Anda di halaman 1dari 124

SKRIPSI

HUBUNGAN MOTIVASI KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP


PASIEN YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI POLI
HEMODEALISA RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH BANTEN TAHUN 2021

OLEH :
JAM’AN
NIM: 191030100223

STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2021
SKRIPSI

HUBUNGAN MOTIVASI KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP


PASIEN YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI POLI
HEMODEALISA RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH BANTEN TAHUN 2021

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Keperawatan

OLEH :
JAM’AN
NIM : 191030100223

STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG


JURUSAN S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2021
LEMBARAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul :

HUBUNGAN MOTIVASI KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP


PASIEN YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI POLI
HEMODEALISA RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH BANTEN TAHUN 2021

Telah disetujui untuk diujikan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Program Studi
S-1 Keperawatan STIKes Widya Dharma Husada Tangerang

Pamulang, 12 Maret 2021

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Rita Dwi Pratiwi, S.Kep., M.Sc Ns. Heri Setiawan S.Kep., M.Kep
NIDN. 0412028703 NIDN. 0429069001

Mengetahui,
Kepala Jurusan Prodi S.1 Keperawatan

Ns. Dewi Fitriani, S.Kep.,M.Kep


NIDN. 0317107603
LEMBARAN PENGESAHAN

Skripsi Yang Berjudul :

HUBUNGAN MOTIVASI KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP


PASIEN YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI POLI
HEMODEALISA RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH BANTEN TAHUN 2021

Telah dilakukan Ujian Sidang Skripsi dan Perbaikan sesuai dengan saran Dewan
Penguji serta diperiksa oleh Tim Pembimbing Skripsi
STIKes Widya Dharma Husada Tangerang

Pamulang, 12 Maret 2021

Penguji 1 Penguji II

Ns. Riris Andriati., M.Kep Ns. Heri Setiawan S.Kep., M.Kep


NIDN. 0417108201 NIDN. 0429069001

Mengetahui,
Ketua STIKes Widya Dharma Husada Tangerang

Ns. Dewi Fitriani, S.Kep.,M.Kep


NIDN. 0317107603
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Jam’an

NIM : 191030100223

Tempat dan tanggal Lahir : Tangerang, 12 Mei 1976

Menyatakan bahwa Karya Ilmiah (Skripsi) yang berjudul “Hubungan Motivasi

Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien Yang Menjalani Hemodialisis Di Poli

Hemodealisa Rumah Sakit Umum Daerah Banten” adalah bukan karya tulis

ilmiah orang lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk

kutipan yaang telah disebutkan sumbernya.

Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan apabila pernyataan

ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi akademis.

Pamulang, 12 Maret 2021

Jam’an
NIM. 191030100223
JURUSAN S1 KEPERAWATAN STIkes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG
SKRIPSI, TAHUN 2021

JAM’AN
191030100223

HUBUNGAN MOTIVASI KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN YANG


MENJALANI HEMODIALISIS DI POLI HEMODEALISA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANTEN TAHUN 2021

VI Bab+ 80 halaman+ 5 tabel+ 2 diagram+ 2bagan+ 5 lampiran

ABSTRAK

Kualitas hidup adalah tema penting dalam kehidupan individu dengan pasien yang menjalani
hemodialysis. Hubungan motivasi keluarga yang kuat pada pasien yang menjalani terapi
hemodialisis akan menimbulkan pengaruh positif bagi kesejahteraan fisik maupun psikis. Tujuan
penelitian ini adalah untuk Menganalisis ada tidaknya hubungan antara motivasi keluarga dengan
kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisis di Poli Hemodialisa RSUD Banten. Metode
penelitian ini merupakan bersifat deskriptif analitik dengan menggunakan desain penelitian cross
sectional dengan menggunakan Uji Statistik Rank Spearman. Jumlah sampel sebanyak 45 pasien
yang menjalani terapi hemodialisa di RSU Banten. Dari hasil penelitian diperoleh sebagian besar
responden mendapatkan motivasi yang kuat dari keluarganya yaitu 26 responden (57,8%),
sedangkan sebagian besar dari responden memiliki kualitas hidup yang baik yaitu 29 responden
(64,4%). Hasil uji statistik diperoleh nilai (p-value = 0,010 dan 0,038, α: 0,05) maka dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara antara motivasi keluarga dengan
kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisis. Saran dari hasil penelitian ini sebagai acuan di
rumah sakit dalam memberikan pengetahuan kepada keluarga dan tenaga kesehatan dalam
memotivasi pasien atau keluarga yang menderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa
terutama untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

Kata kunci : motivasi, hemodialisa, kualitas hidup,


Kepustakaan : 29
Tahun Referensi : 2010-2018

UNDERGRADUTATE NURSING MAYOR OF STIkes WIDYA DHARMA HUSADA


TANGERANG
THESIS, YEAR 2021

JAM'AN
191030100223

RELATIONSHIP OF FAMILY MOTIVATION WITH THE QUALITY OF LIFE OF


PATIENTS WHO ARE HEMODIALISTIC IN POLI HEMODEALYSIS
BANTEN REGIONAL PUBLIC HOSPITAL IN 2021

VI Chapter + 73 pages + 5 tables + 2 diagrams + 2 charts + 5 attachments

ABSTRACT

Quality of life is an important theme in the lives of individuals with patients undergoing
hemodialysis. The relationship of strong family motivation in patients undergoing hemodialysis
therapy will have a positive effect on physical and psychological well-being. The purpose of this
study was to analyze whether there is a relationship between family motivation and the quality of
life of patients undergoing hemodialysis at the Hemodialysis Poli RSUD Banten. This research
method is descriptive analytic using cross sectional research design using the Spearman Rank
statistical test. The number of samples was 45 patients undergoing hemodialysis therapy at RSU
Banten. From the research results, it was found that most of the respondents got strong motivation
from their families, namely 26 respondents (57.8%), while most of the respondents had a good
quality of life, namely 29 respondents (64.4%). The results of statistical tests obtained values (p-
value = 0.010 and 0.038, α: 0.05), it can be concluded that there is a significant relationship
between family motivation and the quality of life of patients undergoing hemodialysis. Suggestions
from the results of this study as a reference in the hospital in providing knowledge to families and
health workers in motivating patients or families suffering from chronic kidney failure who
undergo hemodialysis, especially to improve their quality of life.

Key words : motivation, hemodialysis, quality of life,


Bibliography : 29
Reference Year : 2010-2019

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. atas segala kuasa dan karunia
yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul ”
Hubungan Motivasi Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien Yang Menjalani
Hemodialisis Di Poli Hemodealisa Rumah Sakit Umum Daerah Banten Tahun
2021”. Skripsi ini di ajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
sarjana Keperawatan pada Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKes Widya
Dharma Husada Tangerang.

Dalam menyelesaikan Skripsi ini penulis menyadari bahwa banyak mendapat


bantuan berupa bimbingan, arahan dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada:

1. Dr (HC) Drs. H. Darsono selaku ketua Yayasan Sekolah Tinggi Ilmu


Kesehatan Widya Dharma Husada Tangerang.
2. Ns. Riris Andriati, S.Kep., M.Kep selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Widya Dharma Husada Tangerang
3. dr. Danang Hamsah Nugroho., M.Kes Selaku Direktur RSUD Banten
4. Dr. H. M. Hasan SKM., M.Kes selaku Wakil Ketua I Bidang Akademik
STIKes Widya Dharma Husada Tangerang.
5. Siti Novy Romlah SST., M.Epid selaku Wakil Ketua II Bidang Akademik
STIKes Widya Dharma Husada Tangerang.
6. Ida Listiana SST., M.Kes selaku Wakil Ketua III Bidang Akademik STIKes
Widya Dharma Husada Tangerang.
7. Ns. Dewi Fitriani, S.Kep., M.Kep selaku Ketua Program Studi S1
Keperawatan STIKes Widya Dharma Husada Tangerang.
8. Ns. Rita Dwi Pratiwi, S.Kep., M.Sc selaku Pembimbing I yang telah banyak
memberikan arahan, bimbingan dengan sabar serta memotivasi dalam
penyusunan proposal penelitian ini.
9. Ns. Heri Setiawan S.Kep. M.Kep selaku pembimbing II yang telah yang
memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan proposal penelitian yang
baik dan benar di STIKes Widya Dharma Husada Tangerang.
10. Seluruh dosen dan staf tata usaha STIKes Widya Dharma Husada Tangerang
yang telah memberikan bimbingan dan pengetahuan serta fasilitas dalam
mengikuti pendidikan hingga penyelesaian proposal penelitian ini.

Dengan berbagai keterbatasan dalam pembuatan Skripsi ini, penulis menerima


kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan laporan penelitian ini.
Akhir kata semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan profesi keperawatan
khususnya.

Pamulang, 12 Maret 2021

Peneliti
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ iv
ABSTRAK .......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi
DAFTAR DIAGRAM ........................................................................................ xii
DAFTAR BAGAN ............................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 6
C. Pertanyaan Penelitian........................................................................ 6
D. Tujuan Penelitian ............................................................................. 7
E. Manfaat Penelitian ............................................................................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 9
A. Konsep Teori .................................................................................... 10
1. Tinjauan Umum Tentang Motivasi............................................... 10
a. Definisi Motivasi...................................................................... 10
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi............................ 10
c. Klasifikasi motivasi.................................................................. 12
2. Tinjauan Umum Tentang Teori keluarga...................................... 13
a. Definisi Keluarga...................................................................... 13
b. Tugas keluarga dalam kesehatan.............................................. 13
3. Tinjauan Umum Tentang Teori Kualitas Hidup........................... 13
a. Definisi Kualitas Hidup............................................................ 13
b. Aspek-aspek kualitas hidup...................................................... 17
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup................... 19
d. Instrumen untuk mengukur kualitas hidup............................... 21
e. Penilaian kualitas hidup............................................................ 22
4. Tinjauan Umum Tentang Teori Hemodialisa............................... 27
a. Definisi hemodialisis................................................................ 27
b. Tujuan hemodialisis................................................................. 29
c. Prinsip Kerja Hemodialisis...................................................... 29
B. Penelitian Terkait.............................................................................. 31
C. Kerangka Teori Penelitian................................................................ 36
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN
HIPOTESIS .......................................................................................... 37
A. Kerangka Konsep.............................................................................. 37
B. Definisi Operasional ........................................................................ 38
C. Hipotesis ........................................................................................... 39
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 40
A. Desain Penelitian ............................................................................. 40
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 40
C. Populasi dan Sampel ........................................................................ 41
D. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data .......................................... 43
E. Pengolahan dan Analisa Data ........................................................... 45
...............................................................................................................
F. Etika Penelitian ................................................................................. 50
G. Keterbatasan Penelitian ......................................................................... 52
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 53
A. Hasil Penelitian ................................................................................ 53
1. Karakteristik Responden.............................................................. 53
2. Analisa Univariat ......................................................................... 55
3. Analisa Bivariat ........................................................................... 56
D. Pembahasan ..................................................................................... 58
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 77
A. Kesimpulan ...................................................................................... 77
B. Saran ................................................................................................. 77
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 80

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Pertanyaan yang Mewakili 8 Dimensi Kuesioner SF-36.................... 26
Tabel 2.2 Skor Kuesioner SF-36......................................................................... 26
Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................................... 39
Tabel 4.1 Kriteria Koefisien Korelasi menurut Guilford.................................... 49
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan usia pasien yang
menjalani hemodialisis di Poli Hemodialisa RSUD Banten (N= 45)...
...............................................................................................................53
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan jenis kelamin pasien
yang menjalani hemodialisis di Poli Hemodialisa RSUD Banten (N=
45).........................................................................................................
...............................................................................................................54
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan pendidikan pasien yang
menjalani hemodialisis di Poli Hemodialisa RSUD Banten (N= 45)...
...............................................................................................................54
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Motivasi keluarga
pasien yang menjalani hemodialisis di Poli Hemodialisa RSUD
Banten (N= 45).....................................................................................
...............................................................................................................55
Table 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan kualitas hidup pasien
yang menjalani hemodialisis di Poli Hemodialisa RSUD Banten (N=
45).........................................................................................................
...............................................................................................................55
Tabel 5.6 Hasil uji korelasi Rank Spearman Antara motivasi keluarga dengan
kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisis di Poli
Hemodialisa RSUD Banten (N= 45).....................................................
...............................................................................................................56
Tabel 5.7 Hasil uji Chi-Square antara motivasi keluarga dengan kualitas hidup
pasien yang menjalani hemodialisis di Poli Hemodialisa RSUD
Banten (N= 45).....................................................................................
...............................................................................................................57

DAFTAR DIAGRAM

Halaman
Diagram 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan usia pasien yang
menjalani hemodialisis di Poli Hemodialisa RSUD Banten (N=
45)..................................................................................................... 59
Diagram 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan jenis kelamin pasien
yang menjalani hemodialisis di Poli Hemodialisa RSUD Banten
(N= 45)............................................................................................. 61
Diagram 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan pendidikan pasien
yang menjalani hemodialisis di Poli Hemodialisa RSUD Banten
(N= 45)............................................................................................. 64
Diagram 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan motivasi keluarga
pasien yang menjalani hemodialisis di Poli Hemodialisa RSUD
Banten (N= 45)................................................................................. 67
Diagram 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan kualitas hidup
pasien yang menjalani hemodialisis di Poli Hemodialisa RSUD
Banten (N= 45)................................................................................. 68
DAFTAR BAGAN

Halaman
Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian.................................................................... 36
Bagan 3.1 Kerangka Konsep................................................................................. 37
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kualitas hidup adalah tema penting dalam kehidupan individu dengan pasien

yang menjalani hemodialisis (Iskandasyah, 2017). Hemodialisis merupakan

tindakan yang efektif sebagai terapi untuk gagal ginjal kronik pada saat ini

(Kimmel, 2014). Tindakan tersebut diakukan dengan tujuan untuk mengatasi

masalah komplikasi tersebut sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup

penderita (Niven, 2011). Pasien yang menjalani hemodialysis mengalami

perubahan dramatis dalam hidupnya, banyak pembatasan yang harus ditaati,

kesulitan untuk beraktivitas atau melakukan pekerjaan rumah tangga (Aryani,

2017). WHO (Word Health Organization) menunjukkan bahwa kualitas hidup

berdampak pada kesehatan fisik individu serta lingkungan mereka. Hal

tersebut menunjukkan bahwa kualitas hidup merupakan variabel yang

esensial untuk lebih mendalami bagaimana kondisi pasien hemodialisis.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Pebriana (2015) dari hasil wawancara

dan observasi yang telah dilakukan kepada 15 orang pasien, terdapat 6 pasien

yang didampingi oleh keluarganya dan 9 pasien yang tidak didampingi oleh

keluarganya saat menjalani hemodialisis. Dari penelitian tersebut yang pasien

mengalami kualitas hidup yang cukup buruk sebanyak 45%. Cruz and Friends

(2011) menemukan bahwa kualitas hidup pada pasien yang menderita gagal

1
2

ginjal mengalami penurunan dari 43% menjadi 40%. Penelitian sebelumnya

yang dilakukan Prasetyo pada tahun 2017 diruang hemodialisa RSUD Prof.

Dr. Margono Soekarjo Purwokerto menunjukkan 47% pasien yang menjalani

hemodialisis mengalami kualitas hidup yang buruk. Sebagai pasien yang

menjalani hemodialisis, mereka mengalami banyak perubahan aspek

kehidupan dalam dirinya.Pasien harus mendatangi unit hemodialisa secara

rutin 2-3 kali seminggu, konsistensi obat-obatan yang harus dikonsumsinya,

memodifikasi dietnya secara besar-besaran, mengatur asuan cairan hariannya

(Syamsiah, 2011). Pasien menghadapi berbagai masalah finansial, dorongan

seksual hilang, depresi, ketakutan terhadap kematian dan kesulitan dalam

mempertahankan pekerjaan. Terapi yang dilakukan selama 2-3 jam dan

adanya pembatasan asupan cairan yang dapat mengakibatkan hilangnya

semangat hidup pasien gagal ginjal kronik. Keadaan ini akan mengakibatkan

pasien akan menghentikan proses terapi hemodialisis dan mempengaruhi

kualitas hidup pasien. Banyak stressor yang dihadapi pasien mengakibatkan

pasien semakin sulit dan terpuruk. Kondisi inilah yang akan membuat kualitas

hidup pasien menurun (Bruner & Suddarth, 2002).

Kualitas hidup merupakan keadaan seseorang yang memiliki penyakit namun

secara fisik dan psikis tetap merasa hidupnya nyaman untuk kebahagiaan diri

dan orang lain (Lase, 2011). Motivasi merupakan suatu perubahan yang

terjadi pada diri seseorang yang muncul adanya gejala perasaan, kejiwaan dan

emosi sehingga mendorong individu untuk melakukan atau bertindak sesuatu


3

yang disebabkan karena kebutuhan, keinginan dan tujuan. Hubungan motivasi

keluarga yang kuat pada pasien yang menjalani terapi hemodialisis akan

menimbulkan pengaruh positif bagi kesejahteraan fisik maupun psikis.

