KEGIATAN POSBINDU
EMPAT PILAR PENATALAKSANAAN DIABETES MELITUS DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS LEMPUING KOTA BENGKULU
19 OKTOBER 2020-24 OKTOBER 2020
DISUSUN OLEH:
DOSEN PEMBIMBING:
Ns. Hermansyah., S. Kep., M. Kep
Ns. Husni., S. Kep., M. Pd
Ns. Hendri Heriyanto., S. Kep., M. Kep
Ns. Hermansyah.,
1. 197507161997031002
S. Kep., M. Kep
Ns. Husni., S.
2. 197412061997032001
Kep., M. Pd
Ns. Hendri
3. Heriyanto., S. 198205152002121004
Kep., M. Kep
ii
DAFTAR NAMA KELOMPOK 1-3 PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN
(PKK GERONTIK) PRODI PROFESI NERS DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KUALA LEMPUING KOTA BENGKULU
19 OKTOBER 2020-24 OKTOBER 2020
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pola kejadian penyakit saat ini telah mengalami perubahan yang
ditandai dengan transisi epidemiologi. Perubahan pola penyakit yang semula
didominasi oleh penyakit infeksi beralih pada pada penyakit tidak menular
(PTM). Perhatian dunia terhadap penyakit tidak menular semakin meningkat
seiring dengan peningkatan frekuensi kejadiannya. Dua dari sepuluh
penyebab utama kematian di dunia disebabkan oleh penyakit tidak menular,
stroke dan penyakit jantung iskemik bahkan menjadi penyebab kedua teratas
baik di negara maju maupun berkembang (WHO, 2014).
Salah satu bentuk Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)
yang baru dikembangkan oleh Pemerintah sesuai dengan rekomendasi WHO
agar memusatkan penanggulangan penyakit melalui tiga komponen utama,
yaitu surveilans faktor risiko, promosi kesehatan, dan pencegahan melalui
inovasi dan reformasi manajemen pelayanan kesehatan adalah pos pembinaan
terpadu (Posbindu) (Kemenkes, 2012).
Dalam hal mencegah berbagai faktor risiko secara dini. Salah satu
strategi adalah dengan pemberdayaan dan peningkatan peran masyarakat.
Masyarakat diberi fasilitas dan bimbingan dalam mengembangkan wadah
untuk berperan, dibekali pengetahuan dan keterampilan untuk mengenali
masalah di wilayahnya, mengidentifikasi, merumuskan dan menyelesaikan
permasalahannya sendiri berdasarkan prioritas dan potensi yang ada. Upaya
pengendalian penyakit dibangun berdasarkan komitmen bersama dari seluruh
elemen masyarakat yang peduli terhadap ancaman penyakit melalui Posbindu.
Posbindu merupakan suatu bentuk pelayanan yang melibatkan peran
serta masyarakat melalui upaya promotif-preventif untuk mendeteksi dan
mengendalikan secara dini keberadaan faktor risiko secara terpadu. Posbindu
merupakan peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini
dan pemantauan faktor risiko yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan
periodik. Faktor risiko penyakit meliputi merokok, konsumsi minuman
2
beralkohol, pola makan tidak sehat, kurang aktifitas fisik, obesitas, stres,
hipertensi, hiperglikemi, hiperkolesterol serta menindak lanjuti secara dini
faktor risiko yang ditemukan melalui konseling kesehatan dan segera merujuk
ke fasilitas pelayanan kesehatan dasar.
Pengembangan Posbindu merupakan bagian integral dari sistem
pelayanan kesehatan, diselenggarakan berdasarkan permasalahan penyakit
yang ada di masyarakat dan mencakup upaya promotif dan preventif serta
pola rujukannya. Untuk itu deteksi dini faktor risiko berbasis masyarakat
perlu untuk dikembangkan
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu)?
2. Bagaimanakah proses kegiatan Posbindu di wilayah kerja Puskesmas
Kuala Lempuing Kota Bengkulu?
C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa/i dapat mengetahui tentang konsep Pos Pembinaan Terpadu
(Posbindu)
2. Mahasiswa/i dapat mengetahui proses kegiatan Posbindu di wilayah kerja
Puskesmas Kuala Lempuing Kota Bengkulu
8
BAB II
TINJAUAN TEORI POSBINDU
A. Pengertian Posbindu
Posbindu merupakan bentuk peran serta masyarakat dalam kegiatan
deteksi dini, pemantauan dan tindak lanjut dini faktor risiko secara mandiri
dan berkesinambungan. Kegiatan ini dikembangakan sebagai bentuk 26
kewaspadaan dini terhadap penyakit karena sebagian besar faktor risiko pada
awalnya tidak memberikan gejala (Kemenkes RI, 2014).
Posbindu adalah pos pelayanan kesehatan untuk masyarakat usia lanjut
disuatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh
masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan Posyandu
Lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui
pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraanya melalui program
Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh
masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraanya (Fallen & Dwi,
2010).
B. Manfaat Posbindu
Manfaat dari Posbindu adalah pengetahuan lansia menjadi meningkat,
yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau
motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia sehingga
lebih percaya diri dihari tuanya. Posbindu inimerupakan bentuk pendekatan
proaktif untuk mendukung peningkatan kualitas hidup dan kemandirian usia
lanjut yang mengutamakan aspek proakyif dan preventif. Disamping aspek
kuratif dan rehabilitative posbindu mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. Memberikan semangat hidup bagi usia lanjut
2. Memberikan keringanan biaya pelayanan kesehatan bagi keluarga yang
tidak mampu
3. Memberikan bimbingan pada usia lanjut dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatanya, agar tetap sehat dan mandiri. (Depkes, 2007)
9
C. Tujuan Posbindu
1. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat,
sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan
lansia.
2. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran masyarakat dalam
pelayanan posbindu untuk meningkatkan komunikasi.
3. Mengurangi angka kematian lansia di masyarakat.
4. Meningkatkan kemampuan petugas puskesmas dalam pembinaan
kesehatan usia lanjut yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengendalian, pemantauan dan penilaian termasuk
pembinaan dan pengembangan.
5. Meningkatkan kemampuan kader dalam memberikan pelayanan kepada
usia lanjut.
6. Meningkatkan kemampuan petugas puskesmas untuk menggalang peran
serta masyarakat dalam pembinaan kesehatan usia lanjut.
7. Meningkatkan peran serta usia lanjut, keluarga, kader, organisasi sosial
dan lembaga swadaya masyarakat dalam penyelenggaraan pembinaan
kesehatan usia lanjut.
D. Strategi Pembinaan
Strategi pembinaan kesehatan usia lanjut dilaksanakan sebagai berikut:
1. Menyesuaikan perencanaan pembinaan kesehatan usia lanjut dalam
perencanaan puskesmas.
2. Menyesuaikan pengorganisasian dan pelaksanaan pembinaan kesehatan
usia lanjut dengan kegiatan pokok lainnya.
3. Melakukan kegiatan pembinaan dan pengembangan upaya kesehatan usia
lanjut sesuai kondisi dan kebutuhan setempat.
4. Mendorong terwujudnya peran serta masyarakat khususnya dalam
pembinaan kesehatan usia lanjut melalui swadaya masyarakat, PKK,
organisasi lainnya.
10
E. Sasaran Posbindu
1. Sasaran langsung, kelompok pra usia lanjut (45-59 tahun), kelompok usia
lanjut (60 tahun ke atas) dan kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi
(70 tahun ke atas)
2. Sasaran tidak langsung, meliputi keluarga dimana usia lanjut berada,
masyarakat di lingkungan usia lanjut, organisasi sosial yang peduli
terhadap pembinaan kesehatan usia lanjut, petugas lain yang menangani
kelompok usia lanjut dan masyarakat luas.
