Anda di halaman 1dari 28

Farmasi Komunitas dan Klinis

“Perkembangan Konsep Farmasi Klinik”

Kelompok :2
Anggota : 1.Agna Annisa Rahim 1611011014
2.Regina Sri Jayesty 1611011016
3.Tri Handayani 1611011018
4.Nindya Prastiwi 1611011020
5.Nurfitri Ramadhani 1611011022
6.Heriyat Sasriyudha 1611011024
Farmasi Klinis
• Farmasi klinik merupakan ilmu kefarmasian yang
relatif baru berkembang di Indonesia. Istilah farmasi
klinik mulai muncul pada tahun 1960-an di Amerika,
yaitu suatu disiplin ilmu farmasi yang menekankan
fungsi farmasis untuk memberikan asuhan
kefarmasian (Pharmaceutical care) kepada pasien.
Bertujuan untuk meningkatkan outcome
pengobatan.
• Pharmaceutical care atau asuhan kefarmasian adalah
bentuk optimalisasi dari peran seorang apoteker
dalam pengobatan yang berinteraksi langsung
dengan pasien guna meningkatakan pelayanan
kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
• Apoteker mempunyai peranan penting dalam
memberikan konsultasi, informasi, dan edukasi (KIE)
terkait dengan pengobatan yang sedang dijalani dan
melakukan 8 monitoring hasil terapi pengobatan pasien
serta berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien (ISFI, 2000).
• Farmasi klinik menurut Clinical Resource and Aundit
Group (1996) diartikan sebagai disiplin kerja yang
berkonsentrasi pada penerapan keahlian kefarmasian
untuk membantu memaksimalkan efikasi obat dan
meminimalkan toksisitas obat pada pasien untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien yang dalam
praktek pelayanannya memerlukan pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang ahli dalam memberikan
pelayanan pada pasien.
• Menurut Siregar (2004) farmasi klinis didefinisikan
sebagai suatu keahlian khas ilmu kesehatan yang
bertanggung jawab untuk memastikan penggunaan
obat yang aman dan sesuai dengan kebutuhan
pasien, melalui penerapan pengetahuan dan
berbagai fungsi terspesialisasi dalam perawatan
pasien yang memerlukan pendidikan khusus dan
atau pelatihan yang terstruktur.
• Secara filosofis, tujuan farmasi klinik adalah
untuk memaksimalkan efek terapi,
meminimalkan resiko, meminimalkan biaya
pengobatan, serta menghormati pilihan
pasien.
• Saat ini disiplin ilmu tersebut semakin dibutuhkan
dengan adanya paradigma baru tentang layanan
kefarmasian yang berorientasi pada pasien.
Tenaga farmasi yang bekerja di rumah sakit dan
komunitas (apotek, puskesmas, klinik, balai
pengobatan dan dimanapun terjadi peresepan
ataupun penggunaan obat), harus memiliki
kompetensi yang dapat mendukung pelayanan
farmasi klinik yang berkualitas.
• Perluasan orientasi dari drug oriented dan
patient oriented menuntut para apoteker untuk
aktif dalam interaksi langsung dengan pasien.
Oleh karena itu, apoteker harus meningkatkan
kompetensinya baik dalam aspek pengetahuan,
keterampilan dan perilaku sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidup pasien. (Depkes
RI,2008)
Sejarah Farmasi Klinis
Tahun Perkembangan
1870 Pembuatan dan pengolahan sediaan
farmasi

1952 Distribusi dan dispensing

1960 Distribusi dan farmasi klinis yang


mengarah pada dispensing dan konsultasi

1990 Pharmaceutical care


PERKEMBANGAN PELAYANAN KEFARMASIAN

Profesi kefarmasian telah mengalami


berbagai perubahan,dalam kurun
waktu kira-kira sejak tahun 1960-an
INTRODUCTION

PERKEMBANGAN PELAYANAN KEFARMASIAN

Secara historis, perubahan-perubahan dalam


profesi kefarmasian dapat dibagi dalam 4 :

Periode Tradisional

Periode Transisional

Periode Farmasi Klinis (Masa Kini)

Periode Pharmaceutical Care (Masa


Depan)
PERKEMBANGAN PELAYANAN
KEFARMASIAN
Periode Tradisional (sebelum 1960)

 Menyediakan, membuat, dan mendistribusikan


produk yang berkhasiat obat.

 Melibatkan seni dan ilmu pembuatan bahan obat


(alam/sintetik) menjadi sediaan atau produk
yang sesuai.

Industri farmasi mulai tumbuh pesat, sehingga


peranan farmasis makin menyempit & mengecil.
PERKEMBANGAN PELAYANAN
KEFARMASIAN
Periode Transisional (1960-1970)

 Ilmu kedokteran cenderung makin spesialistis.

 Obat-obat baru berkembang pesat sekali.

 Meningkatnya biaya kesehatan sektor publik


karena teknologi dan jumlah penduduk.
INTRODUCTION
PERKEMBANGAN PELAYANAN KEFARMASIAN

Periode Transisional
.
 Tuntutan masyarakat untuk pelayanan medis
dan farmasi yang bermutu tinggi.

Peran farmasis yang overtrained &


underutilised. , yaitu pendidikan
tinggi akan tetapi tidak dimanfaatkan
sesuai dengan pendidikannya.

Berkembangnya ward pharmacy atau clinical


pharmacy. .
PERKEMBANGAN PELAYANAN
KEFARMASIAN
Periode Farmasi Klinis

 Praktek kefarmasiaan yang berorientasi kepada pasien


lebih dari orientasi produk.