Seseorang yang mendapatkan dukungan dari keluarga akan merasa disayangi,

diperhatikan, merasa bangga, menimbulkan kepercayaan diri dan harapan

agar dapat mengurangi stres dan berbagai beban (Bondan, 2011).

Berdasarkan World Helath Organization (2017 ), penderita gagal ginjal baik

akut maupun kronik mencapai 50% dan diantaranya 25% yang mendapatkan

pengobatan sedangkan yang terobati dengan baik hanya 12,5% (hutagaol,

2017). Penyakit ginjal kronis di dunia saat ini mengalami peningkatan dan

menjadi masalah kesehatan serius, dari hasil penelitian Global Burden Of

Disease tahun 2010, Memperlihatkan bahwa penyakit ginjal kronis

merupakan penyebab kematian dengan peringkat ke 27 di dunia pada tahun

1990 dan terus meningkat menempati peringkat ke 18 pada tahun 2010

( Kemenkes, 2018).

Menurut dr. Aida Lydia, Phemodialisa.,Sp.PD-KGH, Ketua Umum PB

Perhimpunan Nefrologi Indonesia ( PB PERNEFRI ) 2019 mengatakan, Saat

ini diperkirakan Sekitar 10% penduduk dunia menderita PGK. Prevalensi

PGK cenderung lebih tinggi di negara berkembang. Di Asia Tenggara

Prevalensi PGK sangat beragam antara lain di malaysia sekitar 9.1% di

Thailand 16,3% Prevalensi PGK di indonesia saat itu adalah 12,5%. Sehingga
4

perkiraan kejadian PGK saat ini mungkin jauh lebih tinggi dari data

Riskesdas 2018. PGK dapat berkembang menjadi suatu gagal ginjal tahap

akhir jika tidak tertangani dengan baik, dan menyebabkan berbagai

komplikasi bahkan kematian. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018

menunjukan bahwa prevalensi penyakit gagal ginjal kronis di iIndonesia ≥ 15

tahun berdasarkan diagnosis dokter pada tahun 2013 adalah 0.2% dan terjadi

peningkatan pada tahun 2018 sebesar 0.38% Di Kota Tangerang pada awal

mula era JKN. Sementara itu, dalam hasil penelitian perhimpunan Nefrologi

Indonesia (Pernefrin) pada 2006 mendapatkan prevalensi Penyakit Ginjal

Kronis sebesar 12,5%.

Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pada pasien yang menjalani

hemodialisis antara lain faktor demografi seperti umur, jenis kelamin,

pendidikan, dan pekerjaan serta faktor lain yaitu lama menjalani hemodialisis

dan status fungsional kesehatannya (Satvik et al 2010; Nurchayati 2017).

Solusi dari masalah ini adalah seharusnya pasien gagal ginjal kronis yang

melakukan terapi hemodialisis harus ada dukungan dari keluarga karena

dukungan keluarga adalah faktor penting bagi individu ketika menghadapi

masalah kesehatan, dimana keluarga berperan dalam keperawatan kesehatan

anggota keluarganya untuk mencapai kesehatan yang lebih baik. Selain itu,

pasien juga memerlukan hubungan yang erat dengan seseorang yang bisa

dijadikan tempat untuk menumpahkan perasaannya pada saat-saat stress dan

kehilangan semangat selama menjalani terapi hemodialisa yang cukup lama


5

dari keluarga. Karena selama pasien yang melakukan hemodialisis akan

rentang terhadap masalah emosional, setres yang berkaitan dengan terapi

yang dijalankannya (Ratna, 2018).

RSUD Banten merupakan badan layanan umum daerah, dimana salah satu

layanannya adalah hemodealisa. Jumlah penderita gagal ginjal kronis yang

dirawat inap dan menjalani hemodealisa pada bulan januari 2018 sampai

bulan Desember 2018 sebanyak 2599 pasien, pada bulan januari 2020 sampai

bulan September 2020 sebanyak 286 pasien dimana pasien yang dirawat

dengan penyakit gagal ginjal kronis yang menjalani hemodealisa merupakan

rawat inap ulang. Hasil wawancara langsung dengan 5 pasien yang menjalani

rawat inap 4 orang diantaranya menjalani rawat inap ualng pada pasien gagal

ginjal kronis yang sudah menjalani hemodelisa dalam satu tahun terakhir di

ruangan hemodealisa RSUD Banten. Motivasi dan dukungan orang-orang

terdekatnya seperti keluarga dan teman baik sangat berarti dalam

pembentukan kualitas hidup yang positif bagi pasien yang sedang menjalani

hemodialisis lebih besar mengalami kualitas hidup yang yang buruk.

Berdasarkan paragraph di atas maka peneliti bermaksud melakukan penelitian

dengan judul” Hubungan Motivasi Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien

Yang Menjalani Hemodialisis Di Poli Hemodealisa Rumah Sakit Umum

Daerah Banten”
6

B. Rumusan Masalah

Kualitas hidup adalah tema penting dalam kehidupan individu dengan pasien

yang menjalani hemodialysis. Hubungan motivasi keluarga yang kuat pada

pasien yang menjalani terapi hemodialisis akan menimbulkan pengaruh

positif bagi kesejahteraan fisik maupun psikis. Motivasi dan dukungan orang-

orang terdekatnya seperti keluarga dan teman baik sangat berarti dalam

pembentukan kualitas hidup yang positif bagi pasien yang sedang menjalani

hemodialisis lebih besar mengalami kualitas hidup yang yang buruk.

Berdasarkan paragraph di atas maka peneliti bermaksud melakukan penelitian

dengan judul” Hubungan Motivasi Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien

Yang Menjalani Hemodialisis Di Poli Hemodealisa Rumah Sakit Umum

Daerah Banten”

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran motivasi keluarga dengan pasien yang menjalani

hemodialisis di Poli Hemodialisa RSUD Banten?

2. Bagaimana gambaran kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisis

di Poli Hemodialisa RSUD Banten?

3. Adakah hubungan antara motivasi keluarga dengan kualitas hidup pasien

yang menjalani hemodialisis di Poli Hemodialisa RSUD Banten?


7

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah Menganalisis ada tidaknya

hubungan antara motivasi keluarga dengan kualitas hidup pasien yang

menjalani hemodialisis di Poli Hemodialisa RSUD Banten

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi motivasi keluarga dengan pasien yang menjalani

hemodialisis di Poli Hemodialisa RSUD Banten.

b. Mengidentifikasi kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisis

di Poli Hemodialisa RSUD Banten.

c. Untuk mengidentifikasi ada tidaknya hubungan antara motivasi

keluarga dengan kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisis

di Poli Hemodialisa RSUD Banten

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi STIKes Widya Dharma Husada

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan baru

bagi mahasiswa untuk dapat memberikan edukasi kepada masyarakat

tentang hubungan antara motivasi keluarga dengan kualitas hidup pasien

yang menjalani hemodialisis di Poli Hemodialisa.


8

2. Bagi Rumah Sakit

Penelitian ini diharapkan sebagai acuan di rumah sakit dalam

memberikan pengetahuan kepada keluarga dan tenaga kesehatan dalam

memotivasi pasien atau keluarga yang menderita gagal ginjal kronik yang

menjalani hemodialisa terutama dalam faktor psikologisnya untuk

meningkatkan kualitas hidupnya. Serta dapat dijadikan literatur untuk

melakukan penelitian dengan judul yang sama atau lebih dikembangkan

lagi.

3. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan kepada perawat dalam

menjalankan fungsinya sebagai pendidik dan konsultan masyarakat

dalam memberikan informasi mengenai hubungan antara motivasi

keluarga dengan kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisis di

Poli Hemodialisa.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan refrensi yang akan menindak lanjuti

hasil penelitian ini.

5. Bagi Pasien

Mengetahui faktor apa saja yang dapat mendukung kualitas hidupnya,

memberikan pengetahuan kepada keluarga dan tenaga kesehatan dalam


9

memotivasi pasien atau keluarga yang menderita gagal ginjal kronik yang

menjalani hemodialisa terutama dalam faktor psikologisnya untuk

meningkatkan kualitas hidupnya. Serta dapat dijadikan literatur untuk

melakukan penelitian dengan judul yang sama atau lebih dikembangkan

lagi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP TEORI

1. Tinjauan Umum Tentang Motivasi

a. Definisi Motivasi

Motif adalah suatu yang melengkapi penggerak alasan-alasan atau

dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan manusia

berbuat sesuatu. Tingkah laku manusia pada dasarnya bermotif yang

otomatis mempunyai maksud tertentu, walaupun maksud itu tidak

senantiasa disadari manusia (Russel, 2016).

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi

Teori tentang motivasi dapat dipahami bahwa individu terdapat

bermacam motif yang mendorong dan menggerakkan manusia

untuk melakukan kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan dan

memenuhi kebutuhan hidup untuk mempertahankan eksistensinya

(Syamsul, 2017). Motivasi dipengaruhi oleh:

1) Interaksi sosial

Interaksi sosial dinyatakan bahwa dengan individu lain akan

mempengaruhi motivasi bertindak. Semakin sering seseorang

berinteraksi dengan orang lain akan semakin mempengaruhi

motivasi seseorang untuk melakukan tindakan tertentu.

10
11

2) Proses kognitif

Proses kognitif yaitu informasi yang masuk pada seseorang

diserap kemudian diproses dan pengetahuan tersebut untuk

kemudian mempengaruhi tingkah laku.

Wahyu Sumidjo (2010) mengklasifikasikan faktor yang

mempengaruhi motivasi menjadi 2, yaitu:

a) Faktor Internal

Segala sesuatu dari dalam individu seperti kepribadian,

sikap, pengalaman, pendidikan dan cita-cita.

(1).Sifat kepribadian

(2).Intelegensi atau pengetahuan

(3).Sikap

b) Faktor Eksternal

(1).Pengaruh lingkungan

(2).Pendidikan

(3).Agama

(4).Sosial ekonomi

(5).Kebudayaan

(6).Orang tua

(7).Saudara
12

c. Klasifikasi motivasi

Menurut Notoatmojo (2010) motivasi dapat dibedakan menjadi

dua, yaitu motivasi positif dan motivasi negatif. Secara umum

terdapat keseragaman dalam mengklasifikasi tingkatan motivasi,

yaitu :

1) Motivasi Kuat atau Tinggi

Apabila dalam diri seseorang mempumyai kemauan positif,

harapan yang tinggi namun memiiki keyakinan rendah untuk

berhasil mencapai tujuan dan keinginan.

2) Motivasi Sedang

Apabila di dalam diri seorang memiiki keinginan positif,

mempunyai harapan tinggi tapi keyakinan yang rendah untuk

berhasil dalam mencapai tujuan dan keinginan.

3) Motivasi Lemah atau Rendah

Apabila dalam diri seseorang memiliki keinginan positif tapi

harapan dan keyakinan yang rendah bahwa dirinya dapat

mencapai tujuan dan keinginan (Rusmi, 2016).

Kriteria motivasi dikategorikan menjadi :

1) Motivasi kuat : 67% - 100%

2) Motivasi sedang : 34% - 66%

3) Motivasi lemah : 0% - 33% (Hidayat, 2017).


13

2. Tinjauan Umum Tentang Teori keluarga

a. Definisi keluarga

Keluarga merupakan kumpulan dua orang atau lebih yang

berhubungan darah yang sama atau tidak, yang terlibat dalam

kehidupan yang terus menerus, yang tinggal dalam satu atap,

terdapat ikatan emosional serta mempunyai kewajiban satu orang

dengan lainnya (Jhonson, 2010).

b. Tugas keluarga dalam kesehatan

Setyowati dan Murwani (2007), fungsi pemeliharaan kesehatan,

keluarga mempunyai tugas, yaitu :

1) Mengenal masalah kesehatan

2) Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.

3) Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga

4) Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin keluarga

sehat.

5) Memanfaat fasilitas kesehatan disekitarnya bagi keluarga.

3. Tinjauan Umum Tentang Teori Kualitas Hidup

a. Definisi kualitas hidup

Menurut WHO kualitas hidup adalah persepsi individu sebagai

laki-laki ataupun perempuan dalam hidup ditinjau dari konteks

budaya dan sistem nilai dimana mereka hidup, hubungan dengan

standar hidup, harapan, kesenangan serta perhatian mereka.


14

Kualitas hidup adalah konsep luas yang dipemgaruhi dalam cara

kompleks yaitu dengan kesehatan fisik seseorang, keadaan

psikologis, level kemandirian, hubungan sosial, keyakinan pribadi

dan hubungan mereka dengan fitur yang menonjol dari

lingkungan hidup mereka.

Kualitas hidup merupakan persepsi subjektif dari individu terhadap

kondisi fisik, psikologis, sosial, dan lingkungan dalam kehidupan

sehari-hari yang dialaminya (Urifah, 2012).Sedangkan menurut

Chipper (dalam Ware, 1992) mengemukakan kualitas hidup

sebagai kemampuan fungsional akibat penyakit dan pengobatan

yang diberikan menurut pandangan atau perasaan pasien. Donald

(dalam Urifah, 2012) menyatakan kualitas hidup merupakn suatu

terminology yang menunjukkan tentang kesehatan fisik, sosial dan

emosi seseorang serta kemsmpusnnys untuk melaksanakan tugas

sehari-hari.

Kualitas hidup adalah suatu cara hidup, sesuatu yang yang esensial

untuk menyemangati hidup, eksistensi berbagai pengalaman fisik

dan mental seorang individu yang dapat mengubah eksistensi

selanjutnya dari individu tersebut di kemudian hari, status sosial

yang tinggi, dan gambaran karakteristik tipikal dari kehidupan

seseorang individu (Brian, 2003) WHO (dalam Kurniawan, 2008)


15

menggambarkan kualitas hidup sebagai sebuah persepsi individu

terhadap posisi mereka dalam kehidupan dalam konteks budaya

dan system nilai dimana mereka tinggal dan hidup dalam

hubungannya dengan tujuan hidup, harapan, standart dan fokus

hidup mereka. Konsep ini meliputi beberapa dimensi yang luas

yaitu: kesehatan fisik, kesehatan psikologis, hubungan sosial dan

lingkungan. Menurut Cohan & Lazarus (dalam Handini, 2011)

kualitas hidup adalah tingkatan yang menggambarkan keunggulan

seseorang individu yang dapat dinilai dari kehidupan

mereka.Keunggulan individu tersebut biasanya dilihat dari tujuan

hidupnya, kontrol pribadinya, hubungan interpersonal,

perkembangan pribadi, intelektual dan kondisi materi.Sedangkan

Ghozali juga mengungangkap faktor-faktor yang mempengaruhi

kualitas hidup diantaranya adalah mengenali diri sendiri, adaptasi,

merasakan perhatian orang lain, perasaan kasih dan sayang,

bersikap optimis, mengembangkan sikap empati.

Defenisi kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan

(health-related quality of life) dikemukakan oleh Testa dan Nackley

(Rapley, 2003), bahwa kualitas hidup berarti suatu rentang anatara

kedaan objektif dan persepsi subjektif dari mereka.Testa dan

Nackley menggambarkan kualitas hidup merupakan seperangkat

bagian-bagian yang berhubungan dengan fisik, fungsional,


16

psikologis, dan kesehatan sosial dari individu.Ketika digunakan

dalam konteks ini, hal tersebut sering kali mengarah pada kualitas

hidup yang mengarah pada kesehatan. Kualitas hidup yang

berhubungan dengan kesehatan mencakup lima dimensi yaitu

kesempatan, persepsi kesehatan, status fungsional, penyakit, dan

kematian. Sedangkan menurut Hermann (Silitonga, 2007) kualitas

hidup yang berhubungan dengan kesehatan dapat diartikan sebagai

respon emosi dari pasien terhadap aktivitas sosial, emosional,

pekerjaan dan hubungan antar keluarga, rasa senang atau bahagia,

adanya kesesuaian antara harapan dan kenyataan yang ada, adanya

kepuasaan dalam melakukan fungsi fisik, sosial dan emosional

serta kemampuan mengadakan sosialisasi dengan orang lain.

Kualitas hidup menurut definisi WHO adalah persepsi individu

tentang keberadaannya di kehidupan dalam konteks budaya dan

system nilai tempat ia tinggal. Jadi dalam skala yang luas meliputi

berbagai sisi kehidupan seseorang baik dari segi fisik, psikologis,

kepercayaan pribadi, dan hubungan sosial untuk berinteraksi

dengan lingkungannya. Definisi ini merefleksikan pandangan

bahwa kualitas hidup merupakan evaluasi subjektif, yang tertanam

dalam konteks cultural, sosial dan lingkungan. Kualitas hidup tidak

dapat disederhanakan dan disamakan dengan status kesehatan, gaya

hidup, kenyamanan hidup, status mental dan rasa aman (Snoek,


17

dalam Indahria, 2013).