F. Bentuk Kegiatan
1. Kegiatan penggalian informasi faktor risiko dengan wawancara
sederhana tentang riwayat penyakit pada keluarga dan diri peserta,
aktifitas fisik, merokok, kurang makan sayur dan buah, potensi terjadinya
cedera dan kekerasan dalam rumah tangga, serta informasi lainnya yang
dibutuhkan untuk identifikasi masalah kesehatan berkaitan dengan
terjadinya penyakit. Aktivitas ini dilakukan saat pertama kali kunjungan
dan berkala sebulan sekali
2. Kegiatan pengukuran berat badan, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh
(IMT), lingkar perut, analisis lemak tubuh, dan tekanan darah sebaiknya
diselenggarakan 1 bulan sekali. Analisa lemak tubuh hanya dapat
dilakukan pada usia 10 tahun ke atas. Untuk anak, pengukuran tekanan
darah disesuaikan ukuran mansetnya dengan ukuran lengan atas.
3. Kegiatan pemeriksaan fungsi paru sederhana diselenggarakan 1 tahun
sekali bagi yang sehat, sementara yang berisiko 3 bulan sekali dan
penderita gangguan paru-paru dianjurkan 1 bulan sekali. Pemeriksaan
Arus Puncak Ekspirasi dengan peakflowmeter pada anak dimulai usia 13
tahun. Pemeriksaan fungsi paru sederhana sebaiknya dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang telah terlatih.
4. Kegiatan pemeriksaan gula darah bagi individu sehat paling sedikit
diselenggarakan 3 tahun sekali dan bagi yang telah mempunyai faktor
risiko penyakit atau penyandang diabetes melitus paling sedikit 1 tahun
11
E. Pelaksanaan Posbindu
1. Waktu Penyelenggaraan
Posbindu dapat diselenggarakan dalam sebulan sekali, bila
diperlukan dapat lebih dari satu kali dalam sebulan untuk kegiatan
pengendalian faktor risiko lainnya, misalnya olahraga bersama, sarasehan
dan lainnya. Hari dan waktu yang dipilih sesuai dengan kesepakatan serta
dapat saja disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat.
2. Tempat
Tempat pelaksanaan sebaiknya berada pada lokasi yang mudah
dijangkau dan nyaman bagi peserta. Posbindu dapat dilaksanakan di
salah satu rumah warga, balai desa/kelurahan, salah satu kios di pasar,
salah satu ruang perkantoran/klinik perusahaan, ruangan khusus di
sekolah, salah satu ruangan di dalam lingkungan tempat ibadah, atau
tempat tertentu yang disediakan oleh masyarakat secara swadaya.
3. Pelaksanaan Kegiatan
Posbindu dilaksanakan dengan 5 tahapan layanan yang disebut
sistem 5 meja, namun dalam situasi kondisi tertentu dapat disesuaikan
dengan kebutuhan dan kesepakatan bersama. Kegiatan tersebut berupa
18
4. Pembiayaan
Dalam mendukung terselengggaranya Posbindu, diperlukan
pembiayaan yang memadai baik dana mandiri dari perusahaan, kelompok
masyarakat/lembaga atau dukungan dari pihak lain yang peduli terhadap
persoalan penyakit tidak menular di wilayah masing-masing.
Puskesmas juga dapat memanfaatkan sumber-sumber pembiayaan
yang potensial. Pembiayaan ini untuk mendukung dan memfasilitasi
Posbindu, salah satunya melalui pemanfaatan Bantuan Operasional
Kesehatan.
Pembiayaan bersumber daya dari masyarakat dapat melalui Dana
Sehat atau mekanisme pendanaan lainnya. Dana juga bisa didapat dari
lembaga donor yang umumnya didapat dengan mengajukan
proposal/usulan kegiatan. Pihak swasta dapat menyelanggarakan
Posbindu di lingkungan kerja sendiri maupun dapat berperan serta dalam
Posbindu PTM di wilayah sekitarnya dalam bentuk kemitraan melalui
CSR (Corporate Social Responsibility)/ Tanggung jawab Sosial
Perusahaan.
Pemerintah Daerah setempat berkewajiban melakukan pembinaan
agar Posbindu tetap tumbuh dan berkembang melalui dukungan
22
masuk dalam kategori buruk, namun jika sudah berada dalam kondisi
buruk, faktor risiko tersebut harus dikembalikan pada kondisi normal.
Tidak semua cara pengendalian faktor risiko, harus dilakukan dengan
obat-obatan. Pada tahap dini, kondisi faktor risiko dapat dicegah dan
dikendalikan melalui diet yang sehat, aktifitas fisik yang cukup dan gaya
hidup yang sehat seperti berhenti merokok, pengelolaan stres dan lain-
lain. Melalui konseling dan/atau edukasi dengan kader konselor/edukator,
pengetahuan dan keterampilan masyarakat untuk mencegah dan
mengendalikan faktor risiko dapat ditingkatkan. Dengan proses
pembelajaran di atas secara bertahap, maka setiap individu yang
mempunyai faktor risiko akan menerapkan gaya hidup yang lebih sehat
secara mandiri.
7. Rujukan Posbindu
Apabila pada kunjungan berikutnya (setelah 3 bulan) kondisi faktor
risiko tidak mengalami perubahan (tetap pada kondisi buruk), atau sesuai
dengan kriteria rujukan, maka untuk mendapatkan penanganan yang
lebih baik harus dirujuk ke Puskesmas atau Klinik Swasta sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan yang bersangkutan. Meskipun telah
mendapatkan pengobatan yang diperlukan, kasus yang telah dirujuk tetap
dianjurkan untuk melakukan pemantauan faktor risiko PTM di Posbindu.
25
Gambar 2.2 Alur Tindak lanjut dan Rujukan Hasil Deteksi Dini di
Posbindu
Keterangan alur:
Pelaksanaan Posbindu dimulai dengan layanan pendaftaran dilanjutkan
A. Latar Belakang
Diabetes Melitus adalah keadaan di mana tekanan darah mengalami
peningkatan yang memberikan gejala berlanjut pada suatu organ target di
tubuh. Hal ini dapat menimbulkan kerusakan yang lebih berat, misalnya
stroke (terjadi pada otak dan menyebabkan kematian yang cukup tinggi),
penyakit jantung koroner (terjadi kerusakan pembuluh darah jantung), dan
hipertrofi ventrikel kiri (terjadi pada otot jantung). Diabetes Melitus juga
dapat menyebabkan penyakit gagal ginjal, penyakit pembuluh lain dan
penyakit lainnya (Syahrini et al., 2012). Umumnya penyakit diabetes Melitus
terjadi pada orang yang sudah berusia lebih dari 40 tahun. Penyakit ini
biasanya tidak menunjukkan gejala yang nyata dan pada stadium awal belum
menimbulkan gangguan yang serius pada kesehatan penderitanya (Gunawan,
2012). Hal ini serupa seperti yang dikemukakan oleh Yogiantoro (2006),
Diabetes Melitus tidak mempunyai gejala khusus sehingga sering tidak
disadari oleh penderitanya.
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencegah
komplikasi pada penderita diabetes mellitus salah satunya yaitu dengan
memberikan 4 pilar petalaksanaan diabetes melitus. Penatalaksanaan 4 pilar
ini berisi mengenai edukasi, terapi gizi (pengaturan pola makan), latihan
jasmani dan intervensi farmakologis (pengobatan).
Di dunia diperkirakan 7,5 juta kematian disebabkan oleh tekanan darah
tinggi. Pada tahun 1980 jumlah orang dengan diabetes Melitus ditemukan
sebanyak 600 juta dan mengalami peningkatan menjadi hampir 1 milyar pada
tahun 2008 (WHO, 2013). Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil riset
kesehatan tahun 2007 diketahui bahwa prevalensi diabetes Melitus di
Indonesia sangat tinggi, yaitu rata-rata 3,17% dari total penduduk dewasa.
30
Hal ini berarti dari 3 orang dewasa, terdapat 1 orang yang menderita diabetes
Melitus (Riskesdas, 2008). Hasil penelitian yang dilakukan oleh 2 Riskesdas
menemukan prevalensi diabetes Melitus di Indonesia pada tahun 2013 sebesar
25,8%. Daerah Bangka Belitung menjadi daerah dengan prevalensi diabetes
Melitus yang tertinggi yaitu sebesar 30,9%, kemudian diikuti oleh
Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat
(29,4%) (Riskesdas, 2013). Angka kesakitan Di Kota Bengkulu saat ini
terutama disebabkan oleh penyakit Diabetes Melitus sebanyak 7,037 orang.
Hasil observasi di wilayah kerja Puskesmas Lempuing Kota Bengkulu
didapatkan jumlah lansia sekitar 30 orang. Lansia tersebut mayoritas
menderita Hipertensi, Diabetes Melitus dan Arthritis Rheumatoid. Secara
sosial penderita diabetes mellitus mengalami hambatan umumnya berkaitan
dengan pengaturan pola makan dan keterbatasan aktivitas fisik hal ini
dikarenakan adanya komplikasi serta keterbatasan akibat usia lanjut.
Berdasarkan hasil yang didapatkan maka kelompok akan memberikan
penyuluhan mengenai 4 pilar penatalaksanaan diabetes mellitus di wilayah
kerja Puskesmas Kuala Lempuing Kota Bengkulu.
B. Rumusan Masalah
Masih banyak lansia khususnya lansia yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Lempuing kota Bengkulu yang masih banyak mengalami penyakit
Diabetes Melitus namun tidak mengetahui pantangan dan cara pencegahan
komplikasi diabetes melitus. Untuk itu saat ini kami Mahasiswa Prodi Profesi
Ners Angkatan 3 Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu tahun
2020 ini ingin melakukan penyuluhan tentang empat pilar penatalaksanaan
diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas Kuala Lempuing Kota
Bengkulu.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
31
D. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik/Judul Kegiatan
Penyuluhan empat pilar penatalaksanaan diabetes melitus di
wilayah kerja Puskesmas Kuala Lempuing Kota Bengkulu
2. Sasaran/Target
Seluruh lansia di wilayah kerja Puskesmas Kuala Lempuing Kota
Bengkulu
3. Metode
Ceramah, tanya jawab dan demonstrasi
4. Media dan Alat
a. LCD
b. Layar Proyektor
c. Laptop
d. Speaker
e. Microphone
f. Leaflet (Materi: Terlampir)
g. Video
h. Power Point
32
i. Lembar Balik
j. Kabel Panjang
5. Waktu dan Tempat
a. Hari/tanggal : Kamis, 22 Oktober 2020
b. Jam : 15.30- 17.00 WIB
c. Tempat : Rumah Ketua RT 11 RW 03
6. Pengorganisasian
a. Penanggung Jawab Acara : Selvia Ika Safitri
Mengkoordinir persiapan dan pelaksanaan penyuluhan
b. Moderator : Gita Andita Sari
1) Membuka acara
2) Memperkenalkan pelaksanaan kegiatan
3) Menjelaskan tujuan penyuluhan
4) Membuat kontrak waktu
c. Penyaji : Aurellia Firstania
1) Memberikan penyuluhan pada lansia
2) Menjawab pertanyaan
d. Notulen : Yola Anggraeni
Mencatat pelaksanaan dan hasil tanya jawab
e. Observer : Yohana Dewi Abriani
1) Mengamati proses pelaksanaan kegiatan penyuluhan dari awal
sampai akhir
2) Membuat laporan hasil penyuluhan yang dilaksanakan
f. Fasilitator : Nuzula Fitri, Made Lisa Sugiharti, Kurnia
Septiani
1) Memfasilitasi peserta untuk berperan aktif selama penyuluhan
g. Dokumentasi : Indah Havizah Ilmi & Rahma Della
1) Mendokumentasikan kegiatan
h. Konsumsi : Nuzula Fitri & Made Lisa
1) Mempersiapkan konsumsi
i. Perlengkapan : Richa Anggraini & Hesti Karmila
33
E. Setting Tempat
Keterangan:
: Pembimbing
: Penyaji
34
: Notulen
: Fasilitator
: Moderator
: Lansia
: Observer
G. Susunan Acara
No. Acara Kegiatan Audiens Waktu
1. Pembukaan 5 menit
Memberi salam Menjawab salam
Menjelaskan kontrak waktu Mendengarkan dan
dan tujuan pertemuan memperhatikan
Menanyakan permasalahan Mengemukakan
yang dirasakan saat ini permasalahan (jika ada)
Mendiskusikan masalah (jika Mendiskusikan
ada)
2. Pelaksanaan 35 menit
Mengkaji pengetahuan warga Mengemukakan
tentang Diabetes mellitus pendapat
Mendengarkan dan
Memberi reinforcement memperhatikan
Mendengarkan dan
Menjelaskan pengertian memperhatikan
Diabetes mellitus Mendengarkan dan
Menjelaskan penyebab memperhatikan
Diabetes mellitus Mendengarkan dan
Menjelaskan tanda gejala memperhatikan
Diabetes mellitus Mendengarkan dan
Menjelaskan komplikasi memperhatikan
Diabetes mellitus Mendengarkan dan
Menjelaskan pola makanan memperhatikan
yang sesuai untuk penderita
diabetes melitus Mendengarkan dan
Menjelaskan aktivitas fisik memperhatikan
yang sesuai pada penderitas
DM Mendengarkan dan
Menjelaskan pengobatan yang memperhatikan
sesuai Mengikuti demonstrasi
Mengajarkan dan
menstimulasi lansia untuk
mendemonstrasikan ulang
senam diabetes
Mendiskusikan pengetahuan Mengememukakan
responden terhadap materi pertanyaan
35
yang disampaikan
Mengevaluasi pengetahuan Menjawab pertanyaan
responden secara sumatif dan yang dikemukan penyaji
formatif
3. Penutup 10 menit
Bersama warga Ikut menyimpulkan
menyimpulkan materi
Memberi salam Menjawab salam
H. Rencana Evaluasi
Kriteria evaluasi
1. Struktur
a. Lebih dari 85% undangan menghadiri acara diacara sampai selesai
b. Alat dan media sesuai dengan rencana
c. Peran dan fungsi masing-masing sesuai dengan yang direncanakan
2. Proses
a. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan
b. Peserta penyuluhan mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
c. Peserta berperan aktif selama jalannya diskusi
3. Hasil
Setelah penyuluhan diharapkan 80% peserta dapat:
a. Mengetahui pengertian, pernyebab, klasifikasi, tanda dan gejala, cara
pemantauan glukosa, cara perawatan kaki, pola makan, aktivitas,
terapi obat
b. Mengikuti kegiatan senam diabetes dengan baik sampai selesai
LAMPIRAN
Lampiran 1
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus (DM) merupakan kumpulan penyakit
metabolisme yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah
(hiperglikemia) yang disebabkan karena kegagalan sekresi insulin atau
kerja insulin.
Hiperglikemia yang kronis dapat menyebabkan kerusakan jangka
panjang, ketidakfungsian dan kegagalan dari berbagai organ seperti mata,
ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah (American Diabetes
Association, 2013).
2. Klasifikasi Diabetes Mellitus
a. Diabetes mellitus tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes
Mellitus/IDDM
DM tipe 1 terjadi karena adanya destruksi sel beta pankreas
karena sebab autoimun. Pada DM tipe ini terdapat sedikit atau tidak
sama sekali. Sekresi insulin dapat ditentukan dengan level protein c-
peptida yang jumlahnya sedikit atau tidak terdeteksi sama sekali.
Manifestasi klinis pertama dari penyakit ini adalah ketoasidosis.
b. Diabetes mellitus tipe 2 atau Insulin Non-dependent Diabetes
Mellitus/NIDDM
Pada penderita DM tipe ini terjadi hiperinsulinemia tetapi
insulin tidak bisa membawa glukosa masuk ke dalam jaringan karena
terjadi resistensi insulin dan mengakibatkan defisiensi relatif insulin.
3. Penyebab Diabetes Mellitus
a. Faktor keturunan
Faktor genetik mengubah kemampuannya untuk mengenali
dan menyebarkan rangsang sekretoris insulin.
b. Obesitas
Kegemukan menyebabkan berkurangnya jumlah reseptor
insulin yang dapat bekerja di dalam sel pada otot skeletal dan
jaringan lemak.
c. Usia
Setelah seseorang mencapai usia 30 tahun, maka kadar glukosa
darah naik 1-2 mg% tiap tahun saat puasa dan akan naik 6-13% pada
2 jam setelah makan.
d. Tekanan Darah
Seseorang yang beresiko menderita DM adalah yang
mempunyai tekanan darah tinggi (hipertensi). Yaitu tekanan darah ≥
140/90 mmHg.
4. Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus
a. Pengeluran urin (Poliuria)
Poliuria dalah keadaan dimana volume air kemih dalam 24 jam
meningkat melebihi batas normal.
b. Timbul Rasa Haus (Polidipsia)
Polidipsia adalah rasa haus berlebih yang timbul karena kadar
glukosa terbawa oleh urin sehingga tubuh merespon untuk
meningkatkan asupan cairan
c. Timbul Rasa Lapar (Polifagia)
Pasien DM akan merasa lapar, hal ini disebabkan karena
glukosa dalam tubuh semakin habis sedangkan kadar glukosa dalam
darah cukup tinggi.
e. Penyusutan Berat Badan
Penyusutan berat badan pada pasien DM dikarenakan tubuh
terpaksa mengambil dan membakar sebagai cadangan energi.
5. Cara Pemantauan Glukosa Darah dan Target Glukosa Darah
a. Cara pemantauan glukosa darah mandiri dapat dilakukan dengan
pemeriksaan glukosa darah berkala yang dilakukan dengan
menggunakan glukometer oleh penyandang sendiri dan atau
keluarganya. Pemantauan glukosa darah mandiri dapat dilaksanakan
oleh penyandang yang telah mendapatkan edukasi dari tenaga
kesehatan terlatih. Kesalahan cara menggunakan glucometer dapat
menghasilkan nilai glukosa darah yang tidak akurat hingga 91-97%.
b. Pemantauan glukosa darah mandiri sebaiknya dilakukan pada DM
Tipe II dengan keadaan sebagai berikut :
1) Menggunakan insulin
2) Pada kondisi khusus (penyandang diabetes yang kejadian
hipoglikemia berulang, saat sakit berat yang dapat memengaruhi
variabilitas glukosa darah, neuropati berat, puasa Ramadan dan
puasa lainnya, terapi steroid, pekerjaan fisik berat, pengemudi,
operator mesin berat, pemadam kebakaran dan mereka dengan
pekerjaan lain yang bila terjadi hipoglikemia dapat
membahayakan dirinya atau orang lain).
3) Menggunakan obat hipoglikemik oral (OHO).
4) Terkendali tanpa obat (hanya dengan aktivitas fisik dan nutrisi)
pada kondisi tertentu (misalnya aktivitas berat yang tidak biasa
dilakukan, sedang sakit, dll).
c. Target Glukosa Darah Normal
Tabel. Target Glukosa Darah untuk Penyandang DM
Parameter Target
Glukosa darah pre-prandial kapiler 80-130 mg/dL
Glukosa darah 1-2 jam post-prandial kapiler <180 mg/dL
Berat Badan(BB )
BMI = Tinggi Badan(TB)2
D. Terapi Obat
Kadangkala diet dan aktivitas jasmani belum cukup mengendalikan kadar
glukosa darah. Oleh karena itu, dokter biasanya meresepkan sejumlah obat
tertentu untuk menurunkan kadar glukosa agar normal. Patuhi jadwal dan tata
cara minum obat. Bila mendapat suntikan insulin, penderita DM wajib
mematuhinya. Pelajari tentang efek penggunaan obat dapat membantu apabila
terjadi kegawatdaruratan diabetes yang mengancam nyawa.
1. Obat Antihiperglikemia Oral Berdasarkan Cara Kerjanya
a. Pemacu sekresi insulin (Insulin Secretagogue)
1) Sulfonilurea
2) Glinid
b. Peningkat sensivitas terhadap insulin
1) Metformin
2) Tiazolidindion (TZD)
c. Penghambat absorpsi glukosa di saluran pencernaan
1) Penghambat alfa glucosidase
d. Penghambat DPP-IV (Dipeptidyl Peptidase IV)
e. Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucose Cotransporter 2)
2. Obat Antihiperglikemia Suntik Termasuk Antihiperglikemia Suntik
a. Insulin
Tabel. Profil Obat Antihiperglikemia Oral yang Tersedia di Indonesia
(PERKENNI, 2015)
Golongan obat Cara kerja Utama Efek Samping Penurunan
HbA1c
Sulfonilurea Meningkatkan sekresi BB naik, 1.0-2.0 %
insulin Hipoglikemia
Glinid Meningkatkan sekresi BB naik, 0.5 – 1.5 %
insulin Hipoglikemia
Metaformin Menekan produksi Dyspepsia , diare, 1.0-2.0 %
glukosa hati & asidosis laktat
Menambah sensitifitas
terhadap insulin
Penghambat/Alfa Menghambat absorpsi Flatulen, tinja 0.5-0.8 %
Glukosidase glukosa lembek
Tiazolidindion Menambah snsitifitas edema 0.5 -1.4 %
terhadap insulin
Penghambat DDP- Meningkatkan sekresi Sebah dan muntah 0.5-0.8 %
IV insulin, menghambat
sekresi glukagon
Penghambat Menghambat Dehidrasi, ISK 0.8-1.0 %
SGLT-2 penyerapan kembali
Glukosa di Tubui distal
Ginjal
Lampiran 2
LEMBAR OBSERVASI
KEGIATAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN (PKK)
GERONTIK
PRODI PROFESI NERS POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
Nama : …………………………………………………………….
Umur : …………………………………………………………….
Alamat : …………………………………………………………….
Pekerjaan : …………………………………………………………….
Riwayat Penyakit : …………………………………………………………….
yang Diderita
Keluhan : …………………………………………………………….
…………………………………………………………….
…………………………………………………………….
TB : …………………………………………………………….
BB : …………………………………………………………….
IMT : …………………………………………………………….
Tekanan Darah : …………………………………………………………….
GDS : …………………………………………………………….
Lampiran 5
POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
DAFTAR HADIR PESERTA KEGIATAN
POSBINDU PRAKTIK KLINIK
KEPERAWATAN (PKK GERONTIK)
PRODI PROFESI NERS
JURUSAN KEPERAWATAN
No
Nama Tanda Tangan
.
1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5. 5.
6. 6.
7. 7.
8. 8.
9. 9.
10. 10
11. 11.
12. 12.
13. 13.
14. 14.
15. 15.
16. 16.
17. 17.
18. 18.
19. 19.
20. 20.
21. 21.
22. 22.
23. 23.
24. 24.
25. 25.
26. 26.
27. 27.
28. 28.
29. 29.
30. 30.
31. 31.
32. 32.
33. 33.
34. 34.
35. 35.
36. 36.
37. 37.
38. 38.
39. 39.
40. 40.
41. 41.
42. 42.
43. 43.
44. 44.
45. 45.
46. 46.
47. 47.
48. 48.
49. 49.
50. 50.
Lampiran 6
POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
DAFTAR HADIR MAHASISWA KEGIATAN
POSBINDU PRAKTIK KLINIK
KEPERAWATAN (PKK GERONTIK)
PRODI PROFESI NERS
JURUSAN KEPERAWATAN