Anda di halaman 1dari 51

PROPOSAL

KEGIATAN POSBINDU
EMPAT PILAR PENATALAKSANAAN DIABETES MELITUS DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS LEMPUING KOTA BENGKULU
19 OKTOBER 2020-24 OKTOBER 2020

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 1-3 MAHASISWA PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN (PKK)


GERONTIK PRODI PROFESI NERS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KUALA
LEMPUING KOTA BENGKULU

DOSEN PEMBIMBING:
Ns. Hermansyah., S. Kep., M. Kep
Ns. Husni., S. Kep., M. Pd
Ns. Hendri Heriyanto., S. Kep., M. Kep

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
T.A. 2020/2021
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN KEGIATAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN (PKK)


GERONTIK) PRODI PROFESI NERS DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KUALA LEMPUING KOTA BENGKUULU
19 OKTOBER 2020-24 OKTOBER 2020

Pembimbing PKK Gerontik:


NO. NAMA NIP TANDA TANGAN

Ns. Hermansyah.,
1. 197507161997031002
S. Kep., M. Kep

Ns. Husni., S.
2. 197412061997032001
Kep., M. Pd

Ns. Hendri
3. Heriyanto., S. 198205152002121004
Kep., M. Kep

ii
DAFTAR NAMA KELOMPOK 1-3 PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN
(PKK GERONTIK) PRODI PROFESI NERS DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KUALA LEMPUING KOTA BENGKULU
19 OKTOBER 2020-24 OKTOBER 2020

NO. NAMA NIM


Kelompok 1
1. Hesti Karmila P0 5120420 012
2. Indah Havizah Ilmi P0 5120420 013
3. Kurnia Septiani P0 5120420 014
4. Nuzula Fitri P0 5120420 022
5. Yola Anggraeni P0 5120420 037
Kelompok 2
1. Aurellia Firstania P0 5120420 003
2. Gita Andita Sari P0 5120420 010
3. Made Lisa Sugiharti P0 5120420 015
4. Rahma Della Januariska P0 5120420 025
5. Richa Anggraini P0 5120420 027
Kelompok 3
1. Depi Susen Dewi P0 5120420 005
2. Elda Damayanti P0 5120420 007
3. Nimas Faiddah Lailliyah P0 5120420 019
4. Selvia Ika Safitri P0 5120420 031
5. Yohana Dewi Abriani P0 5120420 036

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pola kejadian penyakit saat ini telah mengalami perubahan yang
ditandai dengan transisi epidemiologi. Perubahan pola penyakit yang semula
didominasi oleh penyakit infeksi beralih pada pada penyakit tidak menular
(PTM). Perhatian dunia terhadap penyakit tidak menular semakin meningkat
seiring dengan peningkatan frekuensi kejadiannya. Dua dari sepuluh
penyebab utama kematian di dunia disebabkan oleh penyakit tidak menular,
stroke dan penyakit jantung iskemik bahkan menjadi penyebab kedua teratas
baik di negara maju maupun berkembang (WHO, 2014).
Salah satu bentuk Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)
yang baru dikembangkan oleh Pemerintah sesuai dengan rekomendasi WHO
agar memusatkan penanggulangan penyakit melalui tiga komponen utama,
yaitu surveilans faktor risiko, promosi kesehatan, dan pencegahan melalui
inovasi dan reformasi manajemen pelayanan kesehatan adalah pos pembinaan
terpadu (Posbindu) (Kemenkes, 2012).
Dalam hal mencegah berbagai faktor risiko secara dini. Salah satu
strategi adalah dengan pemberdayaan dan peningkatan peran masyarakat.
Masyarakat diberi fasilitas dan bimbingan dalam mengembangkan wadah
untuk berperan, dibekali pengetahuan dan keterampilan untuk mengenali
masalah di wilayahnya, mengidentifikasi, merumuskan dan menyelesaikan
permasalahannya sendiri berdasarkan prioritas dan potensi yang ada. Upaya
pengendalian penyakit dibangun berdasarkan komitmen bersama dari seluruh
elemen masyarakat yang peduli terhadap ancaman penyakit melalui Posbindu.
Posbindu merupakan suatu bentuk pelayanan yang melibatkan peran
serta masyarakat melalui upaya promotif-preventif untuk mendeteksi dan
mengendalikan secara dini keberadaan faktor risiko secara terpadu. Posbindu
merupakan peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini
dan pemantauan faktor risiko yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan
periodik. Faktor risiko penyakit meliputi merokok, konsumsi minuman
2

beralkohol, pola makan tidak sehat, kurang aktifitas fisik, obesitas, stres,
hipertensi, hiperglikemi, hiperkolesterol serta menindak lanjuti secara dini
faktor risiko yang ditemukan melalui konseling kesehatan dan segera merujuk
ke fasilitas pelayanan kesehatan dasar.
Pengembangan Posbindu merupakan bagian integral dari sistem
pelayanan kesehatan, diselenggarakan berdasarkan permasalahan penyakit
yang ada di masyarakat dan mencakup upaya promotif dan preventif serta
pola rujukannya. Untuk itu deteksi dini faktor risiko berbasis masyarakat
perlu untuk dikembangkan

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu)?
2. Bagaimanakah proses kegiatan Posbindu di wilayah kerja Puskesmas
Kuala Lempuing Kota Bengkulu?

C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa/i dapat mengetahui tentang konsep Pos Pembinaan Terpadu
(Posbindu)
2. Mahasiswa/i dapat mengetahui proses kegiatan Posbindu di wilayah kerja
Puskesmas Kuala Lempuing Kota Bengkulu
8

BAB II
TINJAUAN TEORI POSBINDU

A. Pengertian Posbindu
Posbindu merupakan bentuk peran serta masyarakat dalam kegiatan
deteksi dini, pemantauan dan tindak lanjut dini faktor risiko secara mandiri
dan berkesinambungan. Kegiatan ini dikembangakan sebagai bentuk 26
kewaspadaan dini terhadap penyakit karena sebagian besar faktor risiko pada
awalnya tidak memberikan gejala (Kemenkes RI, 2014).
Posbindu adalah pos pelayanan kesehatan untuk masyarakat usia lanjut
disuatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh
masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan Posyandu
Lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui
pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraanya melalui program
Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh
masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraanya (Fallen & Dwi,
2010).

B. Manfaat Posbindu
Manfaat dari Posbindu adalah pengetahuan lansia menjadi meningkat,
yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau
motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia sehingga
lebih percaya diri dihari tuanya. Posbindu inimerupakan bentuk pendekatan
proaktif untuk mendukung peningkatan kualitas hidup dan kemandirian usia
lanjut yang mengutamakan aspek proakyif dan preventif. Disamping aspek
kuratif dan rehabilitative posbindu mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. Memberikan semangat hidup bagi usia lanjut
2. Memberikan keringanan biaya pelayanan kesehatan bagi keluarga yang
tidak mampu
3. Memberikan bimbingan pada usia lanjut dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatanya, agar tetap sehat dan mandiri. (Depkes, 2007)
9

C. Tujuan Posbindu
1. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat,
sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan
lansia.
2. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran masyarakat dalam
pelayanan posbindu untuk meningkatkan komunikasi.
3. Mengurangi angka kematian lansia di masyarakat.
4. Meningkatkan kemampuan petugas puskesmas dalam pembinaan
kesehatan usia lanjut yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengendalian, pemantauan dan penilaian termasuk
pembinaan dan pengembangan.
5. Meningkatkan kemampuan kader dalam memberikan pelayanan kepada
usia lanjut.
6. Meningkatkan kemampuan petugas puskesmas untuk menggalang peran
serta masyarakat dalam pembinaan kesehatan usia lanjut.
7. Meningkatkan peran serta usia lanjut, keluarga, kader, organisasi sosial
dan lembaga swadaya masyarakat dalam penyelenggaraan pembinaan
kesehatan usia lanjut.

D. Strategi Pembinaan
Strategi pembinaan kesehatan usia lanjut dilaksanakan sebagai berikut:
1. Menyesuaikan perencanaan pembinaan kesehatan usia lanjut dalam
perencanaan puskesmas.
2. Menyesuaikan pengorganisasian dan pelaksanaan pembinaan kesehatan
usia lanjut dengan kegiatan pokok lainnya.
3. Melakukan kegiatan pembinaan dan pengembangan upaya kesehatan usia
lanjut sesuai kondisi dan kebutuhan setempat.
4. Mendorong terwujudnya peran serta masyarakat khususnya dalam
pembinaan kesehatan usia lanjut melalui swadaya masyarakat, PKK,
organisasi lainnya.
10

E. Sasaran Posbindu
1. Sasaran langsung, kelompok pra usia lanjut (45-59 tahun), kelompok usia
lanjut (60 tahun ke atas) dan kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi
(70 tahun ke atas)
2. Sasaran tidak langsung, meliputi keluarga dimana usia lanjut berada,
masyarakat di lingkungan usia lanjut, organisasi sosial yang peduli
terhadap pembinaan kesehatan usia lanjut, petugas lain yang menangani
kelompok usia lanjut dan masyarakat luas.