Menurut Karangora (2012) mendefinisikan kualitas hidup sebagai

persepsi seseorang dalam konteks budaya dan norma yang sesuai

dengan tempat hidup seseorang tersebut serta berkaitan dengan

tujuan, harapan, standard an kepedulian selama hidupnya. Kualitas

hidup individu yang satu dengan yang lainnya akan berbeda, hal itu

tergantung pada definisi atau interpretasi masing-masing individu

tentang kualitas hidup yang baik. Kualitas hidup akan sangat

rendah apabila aspek-aspek dari kualitas hidup itu sendiri masih

kurang dipenuhi.

Berdasarkan definisi diatas¸ disimpulkan bahwa kualitas hidup

adalah persepsi individu atas peran dan posisi mereka dalam

kehidupan masyarakat mereka tinggal, tujuan, harapan, nilai

normal, kepuasan dan kekhawatiran untuk menilai kemampuan

mereka untuk berfungsi peran yang diinginkan dalam masyarakat

mereka tinggal.

b. Aspek-aspek kualitas hidup

Menurut WHO (1996) terdapat empat aspek mengenai kualitas

hidup, diantaranya sebagai berikut: 1. Kesehatan fisik, diantaranya

Aktivitas sehari-hari, ketergantungan pada zat obat dan alat bantu

medis, energi dan kelelahan, mobilitas, rasa sakit dan


18

ketidaknyamanan, tidur dan istirahat, kapasitas kerja. 2.

Kesejahteraan psikologi, diantaranya image tubuh dan penampilan,

perasaan negative, perasaan positif, harga diri, spiritualitas/ agama/

keyakinan pribadi, berpikir , belajar , memori dan konsentrasi. 3.

Hubungan sosial, diantaranya hubungan pribadi, dukungan sosial,

aktivitas seksual. 4. Hubungan dengan lingkungan, diantaranya

sumber keuangan, kebebasan, keamanan fisik dan keamanan

Kesehatan dan perawatan sosial : aksesibilitas dan kualitas,

lingkungan rumah, Peluang untuk memperoleh informasi dan

keterampilan baru, partisipasi dalam dan 30 peluang untuk kegiatan

rekreasi / olahraga, lingkungan fisik ( polusi / suara / lalu lintas /

iklim ), mengangkut. Menurut WHOQOL-BREF (dalam rapley,

2003) terdapat empat aspek mengenai kualitas hidup, diantaranya

sebagai berikut: (Nimas, 2018) 1. Kesehatan fisik, mencakup

aktivitas sehari-hari, ketergantungan pada obat-obatan, energi dan

kelelahan, mobilitas, sakit dan ketidaknyamanan, tidur/istirahat,

kapasitas kerja 2. Kesejahteraan psikologis, mencakup bodily

image appearance, perasaan negative, perasaan positif, self-esteem,

spiritual/agama/keyakinan pribadi, berpikir, belajar, memori dan

konsentrasi. 3. Hubungan sosial, mencakup relasi personal,

dukungan sosial, aktivitas seksual 4. Hubungan dengan lingkungan

mencakup ssumber finansial, kebebasan, keamanan dan

keselamatan fisik, perawatan kesehatan dan sosial termasuk


19

aksesbilitas dan kualitas, lingkungan rumah, kesempatan untuk

mendapatkan berbagai informasi baru maupun keterampilan,

partisispasi dan mendapat kesempatan untuk melakukan rekreasi

dan kegiatan yang menyenangkan di waktu luang, lingkungan fisik

termasuk polusi/kebisingan/lalu lintas/iklim serta transportasi.

Kualitas hidup dikelompokkan dalam tiga bagian yang berpusat

pada suatu aspek hidup yang baik, yaitu :

1) Kualitas hidup subjektif

2) Kualitas hidup eksistensial

3) Kualitas hidup objektif

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pasien yang

menjalani terapi hemodialisa, yaitu :

1) Jenis Kelamin

Pendapat Moons dkk (2014) dibuktikan oleh penelitian yang

dilakukan Bain dkk (2003), mereka menemukan bahwa

adanya perbedaan kualitas hidup antara laki-laki dan

perempuan. Kualitas hidup laki-laki cenderung lebih baik

daripada kualitas hidup perempuan.

2) Usia

Pendapat Moons dkk dibuktikan oleh penelitian yang

dibuktikan Warner dkk (2012) pada responden berusia tua


20

yang menemukan adanya kontribusi dari faktor usia terhadap

kualitas hidup karena individu pada masa tua sudah melewati

masa untuk melakukan perubahan hidupnya sehingga

cenderung hidupnya dengan lebih positif dibandingkan saat

masa mudanya.

3) Pendidikan

Kualitas hidup akan meningkat seiring dengan lebih tingginya

tingkat pendidikan yang didapatkan oleh individu(Moons dkk,

2014).

4) Pekerjaan

Terdapat perbedaan kualitas hidup anatara penduduk yang

berstatus sebagai pelajar, penduduk bekerja, penduduk yang

tidak bekerja dan penduduk yang tidak mampu bekerja

(Moons dkk, 2014).

5) Status Pernikahan

Perbedaan kualitas hidup anatara individu yang menikah,

janda, tidak menikah, bercerai dan kohabitasi (Moons dkk,

2014).

6) Efikasi Diri

Berdasarkan penelitian oleh De Castro (2012) dijelaskan

bahwa efikasi diri merupakan faktor yang mempengaruhi

kualitas hidup karena keyakinan seseorang seseorang atas

kemampuannya dalam merawat diri memiliki pengaruh dalam


21

upaya meningkatkan kesehatan.

7) Depresi

Pasien yang mengalami depresi mempunyai kualitas hidup

yang buruk dibanding pasien yang tidak mengalami depresi

(Mailani, 2015).

8) Beratnya/stage penyakit ginjal

Beratnya/stage penyakit ginjal serta memiliki riwayat

penyakitpenyerta atau penyakit kronis juga mempengaruhi

kualitas hidup (Ayoub&Hijjazi, 2013).

9) Dukungan dan motivasi sosial

Pasien yang mendapatkan dukungan dan motivasi orang-

orang disekitarnya akan memliki kualitas hidup yang lebih

baik (Thomas&Washington, 2012).

d. Instrumen untuk mengukur kualitas hidup

Pengukuran kualitas hidup terkait kesehatan dapat menggunakan

kuesioner yang berisikan faktor-faktor yang mempengaruhi

kualitas hidup. Terdapat tiga macamalat pengukuran, yaitu :

1) Alat ukur utility

Merupakan pengembangan suatu alat ukur, biasanya generik.

Pengembangannya dari penilaian kualitas hidup menjadi

parameter lainnya sehingga mempunyai manfaat yang

berbeda. Contoh alat ukur ini adalah EQ-5D (European


22

Quality of Life-5 Dimensions)dan WHOQoL.

2) Alat ukur spesifik

Merupakan alat ukur yang spesifik untuk penyakit-penyakit

tertentu, biasanya berisikan pertanyaan-pertanyaan khusus

yang sering terjadi pada penyakit yang dimaksud.

Keuntungan alat ukur ini dapat mendeteksi lebih tepat

keluhan atau hal khusus yang berperan dalam suatu penyakit

tertentu. Kelemahan alat ukur ini tidak dapat digunakan pada

penyakit lain dan biasanya pertanyannya lebih sulit

dimengerti. Contoh alat ukur ini adalah Kidney Disease

Quality of Life-Short Form (KDQOL-SF)

3) Alat ukur generik

Merupakan alat ukur yang dapat digunakan untuk berbagai

macam penyakit maupun usia. Keuntungan alat ukur ini

lebih luas penggunaannya, tetapi kelemahannya tidak

mencakup hal khsus pada penyakit tertentu. Contoh alat ukur

ini adalah SF-36.

e. Penilaian kualitas hidup

Untuk menilai kualitas hidup pasien harus diperhatikan hal-hal

berikut yaitu terdiri dari beberapa dimensi/aspek penilaian. Alat

ukur untuk menilai kualitas hidup telah banyak dikembangkan oleh

para salah satunya adalah SF-36 yang telah terbukti dapat diapakai
23

untuk menilai kualitas hidup penderita penyakit kronis termasuk

gagal ginjal.

SF-36 berisi 36 pertanyaan yang terdiri dari 8 skala antara lain :

1. Fungsi fisik (Physical Function)

Terdiri dari 10 pertanyaan yang menilai kemampuan aktivitas

seperti berjalan, menaiki tangga, membungkuk, mengangkat

dan gerak badan. Nilai yang rendah menunjukkan keterbatasan

semua aktivitas tersebut, sedangkan nilai yang tinggi

menunjukkan kemampuan melakukan semua aktivitas fisik

termasuk latihan berat.

2. Keterbatasan akibat masalah fisik (Role of Physical)

Terdiri dari 4 pertanyaan yang mengevaluasi seberapa besar

kesehatan fisik mengganggu pekerjaan dan aktivitas sehari-hari

lainnya. Nilai yang rendah menunjukkan bahwa kesehatan fisik

menimbulkan masalah terhadap aktivitas sehari-hari, antara lain

tdak dapat melakukan dengan sempurna, terbatas dalam

melakukan aktivitas tertentu atau kesulitan di dalam melakukan

aktivitas. Nilai yang tinggi menunjukkan kesehatan fisik tidak

menimbulkan masalah terhadap pekerjaan ataupun aktivitas

sehari-hari.

3. Perasaan sakit/nyeri (Bodily Pain)

Terdiri dari 2 pertanyaan yang mengevaluasi intensitas rasa


24

nyeri dan pengaruh nyeri terhadap pekerjaan normal baik

dalam maupun di luar rumah. Nilai yang rendah menunjukkan

rasa sakit yang sangat berat dan sangat membatasi aktivitas.

Nilai yang tinggi menunjukkan tidak ada keterbatasan yang

disebabkan oleh rasa nyeri.

4. Persepsi kesehatan umum (General Health)

Terdiri dari 5 pertanyaan yang mengevaluasi kesehatan

termasuk kesehatan saat ini, ramalan tentang kesehatan dan

daya tahan terhadap penyakit. Nilai yang rendah menunjukkan

perasaan terhadap kesehatan diri sendiri buruk atau memburuk.

Nilai yang tinggi menunjukkan perasaan terhadap kesehatan diri

sendiri sangat baik.

5. Energi/fatique (Vitality)

Terdiri dari 4 pertanyaan yang mengevaluasi tingkat

kelelahan, capek dan lesu sepanjang waktu. Nilai yang tinggi

menunjukkan perasaan penuh semangat dan energi selama 4

minggu yang lalu.

Skala SF-36 ini kemudian dibagi menjadi 2 dimensi, dimana

persepsi kesehatan umum, energi, fungsi sosial dan keterbatasan

akibat masalah emosional disebut “Kesehatan Mental” (Mental

Component Scale) dan fungsi fisik, keterbatasan akibat masalah

fisik, perasaan sakit/nyeri, persepsi kesehatan umum dan

energi disebut sebagai dimensi “Kesehatan Fisik” (Physical


25

Component Scale). Masing-masing skala dinilai dengan

kemungkinan cakupan nilai 0-100, dimana skor yang lebih

tinggi menandakan kualitas hidup yang lebih baik.

SF-36 adalah penilaian kualitas hidup terdiri dari 36

pertanyaan dengan 8 skala yaitu (1) fungsi fisik, (2) keterbatasan

akibat masalah fisik, (3) perasaan sakit/nyeri, (4) kesehatan

umum, (5) vitalitas, (6) fungsi sosial, (7) keterbatasan akibat

masalah emosional, dan (8) kesehatan mental. Penghitungan hasil

skor kualitas hidup terkait dengan kuesioner SF-36 menggunakan

daftar nilai seperti yang tersebut dalam tabel di bawah ini.

Untuk skor akhir, dilakukan perhitungan rata-rata pada masing-

masing pertanyaan yang menunjukkan dimensi yang diwakilinya

seperti pada tabel dibawah sehingga hasil akhirnya akan

menunjukkan skor masing-masing lalu skor dijumlahkan, setelah

itu ditransformasikan ke tabel menjadi skala 0-100, nilai 0 = <50

untuk kualitas hidup kurang baik dan 100 = >50untuk kualitas

hidup baik.
26

Tabel 2.1 Pertanyaan yang Mewakili 8 Dimensi Kuesioner SF-36

(RAND, 2009)

Tabel 2.2 Skor Kuesioner SF-36 (RAND, 2009)

Pada penelitian ini skor setiap domain (raw score)

ditransformasikan dalam skala 0-100 dengan menggunakan rumus

baku yang sudah ditetapkan oleh WHO berikut :

TRANSFORMED SCORE = (SCORE-4) x(100 / 16)

Jika hasil yang diperoleh <50 berarti termasuk kedalam kualitas

hidup kurang baik dan jika hasil yang diperoleh >50 berarti
27

termasuk kedalam kualitas hidup baik.

4. Tinjauan Umum Tentang Teori Hemodialisa

a. Definisi hemodialisis

Hemodialisisadalah dialisis yang dilakukan diluar tubuh, darah

dikeluarkan dari tubuh melalui sebuah kateter arteri, kemudian

masuk ke dalam sebuah membran semipermeabel. Darah

dimasukkan ke salah satu ruang, sedngkan ruang yang lain diisi

oleh cairan peridialisis dan diantara

keduanyaakan terjadi disfusi. Darah dikembalikan ke tubuh

melalui sebuah pirau vena. Hemodilisis memerlukan waktu

selama 3-5 jam dan dilakukansekitar 3 dalam seminggu. Pada

akhir interval 2-3 hari diantara terapi, keseimbangan garam, air

dan pangkat hidrogen (PH) sudah tidak normal lagi dan penderita

biasanya merasa tidak sehat (Corwin, 2009).

Menurut beberapa ahli pengertian dari hemodialisis adalah sebagai

berikut :

1) Hemodialisis merupakan suatu proses yang digunakan pada

pasien dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis

jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu) atau

pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir atau End Stage

Renal Disease (ESRD) yang memerlukan terapi jangka panjang


28

atau permanen. Tujuan hemodialisis adalah untuk

mengeluarkan zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah

dan mengeluarkan air yang berlebihan (Suharyanto, 2009).

2) Hemodialisis adalah proses dimana darah penderita dialirkan

untuk dilakukan pemisahan (penyaringan) sisa-sisa

metabolisme melalui selaput permeabel dalam ginjal buatan

dengan bantuan mesin hemodialisis. Darah yang sudah bersih

dipompakan kembali kedalam tubuh selama tindakan dialisis

darah pasien berada pada suatu sisi membran didalam

kompartemen darah. Dialisat pada sisi yang lain, yaitu pada

kompartemen dialisat. Dialisat dan darah tidak akan bercampur

kecuali membran bocor atau rusak (Kristiana, 2011)

3) Hemodialisis adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi

pengganti fungsi ginjal untuk mengeluarkan sisa-sisa

metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia

seperti air, natrium, kalium, hidrogen, urea, kreatinin, asam

urat, dan zat-zat lain melalui membrane semi permeabel

sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan

dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultrafiltrasi (Rendi,

2012)

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan

bahwa hemodialisis adalah suatu terapi yang digunakan untuk

menggantikan fungsi ginjal yang rusak dengan menggunakan


29

suatu alat yang dinamakan mesin hemodialisis, yang nantinya

akan terjadi proses difusi, osmosis dan ultrafiltrasi yang

bertujuan untuk mengeluarkan sisa metabolesme dalam tubuh.

b. Tujuan hemodialisis

Hemodialisis mempunyai beberapa tujuan, diantaranya adalah :

1) Merupakan tujuan utamanya adalah mengembalikan suasana

cairan ekstra dan intrasel yang sebenarnya merupakan fungsi

dari ginjal normal (Cahyaning, 2009).

2) Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi

(membuang sisa- sisa metabolisme yang lain), (Suharyanto

dan Madjid, 2009).

3) Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan

tubuh yang seharusnya dikeluarkan sebagai sebagai urin saat

ginjal sehat (Suharyanto dan Madjid, 2009).

c. Prinsip Kerja Hemodialisis

Hemodialisis dilakukan dengan mengalirkan darah ke suatu

tabung ginjal buatan (dializer) yang terdiri dari dua kompartemen

terpisah. Darah pasien dipompa dan di alirkan ke kompartemen

darah yang dibatasi oleh selaput semipermiabel buatan (artifisial)

dengan kompartmen (artifisial)dengan kompartmen dialisat dialiri

cairan dialisis yang bebas pirogen, berisi larutan dengan


30

komposisi elektrolit mirip serum normal dan tidak mengandung

sisa metabolisme nitrogen. Cairan dialisat dan darah yang terpisah

akan mengalami perubahan konsentrasi yaang tinggi kearah

konsentrasi yang rendah sampai konsentrasi zat terlarut sama

dikedua kompartmen (difusi). Pada proses dialisis, air juga dapat

berpindah dari kompartmen darah ke kompartmen cairan dialisat

dengan cara menaikan tekanan hidrostatik negatif pada

kompartmen dialisat. Perpindahan ini disebut ultrafiltrasi

(Sudoyo, 2009). Difusi merupakan proses perpindahan molekul

dari larutan dengan konsentrasi tinggi ke daerah dengan larutan

berkonsentrasi rendah sampai tercapai kondisi seimbang. Proses

terjadinya difusi dipengaruhi oleh suhu, visikositas dan ukuran

dari molekul. Saat darah dipompa melalui dialyser maka membran

akan mengeluarkan tekanan positifnya, sehingga tekanan

diruangan yang berlawanan dengan membran menjadi rendah. Hal

ini mengakibatkan cairan dan larutan dengan ukuran kecil

bergerak dari daerah yang bertekanan tinggi menuju daerah yang

bertekanan rendah (tekanan hidrostatik). Karena adanya tekanan

hidrostatik tersebut maka cairan dapat bergerak menuju membran

semipermeabel. Proses ini disebut dengan ultrafiltrasi.


31

B. Penelitian Terkait

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mereferensi dari penelitian – penelitian

sebelumnya yang berkaitan dengan latar belakang masalah pada skripsi ini.

Berikut ini penelitian terdahulu yang berhubungan dengan skripsi ini antara

lain:

1. Yemima G.V Wurara, Esrom Kanine, Ferdinand Wowiling (2016),

meneliti Mekanisme Koping pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang

Menjalani Terapi Hemodialisis di Rumah Sakit Prof.Dr.R.D Kandou

Manado. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang menggunakan koping

adaptif 27 orang (45,5%), sedangkan yang menggunakan koping

maladaptif 32 orang (54,2%). Hasil penelitian ini dapat disimpulkan

bahwa pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis

lebih banyak menggunakan mekanisme koping maladaptif. Persamaan

penelitian Yemima, dkk dengan penelitian yang diteliti adalah jenis

penelitian (deskriptif). Perbedaan penelitian Yemima, dkk dengan

penelitian yang diteliti adalah variabel bebas (mekanisme koping),

metode penelitian (aksidental sampling), lokasi penelitian, waktu

penelitian dan subjek penelitian.

2. Vinami Yulian (2017) dengan penelitiannya yang berjudul “hubungan

antara suport sistem keluarga dengan kepatuhan berobat klien rawat jalan

di rumah sakit jiwa daerah surakarta”. Penelitian ini menggunakan


32

metode penelitian kuantitatif dengan desain corelational, bersifat

deskriptif, dengan pendekatan cross sectional dan retrospective. Hasil

penelitian Berdasarkan hasil uji kendall’s tau dengan derajat kemaknaan

p<0,05 disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara suport sistem

keluarga dengan kepatuhan berobat klien rawat jalan di RS Jiwa Daerah

Surakarta dengan korelasi sedang.

3. Harasyid (2015) dengan penelitiannya yang berjudul mengenai

“hubungan lamanya hemodialisis dengan kualitas hidup pasien penyakit

ginjal kronik di RSUP H. Adam Malik” menunjukkan hubungan yang

tidak bermakna pada empat domain yaitu lingkungan (0,374), kesehatan

fisik (p=0,445), kesehatan psikologis (0,119) dan sosial (0,750).14

Penelitian Dewi menunjukkan tidak terdapat hubungan antara lama HD

dengan kualitas hidup responden.(p=0,739).10 Kurangnya hubungan

yang bermakna ini dapat disebabkan oleh proses pengambilan data

dengan metode wawancara terhadap responden dapat dimungkinkan

adanya bias. Selain itu, instrumen yang digunakan dalam penelitian

bersifat subjektif dan pelaksaan penelitian melakukan wawancara secara

langsung pada pasien yang sedang menjalani hemodialisis

memungkinkan jawaban yang kurang akurat.

4. Heni Purwati ( 2017 ) dengan penelitiannya yang berjudul “Hubungan

Antara Lama Menjalani Hemodialisis Dengan Kualitas Hidup Pasien


33

Gagal Ginjal Kronik Di Rs Gatoel Mojokerto” Terapi Hemodialisis pada

pasien gagal ginjal kronik dapat merubah kondisi fisik, psikologi, sosial

dan ekonomi pasien karena harus dijalani seumur hidupnya. Hal ini dapat

mempengaruhi kualitas hidup pasien sehingga lama menjalani

hemodialisis merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas

hidup pasien gagal ginjal kronik. Kualitas hidup merupakan penilaian

yang terfokus pada penerimaan individu terhadap kondisiya. Setiap

individu membutuhkan waktu yang berbeda-beda untuk menerima segala

kondisinya. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui Hubungan

antara Lama Menjalani Hemodialisis dengan Kualitas Hidup Pasien

Gagal Ginjal Kronik di RS Gatoel Mojokerto. Penelitian ini

menggunakan metode cross sectional design. Populasinya adalah pasien

gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis sebanyak 150 orang.

Sampel penelitian ini diambil menggunakan teknik nonprobability

sampling dengan tipe purposive sampling sebanyak 103 orang. Data

diperoleh dari kuesioner KDQoL 36. Hasil penelitian menggunakan uji

spearman rho dengan bantuan SPSS V.16 menunjukan p < α (0,006 <

0,05). Artinya H0 ditolak sehingga, Ada Hubungan antara Lama

Menjalani Hemodialisis dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal

kronik di RS Gatoel Mojokerto. Kualitas hidup pasien mengalami

fluktuasi berdasarkan tahapan adaptasi terhadap hemodialisis dan

penyakit. Namun sebagian besar pasien menjalani hemodialisis lebih dari

12 bulan memiliki kualitas hidup yang cukup karena pasien sudah


34

terbiasa dengan terapi beserta gejala dan komplikasi yang dirasakanya.

Tetapi ada faktor lain yang mempengaruhi kualitas hidup seperti jenis

kelamin, status pernikahan dan tingkat pendidikan. Pasien juga

diharapkan mematuhi anjuran dan larangan yang diberikan guna

meningkatkan kualitas hidup pasien.

5. Kusniawati ( 2018 ) dengan penelitiannya yang berjudul “Hubungan

Kepatuhan Menjalani Hemodialisis Dan Dukungan Keluarga Dengan

Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Di Ruang Hemodialisa

Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang” Pasien gagal ginjal kronik

yang berada pada stadium akhir memerlukan terapi pengganti fungsi

ginjal seperti transplantasi ginjal, dialisis berupa hemodialisis dan

peritoneal dialisis. Berdasarkan data dari Kemenkes RI (2016), Pasien

gagal ginjal yang menjalani hemodialisis regular jumlahnya semakin

meningkat yaitu berjumlah sekitar empat kali lipat dalam 5 tahun

terakhir. Pasien yang menjalani terapi hemodialisis mengalami beberapa

masalah yang dapat mengakibatkan menurunnya kualitas hidup pasien.

Kualitas hidup dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti karakteristik

pasien (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, status

pernikahan), lama menjalani hemodialisis, kepatuhan menjalani

hemodialisis, kadar hemoglobin, depresi, dan dukungan keluarga.

Kepatuhan pasien dalam menjalankan terapi hemodialisis dan dukungan

keluarga sangat diperlukan untuk menunjang kualitas hidup pasien.


35

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kepatuhan menjalani

hemodialisis dan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien gagal

ginjal kronik. Penelitian ini menggunakan metode analitik correlational,

dengan pendekatan potong lintang (cross sectional). Populasi penelitian

adalah semua pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi

hemodialisis di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit Umum Kabupaten

Tangerang yang berjumlah 112 orang. Sampel penelitian sebanyak 58

responden dengan teknik consecutive sampling. Instrumen penelitian

menggunakan kuesioner. Analisa data menggunakan uji statistik chi-

square. Hasil peneliatian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara kepatuhan menjalani hemodialisis dengan kualitas hidup

(p-value 0,019) dan juga terdapat hubungan yang bermakna antara

dukungan keluarga dengan kualitas hidup (p-value=0,008). Kesimpulan

hasil penelitian ini adalah terdapat hubungan yang bermakna antara

kepatuhan menjalani terapi hemodialisis dan dukungan keluarga dengan

kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik. Semakin patuh dan semakin

baik dukungan keluarga maka kualitas hidup pasien akan semakin

meningkat.
36

C. KERANGKA TEORI PENELITIAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Faktor-faktor yang mempengaruhi


motivasi keluarga ; Motivasi
Internal : Eksternal : Kuat
1. Sifat kepribadian 1.Lingkungan Motivasi
2. Pengetahuan 2.Pendidikan Motivasi
Keluarga Sedang
3. Sikap 3.Agama
4.Sosial ekonomi
5.Kebudayaan Motivasi
6.Orang tua Lemah
Pasien
Terapi
Faktor-faktor yang mempengaruhi Hemodialisa
kualitas hidup :
1. Jenis kelamin
Baik
2. Usia
3. Pendidikan
4. Pekerjaan Kualitas
5. Status pernikahan Hidup
6. Efikasi diri Kurang
7. Depresi Baik
8. Stage penyakit
9. Lama menjalani hemodialisa
10. Tidak patuh pengobatan
11. IMT yang tinggi

Sumber : Kamus Besar Bahasa Indonesia ; Notoatmodjo, 2014, Cahyaningsih,

Niken. 2011, Desitasari, Tri Gamya U, Misrawati. 2013, Fritiwi DH.

2009, Budiarto dan Anggraeni, 2002, Arliza, M. 2006, Anggraeni,

A. C. 2012, Kamaluddin. R, dan Eva. R, 2009, Ismail. 2012,

Muttaqin. A, dan Sari, K. 2011, Muchtadi, T. R. 2010, Nursalam.

2008, Rina, D. 2010, Rini, S. 2012, Roesly, R. 2008, Sadikin MH,

2002, Sapri, Akhmad. 2008, Sediaoetama. AD. 2008, Siagian,

Sondang. 2011, Suharyanto dan Abdul, Madjid. 2009, Suharjo.

2003, Sunaryo, 2004, Sutedjo, AY. 2009.


BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah abstraksi dari sebuah realitas agar dapat

dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar

variabel (baik variabel yang diteliti maupun tidak diteliti). Kerangka konsep

akan membantu peneliti menghubungkan hasil penemuan dengan teori (Nursalam,

2016).

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang mejadi sebab

perubahannya atau simbolnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2017). Pada

penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah motivasi Keluarga.

Sedangkan variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat

karena adanya variabel bebas. Pada penelitian ini yang menjadi variabel

dependen adalah kualitas hidup pasien hemodialisis.

Maka peneliti akan membuat kerangka konsep yang telah digambarkan dalam

skema, yaitu sebagai berikut :

Bagan 3.1. Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependent

Motivasi Keluarga Kualitas Hidup Pasien


Hemodialisis

37
38

Keterangan :

: Hubungan

Variabel Independen : Variabel yang mempengaruh

Variabel Dependen : Variabel yang dipengaruhi

B. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah tentang batasan variabel yang dimaksud atau

tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo,

2012). Pengertian lainnya tentang definisi operasional adalah fenomena

observasional yang memungkinkan peneliti untuk mengujinya secara empiric

apakah outcome yang diprediksi tersebut benar atau salah (Thomas et al,

2010).

Judul penelitian ini adalah Hubungan Motivasi Keluarga Dengan Kualitas

Hidup Pasien Yang Menjalani Hemodialisis Di Poli Hemodealisa Rumah

Sakit Umum Daerah Banten. Bedasarkan judul tersebut variabel

indenpedennya adalah motivasi Keluarga sedangkan variabel dependennya

adalah kualitas hidup pasien hemodialisis, sehingga definisi operasionalnya

adalah sebagai berikut:


39

Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel Independen & Variabel Dependen

Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Skala Skor


Variabel Operasional
Dorongan dari 1. Pengaruh Kuesioner O Kriteria
Independent keluarga untuk sosial R motivasi
Motivasi menimbulkan usaha 2. Sikap D dikategorikan
Keluarga untuk mencapai 3. Sifat I menjadi :
kepuasan dan 4. Intelegensi / N 1) Motivasi
menghasilkan pengetahuan A kuat : 67% -
berupa perbuatan L 100% (10-15)
yang akan 2) Motivasi
individu untuk sedang : 34% -
memenuhi 66% (5 – 9)
keinginannya 3) Motivasi
tersebut (Uno, lemah :0% -
33% (1-4)
(Hidayat,
2017).
Variabel Persepsi individu 8 Dimensi Kuesioner O Hasil skor
Dependent atas peran dan kualitas hidup SF-36 R responden
Kualitas mereka dalam menurut SF-36 dimodifikasi D distribusi data
hidup kehidupan 1. Fungsi fisik kedalam I tidak normal,
masyarakat mereka 2. Peranan bahasa N sehingga untuk
tinggal, tujuan, 3. Nyeri Indonesia. A menentukan
harapan, nilai 4. Kesehatan L kualitas hidup
normal, kepuasan umum digunakan nilai
dan kekhawatiran 5. Fungsi median = 50.
dalam menilai sosial 1= kurang
kemampuan mereka 6. Vitalitas/ berkualitas, <50
untuk berfungsi energi 2=berkualitas
peran yang 7. Kesehatan baik, >50.
diinginkan dalam mental (Nurchyati,
masyarakat mereka 8. Peranan 2018).
tinggal (Khotimah, emosi

A. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul

(Arikunto, 2015).

Dari kajian di atas tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

H1 : Ada hubungan antara motivasi keluarga dengan kualitas hidup


pasien yang menjalani hemodialisis di Poli Hemodialisa RSUD Banten.
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan menggunakan desain

penelitian cross sectional merupakan suatu penelitian yang mempelajari

korelasi antara paparan atau faktor risiko (independen) dengan akibat atau

efek (dependen), dengan pengumpulan data dilakukan bersamaan secara

serentak dalam satu waktu antara faktor risiko dengan efeknya (point time

approach), artinya semua variabel baik variabel independen maupun variabel

dependen diobservasi pada waktu yang sama. Sedangkan analitik adalah

suatu penelitian untuk mengetahui bagaimana dan mengapa suatu fenomena

terjadi melalui sebuah analisis statistik seperti korelasi antara sebab dan

akibat atau faktor risiko dengan efek serta kemudian dapat dilanjutkan untuk

mengetahui seberapa besar kontribusi dari sebab atau faktor risiko tersebut

terhadap akibat atau efek (Imas & Nauri, 2018).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Banten.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2020 - Maret 2021.

40
41

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan variabel penelitian (Arikunto, 2010).

Menurut Nursalam (2010). Dalam penelitian ini populasi yang

digunakan adalah semua pasien yang menjalani hemodialisis di Poli

Hemodialisa RSUD Banten yang berjumlah 160 pasien pada 3 bulan

terakhir, dengan rata rata populasi per bulan sebnayak 53 pasien.

2. Sampel

Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat

dipergunakan sebagai subyek penelitian (Nursalam, 2013). Penentuan

besar sampel dengan cara ini didasarkan pada presentase dari besarnya

populasi. Bila populasi kurang dari 100 sebaiknya dicuplik 50% dari

populasi dan bila populasi beberapa ratus diambil 25% sampai 30%

(Saryono, 2013). Pada penelitian ini, pengambilan sampel digunakan

rumus Isacc Michael sebagai berikut:

Rumus Isaac dan Michael

Keterangan :

S : Jumlah Sampel

λ2 : Kuadrat kebebasan 5% = 1,96 N : Jumlah Populasi


42

P : Peluang benar (0,5) Q : Peluang salah (0,5)

d : Ketelitian/derajat ketetapan (0,05)

( dibulatkan)

Jadi, besar sampel dalam penelitian adalah 45 pasien. Responden

(pasien yang menjalani hemodialisis) yang akan mengikuti penelitian

apabila sesuai dengan kriteria inklusi sebagai berikut :

a. Responden yang menjalani hemodialisis minimal 4 kali di Poli

Hemodialisa RSUD Banten.

b. Responden sadar dan dapat berkomunikasi dengan baik.

Dan akan dikeluarkan apabila termasuk ke dalam kriteria eklusi adalah

pasien dengan kodisi hemodinamik tidak stabil.


43

D. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data

1. Instrumen

Instrument penelitian merupakan alat pengukur data yang disusun

dengan hajat untuk memperoleh data yang sesuai, baik data yang

kualitatif maupun data kuntitatif (Nursalam, 2013). Dalam penelitian

ini variabel motivasi keluarga menggunakan kuesioner yang telah

dimodifikasi dari motivasi yang biasa diberikan keluarga terdiri dari

15 pertanyaan dengan pilihan jawaban Ya dan Tidak, jawaban Ya

bernilai 1 dan jawaban Tidak bernilai 0.

Variabel kualitas hidup menggunakan kuesioner SF-36 telah

dimodifikasi ke dalam bahasa Indonesia terdiri dari 36 pertanyaan.

