Anda di halaman 1dari 26

Biofarmasetika Sediaan

Intramuskular dan Subkutan


Disampaikan oleh :
Apt Tri Minarsih, S.Si, M.Sc
PENGERTIAN SEDIAAN PARENTERAL
 Istilah parenteral berasal dari kata Yunani “para” dan “enteron” yang berarti disamping atau selain
dari usus.

 Sediaan parenteral merupakan sediaan steril yang diberikan melalui beberapa rute pemberian yaitu
intravena, intraspinal, intramuskuler, subkutis dan intradermal.
RUTE PARENTERAL
SEDIAAN PARENTERAL
 Sediaan parenteral atau injeksi diberikan dengan cara menyuntikkan
obat di bawah kulit melalui satu atau lebih lapisan kulit atau
membrane mukosa.

 Rute pemberian sediaan parenteral disekitar daerah pertahanan yang


sangat tinggi dari tubuh, yaitu kulit dan selaput/membrane mukosa,
maka sediaan harus steril, tidak boleh mengandung partikel dan
bahan pirogenik.
Injeksi

 Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau
serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu
sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan
ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir injeksi.
Injeksi

Pemberian obat secara injeksi dilakukan jika :


1. Dibutuhkan kerja obat secara cepat.
2. Absorpsi obat terganggu oleh makanan dalam saluran cerna atau obat dirusak
oleh asam lambung, sehingga tidak dapat diberikan per oral.
3. Obat tidak diabsorpsi oleh usus.
4. Pasien mengalami gangguan kesadaran atau tidak kooperatif.
Kelemahan Injeksi

1. Lebih mahal
2. Rasa nyeri yang ditimbulkan
3. Sulit dilakukan oleh pasien sendiri.
4. Harus dilakukan secara aseptik karena risiko infeksi.
5. Risiko kerusakan pada pembuluh darah dan syaraf jika pemilihan tempat
injeksi dan teknik injeksi tidak tepat.
6. Komplikasi dan efek samping yang ditimbulkan biasanya onsetnya lebih
cepat dan lebih berat dibandingkan pemberian obat per oral
SUBKUTAN
Pengertian Subkutan

 Drug delivery system (DDS) Subkutan adalah sediaan obat yang diinjeksikan melalui bawah kulit yaitu
lapisan lemak (lipoid)

 Rute pemberian subkutan (subkutis) atau hipodermik disuntikkan ke dalam jaringan di bawah kulit ke dalam
alveolar.

 Injeksi subkutan : obat diinjeksikan ke dalam lapisan lemak di bawah kulit


Injeksi Subkutan

 Umumnya larutan bersifat isotonik, pH netral, bersifat depo (absorpsinya lepas lambat), dapat
ditambahkan bahan vasokontriktor seperti Epinefrin

 Indikasi injeksi subkutan antara lain untuk obat-obat yang diharapkan mempunyai efek sistemik
lama
Volume Injeksi Subkutan

 Injeksi subkutis biasanya diberikan dengan volume 1 – 2 mL.


 Injeksi subkutis dapat diberikan dalam jumlah besar, bila pasien tersebut tidak
dapat diberikan infus intravena untuk pemberian elektrolit atau larutan infuse i.v
sejenisnya  disebut "Hipodermoklisa “
 Cara ini dapat dimanfaatkan untuk pemberian dalam jumlah 250 mL - 1 L
Rute Pemberian Subkutan

 Obat yang diinjeksikan secara subkutan biasanya adalah obat yang Kecepatan absorpsinya dikehendaki lebih
lambat dibandingkan injeksi intramuskuler atau efeknya diharapkan bertahan lebih lama.

 Obat yang diinjeksikan secara subkutan harus obat-obat yang dapat diabsorpsi dengan sempurna supaya
tidak menimbulkan iritasi jaringan lemak subkutan.
Rute Pemberian Subkutan

 Rute pemberian subkutan dapat digunakan untuk pemberian obat antara lain vaksin, insulin, skopolamin,
dan epinefrin atau obat anestesi lokal.