F. Bentuk Kegiatan
1. Kegiatan penggalian informasi faktor risiko dengan wawancara
sederhana tentang riwayat penyakit pada keluarga dan diri peserta,
aktifitas fisik, merokok, kurang makan sayur dan buah, potensi terjadinya
cedera dan kekerasan dalam rumah tangga, serta informasi lainnya yang
dibutuhkan untuk identifikasi masalah kesehatan berkaitan dengan
terjadinya penyakit. Aktivitas ini dilakukan saat pertama kali kunjungan
dan berkala sebulan sekali
2. Kegiatan pengukuran berat badan, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh
(IMT), lingkar perut, analisis lemak tubuh, dan tekanan darah sebaiknya
diselenggarakan 1 bulan sekali. Analisa lemak tubuh hanya dapat
dilakukan pada usia 10 tahun ke atas. Untuk anak, pengukuran tekanan
darah disesuaikan ukuran mansetnya dengan ukuran lengan atas.
3. Kegiatan pemeriksaan fungsi paru sederhana diselenggarakan 1 tahun
sekali bagi yang sehat, sementara yang berisiko 3 bulan sekali dan
penderita gangguan paru-paru dianjurkan 1 bulan sekali. Pemeriksaan
Arus Puncak Ekspirasi dengan peakflowmeter pada anak dimulai usia 13
tahun. Pemeriksaan fungsi paru sederhana sebaiknya dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang telah terlatih.
4. Kegiatan pemeriksaan gula darah bagi individu sehat paling sedikit
diselenggarakan 3 tahun sekali dan bagi yang telah mempunyai faktor
risiko penyakit atau penyandang diabetes melitus paling sedikit 1 tahun
11

sekali. Untuk pemeriksaan glukosa darah dilakukan oleh tenaga


kesehatan (dokter, perawat/bidan/analis laboratorium dan lainnya).
5. Kegiatan pemeriksaan kolesterol total dan trigliserida, bagi individu sehat
disarankan 5 tahun sekali dan bagi yang telah mempunyai faktor risiko
penyakit 6 bulan sekali dan penderita dislipidemia/gangguan lemak
dalam darah minimal 3 bulan sekali. Untuk pemeriksaan Gula darah dan
Kolesterol darah dilakukan oleh tenaga kesehatan yang ada di lingkungan
kelompok masyarakat tersebut.
6. Kegiatan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) dilakukan
sebaiknya minimal 5 tahun sekali bagi individu sehat, setelah hasil IVA
positif, dilakukan tindakan pengobatan krioterapi, diulangi setelah 6
bulan, jika hasil IVA negatif dilakukan pemeriksaan ulang 5 tahun,
namun bila hasil IVA positif dilakukan tindakan pengobatan krioterapi
kembali. Pemeriksaan IVA dilakukan oleh bidan/dokter yang telah
terlatih dan tatalaksana lanjutan dilakukan oleh dokter terlatih di
Puskesmas.
7. Kegiatan pemeriksaan kadar alkohol pernafasan dan tes amfemin urin
bagi kelompok pengemudi umum yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
(dokter, perawat/bidan/analis laboratorium dan lainnya).
8. Kegiatan konseling dan penyuluhan, harus dilakukan setiap pelaksanaan
Posbindu. Hal ini penting dilakukan karena pemantauan faktor risiko
kurang bermanfaat bila masyarakat tidak tahu cara mengendalikannya.
9. Kegiatan aktivitas fisik dan atau olah raga bersama, sebaiknya tidak
hanya dilakukan jika ada penyelenggaraan Posbindu namun perlu
dilakukan rutin setiap minggu.
10. Kegiatan rujukan ke fasilitas layanan kesehatan dasar di wilayahnya
dengan pemanfaatan sumber daya tersedia termasuk upaya respon cepat
sederhana dalam penanganan pra-rujukan.
12

D. Langkah-langkah Penyelenggaraan Posbindu


1. Persiapan
a. Kabupaten/Kota berperan untuk melakukan inisiasi dengan beragai
rangkaian kegiatan
1) Langkah persiapan diawali dengan pengumpulan data dan
informasi besaran masalah penyakit, sarana-prasarana pendukung
dan sumber daya manusia. Hal ini dapat diambil dari data RS
Kabupaten/Kota, Puskesmas, Profil Kesehatan Daerah, Riskesdas,
atau hasil survei lainnya. Informasi tersebut dipergunakan oleh
fasilitator sebagai bahan advokasi untuk mendapatkan dukungan
kebijakan maupun dukungan pendanaan sebagai dasar
perencanaan kegiatan Posbindu.
2) Selanjutnya dilakukan identifikasi kelompok potensial baik
ditingkat kabupaten/kota maupun dilingkup Puskesmas.
Kelompok potensial antara lain kelompok/organisasi masyarakat,
tempat kerja, sekolah, koperasi, klub olah raga, karang taruna dan
kelompok lainnya. Kepada kelompok masyarakat potensial
terpilih dilakukan sosialisasi tentang besarnya masalah,
dampaknya bagi masyarakat dan dunia usaha, strategi
pengendalian serta tujuan dan manfaat Posbindu. Hal ini
dilakukan sebagai advokasi agar diperoleh dukungan dan
komitmen dalam menyelenggarakan Posbindu. Apabila jumlah
kelompok potensial terlalu besar pertemuan sosialisasi dan
advokasi dapat dilakukan beberapa kali. Dari pertemuan
sosialisasi tersebut diharapkan telah teridentifikasi
kelompok/lembaga/organisasi yang bersedia menyelenggarakan
posbindu.
3) Tindak lanjut yang dilakukan oleh pengelola program di
Kabupaten/Kota adalah melakukan pertemuan koordinasi dengan
kelompok potensial yang bersedia menyelenggarakan Posbindu.
13

Pertemuan ini diharapkan menghasilkan kesepakatan bersama


berupa kegiatan penyelenggaraan Posbindu, yaitu:
a) Kesepakatan menyelenggarakan Posbindu.
b) Menetapkan kader dan pembagian peran, fungsinya sebagai
tenaga pelaksana Posbindu.
c) Menetapkan jadwal pelaksanaan Posbindu.
d) Merencanakan besaran dan sumber pembiayaan.
e) Melengkapi sarana dan prasarana.
f) Menetapkan tipe Posbindu sesuai kesepakatan dan
kebutuhan.
g) Menetapkan mekanisme kerja antara kelompok potensial
dengan petugas kesehatan pembinanya.
b. Puskesmas berperan untuk:
1) Memberikan informasi dan sosialisasi tentang penyakit, upaya
pengendalian serta manfaatnya bagi masyarakat, kepada pimpinan
wilayah misalnya camat, kepala desa/lurah.
2) Mempersiapkan sarana dan tenaga di Puskesmas dalam menerima
rujukan dari Posbindu.
3) Memastikan ketersediaan sarana, buku pencatatan hasil kegiatan
dan lainnya untuk kegiatan posbindu di kelompok potensial yang
telah bersedia menyelenggarakan Posbindu.
4) Mempersiapkan pelatihan tenaga pelaksana Posbindu.
5) Menyelenggarakan pelatihan bersama pengelola program di
Kabupaten/kota.
6) Mempersiapkan mekanisme pembinaan.
7) Mengidentifikasi kelompok potensial untuk menyelenggarakan
Posbindu serta kelompok yang mendukung terselenggarakannya
Posbindu, misalnya swasta/dunia usaha, PKK, LPM, Koperasi
Desa, Yayasan Kanker, Yayasan Jantung Indonesia, organisasi
profesi seperti PPNI, PPPKMI, PGRI, serta lembaga pendidikan
14

misalnya Fakultas Kedokteran, Fakultas Kesehatan Masyarakat,


Fakultas Psikologi, Fakultas Keperawatan dan lainnya.

2. Pelatihan tenaga pelaksana/Kader Posbindu


a. Rekrutmen
Kader sebaiknya berasal dari anggota kelompok Posbindu
sendiri atau dapat saja diambil dari anggota masyarakat lainnya yang
bersedia menjadi kader. Adapun persyaratan untuk menjadi kader
Posbindu adalah:
1) Dipilih dari masyarakat dengan prosedur yang disesuaikan dengan
kondisi setempat;
2) Mau dan mampu bekerja secara sukarela
3) Bisa membaca dan menulis huruf latin
4) Sabar dan memahamil usia lanjut.
5) Peduli terhadap masalah penyakit tidak menular dan bersedia
melaksanakan kegiatan Posbindu.
6) Pendidikan sebaiknya minimal setingkat SLTA (Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas)
Setelah melakukan Musyawarah Masyarakat Desa dan Musyawarah di
tingkat RW, maka panitia mengumumkan secara terbuka tentang
rekrutmen kader Posbindu sesuai dengan persyaratan di atas. Jika
sampai pada waktu yang ditetapkan masih sedikit, maka panitia
bersama pengurus RW melakukan musyawarah kembali untuk
menentukan kader Posbindu berdasarkan pertimbangan tokoh
masyarakat setempat
b. Tujuan:
a. Memberikan pengetahuan tentang penyakit, faktor risiko,
dampak, dan pengendalian.
b. Memberikan pengetahuan tentang Posbindu.
15

c. Memberikan kemampuan dan ketrampilan dalam memantau


faktor risiko.
d. Memberikan ketrampilan dalam melakukan konseling serta tindak
lanjut lainnya.