Kuesioner SF-36 terdiri dari 8 skala yaitu (1) fungsi fisik, (2)

keterbatasan akibat masalah fisik, (3) perasaan sakit/nyeri, (4)

kesehatan umum, (5) vitalitas, (6) fungsi sosial, (7) keterbatasan

akibat masalah emosional, dan kesehatan mental. Kuesioner SF-36

memiliki 36 buah pertanyaan, Penghitungan hasil skor kualitas hidup

terkait dengan kuesioner SF-36 menggunakan daftar nilai. Untuk skor

akhir, dilakukan perhitungan rata-rata pada masing-masing

pertanyaan yang menunjukkan dimensi yang diwakilinya sehingga

hasil akhirnya akan menunjukkan skor masing-masing lalu skor

dijumlahkan, setelah itu ditransformasikan ke tabel menjadi skala 0-


44

100, nilai 0 = <50 untuk kualitas hidup kurang baik dan 100 =

>50untuk kualitas hidup baik

2. Pengumpulan data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan pada subyek dan

proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam

penelitian (Nursalam, 2016). Teknik pengumpulan data pada penelitian

ini menggunakan kuesioner, yaitu pada jenis pengukuran ini peneliti

mengumpulakan data secara formal kepada responden untuk menjawab

pertanyaan. Proses proses dlam pengumpulan data pada penelitian

melalui beberapa tahap, yaitu:

a. Peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian ke STIKes

WDH Tangerang.

b. Peneliti menyerahkan surat permohonan izin penelitian kepada

bagian diklat RSU Banten.

c. Peneliti melakukan presentasi sebagai syarat penelitian yang

disaksikan oleh tim Etik RSU Banten

d. Peneliti melakukan tahap skrining terhadap responden yang sesuai

dengan kriteria inklusi pada penelitian.

e. Setelah mendapatkan izin dari pihak rumah sakit, peneliti

menjelaskan penelitian yang akan dilakukan terkait tujuan dan

manfaat penelitian kepada calon responden.


45

f. Memeberikan lembar persetujuan (informed consent) untuk ditanda

tangani oleh pada responden apabila meraka setuju menjadi objek

penelitian.

g. Berkoordinasi dengan kepala ruangan dalam melakukan

pengambilan data.

h. Mengolah data dan menganalisa data sesuai uji statistic yang telah

ditetapkan oleh peneliti.

E. Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Dalam suatu penelitian, pengolahan data merupakan salah satu langkah

yang penting hal ini disebabkan karena data yang diperoleh langsung dari

penelitian masih merupakan data mentah belum memberikan informasi

apapun dan belum siap untuk disajikan.Untuk memperoleh penyajian data

sebagai hasil yang berarti dan kesimpulan yang baik, diperlukan

pengelolahan data (Notoatmodjo, 2010).

a. Editing

Kegiatan yang dilakukan adalah memeriksa dan mengamati apakah

semua pertanyaan sudah terjawab yang ada atau tertulis dapat

dibaca secara kuesioner.

b. Coding

Merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap


46

data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau

bilangan.

c. Scoring

Scoring merupakan penentuan skor dalam penelitian menggunakan

skala ordinal.

1) Motivasi keluarga

2) Skor penilaian menggunakan skala Guttman, sebagai berikut :

a) Jumlah pilihan ada 2 (ya atau tidak).

b) Scoring terendah = 0 (pilihan jawaban tidak).

c) Scoring tertinggi = 1 (pilihan jawaban ya)

Dengan rumus : Skor yang diperoleh x 100%


Skor total

3) Kualitas hidup

Pada penelitian ini skor setiap domain (raw score)

ditransformasikan dalam skala 0-100 dengan menggunakan

rumus baku yang sudah ditetapkan oleh WHO berikut :


TRANSFORMED SCORE = (SCORE-4) x(100 /

Jika hasil yang diperoleh <50 berarti termasuk kedalam

kualitas hidup kurang baik dan jika hasil yang diperoleh >50

berarti termasuk kedalam kualitas hidup baik (Nurchayati,

2011).
47

d. Tabulating

Tabulating adalah mengelompokkan data kedalam satu tabel

tertentu menurut sifat-sifat yang dimilikinya. Pada data ini

dianggap bahwa data telah diproses sehingga harus segera

disusun dalam suatu pola format yang telah dirancang. Adapun

hasil pengolahan data tersebut diinterprestasikan menggunakan

skala komulatif (Arikunto, 2017). :

100 % = Seluruhnya

76 % - 99 % = Hampir seluruhnya

51 % - 75 % = Sebagian besar dari responden

50 % = Setengah responden

26 % - 49 % = Hampir dari setengahnya

1 % - 25 % = Sebagian kecil dari responden

0% = Tidak ada satupun dari responden

2. Analisa Data

Analisa data merupakan suatu proses analisa yang digunakan secara

sistematik terhadap data yang telah dikumpulkan (Nursalam, 2013).

1) Analisa Univariate

Analisa univariate dilakukan terhadap tipe variabel dari hasil

penelitian. Pada umumnya dalam analisa hanya menghilangkan

distribusi dan presentasi dari tiap umumnya (Notoatmojo, 2012).


48

Untuk mengukur motivasi keluarga di kuesioner motivasi terdiri dari

pertanyaan yang penilaiannya menggunakan skala Guttman yang

setiap pertanyaan positif (YA) mendapat nilai 1 dan negatif

(TIDAK) mendapat nilai 0.

Kualitas hidup digunakan kuesioner SF-36 yang terdiri dari 36

pertanyaan.Penghitungan hasil skor kualitas hidup terkait dengan

kuesioner SF-36 menggunakan daftar nilai. Untuk pertanyaan 1, 2, 6,

8, 11b, 11d dengan skor 1=100, 2=75, 3=50, 4=25, 5=0 pertanyaan

3a, 3b, 3c, 3d, 3e, 3f, 3g, 13h, 3i, 3j dengan skor 1=0, 2=50, 3=100

pertanyaan 4a, 4b, 4c, 4d, 5a, 5b, 5c dengan skor 1=0,

2=100pertanyaan 7, 9a, 9d, 9e, 9h dengan skor 1=100, 2=80,

3=60, 4=40, 5=20, 6=0 pertanyaan 9b, 9c, 9f, 9g, 9i dengan skor 1=0,

2=20, 3=40, 4=60, 5=80, 6=100 pertanyaan 10, 11a, 11c dengan

skor 1=0, 2=25, 3=50, 4=75, 5=100. Untuk skor akhir, dilakukan

perhitungan rata-rata pada masing-masing pertanyaan yang

menunjukkan dimensi yang diwakilinya sehingga hasil akhirnya akan

menunjukkan skor masing-masing lalu skor dijumlahkan. Hasil skor

responden distribusi data tidak normal, sehingga untuk menentukan

kualitas hidup digunakan kualitas hidup kurang baik = <50 dan

kualitas baik = >50.


49

2) Analisa Bivariat

Analisa Bivariate merupakan analisis untu mengetahui interaksi dua

variabel, baik berupa komparatif, asosiatif maupun korelatif

(Saryono dan Anggraeni, 2013).

Untuk mengetahui hubungan antara dua variabel, dilakukan Uji

Statistik Rank Spearman dengan tingkat signifikan 0,05 dengan

software SPSS 16 for Windows untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel

tergantung yang berskala ordinal (Sugiono, 2018).Jikap value <α 0,05

maka H1 diterima yang artinya ada hubungan motivasi keluarga

dengan kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisis di Poli

Hemodialisa RSUD Banten. Sedangkan p value >α 0,05 maka H1

ditolak yang artinya tidak ada hubungan motivasi keluarga dengan

kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisis di Poli

Hemodialisa RSUD Banten.

Sebagai pedoman untuk memberikan interprestasi, peneliti

menggunakan satuan angka-angka sebagai berikut:

Tabel 4.1 Kriteria Koefisien Korelasi menurut Guilford

Interval koefisien Tingkat hubungan


0,00 – 0,019 Sangat rendah
0,20 – 0,339 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
50

0,80 – 1,000 Sangat kuat


(Sumber : Arikunto, 2017)

F. Etika Penelitian

Peneliti dalam melaksanakan seluruh kegiatan penelitian harus memegang

teguh sikap ilmiah (scientific attitude) serta menggunakan prinsip-prinsip

etika penelitian. Meskipun intervensi yang dilakukan dalam penelitian tidak

memiliki risiko yang dapat merugikan atau membahayakan subjek

penelitian, namum peneliti perlu mempertimbangkan aspek sosioetika dan

menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia (Hasan 2013). Penelitian

meyakini bahwa responden dilindungi dengan memperhatikan aspek self

determination, privacy, anonymity, confidentiality, informed consent, dan

protection from discomfort. (Polit & Hungler, 2009 dalam Maulidina,

2019).

1. Self determination

Responden diberi kebebasan untuk menentukan pilihan bersedia atau

tidak turut serta dalam pebnelitian, setelah menerima semua informasi

tentang penelitian yang akan dilakukan. Responden juga dapat

penjelasan untuk berhak mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa saksi

apapun. Apabila responden bersedia mengikuti penelitian, maka

responden diminta untuk menandatangani lembar informed consent.


51

2. Privacy

Peneliti menjaga privacy responden dengan tetap menjaga harga diri

responden. Peneliti hanya menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan

penelitian. Peneliti menjaga semua kerahasiaan serta semua informasi

responden dan hanya menggunakan untuk kepentingan penelitian.

3. Anonymity

Prinsip anonymity adalah peneliti tidak mencantumkan nama lengkap

responden tetapi hanya nama inisial dalam kuisioner berupa kode

nomer responden.

4. Confidentiality

Prinsip confidentiality dilakukan penelitian dengan tidak

mempublikasikan keterkaitan infomasi yang diberikan dengan identitas

responden.

5. Informed consent

Sebelum penelittian dilakukan memberikan info lengkap tentang

tujuan, manfaat, prosedur, dan harapan penelitian terhadap responden.

Setelah responden memahami semua penjelasan dari peneliti dan

bersedia melakukan penelitian responden diminta untuk mendatangani

lembar persetujuan sebagai subjek penelitian.

6. Protection form discomfort

Penelitian yang dilakukan tidak mengakibatkan ketidaknyamanan bagi

responden, baik fisik maupun psikis. Apabila responden mengalami

ketidaknyaman selama pengisian kuisioner, penelitian memberikan


52

kesempatan kepada responden untuk menyampaikan ketidanyamannya,

kemudian responden dapat dianjurkan pilihan untuk menghentikan

penelitian atau tetap meneruskan penelitian dengan bimbingan dari

petugas lapangan yang ditunjuk oleh peneliti.

G. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu, sebatas meneliti hubungan

motivasi keluarga dengan kualitas hidup pasien yang menjalani

hemodialisis di Poli Hemodialisa RSUD Banten tanpa melihat faktor-

faktor lain yang mungkin saja mempengaruhi kualitas hidup pasien.


BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Pada bab ini menyajikan hasil penelitian tentang “Hubungan Kepatuhan

Menjalani Terapi Hemodialisa dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal

Kronis yang Menjalani Terapi Hemodialisa di RSU Banten. Jumlah

responden pada penelitian ini adalah 42 responden. Hasil penelitian ini

disajikan dalam bentuk tabel, diagram dan narasi yang didasarkan dari hasil

analisis univariat dan bivariat.

1. Karakteristik Responden

a. Usia Responden

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan usia


pasien yang menjalani hemodialisis di Poli
Hemodialisa RSUD Banten (N= 45)
Usia responden Frekuensi Persentase (%)
Remaja 5 11,9%
Dewasa 24 53,3%
Lanjut usia 16 35,6%
Total 45 100

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa sebagian besar dari

responden berusia dewasa (26-45 tahun) yaitu 24 responden (53,3%),

hampir dari setengahnya responden berusia lanjut usia (46-65 tahun)

yaitu 16 responden (35,6%) dan sebagian kecil dari responden

berusia remaja (12-25 tahun) yaitu 5 responden (11,9%)

53
54

b. Jenis Kelamin

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan jenis


kelamin pasien yang menjalani hemodialisis di Poli
Hemodialisa RSUD Banten (N= 45)
Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%)
Laki – laki 25 55,6%
Perempuan 20 44,4%
Total 45 100

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden

berjenis kelamin laki - laki yaitu 25 responden (55,6%), dan hampir

dari setegahnya responden berjenis kelamin perempuan yaitu 20

responden (44,4%).

c. Pendidikan

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan


pendidikan pasien yang menjalani hemodialisis di Poli
Hemodialisa RSUD Banten (N= 45)
Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
Tinggi 24 53,3%
Rendah 21 46,7%
Total 45 100

Berdasarkan table 5.3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden

berpendidikan tinggi yaitu 24 responden (53,3%), dan hampir dari

setegahnya responden memiliki pendidikan rendah yaitu 21

responden (46,7%).
55

2. Analisa Univariat

Analisa univariat pada penelitian ini adalah umur, jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan, lama hemodialisa, kepatuhan menjalani terapi

hemodialisa dan kualitas hidup.

a. Motivasi Keluarga

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Motivasi


keluarga pasien yang menjalani hemodialisis di Poli
Hemodialisa RSUD Banten (N= 45)
Motivasi keluarga Frekuensi Persentase (%)
Kuat 26 57,8%
Sedang 23 28,9%
Lemah 6 13,3%
Total 45 100

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden

mendapatkan motivasi yang kuat dari keluarganya yaitu 26

responden (57,8%), dan hampir dari setegahnya responden

mendapatkan motivasi yang sedang dari keluarganya yaitu 13

responden (28,9%) dan sebagian kecil dari responden mendapatkan

motivasi yang lemah dari keluarganya yaitu 6 responden (13,3%).

b. Kualitas hidup

Table 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan kualitas


hidup pasien yang menjalani hemodialisis di Poli
Hemodialisa RSUD Banten (N= 45)
Kualitas hidup Frekuensi Persentase (%)
Baik 29 64,4%
Kurang baik 16 35,6%
Total 45 100
56

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa sebagian besar dari

responden memiliki kualitas hidup yang baik yaitu 29 responden

(64,4%), dan hampir dari setengahnya responden memiliki kualitas

hidup yang kurang baik yaitu 16 responden (35,6%).

3. ANALISA BIVARIAT

Analisa bivariat bertujuan untuk menguji hubungan antara variabel

motivasi keluarga dengan kualitas hidup pasien pasien yang menjalani

hemodialisis. Dalam analisa bivariat ini menggunakan Uji Statistik Rank

Spearman dengan tingkat signifikan 0,05 dengan software SPSS 16 for

Windows untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua variabel

yaitu variabel bebas dan variabel tergantung yang berskala ordinal

(Sugiono, 2018).

a. Hubungan antara variabel motivasi keluarga dengan kualitas

hidup pasien pasien yang menjalani hemodialysis

Uji Statistik Rank Spearman

Tabel 5.6 Hasil korelasi rank Spearman Antara motivasi


keluarga dengan kualitas hidup pasien yang
menjalani hemodialisis di Poli Hemodialisa RSUD
Banten (N= 45)
Motivasi Kualitas Hidu0
Spearman’s Motivasi Correlation coefficient 1 .378*
rho Sig. (2-tailed) .018
N 45 45
Kualitas Correlation coefficient .378* 1
Hidup Sig. (2-tailed) .010
N 45 45
57

Berdasarkan tabel 5.6, Dari hasil pengolahan data menggunakan

SPSS diperoleh angka koefisien korelasi sebesar 0,378** artinya

tingkat kekuatan hubungan (korelasi) antara variabel Motivasi

dengan kualitas hidup adalah sebesar 0,378 atau sangat kuat.

Tanda bintang (**) artinya korelasi bernilai signifikan pada angka

signifikan pada angka signifikansi sebesar 0,05. Angka koefisien

korelasi pada hasil diatas, bernilai positif, yaitu 0,010, sehingga

hubungan kedua variabel tersebut bersifat searah (jenis hubungan

searah), dengan demikian dapat diartikan bahwa motivasi semakin

ditingkatkan maka kualitas hidup juga akan semakin baik.

Diketahui nilai signifikasi atau sig. (2-tailed) sebesar 0,010< lebih

kecil dari 0,05 maka artinya ada hubungan yang signifikan

(berarti) antara variabel motivasi dengan kualitas hidup.

Uji Chi-Square

Tabel 5.7 Hubungan antara motivasi keluarga dengan kualitas


hidup pasien yang menjalani hemodialisis di Poli
Hemodialisa RSUD Banten (N= 45)

Kualitas hidup
Total P value
Motivasi Kurang baik Baik

N % N % n %
Motivasi
13 28,9% 13 28,9% 26 57,8%
kuat
Motivasi 0,038
3 6,7% 10 22,2% 13 28,9%
sedang
Motivasi
0 1% 6 13,3% 6 13,3%
lemah
58

Total 16 35,6% 29 64,4% 45 100,00%  

Berdasarkan tabel 5.7, diperoleh hasil dari 26 responden hampir dari

setengahnya responden yang mendapatkan motivasi kuat memilikin

kualitas hidup baik yaitu 13 responden (57,8%), Dari 13 responden

sebagian kecil responden yang mendapatkan motivasi sedang

memiliki kualitas hidup yang baik yaitu 10 responden (22,2%) dan

dari 6 responden sebagian kecil dari responden yang mendapatkan

motivasi lemah memiliki kualitas hidup yang baik yaitu 6 responden

(13,3%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p value (0,038) < 0,05

maka dapat disimpulkan ada hubungan antara motivasi keluarga

dengan kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisis di Poli

Hemodialisa RSUD Banten (N= 45) .

B. PEMBAHASAN

1. Karakteristik Responden

a. Usia responden

Diagram Pie 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan


usia pasien yang menjalani hemodialisis di Poli
Hemodialisa RSUD Banten (N= 45)
59

Berdasarkan hasil analisis diagram pie 5.1 menunjukkan bahwa

sebagian besar dari responden berusia dewasa (26-45 tahun) yaitu 24

responden (53,3%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Jos

(2016) di RSUD Tarakan menemukan rata-rata usia pasien CKD yang

menjalani Hemodialisa adalah 53,5 tahun. Sedangkan Nurcahyati (2010)

dalam penelitiannya menyatakan usia rata-rata pasien CKD yang menjalani

Hemodialisa adalah 44.82 tahun. Pendapat Moons dkk dibuktikan oleh

penelitian yang dibuktikan Warner dkk (2012) pada responden berusia tua

yang menemukan adanya kontribusi dari faktor usia terhadap kualitas

hidup karena individu pada masa tua sudah melewati masa untuk

melakukan perubahan hidupnya sehingga cenderung hidupnya dengan lebih

positif dibandingkan saat masa mudanya.

Menurut Brunner & Suddarth (2013), pada usia 40-70 tahun, laju

filtrasi glomerulus akan menurun secara progresif hingga 50% dari


60

normal, terjadi penurunan kemampuan tubulus ginjal untuk

mereabsorbsi dan pemekatan urin, penurunan kemampuan

pengosongan kandung kemih dengan sempurna sehingga

meningkatkan risiko infeksi dan obstruksi, dan penurunan intake

cairan yang merupakan faktor risiko terjadinya kerusakan ginjal.

Menurut Silva et al, (2012) pasien Hemodialisa merasakan kelelahan

setelah melakukan Hemodialisa. Kelelahan tersebut dirasakan oleh

semua pasien terutama pada pasien usia 60 tahun yang memiliki

kelelahan lebih tinggi karena para pasien mempunyai penyakit

penyerta terkait dengan penyakit ginjal kronik. Menurut Tanto (2014)

penyakit gagal ginjal kronik merupakan multihit process disease. Jika

mengalami gangguan fungsi ginjal, banyak faktor yang akan

memperberat perjalanan penyakit. Faktor tersebut dikenal sebagai

faktor-faktor yang berperan dalam progresivitas penyakit ginjal

kronik, dan salah satu faktor yang berperan dalam progresivitas

penyakit ginjal kronik adalah pasien yang berusia tua dan usia tua

merupakan faktor yang tidak dapat dimodifikasi dari Chronic Kidney

Disease (CKD). Dalam penelitian ini tidak mendukung pendapat

tersebut dimana pada penelitian ini ditemukan responden yang tidak

hanya berada pada usia tua akan tetapi ada responden yang berada

pada usia dewasa muda dan ini sesuai dengan teori yang mengatakan

bahwa penyakit ginjal kronik (CKD) saat ini dapat menyerang semua

lapisan usia sesuai etiologi yang mendasarinya seperti yang dijelaskan


61

Sundara (2016), bahwa walaupun penyakit ginjal ini lebih dikenal

sebagai penyakit kronik yang banyak ditemukan pada usia tua, namun

sebenarnya gagal ginjal kronik dapat menyerang berbagai kelompok

usia dan jenis kelamin. Berdasarkan data tahunan dari Perhimpunan

Nefrologi Indonesia (Pernefri) tahun 2011, dari sekitar 12.500 pasien

penderita gagal ginjal terminal yang membutuhkan hemodialisa rutin,

lebih dari 53% berusia dibawah 54 tahun.

b. Jenis kelamin responden

Diagram Pie 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan


jenis kelamin pasien yang menjalani hemodialisis di
Poli Hemodialisa RSUD Banten (N= 45)

Berdasarkan hasil analisis diagram pie 5.2 menunjukkan bahwa

sebagian besar responden berjenis kelamin laki - laki yaitu 25

responden (55,6%). Hasil penelitian ini sejalan dengan beberapa


62

penelitian yang telah dilakukan, yaitu Septiwi (2011) yang

menjelaskan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin laki-

laki sebesar 58,4%, Suryanilsih (2010) menjelaskan bahwa sebagian

besar responden bejenis kelamin laki-laki sebesar 67,6%, dan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Syamsiah (2011) menjelaskan bahwa

sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki sebesar 54,1%.

Pendapat Moons dkk (2014) dibuktikan oleh penelitian yang

dilakukan Bain dkk (2003), mereka menemukan bahwa adanya

perbedaan kualitas hidup antara laki-laki dan perempuan. Kualitas

hidup laki-laki cenderung lebih baik daripada kualitas hidup

perempuan.

Hasil penelitian ini didukung dengan teori dimana pengetahuan atau

kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

suatu tindakan, perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih

langgeng daripada yang tidak didasari pengetahuan. Pengetahuan

(knowledge) merupakan hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoadmojo,

2010).

Menurut Tanto (2014), jenis kelamin laki-laki termasuk kedalam lima

faktor resiko terjadinya CKD yang tidak dapat dimodifikasi. Jumlah

pasien CKD laki-laki yang lebih banyak dari wanita kemungkinan


63

dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Pembesaran prostat pada laki-

laki dapat menyebabkan terjadinya obstruksi dan infeksi yang dapat

berkembang menjadi gagal ginjal. Selain itu, pembentukan batu renal

lebih banyak diderita oleh laki-laki karena saluran kemih pada laki-

laki lebih panjang sehingga pengendapan zat pembentuk batu lebih

banyak daripada wanita. Laki-laki juga lebih banyak mempunyai

kebiasaan yang dapat mempengaruhi kesehatan seperti merokok,

minum kopi, alkohol, dan minuman suplemen yang dapat memicu

terjadinya penyakit sistemik yang dapat menyebabkan penurunan

fungsi ginjal dan berdampak terhadap kualitas hidupnya, dimana dari

hasil wawancara dengan responden umumnya responden laki-laki

CKD diawali oleh penyakit hipertensi, diabetes mellitus, dan beberapa

orang juga oleh stroke, dan kemungkinan hipertensi yang mereka

derita salah satunya disebabkan oleh kebiasaan merokok. Hipertensi

yang berkepanjangan dapat merupakan faktor resiko CKD yang dapat

di modifikasi (Brunner & Suddarth, 2001; Black & Hawks, 2014;

Tanto, 2014), seperti hasil penelitian Astrini (2013) yang menjelaskan

bahwa pasien GGK yang menjalani Hemodialisa sebagian besar

adalah laki-laki, kecenderungan ini kemungkinan disebabkan oleh

karena laki-laki lebih sering terkena hipertensi, obesitas, diabetes

mellitus yang merupakan faktor resiko untuk terjadinya GGK. Gaya

hidup juga memiliki peranan penting dalam perkembangan penyakit


64

GGK seperti merokok dan konsumsi alkohol yang lebih banyak

merupakan kebiasaan laki-laki.

Secara umum, setiap penyakit dapat menyerang laki-laki maupun

perempuan, tetapi pada beberapa penyakit seperti gagal ginjal kronik

terdapat perbedaan frekuensi antara laki-laki dan perempuan. Hal ini

dapat disebabkan perbedaan pekerjaan, kebiasaan hidup, genetika atau

kondisi fisiologis.

c. Penddidikan responden

Diagram Pie 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan


pendidikan pasien yang menjalani hemodialisis di Poli
Hemodialisa RSUD Banten (N= 45)

Berdasarkan hasil analisis diagram pie 5.3 menunjukkan bahwa

sebagian besar responden berpendidikan tinggi yaitu 24 responden

(53,3%), Peneliti beranggapan bahwa pasien CKD yang pendidikan


65

rendah memiliki pengetahuan yang lebih sedikit atau bisa saja

menerima informasi yang salah dari orang lain. Orang dengan tingkat

pendidikan yang rendah juga lebih mudah percaya dengan informasi

yang kurang tepat mengenai tindakan Hemodialisa. Hal ini terlihat

dari kurangnya jumlah responden pada kelompok pendidikan rendah.

Dalam tinjauan teori tidak dijelaskan keterikatan antara tingkat

pendidikan dengan kejadian penyakit ginjal maupun pasien yang telah

menjalani terapi Hemodialisa tetapi lebih banyak berkaitan dengan

jenis pekerjaan dan penghasilan. Penduduk dengan tingkat pendidikan

yang tinggi dengan penghasilan yang besar cenderung mengalami

perubahan pola konsumsi makanan dan mempunyai preferensi dalam

bidang kesehatan terhadap alat atau obat yang digunakan. Green

dalam Achmadi (2013) mengatakan bahwa pendidikan merupakan

faktor predisposisi yang mempengaruhi perilaku yang berkaitan

dengan kesehatan serta menurut Sunaryo (2013) pendidikan

mencakup seluruh proses kehidupan individu sejak lahir hingga

meninggal, pendidikan juga bertujuan untuk mewujudkan suatu

perubahan perilaku yaitu proses dari tidak tahu menjadi tahu, dari

tidak mengerti menjadi mengerti, dan dari tidak mampu menjadi

mampu.
66

Tingkat pendidikan mempengaruhi perilaku seseorang sehubungan

dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan, perilaku pencegahan

penyakit, perilaku pencarian pengobatan, dan perilaku pemulihan

kesehatan serta memilih dan memutuskan tindakan atau terapi yang

akan dan harus dijalani untuk mengatasi masalah kesehatannya.

Semakin tinggi pendidikan seseorang kesadaran untuk mencari

pengobatan dan perawatan akan masalah kesehatan yang dialaminya

juga semakin meningkat. Seperti yang dijelaskan oleh Yuliaw dalam

Kusniawati (2018) bahwa pasien GGK yang memiliki pendidikan

lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan lebih luas yang

memungkinkan pasien dapat mengontrol dirinya dalam mengatasi

masalah yang dihadapi, mempunyai rasa percaya diri yang tinggi,

berpengalaman, dan mempunyai perkiraan yang tepat untuk mengatasi

kejadian, mudah mengerti tentang yang dianjurkan oleh petugas

kesehatan, serta dapat mengurangi kecemasan sehingga dapat

membantu individu tersebut dalam membuat keputusan.

Peneliti berpendapat bahwa pasien yang memiliki pendidikan lebih

tinggi akan mempunyai pengetahuan lebih baik yang memungkinkan

pasien dapat mengontrol dirinya sendiri dalam mengatasi masalah

kesehatannya. Tingkat pendidikan yang dimiliki pasien sama dengan

tingkat pengetahuan yang dimiliki pasien, sehingga mereka mampu

mengontrol dan mengetahui kondisi tubuhnya sendiri dan melakukan


67

pengambilan keputusan yang tepat untuk tetap melakukan terapi

hemodialisis untuk mempertahankan kehidupannya.

2. Analisa Univariat

a. Motivasi keluarga

Diagram Pie 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan


Motivasi keluarga pasien yang menjalani hemodialisis
di Poli Hemodialisa RSUD Banten (N= 45)

Berdasarkan hasil analisis diagram pie 5.4 menunjukkan bahwa

sebagian besar responden mendapatkan motivasi yang kuat dari

keluarganya yaitu 26 responden (57,8%). Motif adalah suatu yang

melengkapi penggerak alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam

diri manusia yang menyebabkan manusia berbuat sesuatu. Tingkah

laku manusia pada dasarnya bermotif yang otomatis mempunyai

maksud tertentu, walaupun maksud itu tidak senantiasa disadari

manusia (Russel, 2016).


68

Berdasarkan data diatas dapat diasumsikan keluarga telah

melaksanakan fungsi tugas kesehatan keluarga. Rata-rata keluarga

mendampingi pasien menjalani terapi hemodialisis hingga selesai dan

memberikan motivasi serta dukungan emosional seperti perhatian dan

semangat kepada pasien. Akan tetapi juga ada beberapa keluarga yang

kurang memberikan motivasi serta dukungan kepada pasien, seperti

keluarga hanya mengantar pasien dan tidak menemani pasien

menunggu antrian saat menjalani terapi hemodialisa atau bahkan

keluarga tidak mengantar anggota keluarga mereka untuk menjalani

terapi hemodialisa.

b. Kualitas hidup

Diagram pie 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan


kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisis di
Poli Hemodialisa RSUD Banten (N= 45)
69

Berdasarkan hasil analisis diagram pie 5.5 menunjukkan bahwa

sebagian besar dari responden memiliki kualitas hidup yang baik yaitu

29 responden (64,4%), Penelitian ini sejalan dengan penelitian Titik

(2018) yang menunjukan sebagian besar dari seluruh responden di

Poli Hemodialisa RSUD Jombang mengalami kualitas hidup yang

kurang baik yaitu sebanyak 16 responden (35,6%).

Nurchayati (2010), menyatakan kualitas hidup adalah persepsi

individu terhadap posisinya dalam kehidupan, dalam konteks budaya

dan sistem nilai dimana individu tersebut hidup, dan hubungan

terhadap tujuan, harapan, standar dan keinginan. Hal ini merupakan

suatu konsep yang dipadukan dengan berbagai cara seseorang untuk

mendapat kesehatan fisik, keadaan psikologis, tingkat independen,

hubungan sosial, dan hubungan dengan lingkungan sekitarnya.

Kualitas hidup pada penelitian ini adalah persepsi pasien dengan

hemodialisis tentang posisinya dalam kehidupan sehari-hari. Tindakan

hemodialisa secara tidak langsung mempengaruhi kualitas hidup

seorang pasien yang meliputi kesehatan fisik, kondisi psikologis,

spiritual, status sosial ekonomi dan dinamika keluarga (Charuwanno

dalam Nurani dkk, 2013).

Pasien yang baru beberapa kali menjalani hemodialisis cenderung

memiliki tingkat kecemasan dan stres yang lebih tinggi dibandingkan


70

dengan pasien yang sudah berkali-kali melakukan terapi hemodialisis.

Pasien yang menjalani terapi terapi hemodialisis dapat mengalami

gangguan dalam fungsi kognitif, adaptif atau sosialisasi dibandingkan

dengan orang normal lainnya. Permasalahan psikologis yang dialami

pasien yang baru menjalani terapi hemodialisa sebenarnya sudah

ditunjukkan dari sejak pertama kali pasien divonis mengalami gagal

ginjal kronik. Perasaan hilang kendali, bersalah dan frustasi juga turut

berperan dalam reaksi emosional pasien. Penyakit gagal ginjal kronik

membuat pasien merasa tidak berdaya, menyadari akan terjadinya

kematian tubuh membuat pasien merasa cemas sekali dan merasa

hidupnya tidak berarti lagi sehingga terjadi penuruan kualitas hidup

pada pasien (Mariyanti, 2013).

Kualitas hidup merupakan indicator penting untuk menilai

keberhasilan intervensi pelayanan kesehatan disamping morbilitas,

mortalitas, fertilitas, dan kecacatan. Kualitas hidup menjadi perhatian

bagi para professional kesehatan sebagai acuan keberhasilan dari suatu

tindakan, intervensi, dan terapi (Khadijah, 2013).

Nurcahyani, (2017) menyebutkan bahwa kualitas hidup seseorang

tidak dapat didefinisikan dengan pasti, hanya orang tersebut yang

dapat mendefinisikannya, karena kualitas merupakan sesuatu yang

bersifat subyektif. Terdapat dua komponen dasar dari kualitas hidup,


71

yaitu subyektifitas dan multidimensi. Subyektifitas mengandung arti

bahwa kualitas hidup lansia hanya dapat ditentukan dari sudut

pandang klien itu sendiri dan ini hanya dapat diketahui dengan

bertanya secara langsung kepada klien. Sedangkan multidimensi

bermakna bahwa kualitas hidup dipandang dari seluruh aspek

kehidupan seseorang secara holistic meliputi aspek biologis,

psikologis, social dan lingkungan. Kualitas hidup menurut WHO

adalah persepsi individu mengenai posisi individu dalam hidup dalam

konteks budaya dan sistem nilai dimana individu hidup dan

hubungannya dengan tujuan, harapan, standar yang ditetapkan dan

perhatian seseorang.

Buruknya kualitas hidup responden dikarenakan oleh perjalanan

penyakit Penyakit Ginjal Kronik (PGK) yang progresif dan stressor

yang timbulkan selama terapi hemodialisa. Selain itu buruknya

kualitas hidup responden juga tidak sedikit dikarenakan oleh

banyaknya penyakit menyerta yang terdapat pada pasien hemodialisa,

salah satunya adalah Diabetes Militus (DM). Menurut penelitian yang

dilakukan oleh Utami (2016) disebutkan bahwa kualitas hidup pasien

yang menjalani hemodialisa dengan DM lebih buruk jika

dibandingkan dengan pasein menjalani tanpa DM. Hal ini terjadi

karena terjadi karena DM pengaruh ke berbagai organ tubuh seperti

gangguan fungsi penglihatan, penyakit jantung, kerusakan ginjal,


72

penyakit serebrovaskuler dan vaskuler perifer hingga amputasi.

Keadaan ini menyebabkan keterbatasan dalam melakukan aktifitas

sehari-hari dan kemampuan untuk bekerja. Insulin ataupun obat

antidiabetik, pengawasan gula darah secara terus menerus dan

pembatasan diet mempengaruhi kualitas hidup pasien. Hal tersebut

berakibat kondisi pasien Hemodialisa semakin buruk karena

komplikasi diakibatkan karena komplikasi DM sehingga

mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien.

Berdasarkan data diatas, kualitas hidup pasien yang menjalani

hemodialisis masih merupakan masalah yang menarik perhatian para

profesional kesehatan. Kualitas hidup pasien yang menjalani

hemodialisis merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam

memberikan pelayanan keperawatan yang komperehensif. Pasien bisa

bertahan hidup dengan bantuan mesin hemodialisis, namun masih

menyisakan sejumlah persoalan penting sebagai dampak dari terapi

hemodialisis.

3. Analisa Bivariat

a. Hubungan antara variabel motivasi keluarga dengan kualitas hidup

pasien pasien yang menjalani hemodialisis.


73

Berdasarkan uji hipotesis yang pertama (Uji Statistik Rank

Spearman) dan kedua (Uji Chi-Square) didapatkan nilai signifikasi

atau sig. (2-tailed) sebesar 0,010 dan 0,038 < lebih kecil dari 0,05

maka artinya ada hubungan yang signifikan (berarti) antara

variabel motivasi dengan kualitas hidup. Menurut Friedman

(2010), motivasi keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan

keluarga terhadap penderita yang sakit. Motivasi keluarga erat

kaitannya dalam menunjang kualitas hidup seseorang. Hal ini

dikarenakan kualitas hidup merupakan suatu persepsi yang hadir

dalam kemampuan, keterbatasan, gejala, serta sifat psikososial

hidup individu baik dalam konteks lingkungan budaya dan nilainya

dalam menjalankan peran dan fungsinya sebagaimana mestinya

(Zadeh, 2013).

Peneitian ini sejalan dengan penelitian Titik (2009) dengan hasil

uji statistik rank spearman diperoleh angka signifikan atau nilai

probabilitas (0,013) lebih rendah standart signifikan dari 0,05,

maka data H1 diterima yang berarti ada hubungan motivasi

keluarga dengan kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialsis

di Poli Hemodialisa RSUD Jombang. Teori tentang motivasi dapat

dipahami bahwa individu terdapat bermacam motif yang

mendorong dan menggerakkan manusia untuk melakukan

kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhan


74

hidup untuk mempertahankan eksistensinya (Syamsul, 2017).

Motivasi sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien

hemodialisa, baik motivasi dari dalam diri sendiri maupun motivasi

dari luar, seperti adanya motivasi untuk menjaga kesehatan yang

dilakukan dengan menghindari konsumsi air berlebih dan rutin

melakukan hemodialisa sesuai jadwal. Hal ini merupakan bentuk

motivasi dari dalam diri utnuk dapat menjaga kualitas hidup yang

lebih baik, yang mempunyai pengaruh serta peranan yang sangat

penting dalam menjaga kualitas yang baik. Apabila seseorang

mempunyai keinginan dan juga harapan untuk meningkatkan

kesehatan, maka secara tidak langsung kepuasan juga akan

meningkat sehingga membuat seseorang menjadi tentram dan

keempat dimensi dari kualita hidupun teratasi.

Berdasarkan data diatas, hubungan yang baik antara pasien dengan

keluarga pasien sehingga pasien merasa kualitas hidupnya baik.

Hubungan yang baik antar pasien yang menjalani hemodialisis

secara tidak langsung dapat memotivasi pasien untuk menjadi lebih

baik. Motivasi keluarga erat kaitannya dalam menunjang kualitas

hidup seseorang. Beberapa responden mengatakan motivasi yang

diberikan keluarga membuat pasien menjadi lebih semangat untuk

menjalani hemodialisis dan termotivasi untuk bisa sembuh dari

penyakitnya. Bentuk motivasi keluarga yang diberikan adalah


75

selalu memotivasi untuk tetap bersosialisasi dengan teman-

temannya, memotivasi dan ikut serta mengantar saat anggota

keluarga yang menjalani hemodialisis, mengontrol makanan seperti

apa yang harus dibatasi untuk dikonsumsi. Hal tersebut sangat

membantu untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.

Menurut Cohan & Lazarus (dalam Handini, 2011) kualitas hidup

adalah tingkatan yang menggambarkan keunggulan seseorang

individu yang dapat dinilai dari kehidupan mereka.Keunggulan

individu tersebut biasanya dilihat dari tujuan hidupnya, kontrol

pribadinya, hubungan interpersonal, perkembangan pribadi,

intelektual dan kondisi materi. Sedangkan Ghozali juga

mengungangkap faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup

diantaranya adalah mengenali diri sendiri, adaptasi, merasakan

perhatian orang lain, perasaan kasih dan sayang, bersikap optimis,

mengembangkan sikap empati.

Kualitas hidup menurut definisi WHO adalah persepsi individu

tentang keberadaannya di kehidupan dalam konteks budaya dan

system nilai tempat ia tinggal. Jadi dalam skala yang luas meliputi

berbagai sisi kehidupan seseorang baik dari segi fisik, psikologis,

kepercayaan pribadi, dan hubungan sosial untuk berinteraksi

dengan lingkungannya. Definisi ini merefleksikan pandangan

bahwa kualitas hidup merupakan evaluasi subjektif, yang tertanam


76

dalam konteks cultural, sosial dan lingkungan. Kualitas hidup tidak

dapat disederhanakan dan disamakan dengan status kesehatan,

gaya hidup, kenyamanan hidup, status mental dan rasa aman

(Snoek, dalam Indahria, 2013).

Menurut Karangora (2012) mendefinisikan kualitas hidup sebagai

persepsi seseorang dalam konteks budaya dan norma yang sesuai

dengan tempat hidup seseorang tersebut serta berkaitan dengan

tujuan, harapan, standard an kepedulian selama hidupnya. Kualitas

hidup individu yang satu dengan yang lainnya akan berbeda, hal itu

tergantung pada definisi atau interpretasi masing-masing individu

tentang kualitas hidup yang baik. Kualitas hidup akan sangat

rendah apabila aspek-aspek dari kualitas hidup itu sendiri masih

kurang dipenuhi.
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 45 pasien yang

menjalani terapi Hemodialisa di RSU Banten, dapat diambil beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

1. Teridentifikasi dari 45 responden yang menjalani hemodialisa sebagian

besar responden mendapatkan motivasi yang kuat dari keluarganya yaitu

26 responden (57,8%).

2. Teridentifikasi dari 45 responden sebagian besar dari responden memiliki

kualitas hidup yang baik yaitu 29 responden (64,4%).

3. Teridentifikasi hubungan antara motivasi keluarga dengan kualitas hidup

pasien yang menjalani hemodialisis di Poli Hemodialisa RSUD Banten.

Dengan nilai (p value 0,010 dan 0,038).

2. Saran

1. Bagi STIKes Widya Dharma Husada

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan baru

bagi mahasiswa untuk dapat memberikan edukasi kepada masyarakat

tentang hubungan antara motivasi keluarga dengan kualitas hidup pasien

yang menjalani hemodialisis di Poli Hemodialisa.

77
78

2. Bagi Rumah Sakit

Penelitian ini diharapkan sebagai acuan di rumah sakit dalam

memberikan pengetahuan kepada keluarga dan tenaga kesehatan dalam

memotivasi pasien atau keluarga yang menderita gagal ginjal kronik

yang menjalani hemodialisa terutama dalam faktor psikologisnya untuk

meningkatkan kualitas hidupnya. Serta dapat dijadikan literatur untuk

melakukan penelitian dengan judul yang sama atau lebih dikembangkan

lagi.

3. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan kepada perawat dalam

menjalankan fungsinya sebagai pendidik dan konsultan masyarakat

dalam memberikan informasi mengenai hubungan antara motivasi

keluarga dengan kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisis di

Poli Hemodialisa.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat meneliti tentang kualitas hidup dengan variabel lain

yang belum diteliti dan motivasi keluarga dengan pengaruh yang lain

yang belum diteliti.


79

5. Bagi Pasien

Penelitian ini diharapkan agar mempertahankan motivasi yang telah

diberikan kepada pasien hemodialisis dan untuk keluarga yang masih

rendah dalam memberikan motivasi agar meningkatkan motivasinya

terhadap anggota keluarga yang menjalani hemodialisis.


DAFTAR PUSTAKA

1. Jurnal
Annisa, A.F, Wahiduddin., & jumriani, A. (2017) . Faktor yang
berhubungan dengan kepatuhan berobat hipertensi pada lani di
Puskesmas Pattingallong Kota Makassar. Jurnal Unas

Astrini, W. (2013). Hubungan Kadar Hemoglobin (Hb), Indeks Massa


Tubuh (IMT) Dan Tekanan Darah Dengan Kualitas Hidup Pasien
Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Di RSUD
Dokter Soedarso Pontianak. Jurnal Untan

Desitasari. (2017). Hubungan tingkat pengetahuan sikap dan dukungan


keluarga terhadap kepatuhan diet pasien gagal ginjalkronik yang
menjalani hemodialisis. Jurnal Unri

Dhani, R. (2017). Hubungan Motivasi, Harapan dan Dukungan Petugas


Kesehatan terhadap Kepatuhan Pasien Gagal Ginjal Kronik untuk
menjalani Hemodialisis. Jurnal Unri.

Ismail, dkk. 2016. Hubungan Karakteristik Responden Dengan Kualitas


Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik. Jurnal Keperawatan

Kusniawati (2018). Hubungan kepatuhan menjalani Hemodialisa dan


dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal
kronik di ruang Hemodialisa Rumah Sakit Umum Kabupaten
Tangerang. Jurnal Medikes

Lase, W. N. (2011). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas


hidup pasien gagal ginjal kronis yang menjaani hemodialisa di
RSUP Haji Adam Malik Medan. Jurnal kesdam medan

Mariyanti, S. (2013). Gambaran makna hidup pasien gagal ginjak kronik


yang menjalani terapi hemodialisa. Jurnal Psikologi

Nurchayati, S. (2017). Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan


kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis. Jurnal Unsrat

Zadeh, K., Koople, J. D., and Block, G. (2013). Association Among SF-
36 Quality of Life Measures and Nutrution, Hospitalization and
Mortality in Hemodialisis, American Journal of Kidney Diseases

80
81

Hamid. A. (2017). Faktor-faktor yang mempengaruhi pasien gagal ginjal


kronik menolak untuk melakukan hemodialisis. Skripsi 2018.

Septiwi, C. (2011). Hubungan Antara Adekuasi Hemodialisa Dengan


Kualitas Hidup Pasien Hemodialisa Di Unit Hemodialisa Rs Prof.
Dr. Margiono Soekarjo Purwokerto. Tesis: Fik Ui.

Suryarinilsih, Y. (2010). Hubungan Penambahan Berat Badan Antara


Dua Waktu Dialisis Dengan Kualitas Hidup Pasien Hemodialisa
Di Ruamh Sakit Dr. M. Djamil Padang. Skripsi: Padang,

Syamsiah, N. (2011). Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan


Kepatuhan Pasien CKD Yang Menjalani Hemodialisa Di RSPAU
Dr Esnawan Antariksa Halim Perdana Kusuma Jakarta. Tesis:
Universitas Indonesia. Depok.

Titik. R.F. (2018). Hubungan Motivasi Keluarga Dengan Kualitas Hidup


Pasien Yang Menjalani Hemodialisis (Skripsi). Jombang : STikes
Insan Cindekia Medika

2. Buku
Alam, S & Hadibroto, I (2018). Gagal Ginjal. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka.

Center For Desease Control. (2016). OLHRQ concepts. Diperoleh pada


tanggal 03 februari 2021.
Dinkes Provinsi Banten. (2018). Profil kesehatan Provinsi Banten 2018.

Friedman, L. M. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga: riset, teori,


praktik. (5 th ed). Jakarta: EGC.

Khadijah, N. (2013). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers

Niven, N. (2012). Psikologi kesehatan: Pengantar untuk perawat &


profesional kesehatan lain. Jakarta: EGC.

Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu


keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam., & Efendi, F. (2011). Pendidikan dalam keperawatan. Jakarta:


Salemba Medika.

Bernardin, H. Jhon., Russel, Joyce E. A. (2013). Human Resouces: An


Expimetal Approach. Singapore: Mc. Graw – Hill book.co.
82

Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah


Edisi 8 volume 2. Jakarta EGC

Silva, O. M., Oliveira, F., Ascari, R., dan Trinadade L. (2012). The
Quality of Life of The Patient Suffering from Chronic Renal
Insufficiency Undergoing Hemodyalisis. [serial online]
http://www.revista.ufpe.br diperoleh tanggal 21 Januari 2021

Sugiyono, (2010). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D.


Bandung: Alfabeta.

Sundara, Y.T. (2016). Penyakit Ginjal di Indonesia. Belanda : PPI


Belanda

Tanto, Chris. (2014). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ke-4. Jakarta:


Media Aesculapius
PENJELASAN PENELITIAN

Kepada Yth. Bpk/Ibu Responden

Di

Ruang Hemodealisa RSUD Banten

Bersama ini saya sampaikan bahwa dalam rangka menyelesaikan tugas

akhir untuk meraih gelar sarjana keperawatan pada Program Studi Ilmu

Keperawatan di STIkes Widya Dharma Husada Tangerang, maka saya:

Nama : Jaman

NIM : 191030100223

Alamat Alamat : Kp. Jongjing Desa Laban RT010/003 Kec.

Tirtayasa Kab Serang Banten

Bermaksud mengadakan penelitian berjudul ” Hubungan Motivasi

Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien Yang Menjalani Hemodialisis Di

Poli Hemodealisa Rumah Sakit Umum Daerah Banten”.

1
2

Penelitian ini tidak akan menimbulkan kerugian kepada Bpk/ibu yang

bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Segala informasi yang

ibu berikan dalam penelitian ini akan di jaga kerahasiaannya. Manfaat

penelitian ini untuk Mengetahui faktor apa saja yang dapat mendukung

kualitas hidupnya, memberikan pengetahuan kepada keluarga dan tenaga

kesehatan dalam memotivasi pasien atau keluarga yang menderita gagal

ginjal kronik yang menjalani hemodialisa terutama dalam faktor

psikologisnya untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Dalam penelitian

ini diperlukan kerja sama yang baik antara saya sebagai peneliti dengan

bpk/ibu sebagai responden. Hal ini diperlukan agar pencapaian manfaat

bagi bpk/ibu tercapai.

Sebelum dilakukan penelitian bpk/ibu di beri penjelasan prosedur

penelitian. Jika bpk/ibu telah bersedia menjadi responden dan merasakan

ketidaknyamanan selama proses penelitian, maka bpk/ibu di perkenankan

untuk mengundurkan diri dari penelitian dengan memberikan informasi

kepada peneliti.

Dalam penjelasan ini saya sangat mengharapkan agar bpk/ibu berkenan

menjadi responden dan mengisi lembar persetujuan. Atas perhatian dan

kesediaannya saya ucapkan banyak terima kasih.

Serang, Januari 2021

Peneliti
( Jam’an )
3

LEMBAR PERSETUJUAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Usia :

Alamat :

Menyatakan bahwa saya telah mendapatkan informasi terkait penelitian

yang berjudul “Hubungan Motivasi Keluarga Dengan Kualitas Hidup

Pasien Yang Menjalani Hemodialisis Di Poli Hemodealisa Rumah Sakit

Umum Daerah Banten” yang dilakukan oleh:

Nama : Jam’an

NIM : 191030100223

Alamat : Kp. Jongjing Desa Laban RT010/003 Kec. Tirtayasa Kab

Serang Banten

Saya bersedia untuk berpartisipasi pada penelitian ini dan saya akan

membubuhkan nama dan tanda tangan saya sebagai tanda persetujuan.

Saya akan mendapat informasi mengenai maksud dan tujuan penelitian ini.

Demikian surat persetujuan ini saya buat secara sukarela tanpa paksaan dari

pihak manapun.
4

Serang, anuari 2021

Responden

(...................................)
KUESIONER MOTIVASI KELUARGA

(Hubungan Motivasi Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien


Yang Menjalani Hemodialisis Di Poli Hemodealisa RSUD Banten)

Identitas Pasien

1. Umur : tahun

2. Jenis Kelamin :

Laki-laki Perempuan

3. Pendidikan :

SD Perguruan Tinggi

SMP Lainnya ...

SMA

4. Pernah mendapat informasi tentang hemodialisa ?

Pernah, dari : Media masa

Tenaga

kesehatan Orang

terdekat

Tidak pernah
Petunjuk pengisian

Berilah tanda centang (√) pada salah satu jawaban yang sesuai dengan
kondisi anda saat ini.

