan setelah dilakukan
pemeriksaan sensorik. Pemeriksaan
yang bisa dilakukan adalah:12
1. Pemeriksaan visus dengan Snellen
Chart.
2. Cover Test
Pada pasien dengan ortoforia, ma-
sing-masing mata menyesuaikan diri
dengan objek fiksasi. Oleh sebab itu Gambar 4. Titik fiksasi. (1) parafoveolar, (2)
menutup salah satu mata tidak me- parafovea, (3dan4) perifer.6
nimbulkan gerakan fiksasi pada mata
sebelahnya. Pada pasien mikrotropia,
hasil pemeriksaan dengan cover test 4. 4 base out prism test
tergantung dari pola fiksasinya. Skotoma sangat mudah di deteksi
Apabila belum terjadi fiksasi eksentrik, dengan 4 base out prism test.
230
MKA, Volume 37, Nomor 3, Desember 2014 http://jurnalmka.fk.unand.ac.id

Pemeriksaan ini merupakan peme- lilingnya, tetapi bila kaca ini untuk
riksaan objektif yang berguna untuk melihat titik sumber cahaya maka
memperlihatkan adanya skotoma pa- akan tampak sebagai garis terang1,4.
da mikrotropia atau bisa digunakan Lensa dengan strip-strip ini ditem-
untuk membedakan antara bifoveal patkan demikian rupa sehingga strip
fiksasi dengan skotoma supresi itu pada posisi 45 derajat pada mata
sentral.Bila prisma diletakkan pada kiri dan 135 derajat pada mata ka-
mata yang mikrotropia (OS), maka nan, sehingga saat cahaya melewati
tak ada gerakan pada mata kanan. lensa menghasilkan garis yang
Bila diletakkan pada mata yang membentuk sudut 90 derajat pada
normal (OD) maka akan terlihat satu dengan yang lainnya (gambar
gerakan kedua mata ke kiri (gambar 6)1,4. Pasien kemudian diarahkan ke
5)3,7. sumber cahaya pada jarak 1/3 dan 6
meter dan diminta untuk menggam-
barkan pada selembar kertas apa
yang dilihat oleh pasien (jumlah garis
serta posisi garis yang terlihat).
Apabila pasien melihat dua garis,
maka ditanya apakah garis tersebut
bersilangan atau terpisah, terlihat
menetap atau kadang-kadang
menghilang. Jika kedua garis tadi
terlihat bersilangan, tanyakan juga
apakah terdapat celah atau gap
pada salah satu garis. Hal ini
disebabkan karena adanya ARC
dengan adanya titik fiksasi di
skotoma pasien yang menderita
mikrotropia (tabel 1)2,3,13.
Gambar 5. 4 prism test pada mikrotropia
mata kiri dengan skotoma
supresi sentral. (A) Tidak ada
pergerakan pada kedua mata,
(B) Kedua mata bergerak ke kiri
tapi tidak ada refiksasi 10.

5. Bagolini striated glasses


Pemeriksaan ini merupakan tes yang
cepat, sederhana dan informatif un-
tuk ARC pada pasien strabismus.
Lensa Bagolini terdiri dari lensa- Gambar 6. Lensa Bagolini yang di letakkan
lensa optik plano dengan alur-alur pada trial frame dengan the axis dari
halus yang sama sekali hampir tidak striation pada sudut 135pada mata kanan
dan 45 pada mata kiri 3
membuat kabur penglihatan seke-
231
MKA, Volume 37, Nomor 3, Desember 2014 http://jurnalmka.fk.unand.ac.id

Pasien melihat pada sebuah


target yang terdiri dari empat titik
cahaya, yaitu satu merah, dua hijau, dan
satu putih. Saat melihat target tersebut
pada jarak jauh (6 meter), akan mensti-
mulasi primary central vision. Ketika
pasien melihat keempat titik cahaya
tersebut pada jarak 33cm, peripheral
fusion yang akan terstimulasi14,15,16.

Prosedur pemeriksaan WFDT: 3,14,17


a. Pasien harus menggunakan kedua
matanya untuk melihat 4-dot pada
waktu yang bersamaan.
b. Jangan izinkan pasien melihat 4-dot
Tabel 1. Interpretasi pemeriksaan Bagolini sebelum pasien menggunakan kaca-
striated glass4 mata red-green.
c. Perintahkan pasien menggunakan
6. Worth Four Dot Test (WFDT) kacamata red-green. Mata yang me-
WFDT merupakan untuk menilai fusi makai filter merah akan melihat ca-
dan supresi pada jarak dekat dan haya merah, sebaliknya mata yang
jauh. Pemeriksaan ini terdiri dari su- menggunakan filter hijau akan me-
sunan empat buah titik yang disusun lihat cahaya hijau.
sedemikian rupa, yang biasanya d. Pastikan pasien berada di jarak 6
berupa titik merah, putih dan dua titik meter untuk pemeriksaan jarak jauh
hijau (gambar 7). Pasien memakai dan 33 cm atau posisi baca untuk
kacamata red filter terletak didepan pemeriksaan dekat. Dan pastikan
satu mata dan green filter pada mata ruangan pemeriksaan dalam kea-
yang lain. Cahaya merah dapat dilihat daan terang. Membandingkan baya-
oleh mata yang tertetak dibelakang ngan hasil WFDT pada jarak 6 meter
lensa merah, tetapi cahaya hijau tidak dengan 0,33 meter merupakan salah
tampak karena lensa merah menye- satu cara yang terbaik untuk mene-
rap panjang gelombang cahaya hijau. gakkan mikrotropia atau sindroma
Sebaliknya pada lensa hijau dapat monofiksasi. Pada jarak 0,33 meter
melihat cahaya hijau, tetapi tidak (near WFDT) ke-4 titik akan terlihat
cahaya merah14. secara jelas karena ke empat titik ini
difusikan pada 6 derajat sehingga
semua titik terdapat di luar skotoma.
Sedangkan pada jarak 6 meter
(distant WFDT), pasien akan melihat
2 titik karena titik difusikan pada 1.25
derajat sehingga terdapat di area
Gambar 7. Near and distance WFDT14 skotoma (gambar 8)4,13,18,19.
232
MKA, Volume 37, Nomor 3, Desember 2014 http://jurnalmka.fk.unand.ac.id

Gambar 10. Titmus test10


Gambar 8. Hasil pemeriksaan pada pasien
dengan esotropia dengan ARC dan
supresi dan dengan monofixation Pada pemeriksaan TNO, diguna-
syndrome (mikrotropia)14 kan sebuah buku yang tiap lembarnya
ada gambar yang dibentuk oleh titik-titik
7. Stereoacuity test adalah pengung- merah dan hijau yang tersusun sede-
kapan kuantitatif stereopsis yang di- mikian rupa yang memberikan kesan tiga
rancang untuk mengukur kemam- dimensi, bila dilihat dengan kacamata
puan seseorang dalam mendeteksi merah hijau. Pada lembaran pertama
jumlah disparitas image retina dalam terdapat gambar kupu-kupu yang
konteks pandangan binokular. Ste- merupakan objek dengan stereoskopik
reoacuity ini dinyatakan dalam detik kasar (2000 detik busur) yang bisa dilihat
busur. Tajam penglihatan stereos- dengan satu mata (tanpa kesan ruang
kopis seseorang bisa ditentukan atau tiga dimensi), dan lembar selanjut-
dengan pemeriksaan TNO test serta nya terdapat gambar yang hanya dapat
Titmus stereofly plate test (yang dilihat dengan tiga dimensi yang mem-
ketajamannya 3000 detik busur) punyai ketajaman stereoskopik4,14,15,19.
(gambar 9 dan 10)1,4,20. Tiap lembar mempunyai tajam
penglihatan stereoskopik dengan dispari-
tas yang berbeda-beda mulai dari yang
halus (15 derajat busur) sampai yang
kasar (480 derajat busur). Pemeriksaan
dilakukan dengan memakai kaca mata
merah dan hijau (hijau pada mata kanan)
pada jarak 40 cm dari mata pasien.
Normalnya akan dapat melihat gambar
dengan ketajaman stereoskopik 68 detik
busur atau lebih baik, sedangkan pada
tajam penglihatan stereoskopik lebih
Gambar 9. TNO test10,18 jelek dari 40 detik busur bisa saja dise-
babkan oleh kelainan refraksi, strabis-
233
MKA, Volume 37, Nomor 3, Desember 2014 http://jurnalmka.fk.unand.ac.id

mus, deprivasi atau terdapat kelainan


organik4,16,17,20.
Pada mikrotropia terdapat stereo-
sis derajat rendah, dimana pada seba-
gian besar pasien didapatkan ukuran
200-3000 detik busur4,6.

8. Afterimage test
Suatu kesatuan dari arah respon
sensori pada setiap mata dapat diarti-
kan sebagai afterimage. Afterimage
memiliki kekhasan objek nyata dan
berlangsung lama setelah stimulus asli
berhenti4,7. Pemeriksaan ini sangat
penting untuk mendiagnosis suatu ARC
yang menggunakan camera flash untuk
memproduksi afterimage vertikal pada
satu mata dan afterimage horizontal
pada mata lainnya. Bagian sentral dari
flash ditutup dengan penanda hitam
(digunakan sebagai titik fiksasi dan
proteksi fovea). Pemeriksaan ini meli- Gambar 11. Cara pemeriksaan after
batkan stimulus dari makula pada image7
masing-masing mata dengan garis
afterimage yang berbeda, satu
horizontal dan satu vertikal. Afterimage
vertikal diletakkan pada mata yang
deviasi dan horizontal pada mata yang
berfiksasi. Pasien menunjukkan posisi
relatif dua bagian yang terputus (two
gaps) di tengah masing-masing afteri-
mage4,7.
Interpretasi dengan fiksasi sentral
adalah (gambar 12): 4
- Persilangan yang simetris dengan
adanya gap sentral yang berimpit
mengindikasikan NRC. Gambar 12. After image test. A. Normal
- Pasien dengan esotropia kiri melihat (cross) pada NRC. B. Anomalous
afterimage vertikal terletak di kanan crossed localization pada esotropia. C.
dan pada kasus eksotropia kiri pasien Anomalous uncrossed localization pada
eksotropia4.
melihat afterimage vertikal berada di
kiri.

234
MKA, Volume 37, Nomor 3, Desember 2014 http://jurnalmka.fk.unand.ac.id

9. Bruckner test Microtropia. Jpn J Ophthalmol.


2002:46(1);52-8.
Pemeriksaan ini biasanya digu- 3. Kanski J Jack, Bowling B. Clinical
nakan sebagai screening. Pemerik- Opthalmology: A Systemic Approach
saan dilakukan dengan melihat [online]. Strabismus. Seventh Edition;
2011.
reflek fundus memakai oftalmoskop 4. Skuta GL, Cantor LB, Weiss JS. Sensory
pada jarak 75 cm untuk mencari Physiology and Pathology. In: Pediatric
Ophthalmology and Strabis-mus.
kelainan refraksi, strabismus de-
American Academy of Ophthal-mology.
ngan 4 atau lebih prisma dioptri, San Francisco; 2011.
anisometropia dengan 1 atau lebih 5. Schlote T, Rohrbach J. Strabismus. In:
Pocket Atlas of Ophthalmology. New
prisma dioptri. Reflek fundus pada York; 2006:p.50-65.
mata yang deviasi terlihat lebih 6. Anson M Alec, Davis Helen. Diagnosis
terang dari mata yang fiksasi21. and Management of Ocular Motility
Disorders. Microtropia and Allied Con-
ditions. Third Edition. 2001:p.305-311.
7. Tsai C James. Binocular Single Vision.
In: Strabismus. Oxford American Hand-
SIMPULAN book of Ophthalmology; 2011:p.575-580.
8. Hoyt S Creig, Taylor David. Pediatric
Mikrotropia merupakan stra- Ophthalmology and Strabismus [online].
bismus sudut kecil (8-10 prisma Special esotropias (acute comitant,
sensory deprivation, myopia associated
dioptri), dimana terjadi fusi di daerah and microtropia). Fourth Edition;
perifer dan supresi di area sentral 2013:p779-782.
pada mata yang berdeviasi. Ada dua 9. Tindall R, Jensvold B. Current Ocular
Therapy. Monofixation Syndrome. Sixth
bentuk dari mikrotropia yaitu Edition; 2008:p.421-423.
mikrotropia primer dan sekunder. 10. Kanski J Jack,Bowling B. Synopsis of
Gambaran klinis dari mikrotropia Clinical Ophthalmology [online]. Strabis-
mus. Seventh Edition; 2011: p.321-333.
adalah sudut deviasi yang kecil dari 11. Rustein P Rober, Cogen S. Optometric
8 prisma dioptri, ambliopia, fiksasi Clinical Practise Guideline. Strabismus:
esotropia and exotropia. American
eksentrik, fusi perifer, Abnormal Optometric Association; 2010:pp.23-35.
Retinal Correspondence (ARC) dan 12. Billson F. Strabismus. Fundamentals of
stereopsis derajat rendah.Cover test, Clinical Ophthalmology ;2003 : p60-66.
13. Parks MM. Monofixation Syndrome. In:
WFDT, 4 base out prism test, Duanne Clinical Ophthalmology, Tasman
bagollini striated glasses test, after W editor. Vol 3;1997.
image test, bruckner test dan stereo- 14. Yanoff, Myron and Duke S Joy. Sensory
Status in Strabismus. In, Ophthalmo-
acuity merupakan beberapa peme- logy. Fourth Edition. 2014:p.-1201-05.
riksaan untuk menegakkan diagnosa 15. Matsuo T, Kawaishi Y, Kuroda R,
Ohtsuki H, Watanabe Y. Long-term
mikrotropia. Visual Outcome in Primary Microtropia.
Japanese Ophthal-mological Society.
2003: 47(5);507-11.
DAFTAR RUJUKAN 16. David B, Elliott. Assessment of Binocular
Vision and Accomodation. In, Primary
Eye Care. Fourth Edition. 2014: p. 147-
1. Housten A Charlotte, Clearly M. Dutton
208.
G, McFazean R. Clinical characteristic of
17. Ophtalmic Assistant. In: Ocular Motility
microtropia - is microtropia a fixed
and Binocular Vision. Ninth Edition.
phenomenon?. Br.J. Ophthalmol. 1998:
Chapter 39:2013. p.656-66.
82(3);219-24.
18. Albert and Jakobiec. Clinical Evaluation
2. Tomac S, Sener C. Sanac AS. Clinical
of Strabismus. In: Principles and Prac-
and Sensorial Characteristics of
tise of Ophthalmology. Third Edition.
Chapter 314: 2008. P.4305-13.
235
MKA, Volume 37, Nomor 3, Desember 2014 http://jurnalmka.fk.unand.ac.id

19. Levin A, Leonard, Nillson FE Siv. 21. Lee W Lexa. Bruckner Test Useful for Detecting
Binocular Vision. In: Adlers Physiology Reduced Vision in Children. American Academy
of the Eye. Eleventh Edition; 2011:p- of Ophthalmology. Annual Meeting; 2007.
.677-697.
20. Siatkowski M. The Decompasated
Monofixation Syndrome. An American
Ophthalmological Society Thesis; 2011.

236

Anda mungkin juga menyukai