Anda di halaman 1dari 28

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP PERILAKU MAKAN


LANSIA DENGAN HIPERTENSI

Oleh :

ZULKHAIRI 1511123848
AYU LESTARI 1711113612
SITI FEBRYZA INDRA 1711113658

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas Berkat dan rahmat-
Nya peneliti dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan
Terhadap Perilaku Makan Lansia Dengan Hipertensi”. Penelitian ini dilakukan sebagai salah
satu syarat mengikuti ujian mata Kuliah Metodologi Penelitian I di Fakultas Keperawatan
Universitas Riau.
Kelompok peneliti banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak
dalam penyusunan penelitian ini. Pada kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. Ir. Usman M. Tang., MS selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Riau
2. Ns. Agrina., M.Kep., Sp.Kom., PhD selaku dosen pembimbing dalam mata kuliah
Metodologi Penelitian I
3. Orang tua tercinta kami serta keluarga besar yang memberikan dukungan, semangat,
kasih sayang, dan do’a yang tulus
4. Terima kasih kepada kelompok satu besar mata kuliah Metodologi Penelitian I yang
telah memberikan semangat dan dukungan kepada kelompok kami.
Peneliti sadar bahwa dalam penelitian ini masih banyak kekurangan oleh karena itu,
kritik dan saran pembaca sangat diharapkan peneliti demi kebaikan penelitian ini. Akhirnya
peneliti berharap semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua bidang ilmu pngetahuan
khususnya dalam dunia keperawatan.

Pekanbaru, Desember 2019

Kelompok 1
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .........................................................................................

KATA PENGANTAR ......................................................................................

DAFTAR ISI .....................................................................................................

DAFTAR TABEL .............................................................................................

DAFTAR SKEMA ............................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................

A. Latar Belakang ........................................................................................


B. Rumusan Masalah ...................................................................................
C. Tujuan Penelitian .....................................................................................
D. Manfaat penelitian ...................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................

A. Tinjauan Teori .........................................................................................


B. Kerangka konsep ......................................................................................
C. Hipotesis...................................................................................................
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain dan Metode Penelitian..................................................................
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................
C. Populasi dan Sampel ................................................................................
D. Etika Penelitian ........................................................................................
E. Definisi Operasional.................................................................................
F. Alat pengumpulan Data............................................................................
G. Prosedur Pengumpulan Data ....................................................................
H. Analisa Data .............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................
DAFTAR TABEL
DAFTAR SKEMA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang tidak menular. Seseorang yang
didiagnosis hipertensi memiliki nilai tekanan darah sistolik (TDS) lebih dari 130
mmHg dan tekanan darah diastolik (TDD) lebih dari 80 mmHg American Heart
Associaton (AHA, 2017). Hipertensi sering menyebabkan perubahan pada pembuluh
darah yang dapat mengakibatkan semakin tingginya tekanan darah ( Tao & Kendall,
2013). Hal ini menyebabkan seseorang yang menderita hipertensi memiliki resiko
penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal. (WHO, 2011). Penyakit hipertensi
dikategorikan sebagai silent killer atau pembunuh diam – diam, karena penderita tidak
mengetahui dirinya hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darah.
(Rilantono,2015).
Peningkatan tekanan darah akan semakin sering terjadi seiring meningkatnya
usia terutama tekanan darah sistolik sedangkan diastolik meningkat hanya sampai usia
55 tahun (Nurrahmani, 2011). Hal ini dikarenakan pada usia lanjut terjadi suatu proses
menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya. Kemunduran
struktur dan fungsi organ juga terjadi pada sistem kardiovaskular, salah satunya
adalah dinding arteri telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis sehingga darah
dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit dan menyebabkan naiknya tekanan
darah (Konita dkk, 2014).
Menurut WHO (World Health Organization, 2011), satu milyar orang di dunia
menderita hipertensi dan dua per-tiga diantaranya berada di negara berkembang yang
berpenghasilan rendah- sedang. Bila tidak dilakukan upaya yang tepat jumlah ini akan
terus meningkat, dan diprediksi pada tahun 2025 sebanyak 29 % atau 1,6 miliar orang
di seluruh dunia menderita hipertensi, sedangkan di Indonesia angka kejadian
hipertensi cukup tinggi. Menurut data RISKESDA KEMENKES RI 2013, di
Indonesia 40,1 % lansia menderita hipertensi. Sementara kasus hipertensi yang belum
berhasil terdiagnosa juga masih sangat tinggi yakni 76 %.
Perubahan gaya hidup seperti perubahan perilaku makan menjurus ke sajian siap
santap yang mengandung banyak lemak, protein, dan garam tinggi tetapi rendah serat
pangan, membawa konsekuensi sebagai salah satu faktor berkembangnya penyakit
degeneratif seperti hipertensi (Dolyoko, 2010). Hal ini juga erat kaitannya dengan
frekuensi makan dan jenis makanan yang dikonsumsi seseorang (Anisah dkk, 2011).
Berdasarkan hasil penelitian Aris (2007) dan Sulistiyowati (2009), menyatakan bahwa
faktor-faktor yang terbukti sebagai faktor resiko hipertensi adalah umur, keturunan,
konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, dan obesitas.
Pengetahuan merupakan hasil dari proses mencari tahu, dari yang tadinya tidak
tahu menjadi tahu, dari tidak dapat menjadi dapat. Dalam proses mencari tahu ini,
mencakup berbagai metode dan konsep-konsep, baik melalui proses pendidikan
maupun melalui pengalaman (Notoatmodjo 2003). Direntang umur lansia yang
semakin menua kemungkinan intelegensi dan kemampuan penerimaan atau
mengingat akan mengalami penurunan. Dengan bertambahnya umur seseorang dapat
berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada
umur-umur tertentu kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan
berkurang (Agoes. dkk 2013).
Hasil penelitian Domas (2010), yang berjudul “ Pengaruh pendidikan tentang
hipertensi terhadap perubahan pengetahuan dan sikap lansia di Desa Makamhaji
Kartasura Sukoharjo “ menyatakan bahwa terdapat pengaruh pendidikan tentang
hipertensi terhadap perubahan pengetahuan dan sikap lansia di Desa Makamhaji
Kartasura Sukoharjo. Dalam penelitian tersebut ada perubahan sikap setelah diberikan
pendidikan tentang hipertensi. Hal ini dipengaruhi oleh faktor pemberian informasi
dari petugas kesehatan yang bisa meningkatkan pengetahuan lansia itu sendiri
sehingga lansia tersebut bisa merubah sikapnya dalam menjalankan diet hipertensi.
Dari latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Hubungan tingkat pengetahuan terhadap perilaku makan lansia dengan
hipertensi”.