 Ada interaksi antara farmasis, pasien dan


tenaga kesehatan lain.

 Tujuan farmasi klinis adalah memaksimalkan efek


terapeutik, meminimalkan resiko dan biaya serta
menghormati pilihan pasien.

 Farmasis berkontribusi dalam proses peresepan, Yaitu:


sebelum, selama dan setelah resep ditulis
PERKEMBANGAN PELAYANAN KEFARMASIAN

Periode Pharmaceutical Care

Mengapa ada konsep baru? Dan apakah itu pharmaceutical care?

Tahun Kasus

1960-1990 Terjadi ledakan jumlah obat

1961 656 jenis obat

1999 8000 jenis obat

1971 140.000 kematian dan


1 juta dirawat :
20% perawatan disebabkan kecelakan obat
50% sebetulnya dapat dihindari
45-65% pesien memakai obat tidak sesuai dengan anjuran
Periode Pharmaceutical Care
Fakta :
 Seperlima pasien rawat inap mengalami drug therapy
problems even in the most advanced medical
institutions
 76 billion dollar (US) -> menembah penderitaan
pasien
 Brigham and Women’s hospital : sebanyak 6,5 %
pasien non obstetic mengalami drug adverse drug (
30% serius)
Periode Pharmaceutical Care
Penelitian lain :
 Karena adanya medical error LOS meningkat 5 hari,
sehingga biaya bertambah $6000 -> $3 juta
dollar/tahun untuk RS pendidikan
 Menurut Bedell 1991:
Sebanyak 64% pasien mengalami henti jantung di RS
pendidikan karena kesalahan pemakaian obat
 Penelitian lainnya :
Terjadi medication errors rata rata 10-20%
Periode Pharmaceutical Care
• Is a practice
• Patient focused
• Interaksi langsung dg pasien
• Terapi obat rasional : tepat, efektif, aman,nyaman,
biaya terjangkau
• Quality of life
• Definite outcome
• Terdokumentasi
• DRP (Drug related problem)
Periode Pharmaceutical Care
Ada tiga tahap proses :
 Penilaian (Assessment), yaitu menjamin bahwa semua terapi obat
terindikasi, efektif dan aman ; & mengidentifikasi masalah terapi
obat.

 Pengembangan perencanaan perawatan (Development of a care


plan), yaitu pemecahan masalah terapi obat, pencapaian sasaran
terapi dan pencegahan masalah .

 Evaluasi, yaitu pencatatan hasil terapi yang sebenarnya, evaluasi


kemajuan untuk memenuhi sasaran terapi dan memperkirakan
kembali munculnya masalah baru.
4 Dasar filosofi Farmasi Klinik :
1. MEMAKSIMALKAN EFEK TERAPEUTIK
• Ketepatan indikasi
• Ketepatan pemilihan obat
• Ketepatan dosis dg kebutuhan dan kondisi pasien
• Evaluasi terapi

2. MEMINIMALKAN RESIKO
• Memastikan resiko sekecil mungkin bagi pasien
• Meminimalkan masalah ketidak-amanan pemakaian,
meliputi: ESO, dosis, interaksi, dan kontraindikasi
3. MEMINIMALKAN BIAYA
• Jenis obat yg dipilih adalah yang paling efektif dalam
hal biaya dan rasionalitas
• Terjangkau oleh kemampuan pasien atau RS

4. MENGHORMATI PASIEN
• Keterlibatan pasien dalam proses pengobatan akan
menentukan keberhasilan terapi
• Hak pasien harus diakui dan diterima semua pihak
PELAYANAN FARMASI BERORIENTASI
PASIEN
Kompetensi Seorang Farmasis Klinis
• Mengaplikasikan pengetahuan terapeutik
• Mengkorelasikan kedaan penyakit dg pemilihan obat
• Menggunakan ctt kasus pasien
• Menginterpretasikan data pemeriksaan laboratorium
• Menerapkan pendekatan penyelesaian masalah yang
sistematik
• Mengenal reaksi yg tidak dikehendaki obat yg mengkin terjadi
• Membuat keputusan tantang formulasi dan stabilitas
• Mengkaji literatur media dan obat
• Merekomendasikan pengaturan dosis
• dll
Kesimpulan
• Farmasi Klinis merupakan disiplin ilmu yang
berkonsentrasi pada penerapan keahlian kefarmasian
untuk membantu memaksimalkan efikasi obat dan
meminimalkan toksisitas obat pada pasien untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien yang dalam
praktek pelayanannya memerlukan pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang ahli dalam memberikan
pelayanan pada pasien, yang mana Farmasi klinik
membawa orientasi drug oriented dan patient
oriented sehingga peranan dari Apoteker sangat lah
penting.
Daftar Pustaka
• Clinical Resource and Audit Group. 1996. Clinical Pharmacy in
the Hospital Pharmaceutical Service : A framwork for
practice. Scottish Office Department of Health. Edenburg
• Depkes RI. 2008. Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen
Kesehatan RI. Jakarta.
• ISFI. 2000. Standar Pelayanan Pengabdian Profesi Apoteker di
Apotek.
• Miller J. 1981. History of Clinical Pharmacy and Clinical
Pharmacology, J Clin Pharmacol. 21: 195-197.
• Siregar, C. J. P. Dan Kumolosari, E. 2004. Farmasi Klinik: Teori
dan Penerapan. Penerbit Buku Kedokteran EGC,.Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai