PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
penekanan pada fungsi farmasis yang bekerja langsung bersentuhan dengan pasien.
Saat itu Farmasi Klinik merupakan suatu disiplin ilmu dan profesi yang relatif baru, di
mana munculnya disiplin ini berawal dari ketidakpuasan atas norma praktek
pelayanan kesehatan saat itu dan adanya kebutuhan yang meningkat terhadap
rumah, klinik dan di manapun, dimana terjadi peresepan dan penggunaan obat.
penggunaan obat yang tepat dan rasional dan hal ini berarti:
1. Memaksimalkan efek pengobatan yaitu penggunaan obat yang paling efektif untuk
2. Meminimalkan resiko terjadinya adverse effect yaitu dengan cara memantau terapi
pemerintah.
1
Praktek pelayanan Farmasi Klinik di Indonesia relatif baru berkembang pada
klinik oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit merupakan salah satu faktor
Farmasi Rumah Sakit, kemudian ikut masuk ke bangsal perawatan dan memantau
pengobatan, seperti yang lazim terjadi di negara maju. Farmasis selama ini
ini kemungkinan besar disebabkan oleh sejarah pendidikan farmasi yang bersifat
monovalen dengan muatan sains yang masih cukup besar (sebelum tahun 2001),
Kefarmasian di Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
penyediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis habis pakai yang
produk (drug oriented) menjadi paradigma baru yang berorientasi pada pasien
(Permenkes, 2014).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
3
BAB II
PEMBAHASAN
pada pasien untuk meningkatkan kualitas hidup pasien yang dalam praktek
oriented dan patient oriented sehingga sangat erat kaitannya dengan filosofi
adanya ledakan obat antara tahun1960-1990. Pada tahun 1961 ada 656 jenis obat
dan pada tahun 1999 ada 8000 jenis obat. Pada tahun 1971 sekitar 140.000
kematian dan 1 juta dirawat dengan 20% perawatan disebabkan karena kecelakaan
obat dan 45-65% pasien memakai obat tidak sesuai anjuran. Pharmaceutical care
atau asuhan kefarmasian adalah bentuk optimalisasi dari peran seorang apoteker
peranan penting dalam memberikan konsultasi, informasi, dan edukasi (KIE) terkait
dengan pengobatan yang sedang dijalani dan melakukan monitoring hasil terapi
oriented dan patien toriented menuntut para apoteker untuk aktif dalam interaksi
4
langsung dengan pasien. Oleh karena itu, apoteker harus meningkatkan
Istilah farmasi klinis mulai muncul pada tahun 1960-an di Amerika, yaitu
suatu disiplin ilmu farmasi yang menekankan fungsi farmasis untuk memberikan
farmasi klinis adalah agar efek terapi bisa tercapai secara maksimal, meminimalkan
Saat ini disiplin ilmu farmasi klinis semakin dibutuhkan dengan adanya
paradigma baru tentang layanan kefarmasian yang berorientasi pada pasien. Tenaga
farmasi yang bekerja di rumah sakit dan komunitas seperti apotek, puskesmas, klinik,
balai pengobatan, dll tempat dimanapun terjadi peresepan ataupun penggunaan obat
harus memiliki kompetensi yang dapat mendukung pelayanan farmasi klinis yang
berkualitas.
khas ilmu kesehatan yang bertanggung jawab untuk memastikan penggunaan obat
yang aman dan sesuai dengan kebutuhan pasien, melalui penerapan pengetahuan
5
Sehingga tujuan Farmasi Klinis Dapat dirumuskan yaitu memaksimalkan efek
Semua pekerjaan dari diagnosis sampai obat dikonsumsi oleh pasien dilakukan oleh
memerlukan keahlian tersendiri. Pada tahun 1240 sebelum masehi, Raja Jerman
Kedokteran dalam dekret yang dikenal dengan Two Silices. Istilah farmasi klinik
pertama muncul di Amerika pada tahun 1960an. Pada masa ini fungsi farmasis
diarahkan untuk kontak langsung dengan pasien. Munculnya kegiatan baru dari
(Miller,1981).
Pada periode ini terjadi perluasan paradigma dari drug oriented menuju
yang signifikan terlihat dengan ikut sertanya tenaga farmasi yangterlibat interaksi
6
3. Bersifat pasif, dengan melakukan intervensi setelah pegobatan dimulai dan
merupakan sumber utama infomasi utama terkait dengan pengobatan obat yang
perubahan terkait pelayanan kefarmasian (Helper dan Strans, 1990). Istilah ini jika
pelayanan yang berpusat pada pasien dan berorientasi terhadap keberhasilan terapi
pasien. Dengan demikian adanya istilah ini memposisikan seorang apoteker ikut
lain.Pada tahun 2000 organisasi profesi farmasi klinik di Amerika yaitu American
pelayanan kesehatan dalam terapi obat yang maksimal untuk pencegahan dan
7
adanya publikasi tersebut dan disesuaikan dengan kurikulum pendidikan farmasi
klinik berkembang pada tahun 2000 diawali dengan beberapa apoteker yang belajar
farmasi klinik di beberapa institusi di luar negeri. Konsep farmasi klinik belum bisa
diterima sepenuhnya pada saat itu karena muatan sains dalam pendidikan farmasi
masih sangat besar, maka dari itu perkembangan farmasi klinik di Indonesia relatif
lambat. Pada tahun 2001 Universitas Gajah Mada (UGM) telah mencantumkan ilmu-
ilmu yang dipelukan dalam penerapan farmasi klinik, seperti patofisologi penyakit
dan farmakoterapi dengan adanya minat studi Farmasi Klinik dan Komunitas.
kesehatan utama.
menuntut para apoteker khususnya yang bekerja di Rumah Sakit untuk menerapkan
asuhan kefarmasian yang berorientasi pada pasien. Untuk itu para apoteker harus
8
meningkatkan kompetensi dan kepahaman farmasi klinik agar tercapai esensi
dan simultan antara manajerial maupun farmasi klinik. Berikut ini adalah kegiatan
3. rekonsiliasi obat
5. Visite
6. Konseling
Permenkes ini menjadi aturan atau syarat terwujudnya farmasi klinik yang
diharapkan.
9
E. Kegiatan Farmasi Klinik.
Problems (DRPs). Drug Related Problems (DRPs) adalah suatu kejadian atau situasi
yang menyangkut terapi obat, yang mempengaruhi secara potensial atau aktual hasil
a. Tidak ada problem medis yang jelas untuk penggunaan suatu obat
d. Duplikasi terapi
a. Efek samping
b. Alergi
kepada pasien; terlibat langsung dalam perawatan pasien; bersifat pasif, dengan
jika diperlukan; bersifat aktif, dengan memberikan masukan kepada dokter atau
11
terhadap setiap saran yang diberikan; menjadi mitra sejajar dengan profesi
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Indonesia. Istilah farmasi klinik mulai muncul pada tahun 1960-an di Amerika, yaitu
suatu disiplin ilmu farmasi yang menekankan fungsi farmasis untuk memberikan
B. Saran
pengobatan pasien agar efek yang tidak diinginkan dalam pengobatan dapat
berkurang.
13
DAFTAR PUSTAKA
Miller, John P., Seller, Wayne. (1985). Curriculum, Perspectives and Practice. New York
Di Rumah Sakit.
Siregar, Charles. JP., 2004. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Cetakan I,
Ikawati Z, 2010, Pelayanan Farmasi Kinik pada Era Genomik: Sebuah Tantangan dan
Peluang.
14