NO. Pertanyaan Ya Tidak

1. Apakah keluarga memberikan semangat kepada anda


dalam menjalani hemodialisa?
2. Apakah keluarga mendengar keluhan yang anda
rasakan selama menjalani terapi hemodialisa?

3. Apakah keluarga meyakinkan anda dalam menjalani


terapi cuci darah?
4. Apakah keluarga memberikan perhatian kepada anda
dalam menjalani terapi cuci darah?
5. Apakah keluarga mengerti keadaan anda selama
menjalani terapi cuci darah?
6. Apakah keluarga memberikan bahan bacaan tentang
cuci darah kepada anda?

7. Apakah keluarga membawa anda ke dokter untuk


mencari informasi tentang cuci darah?

8. Apakah keluarga selalu mengingatkan anda untuk


menjalani cuci darah?
9. Apakah keluarga selalu mengingatkan anda tentang
jadwal cuci darah?
10. Apakah keluarga memenuhi kebutuhan yang
dibutuhkan anda selama cuci darah?

11. Apakah keluarga menyediakan transportasi saat anda


akan menjalani cuci darah?

1
12. Apakah keluarga menyiapkan biaya yang diperlukan
anda untuk menjalani cuci darah?

13. Apakah keluarga selalu menerima pendapat anda?

14. Apakah keluarga tetap memperlakukan anda sama


seperti sebelum menjalani terapi cuci darah?
15. Apakah keluarga anda selalu mengantar untuk
menjalani terapi cuci darah ?

KUESIONER KUALITAS HIDUP

Petunjuk pengisian

Berilah tanda silang (x) pada salah satu jawaban yang sesuai dengan
kondisi anda saat ini.
1. Bagaimana menurut anda kondisi kesehatan anda secara umum?

Biasa
Amat sangat Sangat baik Baik Buruk
saja/cukup
baik

2. Dibandingkan 1 tahun lalu, bagaimana kondisi kesehatan anda saat ini?

Jauh lebih baik Agak Kira-kira sama Agak lebih Sangat lebih
dibanding 1 lebih dengan buruk buruk dari
tahun lalu baik tahun dari tahun lalu
dibanding 1 lalu tahun

3. Pertanyaan dibawah ini tentang aktivitas fisik yang biasa anda lakukan
sehari-hari.
Apakah aktifitas anda menjadi terbatas atau terganggu karena
kondisi kesehatan anda saat ini? Jika ya, seberapa banyak?
Apakah aktivitas fisik berikut Tidak
Ya, Ya,
No. menjadi terbatas karena terbatas
sangat agak
kondisi anda? sama
terbatas terbata
sekali
3a Aktifitas berat seperti lari,
mengangkat barang berat,
melakukan olahraga berat.
3b Aktifitas seperti memindahkan
barang, memasak, menyetrika,
memindahkan barang, jalan
cepat.
3c Mengangkat atau membawa
barang
sekitar 3-5kg.
3d Menaiki beberapa anak tangga.
3e Menaiki satu anak tangga.
3f Menekuk tubuh, berlutut,
membungkuk.
3g Berjalan lebih dari 1,5 km.
3h Berjalan sekitar 50 rumah (500
meter).
3i Berjalan sekitar 10 rumah (100
meter).
3j Mandi atau berpakaian sendiri.

4. Dalam 4 minggu terakhir, apakah anda mengalami masalah


dengan pekerjaan anda atau aktifitas sehari-hari lainnya sebagai
akibat dari masalah kesehatan anda?
No. Pernyataan Ya Tidak
4a Mengurangi jumlah waktu
yang anda gunakan
untuk bekerja atau
4b aktifitas lain. mengerjakan
Hanya dapat
pekerjaan lebih sedikit
dari yang anda inginkan.
4c Mengalami keterbatasan
dalam
jenis pekerjaan atau
jenis aktifitas lainnya.
4d Mengalami kesulitan dalam
melakukan pekerjaan
atau aktifitas lainnya
(misalnya melakukan
aktifitas yang sangat
besar dalam
melakukannya).
5. Dalam 4 minggu terakhir, apakah anda pernah mengalami
masalah dalam pekerjaan atau aktifitas sehari-hari lainnya terkait
dengan perasaan atau emosi (perasaan tertekan atau cemas)?

No. Pernyataan Ya Tidak


5a Mengurangi jumlah waktu
yang
anda gunakan untuk
bekerja atau aktifitas lain.
5b Hanya dapat mengerjakan
pekerjaan lebih sedikit dari
yang anda inginkan.
5c Tidak bekerja atau melakukan
aktifitas sabaik/seteliti
biasanya.

6. Dalam 4 minggu terakhir, seberapa jauh kondisi kesehatan fisik


dan masalah emosi atau perasaan anda mempengaruhi aktifitas
sosial anda dengan keluarga tetangga atau kelompok? Misal
pergi rekreasi, arisan, pengajian dll?
Tidak
Sedikit Pengaruhny Sangat
berpengaru Berpengaruh
berpengaruh a sedang berpengaru
h sama
h
sekali

7. Seberapa berat rasa pegal ditubuh anda?

Tidak pegal Sangat ringan Ringan Sedang Berat Berat sekali

8. Dalam 4 minggu terakhir, seberapa berat rasa pegal tubuh


tersebut mempengaruhi pekerjaan sehari-hari anda (termasuk
pekerjaan diluar rumah dan pekerjaan rumah)?
Tidak
Sedikit Sedang- Banyak Sangat
berpengaruh
berpengaruh sedang berpengaru banyak
sama sekali
saja h berpengaruh

9. Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini adalah tentang


bagaimana perasaan anda dan bagaimana hal tersebut anda
rasakan selama 4 minggu terakhir ini?

No. Pertanyaan Setiap Sangat Tidak


Sering Kadang Jarang
waktu sering pernah
9a Apakah anda merasa
pernah penuh
semangat?
9b Apakah anda merasa
sangat gugup?

9c Apakah anda merasa


sangat sedih
hingga tak ada
yang dapat
9d Apakah anda merasa
tenang damai?
9e Apakah anda merasa
penuh energi?
9f Apakah anda merasa
bimbang dan kecewa?
9g Apakah anda merasa
jenuh/bosan?
9h Apakah anda merasa
bahagia?
9i Apakah anda merasa
capek?

10. Dalam 4 minggu terakhir, seberapa sering kesehatan fisik dan


perasaan atau emosi anda mempengaruhi aktifitas sosial anda
(seperti mengunjungi teman, keluarga, tetangga dll)?
Sepanjang Sebagian Sering Kadang- Jarang Tidak
waktu besar waktu kadang pernah

11. Betul atau salah pertanyaan-pertanyaan berikut ini untuk anda?

No. Pernyataan Sangat Betul Tidak Sangat


betul betul Salah salah

11a Saya lebih mudah jatuh


dan sakit dibanding
orang lain.
11b Saya sama sehatnya
dengan orang lain yang
saya kenal.

11c Saya berharap kesehatan


saya semakin
memburuk.
11d Kesehatan saya baik
sekali.
KARTU BIMBINGAN

STIKes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

Nam : Jam’an

NIM : 191030100223

Nama Pembimbin 1 : Ns. Rita Dwi Pratiwi, S.Kep., M.Sc

Judul Proposal Penelitian : Hubungan Motivasi Keluarga Dengan Kualitas Hidup


Pasien Yang Menjalani Hemodialisis Di Poli
Hemodealisa Rumah Sakit Umum Daerah Banten.

NO TANGGAL REVISI PARAF KETERANGAN

1 4 September 2020 Pengajuan judul dan acc Via Wa Chat


judul
2 11 September 2020 Pengarahan penyusunan Via Zoom Meet
proposal, Konsul BAB I,
Revisi BAB I
3 18 September 2020 Konsul Revisi BAB I dan Via WA Call
lanjut BAB II - IV
4 25 September 2020 Konsul BAB I – IV, revisi Via WA Call
BAB I-IV
5 03 Oktober 2020 Acc BAB I dan Revisi BAB Via WA Call
II – IV, kata pengantar,
daftar pustaka, kuesioner
dan membuat lembar
pengesahan.
6 08 Oktober 2020 - Konsul BAB II, IV, Daftar Via WA Call
pustaka, Kata Pengantar,
Kuesioner.
- Acc BAB II-IV, revisi
penulisan daftar lampiran,
lembar pengesahan,
kuesioner pengetahuan
tentang masker diberi
sumber.
7 15 Oktober 2020 - Konsul penulisan daftar
lampiran, lembar
pengesahan, kuesioner
pengetahuan tentang
masker diberi sumber.
- Acc proposal penelitian.
8 12 Desember 2020 - Sidang Proposal Penelitian Via Zoom
Meeting
- Revisi latar belakang di
BAB I Di Rapihkan
- Kuesioner Di Arahkan Ke
Sample dan Tidak Perlu
di Tulikan Angka dan
Sumbernya.
9 23 Desember 2020 -Konsul Revisi Hasil Sidang Via WA
KARTU BIMBINGAN

STIKes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

Nam : Jam’an

NIM : 191030100223

Nama Pembimbin 2 : Ns. Heri Setiawan. S.Kep., M.Kep

Judul Proposal Penelitian : Hubungan Motivasi Keluarga Dengan Kualitas Hidup


Pasien Yang Menjalani Hemodialisis Di Poli
Hemodealisa Rumah Sakit Umum Daerah Banten.

NO TANGGAL REVISI PARAF KETERANGAN


1 10 September 2020 - Pengajuan judul yang Via WA chat
sudah di acc pembimbing
1
- Acc judul
2 02 Oktober 2020 Konsul BAB I PDF Via Email
3 25 Oktober 2020 Konsul BAB I-IV Via Zoom
Hasil : BAB I acc, BAB II
revisi kerangka teori
penelitian, BAB III acc,
BAB IV acc, dan tulisan
yang kurang rapi dirapikan
lagi.
4 13 November 2020 Konsul hasil revisi Via Zoom
Revisi BAB I pendahuluan,
rumusan masalah. BAB IV
Kriteria sampel ditambah
dan membuat PPT bab I-IV.
5 12 Desember 2020 - Sidang Proposal Penelitian Via Zoom
- Revisi latar belakang di
BAB I Di Rapihkan, Meeting
Manafaat Penelitian Dari
Tingkat Teratas sampai
Ke Bawah, susunan
Cover Judul di perbaiki.
- Di Kuesioner Sumber
Harus Di Hilangkan.
6 23 Desember 2020 -Konsul Revisi Hasil Sidang Via WA
1
DOKUMENTASI PENELITIAN
TABULASI DATA

No Usia Jenis Kelamin Pendidikan Total Motivasi Motivasi Total Kualitas Hidup Kualitas Hidup
1 Lansia Laki laki Tinggi 21 Motivasi sedang 105 Baik
2 Lansia Perempuan Tinggi 23 Motivasi kuat 130 Baik
3 Dewasa Laki laki Rendah 18 Motivasi kuat 45 Kurang baik
4 Dewasa Laki laki Tinggi 21 Motivasi sedang 30 Kurang baik
5 Lansia Laki laki Rendah 22 Motivasi lemah 125 Baik
6 Lansia Perempuan Tinggi 17 Motivasi kuat 45 Kurang baik
7 Lansia Perempuan Tinggi 17 Motivasi kuat 40 Kurang baik
8 Lansia Laki laki Tinggi 21 Motivasi kuat 125 Baik
9 Dewasa Perempuan Tinggi 21 Motivasi lemah 30 Baik
10 Remaja Laki laki Tinggi 22 Motivasi kuat 120 Baik
11 Dewasa Laki laki Rendah 19 Motivasi kuat 110 Baik
12 Dewasa Laki laki Tinggi 20 Motivasi kuat 45 Kurang baik
13 Dewasa Perempuan Rendah 21 Motivasi sedang 125 Baik
14 Lansia Perempuan Tinggi 16 Motivasi kuat 25 Kurang baik
15 Lansia Perempuan Rendah 16 Motivasi kuat 45 Kurang baik
16 Dewasa Laki laki Rendah 23 Motivasi sedang 120 Baik
17 Dewasa Perempuan Tinggi 24 Motivasi sedang 110 Baik
18 Dewasa Laki laki Tinggi 21 Motivasi kuat 40 Kurang baik
19 Lansia Laki laki Tinggi 23 Motivasi kuat 120 Baik
20 Dewasa Laki laki Rendah 24 Motivasi kuat 110 Baik
21 Dewasa Laki laki Rendah 23 Motivasi kuat 110 Baik
22 Dewasa Perempuan Rendah 19 Motivasi kuat 120 Baik
23 Dewasa Perempuan Tinggi 24 Motivasi kuat 35 Kurang baik

1
24 Lansia Perempuan Tinggi 23 Motivasi sedang 125 Baik
25 Dewasa Laki laki Tinggi 20 Motivasi lemah 115 Baik
26 Lansia Laki laki Tinggi 21 Motivasi sedang 120 Baik
27 Dewasa Laki laki Tinggi 22 Motivasi kuat 35 Kurang baik
28 Remaja Perempuan Rendah 22 Motivasi lemah 122 Baik
29 Remaja Perempuan Rendah 24 Motivasi sedang 110 Baik
30 Lansia Perempuan Tinggi 24 Motivasi lemah 120 Baik
31 Dewasa Perempuan Rendah 22 Motivasi sedang 120 Baik
32 Lansia Laki laki Rendah 24 Motivasi sedang 95 Baik
33 Remaja Laki laki Tinggi 15 Motivasi kuat 30 Kurang baik
34 Dewasa Laki laki Rendah 20 Motivasi lemah 79 Baik
35 Lansia Perempuan Rendah 19 Motivasi kuat 110 Baik
36 Remaja Laki laki Rendah 22 Motivasi sedang 120 Baik
37 Dewasa Laki laki Rendah 23 Motivasi sedang 25 Kurang baik
38 Dewasa Perempuan Tinggi 17 Motivasi kuat 45 Kurang baik
39 Lansia Laki laki Tinggi 22 Motivasi kuat 80 Baik
40 Dewasa Laki laki Tinggi 21 Motivasi kuat 35 Kurang baik
41 Dewasa Laki laki Rendah 19 Motivasi kuat 85 Baik
42 Lansia Laki laki Rendah 20 Motivasi kuat 110 Baik
43 Dewasa Perempuan Rendah 17 Motivasi kuat 64 Baik
44 Dewasa Perempuan Rendah 22 Motivasi sedang 30 Kurang baik
45 Dewasa Perempuan Tinggi 21 Motivasi kuat 45 Kurang baik
HASIL OUTPUT DATA

KARAKTERISTIK RESPONDEN

1. Usia responden

Statistics

Usia Responden
N Valid 45
Missing 0

Usia Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Remaja 5 11.1 11.1 11.1
Dewasa 24 53.3 53.3 64.4
Lansia 16 35.6 35.6 100.0
Total 45 100.0 100.0

2. Jenis kelamin

Statistics

Jenis Kelamin
N Valid 45
Missing 0

Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki laki 25 55.6 55.6 55.6
Perempuan 20 44.4 44.4 100.0
Total 45 100.0 100.0

3. Pendidikan

Statistics

Pendidikan
N Valid 45
Missing 0

1
Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 21 46.7 46.7 46.7
Tinggi 24 53.3 53.3 100.0
Total 45 100.0 100.0

ANALISA UNIVARIAT

1. Motivasi keluarga

Statistics

Motivasi
N Valid 45
Missing 0

Motivasi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Motivasi kuat 26 57.8 57.8 57.8
Motivasi sedang 13 28.9 28.9 86.7
Motivasi lemah 6 13.3 13.3 100.0
Total 45 100.0 100.0

2. Kualitas hidup pasien hemodialisa

Statistics

Kualitas Hidup
N Valid 45
Missing 0

Kualitas Hidup

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang baik 16 35.6 35.6 35.6
Baik 29 64.4 64.4 100.0
Total 45 100.0 100.0
ANALISA BIVARIAT

1. Hubungan motivasi keluarga dengan Kualitas Hidup Pasien ang menjalani

hemodialisa

Uji nonparametric corelations


Correlations

Kualitas
Motivasi Hidup
Spearman's rho Motivasi Correlation Coefficient 1.000 .378*
Sig. (2-tailed) . .010
N 45 45
Kualitas Hidup Correlation Coefficient .378* 1.000
Sig. (2-tailed) .010 .
N 45 45
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Uji Chi square

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Motivasi * Kualitas Hidup 45 100.0% 0 .0% 45 100.0%

Motivasi * Kualitas Hidup Crosstabulation

Kualitas Hidup
Kurang baik Baik Total
Motivasi Motivasi kuat Count 13 13 26
% of Total 28.9% 28.9% 57.8%
Motivasi sedang Count 3 10 13
% of Total 6.7% 22.2% 28.9%
Motivasi lemah Count 0 6 6
% of Total .0% 13.3% 13.3%
Total Count 16 29 45
% of Total 35.6% 64.4% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 6.561a 2 .038
Likelihood Ratio 8.485 2 .014
Linear-by-Linear
6.403 1 .011
Association
N of Valid Cases 45
a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 2.13.

Anda mungkin juga menyukai