B. Rumusan Masalah
Hipertensi masih menjadi masalah kesehatan pada kelompok lansia. Perubahan
gaya hidup secara global berperan besar dalam meningkatkan angka kejadian
hipertensi. Semakin mudahnya mendapatkan makanan siap saji membuat konsumsi
sayuran segar dan serat semakin berkurang sedangkan konsumsi garam, lemak, gula
dan kalori meningkat. Selain itu, masih kurangnya pengetahuan mengenai perilaku
makan sehingga belum terlalu faham dalam mengaplikasikannya ke dalam kehidupan
sehari-hari.
Hal ini menyebabkan, lansia tetap mengkonsumsi garam berlebih dan minum
kopi merupakan contoh bagaimana kebiasaan yang salah tetap dilaksanakan. Bila
tidak dilakukan upaya yang tepat jumlah ini akan terus meningkat, dan diprediksi
pada tahun 2025 sebanyak 29 % atau 1,6 miliar orang di seluruh dunia menderita
hipertensi. Berdasarkan hal diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah
“Hubungan tingkat pengetahuan terhadap perilaku makan lansia dengan hipertensi “.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan
lansia terhadap perilaku makan lansia dengan hipertensi.
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik responden yang menderita hipertensi meliputi
umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan dan riwayat
menderita hipertensi.
b. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan lansia terhadap hipertensi.
c. Mengetahui gambaran perilaku makan lansia dengan hipertensi.
d. Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan lansia terhadap perilaku makan
lansia dengan hipertensi.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi/Petugas Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai
pentingnya tingkat pengetahuan lansia terkait hipertensi sehingga perilaku makan
lebih dapat diperhatikan dan penderita hipertensi berkurang.
2. Bagi Ilmu Keperawatan
Hasil penelitan ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dan acuan bagi
pengembangan Ilmu Keperawatan. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat
menjadi referensi mengenai hubungan tingkat pengetahuan lansia terhadap
perilaku makan lansia dengan hipertensi.
3. Bagi responden
Diharapkan dapat memberikan pemahaman secara jelas mengenai pengetahuan
tentang hipertensi dan pentingnya untuk menjaga perilaku makan agar tidak
memperparah kondisi hipertensi yang dialami.
4. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan data
penunjang bagi peneliti selanjutnya yang ingin mengetahui dan melanjutkan
penelitian mengenai hubungan tingkat pengetahuan lansia terhadap perilaku
makan lansia dengan hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Hipertensi pada lansia

a. Definisi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka
waktu lama dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal, jantung, dan otak bila
tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai
(Kemenkes RI, 2013).
Penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah salah satu jenis
penyakit yang mematikan di dunia dan faktor risiko paling utama terjadinya
hipertensi yaitu faktor usia sehingga tidak heran penyakit hipertensi sering
dijumpai pada usia lanjut (Fauzi, 2014), sedangkan menurut Setiati (2015),
hipertensi merupakan tanda klinis ketidakseimbangan hemodinamik suatu
sistem kardiovaskular, di mana penyebab terjadinya disebabkan oleh beberapa
faktor atau multi faktor sehingga tidak bisa terdiagnosis dengan hanya satu
faktor tunggal.
b. Etiologi
Menurut Sutono (2008), terdapat beberapa penyebab yang membuat
tekanan darah diatas 140/90 mmHg antaranya adalah gaya hidup modern.
Kerja keras penuh tekanan mendominasi gaya hidup masa kini hingga
menyebabkan stress berkepanjangan. Kondisi ini memicu berbagai penyakit
seperti sakit kepala, jantung dan termasuklah hipertensi. Gaya hidup modern
cenderung membuat berkurangnya aktivitas fisik (olahraga), konsumsi
alkohol, minum kopi, dan merokok. Semua perilaku tersebut merupakan
pemicu naiknya tekanan darah.
Perilaku makan yang tidak sehat juga mempengaruhi tekanan darah
seseorang. Tubuh mrmbutuhkan natrium untuk menjaga keseimbangan cairan
dan mengatur tekanan darah. Tetapi bila asupannya berlebihan, tekanan darah
akan meningkat akibat adanya retensi cairan dan bertambahnya volume darah.
Kelebihan natrium juga diakibatkan dari kebiasaan menyantap makanan
instan yang telah menggantikan bahan makanan segar.
Gaya hidup serba cepat menuntut segala sesuatu untuk terus menerus
akan mengakibatkan peningkatan tekanan darah karena adanya natrium yang
berlebihan di dalam tubuh. Saat asupan natrium berlebih, tubuh sebenarnya
dapat membuangnya melalui air seni. Namun, proses ini bisa terhambat jika
seseorang kurang minum air putih, berat badan berlebihan, kurang bergerak
atau ada keturunan hipertensi atau diabetes.
c. Penatalaksanaan
Tujuan umum pengobatan hipertensi adalah penurunan mortalitas dan
morbiditas yang berhubungan dengan hipertensi. Mortalitas dan morbiditas
ini berhubungan dengan kerusakan organ target (misal kejadian
kardiovaskular atau serebrovaskular, gagal jantung, dan penyakit ginjal).
Pengobatan hipertensi terbagi menjadi 2 yaitu terapi farmakologis dan non-
farmakologis. Menurut Priyanto (2008) terapi farmakologis adalah dengan
menggunakan obat-obatan sebagai antihipertensi.
Antaranya adalah diuretik untuk meningkatkan jumlah urin dengan cara
menghambat reabsorbsi air, natrium dan mineral lain pada tubulus ginjal.
Angiotensin Converting Enzyme (ACE) Inhibitor digunakan untuk
menghambat perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II dan penurunan
jumlah aldosteron. Aldosteron bersifat retensi terhadap Na+ dan air sehingga
menyebabkan tekanan darah naik. Ada juga yang berfungsi untuk
menghambat ransangan pada reseptor β dalam tubuh yaitu β blocker.
Menurut penelitian oleh Wisnu Hidayat (2011), terapi non-farmakologis
dapat dilakukan dengan mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat. Hal ini
menunjukkan adanya penurunan tekanan darah sistolik yang signifikan.
Dimulai dari pengaturan asupan makanan, seperti makan makanan beraneka
ragam dan gizi seimbang (sayur-sayuran dan buah-buahan), dan konsumsi
garam dapur tidak lebih dari ¼ - ½ sendok teh/hari. Selain itu ada makanan
yang harus dihindari, meliputi makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi,
diolah dengan menggunakan garam natrium dan yang diawetkan. Sumber
protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah juga harus
dihindari.
2. Pengetahuan terhadap diet hipertensi
a. Definisi
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,
2007). Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu, atau
kenal, sadar, mengerti, pandai. Pengetahuan merupakan hasil proses dari
usaha manusia untuk tahu (Bahtiar, 2004).
b. Pembagian diet hipertensi
i. Jenis-jenis diet
Menurut Ramayulis (2008), ada empat macam diet untuk hipertensi
yaitu :

 Diet rendah garam


Diet ini adalah untuk menurunkan tekanan darah, mencegah edema
dan penyakit jantung ( lemah jantung ). Adapun yang disebut rendah
garam bukan hanya membatasi komsumsi garam dapur tetapi
mengkomsumsi makanan rendah natrium. Sangat penting untuk
diperhatikan dalam melakukan diet rendah garam adalah komposisi
makanan yang harus mengandung cukup zat-zat , baik kalori, protein,
mineral maupun vitamin dan rendah natrium. Sumber natrium antara
lain makanan yang mengandung sode kue, baking powder, MSG
(Mono Sodium Glutamat), pengawat makanan, makanan yang dibuat
dari mentega serta obat yang mengandung natrium ( obat sakit
kepala ).
 Diet rendah kolestrol dan lemak terbatas
Di dalam tubuh terdapat tiga bagian lemak yaitu kolestrol,
trigeserida,dan pospolipid. Tubuh memporeleh kolestrol dari makanan
sehari-hari dan dari hasil sintesis dalam hati. Kolestrol dapat
berbahaya jika di komsumsi lebih banyak dari pada yang dibutuhkan
oleh tubuh akan mengkomsumsi sekitar 25-50 % dari setiap makanan.
 Diet tinggi serat
Diet tinggi serat ini sangat pada penderita hipertensi. Serat terdiri
dari dua jenis yaitu serat kasar dimana banyak terdapat pada sayuran
dan buah-buahan, sedangkan serat makanan terdapat pada makanan
karbohidrat seperti kentang ,beras, singkong dan kacang hijau. Serat
kasar dapat berfungsi mencegah penyakit tekanan darah tinggi karena
serat kasar mampu mengikat kolestrol maupun asam empedu dan
selanjutnya akan dibuang bersma kotoran.
 Diet rendah kalori
Diet ini dianjurkan bagi orang yang kelebihan berat badan.
Kelebihan berat badan atau obesitas akan berisiko tinggi terkena
hipertensi. Demikian juga dengan orang berusia 40 tahun ke atas akan
mudah terkena hipertensi.

ii. Pembatasan garam


 Diet Garam Rendah I (200‒400 mg Na)
Diet garam rendah I diberikan kepada pasien dengan hipertensi
berat. Pada pengolahan makanannya tidak ditambahkan garam dapur.
Dihindari bahan makanan yang tinggi kadar natrium.
 Diet Garam Rendah II (600‒800 mg Na)
Diet garam rendah II diberikan kepada pasien dengan hipertensi
tidak terlalu berat. Pemberian makanan sehari sama dengan diet garam
rendah I. Pada pengolahan makanannya boleh menggunakan ½ sdt
garam dapur (dua gr). Hindari bahan makanan yang tinggi kadar
natrium.
 Diet Garam Rendah III (1000‒1200 mg Na)
Diet garam rendah III diberikan kepada pasien dengan hipertensi
ringan. Pemberian makanan sehari sama dengan diet garam rendah I.
Pada pengolahan makanannya boleh menggunakan satu sdt (empat gr)
garam dapur (Almatsier, 2005). Setiap penurunan berat badan 10 kg
dapat mengurangi tekanan darah sebesar 5‒20 mmHg. Begitu pula
dengan diet rendah garam dapat menurunkan 2‒8 mmHg. Latihan fisik
atau olah raga teratur juga dapat menurunkan tekanan darah 4‒9
mmHg (Ariani, 2013).
c. Komposisi diet hipertensi
Hal ini dapat dilihat pada Diet DASH (Dietary Approaches to Stop
Hypertension) yang dirancang untuk mengatasi masalah tekanan darah tinggi.
Menu-menu yang tersusun dalam diet DASH terdiri dari makanan rendah
garam dan menitikberatkan pada nutrisi yang efektif dalam menurunkan
tekanan darah. Berikut ini adalah daftar makanan yang diperlukan dalam diet
DASH:

i. Sayuran (minimal 4-5 porsi per hari)


Brokoli, wortel, tomat, ubi, dan sayuran berdaun hijau yang kaya
akan vitamin, serat, dan mineral, seperti kalium dan magnesium.
ii. Beras dan gandum (maksimal 6-8 porsi per hari)
Beras, roti, pasta, dan sereal termasuk dalam kelompok beras dan
gandum. Pilih gandum utuh seperti beras merah dan roti gandum, karena
mengandung lebih banyak serat dan nutrisi. Gandum memiliki
kandungan rendah lemak, selama tidak dikonsumsi dengan mentega,
keju, atau krim.
iii. Buah-buahan (minimal 4-5 porsi per hari)
Sajikan buah-buahan sebagai camilan. Jika tidak suka makan buah,
olah menjadi jus tanpa tambahan gula. Salah satu buah yang baik
dikonsumsi penderita hipertensi adalah pisang, karena kaya akan kalium.
Kalium bekerja dengan cara mengurangi efek natrium. Semakin banyak
kalium yang dimakan, semakin banyak pula natrium yang hilang melalui
urine. Kalium juga mampu meredakan ketegangan di dinding pembuluh
darah yang akan menurunkan tekanan darah.
iv. Daging, ayam, dan ikan (maksimal 2 porsi per hari)
Daging hewan merupakan sumber protein, zat besi, seng, dan vitamin.
Daging aman dikonsumsi penderita hipertensi asalkan tidak melebihi 6
ons per hari. Masak daging tanpa kulit dengan cara direbus atau
dipanggang, bukan digoreng. Hal ini agar daging tidak menjadi santapan
tinggi kolesterol. Ikan salmon dan tongkol merupakan pilihan yang lebih
sehat, karena kaya akan omega-3 yang bermanfaat dalam menurunkan
kolesterol.
v. Kacang-kacangan dan biji-bijian (3-5 porsi per hari)
Kacang-kacangan mengandung omega-3 dan serat yang bermanfaat
dalam menurunkan risiko penyakit jantung dan menurunkan tekanan
darah. Tapi di samping itu, kacang-kacangan juga mengandung kalori,
sehingga disarankan makan secukupnya saja. Alternatif lainnya adalah
mengonsumsi produk olahan kacang kedelai, seperti tempe dan tahu.
Tempe dan tahu mengandung semua asam amino yang dibutuhkan tubuh,
sehingga bisa dijadikan alternatif pengganti selain daging.
vi. Lemak dan minyak (maksimal 2-3 porsi per hari)
Dalam diet DASH, dianjurkan untuk mengonsumsi lemak tak jenuh
alias lemak baik. Lemak tak jenuh mampu menurunkan kadar kolestrol
dalam darah dan menekan risiko penyakit jantung, asalkan dikonsumsi
dalam jumlah yang sesuai. Lemak tak jenuh tunggal terdapat pada
minyak zaitun, alpukat, dan kacang-kacangan. Sedangkan lemak tak
jenuh ganda banyak ditemukan pada ikan salmon, tongkol, dan olahan
kedelai. Hindari menyantap lemak jenuh dan lemak trans karena dapat
meningkatkan risiko penyakit jantung koroner.
vii. Produk susu rendah lemak (maksimal 2-3 porsi per hari)
Susu dan produk olahannya seperti keju dan yoghurt merupakan
sumber vitamin D, kalsium, dan protein. Pilih produk yang rendah lemak
untuk menghindari konsumsi lemak berlebih.
viii. Makanan manis 9maksimal 5 porsi per minggu)
Dalam menjalani diet DASH, Anda tidak perlu menghilangkan
kebiasaan makan camilan manis. Namun disarankan untuk memilih
makanan manis seperti jeli, agar-agar, atau biskuit rendah lemak.

d. Makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan


Menurut Kementerian Kesehatan RI (2011), berikut merupakan
pengaturan makanan terkait hipertensi :

Bahan makanan Dianjurkan  Makanan yang segar: sumber


hidrat arang, protein nabati dan
hewani, sayuran dan buah-buahan
yang banyak mengandung serat.
 Makanan yang diolah tanpa atau
sedikit menggunakan garam
natrium, vetsin, kaldu bubuk.
 Sumber protein hewani:
penggunaan daging/ ayam/ ikan
paling banyak 100 gram/ hari.
Telur ayam/ bebek 1 butir/ hari.
 Susu segar 200 ml/ hari
Bahan makanan Yang dibatasi  Pemakaian garam dapur.
Penggunaan bahan makanan yang
mengandung natrium seperti soda
kue.
Bahan makanan Yang dihindari  Otak, ginjal, paru, jantung, daging
kambing
 Makanan yang diolah
menggunakan garam natrium
(Crackers, pastries, dan kue lain-
lain).
 Kerupuk, kripik dan makanan
kering yang asin
 Makanan dan minuman dalam
kaleng: sarden, sosis, kornet,
sayuran dan buah-buahan dalam
kaleng
 Makanan yang diawetkan:
dendeng, abon, ikan asin, ikan
pindang, udang kering, telur asin,
telur pindang, selai kacang, acar,
manisan buah
 Mentega dan keju
 Bumbu-bumbu: kecap asin, terasi,
petis, garam, saus tomat, saus
sambel, tauco dan bumbu
penyedap lainnya
 Makanan yang mengandung
alkohol misalnya: durian, tape

e. Cara mengukur tingkat pengetahuan


Menurut Arikunto (2006) dalam Dewi dan Wawan (2010:18) bahwa
pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur
dapat kita sesuaikan dengan tingkat–tingkat tersebut diatas. Pengetahuan
seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat
kualitatif. Berikut adalah rumus untuk mengukurnya :
Menurut Nursalam (2011) pengetahuan seseorang dapat diketahui

dan diinterpretasikan dengan skala ordinal, yaitu :

a. Baik : Hasil presentase 76% - 100%

b. Cukup : Hasil presentase 56% - 75%

c. Kurang : < 56%

3. Perilaku makan
a. Definisi
Perilaku makan menurut Notoatmodjo (2007) adalah respon seseorang
terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. Perilaku ini
meliputi pengetahuan, persepsi, sikap, dan praktik terhadap makanan serta
unsur-unsur yang terkandung di dalamnya (zat gizi), pengolahan makanan dan
sebagainya. Perilaku makan adalah tindakan seseorang terhadap makanan
yang dipengaruhi oleh persepsi, pengetahuan terhadap makanan (Gibney, dkk,
2008).
Perilaku makan adalah tingkah laku manusia atau sekelompok manusia
dalam memenuhi kebutuhan akan makanan yang meliputi sikap, kepercayaan,
dan pilihan makanan (Sulistyioningsih, 2011). Berdasarkan uraian diatas
dapat disimpulkan bahwa perilaku makan adalah pandangan seseorang
terhadap makanan serta sikap seseorang memilih makanan untuk dikonsumsi
agar memenuhi kebutuhan energi, karbohidarat dalam tubuh.
b. Frekuensi makan
Frekuensi makan adalah berapa kali makan dalam sehari meliputi makan
pagi, makan siang, makan malam dan makan selingan (Depkes, 2013).
sedangkan menurut Suhardjo (2009) frekuensi makan merupakan berulang
kali makan sehari dengan jumlah tiga kali makan pagi, makan siang, dan
makan malam.
c. Cara mengukur perilaku
Pengukuran perilaku dapat dilakukan dengan checklist yang
mempraktekkan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian
atau responden. Secara garis besar mengukur perilaku terbuka atau praktek
dapat dilakukan melalui dua metode, yaitu :
i. Langsung
Mengukur perilaku secara langsung, berarti peneliti langsung
mengamati atau mengobservasi perilaku subjek yang diteliti. Peneliti
dapat menggunakan media instrument checklist dengan skala Guttman.
Skala ini merupakan skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan
memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban dari pertanyaan atau
pertanyaan : ya dan tidak, positif dan negatif, benar dan salah. Skala
Guttman ini pada umumnya dibuat seperti checklist dengan
interpretasi penelitian, apabila skor benar nilainya 1 dan apabila salah
nilainya 0 dan analisisnya dapat dilakukan seperti skala Likert
(Hidayat, 2012).
ii. Tidak Langsung
Pengukuran perilaku secara tidak langsung ini, menggunakan
metode mengingat kembali (recall). Metode ini dilakukan melalui
pertanyaan terhadap subyek tentang apa yang telah dilakukan
(Notoadmodjo, 2010).
 Pernyataan Positif
 Salah satu skor standart yang biasanya digunakan dalam skala
model Likert adalah skort-T, yaitu :

makan yang hendak


diubah menjadi skor T

Hasil ukur terbagi dalam 2 kategori :


Kategori buruk : Jika skor T hasil penghitungan < 56
Kategori baik : Jika mean T 56-100
B. Kerangka konsep
Kerangka konsep adalah bentuk awal dari sebuah penelitian yang merupakan
gambar hubungan antar variable-variable yang akan diteliti. Kerangka konsep dibuat
berdasarkan teori-teori yang telah ada dan mendukugn penelitian tersebut (Swarjana,
2012). Kerangka konsep dari penelitian ini adalah :
Skema 1 Kerangka konsep penelitian

(variabel independen) (variabel dependen)

Tingkat Pengetahuan Perilaku makan

1. Diet hipertensi  Baik (+)


2. Pembagian diet  Buruk (-)
hipertensi
3. Komposisi diet
hipertensi

C. Hipotesis
Hipotesa merupakan dalil sementara dimana kebenarannya perlu diuji dan
dibuktikan melalui penelitian. Setelah validasi dari hasil penelitian, maka pernyataan
hipotesis dapat diterima maupun ditolak (Setiadi, 2013).
Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah :
1. Hipotesis (Ho)
Tidak ada hubungan tingkat pengetahuan lansia terhadap perilaku makan lansia
dengan hipertensi.
2. Hipotesis alternative (Ha)
Ada hubungan tingkat pengetahuan lansia terhadap perilaku makan lansia dengan
hipertensi.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain dan Metode Penelitian


Desain penelitian merupakan rancangan yang disusun sedemikian rupa sehingga
peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian. Desain penelitian
mengacu pada jenis atau macam penelitian yang dipilih untuk mencapai tujuan
penelitian, serta berperan sebagai alat dan pedoman untuk mencapai tujuan tersebut
(Setiadi, 2013).
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan menggunakan
pendekatan cross sectional. Dalam penelitian ini, variabel sebab atau resiko dan
akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur dan dikumpulkan secara
simultan dan sekali dalam satu waktu (Setiadi, 2007). Variabel pada penelitian ini
terdiri dari variabel bebas (tingkat pengetahuan) dan variabel terikat (perilaku makan).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi penelitian
Kegiatan penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Payung Sekaki
Kecamatan Sukajadi Kota Pekanbaru. Alasan peneliti melakukan penelitian di
tempat ini karena dilihat dari data Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru penderita
hipertensi tertinggi adalah Puskesmas Payung Sekaki Pekanbaru dari total 21
Puskesmas yang ada di Pekanbaru Provinsi Riau.
2. Waktu penelitian
Kegiatan penelitian ini dimulai dari pengajuan proposal penelitian sampai
seminar hasil penelitian yaitu terhitung dari September 2019 sampai bulan
Februari 2020. Jadwal penelitian secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2 Jadwal pelaksanaan penelitian
Waktu pelaksanaan
Kegiatan September Oktober November Desember Januari Februari
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 34 1 2 3 4
Perumusan
Masalah
Penyusunan
Proposal
Seminar
Proposal
Izin
penelitian
Pelaksanaan
Penelitian
Pengolahan
Data
Seminar
Hasil
Perbaikan
Skripsi

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang akan diteliti (Sujarweni,
2014). Populasi dalam penelitian ini adalah lansia hipertensi yang berkunjung ke
poli usia lanjut (usila) Puskesmas Payung Sekaki Pekanbaru. Jumlah lansia
hipertensi yang berkunjung ke Puskesmas pada bulan September 2019 adalah 40
orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap
mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012). Teknik sampling yang digunakan
dalam penelitian ini adalah total sampling dimana semua populasi digunakan
sebagai sampel yaitu berjumlah 40 responden. Sampel diambil berdasarkan
kriteria inklusi yaitu karakteristik sampel yang dapat dijadikan atau layak untuk
diteliti. Adapun kriteria inklusi untuk mengambil sampel pada penelitian ini
sebagai berikut :
a. Terdiagnosis menderita penyakit hipertensi.
b. Penderita hipertensi berusia 60-70 tahun.
c. Bisa membaca dan menulis.
d. Bersedia menjadi responden dan mau bekerjasama dalam penelitian ini.
Proses pengambilan sampel sebanyak 40 responden dimana peneliti
mengambil responden yang berkunjung ke poli usia lanjut (usila) Puskesmas
Payung Sekaki Pekanbaru. Peneliti bekerja sama dengan perawat yang bertugas di
poli Usila. Peneliti meminta tolong kepada perawat untuk memberi tahu peneliti
jika ada pasien yang terdiagnosis hipertensi oleh dokter.

D. Etika Penelitian
Etika penelitian dalam keperawatan merupakan masalah yang penting dalam
penelitian mengingatkan penelitian dalam ilmu keperawatan sebagaian besar
melibatkan manusia sehingga peneliti harus memahami prinsip-prinsip etika
penelitian (Nursalam, 2013). Sebelum melakukan penelitian untuk mengumpulkan
data, peneliti terlebih dahulu meminta izin kepada pihak Fakultas Keperawatan
Universitas Riau untuk meminta izin penelitian yang ditujukan kepada Badan
Kesatuan Bangsa dan Politik. Setelah mendapatkan surat izin, ditujukan lagi ke Dinas
Kesehatan Kota Pekanbaru, surat dari dinas kesehatan ditujukan ke Puskesmas
Payung Sekaki Pekanbaru, selanjutnya peneliti meminta izin kepada pimpinan
Puskesmas Payung Sekaki untuk melakukan penelitian, Beberapa prinsip etika
penelitian pada manusia yang harus difahami antara lain :
1. Prinsip manfaat
a. Bebas dari penderita
Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan kepada
responden, khususnya jika menggunakan tindakan khusus.
b. Bebas dari eksploitasi
Partisipasi responden dalam penelitian harus dihindarkan dari keadaaan
yang tidak menguntungkan. Responden harus diyakinkan bahwa
partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang telah diberikan, tidak
akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan responden dala
bentuk apapun.
c. Resiko (benefits ratio)
Peneliti secara berhati-hati mempertimbangkan resiki dan keuntungan yang
akan mengakibatkan kepada responden pada setiap tindakan.

2. Prinsip menghargai hak asasi manusia


a. Responden memiliki hak untuk memutuskan apakah bersedia menjadi
responden atau pun tidak tanpa adanya paksaan dari pihak luar.
b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (right to full
disclosure)
Peneliti telah memberikan kejelasan secara rinci tentang prosedur penelitian
serta bertanggungjawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada responden.
c. Informed consent (lembar persetujuan)
Semua responden dalam penelitian ini adalah responden yang telah
menandatangani lembar persetujuan responden (informed consent) setelah
mendapatkan penjelasan yang lengkap dan terbuka dari peneliti tanpa
adanya pemaksaan. Bagi yang tidak bersedia menjadi responden dalam
penelitian, peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak – hak pasien.

3. Prinsip Keadilan (right to justice)


a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair treatment)
Responden harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama, dan
sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi.
b. Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy)
Responden mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan
harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama (anonymity) dan
rahasia (confidentially). Kerahasian responden dalam penelitian ini
dilakukan dengan tidak mencantumkan nama lengkap responden hanya
mencantumkan inisial nama pada kuesioner.
E. Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat ukur Skala Hasil ukur


Operational
Variabel Hasil dari Kuesioner Ordinal Hasil ukur terbagi
independen pengukuran dalam 3 kategori:
: pengetahuan
tingkat seseorang 1. Tingkat
pengetahuan setelah pengetahuan
pengeinderaan kurang
terhadap objek presentase
tertentu <56%
2. Tingkat
pengetahuan
sedang
presentase 56-
75%.
3. Tingkat
pengetahuan
tinggi
presentase 76-
100%
(Wawan dan Dewi,
2010)
Variabel Suatu tindakan Kuesioner Ordinal Hasil ukur terbagi
dependen : yang dalam 2 kategori:
perilaku berhubungan
makan dengan 1. Kategori buruk
konsumsi <56.
sehari-hari.
2. Kategori baik
56- 100.

(Nuridayanti, 2016)

F. Alat Pengumpulan Data


Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan alat ukur kuesioner.
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada para responden
untuk dijawab (Sujarweni, 2014). Kuisioner yang disebarkan peneliti adalah
kuesioner yang menggunakan tipe checklist atau daftar cek yang merupakan daftar
yang berisi pernyataan yang diamati dan responden memberikan jawaban dengan
memberi checklist (√). Peneliti menggunakan kuesioner berdasarkan tinjauan teoritis
yang ada. Alat pengumpulan data pada penelitian ini terdiri dari beberapa kuesioner,
yaitu kuesioner data demografi atau karakteristik responden, kuesioner tingkat
pengetahuan dan kuesioner perilaku makan. Kuesioner data demografi atau
karakteristik responden terdiri dari pernyataan isian meliputi usia, jenis kelamin,
pekerjaan, tingkat pendidikan dan riwayat pengobatan hipertensi.
Kuesioner tingkat pengetahuan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
kuesioner tingkat pengetahuan yang dibuat oleh Puspita Wati (2018) dengan judul
“Hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku diet pada pasien hipertensi primer di
Puskesmas Jenggawah Kabupaten Jember. Pertanyaan dibuat dalam bentuk skala
Guttman yaitu skala yang bersifat konsisten dan tegas pada setiap jawaban dari
pernyataan yang diajukan peneliti. Responden harus memilih salah satu jawaban yang
telah disediakan oleh peneliti yaitu benar (B) atau salah (S) dengan cara memberikan
tanda check list (√). Jawaban benar akan di beri nilai 1 dan jawaban yang salah akan
di beri nilai 0. Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor jawaban
dengan skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian dikalikan 100% dan hasilnya
berupa presentasi. Kuisioner ini memiliki 12 item pertanyaan dimana soal no 1 hingga
soal no 12 diinterpretasikan dengan skala ordinal yaitu tinggi jika hasil presentasi
76%-100%, sedang jika hasil presentasi 56%-75%, kurang jika hasil presentasi kurang
dari 56%.
Kuesioner perilaku makan digunakan dalam penelitian ini merupakan kuesioner
perilaku makan yang dibuat oleh Anik Nuridayanti (2016). Kuesioner terbagi menjadi
2 tipe yaitu favourable dan unfavourable. Fovourable merupakan pernyataan yang
bersifat positif yang terdiri atas jawaban selalu (SL) di beri nilai 4, sering (SR) di beri
nilai 3, kadang-kadang (KD) di beri nilai 2 dan tidak pernah (TP) di beri nilai 1.
Sedangankan unfavourable merupakan merupakan pernyataan yang bersifat negatif
yang terdiri atas jawaban selalu (SL) di beri nilai 1, sering (SR) di beri nilai 2,
kadang-kadang (KD) diberi nilai 3 dan tidak pernah (TP) di beri nilai 4. Responden
harus memilih salah satu jawaban yang telah di sediakan oleh peneliti dengan cara
memberikan tanda check list (√). Kuesioner ini memiliki 20 item pertanyaan dan
diinterpretasikan dengan skala likert. Perilaku makan baik memiliki rentang nilai 56-
100 dan perilaku makan buruk memiliki nilai <56..
Validitas dalam penelitian merupakan penentuan ketepatan (kesesuaian) pada
data yang diperoleh dilapangan tempat penelitian dengan data yang telah dibuat oleh
peneliti. Sedangkan realibilitas menyangkut pada ketepatan (kesesuaian) alat ukur
yang digunaan oleh peneliti (Lapau, 2012). Uji validitas dan reliabilitas instrumen
tingkat pengetahuan yang dilakukan oleh Puspita (2018) menggunakan responden
sebanyak 20 orang. Hasil yang didapatkan setelah melakukan uji validitas dan
reliabilitas yaitu nilai r hitung> 0,413 sebanyak 12 item pertanyaan dengan nilai
reliabilitas Alpha Cronbach Coefficient-Alpha α=0.928 yang memiliki arti bahwa ke-
12 pertanyaan tersebut dikatakan reliabel dikarenakan hampir mendekati 1. Instrumen
perilaku makan yang digunakan sudah dilakukan diuji validitas dan reabilitas pada 20
responden di Puskesmas Sukorame. Berdasarkan uji statistik cronbach didapatkan
hasil konsistensi internal dengan nilai 0,956. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
kuesioner perilaku makan sudah valid dan reliabel.
G. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan peneliti untuk mengungkap
informasi kuantitatif dari responden sesuai ruang lingkup penelitian. Adapun prosedur
pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian adalah :
1. Tahap persiapan
Pada tahapan persiapan ini , peneliti terlebih dahulu mencantumkan masalah
penelitian, dilanjutkan dengan mencari studi kepustakaan dan studi pendahuluan.
Peneliti menyusun proposal untuk mendapat persetujuan dari pembimbing,
proposal peneliti diuji oleh penguji .Proposal penelitian direvisi, setelah di revisi
dan mendapatkan persetujuan dari penguji dan pembimbing. Peneliti memulai
penelitian dengan sebelumnya mengurus surat izin penelitian dari fakultas
keperawatan Universitas Riau, Kesatuan Bangsa dan Politik, Dinas Kesehatan
Kota Pekanbaru, dan Puskesmas Payung Sekaki.
2. Tahap pelaksanaan penelitian
Tahap ini dimulai ketika peneliti telah mendapatkan izin dari pihak
Puskesmas Payung Sekaki. Setelah mendapatkan izin, peneliti melakukan
penelitian di Puskesmas yaitu di poli usia lanjut (usila) Puskesmas Payung Sekaki
Pekanbaru. Peneliti mencari respoden untuk dijadikan sebagai responden
penelitian, setelah mendapatkan responden yang bersedia untuk dijadikan
responden penelitian, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan di lakukan
penelitian. Responden yang bersedia menandatangangi lembar persetujuan
( informed consent ) sebagai responden. Peneliti membagi lembar kuesioner dan
menjelaskan cara pengisian lembar kuesioner tersebut, kemudian kuesioner yang
telah diisi di kumpulkan kembali ke peneliti.
3. Tahap akhir
Setelah prosedur pengumpulan data selesai, peneliti selanjutnya melakukan
analisa data dengan menggunakan uji statistic dengan computer dan menyusun
laporan hasil penelitian.
H. Analisa Data
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisa univariat dan bivariat
dengan menggunakan program komputer.
a. Analisa Univariat
Menurut Notoadmojo (2012), analisis univariat adalah bertujuan untuk
menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian.
Karakteristik responden seperti jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, akan
disajikan dalam bentuk presentase. Sedangkan karateristik yang bersifat data
numerik seperti umur disajikan dalam bentuk mean, median dan standar deviasi.
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat atau analisa infernsial adalah uji statistik yang dilakukan
terhadap dua variabel yang diduga saling berhubungan (Notoatmodjo, 2012).
Analisa bivariat dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
tingkat pengetahuan dengan perilaku makan pada lansia hipertensi di wilayah
kerja Puskesmas Payung Sekaki Kecamatan Sukajadi Kota Pekanbaru. Skala
pengukuran dari tingkat pengetahuan dan perilaku makan menggunakan skala
ordinal.
Penelitian ini menggunakan uji analisis korelasi untuk mengetahuai adanya
hubungan dan keeratan antar variabel independen (tingkat pengetahuan) dan
variabel dependen (perilaku makan). Uji korelasi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Uji Kendall Tau C. Kendall Tau C adalah jenis uji korelasi non
parametrik yang digunakan untuk skala data ordinal. Kendall Tau C merupakan
uji statistic yang tidak memperhatikan arah hubungan. Uji ini digunakan untuk ties
yang berbeda yaitu variable tingkat pengetahuan dibagi menjadi 3 ties (tinggi,
sedang, kurang) dan variable perilaku makan dibagi menjadi 2 ties (baik dan
buruk) (Zaid, 2015).
Sugiyono (2017), menjelaskan bahwa kelebihan dari uji ini adalah dapat
dikembangkan untuk mencari koefisien korelasi parsial. Koefisien korelasi
berfungsi untuk mengukur keeratan hubungan antar variabel, bentuk atau arah
hubungan dan besarnya kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat.
Besarnya koefisien korelasi berkisar antara -1 sampai dengan +1. Bentuk atau arah
hubungan setiap variabel, koefisien korelasi dinyatakan positif (+) dan negatif (-).
Koefisien korelasi yang bernilai nol (0) mengartikan bahwa variabel tersebut tidak
memiliki hubungan. Koefisien korelasi yang bernilai +1 menunjukkan adanya
hubungan positif sempurna dan koefisien korelasi -1 mengartikan hubungan
negatif sempurna.
Tabel 4 Panduan interprestasi hasil uji hipotesis berdasarkan kekuatan korelasi,
nilai p dan arah kolerasi.
S No Parameter Nilai Interpretasi
u 1 Kekuatan korelasi 0,00-0,199 Sangat lemah
0,20-0,399 Lemah
m
0,40-0,599 Sedang
b 0,60-0,799 Kuat
e 0,80-1,000 Sangat kuat
r 2 Nilai p P < 0,05 Terdapat hubungan yang bermakna
: antar dua variabel yang diuji.
P > 0,05 Tidak terdapat hubungan antar dua
variabel yang diuji.