c. Materi Pelatihan Kader/Pelaksana Posbindu


Tabel 2.1 Materi Pelatihan
NO. MATERI PELATIHAN
1. Penyakit dan faktor risiko
2. Posbindu dan pelaksanaannya
3. Tahapan kegiatan Posbindu:
 Meja 1: Pendaftaran, pencatatan
 Meja 2: Tehnik wawancara terarah
 Meja 3: Pengukuran TB, BB, IMT, lingkar Perut dan analisa lemak
tubuh
 Meja 4: Pengukuran tekanan darah gula, kolesterol total dan
trigliserida darah, pemeriksaan klinis payudara, uji fungsi paru
sederhana, IVA, kadar alkohol pernafasan dan tes amfetamin urin
 Meja 5 : konseling, edukasi dan tindak lanjut lainnya
4. Cara pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar perut, IMT, analisa
lemak tubuh, tekanan darah
5. Pengukuran kadar alkohol pernafasan dan tes amfetamin urin
6. Pemeriksaan glukosa darah
7. Pemeriksaan kolesterol dan trigliserida darah
8. Pemeriksaan uji fungsi paru sederhana
9. Pemeriksaan klinis payudara dan IVA (khusus dokter)
10. Pencatatan
11. Rujukan dan respon cepat sederhana

d. Peserta pelatihan: Jumlah peserta maksimal 30 orang agar pelatihan


berlangsung efektif.
e. Waktu pelaksanaan pelatihan selama 3 hari atau disesuaikan dengan
kondisi setempat dengan modul yang telah dipersiapkan.
f. Standar Sarana Posbindu
Sarana dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan
Posbindu PTM adalah sebagai berikut:
1) Untuk standar minimal lima set meja-kursi, pengukur tinggi badan,
timbangan berat badan, pita pengukur lingkar perut, dan tensimeter
serta buku pintar kader tentang cara pengukuran tinggi badan dan
16

berat badan, pengukuran lingkar perut, alat ukur analisa lemak


tubuh dan pengukuran tekanan darah dengan ukuran manset
dewasa dan anak, alat uji fungsi paru sederhana (peakflowmeter)
dan media bantu edukasi.
2) Sarana standar lengkap diperlukan alat ukur kadar gula darah, alat
ukur kadar kolesterol total dan trigliserida, alat ukur kadar
pernafasan alkohol, tes amfetamin urin kit, dan IVA kit.
3) Untuk kegiatan deteksi dini kanker leher rahim (IVA) dibutuhkan
ruangan khusus dan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan
(Dokter di kelompok masyarakat/lembaga/institusi) yang telah
terlatih dan tersertifikasi.
4) Untuk pelaksanaan pencatatan hasil pelaksanaan Posbindu
diperlukan kartu menuju sehat dan buku pencatatan.
5) Untuk mendukung kegiatan edukasi dan konseling diperlukan
media KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) yang memadai,
seperti serial buku pintar kader, lembar balik, leaflet, brosur, model
makanan (food model) dan lainnya.
Tabel 2.2 Standar Sarana Posbindu
Peralatan Deteksi Dini dan
Tipe Posbindu Media KIE dan Penunjang
Monitoring
Posbindu Dasar  Alat Ukur Lingkar Perut: 1 buah
 Lembar Balik: 1 buah
 Alat Ukur Tinggi Badan: 1 buah
 Leaflet/Brosur: 1 buah
 Alat Analisa Lemak Tubuh: 1
 Buku Panduan: 1 buah
buah
 Buku Pencatatan: 1 buah
 Tensimeter digital: 1 buah
 Formulir Rujukan: 1
 Peekflowmeter: 1 buah
buah
Posbindu Utama  Alat Ukur Gula Darah, Koletertol
 KMS: Sesuai kebutuhan
Total dan Trigliserida: 1 buah
 Kursi dan Meja: Sesuai
 Peralatan Posbindu Plus: 1 paket
kebutuhan
 Alat Ukur Kadar Alkohol
 Kamar Khusus: 1 (untuk
Pernafasan: 1 buah
pemeriksaan IVA)
 Tes Amfetamin Urin: 1 buah
 Alat Tulis Kantor: 1
 Bahan IVA, Alat Kesehatan dan
paket
penunjang lainnya: 1 set

2. Kegiatan Kader Pelaksana Posbindu


Setelah Kader Pelaksana dilatih langkah yang dilakukan:
17

a. Melaporkan kepada pimpinan organisasi/lembaga atau pimpinan


wilayah.
b. Mempersiapkan dan melengkapi sarana yang dibutuhkan.
c. Menyusun rencana kerja.
d. Memberikan informasi kepada sasaran.
e. Melaksanakan wawancara, pemeriksaan, pencatatan dan rujukan bila
diperlukan setiap bulan.
f. Melaksanakan konseling.
g. Melaksanakan penyuluhan berkala.
h. Melaksanakan kegiatan aktivitas fisik bersama.
i. Membangun jejaring kerja
j. Melakukan konsultasi dengan petugas bila diperlukan.

E. Pelaksanaan Posbindu
1. Waktu Penyelenggaraan
Posbindu dapat diselenggarakan dalam sebulan sekali, bila
diperlukan dapat lebih dari satu kali dalam sebulan untuk kegiatan
pengendalian faktor risiko lainnya, misalnya olahraga bersama, sarasehan
dan lainnya. Hari dan waktu yang dipilih sesuai dengan kesepakatan serta
dapat saja disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat.
2. Tempat
Tempat pelaksanaan sebaiknya berada pada lokasi yang mudah
dijangkau dan nyaman bagi peserta. Posbindu dapat dilaksanakan di
salah satu rumah warga, balai desa/kelurahan, salah satu kios di pasar,
salah satu ruang perkantoran/klinik perusahaan, ruangan khusus di
sekolah, salah satu ruangan di dalam lingkungan tempat ibadah, atau
tempat tertentu yang disediakan oleh masyarakat secara swadaya.
3. Pelaksanaan Kegiatan
Posbindu dilaksanakan dengan 5 tahapan layanan yang disebut
sistem 5 meja, namun dalam situasi kondisi tertentu dapat disesuaikan
dengan kebutuhan dan kesepakatan bersama. Kegiatan tersebut berupa
18

pelayanan deteksi dini dan tindak lanjut sederhana serta monitoring


terhadap faktor risiko penyakit tidak menular, termasuk rujukan ke
Puskesmas. Dalam pelaksanaannya pada setiap langkah secara sederhana
dapat diuraikan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Prosedur Kegiatan Posbindu


Pembagian peran kader Posbindu idealnya sebagai berikut, namun
sebaiknya setiap kader memahami semua peranan tersebut,
pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan kesepakatan.
Tabel 2.3 Peran Kader Psobindu
NO. PERAN KRITERIA DAN TUGAS
1. Koordinator Ketua dari perkumpulan dan penanggungjawab
kegiatan serta berkoordinasi terhadap
Puskesmas dan para pembina terkait di
wilayahnya
2. Kader Penggerak Anggota perkumpulan yang aktif,berpengaruh
dan komunikatif bertugas menggerakkan
masyarakat, sekaligus melakukan wawancara
dalam penggalian informasi
3. Kader Pemantau Anggota perkumpulan yang aktif dan
komunikatif bertugas melakukan pengukuran
faktor risiko
4. Kader Konselor/ Anggota perkumpulan yang aktif, komunikatif
19

Edukator dan telah menjadi panutan dalam penerapan


gaya hidup sehat, bertugas melakukan
konseling, edukasi, motivasi serta
menindaklanjuti rujukan dari Puskesmas
5. Kader Pencatat Anggota perkumpulan yang aktif dan
komunikatif bertugas melakukan pencatatan
hasil kegiatan Posbindu dan melaporkan kepada
koordinator Posbindu

a. Peran Para Pihak


1) Kader Posbindu
Dari sejumlah kader yang telah dilatih ditetapkan
koordinator dan penanggung jawab untuk penggerak, pemantau,
konselor/ edukator serta pencatat. Tugas yang dilakukan oleh
kader:
a) Pada H-1, tahap persiapan:
 Mengadakan pertemuan kelompok untuk menentukan
jadwal kegiatan.
 Menyiapkan tempat dan peralatan yang diperlukan.
 Membuat dan menyebarkan pengumuman mengenai
waktu pelaksanaan.
b) Pada hari H, tahap pelaksanaan:
 Melakukan pelayanan dengan sistem 5 meja atau
modifikasi sesuai dengan kebutuhan dan kesepakatan
bersama.
 Aktivitas bersama seperti berolahraga bersama, demo
masak, penyuluhan, konseling, sarasehan atau
peningkatan keterampilan bagi para anggotanya
termasuk rujukan ke Puskesmas/klinik swasta/RS.
c) Pada H+1, tahap evaluasi:
 Menilai kehadiran (para anggotanya, kader dan
undangan lainnya).
 Mengisi catatan pelaksanaan kegiatan.
 Mengindentifikasi masalah yang dihadapi.
20

 Mencatat hasil penyelesaian masalah.


 Melakukan tindak lanjut berupa kunjungan rumah bila
diperlukan.
 Melakukan konsultasi teknis dengan pembina Posbindu
2) Petugas Puskesmas
Puskesmas memiliki tanggung jawab pembinaan Posbindu
di wilayah kerjanya sehingga kehadiran petugas Puskesmas
dalam kegiatan Posbindu sangat diperlukan dalam wujud peran:
a) Memberikan bimbingan teknis kepada para kader posbindu
dalam penyelenggaraannya.
b) Memberikan materi kesehatan terkait dengan permasalahan
faktor risiko dalam penyuluhan maupun kegiatan lainnya.
c) Mengambil dan menganalisa hasil kegiatan Posbindu.
d) Menerima, menangani dan memberi umpan balik kasus
rujukan dari Posbindu
e) Melakukan koordinasi dengan para pemangku kepentingan
lain terkait.
3) Para Pemangku Kepentingan (Para Pembina terkait)
a) Camat
Mengkoordinasikan hasil kegiatan dan tindak lanjut
Posbindu di wilayah kerjanya selaku penanggung jawab
wilayah kecamatan serta melakukan pembinaan dalam
mendukung kelestarian kegiatan Posbindu.
b) Lurah/Kepala Desa atau sebutan lain
Mengkoordinasikan hasil kegiatan dan tindak lanjut
Posbindu di wilayah kerjanya selaku penanggung jawab
wilayah desa/kelurahan serta melakukan pembinaan dalam
mendukung kelestarian kegiatan Posbindu.
c) Para pimpinan Kelompok/Lembaga/Instansi/Organisasi
21

Mendukung dan berperan aktif dalam kegiatan Posbindu


sesuai dengan minat dan misi Kelompok/ lembaga/instansi/
organisasi tersebut.
d) Tokoh/Penggerak Masyarakat
Menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif
dan mendukung dengan sumber daya yang dimiliki terhadap
penyelenggaran Posbindu.
e) Dunia Usaha
Mendukung penyelenggaraan Posbindu dalam bentuk
sarana dan pembiayaan termasuk berperan aktif sebagai
sukarelawan sosial.

4. Pembiayaan
Dalam mendukung terselengggaranya Posbindu, diperlukan
pembiayaan yang memadai baik dana mandiri dari perusahaan, kelompok
masyarakat/lembaga atau dukungan dari pihak lain yang peduli terhadap
persoalan penyakit tidak menular di wilayah masing-masing.
Puskesmas juga dapat memanfaatkan sumber-sumber pembiayaan
yang potensial. Pembiayaan ini untuk mendukung dan memfasilitasi
Posbindu, salah satunya melalui pemanfaatan Bantuan Operasional
Kesehatan.
Pembiayaan bersumber daya dari masyarakat dapat melalui Dana
Sehat atau mekanisme pendanaan lainnya. Dana juga bisa didapat dari
lembaga donor yang umumnya didapat dengan mengajukan
proposal/usulan kegiatan. Pihak swasta dapat menyelanggarakan
Posbindu di lingkungan kerja sendiri maupun dapat berperan serta dalam
Posbindu PTM di wilayah sekitarnya dalam bentuk kemitraan melalui
CSR (Corporate Social Responsibility)/ Tanggung jawab Sosial
Perusahaan.
Pemerintah Daerah setempat berkewajiban melakukan pembinaan
agar Posbindu tetap tumbuh dan berkembang melalui dukungan
22

kebijakan termasuk pembiayaan secara berkesinambungan. Dana yang


terkumpul dari berbagai sumber dapat dipergunakan untuk mendukung
kegiatan Posbindu seperti:
a. Biaya operasional Posbindu.
b. Pengganti biaya perjalanan kader.
c. Biaya penyediaan bahan habis pakai.
d. Biaya pembelian bahan Pemberian Makanan Tambahan (PMT).
e. Biaya penyelenggaraan pertemuan.
f. Bantuan biaya rujukan bagi yang membutuhkan.
g. Bantuan biaya duka bila ada anggota yang mengalami kecelakaan
atau kematian

5. Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan hasil kegiatan Posbindu dilakukan oleh kader. Petugas
Puskesmas mengambil data hasil kegiatan posbindu yang digunakan
untuk pembinaan, dan melaporkan ke instansi terkait secara berjenjang.
Untuk pencatatan digunakan:
a. Kartu Menuju Sehat (KMS)
Pada pelaksanaan pemantauan, kondisi faktor risiko harus
diketahui oleh yang diperiksa maupun yang memeriksa. Masing-
masing peserta harus mempunyai alat pantau individu berupa Kartu
Menuju Sehat (KMS). Kartu ini disimpan oleh masing-masing
peserta, dan harus selalu dibawa ketika berkunjung ke tempat
pelaksanaan Posbindu. Tujuannya agar setiap individu dapat
melakukan mawas diri dan melakukan tindak lanjut, sesuai saran
kader/petugas. Sedangkan bagi petugas dapat digunakan untuk
melakukan tindakan dan memberi saran tindak lanjut yang
diperlukan sesuai dengan kondisi peserta Posbindu. Format KMS
mencakup nomor identitas, data demografi, waktu kunjungan, jenis
faktor risiko dan tindak lanjut. Pada KMS ditambahkan keterangan
23

golongan darah dan status penyandang yang berguna sebagai


informasi medis jika pemegang kartu mengalami kondisi darurat di
perjalanan. Hasil dari setiap jenis pengukuran/pemeriksaan faktor
risiko pada setiap kunjungan peserta ke Posbindu dicatat pada KMS
oleh masing-masing kader faktor risiko. Demikian pula tindak lanjut
yang dilakukan oleh kader.
b. Buku Pencatatan Hasil Kegiatan Posbindu
Buku pencatatan diperlukan untuk mencatat identitas dan
keterangan lain mencakup nomor, No KTP/ kartu identitas lainnya,
nama, umur, dan jenis kelamin. Buku ini merupakan dokumen/file
data pribadi peserta yang berguna untuk konfirmasi lebih lanjut jika
suatu saat diperlukan. Melalui buku ini, dapat diketahui karakteristik
peserta secara umum. Buku Pencatatan faktor risiko diperlukan
untuk mencatat semua kondisi faktor risiko dari setiap
anggota/peserta. Buku ini merupakan alat bantu mawas diri bagi
koordinator dan seluruh petugas Posbindu dalam mengevaluasi
kondisi faktor risiko seluruh peserta. Hasil pengukuran/pemeriksaan
faktor risiko yang masuk dalam kategori buruk diberi tanda warna
yang menyolok. Melalui buku ini kondisi kesehatan seluruh peserta
dapat terpantau secara langsung, sehingga koordinator maupun
petugas dapat mengetahui dan mengingatnya serta memberikan
motivasi lebih lanjut. Selain itu buku tersebut merupakan file data
kesehatan peserta yang sangat berguna untuk laporan secara khusus
misalnya ketika diperlukan data kesehatan untuk kelompok usia
lanjut atau data jumlah penderita, dan juga merupakan sumber data
surveilens atau riset/penelitian secara khusus jika suatu saat
diperlukan.
6. Tindak Lanjut Hasil Posbindu
Tujuan dari penyelenggaran Posbindu, yaitu agar faktor risiko
dapat dicegah dan dikendalikan lebih dini. Faktor risiko yang telah
terpantau secara rutin dapat selalu terjaga pada kondisi normal atau tidak
24

masuk dalam kategori buruk, namun jika sudah berada dalam kondisi
buruk, faktor risiko tersebut harus dikembalikan pada kondisi normal.
Tidak semua cara pengendalian faktor risiko, harus dilakukan dengan
obat-obatan. Pada tahap dini, kondisi faktor risiko dapat dicegah dan
dikendalikan melalui diet yang sehat, aktifitas fisik yang cukup dan gaya
hidup yang sehat seperti berhenti merokok, pengelolaan stres dan lain-
lain. Melalui konseling dan/atau edukasi dengan kader konselor/edukator,
pengetahuan dan keterampilan masyarakat untuk mencegah dan
mengendalikan faktor risiko dapat ditingkatkan. Dengan proses
pembelajaran di atas secara bertahap, maka setiap individu yang
mempunyai faktor risiko akan menerapkan gaya hidup yang lebih sehat
secara mandiri.

7. Rujukan Posbindu
Apabila pada kunjungan berikutnya (setelah 3 bulan) kondisi faktor
risiko tidak mengalami perubahan (tetap pada kondisi buruk), atau sesuai
dengan kriteria rujukan, maka untuk mendapatkan penanganan yang
lebih baik harus dirujuk ke Puskesmas atau Klinik Swasta sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan yang bersangkutan. Meskipun telah
mendapatkan pengobatan yang diperlukan, kasus yang telah dirujuk tetap
dianjurkan untuk melakukan pemantauan faktor risiko PTM di Posbindu.
25

Gambar 2.2 Alur Tindak lanjut dan Rujukan Hasil Deteksi Dini di
Posbindu
Keterangan alur:
Pelaksanaan Posbindu dimulai dengan layanan pendaftaran dilanjutkan

dengan wawancara dan pengukuran faktor risiko. Kader Posbindu akan


melakukan konseling dan edukasi terhadap permasalahan kesehatan yang
dijumpai pada peserta posbindu termasuk melaksanakan sistem rujukan
ke Puskesmas bila diperlukan sesuai dengan kriteria. Hasil pelaksanaan
Posbindu tercatat secara tertib dan diberikan kepada Petugas Puskesmas
atau Unsur Pembina lainnya yang memerlukan sebagai bahan informasi.
Dari penilaian terhadap hasil pengukuran faktor risiko yang
didapatkan, selanjutnya ditentukan tindakan apa yang dibutuhkan dalam
penanganan faktor risiko tersebut. Untuk dapat merujuk ke
Puskesmas/Klinik Swasta lainnya, perlu ditentukan sesuai dengan kriteria
sebagai berikut:
a. Bila terdapat 1 atau lebih faktor risiko yang ditangani masuk dalam
kriteria buruk
26

b. Bila penanganan faktor risiko kriteria sedang tidak berhasil pada


kunjungan 3 bulan berikutnya.
c. Bila dari hasil pemeriksaan/pengukuran faktor risiko diperlukan
konfirmasi lanjutan dari tenaga kesehatan.
d. Pada penyandang faktor risiko yang memerlukan obat-obatan atau
yang dalam pengobatan memerlukan konsultasi dengan dokternya.
e. Bila pada pemeriksaan uji fungsi paru sederhana terdapat nilai APE
(Arus Pernafasan Ekspirasi) kurang dari nilai prediksi atau peserta
yang berisiko dengan hasil nilai pengukuran APE sama dengan nilai
prediksi.
f. Ditemukan pemeriksaan IVA (+) pada perempuan yang telah
diperiksa (yang dilakukan oleh dokter atau bidan terlatih)
g. Dicurigai kelainan organ reproduksi berdasarkan hasil wawancara
kader Posbindu
h. Ditemukan benjolan dan kelainan lainnya pada pemeriksaan
payudara.
i. Ditemukan potensi terjadinya cedera dan kekerasan dalam rumah
tangga serta kadar alkohol pernafasan dan tes amfetamin urin (+).
j. Kondisi-kondisi gawat yang memerlukan penanganan cepat dari
tenaga kesehatan, seperti serangan jantung dan stroke, serta terjadi
penurunan kadar gula darah yang cepat berakibat dengan penurunan
kesadaran, serangan sesak nafas pada penderita penyakit paru yang
menahun maupun cidera akibat kecelakaan dan tindak kekerasan.
Pada saat merujuk, sertakan KMS dan lembar rujukan ke Puskesmas
sebagai media informasi Petugas Puskesmas dalam menerima rujukan
dari masyarakat dan pada kondisi tertentu bila memerlukan pendamping
rujukan dari kader Posbindu agar dipersiapkan dengan sebaik-baiknya
F. Pembinaan
Kegiatan pembinaan antara lain dilakukan terhadap Posbindu secara
periodik oleh Puskesmas atau Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Kegiatan
pembinaan antara lain:
27

1. Penyelenggaraan forum komunikasi bagi Kader Pelaksana Posbindu


minimal 2 kali setahun yang di fasilitasi oleh Puskesmas dan Dinas
Kesehatan. Melalui forum komunikasi setiap Posbindu PTM diminta
untuk menyampaikan tingkat perkembangan yang telah dicapai, kendala
yang dihadapi dan upaya yang telah dilakukan untuk mengatasinya,
dukungan yang telah diperoleh dan upaya yang telah dilakukan untuk
memperoleh dukungan tersebut. Melalui forum komunikasi ini setiap
Posbindu PTM akan mendapatkan pengetahuan dan keterampilan
tambahan tentang penyelenggaraan Posbindu
2. Pemilihan kader teladan melalui penyelenggaraan lomba antara lain
pengetahuan dan keterampilan kader. Penghargaan sebaiknya diberikan
dalam bentuk buku pengetahuan dan barang yang dapat digunakan kader
dalam menjalankan tugasnya. Tujuan kegiatan ini untuk memacu kader
dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya sehingga
berperilaku hidup bersih dan sehat agar menjadi panutan masyarakat dan
makin aktif dalam penyelenggaraan Posbindu
3. Pemilihan Posbindu teladan melalui evaluasi penyelenggaraan, evaluasi
administrasi termasuk pencatatanpelaporan, dan penilaian tingkat
perkembangan Posbindu menurut seluruh indikator yang ditetapkan.
Penghargaan sebaiknya diberikan dalam bentuk dana atau sarana yang
dapat digunakan dalam pelaksanaan kegiatan. Tujuan kegiatan ini untuk
memacu tingkat perkembangan Posbindu menuju peningkatan kualitas
dan kemandirian. Petunjuk Teknis Kegiatan Posbindu.
4. Pelaksanaan studi banding untuk Posbindu yang sebagian besar
indikatornya masih berada pada tingkat Pratama agar menjadi tingkat
Mandiri. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan tenaga pelaksana melalui contoh penyelenggaraan
Posbindu secara langsung.
5. Pendampingan oleh Puskesmas dengan memberikan bantuan teknis dan
fasilitas secara berkala dan berkesinambungan.
28

G. Penilaian Keberhasilan Upaya Pembinaan Lansia melalui Posbindu


Lansia
Menurut Henniwati, penilaian keberhasilan pembinaan lansia melalui
kegiatan pelayanan kesehatan di posbindu, dilakukan dengan menggunakan
data pencatatan, pelaporan, pengamatan khusus dan penelitian. Keberhasilan
tersebut dapat dilihat dari:
1. Meningkatnya sosialisasi masyarakat lansia dengan berkembangnya
jumlah orang masyarakat lansia dengan berbagai aktivitas
pengembangannya
2. Berkembangnya jumlah lembaga pemerintah atau swasta yang
memberikan pelayanan kesehatan bagi lansia
3. Berkembangnya jenis pelayanan konseling pada lembaga
4. Berkembangnya jangkauan pelayanan kesehatan bagi lansia
5. Penurunan daya kesakitan dan kematian akibat penyakit pada lansia
BAB III
PRE-PLANNING
EMPAT PILAR PENATALAKSANAAN DIABETES MELITUS (DM)
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KUALA LEMPUING
PRODI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

A. Latar Belakang
Diabetes Melitus adalah keadaan di mana tekanan darah mengalami
peningkatan yang memberikan gejala berlanjut pada suatu organ target di
tubuh. Hal ini dapat menimbulkan kerusakan yang lebih berat, misalnya
stroke (terjadi pada otak dan menyebabkan kematian yang cukup tinggi),
penyakit jantung koroner (terjadi kerusakan pembuluh darah jantung), dan
hipertrofi ventrikel kiri (terjadi pada otot jantung). Diabetes Melitus juga
dapat menyebabkan penyakit gagal ginjal, penyakit pembuluh lain dan
penyakit lainnya (Syahrini et al., 2012). Umumnya penyakit diabetes Melitus
terjadi pada orang yang sudah berusia lebih dari 40 tahun. Penyakit ini
biasanya tidak menunjukkan gejala yang nyata dan pada stadium awal belum
menimbulkan gangguan yang serius pada kesehatan penderitanya (Gunawan,
2012). Hal ini serupa seperti yang dikemukakan oleh Yogiantoro (2006),
Diabetes Melitus tidak mempunyai gejala khusus sehingga sering tidak
disadari oleh penderitanya.
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencegah
komplikasi pada penderita diabetes mellitus salah satunya yaitu dengan
memberikan 4 pilar petalaksanaan diabetes melitus. Penatalaksanaan 4 pilar
ini berisi mengenai edukasi, terapi gizi (pengaturan pola makan), latihan
jasmani dan intervensi farmakologis (pengobatan).
Di dunia diperkirakan 7,5 juta kematian disebabkan oleh tekanan darah
tinggi. Pada tahun 1980 jumlah orang dengan diabetes Melitus ditemukan
sebanyak 600 juta dan mengalami peningkatan menjadi hampir 1 milyar pada
tahun 2008 (WHO, 2013). Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil riset
kesehatan tahun 2007 diketahui bahwa prevalensi diabetes Melitus di
Indonesia sangat tinggi, yaitu rata-rata 3,17% dari total penduduk dewasa.
30

Hal ini berarti dari 3 orang dewasa, terdapat 1 orang yang menderita diabetes
Melitus (Riskesdas, 2008). Hasil penelitian yang dilakukan oleh 2 Riskesdas
menemukan prevalensi diabetes Melitus di Indonesia pada tahun 2013 sebesar
25,8%. Daerah Bangka Belitung menjadi daerah dengan prevalensi diabetes
Melitus yang tertinggi yaitu sebesar 30,9%, kemudian diikuti oleh
Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat
(29,4%) (Riskesdas, 2013). Angka kesakitan Di Kota Bengkulu saat ini
terutama disebabkan oleh penyakit Diabetes Melitus sebanyak 7,037 orang.
Hasil observasi di wilayah kerja Puskesmas Lempuing Kota Bengkulu
didapatkan jumlah lansia sekitar 30 orang. Lansia tersebut mayoritas
menderita Hipertensi, Diabetes Melitus dan Arthritis Rheumatoid. Secara
sosial penderita diabetes mellitus mengalami hambatan umumnya berkaitan
dengan pengaturan pola makan dan keterbatasan aktivitas fisik hal ini
dikarenakan adanya komplikasi serta keterbatasan akibat usia lanjut.
Berdasarkan hasil yang didapatkan maka kelompok akan memberikan
penyuluhan mengenai 4 pilar penatalaksanaan diabetes mellitus di wilayah
kerja Puskesmas Kuala Lempuing Kota Bengkulu.

B. Rumusan Masalah
Masih banyak lansia khususnya lansia yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Lempuing kota Bengkulu yang masih banyak mengalami penyakit
Diabetes Melitus namun tidak mengetahui pantangan dan cara pencegahan
komplikasi diabetes melitus. Untuk itu saat ini kami Mahasiswa Prodi Profesi
Ners Angkatan 3 Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu tahun
2020 ini ingin melakukan penyuluhan tentang empat pilar penatalaksanaan
diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas Kuala Lempuing Kota
Bengkulu.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
31

Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan diharapkan lansia dapat


menambah pengetahuan, mampu meningkatkan dan menerapkan
penatalaksanaan keperawatan empat pilar penatalaksanaan diabetes
mellitus dirumah secara mandiri.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui karakteristik responden yang meliputi usia, jenis kelamin,
pekerjaan, alamat dan keluhan yang dirasakan responden
b. Diketahui kadar gula darah sewaktu (GDS) responden
c. Diketahui pengetahuan responden tentang pengertian, pernyebab,
klasifikasi, tanda dan gejala, cara pemantauan glukosa, cara
perawatan kaki, pola makan, aktivitas, terapi obat
d. Diketahui kemampuan responden mengikuti senam diabetes melitus

D. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik/Judul Kegiatan
Penyuluhan empat pilar penatalaksanaan diabetes melitus di
wilayah kerja Puskesmas Kuala Lempuing Kota Bengkulu
2. Sasaran/Target
Seluruh lansia di wilayah kerja Puskesmas Kuala Lempuing Kota
Bengkulu
3. Metode
Ceramah, tanya jawab dan demonstrasi
4. Media dan Alat
a. LCD
b. Layar Proyektor
c. Laptop
d. Speaker
e. Microphone
f. Leaflet (Materi: Terlampir)
g. Video
h. Power Point
32

i. Lembar Balik
j. Kabel Panjang
5. Waktu dan Tempat
a. Hari/tanggal : Kamis, 22 Oktober 2020
b. Jam : 15.30- 17.00 WIB
c. Tempat : Rumah Ketua RT 11 RW 03
6. Pengorganisasian
a. Penanggung Jawab Acara : Selvia Ika Safitri
Mengkoordinir persiapan dan pelaksanaan penyuluhan
b. Moderator : Gita Andita Sari
1) Membuka acara
2) Memperkenalkan pelaksanaan kegiatan
3) Menjelaskan tujuan penyuluhan
4) Membuat kontrak waktu
c. Penyaji : Aurellia Firstania
1) Memberikan penyuluhan pada lansia
2) Menjawab pertanyaan
d. Notulen : Yola Anggraeni
Mencatat pelaksanaan dan hasil tanya jawab
e. Observer : Yohana Dewi Abriani
1) Mengamati proses pelaksanaan kegiatan penyuluhan dari awal
sampai akhir
2) Membuat laporan hasil penyuluhan yang dilaksanakan
f. Fasilitator : Nuzula Fitri, Made Lisa Sugiharti, Kurnia
Septiani
1) Memfasilitasi peserta untuk berperan aktif selama penyuluhan
g. Dokumentasi : Indah Havizah Ilmi & Rahma Della
1) Mendokumentasikan kegiatan
h. Konsumsi : Nuzula Fitri & Made Lisa
1) Mempersiapkan konsumsi
i. Perlengkapan : Richa Anggraini & Hesti Karmila
33

1) Mempersiapkan alat-alat untuk kegiatan


j. Instruktur Senam : Hesti Karmila, Nuzula Fitri, Made Lisa
Sugiharti, Elda Damayanti, Nimas Faiddah Lailiyah, Depi Susen
Dewi
1) Mendemonstrasikan senam diabetes mellitus
k. Meja 1 : Kurnia Septiani, Depi Susen Dewi
1) Registrasi awal
l. Meja 2 : Richa Anggraini, Hesti Karmila
1) Wawancara kesehatan
m. Meja 3 : Made Lisa Sugiharti, Selvia Ika Safitri
1) Pengukuran TB, BB, IMT
n. Meja 4 : Elda Damayanti, Nimas Faiddah Lailiyah,
Rahma Della Januariska
1) Pemeriksaan tekanan darah dan GDS
o. Meja 5 : Aurellia Firstania
1) Edukasi/Konseling/Rencana tindak lanjut

E. Setting Tempat

Keterangan:
: Pembimbing

: Penyaji
34

: Notulen

: Fasilitator

: Moderator

: Lansia

: Observer

G. Susunan Acara
No. Acara Kegiatan Audiens Waktu
1. Pembukaan 5 menit
 Memberi salam  Menjawab salam
 Menjelaskan kontrak waktu  Mendengarkan dan
dan tujuan pertemuan memperhatikan
 Menanyakan permasalahan  Mengemukakan
yang dirasakan saat ini permasalahan (jika ada)
 Mendiskusikan masalah (jika  Mendiskusikan
ada)
2. Pelaksanaan 35 menit
 Mengkaji pengetahuan warga  Mengemukakan
tentang Diabetes mellitus pendapat
 Mendengarkan dan
 Memberi reinforcement memperhatikan
 Mendengarkan dan
 Menjelaskan pengertian memperhatikan
Diabetes mellitus  Mendengarkan dan
 Menjelaskan penyebab memperhatikan
Diabetes mellitus  Mendengarkan dan
 Menjelaskan tanda gejala memperhatikan
Diabetes mellitus  Mendengarkan dan
 Menjelaskan komplikasi memperhatikan
Diabetes mellitus  Mendengarkan dan
 Menjelaskan pola makanan memperhatikan
yang sesuai untuk penderita
diabetes melitus  Mendengarkan dan
 Menjelaskan aktivitas fisik memperhatikan
yang sesuai pada penderitas
DM  Mendengarkan dan
 Menjelaskan pengobatan yang memperhatikan
sesuai  Mengikuti demonstrasi
 Mengajarkan dan
menstimulasi lansia untuk
mendemonstrasikan ulang
senam diabetes
 Mendiskusikan pengetahuan  Mengememukakan
responden terhadap materi pertanyaan
35

yang disampaikan
 Mengevaluasi pengetahuan  Menjawab pertanyaan
responden secara sumatif dan yang dikemukan penyaji
formatif
3. Penutup 10 menit
 Bersama warga  Ikut menyimpulkan
menyimpulkan materi
 Memberi salam  Menjawab salam

H. Rencana Evaluasi
Kriteria evaluasi
1. Struktur
a. Lebih dari 85% undangan menghadiri acara diacara sampai selesai
b. Alat dan media sesuai dengan rencana
c. Peran dan fungsi masing-masing sesuai dengan yang direncanakan
2. Proses
a. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan
b. Peserta penyuluhan mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
c. Peserta berperan aktif selama jalannya diskusi
3. Hasil
Setelah penyuluhan diharapkan 80% peserta dapat:
a. Mengetahui pengertian, pernyebab, klasifikasi, tanda dan gejala, cara
pemantauan glukosa, cara perawatan kaki, pola makan, aktivitas,
terapi obat
b. Mengikuti kegiatan senam diabetes dengan baik sampai selesai
LAMPIRAN
Lampiran 1

A. Konsep Penyakit
1. Pengertian Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus (DM) merupakan kumpulan penyakit
metabolisme yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah
(hiperglikemia) yang disebabkan karena kegagalan sekresi insulin atau
kerja insulin.
Hiperglikemia yang kronis dapat menyebabkan kerusakan jangka
panjang, ketidakfungsian dan kegagalan dari berbagai organ seperti mata,
ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah (American Diabetes
Association, 2013).
2. Klasifikasi Diabetes Mellitus
a. Diabetes mellitus tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes
Mellitus/IDDM
DM tipe 1 terjadi karena adanya destruksi sel beta pankreas
karena sebab autoimun. Pada DM tipe ini terdapat sedikit atau tidak
sama sekali. Sekresi insulin dapat ditentukan dengan level protein c-
peptida yang jumlahnya sedikit atau tidak terdeteksi sama sekali.
Manifestasi klinis pertama dari penyakit ini adalah ketoasidosis.
b. Diabetes mellitus tipe 2 atau Insulin Non-dependent Diabetes
Mellitus/NIDDM
Pada penderita DM tipe ini terjadi hiperinsulinemia tetapi
insulin tidak bisa membawa glukosa masuk ke dalam jaringan karena
terjadi resistensi insulin dan mengakibatkan defisiensi relatif insulin.
3. Penyebab Diabetes Mellitus
a. Faktor keturunan
Faktor genetik mengubah kemampuannya untuk mengenali
dan menyebarkan rangsang sekretoris insulin.
b. Obesitas
Kegemukan menyebabkan berkurangnya jumlah reseptor
insulin yang dapat bekerja di dalam sel pada otot skeletal dan
jaringan lemak.
c. Usia
Setelah seseorang mencapai usia 30 tahun, maka kadar glukosa
darah naik 1-2 mg% tiap tahun saat puasa dan akan naik 6-13% pada
2 jam setelah makan.
d. Tekanan Darah
Seseorang yang beresiko menderita DM adalah yang
mempunyai tekanan darah tinggi (hipertensi). Yaitu tekanan darah ≥
140/90 mmHg.
4. Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus
a. Pengeluran urin (Poliuria)
Poliuria dalah keadaan dimana volume air kemih dalam 24 jam
meningkat melebihi batas normal.
b. Timbul Rasa Haus (Polidipsia)
Polidipsia adalah rasa haus berlebih yang timbul karena kadar
glukosa terbawa oleh urin sehingga tubuh merespon untuk
meningkatkan asupan cairan
c. Timbul Rasa Lapar (Polifagia)
Pasien DM akan merasa lapar, hal ini disebabkan karena
glukosa dalam tubuh semakin habis sedangkan kadar glukosa dalam
darah cukup tinggi.
e. Penyusutan Berat Badan
Penyusutan berat badan pada pasien DM dikarenakan tubuh
terpaksa mengambil dan membakar sebagai cadangan energi.
5. Cara Pemantauan Glukosa Darah dan Target Glukosa Darah
a. Cara pemantauan glukosa darah mandiri dapat dilakukan dengan
pemeriksaan glukosa darah berkala yang dilakukan dengan
menggunakan glukometer oleh penyandang sendiri dan atau
keluarganya. Pemantauan glukosa darah mandiri dapat dilaksanakan
oleh penyandang yang telah mendapatkan edukasi dari tenaga
kesehatan terlatih. Kesalahan cara menggunakan glucometer dapat
menghasilkan nilai glukosa darah yang tidak akurat hingga 91-97%.
b. Pemantauan glukosa darah mandiri sebaiknya dilakukan pada DM
Tipe II dengan keadaan sebagai berikut :
1) Menggunakan insulin
2) Pada kondisi khusus (penyandang diabetes yang kejadian
hipoglikemia berulang, saat sakit berat yang dapat memengaruhi
variabilitas glukosa darah, neuropati berat, puasa Ramadan dan
puasa lainnya, terapi steroid, pekerjaan fisik berat, pengemudi,
operator mesin berat, pemadam kebakaran dan mereka dengan
pekerjaan lain yang bila terjadi hipoglikemia dapat
membahayakan dirinya atau orang lain).
3) Menggunakan obat hipoglikemik oral (OHO).
4) Terkendali tanpa obat (hanya dengan aktivitas fisik dan nutrisi)
pada kondisi tertentu (misalnya aktivitas berat yang tidak biasa
dilakukan, sedang sakit, dll).
c. Target Glukosa Darah Normal
Tabel. Target Glukosa Darah untuk Penyandang DM
Parameter Target
Glukosa darah pre-prandial kapiler 80-130 mg/dL
Glukosa darah 1-2 jam post-prandial kapiler <180 mg/dL

6. Pentingnya Perawatan Kaki


a. Boleh dilakukan:
1) Membersihkan kaki setiap hari
2) Keringkan dengan handuk termasuk sela-sela jari
3) Memberikan pelembab pada daerah kaki yang kering kecuali
sela-sela jari
4) Jangan lupa untuk menggunting kuku secara lurus mengikuti
bentuk normal jari kaki
5) Gunakan sepatu atau sandal yang baik
6) Hubungi dokter bila kaki terluka
b. Tidak boleh dilakukan
1) Jangan merendam kaki dengan air hangat untuk menghangatkan
kaki
2) Jangan menggunakan botol panas atau peralatan listrik untuk
menghangatkan kaki
3) Jangan menggunakan batu/silet untuk mengurangi kapalan
4) Jangan menggunakan sepatu atau kaos kaki yang sempit
5) Jangan menggunakan obat-obatan tanpa anjuran dokter untuk
menghilangkan mata ikan
6) Jangan membiarkan luka sekecil apapun dikaki harus segera
dirawat

B. Pola Makan Seimbang dan Sesuai


Dalam mengatur pola makan pada penderita diabetes, maka ada 4 hal
penting yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. J1: Jumlah kalori
Makanlah makanan sesuai dengan kebutuhan kalori tubuh. Untuk
mengetaui berapa jula kalori yang kita perlukan, maka kita terlebih
dahulu kita harus menghitung status gizi kita dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :

Berat Badan(BB )
BMI = Tinggi Badan(TB)2

Dengan keterangan hasil sebagai berikut:

Gambar. Klasifikasi IMT


2. J2: Jadwal
Selain menatur jumlah kalori yang dikonsumsi, penderita DM juga
harus memperhatikan jadwal makannya. Tujuan dari mengatur jadwal
makan bagi penderita DM adalah agar gula darah tetap stabil. Jam makan
yang bisa diterapkan bagi penderita DM adalah sebagai berikut:

Gambar. Jadwal Makan DM

3. J3: Jenis Makanan


Memilih jenis makanan adalah kunci utama dalam pengaturan pola
makanan bagi penderita DM. Ada 3 jenis makanan yang bermanfaat bagi
penderita DM adalah makanan yang mengandung antioksidan, makanan
yang mengandung indeks glukosa rendah, dan makanan yang
mengandung serat. Jenis makanan tersebut sebagai berikut:
a. Makanan dengan Kadar Glukosa Rendah (Aman Bagi Diabetes)
1) Kacang-kangan
2) Agar-agar
3) Sereal/oat
4) Kentang, jagung, singkong, beras merah
5) Apel, pir, wortel, alpukat
6) Susu, susu kedelai, yougurt, teh
7) Jeruk, strawberi
8) Roti gandum, telur
b. Makanan dengan Kadar Glukosa Sedang (Perlu Dibatasi)
1) Nanas, pisang, anggur, papaya
2) Es krim, madu
3) Bubur
4) Ubi jalar
5) Roti tawar
6) Kue-kue
c. Makanan dengan Kadar Glukosa Tinggi (Perlu Dihindari)
1) Semangka
2) Kurma
3) Soda
4) Makanan cepat saji
5) Pasta
6) Bihun
7) Kue kue
8) Nasi putih
9) Biskuit
4. J4: Jurus Masak
Penderita diabetes harus mengurangi makanan yang digoreng dan
sebaiknya memilih hidangan yang dimasak dengan cara direbus,
dikukus, atau dipanggang sebentar. Kalau ingin memanggang dengan
cara yang praktis, gunakan teflon tapi tanpa minyak. Untuk
memberikan rasa, kamu bisa menyiramkan minyak zaitun.
Selain dengan pengaturan pola makanan diatas juga dapat menggunakan
pola makan dengan piramida sebagai berikut:

Gambar. Piramida Makanan


C. Aktif Bergerak/Olahraga
Aktif bergerak adalah pilar sukses ke-3 bagi pengobatan diabetes
melitus. Latihan jasmani amat penting dilakukan minimal 3-4 kali dalam
seminggu, selama 30 menit.
1. Aktivitas Fisik Sehari-hari
Dengan membiasakan pola hidup sehat, kadar glukosa darah pun
dapat terkontrol. Misalnya, membatasi penggunaan kendaraan bermotor
dan memilih aktif berjalan kaki. Begitu pun ketika di kantor atau
pertokoan, hindari penggunaan lift dan aktif naik tangga.
2. Aktivitas Rekreasi
Aktivitas rekreasi adalah aktivitas dengan intensitas sedang-tinggi
yang dilakukan pada waktu liburan, biasanya berupa olahraga. Bagi
penderita diabetes, olahraga yang baik adalah yang bersifat aerobik,
seperti jalan cepat, jogging, bersepeda, dan berenang. Namun, bila
kondisi cukup fit dan belum terdapat komplikasi, olahraga beregu seperti
futsal dan voli juga dapat menjadi pilihan.
3. Hindari Aktivitas Sedentari
Aktivitas sedentari adalah aktivitas yang memerlukan energi
sedikit. Dalam arti sempit adalah kegiatan yang bermalas-malasan. Jadi,
hindari bentuk kegiatan seperti ini. Contohnya menonton televisi,
menggunakan internet dalam waktu lama, dan main game computer.
4. Senam Diabetes
Senam Diabetes adalah senam fisik yang dirancang menurut usia
dan status fisik dan merupakan bagian dari pengobatan diabetes mellitus.
Senam diabetes adalah senam aerobic low impact dan rithmis gerakan
menyenangkan tidak membosankan dan dapat diikuti semua kelompok
umur sehingga menarik antusiasme kelompok dalam klub-klub diabetes.
Untuk mencapai efek metabolik, maka latihan inti berkisar antara
30-40 menit dengan pemanasan dan pendinginan masing-masing 5-10
menit. Bila kurang, maka efek metabolik sangat rendah, sebaliknya bila
berlebihan menimbulkan efek buruk terhadap sistem muskuloskeletal dan
kardiovaskuler serta sistem respirasi.
Frekuensi olahraga berkaitan erat dengan intensitas dan lamanya
berolahraga, Menurut hasil penelitian, ternyata yang paling baik adalah 5
kali seminggu. Tiga kali seminngu sudah cukup baik, dengan catatan
lama latihan harus diperpanjang 5 sampai 10 menit lagi. Jangan sampai 7
kali seminggu, karena tidak ada hari untuk istirahat, lagipula kurang baik
untuk metabolisme tubuh.

D. Terapi Obat
Kadangkala diet dan aktivitas jasmani belum cukup mengendalikan kadar
glukosa darah. Oleh karena itu, dokter biasanya meresepkan sejumlah obat
tertentu untuk menurunkan kadar glukosa agar normal. Patuhi jadwal dan tata
cara minum obat. Bila mendapat suntikan insulin, penderita DM wajib
mematuhinya. Pelajari tentang efek penggunaan obat dapat membantu apabila
terjadi kegawatdaruratan diabetes yang mengancam nyawa.
1. Obat Antihiperglikemia Oral Berdasarkan Cara Kerjanya
a. Pemacu sekresi insulin (Insulin Secretagogue)
1) Sulfonilurea
2) Glinid
b. Peningkat sensivitas terhadap insulin
1) Metformin
2) Tiazolidindion (TZD)
c. Penghambat absorpsi glukosa di saluran pencernaan
1) Penghambat alfa glucosidase
d. Penghambat DPP-IV (Dipeptidyl Peptidase IV)
e. Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucose Cotransporter 2)
2. Obat Antihiperglikemia Suntik Termasuk Antihiperglikemia Suntik
a. Insulin
Tabel. Profil Obat Antihiperglikemia Oral yang Tersedia di Indonesia
(PERKENNI, 2015)
Golongan obat Cara kerja Utama Efek Samping Penurunan
HbA1c
Sulfonilurea Meningkatkan sekresi BB naik, 1.0-2.0 %
insulin Hipoglikemia
Glinid Meningkatkan sekresi BB naik, 0.5 – 1.5 %
insulin Hipoglikemia
Metaformin Menekan produksi Dyspepsia , diare, 1.0-2.0 %
glukosa hati & asidosis laktat
Menambah sensitifitas
terhadap insulin
Penghambat/Alfa Menghambat absorpsi Flatulen, tinja 0.5-0.8 %
Glukosidase glukosa lembek
Tiazolidindion Menambah snsitifitas edema 0.5 -1.4 %
terhadap insulin
Penghambat DDP- Meningkatkan sekresi Sebah dan muntah 0.5-0.8 %
IV insulin, menghambat
sekresi glukagon
Penghambat Menghambat Dehidrasi, ISK 0.8-1.0 %
SGLT-2 penyerapan kembali
Glukosa di Tubui distal
Ginjal
Lampiran 2

LEMBAR OBSERVASI
KEGIATAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN (PKK)
GERONTIK
PRODI PROFESI NERS POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

Tempat : Rumah Ketua RT Wilayah Kerja Puskesmas Kuala


Lempuing
Nama Observer : Yohana Dewi Abriani
Lembar Observer 1
No. Hal yang Diobservasi Baik Cukup Kurang Keterangan
1. Persiapan:
 Tempat Penyuluhan
 LCD
 Laptop
 Leaflet
 Absensi
 Undangan
 Tepat waktu
2. Moderator:
 Salam
 Menjelaskan tujuan
 Kontrak waktu
3. Penyaji:
 Sistematis
 Cara penyampaian
 Atraktif
 Tanggap situasi
4. Fasilitator:
 Penjelasan mudah
dipahami
 Memotivasi peserta
dalam bertanya dan
menjawab
 Menjadi contoh dalam
kegiatan
5. Peserta:
 Antusiasme
 Pemahaman materi
Lembar Observer 2
No. Acara Kegiatan Audiens Waktu
1. Pembukaan 5 menit
 Memberi salam  Menjawab salam
 Menjelaskan kontrak waktu  Mendengarkan dan
dan tujuan pertemuan memperhatikan
 Menanyakan permasalahan  Mengemukakan
yang dirasakan saat ini permasalahan (jika ada)
 Mendiskusikan masalah (jika  Mendiskusikan
ada)
2. Pelaksanaan 35 menit
 Mengkaji pengetahuan warga  Mengemukakan
tentang Diabetes mellitus pendapat
 Mendengarkan dan
 Memberi reinforcement memperhatikan
 Mendengarkan dan
 Menjelaskan pengertian memperhatikan
Diabetes mellitus  Mendengarkan dan
 Menjelaskan penyebab memperhatikan
Diabetes mellitus  Mendengarkan dan
 Menjelaskan tanda gejala memperhatikan
Diabetes mellitus  Mendengarkan dan
 Menjelaskan komplikasi memperhatikan
Diabetes mellitus  Mendengarkan dan
 Menjelaskan pola makanan memperhatikan
yang sesuai untuk penderita
diabetes melitus  Mendengarkan dan
 Menjelaskan aktivitas fisik memperhatikan
yang sesuai pada penderitas
DM  Mendengarkan dan
 Menjelaskan pengobatan yang memperhatikan
sesuai  Mengikuti demonstrasi
 Mengajarkan dan
menstimulasi lansia untuk
mendemonstrasikan ulang
senam diabetes
 Mendiskusikan pengetahuan  Mengememukakan
responden terhadap materi pertanyaan
yang disampaikan
 Mengevaluasi pengetahuan  Menjawab pertanyaan
responden secara sumatif dan yang dikemukan penyaji
formatif
3. Penutup 10 menit
 Bersama warga  Ikut menyimpulkan
menyimpulkan materi
 Memberi salam  Menjawab salam
Lampiran 3
STANDART OPERASIONAL
PROSEDUR SENAM DIABETES
PROSEDUR KET
1. Input
1. DVD
2. DVD senam Prolanis
3. Speaker (pengeras suara)
2. Proses
 Peregangan
Gerakan 1:
Kaki dibuka selebar bahu. Kedua tangan dirangkai di atas kepala.
Badan dan kepala dicondongkan ke kanan. Pandangan ke depan.
Tahan hingga delapan hitungan. Kembali ke tengah, ulangi untuk sisi
sebaliknya.
Gerakan 2:
Kaki dibuka selebar bahu. Tangan mengepal di samping badan, bahu
diangkat dan diputar. Pada setiap hitungan, posisi bahu diangkat.
Lakukan 4 x 8 hitungan.
 Pemanasan
Gerakan 1
Kaki dibuka selebar bahu. Lutut ditekuk dan digerakkan turun naik.
Tangan didepan dada, telapak tangan dikibas-kibaskan. Lakukan 2x8
hitungan bergantian dalam posisi serong kiri, ke depan dan serong
kanan.
Gerakan 2
Kaki dibuka selebar bahu. Lutut ditekuk, gerakkan turun naik.
Siku diangkat setinggi dada dengan gerakan telapak tangan
seolah memutar bola. Lakukan 2x8 hitungan bergantian dalam
posisi serong kanan, ke depan, serong kiri.
 Inti
Gerakan 1
Angkat lutut kanan sejajar paha. Kaki kiri lurus. Kedua siku
diayun di depan dada (tangan kanan di atas). Ganti angkat lutut
kiri, kaki kanan lurus. Dua siku diayun di depan dada (tangan kiri
di atas). Lakukan bergantian dengan hitungan 1x8.
Gerakan 2
Buka kaki selebar bahu. Langkahkan kaki bergantian ke samping
kiri dan kanan satu langkah. Tangan didorong ke atas dan ke
bawah dengan mengepal. Lakukan dengan hitungan 1 x 8.
 Pendinginan
Gerakan 1
Kaki dibuka selebar bahu, badan tegak menghadap ke depan.
Tangan kanan memegang bahu kiri, tangan kiri memeluk
pinggang kanan. Tekuk kaki kanan dua hitungan, kaki kiri lurus;
lalu ganti tekuk kaki kanan dua hitungangan, kaki kiri lurus.
Lakukan bergantian dalam 1x8 hitungan.
Gerakan 2
Buka kaki selebar bahu, badan tegak menghadap ke depan,
tangan direntangkan. Tekuk kaki kanan dua hitungan, kaki kiri
lurus; lalu ganti tekuk kaki kiri dua hitungan, kaki kanan lurus.
Lakukan bergantian dalam 1x8 hitungan.
3. Output
 Dokumentasi
Lampiran 4
LEMBAR IDENTITAS RESPONDEN

Nama : …………………………………………………………….
Umur : …………………………………………………………….
Alamat : …………………………………………………………….
Pekerjaan : …………………………………………………………….
Riwayat Penyakit : …………………………………………………………….
yang Diderita
Keluhan : …………………………………………………………….
…………………………………………………………….
…………………………………………………………….
TB : …………………………………………………………….
BB : …………………………………………………………….
IMT : …………………………………………………………….
Tekanan Darah : …………………………………………………………….
GDS : …………………………………………………………….
Lampiran 5
POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
DAFTAR HADIR PESERTA KEGIATAN
POSBINDU PRAKTIK KLINIK
KEPERAWATAN (PKK GERONTIK)
PRODI PROFESI NERS
JURUSAN KEPERAWATAN

Hari/Tanggal : Kamis, 22 Oktober 2020


Tempat : Rumah Ketua RT 11 RW 03 Kelurahan Kuala Lempuing
Kegiatan : Penyuluhan Empat Pilar Penatalaksanaan Diabetes Melitus

No
Nama Tanda Tangan
.
1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5. 5.
6. 6.
7. 7.
8. 8.
9. 9.
10. 10
11. 11.
12. 12.
13. 13.
14. 14.
15. 15.
16. 16.
17. 17.
18. 18.
19. 19.
20. 20.
21. 21.
22. 22.
23. 23.
24. 24.
25. 25.
26. 26.
27. 27.
28. 28.
29. 29.
30. 30.
31. 31.
32. 32.
33. 33.
34. 34.
35. 35.
36. 36.
37. 37.
38. 38.
39. 39.
40. 40.
41. 41.
42. 42.
43. 43.
44. 44.
45. 45.
46. 46.
47. 47.
48. 48.
49. 49.
50. 50.
Lampiran 6
POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
DAFTAR HADIR MAHASISWA KEGIATAN
POSBINDU PRAKTIK KLINIK
KEPERAWATAN (PKK GERONTIK)
PRODI PROFESI NERS
JURUSAN KEPERAWATAN

Hari/Tanggal : Kamis, 22 Oktober 2020


Tempat : Rumah Ketua RT 11 RW 03 Kelurahan Kuala Lempuing
Kegiatan : Penyuluhan Empat Pilar Penatalaksanaan Diabetes Melitus
No
Nama Tanda Tangan
.
1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5. 5.
6. 6.
7. 7.
8. 8.
9. 9.
10. 10
11. 11.
12. 12.
13. 13.
14. 14.
15. 15.

Anda mungkin juga menyukai