 Cara pemberian subkutis lebih lambat apabila dibandingkan cara intramuskuler atau intravena.

 Resorpsi obat berjalan lambat karena dalam jaringan lemak tidak banyak terdapat pembuluh darah.
Tempat Penyuntikan Subkutan

 Injeksi subkutan dapat dilakukan di hampir seluruh area tubuh, tetapi tempat yang dipilih biasanya di
sebelah lateral lengan bagian atas (deltoid), di permukaan anterior paha (vastus lateralis) atau di pantat
(gluteus).
INTRAMUSKULAR
Pengertian Intramuskular

 Intramuskuler artinya diantara jaringan otot


 Intramuskular : injeksi yang dimasukkan langsung ke dalam atau diantara
lapisan jaringan / otot.
 Kecepatan absorbsinya nomor dua setelah intravena.
Lokasi dan Volume Penyuntikan
 Jarum suntik ditusukkan langsung pada serabut otot yang letaknya dibawah lapisan subkutis.

 Penyuntikan dapat di pinggul, atau lengan bagian atas.

 Volume injeksi 1 - 3 mL dengan batas sampai 10 mL


Bentuk Sediaan Intramuskular

Bentuk sediaan yang dapat diberikan intramuskuler, yaitu :

1. Emulsi tipe M/A atau A/M

2. Suspensi dalam minyak

3. Suspensi baru dari serbuk steril

4. Injeksi dalam bentuk larutan

Bahan obat bersifat lipofilik maupun hidrofilik.


Efek dari Rute Pemberian Intramuskular

 Pemberian obat intramuscular menghasilkan efek obat yang kurang


cepat, tetapi biasanya efek berlangsung lebih lama dari yang dihasilkan
oleh pemberian lewat intravena.

 Pemberian intramuskuler memberikan efek ―depo (lepas lambat),


puncak konsentrasi dalam darah dicapai setelah 1-2 jam.
Faktor yang mempengaruhi pelepasan obat
Intramuskular
Faktor yang mempengaruhi pelepasan obat dari jaringan otot :
1. rheologi sediaan
2. konsentrasi dan ukuran partikel obat dalam pembawa
3. bahan pembawa
4. volume injeksi
5. tonisitas produk
6. bentuk fisik dari produk.
Rute Pemberian Intramuskular

 Injeksi melalui rute intramuscular, seluruh obat akan berada di tempat itu.

 Dari tempat suntikan obat akan masuk ke pembuluh darah di sekitarnya secara
difusi pasif, baru masuk ke dalam sirkulasi.

 Resorpsi obat dengan rute pemberian intramuscular akan terjadi dalam waktu
10-30 menit.

 Obat yang sering diberikan secara intramuscular yaitu : vitamin, antibiotik,


antipiretik, hormon kelamin dan lain-lain.
Obat yang diberikan secara Intramuskular

 Obat-obat yang diberikan secara injeksi intramuskuler adalah obat-obat yang


menyebabkan iritasi jaringan lemak subkutan dengan onset aksi obat relatif
cepat dan durasi kerja obat cukup panjang.

 Obat yang sering diberikan secara intramuscular yaitu : vitamin, vaksin,


antibiotik, antipiretik, hormon kelamin dan lain-lain.
Persyaratan Sediaan Intramuskular

Persyaratan sediaan intramuscular :

1. Tidak menyebabkan iritasi

2. pH sediaan antara 3-5

3. bentuk suspensi ukuran partikel kurang dari 50 mikron


Rute Pemberian Intramuskular

 Resorpsi obat dengan rute pemberian intramuscular akan terjadi


dalam waktu 10-30 menit.

 Obat yang sering diberikan secara intramuscular yaitu : vitamin,


vaksin, abtibiotik, antipiretik, hormone kelamin dan lain-lain.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai