TUBERKULOSIS PARU
Pembimbing :
Disusun Oleh :
201910401011046
FAKULTAS KEDOKTERAN
2019
i
LEMBAR PENGESAHAN REFERAT
TUBERKULOSIS PARU
Referat dengan
Referat dengan judul “Tuberkulosis Paru” telah diperiksa dan disetujui sebagai
salah satu tugas dalam rangka menyelesaikan studi kepaniteraan Dokter Muda di
Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
Yang Maha Esa serta berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
yang menyelaraskan gerakan tangan dan pikiran dalam merangkai huruf menjadi
sebuah kata dan berbuah kalimat dalam penulisan referat ini. Segala sesuatu yang
benar dalam referat ini datangnya dari Allah SWT dan segala kekeliruan dalam
berkat dukungan dan bimbingan serta bantuan dari dosen pembimbing dalam
rangka penyusunan referat ini dan dorongan dari berbagai pihak, akhirnya penulis
berharap referat ini dapat menjadi wujud ibadah penulis kepada Allah SWT dan
Penulis
ii
i
DAFTAR ISI
Halaman Judul..................................................................................................i
Lembar Pengesahan.........................................................................................ii
Kata Pengantar................................................................................................iii
Daftar Gambar.................................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................1
2.1 Definisi...........................................................................................3
2.2 Epidemiologi..................................................................................3
BAB 3 KESIMPULAN................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................32
i
v
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Tabel 2.2 Tabel aturan pakai FDC untuk pasien TB kategori I.....................21
Tabel 2.3 Tabel aturan pakai kombipak untuk pasien TB kategori I.............21
Tabel 2.4 Tabel aturan pakai FDC untuk pasien TB kategori II....................21
v
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
dan tahan asam, merupakan organisme patogen maupun saprofit. Jalan masuk
untuk organisme ini adalah saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan luka
terbuka pada kulit. Sebagian besar infeksi tuberkulosis (TB) menyebar melalui
kesehatan dunia yang utama dan belum terselesaikan. Walaupun sudah lebih dari
seabad sejak penyebabnya ditemukan oleh ilmuwan Jerman, Robert Koch, pada
2012). Indonesia menempati urutan ketiga terbanyak didunia setelah India dan
Cina untuk angka kejadian TB, diperkirakan setiap tahun terdapat 528.000 kasus
tahun 2009 adalah 100 per 100.000 penduduk dan TB terjadi pada lebih dari 70%
berkembang menjadi penyakit klinis di masa yang akan datang, sedangkan 95%
sisanya tidak. Sekitar 10% individu yang terinfeksi akan berkembang menjadi TB
klinis seumur hidup mereka. Namun, risiko yang lebih besar adalah pada individu
1
yang imunosupresif, khususnya pada mereka yang terinfeksi HIV. Berdasarkan
data CDC tahun 1996, angka penyakit TB pada orang yang terinfeksi HIV
dengan tes tuberkulin kulit positif adalah 200 hingga 800 kali lebih besar
ini TB masih tetap menjadi problem kesehatan dunia yang utama. Sebagian besar
dari kasus TB (95%) dan kematiannya (98%) terjadi dinegara-negara yang sedang
berkembang. Karena penduduk yang padat dan tingginya prevalensi maka lebih
dari 65% dari kasus-kasus TB yang baru dan kematian yang muncul terjadi di
Asia. Alasan utama munculnya atau meningkatnya beban TB global ini antara
pengawasan kasur
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
droplet orang yang telah terinfeksi basil tuberkulosis. Beban penyakit yang
disebabkan oleh tuberkulosis dapat diukur dengan Case Notification Rate (CNR),
2.2 Epidemiologi
DOTS telah diterapkan di banyak negara sejak tahun 1995. Dalam laporan WHO
tahun 2012 dimana 1,1 juta orang (13%) diantaranya adalah pasien TB dengan
HIV positif. Sekitar 75% dari pasien tersebut berada di wilyah Afrika.
meninggal dunia. Meskipun kasus dan kematian karena TB sebagian besar terjadi
pada pria tetapi angka kesakitan dan kematian wanita akibat TB juga sangat
tinggi. Diperkirakan terdapat 2,9 juta kasus TB pada tahun 2012 dengan jumlah
160.000 orang wanita dengan HIV positif. Separuh dari orang dengan HIV
3
Meskipun jumlah kasus TB dan jumlah kematian TB tetap tinggi untuk
penyakit yang sebenarnya bisa dicegah dan disembuhkan tetap fakta juga yang
TB secara global telah berhasil dihentikan dan telah menunjukkan tren penurunan
(turun 2% per tahun pada tahun 2012), angka kematian juga sudah berhasil
kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,26/um,
yang sebagian besar dindingnya terdiri atas asam lemak (lipid), kemudian
peptidoglikan dan arabinomannan. Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
terhadap asam (asam alcohol) sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA) dan ia
dingin (dapat tahan bertahun - tahun dalam lemari es) dimana kuman dalam
keadaan dormant. Dari sifat ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan
bersin, berbicara atau bernyanyi. Penularan sebagian besar melalui inhalasi basil
yang terdapat pada pasien TB paru dengan batuk berdarah maupun TB dengan
berkembang
4
Masalah pada kondisi sanitasi, papan, sandang dan pangan yang buruk,
2.5 Patofisiologi
Paru merupakan port d’entrée lebih dari 98% kasus infeksi TB. Karena
ukurannya yang sangat kecil 5µ, kuman TB dalam percik renik (droplet nuclei)
yang terhirup, dapat mencapai alveolus. Masuknya kuman TB ini akan segera
kuman TB. Akan tetapi, pada sebagian kecil kasus, makrofag tidak mampu
kelenjar limfe regional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai saluran limfe ke
5
limfe (limfangitis) dan di kelenjar limfe (limfadenitis) yang terkena. Jika fokus
primer terletak di lobus paru bawah atau tengah, kelenjar limfe yang akan terlibat
adalah kelenjar limfe parahilus, sedangkan jika fokus primer terletak di apeks
kompleks primer secara lengkap disebut sebagai masa inkubasi TB. Hal ini
berbeda dengan pengertian masa inkubasi pada proses infeksi lain, yaitu waktu
yang diperlukan sejak masuknya kuman hingga timbulnya gejala penyakit. Masa
waktu antara 2-12 minggu. Dalam masa inkubasi tersebut, kuman tumbuh hingga
mencapai jumlah 103-104, yaitu jumlah yang cukup untuk merangsang respons
imunitas seluler.
sebagian besar individu dengan system imun yang berfungsi baik, begitu sistem
6
kuman TB dapat tetap hidup dalam granuloma. Bila imunitas seluler telah
biasanya tidak sesempurna fokus primer di jaringan paru. Kuman TB dapat tetap
hidup dan menetap selama bertahun-tahun dalam kelenjar ini. Kompleks primer
kelenjar limfe regional. Fokus primer di paru dapat membesar dan menyebabkan
pneumonitis atau pleuritis fokal. Jika terjadi nekrosis perkejuan yang berat,
bagian tengah lesi akan mencair dan keluar melalui bronkus sehingga
paratrakea yang mulanya berukuran normal saat awal infeksi, akan membesar
Kelenjar yang mengalami inflamasi dan nekrosis perkejuan dapat merusak dan
atau membentuk fistula. Massa keju dapat menimbulkan obstruksi komplit pada
7
menyebar ke kelenjar limfe regional membentuk kompleks primer. Sedangkan
kuman TB menyebar secara sporadik dan sedikit demi sedikit sehingga tidak
di seluruh tubuh. Organ yang biasanya dituju adalah organ yang mempunyai
vaskularisasi baik, misalnya otak, tulang, ginjal, dan paru sendiri, terutama apeks
paru atau lobus atas paru. Di berbagai lokasi tersebut, kuman TB akan
dan kemudian dibatasi pertumbuhannya oleh imunitas seluler, kuman tetap hidup
dalam bentuk dormant. Fokus ini umumnya tidak langsung berlanjut menjadi
apkes paru disebut sebagai Fokus SIMON. Bertahun-tahun kemudian, bila daya
tahan tubuh pejamu menurun, fokus TB ini dapat mengalami reaktivasi dan
lain.
8
langsung, biakan atau tes diagnostik cepat yang direkomendasi oleh
BTA, biakan maupun tes cepat dari contoh uji jaringan yang terkena.
belum.
mendukung TB.
9
Catatan: Pasien TB yang terdiagnosis secara klinis dan kemudian
bakteriologis.
d. Status HIV
Tuberkulosis paru:
pasien TB paru.
Adalah TB yang terjadi pada organ selain paru, misalnya: pleura, kelenjar
1
0
pemeriksaanbakteriologis atau klinis. Diagnosis TB ekstra paru harus
pengobatan TB
sebelumnya atau sudah pernah menelan OAT namun kurang dari 1 bulan
(˂ dari28 dosis).
2) Pasien yang pernah diobati TB: adalah pasien yang sebelumnya pernah
menelan
atau karenareinfeksi).
berobat /default).
1
1
• Lain-lain: adalah pasien TB yang pernah diobati namun hasil akhir
• Mono resistan (TB MR): resistan terhadap salah satu jenis OAT lini
pertama saja
• Poli resistan (TB PR): resistan terhadap lebih dari satu jenis OAT lini
• Multi drug resistan (TB MDR): resistan terhadap Isoniazid (H) dan
• Extensive drug resistan (TB XDR): adalah TB MDR yang sekaligus juga
resistan
terhadap salah satu OAT golongan fluorokuinolon dan minimal salah satu
dari OAT
pasien TB dengan :
1
2
Atau
Atau
Catatan :
tanpa adanya tanda bukti pendukung hasil tes HIV saat diagnosis TB
ditetapkan.
Catatan :
Apabila pada pemeriksaan selanjutnya dapat diperoleh hasil tes HiV, pasien
1. Gejala Klinis :
A. Respiratorik :
- Batuk darah
- sesak napas
- nyeri dada
1
3
Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada
gejala sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang
terlibat dalam proses penyakit, maka penderita mungkin tidak ada gejala
B. Gejala Sistemik
- Demam
menurun.
2. Pemeriksaan Fisik
Suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-
- perkusi : pekak
- auskultasi : suara napas melemah sampai tidak terdengar pada sisi yang
terdapat cairan
3. Pemeriksaan Bakteriologik
mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan untuk
1
4
pemeriksaan bakteriologik ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura, liquor
jarum halus/BJH)
membawa sebuah pot dahak untuk menampung dahak pagi pada hari
kedua.
P (pagi): dahak ditampung di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah
fasyankes.
bila :
1
5
Adapun pemeriksaan kultur dilakukan untuk mendapatkan diagnosis pasti dan
- Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman yang
ditemukan : Scanty
4. Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan standar adalah dengan foto thoraks PA dengan atau tanpa foto
sebagai berikut
1
6
Fibrotik pada segmen apikal dan atau posterior lobus atas Kalsifikasi atau
fibrotik
Kompleks ranke
luluh paru terdiri dari atelektasis, multikaviti dan fibrosis parenkim paru.
1
7
Gambar 2.1. Alur Penanggulangan TB paru
Tujuan pengobatan :
- Menurunkan penularan TB
1
8
- Mencegah terjadinya TB resisten obat2
Prinsip Pengobatan TB :
TB
- Diminum secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO (pengawas
- Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi dalam tahap awal
Tahapan Pengobatan TB :
- Fase Awal : Pengobatan diberikan tiap hari à menurunkan jumlah kuman yang
- Fase Lanjutan : Tahap penting untuk membunuh sisa kuman yang masih ada
dalam tubuh khususnya kuman persister sehingga pasien dapat sembuh dan
mencegah kekambuhan.
1
9
Tabel 2.1. Daftar OAT lini pertama dan efek sampingnya
Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3
Kategori 2 : 2(HZRE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
OAT Kategori 1 (2HRZE/ 4H3R3) diberikan untuk pasien baru, yaitu pasien
TB paru dengan tes BTA positif dan pasien TB paru dengan BTA negatif namun
foto toraks positif. Berikut adalah tabel aturan pakai FDC dan kombipak untuk
pasien kategori I :
2
0
Tabel 2.3. Tabel aturan pakai kombipak untuk pasien TB kategori I
BTA positif yang telah diobati sebelumnya, meliputi pasien kambuh, pasien gagal
dan pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default). Berikut adalah
2
1
Tabel 2.6. Tabel hasil pengobatan pasien TB
ulang dahak secara mikroskopis dengan 2 contoh uji dahak yaitu sewaktu dan
pagi. Jika 2 contoh uji dahak negatif, maka BTA (-), jika salah satu atau kedua
dahak apakah masih tetap BTA positif atau sudah menjadi BTA negatif, pasien
2
2
harus memulai pengobatan tahap lanjutan(tanpa pemberian OAT sisipan apabila
Pada pasien TB paru baik pasien baru maupun pasien relaps yang
fase intensif selama 2 bulan. Beberapa bukti menunjukkan bahwa hasil apusan
terapi.
Bila pasien menunjukkan hasil positif pada smear bulan kedua, makan
pemeriksaan smear tahan asam dilanjutkan pada bulan ketiga. Bila hasil pada
bulan ketiga masih menunjukkan hasil positif maka harus dilakukan kultur
sputum dan tes sensitivitas antibiotik. Pemeriksaan tetap dilanjutkan hingga bulan
2
3
Tabel 2. Pedoman Monitoring Sputum pada pasien TB baru dengan regimen lini
pertama
Pada pasien yang diobati dengan regimen rifampicin, bila hasil smear
ditemukan positif pada fase intensif yang sudah selesai, tidak direkomendasikan
perlu menjalani tes kultur sputum dan sensitivitas antibiotik rifampicin dan
antiobitik yang rutin dilakukan, regimen pengobatan mengacu pada hasil tes
2
4
Tabel 3. Pedoman Monitoring Sputum pada pasien TB retreatmen dengan
Saat ini obat kombinasi tetap atau Fixed Drug Combination (FDC) sering
untuk mencegah insidensi obat yang tidak terminum yang berujung pada
resistensi pengobatan.
bahwa obat yang digunakan belum berpotensi untuk resisten atau obat tersebut
regimen individual, obat yang akan digunakan sebaiknya berdasarkan pada hasil
resistensi silang. Resistesi silang adalah mutasi pada gen M.tuberculosis yang
dapat memberikan resistensi pada obat lain dengan golongan yang sama atau
2
5
3. Eliminasi obat yang tergolong tidak aman untuk diberikan pada pasien
misalnya obat yang menimbulkan alergi atau efek samping yang tidak dapat
ditolerir pasien.
obat lini pertama masih dapat digunakan untuk mengobati MDR maka regimen
regimen yang lebih tinggi. Bila obat di regimen lini pertama tidak cukup 4 jenis,
maka obat lainnya bisa diambil dari regimen yang lebih tinggi tingkatannya.
Kelompok 1
Obat kelompok 1 merupakan obat yang sangat poten dan efek sampingnya dapat
golongan ini masih dapat dipakai untuk pengobatan walaupun insidensi resistensi
penggunaan rifampicin.
Kelompok 2
Bila hasil tes sensitivitas menunjukkan hasil yang baik pada obat-obatan
golongan ini maka obat ini perlu digunakan. Obat golongan ini adalah
digunakan.
2
6
Kelompok 3.
Kelompok 4
P-aminosalicylic acid (PAS) juga dapat diberikan terlebih dulu. Kombinasi PAS
pengobatan. Tiga agen ini sering dipakai secara bersamaan. Terizidone dapat pula
Kelompok 5.
mengatasi TB resisten karena efektifitasnya yang masih tidak jelas. Regimen ini
2
7
Tabel 3. Kelompok obat-obat anti tuberculosis
Pada penanganan MDR-TB, fase intensif didefinisikan sebagai fase terapi dengan
obat injeksi selama minimum 6 bulan hingga sedikitnya 4 bulan sejak apusan
apusan, X ray dan gejala klinik dan dapat diperpanjang bila perlu. Hasil kultur
konversi kultur. Konversi kultur didefinisikan sebagai hasil kultur negatif selama
2
8
2.12 Komplikasi TB Paru
Batuk darah
Pneumotoraks
Efusi pleura
2
9
BAB III
KESIMPULAN
pasien TB paru BTA (+) saat batuk/bersin, bakteri menyebar ke udara dalam
Kelanjutan dari proses ini bergantung dari daya tahan tubuh masing-masing
individu.
menerus dan berdahak selama 2 minggu atau lebih. Gejala tambahan yang
mungkin menyertai adalah batuk darah, sesak nafas dan rasa nyeri dada,
badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa lemas badan
(malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan dan demam lebih dari
sebulan.
kombinasi dengan jumlah yang tepat dan teratur, supaya semua kuman dapat
3
0
yaitu : Isoniazid (INH), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z), Streptomisin (S)
3
1
DAFTAR PUSTAKA
I , Simadibrata KM, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II, Edisi IV.
Jakarta Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI , 2014: 998-
1005, 1045-9.
3
2