3 Arah korelasi + (positif) Searah, yakni semakin besar nilai satu


variabel, maka semakin besar pula
nilai variabel lainnya.

- (negatif) Berlawanan arah, yakni semakin besar


nilai suatu variabel, maka semakin
kecil pula nilai variabel lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara

Ariani, E.E., 2013, Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etil Asetat Daging Buah Sirsak
(Anonna muricata L) Terhadap Pseudomonas aeruginosa, Shigella sonnei, dan
Staphylococcus aureus Beserta Bioautografinya, Skripsi, Surakarta, Fakultas
Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Agoes, Sukrisno dan Estralita, (2013), Akuntansi Perpajakan, Edisi 3, Salemba


Empat, Jakarta

AHA (American Heart Association). Cardiovascular Disease : A Costly Burden For


America Projections Through 2035. The American Heart Association Office of
Federal Advocacy : Washington DC; 2017.

Aris Sugiharto, 2007. Faktor-faktor Risiko Hipertensi Grade II pada Masyarakat.


Universitas Diponegoro Semarang. Disertas

Anisah Basleman dan Syamsu Mappa. 2011. Teori Belajar Orang Dewasa. Bandung :
PT Remaja Rosdakarya

Bachtiar, 2004.Manajemen Sumber Daya Manusia. Iteraksa, Batam

Dahlan, M. 2011. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba


Medika.

Depkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.

Depkes RI. 1995. Pedoman Kerja Tenaga Gizi Puskesmas. Jakarta: Direktorat Bina
Gizi Masyarakat

Gibney, Michael J., Margetts, Barrie M., Kearney, John M., Arab Lenore. 2009. Gizi
Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC. p. 94 – 96.

Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang


Kemenkes RI.
Lapau, Buchari. 2012. Metode Penelitian Kesehatan Metode Ilmiah Penulisan Skripsi,
Tesis, dan Disertasi. Jakarta: IKAPI.

Masyhuri dan Zainuddin, (2011). Metode Penelitian-Pendekatan Praktis dan


Aplikatif. Bandung : PT Refika Aditama.

Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Jakart:


Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoadmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nurrahmani, U. (2011). Stop hipertensi. Yogyakarta: Familia

Nursalam. (2011). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan.


Jakarta : Salemba Medika

Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis.


Jakarta : Salemba Medika.

Nuridayanti. E. F.T. (2016). Uji Toksisitas Akut Ekstrak RAMbut Jagung ditinjau dari
nilai LD50 dan Pengaruhnya terhadap Fungsi Hati dan Ginjal pada Mencit.
Skripsi. Jakarta: Universitas Indonesia.

Puspita,W.(2018). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Diet Pada Pasien


Hipertensi Primer Di Wilalayah Kerja Puskesmas Jenggawah Kabupaten
Jember. Skripsi.: Universitas Jember.

Priyanto, A., dan Lestari, S., 2009, Endoskopi Gastrointestinal, 86, Salemba Medika,
Jakarta.

Rilantono. I, Lily. (2015). Penyakit Kardiovaskuler (PKV). Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia Jakarta

Ramayulis. 2008. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Kalam Mulia

Setiadi, 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Cetakan Pertama. Graha
Ilmu: Yogyakarta.
Setiadi. (2013). Konsep dan praktek penulisan riset keperawatan (Ed.2) Yogyakarta:
Graha Ilmu.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :


Alfabeta, CV.

Sujarweni, V. Wiratna. 2014. Metode Penelitian: Lengkap, Praktis, dan Mudah


Dipahami.Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu penyakit dalam
jilid I. VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014:1132-53.

Sutono, Budi (2008). Menu sehat penakluk hipertensi, Jakarta : De Media

Sulistyoningsih. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Suhardjo. 2002. Perencanaan Pangan dan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara.

Sulistyawati. A. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta:Salemba


Medika.

Swarjana, I Ketut. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi.


Yogyakarta: Andi Offset.

Tao. L dan Kendall. K. 2013. Sinopsis Organ System Endrokinologi. Dialihbahasakan


oleh Hartono, A. Jakarta : Karisma

WHO. (2011). Global Atlason Cardiovascular Disease Prevention And Control.


http://whqlibdoc.who.int/publications/2011/9789241564373_eng.pdf.

Wawan dan Dewi, 2010, Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Manusia, Yogyakarta : Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai